Gambaran Darah Pada Ayam Lokal Petelur Pembibit (Grand Parent Stock) Tiara 15 Yang Mengalami Feather Pecking

GAMBARAN DARAH PADA AYAM LOKAL PETELUR
PEMBIBIT (GRAND PARENT STOCK) TIARA 15 YANG
MENGALAMI FEATHER PECKING

VALENTINE V G HUTAPEA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Gambaran Darah pada
Ayam Lokal Petelur Pembibit (Grand Parent Stock) Tiara 15 yang Mengalami
Feather Pecking adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir


ABSTRAK
VALENTINE V G HUTAPEA. Gambaran Darah pada Ayam Lokal Petelur
Pembibit (Grand Parent Stock) Tiara 15 yang Mengalami Feather Pecking.
Dibimbing oleh MARIA ULFAH dan MAWAR SUBANGKIT.
Feather pecking (FP) adalah tingkah laku abnormal berupa mematuk,
mencabut, bahkan memakan bulu dari ayam sejenis. Tingkah laku ini merupakan
masalah kesejahteraan hewan dan ekonomi pada ayam petelur. Feather pecking
dapat mengakibatkan luka yang akan menimbulkan infeksi. Patukan atau infeksi
tersebut dapat mempengaruhi status kesehatan dari korban. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengkaji gambaran darah ayam arab Tiara 15 yang mengalami
feather pecking. Ayam arab yang digunakan dalam penelitain ini berjumlah 28
ekor yang terbagi menjadi empat kelompok berdasarkan tingkah laku FP yaitu
GFP, korban, kontrol, dan GFP+korban. Parameter gambaran darah meliputi
eritrosit, hematokrit, hemoglobin, leukosit, diferensiasi leukosit (limfosit, heterofil,
monosit, eosinofil, dan basofil) dan rasio H/L. Data yang diperoleh dianalisis
secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan jumlah eritrosit, hemoglobin,
hematokrit, leukosit, diferensiasi leukosit (limfosit, heterofil, monosit, eosinofil, dan
basofil) dan rasio H/L pada ayam arab TIARA 15 termasuk dalam kisaran normal,
sehingga dapat disimpulkan gambaran darah tidak dipengaruhi oleh tingkah laku FP.

Kata kunci: ayam arab, feather pecking, gambaran darah, indeks stress

ABSTRACT
VALENTINE V G HUTAPEA. Blood Profile in Grand Parent Stock of Local
Chicken TIARA 15 which Receive Feather Pecking. Supervised by MARIA
ULFAH and MAWAR SUBANGKIT.
Feather pecking (FP) is abnormal behaviour of pecking, pulling out and
eating feathers of conspecifics. It is a welfare and economic problem in laying
hens. Feather pecking can results a wounds which can lead to infection. That
infection can influence the health status of the recipient. The aim of this study is
to study the blood profile in Grand Parent Stock of Tiara 15 which receive feather
pecking. The Tiara 15 chickens which were used in this research were 28 hens
which divided into four groups based on feather pecking behaviour, namely GFP,
recipient, control, GFP+recipient. The variables observed in this research are the
number of erythrocytes, hematocrit, hemoglobin, leucocytes, differentiation of
leucocytes (lymphocyte, heterophile, monocyte, eosinophil , basophil) and H/L
ratio. Those above variables were in the normal range. The blood profile was not
effected by the FP behaviour.
Key words: arab chicken, blood profile, feather pecking, stress index


GAMBARAN DARAH PADA AYAM LOKAL PETELUR
PEMBIBIT (GRAND PARENT STOCK) TIARA 15 YANG
MENGALAMI FEATHER PECKING

VALENTINE V G HUTAPEA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi: Gnbaran Darah pada Ayn Lokal Petelur Penbibit (Grand
Parent Stock) Tiara 15 yangMengalani Feather Pecing

Nama

: Valentine V G Hutapea

NM

: D14110047

Disetujui oleh

PtMScAr
Penbinbing I

Tanggal Lulus:

1 2 OCT 2015

DrhMawar SubangkitMSi
Penbinbing II


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan judul
Gambaran Darah pada Ayam Lokal Petelur Pembibit (Grand Parent Stock) Tiara
15 yang Mengalami Feather Pecking. Penelitian ini dilaksanakan pada April-Juli
2015 .
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Maria Ulfah SPt MScAgr selaku
pembimbing utama, Bapak Drh Mawar Subangkit MSi selaku pembimbing
anggota, atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan serta Bapak Prof Dr Ir
Cece Sumantri MAgrSc selaku penguji ujian sidang skripsi dan Bapak Dr Jakaria
Spt MSi selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih kepada bapak (Suha
Hutapea), mama (Nurliana Ompusunggu), kakak (Maria, Martha, Roma,
Elizabeth), serta adik (Adelia) untuk dukungan yang diberikan. Ungkapan terima
kasih juga ditujukan kepada Bapak Hamzah dan Bapak Jamhari yang banyak
membantu penulis di lapang, kepada teman sepenelitian (Paul, Hiras, Anneke,
Fanny, dan Firda) atas bantuan dan kerjasamanya, serta kepada teman-teman IPTP
48 untuk semangat dan bantuanya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Oktober 2015
Valentine V G Hutapea


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 1
Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 2
METODE ................................................................................................................ 2
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................... 2
Bahan ................................................................................................................... 2
Alat ...................................................................................................................... 2
Prosedur ............................................................................................................... 3
Analisis Data .................................................................................................... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5
Gambaran Darah .................................................................................................. 5
Eritrosit ............................................................................................................ 5
Hemoglobin (Hb) ............................................................................................. 5
Hematokrit (PCV) ............................................................................................ 6
Leukosit .......................................................................................................... 6

Diferensiasi leukosit ............................................................................................ 7
Limfosit ............................................................................................................ 7
Heterofil ........................................................................................................... 8
Monosit ............................................................................................................ 8
Eosinofil ........................................................................................................... 8
Basofil .............................................................................................................. 8
Rasio H/L ......................................................................................................... 9
Pembahasan Umum ............................................................................................. 9
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 12

DAFTAR TABEL
1 Data pengelompokan ayam yang mengalami FP
2 Rataan dan simpangan baku jumlah eritrosit dan leukosit serta nilai
hematokrit dan hemoglobin
3 Rataan dan simpangan baku diferensiasi leukosit ayam arab yang
mengalami FP

3

6
6

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman genetik ayam
lokal (Sartika dan Iskandar 2007). Jika dibandingkan dengan ayam ras komersial
seperti Lohman, Huubard, Isa dan lainnya, perkembangan ayam lokal Indonesia
lebih lambat. Jumlah ayam lokal di Indonesia pada tahun 2014 hanya 286 538 000
ekor, sedangkan jumlah ayam ras di Indonesia yaitu sebanyak 1 636 529 ekor
(BPS 2014). Ketidaktersediaan kualitas yang baik pada pure line (grand parent
stock/GPS dan parent stock/PS) merupakan salah satu faktor rendahnya performa
produksi dan reproduksi ayam lokal Indonesia (Sartika 2000). Pembentukan pure
line ayam lokal Indonesia dengan program pembibitan yang sistematis perlu
dilakukan untuk meningkatkan performa produksi dan reproduksi ayam lokal
Indonesia.
Ayam arab silver merupakan salah satu ayam lokal petelur yang mempunyai
produksi telur yang sangat tinggi, 230-250 butir per tahun (Sartika dan Iskandar
2008) sehingga pembentukan galur murni ayam arab silver diharapkan dapat
meningkatkan pengembangan ayam lokal Indonesia. Permasalahan yang sering

terjadi pada program pembibitan ayam petelur adalah tingkah laku feather
pecking. Feather pecking (FP) adalah tingkah laku mematuk, melepaskan, bahkan
memakan bulu dari ayam yang sejenis. Terdapat dua jenis FP yaitu mild pecking
(gentle pecking) dan severe pecking. Feather pecking sangat merugikan karena
ayam yang mengalami tingkah laku tersebut dapat mengalami penurunan
produktivitas. Penurunan produktivitas ayam tersebut tentunya dapat
menimbulkan kerugian secara ekonomi. Selain menyebabkan kerugian secara
ekonomi, tingkah laku FP juga dapat menyebabkan masalah animal welfare.
Tingkah laku FP dapat menimbulkan luka pada ayam dan bahkan dapat
menyebabkan kematian bagi korban FP (Blokhuis dan Wiepkema 1998). Melihat
dampak negatif tersebut, maka tingkah laku FP merupakan salah satu parameter
penting dalam seleksi pada program pembibitan untuk membentuk galur murni
ayam lokal yang rendah kejadian FP (low FP).
Luka yang ditimbulkan akibat tingkah laku FP dapat menyebabkan infeksi
pada ayam. Infeksi tersebut selanjutnya dapat menyebabkan stress dan gangguan
kesehatan pada ayam. Salah satu cara untuk mengetahui status kesehatan pada
ayam adalah dengan melihat gambaran darah ayam tersebut. Gambaran darah
meliputi sel darah merah (eritrosit), nilai hematokrit, kadar hemoglobin, sel darah
putih (leukosit), diferensiasi leukosit, dan rasio H/L. Sampai saat ini, upaya untuk
membentuk galur murni ayam lokal Indonesai dengan kualitas yang baik masih

terbatas. Oleh karena itu penelitian ini akan menganalisa tentang status kesehatan
ayam lokal Indonesia yang mengalami FP melalui gambaran darahnya.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji gambaran darah yang meliputi sel
darah merah (eritrosit), nilai hematokrit, kadar hemoglobin, sel darah putih

2

(leukosit), diferensiasi leukosit (limfosit, heterofil, basofil, eosinofil, monosit),
dan rasio H/L pada ayam arab lokal petelur pembibit (Grand Parent Stock) Tiara
15 silver yang mengalami FP.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengkaji gambaran darah pada ayam arab lokal petelur
pembibit (Grand Parent Stock) Tiara 15 yang mengalami FP yang meliputi sel
darah merah (eritrosit), nilai hematokrit, kadar hemoglobin, sel darah putih
(leukosit), diferensiasi leukosit (limfosit, heterofil, basofil, eosinofil, monosit),
dan rasio heterofil/limfosit). Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi
untuk seleksi pada program pembibitan untuk membentuk galur murni ayam lokal

yang rendah kejadian FP.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pemeliharaan dan pengambilan sampel darah dilakukan di Laboratorium
Lapang Divisi Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisa
hematologi dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juli
2015.
Bahan
Penelitian ini menggunakan ayam Tiara 15 hasil seleksi pada generasi ke
lima belas (F15) yang berumur 18 minggu. Jumlah ayam yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 36 ekor dari perusahaan pembibitan ayam lokal Trias
Farm, Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat.
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang, peralatan koleksi
darah ayam dan peralatan untuk analisa gambaran darah. Ayam dipelihara pada
kandang kelompok dengan jumlah ayam 6 ekor tiap kandang. Kandang yang
digunakan berukuran 100x100x150 cm dengan pencahayaan ±14 jam per hari.
Alat lain yang digunakan untuk koleksi darah ayam dan analisa profil darah ayam
meliputi disposable syringe¸ tabung vakum dengan antikoagulan, gelas obyek,
gelas penutup, bak pewarnaan, pensil 2B, mikroskop, kamar hitung Neubauer.

3

Prosedur
Pemeliharaan Ayam
Ayam yang baru datang dari perusahaan Trias Farm diberi nomor pada kaki
kanan dan kemudian dimasukan ke dalam kandang koloni. Lama masa adaptasi
ayam dengan lingkungan kandang yang baru kurang lebih selama 2 minggu.
Pemberian ransum dilakukan sebanyak 85 gram ekor-1 hari-1, sedangkan
pemberian air minum dilakukan secara tidak terbatas (ad libitum).
Pengelompokan Ayam
Penentuan kelompok ayam berdasarkan tingkah laku FP berupa mematuk,
mencabut, bahkan memakan bulu dari ayam yang sejenis (Sinaga 2015). Total
jumlah ayam yang dipelihara adalah 36 ekor. Setelah dilakukan pengamatan
tingkah laku FP maka terpilih 28 ekor ayam Tiara 15. Penelitian tingkah laku FP
pada ayam Tiara 15 menghasilkan empat kelompok ayam, data kelompok ayam
yang mengalami FP tersebut disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Data pengelompokan ayam yang mengalami FP
Kelompok
GFP

Definisi
Ayam yang mematuk ringan pada bulu ayam dan
umumnya dilakukan di beberapa serangan.*

Jumlah (ekor)
8

Korban

Ayam yang menerima patukan FP.

10

GFP + korban

Ayam yang menjadi korban dan juga melakukan GFP.

8

Kontrol
Ayam yang tidak menjadi pelaku atau korban FP.
Keterangan : GFP = gentle feather pecking; *= menurut van Hierden et al. (2004)

2

Pengambilan Sampel Darah
Pengambilan sampel darah dilakukan diakhir pemeliharaan atau setelah
kurang lebih 2 minggu masa adaptasi kandang. Sampel darah sebanyak 3 mL
diambil pada vena brachialis menggunakan disposable syringe. Sampel darah
kemudian dipindahkan ke dalam tabung vakum berantikoagulan potassium
Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA), dan kemudian diputar menyerupai
gerakan angka delapan. Tabung vakum yang berisi darah dimasukkan ke dalam
cooling box berisi es yang sebelumnya telah dipersiapkan.
Pembuatan Preparat Ulas Darah
Preparat ulas darah dibuat dengan menggunakan dua buah gelas obyek.
Darah diambil sedikit dan diteteskan di atas gelas obyek, selanjutnya dengan gelas
obyek yang lain diratakan dengan menempatkan salah satu sisi ujung gelas obyek
sehingga membentuk sudut 30-45 o. Gelas obyek digeser dengan cepat sehingga
didapat ulasan darah tipis (Weiss dan Wardrop 2010).
Pewarnaan Sediaan Ulas Darah
Preparat ulas darah difiksasi dengan metanol selama 5 menit. Preparat
kemudian diwarnai dengan Giemsa 10% selama 30 menit. Setelah itu preparat
yang sudah diwarnai dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan dengan cara
dianginkan (Weiss dan Wardrop 2010).

4

Penghitungan Jumlah Eritrosit dan Leukosit Total
Jumlah eritrosit dihitung dengan sampel darah dimasukan ke dalam pipet
eritrosit sampai tanda 0.5 dan ditambahkan larutan pengencer Rees dan Ecker
sampai tanda 101, kemudian dihomogenkan. Campuran larutan tersebut
selanjutnya diteteskan sebanyak 1 tetes untuk dibuang dan 1 tetes ke dalam kamar
hitung hemocytometer neubeur. Penghitungan eritrosit dilakukan pada kotak
eritrosit dan perhitungan leukosit (sel darah putih) dilakukan pada kotak leukosit.
Total eritrosit yang diperoleh dikalikan dengan 5 000 untuk mengetahui jumlah
eritrosit dalam 1 mm3 darah. Total leukosit yang diperoleh dikalikan dengan 200
untuk mengetahui jumlah leukosit dalam 1 mm3 darah (Sastradipraja et al. 1989).
Penghitungan Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin (Hb) dihitung dengan cara, tabung Sahli diisi larutan HCl
0.1 N sampai angka 10. Darah dihisap sampai angka 20 (0.02 ml) dengan pipet
sahli dan aspirator. Darah yang dimasukan tabung sahli diletakkan antara kedua
bagian standar warna dalam alat hemoglobinometer, kemudian dibiarkan selama 3
menit sampai berwarna coklat. Ditambahkan setetes demi setetes aquadestilata
sambil diaduk sampai warna larutan darah sama dengan warna standar, kemudian
tinggi permukaan cairan pada tabung sahli dibaca dengan melihat skala gram %-1
yang berarti menunjukan banyaknya hemoglobin dalam gram per 100 ml darah
(Sastradipraja et al. 1989).
Nilai Hematokrit atau Packed Cell Volume (PCV)
Darah dimasukkan ke dalam mikrokapiler hematokrit sampai 4/5 bagian
pipa kapiler. Tahap berikutnya ujung mikrokapiler disumbat dengan crestaseal.
Pipa-pipa kapiler ditempatkan dalam alat pemusing (mikrosentrifuse), kemudian
diputar dengan kecepatan 12 000 rpm selama lima menit. Nilai hematokrit
diketahui dengan mengukur persentase volume eritrosit (pada pipa kapiler terlihat
lapisan merah) dengan alat mikrohematokrit (Sastradipraja et al. 1989).
Diferensiasi Leukosit
Preparat ulas yang telah diwarnai diperiksa di bawah mikroskop dengan
perbesaran 10 x 100 kali menggunakan minyak emersi. Penghitungan diferensial
leukosit didasarkan pada hasil pengamatan dengan menghitung heterofil, eosinofil,
basofil, limfosit dan monosit dalam 100 butir leukosit. Nilai absolut didapat
dengan mengalikan persentase masing-masing jenis leukosit dengan jumlah
leukosit total (Weiss dan Wardrop 2010).
Rasio Heterofil/Limfosit (H/L)
Rasio H/L diperoleh dengan cara nilai heterofil yang didapatkan dibagi
dengan nilai limfosit yang didapatkan dari perhitungan diferensiasi leukosit pada
proses sebelumnya.
Analisis Data
Data yang diperoleh disajikan dengan menggunakan Microsoft® Office
Excel 2007 dan kemudian dianalisa secara deskriptif. Data yang diperoleh

5

dianalisis deskriptif yang meliputi rataan, simpangan baku dan koefisien
keragaman (Walpole 1992).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Darah
Penglompokan ayam berdasarkan tingkah laku FP menghasilkan 4
kelompok ayam yaitu GFP, korban, GFP+korban, dan kontrol. Gambaran darah
keempat kelompok ayam tersebut yang meliputi jumlah eritrosit dan leukosit serta
nilai persentase Hb dan PCV hasil penelitian ini disajikan pada Tabel 2 di bawah
ini.
Tabel 2 Rataan dan simpangan baku jumlah eritrosit dan leukosit serta nilai
hemoglobin dan hematokrit pada ayam Tiara 15 yang mengalami FP

GFP

Hb
(gr %)
13.08±0.87

Parameter
PCV
(%)
27.22±2.82

Eritrosit
(106mm-3)
3.18±0.53

Leukosit
(103mm-3)
8.95±2.79

Korban

12.61±0.77

27.56±3.08

3.16±0.43

9.46±3.75

GFP+korban

11.72±1.21

27.09±3.82

3.10±0.76

8.92±2.14

Kontrol

13.18±0.63

30.10±2.69

3.48±0.18

8.00±2.54

Normal *

7.30 -10.90

2.00 - 3.20

16 – 40

Kelompok

24 - 43

Keterangan
Hb↑, PCV dan eritrosit
normal, leukosit ↓
Hb↑, PCV dan eritrosit
normal, leukosit ↓
Hb↑, PCV dan eritrosit
normal, leukosit ↓
Hb↑, PCV dan eritrosit
normal, leukosit ↓

Keterangan : GFP = gentle feather pecking ; *=menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988)

Eritrosit
Rataan jumlah eritrosit semua kelompok ayam Tiara 15 pada penelitian ini
berkisar antara 3.10–3.48x106 mm-3 dan berada di jumlah eritrosit normal ayam
(2.00-3.20x106 mm-3) menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988). Jumlah
eritrosit tertinggi dimiliki oleh kelompok kontrol yaitu sebesar 3.48±0.18x106 mm3
, sedangkan jumlah eritrosit terendah dimiliki oleh kelompok ayam GFP+korban
yaitu sebesar 3.10±0.76x106 mm-3. Tingginya jumlah eritrosit pada kelompok
kontrol dibandingkan dengan kelompok lain dapat disebabkan karena tidak
adanya gangguan yang dialami ayam pada kelompok kontrol yaitu berupa
gangguan FP. Eritrosit mempunyai peranan yang penting dalam tubuh. Fungsi
utamanya adalah mengangkut hemoglobin untuk melakukan fungsi pernafasan
dan selanjutnya akan mengangkut oksigen secara khusus dari paru-paru ke
jaringan serta membawa karbondioksida dari jaringan ke paru-paru (Breazile
1971).
Hemoglobin (Hb)
Rataan nilai Hb ayam Tiara 15 pada penelitian ini adalah 11.72 g%-13.18
g% dan nilai tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan nilai Hb ayam normal

6

(7.30 g%-10.90 g%) menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988). Nilai Hb
tertinggi terdapat pada kelompok kontrol yaitu sebesar 13.18±0.63 g%, sedangkan
nilai terendah Hb terdapat pada kelompok GFP+korban yaitu sebesar 11.72±1.21
g%. Hb berada di dalam butir darah merah yang berfungsi membawa oksigen ke
jaringan dan mensekresikan CO2 dari jaringan (Cunningham 2002).
Meningkatnya kadar hemoglobin menyebabkan kemampuan membawa oksigen
ke dalam jaringan lebih baik dan ekskresi CO2 lebih efisien sehingga keadaan dan
fungsi sel akan lebih baik. Rendahnya konsentrasi hemoglobin diakibatkan oleh
jumlah eritrosit yang rendah, karena hemoglobin merupakan komponen utama
pengisi eritrosit.
Hematokrit (PCV)
Kisaran nilai PCV ayam Tiara 15 pada penelitian ini adalah 27.09%30.10%, nilai tersebut berada di nilai hematokrit normal ayam (24%-43%)
menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988). Kelompok kontrol memiliki nilai
PCV tertinggi (30.10±2.69%), sedangkan kelompok GFP+korban memiliki nilai
PCV terendah (27.09±3.82%). Kelompok kontrol memiliki jumlah eritrosit, nilai
Hb dan PCV yang tertinggi, sedangakan kelompok GFP+korban memiliki jumlah
eritrosit, nilai Hb dan PCV terendah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Meyer
dan Harvey (2004) yang mengatakan bahwa jumlah eritrosit, nilai hematokrit dan
kadar hemoglobin berjalan sejajar satu sama lain apabila terjadi perubahan. Nilai
PCV adalah persen volume dari paket sel dalam darah (whole blood) setelah
sentrifugasi (Swenson 1984). Menurut Cunningham (2002), hematokrit
mempengaruhi viskositas darah. Semakin besar persentase sel dalam darah
(hematokrit) akan semakin besar gesekan yang terjadi antara berbagai lapisan
darah dan gesekan ini membentuk viskositas (Guyton dan Hall 1997).
Penyimpangan dari nilai hematokrit berpengaruh penting terhadap kemampuan
darah untuk membawa oksigen (Cunningham 2002).
Leukosit
Rataan jumlah leukosit semua kelompok ayam pada penelitian ini berkisar
antara 8.00–9.461x103 mm-3 dan nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
nilai leukosit ayam normal (16-40x103 mm-3) menurut Smith dan Mangkoewidjojo
(1988). Perbedaan jumlah leukosit tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah jenis ayam. Jumlah leukosit ayam lokal umumnya lebih
rendah dibandingkan jumlah leukosit ayam ras. Jumlah leukosit ayam arab hasil
penelitian Tamzil (2014) dan Apriansyah (2010) adalah 6.07±0.09x103 mm-3 dan
11.3±2.69x103 mm-3. Jumlah leukosit tertinggi pada penelitian ini terdapat pada
kelompok ayam korban yaitu 9.46±3.75x103 mm-3 dan terendah yaitu sebesar
8.00±2.54x103 mm-3 pada kelompok ayam kontrol. Berdasarkan ada atau tidaknya
granul dalam sitoplasma hasil pewarnaan, leukosit dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu granulosit dan agranulosit (Colville dan Bassert 2008). Leukosit
granulosit memiliki butir khas dan jelas dalam sitoplasma, sedangkan agranulosit
tidak memiliki butir khas dalam sitoplasma (Junqueira dan Caneiro 2005).

7

Diferensiasi leukosit
Diferensiasi leukosit adalah pengelompokkan leukosit berdasarkan ukuran
sel, warna granula dan jumlah gelambir inti yang teramati pada preparat ulas
(Sastradipradja 1989). Granulosit dari leukosit terdiri dari heterofil, eosinofil dan
basofil, sedangkan agranulosit dari luekosit terdiri dari limfosit dan monosit,
berikut adalah gambar diferensiasi leukosit.

(a)

(b)

(c)

Gambar 1 Diferensiasi leukosit pada ayam Arab TIARA 15 dengan menggunakan
mikroskop perbesaran 40x10: ( a) limfosit: (b) heterofil: (c) monosit.

Hasil persentase diferensiasi leukosit dan rasio H/L pada penelitian ini
disajikan pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3 Rataan dan simpangan baku diferensiasi leukosit ayam Tiara 15 yang
mengalami FP
Kelompok

Limfosit
(%)

Heterofil
(%)

Parameter
Monosit Eosinofil
(%)
(%)

GFP

74.2±18.0

23.6±17.7

2.1±2.2

Korban

70.8±14.8

26.9±14.4

81.1±7.2

17.1±7.2

Basofil
(%)

Rasio
H/L

Keterangan

0.0±0.0

-

0.41±0.5

Normal

2.3±1.2

0.0±0.0

-

0.44±0.4

Normal

1.6±0.7

0.0±0.0

-

0.22±0.1

Normal

Kontrol
85.0±9.9 13.0±9.9 1.5±0.7
0.5±0.7
Normal*
24 - 84
9 - 56
0- 30
0-7
Keterangan : *=menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988)

-

0.16±0.1
-

Normal

GFP+korban

-

Limfosit
Rataan persentase limfosit semua kelompok ayam pada penelitian ini
berkisar antara 70.8%-85.0% dan nilai tersebut berada di kisaran limfosit ayam
normal (24%-84%) menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988). Persentase
limfosit tertinggi terdapat pada kelompok ayam kontrol yaitu sebesar 85.0±9.9%,
sedangkan persentase limfosit terendah terdapat pada kelompok ayam korban
dengan nilai 70.8±14.8%. Limfosit memiliki fungsi utama yaitu memproduksi
antibodi sebagai respon terhadap benda asing yang difagosit makrofag (Tizard
2000). Limfosit merupakan jenis leukosit dengan jumlah paling banyak dalam
darah ayam (Bacha dan Bacha 2000). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
dimana untuk semua kelompok, persentase limfosit paling tinggi dibandingkan
jenis diferensiasi leukosit lainnya.

8

Heterofil
Rataan persentase heterofil ayam arab pada penelitian ini adalah 13.99%26.9% nilai tersebut berada di kisaran heterofil ayam normal (9%-56%) menurut
Smith dan Mangkoewidjojo (1988). Persentase heterofil terendah yaitu sebesar
13.0±9.680% terdapat pada kelompok ayam GFP. Hasil penelitian menunjukan
bahwa kelompok ayam yang menjadi korban memiliki persentase heterofil yang
tertinggi yaitu sebanyak 26.9±14.4%. Persentasi heterofil yang meningkat
mengindikasikan bahwa ayam mengalami gangguan baik stres maupun infeksi
sehingga untuk mendapatkan pertahanan dalam tubuhnya, produksi heterofilnya
meningkat. Hal tersebut diduga karena adanya patukan yang mengenai korban.
Heterofil adalah bentuk neutrofil pada unggas sebagai sistem pertahanan pertama
sehingga dikenal sebagai first line defense. Dalam keadaan normal heterofil
merupakan 20%-30% dari seluruh jumlah leukosit yang terdapat dalam darah
(Farner dan King 1972).
Monosit
Rataan persentase monosit ayam Tiara 15 pada penelitian ini berkisar
antara 1.5%-2.3% dan nilai tersebut berada di kisaran monosit normal ayam (0%30%) menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988). Kelompok ayam korban
memiliki persentase monosit yang tertinggi yaitu sebesar 2.3±1.2%, sedangkan
kelompok kontrol memiliki nilai persentase monosit yang terendah yaitu sebesar
1.5±0.7%. Monosit merupakan sel darah putih yang menyerupai heterofil, bersifat
fagositik, yaitu kemampuan untuk memakrofagasi material asing, seperti bakteri.
Monosit memiliki kemampuan fagositosis dan berkembang menjadi makrofag
ketika keluar dari pembuluh darah dan masuk kedalam jaringan (Frandson 1992).
Eosinofil
Rataan persentase eosinofil ayam Tiara 15 pada penelitian ini berkisar
antara 0.00%-0.50% dan berada di nilai persentase eosinofil normal ayam (0%7%) menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988). Persentase eosinofil tertinggi
terdapat pada kelompok ayam kontrol yaitu sebesar 0.5±0.7%, sedangkan
persentase terendah terdapat pada kelompok ayam GFP, GFP+korban, dan korban
yaitu sebesar 0.00±0.00%. Persentase eosinofil pada kelompok kontrol tersebut
diduga karena ditemukannya cacing pada hati ayam saat proses pemotongan.
Eosinofil sangat penting dalam respon terhadap penyakit parasitik dan alergi
(Hoffbrand 2006). Eosinofil memiliki inti yang terdiri atas dua lobus dengan
sitoplasma berwarna pucat hingga basofilik dan berisi granul eosinofilik.
Basofil
Persentsase basofil pada hasil penelitian kali ini tidak ditemukan pada
semua kelompok ayam. Basofil merupakan granulosit yang paling jarang dijumpai
dalam sirkulasi darah. Butir basofil mengandung heparin, histamin, asam
hialuronat, serotonin dan beberapa faktor kemotaksis. Bahan-bahan ini
selanjutnya akan menyebabkan timbulnya gejala alergi. Hal ini berarti tidak
ditemukan gejala alergi pada ayam yang mengalami FP. Basofil mengandung
heparin (zat antikoagulan). dipostulasikan bahwa heparin itu dilepaskan di daerah
peradangan guna mencegah timbulnya pembekuan serta statis darah dan limfa
(Guyton dan Hall 1997).

9

Rasio H/L
Nilai rasio H/L pada penelitian ini memiliki rataan 0.16-0.44. Semua
kelompok ayam tidak dalam kondisi stress karena menurut Swenson dan William
(1993) kondisi stres akan terlihat apabila nilai H/L berada di atas 0.5. Nilai rasio
H/L tertinggi dimiliki oleh kelompok korban yaitu sebesar 0.44±0.4, sedangkan
nilai terendah rasio H/L dimiliki oleh kelompok kontrol yaitu sebesar 0.16±0.1.
Tingginya nilai rasio H/L pada kelompok korban diduga ayam mengalami
gangguan karena adanya patukan yang dialaminya. Kusnadi (2008) melaporkan
bahwa semakin tinggi nilai rasio persentase heterofil dan limfosit (H/L) maka
semakin tinggi juga tingkat stres. Hal tersebut karena rasio H/L merupakan
indikator untuk mengetahui tingkat cekaman yang dialami ayam (Graczyk et al.
2003). Cekaman dapat menyebabkan involusi jaringan-jaringan limfoid sehingga
terjadi penurunan jumlah sirkulasi limfosit dan peningkatan jumlah heterofil
(Siegel 1980).
Pembahasan Umum
Menurut Dellman dan Brown (1992), fungsi utama darah adalah untuk
mempertahankan homeostatis tubuh. Perubahan fisiologis pada tubuh hewan akan
menyebabkan perubahan pada profil darah. Perubahan profil darah dapat
disebabkan faktor internal seperti pertambahan umur, status gizi, kesehatan, stres,
dan suhu tubuh. Secara eksternal misalnya akibat infeksi kuman serta perubahan
suhu lingkungan (Yuanita 2009). Tiga grup sel yang terdapat dalam darah yaitu
eritrosit, leukosit dan trombosit. Secara keseluruhan semua kelompok ayam yang
mengalami FP berada dalam kondisi fisiologis yang normal. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkah laku FP tidak berpengaruh terhadap gambaran darah ayam arab.
Kelompok ayam yang sebaiknya dipilih untuk usaha pembibitan adalah
kelompok kontrol. Hal tersebut karena jumlah eritrosit, nilai Hb, dan nilai PCV
pada kelompok kontrol berada pada kisaran normal dan lebih tinggi dibandingkan
kelompok lainnya. Selain itu, kelompok ayam kontrol memiliki nilai indeks stress
(rasio H/L) yang paling rendah dibandingkan kelompok ayam lainnya sehingga
kemungkinan ayam dapat berproduksi secara normal.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Secara keseluruhan gambaran darah ayam yaitu jumlah eritrosit, nilai
hematokrit, kadar hemoglobinjumlah leukosit, diferensiasi leukosit, dan rasio H/L
pada ayam arab lokal petelur pembibit (Grand Parent Stock) TIARA 15 Silvered
yang mengalami FP masih berada pada kisaran normal dengan kata lain tingkah
laku FP tidak mempengaruhi gambaran darah.

10

Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk parameter stress lainnya yang
berhubungan dengan FP seperti pemeriksaan hormon kortisol.

DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Populasi Ternak Indonesia 2014. Jakarta (ID):
Indonesia.
Apriansyah BB. 2010. Pengaruh pemberian jamu ternak terhadap kadar kolesterol
dan profil serum darah ayam arab (Gallus turcicus) [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Bacha LM, Bacha WJ. 2000. Color Atlas of Veterinary Histology. Ed ke-2. New York
(US): Lippincott Williams & Wilkins.
Breazile JE. 1971. Text Book of Veterinary Physiology. Lea & Febriger.
Philadelphia(US).
Blokhuis HJ, Wiepkema PR. 1998. Studies of feather pecking in poultry. Vet
Quart 20: 6-9.
Colville T, Bassert JM. 2008. Clinical Anatomy & Physiology for Veterinary
Technician. Missouri: Elsevier.
Cunningham JG. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. Philadelphia (US):
Saunders Company.
Dellman HD. Brown EM. 1992. Histologi Veteriner. Terjemahan oleh R. Hartono.
Jakarta (ID): Universitas Indonesia.
Farner DS, King JR, Parkes KC. 1972. Avian Biology Volume II. New York (US):
Academic Press.
Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Ed ke-4. Yogyakarta (ID):
Gajah Mada Universitiy Press.
Graczyk S, Pliszczak KA, Kotonski B, Wilczek J, Chmielak Z. 2003.
Examinations of haematological and metabolic changes mechanisms of
acute stress in turkeys. J Polish Agri Uni Vet Med 6:1-10.
Guyton AC, Hall JE. 1997. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan : Irawati. Ken
Ariata Tengadi dan Alex Santoso. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran.
EGC.
Hoffbrand V. 2006. At a Glance Hematology. Jakarta (ID): EMS.
Junqueira LC, Caneiro J. 2005. Basic Histology Text & Atlas. Ed ke-11. Los Angeles
(US): The Mc Graw-Hill Companies Inc.
Kusnadi E. 2008. Perubahan malonaldehida hati, bobot relatif bursa fabricius dan
rasio heterofil/limfosit (H/L) ayam broiler yang diberi cekaman panas.
Media Petern. 32(2):81-87.
Meyer DJ, Harvey JW. 2004. Veterinary Laboratory Medicine Interpretation and
Diagnosis 3rd ed. New York(US): Sauders.
Sartika T. 2000. Studi keragaman fenotipik dan genetic ayam Kampung (Gallus
gallus domesticus) pada populasi dasar seleksi [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.

11

Sartika T. Iskandar S. 2008. Mengenal plasma nutfah ayam indonesia dan
pemanfaatannya. KEPRAKS. Sukabumi.
Sastradipraja D, Sikar SHS, Wijayakusuma R, Ungerer T, Maad A, Nasution H,
Suriawinata R, Hamzah R. 1989. Penuntun Praktikum Fisiologi Veteriner.
Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Siegel HS. 1980. Physiological stress in birds. J Bio Sci 30(8):529-533.
Sinaga HF. 2015. Karakteristik feather pecking pada galur murni ayam arab
golden red dan silver [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan. Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID): Universitas Indonesia
Swenson MJ. 1984. Phisiology properties and cellular and chemical constituent of
blood. In Swenson. M. J. (Ed). Duke’s Physiology of Domestic Animals.
10th Edition. London (UK): Cornell University Press.
Swenson MJ, William OR. 1993. Duke`s Physiology of Domestic Animals. Ed ke11. Ithaca and London (UK): Publishing Assocattes a Division of Cornell
University.
Tamzil MH, Noor RR, Hardjosworo PS, Manalu W, Sumantri C. 2014.
Hematological response of chickens with different heat shock protein 70
genotypes to acute heat stress. Int. J. Poult. Sci., 13:14-20.
Tizard I. 2000. Veterinary Immunology An Introduction. Ed ke-6. Philadelphia
(US): WB Saunders Company
van Hierden YMV, Boer SFD, Koolhaas JM, Korte SM. 2004. The control of
feather pecking by serotonin. Behavioral Neuroscience , Vol. 118, No. 3,
575–583
Walpole RE. 1992. Pengantar Statistik. Bambang, S, penerjemah. Jakarta (ID):
Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Introduction to Statistic 3rd Ed.
Weiss DJ, Wardrop KJ. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology. Ed ke-6. New
York (US): Blackwell Publishing Ltd.
Yuanita I. 2009. Pemanfaatan ampas buah merah (Pandanus conoideus) sebagai
pakan tambahan ayam pedaging: penampilan produksi dan status
kesehatan ayam[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

12

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 14 Februari 1993.
Penulis merupakan anak kelima dari enam bersaudara pasangan Bapak Suha
Hutapea dan Ibu Nurliana Ompusunggu. Penulis mengawali pendidikan TK
Fransiskus Tanjung Karang pada tahun 1997 dan diselesaikan tahun 1999.
kemudian sekolah dasar pada tahun 1999 di SD Fransiskus I Bandar Lampung
dan diselesaikan pada tahun 2005. Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai
tahun 2005 di SMPN 1 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2008.
Penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 5 Bandar Lampung pada tahun 2008
dan diselesaikan pada tahun 2011.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur
SNMPTN Tulis dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan. Fakultas Peternakan. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai
pengurus di beberapa organisasi mahasiswa antara lain sebagai kepala bidang
pelayanan pelawatan, Komisi Pelayanan Khusus (Kopelkhu) PMK IPB periode
2012-2013 dan pengurus divisi P3 Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan
(HIMAPROTER) pada periode 2012-2013. Penulis juga aktif dalam Kepanitiaan
kegiatan, sebagai anggota Festival Ayam dan Telur 2012, sebagai anggota divisi
Livestockphoria, Fapet Golden Week 2012, sebagai anggota Festival Ayam
Pelung Nasional 2013, sebagai sekertaris Perayaan Natal 2013 dan Tahun Baru
2014 Fakultas Peternakan, IPB. Penulis juga pernah terlibat menjadi asisten
praktikum mata kuliah Teknologi Pengolahan Telur dan Daging Unggas dan
Teknologi Produksi Ternak Unggas (2014-2015). Selain itu penulis juga
berkesempatan mendapatkan Beasiswa Bantuan Mahasiswa (BBM) dari tahun
2013-2014.