Resiliensi Nafkah Rumahtangga Petani di Kawasan Rawan Bencana Rob, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap

RESILIENSI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI DI KAWASAN
RAWAN BENCANA ROB KECAMATAN KAMPUNG LAUT,
KABUPATEN CILACAP

SYLSILIA TRINOVA SEMBIRING

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Resiliensi Nafkah
Rumahtangga Petani di Kawasan Rawan Bencana Rob, Kecamatan Kampung
Laut, Kabupaten Cilacap adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Sylsilia Trinova Sembiring
NIM I34100

ABSTRAK
SYLSILIA TRINOVA SEMBIRING. Resiliensi Nafkah Rumahtangga Petani di
Kawasan Rawan Bencana Rob Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap.
Dibimbing oleh ARYA HADI DHARMAWAN.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana resiliensi nafkah yang
dibangun oleh rumahtangga petani dengan memanfaatkan livelihood asset yang
mereka miliki serta melihat bagaimana hubungannya terhadap strategi nafkah dan
tingkat pendapatan baik dari sektor pertanian maupun non pertanian di Dusun
Klaces dan Lempong Pucung. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan
penelitian kuantitatif, yaitu penggunaan instrumen berupa kuesioner, dan

pendekatan penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Hasil
penelitian ini memaparkan bahwa livelihood asset yang dimiliki dan dimanfaatkan
oleh rumahtangga petani baik di Dusun Klaces maupun Lempong Pucung
berhubungan dengan aktifitas nafkah yang mereka lakukan. Berdasarkan tiga
aspek pembentuk strategi nafkah, terdapat perbedaan diantara kedua dusun,
dimana Dusun Klaces mendominasi di sektor non-farm, sedangkan di Dusun
Lempong Pucung mendominasi di sektor off-farm. Kontribusi sektor pertanian di
kedua dusun masih relatif rendah dibandingkan dengan sektor non-pertanian.
Kata kunci : Resiliensi, strategi nafkah, rumahtangga petani

ABSTRACT
SYLSILIA TRINOVA SEMBIRING. Livelihood resilience of
farmer household in flood hazard area, Kampung Laut, Cilacap.
Supervised by ARYA HADI DHARMAWAN
The purpose of this study was to determine adopted livelihood reselience by
farmer household which correlated with their livelihood asset. This study also
determine how both component influencing livelihood strategy and household
income from agricultural sector and non-agricultural sector in Klaces and
Lempong Pucung village. This study combined quantitative approach using
questioner method and qualitative approach using in-depth interview method. The

result of this study explained livelihood asset used by farmers in both village
highly influencing their livelihood activities. According of three former aspect of
livelihood strategy, there was difference of both village. Klaces dominated by
non-farm sector. In the other hand, Lempong Pucung dominated by off-farm
sector. The number of contribution of agricultural sector relatively lower than
non-agricultral sector
Keywords : Resilience, livelihood strategy, farmer household

ii

RESILIENSI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI DI KAWASAN
RAWAN BENCANA ROB KECAMATAN KAMPUNG LAUT,
KABUPATEN CILACAP

SYLSILIA TRINOVA SEMBIRING

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iv

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Resiliensi Nafkah Rumahtangga Petani di Kawasan Rawan
Bencana Rob, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten
Cilacap
: Sylsilia Trinova Sembiring

: I34100080

Disetujui oleh

Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, MSc.Agr
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: ________________

vi

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Resiliensi Nafkah Rumahtangga

Petani di Kawasan Rawan Bencana Rob Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten
Cilacap”. Tulisan ini memaparkan bagaimana strategi yang dibangun oleh masyarakat
yang berada di kawasan rawan bencana rob terhadap bentuk-bentuk aktivitas nafkah
yang dilakukan rumahtangga petani dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
maupun untuk meningkatkan taraf hidup.
Penulis menyadari bahwa studi pustaka ini dapat terselesaikan dengan baik
karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan rasa teruma kasih kepada:
1. Bapak dan Ibu yang telah membesarkan dan merawat penulis dengan penuh
kasih sayang serta menjadi sumber motivasi paling besar untuk penyelesaian
skripsi ini.
2. Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, MSc.Agr selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberi masukan serta saran
yang berarti selama proses penyelesaian penulisan skripsi ini.
3. Tanoto Foundation yang membantu meringankan seluruh biaya pendidikan
penulis selama kuliah, serta memberi motivasi untuk terus berkarya.
4. Ibu, Bapak, serta seluruh keluarga di Dusun Lempong Pucung, Kampung
Laut. Terima kasih untuk kehangatan keluarga yang diberi selama penulis
melakukan Kuliah Kerja Profesi (KKP) dan juga penelitian. Keluarga baru
yang memberi penulis semangat untuk terus mengejar impian.

5. Anak-anak Kampung Laut yang membantu dan menemani penulis ketika
pengambilan data di lapang. Kalian anak-anak paling romantis yang pernah
ada.
6. Adi Chandra Berampu, Fuad Habibi Siregar, dan Richardus Keiya. Penulis
tidak tahu harus menulis kalian sebagai sahabat, rekan, teman seperjuangan
atau apalah semacamnya. Terimakasih untuk kebersamaannya selama ini.
Kalian orang-orang hebat yang pernah penulis temui.
7. Rezza Lazuardi Pratama, orang yang selalu menjadi tempat penulis berdiskusi
tentang berbagai hal. Terimakasih untuk dukungan dan semangat yang
diberikan kepada penulis.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
dan pembaca.

Bogor, Juni 2014

Sylsilia Trinova S.
I34100080

viii


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................... 1
Masalah Penelitian ............................................................................................. 3
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 4
Kegunaan Penelitian ........................................................................................... 4
PENDEKATAN TEORITIS ................................................................................... 5
Tinjauan Pustaka ................................................................................................ 5
Kerangka Pemikiran ........................................................................................... 9
Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 10
Definisi Operasional ......................................................................................... 10
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 13
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 13
Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 13
Teknik Pengolahan dan Analisis Data.............................................................. 14

PROFIL MASYARAKAT KAMPUNG LAUT ................................................... 15
Sejarah Munculnya Tanah Timbul ................................................................... 15
Penguasaan Tanah Timbul ............................................................................... 17
Kondisi Fisik .................................................................................................... 19
PENGUASAAN LIVELIHOOD ASSET RUMAHTANGGA PETANI ............... 23
Modal Manusia (Struktur Anggota Rumahtangga) .......................................... 23
Modal Alam ...................................................................................................... 28
Modal Finansial ................................................................................................ 32
Modal Sosial ..................................................................................................... 33
Modal Fisik....................................................................................................... 35
STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI .......................................... 39
On-Farm ........................................................................................................... 39
Off-Farm ........................................................................................................... 41
Non-Farm ......................................................................................................... 43
Bentuk-Bentuk Strategi Nafkah yang Dibangun Oleh Rumahtangga
Petani ................................................................................................................ 44
STRUKTUR PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI .............................. 49

x


Tingkat Pendapatan Pertanian .......................................................................... 49
Tingkat Pendapatan Non Pertanian................................................................... 53
Pendapatan Total Rumahtangga Petani ............................................................ 54
Total Pengeluaran Rumahtangga Petani ........................................................... 57
Saving Capacity Rumahtangga Petani .............................................................. 58
RESILIENSI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI ........................................ 63
Bentuk Resiliensi Nafkah ................................................................................. 63
Hubungan Tingkat Resiliensi Nafkah dengan Tingkat Penguasaan
Livelihood Asset Rumahtangga Petani .............................................................. 65
Hubungan Tingkat Resiliensi Nafkah dengan Jumlah Variasi Nafkah ............ 68
Hubungan Tingkat Resiliensi Nafkah dengan Tingkat Pendapatan Total
Rumahtangga Petani ......................................................................................... 69
SIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 73
Simpulan ............................................................................................................ 73
Saran ................................................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 75
LAMPIRAN

78


DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.

Tabel 9.

Tabel 10.

Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 14.
Tabel 15.

Tabel 16.

Tabel 17.

Tabel 18.

Metode Pengumpulan Data
Kondisi penyusutan wilayah Segara Anakan menurut periode
waktu
Berbagai konflik yang melibatkan beberapa aktor di Kampung
Laut
Jumlah dan persentase responden menurut alokasi tenaga kerja
di Dusun Klaces dan Lempong Pucung tahun 2013 - 2014
Jumlah dan persentase responden menurut penggunaan tenaga
kerja di Dusun Klaces dan Lempong Pucung tahun 2013 - 2014
Jumlah dan persentase responden menurut kelompok umur di
Dusun Klaces dan Lempong Pucung tahun 2013 - 2014
Jumlah dan persentase responden menurut cara memperoleh
lahan di Dusun Klaces dan Lempong Pucung tahun 2013 - 2014
Jumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dan
cara memperoleh lahan di Dusun Klaces dan Lempong Pucung
tahun 2013 - 2014
Jumlah dan persentase responden menurut luas lahan di tanah
timbul di Dusun Klaces dan Lempong Pucung tahun 2013 2014
Jumlah dan persentase responden menurut luas lahan di
Nusakambangan di Dusun Klaces dan Lempong Pucung Tahun
2013 - 2014
Jumlah dan persentase responden menurut modal finansial di
Dusun Klaces dan Lempong Pucung tahun 2013 - 2014
Total skor responden menurut modal sosial di Dusun Klaces dan
Lempong Pucung tahun 2013 - 2014
Jumlah kepemilikan asset rumahtangga petani di Dusun Klaces
dan Lempong Pucung tahun 2013 - 2014
Berbagai kegiatan sektor non-farm di Dusun Klaces dan
Lempong Pucung tahun 2013 - 2014
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan
pertanian di Dusun Klaces dan Lempong Pucung tahun 2013 –
2014
Hubungan luas lahan tanah timbul dengan tingkat pendapatan
pertanian di Dusun Klaces dan Lempong Pucung tahun 2013 2014
Hubungan luas lahan di Nusakambangan dengan tingkat
pendapatan
pertanian di Dusun Klaces dan Lempong Pucung
tahun 2013 - 2014
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan

14
15
18
24
25
26
29
29

30

31

33
35
36
43
49

57

52

53

xii

Tabel 19.
Tabel 20.
Tabel 21.
Tabel 22.

Tabel 23.

Tabel 24.

Tabel 25.

Tabel 26.
Tabel 27.

Tabel 28.

Tabel 29.
Tabel 30

Tabel 31

non pertanian di Dusun Klaces dan Lempong Pucung tahun 2013
– 2014
Total rata-rata pendapatan petani di Dusun Klaces dan Lempong
Pucung tahun 2013 – 2014
Jumlah saving capacity rumahtangga Petani di Dusun Klaces
dan Lempong Pucung tahun 2013 – 2014
Jumlah dan persentase rumahtangga menurut tingkat resiliensi di
Dusun Klaces dan Lempong Pucung tahun 2013 - 2014
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat penguasaan
livelihood asset dan tingkat resiliensi di Dusun Klaces dan
Lempong Pucung tahun 2013 – 2014
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat modal alam
dan tingkat resiliensi di Dusun Klaces dan Lempong Pucung
tahun 2013 - 2014
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat modal
manusia dan tingkat resiliensi di Dusun Klaces dan Lempong
Pucung tahun 2013 - 2014
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat modal
finansial dan tingkat resiliensi di Dusun Klaces dan Lempong
Pucung tahun 2013
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat modal sosial
dan tingkat resiliensi di Dusun Klaces dan Lempong Pucung
tahun 2013 - 2014
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat modal fisik
dan tingkat resiliensi di Dusun Klaces dan Lempong Pucung
tahun 2013 - 2014
Jumlah dan persentase responden menurut jumlah variasi nafkah
dan tingkat resiliensi di Dusun Klaces dan Lempong Pucung
Tahun 2013 - 2014
Jumlah dan persentase responden menurut total pendapatan di
Dusun Klaces dan Lempong Pucung tahun 2013 - 2014
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat total
pendapatan dan tingkat resiliensi rumahtangga di Dusun Klaces
dan Lempong Pucung Tahun 2013 – 2014
Hubungan tingkat resiliensi dengan tingkat total pendapatan
rata-rata menggunakan uji statisik rank spearman di Dusun
Klaces dan Lempong Pucung Tahun 2013-2014

55
59
64
65

65

66

67

67
68

69

69
70

70

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.

Gambar 7.

Gambar 8.
Gambar 9.

Gambar 10
Gambar 11

Gambar 12

Kerangka Analisis Penelitian
Perubahan luasan Segara Anakan Tahun 1984 – 2003
Jumlah responden menurut tingkat pendidikan di Dusun
Klaces dan Lempong Pucung tahun 2013 – 2014
Jumlah responden menurut status kependudukan di Dusun
Klaces dan Lempong Pucung tahun 2013 – 2014
Penguasaan livelihood asset di Dusun Klaces dan Lempong
Pucung Tahun 2013 – 2014
Pendapatan rata-rata rumahtangga petani dari sektor
pertanian di Dusun Klaces dan Lempong Pucung tahun
2013 – 2014
Pendapatan rata-rata rumahtangga petani dari sektor non
pertanian di Dusun Klaces dan Lempong Pucung tahun
2013 - 2014
Persentase kontribusi sektor pertanian dan non pertanian di
Dusun Klaces dan Lempong Pucung tahun 2013 - 2014
Kontribusi pendapatan rumahtangga baik dari sektor
pertanian maupun non pertanian di Dusun Klaces dan
Lempong Pucung Tahun 2013 – 2014
Total pengeluaran rumahtangga petani di Dusun Klaces
dan Lempong Pucung Tahun 2013 - 2014
Perbandingan rata-rata pendapatan dan pengeluaran
rumahtangga petani per tahun di Dusun Klaces dan
Lempong Pucung tahun 2013
Pendapatan rata-rata rumahtangga petani per hari di Dusun
Klaces dan Lempong Pucung Tahun 2013 – 2014

9
17
23
27
37
50

54

55
56

57
58

60

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.

Peta Lokasi
Uji Rank Spearman
Kerangka Sampling

79
80
82

PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini berisi latar belakang, masalah penelitian, tujuan
penelitian dan kegunaan penelitian. Latar belakang berisi alasan mengenai
pemilihan topik penelitian. Masalah penelitian berisi permasalahan yang ingin
diteliti, tujuan penelitian merupakan jawaban dari masalah penelitian dan
kegunaan penelitian berisi kegunaan untuk berbagai pihak yang menjadi sasaran
dari hasil penelitian. Berikut uraian dari masing-masing bagian tersebut.

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan sumberdaya
alamnya. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), luas wilayah Indonesia adalah
1 890 754 km2 dengan jumlah penduduk 237 641 326 jiwa. Namun dibalik alam
yang membentang luas dan menjanjikan bagi perekonomian masyarakat,
tersimpan kekuatan dahsyat yang kapan saja dapat membawa masyarakat ke jalan
yang lebih sulit. Memang tidak dapat dipungkiri, selain memberi kehidupan bagi
manusia, alam juga dapat memberikan bencana.
Bencana alam adalah peristiwa yang menyebabkan gangguan serius pada
masyarakat yang menyebabkan kerugian yang besar baik secara ekonomi, sosial,
lingkungan dan melampaui batas kemampuan masyarakat untuk mengatasi
dampak bencana alam dengan menggunakan sumberdaya yang mereka miliki
(IDEP 2007). Bencana alam dapat terjadi karena aktivitas alami dan juga
kombinasi dengan aktivitas manusia. Seperti yang dikutip dari BPPN (2006), ada
bencana yang disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) dan adapula yang
disebabkan karena ulah manusia (man-made disaster).
Beberapa bencana seperti tsunami di Aceh dan Sumatera Utara, gempa
bumi di Nias, banjir di Jakarta, letusan gunung berapi di berbagai daerah, serta
kekeringan menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang rawan
terhadap resiko bencana. Dampak yang dihasilkan dari bencana yang terjadi
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, salah satunya adalah petani.
Mayoritas penduduk Indonesia berprofesi di sektor pertanian. Berdasarkan
pemaparan Hadianto et al. (2009), penduduk Indonesia yang tercatat sebagai
petani mencapai 45 juta jiwa, dan sebagian besar adalah nelayan kecil, buruh tani,
dan petani pemilik lahan kurang dari 0.3 ha. Dalam kondisi yang normal pun
(tanpa bencana) usaha tani adalah usaha yang rentan, apalagi dengan ditambah
adanya bencana yang memperparah keadaan. Hal ini mengakibatkan kehidupan
petani jauh dari berkecukupan.
Alam tidak dapat diprediksi dan cenderung tidak menentu. Adanya
perubahan iklim juga sangat berpengaruh bagi produktivitas pertanian. Menurut
Nurmala (2011)1, perubahan iklim merupakan isu yang hangat diperbincangkan
1

kutipan pada artikel di Suara Pembaruan yang berjudul BMKG Sosialisasi Dampak
Perubahan Iklim bagi Petani diakses pada tanggal 16 November 2013 pukul 23.00 di
http://www.suarapembaruan.com/home/bmkg-sosialisasi-dampak-perubahan-iklim-bagipetani/11406

2

dan memerlukan penanganan yang berkelanjutan. Pada skala nasional, jika tidak
ada upaya peningkatan kapasitas petani, maka situasi ini akan mengancam
keamanan pangan nasional karena kegagalan panen akibat bencana alam yang
terkait dengan cuaca dan iklim. Contoh kasus kerugian yang muncul dari bencana
terhadap petanian terjadi di Kabupaten Garut. Kepala Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura (DTPH) Kabupaten Garut Tatang Hidayat menuturkan, luas lahan
sawah mengalami kekeringan di Kabupaten Garut berdasarkan data lapangan pada
tanggal 1 - 7 September 2013 mencapai sekitar 341 ha. Terdiri atas kekeringan
ringan 289 ha, kekeringan sedang 32 ha, dan kekeringan berat 20 ha. Kekeringan
tersebut menyebabkan kehilangan produksi padi sekitar 426 ton, atau setara Rp1.6
miliar2.
Kondisi alam seperti yang dipaparkan sebelumnya menuntut petani untuk
dapat beradaptasi dan membuat pola-pola tertentu untuk mempertahankan
kehidupan mereka. Walaupun petani memiliki kerentanan yang tinggi terhadap
ketidakstabilan alam, tetapi petani juga memiliki kelentingan atau resiliensi yang
tinggi yang diwujudkan sebagai strategi nafkah oleh rumahtangga petani.
Dharmawan (2006) memberikan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan strategi
nafkah tidak terbatas pada mata pencaharian, tetapi lebih ke strategi penghidupan.
Selain itu, menurutnya sumber nafkah rumahtangga sangat beragam (multiple
source of livelihood) karena rumahtangga tidak tergantung hanya pada satu
pekerjaan dan satu sumber nafkah tidak dapat memenuhi semua kebutuhan
rumahtangga. Strategi nafkah sangatlah beragam di setiap wilayahnya dan
individunya. Seperti yang diungkapkan oleh Turasih (2011), “pilihan strategi
nafkah sangat ditentukan oleh kesediaan sumberdaya dan kemampuan mengakses
sumber-sumber nafkah tersebut. Berdasarkan penelitian Hastuti (2006) diketahui
bahwa adanya perubahan strategi nafkah yang dilakukan oleh masyarakat sekitar
wisata Kaliedem pasca erupsi Gunung Merapi. Pada awalnya kegiatan utama
masyarakat di wilayah tersebut adalah berdagang di lokasi wisata Kaliadem.
Namun kegiatan tersebut harus berubah menjadi beternak dan beragam jenis
pekerjaan lainnya setelah adanya bencana erupsi Gunung Merapi.
Kampung Laut merupakan salah satu Kecamatan yang berada di
Kabupaten Cilacap. Sesuai dengan namanya, Kampung Laut terletak di Laguna
Segara Anakan yang dikelilingi perairan dan hutan mangrove. Akibat endapan
lumpur dari Sungai Citanduy dan sungai–sungai lain, luasan desa di Kampung
Laut semakin bertambah tiap tahun (Suryawati 2012). Terdapat empat desa di
Kecamatan Kampung Laut, yakni Desa Ujung Alang, Klaces, Ujung Gagak, dan
Panikel. Kampung Laut merupakan kawasan yang rawan terhadap bencana rob.
Rob merupakan istilah untuk banjir di daerah pasang surut. Setiap tahunnya,
Kampung Laut direndam air laut yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar
bagi penduduk sekitar, terutama di sektor pertanian. Dikutip dari Harian Suara

2

artikel di inilah.com "inovasi portal berita" yang berjudul 431 Ha Sawah di Garut
Kekeringan, Kerugian Rp1,6 M diakses pada tanggal 17 November 2013 pukul 12.40 di
http://m.inilah.com/read/detail/2027639/431-ha-sawah-di-garut-kekeringan-kerugianrp16-m

3

Merdeka3, kerugian yang ditimbulkan dari banjir rob pada tahun 2007 di
Kampung Laut mencapai ratusan juta rupiah dan mengakibatkan kerusakan
tanaman padi di areal seluas 95 ha. Setiap tahun setidaknya ada 200 KK di
Kecamatan Kampung laut yang rumahnya terancam air pasang. Naiknya
permukaan air di sungai-sungai yang ada di kecamatan tersebut memang
tergantung bergantinya angin musim. Berdasarkan pemaparan tersebut, menjadi
penting bagi penulis untuk menganalisis lebih jauh mengenai Resililensi nafkah
petani di Kecamatan Kampung Laut sebagai kawasan yang rawan bencana.

Masalah Penelitian
Mayoritas penduduk Indonesia berusaha di sektor pertanian. Usaha tani
merupakan usaha yang sangat rentan, hal ini dikarenakan ketergantungan
sepenuhnya terhadap kondisi alam. Alam tidak dapat diprediksi dan cenderung
tidak menentu. Ketergantungan yang tinggi itulah yang menyebabkan kerentanan
bagi kehidupan petani. Dalam kondisi yang normal pun (tanpa bencana) usaha
tani adalah usaha yang rentan, apalagi dengan ditambah adanya bencana yang
memperparah keadaan.
Keadaan sumberdaya sangat mempengaruhi pilihan strategi nafkah yang
akan dilakukan oleh seseorang. Ellis (2000) memaparkan terdapat lima modal
ataupun yang disebut livelihood assets, yakni modal alam, fisik, manusia, sosial,
dan finansial. Rumahtangga akan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
semaksimal mungkin untuk mendukung kehidupan anggota rumahtangganya.
Keterbatasaan modal yang dialami rumahtangga akan membatasi peluang
rumahtangga dalam menentukan strategi nafkah` yang mereka lakukan. Selain itu,
dapat dikatakan keterbatasan akan modal tersebut mempengaruhi “kerentanan”
yang dialami oleh rumahtangga.
Bencana rob yang terjadi di Kampung Laut memang sudah menjadi hal
yang biasa bagi masyarakat sekitar, karena bencana tersebut rutin terjadi setiap
tahunnya. Namun, dampak dari bencana tersebut sangat mempengaruhi kehidupan
masyarakat, khususnya petani karena produktivitas pertanian sangat menurun
dengan adanya kondisi tersebut. Penurunan produktivitas tersebut otomatis akan
mempengaruhi kondisi perekonomian petani setempat. Mengingat kebutuhan
hidup yang semakin meningkat, petani dituntut untuk melakukan beragam cara
dan strategi agar keluar dari permasalahan ekonomi yang melanda. Strategi nafkah
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk dapat keluar dari
permasalahan yang ada. Oleh karena itu, menarik untuk diteliti :
1. Sejauhmana penguasaan livelihood asset yang dilakukan oleh rumahtangga
petani
2. Bagaimana bentuk strategi nafkah yang dibangun rumahtangga petani
3. Bagaimana struktur pendapatan yang dimiliki oleh rumahtangga petani baik
dari sektor pertanian maupun non pertanian
4. Bagaimana bentuk resiliensi nafkah rumahtangga petani
3

Kutipan pada Harian Suara Merdeka yang berjudul Rob di Kampung Laut Semakin
Tinggi diakses pada tanggal 30 Desember 2013 pukul 21.34 di
http://www.suaramerdeka.com/harian/0712/28/ban03.htm

4

Tujuan Penelitian

1.
2.
3.
4.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
Menganalisis penguasaan livelihood asset yang dibangun oleh rumahtangga
Menganalisis bantuk strategi nafkah yang dibangun rumahtangga petani
Menganalisis struktur pendapatan yang dimiliki oleh rumahtangga petani baik
dari sektor pertanian maupun non-pertanian
Menganalisis bentuk resiliensi nafkah rumahtangga petani

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan menjadi proses pembelajaran dalam
memahami fenomena sosial di lapangan. Selain itu, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan literatur mengenai topik yang terkait.
2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
mengenai kondisi desa, serta memaparkan berbagai usaha yang dilakukan
oleh masing-masing rumahtangga dalam bertahan hidup, sehingga menjadi
referensi bagi rumahtangga lainnya untuk membangun strategi
penghidupannya dengan menggunakan potensi yang dimiliki masing-masing.
3. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan menjadi suatu saran dalam
memberikan informasi dan data untuk pembuatan kebijakan yang terkait
dengan petani dan pertanian khususnya di Kecamatan Kampung Laut.

5

PENDEKATAN TEORITIS
Bab ini berisi tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian
dan definisi operasional. Tinjauan pustaka berisi teori-teori dan konsep-konsep
dasar untuk menganalisis data hasil penelitian, kerangka pemikiran berisi alur
pemikiran logis yang diteliti, hipotesis adalah dugaan sementara dari hasil
penelitian dan definisi operasional berisi variabel-variabel yang diteliti. Berikut
uraian dari masing-masing bagian tersebut.

Tinjauan Pustaka
Bencana Alam dan Pengaruhnya bagi Sektor Pertanian
Dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana menyebutkan definisi bencana adalah sebagai berikut:
“Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis”

Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, nonalam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana non-alam, dan
bencana sosial. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh
manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas
masyarakat, dan teror.
Menurut BPPN (2006), faktor-faktor penyebab terjadinya bencana antara
lain:
1. Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena manusia (man-made
hazars) yang menurut United Nations International Strategy For Disaster
Reduction (UN-ISDR) dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi
(geological hazards), bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological
hazards), bahaya biologi (biological hazards), bahaya teknologi
(technological hazards), dan penurunan kualitas lingkungan (environmental
degradation).
2. Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta
elemen-elemen di dalam kawasan beresiko bencana
3. Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen di dalam masyarakat.
Penelitian Suryawati (2012) menunjukkan adanya ketergantungan
masyarakat yang tinggi terhadap alam baik dari segi ekonomi maupun sosial.
Adanya sedimentasi yang terjadi di Laguna Segara Anakan membuat masyarakat
harus memutar otak menciptakan sumber-sumber ekonomi bagi penghidupan

6

rumahtangganya. Hasil penelitian Hastuti (2006) di lereng Gunung Merapi
memaparkan bahwa adanya peristiwa letusan Gunung Merapi di Tahun 2006
menciptakan keterpurukan ekonomi rumahtangga karena kesulitan memperoleh
pendapatan. Penelitian Rochana (2011) di Pesisir Bandar Lampung juga
menyebutkan bahwa gelombang pasang telah menjadi bencana yang memporakporandakan kehidupan pesisir. Seluruh aktivitas ekonomi produktif penangkapan
ikan di laut beserta ikutannya terhenti oleh gelombang pasang. Sebagian bangunan
fisik rumah masyarakat pesisir hancur luluh lantak. Rusaknya infrastruktur rumah
sebagai sarana dasar untuk berteduh dan lumpuhnya perekonomian bagi
masyarakat pesisir yang sebagian besar miskin yang berujung pada peningkatan
kesulitan hidupnya.
Kerentanan Rumahtangga Petani
Kerentanan yaitu kecenderungan sistem kompleks adaptif mengalami
pengaruh buruk dari keterbukaannya terhadap tekanan eksternal dan kejutan
(Kasperson 1998 dalam Suryawati 2012). Kerentanan adalah manifestasi dari
struktur sosial, ekonomi, politik, dan pengaturan lingkungan. Kerentanan dapat
dilihat dari dua unsur, yaitu paparan terhadap resiko dan coping capacity. Manusia
yang lebih memiliki kapasitas untuk mengatasi kejadian ekstrem, kerentanannya
lebih sedikit terhadap resiko. Semakin rentan sebuah sistem, maka semakin
rendah kapasitas kelembagaan dan masyarakat untuk beradaptasi dan membentuk
perubahan (Adger et al. dalam Rochana 2011).
Menurut Hadianto et al. (2009), penetapan indikator kerentanan dilihat
berdasarkan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh di tingkat individu,
masyarakat, wilayah dan institusi. Adapun beberapa faktor utama yang
berpengaruh terhadap kerentanan sosial, diantaranya adalah kurangnya akses
terhadap sumberdaya (informasi, pengetahuan, dan teknologi), terbatasnya akses
terhadap kekuatan dan keterwakilan politik, modal sosial, koneksi dan jejaring
sosial, adat kebiasaan dan nilai budaya. Selain itu, terdapat beberapa indikator
kuantitatif kerentanan sosial ekonomi, diantaranya: usia (dibawah 5 tahun dan
diatas 65 tahun), pendapatan, gender, dan status kerja. Dalam penelitian Sunarti
(2007) menunjukkan bahwa pendidikan seseorang menentukan kemampuannya
dalam mengembangkan mekanisme coping dalam menghadapi situasi darurat
karena bencana.
Petani adalah kelompok orang yang sangat rentan. Hal ini diakibatkan oleh
SDM dan aksesnya yang terbatas. Menurut Hadianto et al.(2009), dalam kondisi
yang normal pun usaha tani adalah usaha yang rentan, ditambah lagi dengan
adanya bencana yang memperparah kondisi kehidupan petani. Dalam hasil
penelitian Suryawati (2012), kerentanan yang terdapat pada masyarakat di Laguna
Segara Anakan diantaranya disebabkan kondisi SDM yang rendah yang
dikarenakan kurangnya dukungan sarana dan prasarana pendidikan, akses dan
mobilitas yang sangat rendah, serta penduduk yang berdiam di lokasi-lokasi yang
sangat rawan bencana dengan dukungan fasilitas yang sangat terbatas.
Konsep Resiliensi
Menurut Adger (2000), resiliensi merupakan kebalikan dari kerentanan
(vulnerability), dimana kedua konsep tersebut laksana dua sisi mata uang. Konsep
resiliensi merupakan konsep yang luas, didalamnya termasuk kapasitas dan

7

kemampuan merespon dalam situasi krisis/konflik/darurat. Resiliensi merupakan
kemampuan untuk bertahan dan kembali ke keadaan semula pada saat terjadi
bencana. Resiliensi merupakan proses yang dinamis mencakup adaptasi yang
positif saat rerjadi bencana. Resiliensi pada saat bencana adalah kemampuan
untuk mencegah atau melindungi serangan dan ancaman yang memiliki banyak
resiko dan kejadian. Resiliensi termasuk dalam sistem penguatan, membangun
pertahanan, dan mengimplementasikan back up system, dan pengurangan kerugian
(James et al. 2006 dalam Praptiwi 2009)
Palmer (1997) dalam Praptiwi (2009) mendeskrispsikan empat tipe
resiliensi, yaitu:
1. Anomic survival; orang atau keluarga yang dapat bertahan dari gangguan
2. Regenerative resilience; dapat melengkapi usaha untuk mengembangkan
kompetensi dari mekanisme coping
3. Adaptive resilience; periode yang relatif berlanjut dari pelaksanaan dan
strategi coping
4. Flourishing resilience; penerapan yang luas dari perilaku dan strategi
coping
Michalski & Watson dalam Praptiwi (2009) memaparkan berbagai
karakteristik rumahtangga yang memiliki resiliensi, yakni:
1. Kompeten dalam menyelesaikan masalah dan kemampuan dalam
mengambil keputusan
2. Adanya pembagian tugas dalam rumahtangga
3. Fleksibilitas dan kemampuan adaptasi untuk mencapai tujuan
4. Kemampuan komunikasi yang baik
5. Mempunyai hubungan yang konsisten dengan sesama.
Resiliensi dalam hubungannya dengan ekonomi dapat dilihat dari
ketahanan nafkah rumahtangga, dimana resiliensi diartikan sebagai kemampuan
rumahtangga untuk bertahan ketika krisis keuangan. Selain hubungannya dengan
faktor ekonomi, resiliensi juga dapat dihubungkan dengan faktor sosial-ekologi.
Menurut Carpenter (2001) dalam Suryawati (2012), resiliensi sosial-ekologi
adalah (1) jumlah gangguan yang dapat diserap oleh sistem dan berada dalam
keadaan yang sama, (2) tingkatan dimana sistem memiliki kemampuan
mengorganisir kembali dirinya, dan (3) tingkatan dimana sistem mampu membuat
dan meningkatkan kapasitas untuk belajar dan beradaptasi. Sistem sosial-ekologis
yang kehilangan resiliensi disebut sebagai sistem yang rentan.
Nafkah Rumahtangga Petani Pedesaan
Konsep nafkah memiliki arti sebagai cara hidup. Konsep ini biasanya
disejajarkan dengan konsep livelihood (mata pencaharian). Dharmawan (2006)
memberikan penjelasan bahwa livelihood memiliki pengertian yang lebih luas
daripada sekedar means of living yang bermakna secara sempit sebagai mata
pencaharian saja. Strategi nafkah adalah berbagai kombinasi dari aktivitasaktivitas dan pilihan-pilihan kegiatan nafkah yang dilakukan orang untuk
mencapai kebutuhan dan tujuan kehidupannya (Aristiyani 2001 dalam Tulak
2009). Strategi nafkah adalah proses-proses dimana rumahtangga membangun
suatu kegiatan dan kapabilitas dukungan sosial yang beragam untuk bertahan
hidup atau meningkatkan taraf hidupnya (Tulak 2009).

8

Menurut Crow dalam Dharmawan (2001), terdapat aspek-aspek penting
dalam strategi nafkah, yaitu:
1. Harus terdapat pilihan yang dapat dipilih oleh seseorang sebagai tindakan
alternatif
2. Kemampuan melatih kekuatan
3. Dengan merencanakan strategi yang mantap, ketidakapastian yang dihadapi
seseorang dapat diminimalisir
4. Strategi dibangun sebagai respon terhadap tekanan yang hebat yang menerpa
seseorang
5. Harus ada sumberdaya dan pengetahuan sehingga seseorang bisa membentuk
dan mengikuti berbagai strategi yang berbeda
6. Strategi biasanya merupakan keluaran dari konflik dan proses yang terjadi
dalam rumahtangga.
Menurut Ellis (2000) pembentuk strategi nafkah dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
1. Berasal dari on-farm
Merupakan strategi nafkah yang didasarkan dari sumber hasil pertanian dalam
arti luas (pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dan
sebagainya)
2. Berasal dari off-farm
Berupa upah tenaga kerja pertanian, sistem bagi hasil (harvest share system),
konrak upah tenaga kerja non-upah dan lain-lain.
3. Berasal dari non-farm
Sumber pendapatan berasal dari luar kegiatan pertanian yang dibagi menjadi
lima, yaitu: upah tenaga kerja pedesaan bukan pertanian, usaha sendiri di luar
kegiatan pertanian, pendapatan dari hak milik (misalnya: sewa), kiriman dari
buruh migran yang pergi ke kota, dan kiriman dari buruh migran yang pergi
ke luar negeri.
Ellis (2000) memaparkan terdapat lima tipe modal atau yang biasa disebut
sebagai (livelihood asset), yakni:
1. Modal manusia yang meliputi jumlah (populasi manusia), tingkat pendidikan
dan keahlian yang dimiliki dan kesehatannya.
2. Modal alam yang meliputi segala sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan
manusia untuk kelangsungan hidupnya, seperti air, tanah. udara, hutan, dan
sebaganya.
3. Modal sosial yaitu berupa jaringan sosial dan lembaga dimana seseorang
berpartisipasi dan memperoleh dukungan untuk kelangsungan hidupnya.
4. Modal finansial yaitu berupa kredit dan persediaan uang tunai yang bisa
diakses untuk keperluan produksi dan konsumsi
5. Modal fisik yaitu modal yang berbentuk infrastruktur dasar seperti gedung,
jalan dan sebagainya.
Scoones (1998) dalam Tulak (2009) menggolongkan strategi nafkah petani
menjadi tiga golongan besar, yakni:
1. Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang merupakan usaha penguasaan sektor
pertanian agar lebih efektif dan efisien baik melalui penambahan input
eksternal berupa tenaga kerja atau teknologi (intensifikasi) maupun dengan
memperluas lahan garapan pertanian (ekstensifikasi)

9

2. Pola nafkah ganda yang merupakan usaha yang dilakukan dengan cara
mencari pekerjaan selain sektor pertanian untuk menambah pendapatan
(diversifikasi pekerjaan)
3. Rekayasa spasial merupakan usaha yang dilakukan dengan cara
mobilisasi/perpindahan penduduk baik secara permanen maupun sirkular
(migrasi)
Berdasarkan beberapa literatur, terdapat berbagai jenis strategi nafkah yang
dilakukan oleh rumahtangga dalam meningkatkan kualitas hidupnya atau sekedar
untuk mempertahankan hidupnya. Hasil penelitian Widiyanto (2009) pada petani
tembakau di Lereng Gunung Sumbing, diketahui bahwa strategi nafkah yang
dilakukan rumahtangga petani tembakau dengan mengkombinasikan aset-aset
(modal) yang dimiliki, yaitu: modal alami, modal fisik, modal finansial, modal
sumberdaya manusia, dan modal sosial. Secara umum rumahtangga petani di
daerah penelitian membangun beberapa strategi nafkah, yaitu: strategi produksi,
solidaritas vertikal, solidaritas horizontal, berhutang, patronase, srabutan,
akumulasi, dan manipulasi komoditas, sedangkan kelembagaan yang dibangun
oleh petani sebagai implementasi dari strategi nafkah adalah sistem nitip,
royongan, gabung hasil panen, dan maro.
Kerangka Pemikiran

Penguasaan Livelihood Assets
Modal Alam

Kerentanan

Modal Manusia

Modal Fisik

Modal Sosial

Modal Finansial

Tingkat Resiliensi Nafkah

Tingkat Pendapatan dari
Sektor Pertanian

Tingkat Pendapatan dari
Sektor Non- Pertanian

Gambar 1. Kerangka Analisis Penelitian
Keterangan :
Berhubungan
Deskriptif

Strategi
Nafkah

10

Usaha tani merupakan usaha yang rentan. Hal ini dikarenakan keterbatasan
petani terhadap berbagai hal seperti akses terhadap informasi, teknologi dan
sebagainya. Kerentanan pada petani diperparah dengan adanya ketergantungan
terhadap alam yang sangat tinggi, sementara alam tidak dapat diprediksi dan tidak
menentu. Kecamatan Kampung Laut merupakan representasi dari hal tersebut.
Banjir rob yang merendam wilayah tersebut membuat kehidupan perekonomian
masyarakat sekitar semakin sulit. Usaha yang dilakukan untuk keluar dari
permasalahan ini dengan cara menerapkan berbagai strategi untuk dapat tetap
bertahan hidup. Beragam strategi dapat diterapkan oleh petani sesuai dengan
kondisi alam dan karakteristik mereka masing-masing. Salah satunya dengan
penguasaan livelihood asset berupa modal fisik, alam, finansial, sosial, dan
manusia. Dengan penguasaan yang optimal, diduga pendapatan ekonomi
rumahtangga akan meningkat pula.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dirumuskan maka dapat
disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Diduga terdapat hubungan antara penguasaan livelihood asset yang terdiri dari
modal manusia, alam, fisik, finansial dan sosial yang dilakukan rumahtangga
terhadap tingkat resiliensi rumahtangga petani
2. Diduga terdapat hubungan antara tingkat resiliensi rumahtangga terhadap
struktur pendapatan yang dibangun rumahtangga baik dari sektor pertanian
maupun non-pertanian
3. Diduga rumahtangga petani melakukan berbagai strategi nafkah untuk dapat
bertahan hidup.

Definisi Operasional
1.

Livelihood Asset adalah lima modal sumberdaya yang dimanfaatkan dalam
penerapan strategi nafkah. Kelima modal tersebut antara lain:
a. Tingkat modal manusia, dilihat dari tingkat pendidikan, penggunaan
tenaga kerja, dan tingkat alokasi tenaga kerja Berikut merupakan
pemaparan dari masing masing variabel.
- Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang
dijalani. Tingkat pendidikan termasuk ke dalam jenis data ordinal,
dengan kategori :
a. Rendah
: tidak sekolah atau lulus SD
b. Sedang
: lulus SMP
c. Tinggi
: lulus SMA atau PT
- Tingkat penggunaan tenaga kerja adalah jumlah orang yang
dipekerjakan dalam usahatani yang dijalankan. Tingkat penggunaan
tenaga kerja masuk ke dalam jenis data ordinal, dengan kategori:
a. Rendah
: apabila tidak menggunakan orang lain
b. Sedang
: apabila mengunakan satu orang
c. Tinggi
: apabila menggunakan dua orang atau lebih

11

-

b.

c.

d.

e.

4

Tingkat alokasi tenaga kerja adalah jumlah anggota rumahtangga yang
memiliki pendapatan. Pengkategorian variabel ini sebagai berikut:
a. Rendah, apabila hanya kepala keluarga yang bekerja
b. Sedang, apabila ibu dan bapak yang bekerja
c. Tinggi, apabila seluruh anggota keluarga dengan usia produktif
bekerja.
Pengskoran4 untuk tingkat modal manusia adalah sebagai berikut:
Rendah (3 – 5), sedang (6 – 7), dan tinggi (8 – 9)
Tingkat modal alam adalah luas kepemilikan lahan pertanian oleh
rumahtangga petani. Kategori variabel tingkat modal alam termasuk
dalam jenis data ordinal yang diperoleh dari lapangan, berikut
penggolongannya:
2
a. Rendah, apabila luas lahan yang dimiliki 150 m – 850 m2
b. Sedang, apabila luas lahan yang dimiliki 851 m2 – 1551m2
c. Tinggi, apabila luas lahan yang dimiliki > 1551 m2
Tingkat modal sosial dilihat berdasarkan tiga aspek, yakni kekuatan
jaringan, kepercayaan, tingkat kepatuhan terhadap norma. Rincian ketiga
aspek tersebut sebagai berikut :
- Kekuatan jaringan adalah hubungan-hubungan yang terjalin antara
sesama masyarakat yang dapat dilihat dari aspek hubungan
pertetanggaan, pertemanan, kerja, maupun hubungan dengan
pemangku desa
- Kepercayaan meliputi kepercayaan pada keluarga, tetangga, orang
dari kelas yang berbeda, pada pemilik usaha, pada aparat pemerintah
- Kepatuhan terhadap norma meliputi kesediaan menolong orang lain,
kepedulian pada orang lain, keterbukaan pada orang lain.
Tingkat modal sosial termasuk dalam jenis data ordinal, adapun
pengkategoriannya sebagai berikut:
a. Rendah, apabila hanya memiliki satu aspek saja
b. Sedang, apabila memiliki dua aspek
c. Tinggi, apabila memiliki ketiga aspek
Tingkat modal finansial adalah investasi keuangan yang dapat
dimanfaatkan untuk mengelola sumber daya dalam memenuhi kebutuhan
hidup, yakni berupa tingkat tabungan dan tingkat pinjaman. Tingkat
tabungan akan dilihat berdasarkan tingkat pendapatan dan pengeluaran,
seperti berikut :
a. Rendah, apabila tabungan bernilai negatif (tidak memiliki) dan
rumahtangga memiliki pinjaman
b. Sedang, apabila tabungan bernilai negatif (tidak memiliki) dan
rumahtangga tidak memiliki pinjaman
c. Tinggi, apabila tabungan bernilai positif (memiliki) dan tidak
memiliki pinjaman
Modal fisik adalah berbagai sarana dan prasarana fisik yang dibangun
untuk tujuan-tujuan pembangunan dan penghidupan masyarakat, seperti
infrastruktur jalan, listrik, sarana pendidikan dan kesehatan. Tingkat modal
fisik akan diukur dengan melihat kepemilikan alat-alat yang mendukung
Penentuan skor : rendah (1), sedang (2), dan tinggi (3)

12

2.

3.

4.

5.

dalam aktifitas nafkah rumahtangga, seperti sepeda motor, traktor dan
warung. Tingkat modal fisik termasuk dalam jenis data ordinal, adapun
pengkategoriannya sebagai berikut:
a. Rendah, apabila tidak memiliki alat-alat yang mendukung aktifitas
nafkah
b. Sedang, apabila memiliki satu alat-alat yang mendukung aktifitas
nafkah
c. Tinggi, apabila memiliki dua atau lebih alat yang mendukung aktifitas
nafkah
Pengskoran untuk tingkat penguasaan livelihood asset adalah sebagai berikut:
rendah (5 – 8), sedang (9 – 12), tinggi (13 – 15)
Tingkat resiliensi nafkah adalah lama waktu yang dibutuhkan oleh
rumahtangga untuk recovery ketika terjadi krisis. Variabel tingkat resiliensi
nafkah termasuk dalam jenis data ordinal, berikut pengkategoriannya
berdasarkan data yang diperoleh di lapang:
a. Rendah, apabila rumahtangga membutuhkan waktu 1 sampai 5 bulan
untuk kembali ke kondisi normal
b. Sedang, apabila rumahtangga membutuhkan waktu 6 sampai 11 bulan
untuk kembali ke kondisi normal
c. Tinggi, apabila rumahtangga membutuhkan waktu lebih dari 11 bulan
untuk kembali ke kondisi normal
Tingkat variasi nafkah adalah jumlah aktifitas nafkah yang dilakukan oleh
rumahtangga petani dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tingkat variasi
nafkah termasuk pada data ordinal. Berikut pengkategoriannya:
a. Rendah, apabila hanya memiliki satu aktifitas nafkah
b. Sedang, apabila memiliki dua aktifitas nafkah
c. Tinggi, apabila memiliki tiga aktifitas nafkah
Tingkat pendapatan pertanian adalah total uang yang diterima oleh
rumahtangga dari bekerja di sektor pertanian seperti bertani, berternak, dan
menangkap ikan. Variabel tingkat pendapatan pertanian merupakan data
ordinal. Penentuan kategori tingkat pendapatan pertanian disesuaikan dengan
data yang diperoleh di lapang. Berikut penggolongannya:
a. Rendah, jika pendapatan Rp. 500 000 – Rp. 6 800 000 per tahun
b. Sedang, jika pendapatan Rp. 6 800 001 – Rp. 13 100 000 per tahun
c. Tinggi, jika pendapatan > Rp. 13 100 000 per tahun
Tingkat pendapatan non pertanian adalah total uang yang diterima oleh
rumahtangga dari bekerja di non sektor pertanian seperti berdagang, membuat
gula kelapa, menjadi kuli angkut dan sebagainya. Variabel tingkat pendapatan
non pertanian merupakan data ordinal.
Penentuan kategori tingkat
pendapatan non pertanian disesuaikan dengan data yang diperoleh di lapang.
Berikut penggolongannya:
a. Rendah, jika pendapatan Rp. 500 000 – Rp. 9 033 000 per tahun
b. Sedang, jika pendapatan Rp. 9 033 001 – Rp. 17 566 000 per tahun
c. Tinggi, jika pendapatan > Rp. 17 566 000 per tahun

13

METODE PENELITIAN
Metode penelitian berisi informasi mengenai lokasi dan waktu penelitian,
teknik pengumpulan data serta teknik pengolahan dan analisis data. Berikut
uraian dari masing-masing bagian tersebut.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap,
Propinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan
mempertimbangkan kondisi pertanian di daerah tersebut, serta letaknya yang
berada di Laguna Segara Anakan yang menjadikan desa ini cukup unik
dibandingkan dengan desa lainnya. Penelitian ini difokuskan pada dua dusun,
yakni Dusun Lempong Pucung dan Klaces. Data yang diperoleh dari masingmasing dusun disandingkan untuk melihat perbandingan dan variasi data.
Sebelum menentukan lokasi penelitian, peneliti melakukan observasi
melalui penjajakan ke lokasi penelitian dan penelusuran literatur yang terkait
dengan lokasi penelitian. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal
skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan data dan analisis data,
penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Lama
pelaksanaan penelitian sekitar enam bulan.

Teknik Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan untuk menggali fakta, data, dan
informasi dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif yang didukung
dengan data kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui survei yaitu
mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpul data (Singarimbun dan Efendi 1989). Pengumpulan data kualitatif
dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam terhadap
informan. Metode lain yang digunakan adalah melalui observasi lapang di lokasi
penelitian guna melihat fenomena aktual yang terjadi dan juga mengkaji dokumen
yang ada seperti data monografi desa.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani di Dusun Lempong
Pucung dan Klaces, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap. Unit analis