Gambaran Darah Merah Ayam Petelur pada Awal Masa Produksi yang Dicekok dengan Ekstrak Etanol Daun Kemangi

ABSTRAK
MOH. MIFTAHURROHMAN. Gambaran darah merah ayam petelur pada awal masa
produksi yang dicekok dengan ekstrak etanol daun kemangi. Dibimbing oleh WASMEN
MANALU dan ANDRIYANTO.
Ayam petelur mudah mengalami stress yang menyebabkan status fisiologis dan
produksinya menurun. Ekstrak etanol daun kemangi secara empiris dapat menyembuhkan
berbagai penyakit pada manusia. Penggunaan ekstrak etanol daun kemangi pada hewan
belum banyak dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati status fisiologis ayam
petelur yang diberi ekstrak etanol daun kemangi melalui pengamatan variabel gambaran
darah merah, yaitu jumlah butir darah merah, hematokrit (PCV), dan kadar hemoglobin.
Ayam petelur yang digunakan berjumlah 12 ekor yang dibagi ke dalam 4 kelompok
perlakuan dan setiap kelompok terdiri atas 3 ekor ayam sebagai ulangan. Kelompok
perlakuan pertama ialah ayam yang tidak dicekok sebagai kontrol (K), kelompok
perlakuan kedua ialah ayam yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis 1
mg/kg bb (P1), kelompok perlakuan ketiga ialah ayam yang dicekok ekstrak etanol daun
kemangi dengan dosis 2 mg/kg bb (P2), dan kelompok perlakuan keempat ialah ayam
yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis 3 mg/kg bb (P3). Darah ayam
penelitian mulai diambil pada minggu kedua penelitian saat ayam berumur 17 minggu
sampai ayam berumur 20 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis 1 mg/kg bb dapat meningkatkan status
fisiologis ayam petelur pada minggu pertama perlakuan. Flavonoid, saponin, dan tannin

yang terdapat pada ekstrak etanol daun kemangi dimungkinkan bekerja dalam
memperbaiki kondisi fisiologis ayam petelur. Pemberian ekstrak etanol daun kemangi
dengan dosis 2 mg/kg bb dan 3 mg/kg bb dapat mengganggu gambaran darah merah
ayam.
Kata kunci: Ayam petelur, ekstrak etanol daun kemangi, jumlah butir darah merah,
hematokrit, hemoglobin
ABSTRACT
Laying hens are responsive to stress which can cause a decrease in physiological
status and production. Empirically, ethanol extract of kemangi leaves can cure various
diseases in humans. Uses of ethanol extract of kemangi leaves in animals have not been
widely applied. This research was conducted to observe the physiological status of laying
hens fed ethanol extract of kemangi leaves. Red blood profile variables observed were red
blood cells, hematocrit (PCV), and hemoglobin. Twelve laying hens were divided into 4
groups and each treatment group consisted of 3 chickens as replication. The first
treatment group was not given ethanol extract of kemangi leaves as a control(C), the
second treatment group was given orally ethanol extract of kemangi leaves with the dose
of 1 mg/kg bw(P1), the third treatment group was given orally ethanol extract of kemangi
leaves with the dose of 2 mg/kg bw(P2), and the fourth treatment group was given orally
ethanol extract of kemangi leaves with the dose of 3 mg/kg bw(P3). The results showed
that administration of ethanol extract of kemangi leaves with the dose of 1 mg/kg body

weight could improve the physiological status of laying hens during the first week of
treatment. Flavonoids, saponins, and tannins contained in ethanol extract of kemangi
leaves are possible to improve the physiological condition of laying hens. Meanwhile,
ethanol extract of kemangi leaves a dose of 2 mg/kg body weight and 3 mg/kg body
weight can decrease red blood parameters in chiken.
Keywords: Ethanol extract of kemangi leaves, Hematocrit, Hemoglobin, Laying hens,
Red blood cells.

GAMBARAN DARAH MERAH AYAM PETELUR PADA
AWAL MASA PRODUKSI YANG DICEKOK DENGAN
EKSTRAK ETANOL DAUN KEMANGI

MOH. MIFTAHURROHMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Gambaran Darah
Merah Ayam Petelur pada Awal Masa Produksi yang Dicekok dengan Ekstrak
Etanol Daun Kemangi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2013
Moh. Miftahurrohman
NIM B04080139

ABSTRAK
MOH. MIFTAHURROHMAN. Gambaran darah merah ayam petelur pada awal masa
produksi yang dicekok dengan ekstrak etanol daun kemangi. Dibimbing oleh WASMEN
MANALU dan ANDRIYANTO.
Ayam petelur mudah mengalami stress yang menyebabkan status fisiologis dan
produksinya menurun. Ekstrak etanol daun kemangi secara empiris dapat menyembuhkan

berbagai penyakit pada manusia. Penggunaan ekstrak etanol daun kemangi pada hewan
belum banyak dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati status fisiologis ayam
petelur yang diberi ekstrak etanol daun kemangi melalui pengamatan variabel gambaran
darah merah, yaitu jumlah butir darah merah, hematokrit (PCV), dan kadar hemoglobin.
Ayam petelur yang digunakan berjumlah 12 ekor yang dibagi ke dalam 4 kelompok
perlakuan dan setiap kelompok terdiri atas 3 ekor ayam sebagai ulangan. Kelompok
perlakuan pertama ialah ayam yang tidak dicekok sebagai kontrol (K), kelompok
perlakuan kedua ialah ayam yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis 1
mg/kg bb (P1), kelompok perlakuan ketiga ialah ayam yang dicekok ekstrak etanol daun
kemangi dengan dosis 2 mg/kg bb (P2), dan kelompok perlakuan keempat ialah ayam
yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis 3 mg/kg bb (P3). Darah ayam
penelitian mulai diambil pada minggu kedua penelitian saat ayam berumur 17 minggu
sampai ayam berumur 20 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis 1 mg/kg bb dapat meningkatkan status
fisiologis ayam petelur pada minggu pertama perlakuan. Flavonoid, saponin, dan tannin
yang terdapat pada ekstrak etanol daun kemangi dimungkinkan bekerja dalam
memperbaiki kondisi fisiologis ayam petelur. Pemberian ekstrak etanol daun kemangi
dengan dosis 2 mg/kg bb dan 3 mg/kg bb dapat mengganggu gambaran darah merah
ayam.
Kata kunci: Ayam petelur, ekstrak etanol daun kemangi, jumlah butir darah merah,

hematokrit, hemoglobin
ABSTRACT
Laying hens are responsive to stress which can cause a decrease in physiological
status and production. Empirically, ethanol extract of kemangi leaves can cure various
diseases in humans. Uses of ethanol extract of kemangi leaves in animals have not been
widely applied. This research was conducted to observe the physiological status of laying
hens fed ethanol extract of kemangi leaves. Red blood profile variables observed were red
blood cells, hematocrit (PCV), and hemoglobin. Twelve laying hens were divided into 4
groups and each treatment group consisted of 3 chickens as replication. The first
treatment group was not given ethanol extract of kemangi leaves as a control(C), the
second treatment group was given orally ethanol extract of kemangi leaves with the dose
of 1 mg/kg bw(P1), the third treatment group was given orally ethanol extract of kemangi
leaves with the dose of 2 mg/kg bw(P2), and the fourth treatment group was given orally
ethanol extract of kemangi leaves with the dose of 3 mg/kg bw(P3). The results showed
that administration of ethanol extract of kemangi leaves with the dose of 1 mg/kg body
weight could improve the physiological status of laying hens during the first week of
treatment. Flavonoids, saponins, and tannins contained in ethanol extract of kemangi
leaves are possible to improve the physiological condition of laying hens. Meanwhile,
ethanol extract of kemangi leaves a dose of 2 mg/kg body weight and 3 mg/kg body
weight can decrease red blood parameters in chiken.

Keywords: Ethanol extract of kemangi leaves, Hematocrit, Hemoglobin, Laying hens,
Red blood cells.

GAMBARAN DARAH MERAH AYAM PETELUR PADA
AWAL MASA PRODUKSI YANG DICEKOK DENGAN
EKSTRAK ETANOL DAUN KEMANGI

MOH. MIFTAHURROHMAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Gambaran Darah Merah Ayam Petelur pada Awal Masa Produksi

yang Dicekok dengan Ekstrak Etanol Daun Kemangi
Nama
: Moh. Miftahurrohman
NIM
: B04080139

Disetujui

Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu
Dosen Pembimbing I

drh. Andriyanto, M.Si
Dosen Pembimbing II

Diketahui oleh

drh. H. Agus Setiyono, MS, PhD, APVet
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul
yang dipilih dalam skripsi ini ialah “Gambaran darah merah ayam petelur pada
awal masa produksi yang dicekok dengan ekstrak etanol daun kemangi”.
Penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai dengan Juni 2012 di kandang
ayam Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya dan penghargaan yang mendalam kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu sebagai dosen pembimbing pertama yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
2. drh. Andriyanto, M. Si sebagai dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini.
3. Ayah dan Ibu tercinta atas do’a, dukungan, kasih sayang, pengertian,
semangat, serta kepercayaannya kepada penulis.
4. Teman-teman satu kelompok PKM: Erli, Yayuk, Risna, dan Fifin
5. Pak Dikdik, Bu Sri, Bu Ida, dan Bu Anti yang telah banyak membantu

selama penelitian
6. Dosen pembimbing Akademik penulis Dr. drh. Sri Estuningsih M. Si,
APVet, dosen pembimbing nonakademik penulis drh. Kurnia A, M.Sc,
Dr. drh. Hera Maheshwari, Dr. drh. Ariyani Sismin S, Prof. Dr. Iis
Arifiantini.
7. Teman-teman Avenzoar, penghuni Sylvasari, dan Villa Coklat yang
telah memberikan dukungan dan semangatnya
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu
pengetahuan. Akhirnya, semoga skripsi ini memberikan manfaat baik bagi penulis
maupun bagi pembaca.
.

Bogor, Maret 2013
Moh. Miftahurrohman

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2


METODE

5

Bahan

5

Alat

5

Prosedur Analisis Data

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN

7
11

Simpulan

11

Saran

11

DAFTAR PUSTAKA

11

RIWAYAT HIDUP

14

DAFTAR TABEL
1 Perhitungan butir darah merah (x106/mm3) ayam petelur yang dicekok
ekstrak etanol daun kemangi (mg/kg bb)
2 Perhitungan PCV (%) ayam petelur yang dicekok ekstrak etanol daun
kemangi (mg/kg bb)
3 Perhitungan Hb (g/dL) ayam petelur yang dicekok ekstrak etanol daun
kemangi (mg/kg bb)

8
9
10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Hasil analisis statistik jumlah butir darah merah perlakuan
Hasil analisis statistik PCV perlakuan
Hasil analisis statistik hemoglobin perlakuan
Hasil uji kualitatif fitokimia ekstrak etanol daun kemangi

16
18
21
23

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ternak unggas yang banyak dikembangkan untuk memproduksi telur ialah
ayam petelur. Ayam petelur merupakan penghasil telur terbesar di Indonesia.
Ayam petelur mempunyai bobot badan antara 1.5-2.5 kg. Dalam satu tahun, ayam
petelur mampu berproduksi antara 250-280 butir dengan bobot telur antara 50-60
g/butir (Sudarmono 2003).
Setiap hari, ayam petelur membutuhkan nutrisi yang cukup untuk
menghasilkan telur yang mempunyai kualitas yang baik dan memiliki nilai gizi
yang tinggi. Telur yang dihasilkan mempunyai bobot kurang lebih 3% dari bobot
induknya. Oleh karena itu, kondisi tubuh dan nutrisi sesuai kebutuhan ayam
petelur mutlak dipenuhi secara optimal. Pemenuhan nutrisi tubuh dapat diperoleh
melalui feed supplement (pelengkap pakan) dan feed additive (imbuhan pakan)
(Priyono 2009). Imbuhan pakan adalah suatu bahan yang dicampurkan di dalam
pakan yang dapat memengaruhi kesehatan, produktivitas, dan keadaan gizi ternak,
meskipun bahan tersebut bukan untuk mencukupi kebutuhan zat gizi (Adams
2000). Imbuhan pakan yang sudah umum digunakan dalam industri perunggasan
ialah antibiotik, enzim, prebiotik, probiotik, asam organik, flavor, pewarna, dan
antioksidan (Sinurat et al. 2009).
Saat ini, imbuhan pakan untuk hewan yang berasal dari bahan-bahan
tradisional semakin banyak digunakan. Hal tersebut disebabkan oleh khasiat
tanaman tradisional yang ampuh serta harganya lebih murah dan mudah didapat di
berbagai daerah, khususnya untuk peternak yang berada di daerah pedesaan
(Wafiatiningsih dan Bariroh 2010). Tanaman tradisional digunakan sebagai
imbuhan pakan untuk meningkatkan performans dan kesehatan ayam sehingga
dihasilkan produk yang berkualitas baik dan aman untuk dikonsumsi (Rahayu dan
Budiman 2005). Imbuhan pakan diharapkan dapat memperbaiki fungsi fisiologis
dan metabolisme tubuh ayam petelur.
Salah satu tanaman asli Indonesia yang belum banyak termanfaatkan
sebagai obat herbal pada hewan ialah kemangi (Ocimum basilicum). Pada
umumnya, sayuran asal Indonesia, termasuk kemangi, merupakan sumber bahan
berkhasiat yang kaya polifenol, asam askorbat, dan karotenoid (Andarwulan et al.
2012). Secara empiris, kemangi telah digunakan manusia untuk melindungi hati
(hepatoprotektor), pengobatan flu, pengobatan ring worm, mengurangi bau badan
dan meminimalisasi bau mulut, meningkatkan produksi air susu ibu (ASI),
memperbaiki stamina tubuh, menambah nafsu makan, dan memperbaiki fungsi
pencernaan (Maryati et al. 2007). Tanaman kemangi mengandung berbagai
senyawa yang bermanfaat bagi tubuh. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh Tao et al. (2005), tanaman kemangi mengandung komponen utama
minyak atsiri, linalool, eugenol, metil khavikol, kardinen, 3-karen, a-humulen,
sitral, dan trans-karofillen. Minyak atsiri memberikan aroma khas sekaligus
begitu banyak khasiat pada daun kemangi. Orientin dan vicenin di dalam daun
kemangi berfungsi untuk melindungi struktur sel dalam tubuh. Selain itu, kemangi
juga mengandung senyawa flavonoid yang bermanfaat sebagai antiradikal bebas
(antioksidan). Pemanfaatan flavonoid telah menjadi strategi untuk menghambat

2
oksidasi radikal bebas dan stress nitrative (Wang et al. 2010). Sementara itu,
turunan flavonoid (flavonolignan) merupakan agen potensial antihepatotoksik
(Ifeanyi 2012).
Mengingat laju metabolisme ayam petelur yang tinggi, maka ayam petelur
perlu diberikan imbuhan pakan. Imbuhan pakan yang diberikan ke ayam petelur
diharapkan dapat memperbaiki fungsi fisiologisnya. Penelitian ini dilakukan
untuk mengamati status fisiologis ayam petelur yang diberi imbuhan pakan
ekstrak etanol daun kemangi melalui pengamatan variabel gambaran darah merah.
Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk mengamati status fisiologis ayam petelur
yang diberi ekstrak etanol daun kemangi melalui pengamatan variabel gambaran
darah merah. Berbagai variabel penghitungan darah yang terangkum dalam
penghitungan darah lengkap dapat memberikan informasi mengenai status
kesehatan ayam yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi.
Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian ekstrak
etanol daun kemangi terhadap status fisiologis ayam petelur yang tergambar
melalui gambaran darah merah. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi
penelitian selanjutnya mengenai pemberian ekstrak etanol daun kemangi pada
ayam petelur.

TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Petelur
Ayam petelur merupakan ayam betina dewasa yang dipelihara khusus
untuk diambil telurnya. Ayam petelur mempunyai keunggulan, yaitu laju
pertumbuhannya sangat pesat dibanding ayam kampung. Ayam petelur mampu
memanfaatkan ransum pakan sangat baik (Sudarmono 2003). Peningkatan
kandungan energi pakan ayam petelur dapat meningkatkan performans pada
semua umur ayam petelur (Frikha et al. 2009).
Periode bertelur ayam petelur dapat berlangsung selama 13-14 bulan atau
hingga ayam berumur 19-20 bulan. Ayam petelur mulai produksi telur pada umur
18 minggu atau 4.5 bulan. Ayam petelur mempunyai kemampuan berproduksi
antara 250-280 butir/tahun dengan bobot telur antara 50-60 g/butir (Sudarmono
2003). Selama periode bertelur, ayam petelur mudah mengalami cekaman.
Perkembangan variasi ayam petelur terjadi sangat pesat. Beberapa tahun
terakhir, ayam petelur organik telah dikembangkan. Ayam petelur organik untuk
produksi telur organik harus dipelihara menggunakan pencahayaan alami
(Gunnarson et al. 2008).
Perubahan fisiologis ayam petelur bergantung pada sistem
pemeliharaannya. Ayam petelur yang dikandangkan memiliki pola makan dan

3
istirahat yang lebih tinggi daripada ayam yang dipelihara secara ekstensif. Ayam
petelur yang dipelihara secara organik mempunyai status kesejahteraan yang lebih
baik daripada ayam petelur yang dipelihara secara anorganik. Status kekebalan
aktivitas bakterisidal menunjukkan nilai yang tinggi pada ayam organik dan nilai
haptoglobin yang rendah pada ayam petelur organik. Limfosit pada ayam organik
memiliki nilai yang tinggi sehingga mengurangi rasio heterofil per limfosit (H/L)
dalam ayam organik (Mugnai et al. 2011).
Darah
Darah merupakan cairan yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen
yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisme, dan sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah
terdiri atas plasma dan sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri atas butir darah merah
atau eritrosit, butir darah putih atau leukosit, dan keping darah atau trombosit.
Perubahan fisiologis tubuh dapat mengakibatkan gambaran darah juga
berubah. Perubahan fisiologis ini dapat disebabkan secara internal dan eksternal.
Perubahan secara internal dapat berupa pertambahan umur, status gizi, kesehatan,
stres, siklus estrus, dan suhu tubuh. Sementara itu, perubahan secara eksternal
dapat disebabkan oleh infeksi dan perubahan suhu lingkungan (Mugi 2003).
Butir darah merah merupakan bagian dari darah yang mempunyai fungsi
utama sebagai pembawa hemoglobin. Hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen
dari paru-paru menuju jaringan (Guyton & Hall 2006). Butir darah merah terdiri
atas 61% air, 32% protein, 7% karbohidrat, dan 0.4% air (Weiss & Wardrop 2010).
Butir darah merah bangsa burung berbentuk oval dan memiliki inti. Butir
darah merah dewasa yang berbentuk sel elips berukuran antara 12–6 µm banyak
terdapat di pembuluh darah perifer. Eritropoiesis (pembentukan butir darah
merah) unggas terjadi di intravaskular atau intrasinusoidal. Rubrisite (butir darah
merah muda) terkadang dapat ditemukan pada darah perifer pada unggas sehat.
Butir darah merah unggas mempunyai sitoplasma eosinofilik yang homogen dan
inti sel dengan pola kromatin kental (Weiss & Wardrop 2010).
Hematokrit atau packed cell volume (PCV) adalah persentase butir darah
merah yang ada dalam darah (Guyton & Hall 2006). Hal ini berarti apabila hewan
memiliki nilai hematokrit 40 berarti jumlah butir darah merah pada hewan
tersebut adalah 40% dan sisanya adalah plasma darah 60%. Darah yang diberi
antikoagulan dan kemudian disentrifugasi akan memisahkan bagian darah
berdasarkan bobotnya. Butir-butir darah akan mengendap sedangkan plasma darah
akan berada di atasnya. Pada darah normal, butir-butir darah akan menempati 0.45
bagian dari volume keseluruhan yang disebut hematokrit.
Nilai hematokrit sangat bervariasi bergantung pada aktivitas tubuh,
ketinggian tempat, dan anemia. Hematokrit termasuk dalam parameter yang
digunakan untuk menilai keadaan anaemia suatu hewan. Meningkatnya persentase
hematokrit dapat disebabkan oleh leukosis limfoid (Al-Sadi dan Hussein 2010).
Jumlah butir darah merah berpengaruh langsung pada nilai hematokrit.
Terjadinya perubahan butir darah merah memiliki pola yang sama dengan
kandungan hematokrit. Hal ini dapat dipahami karena persentase hematokrit
tersebut merupakan kandungan butir darah merah dibandingkan volume darah
total (Kusnadi 2008).

4
Hemoglobin merupakan komponen butir darah merah yang berfungsi
sebagai pengikat oksigen. Sintesis hemoglobin dimulai dalam proerythroblasts
dan terus menerus dibentuk sampai ke tahap retikulosit dari proses pembentukan
butir darah merah (Guyton & Hall 2006). Hemoglobin terdiri atas kompleks
protein besi-porfirin. Kompleks protein besi–porfirin,termasuk mioglobin dan
heme, mengandung enzim katalase, peroksidase, dan sitokrom (Weiss & Wardrop
2010).
Hemoglobin yang terkandung dalam butir darah merah tidak terpengaruh
oleh penambahan arginin pada pakan ayam petelur (Al-Hassani dan Ali 2011).
Sistem pemeliharaan organik mempunyai nilai jumlah butir darah merah tinggi,
hemoglobin, dan nilai hematokrit (Mugnai et al. 2011).
Kemangi
Menurut Pitojo (1996), tanaman kemangi termasuk dalam divisi
Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo
Amaranthaceae, famili Labiatae, genus Ocimum, dan spesies Ocimum basilicum
forma citratum. Kemangi merupakan jenis tanaman yang banyak terdapat di
Indonesia. Menurut Deschamps dan Simon (2006), tanaman kemangi dapat
tumbuh di daerah tropis maupun subtropis. Kemangi mempunyai tingkat
kesesuaian lingkungan cukup tinggi, mampu tumbuh di daerah dengan curah
hujan tinggi antara 1500–400 mm/tahun dan di berbagai macam jenis tanah pada
ketinggian antara 5–1500 m dpl.
Tanaman kemangi memiliki rasa agak manis, bersifat dingin, berbau
harum, dan menyegarkan (Hariana 2008). Tanaman kemangi mempunyai khasiat
menghilangkan bau badan dan mulut, air susu ibu (ASI) kurang lancar (Rosadi
2007), penambah selera makan karena adanya aroma yang dihasilkan daun
kemangi (Wahyuni dan Hadipoentyanti 2006), untuk menghangatkan badan dan
menghilangkan batuk (Dasgupta et al. 2004).
Tanaman kemangi mengandung berbagai jenis senyawa yang bermanfaat
bagi tubuh. Berdasarkan penelitian sebelumnya, tanaman kemangi mengandung
komponen utama minyak atsiri, senyawa linalool, eugenol, metil khavikol,
kardinen, 3-karen, a-humulen, sitral, dan trans-karofillen. Minyak atsiri yang
terdapat pada daun dan buah kemangi inilah yang memberikan aroma khas dan
memiliki banyak khasiat. Minyak atsiri yang terdapat pada daun kemangi
berkhasiat sebagai antijamur (Gunardi dan Dewi 2010) dan aromaterapi
(Muchtaridi 2008). Minyak atsiri daun kemangi juga memiliki aktivitas
antibakteri (Maryati et al. 2007; Stanko et al. 2010). Selain itu, kemangi juga
mengandung senyawa flavonoid (Vieira et al. 2003). Flavonoid bermanfaat
sebagai antiradikal bebas (Wang et al. 2010).

METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan selama 3 bulan yang dimulai dari bulan
April sampai Juni 2012.

5
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah kandang ayam, tempat
pakan dan minum, blender, oven, spuit 3 mL, kapas, tabung reaksi, ice pack, alat
sentrifugasi, pipet, pipet pengencer butir darah merah, aspirator, tisu,
hemositometer, hand tally (penghitung jumlah sel darah merah), cawan, gunting,
selotip, marker, kertas label, pipet mikrokapiler, alat penghitung, penyumbat
tabung kapiler (crestaseal), international micro capillary reader, spektofotometer,
dan mikroskop cahaya.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah darah ayam petelur, pakan
ayam, ekstrak etanol daun kemangi, desinfektan, vitamin, air, gas formalin 10%
v/v,
larutan
rees
and
ecker,
alkohol
70%,
antikoagulan
Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA), dan reagen hemoglobin.

Tahap Persiapan
Persiapan Kandang Penelitian
Kandang ayam yang digunakan pada penelitian ini ialah kandang dengan
sistem baterai. Setiap perlakuan, ayam penelitian ditempatkan pada satu kandang
individu. Satu minggu sebelum penelitian, seluruh dinding dan lantai kandang
penelitian didesinfeksi dengan desinfektan kelompok fenol sintetik dan difumigasi
dengan gas formalin 10% v/v.
Hewan Percobaan
Penelitian ini menggunakan 12 ekor ayam petelur strain Brown Leghorn
berumur 16 minggu yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan. Ayam petelur
diberi makan sesuai kebutuhan nutrisi ayam tersebut. Sementara itu, minum yang
diberikan ad libitum.
Aklimatisasi
Ayam petelur diaklimatisasikan selama 1 minggu untuk menyesuaikan
kondisi ayam dengan lingkungan kandang yang baru. Selama periode ini, ayam
petelur diberi vitamin dan elektrolit melalui air minum sesuai dengan dosis
sediaan tersebut. Pada tahap ini, ayam petelur juga diberi obat cacing untuk
mengeliminasi cacing yang ada di dalam pencernaan ayam sehingga hasil
penelitian tidak terganggu oleh infestasi cacing. Daerah Bogor, pada bulan April
2012 bersuhu rata-rata 26˚C, kelembaban 86%, lama penyinaran matahari 61%,
dan curah hujan 389.5 mm (BMKG 2013).

6
Pembuatan ekstrak kemangi
Pembuatan ekstrak diawali dengan pembuatan simplisia. Simplisia dibuat
dengan cara memasukkan daun kemangi ke dalam oven yang bersuhu 50°C
selama 24 jam. Setelah itu, daun kemangi yang telah dioven dan telah kering
digiling dengan blender sampai berbentuk serbuk halus (simplisia). Pembuatan
ekstrak etanol daun kemangi dilakukan dengan cara maserasi, yaitu merendam
simplisia daun kemangi ke dalam etanol 70%. Perbandingan simplisia dan etanol
ialah 1 kg simplisia berbanding 10 L etanol. Masa perendaman simplisia selama 3
hari. Selama masa perendaman, campuran simplisia daun kemangi dan etanol
diaduk secara berkelanjutan setiap jam sekali. Campuran yang telah direndam
disaring dengan kain kasa untuk memperoleh filtrat hasil perendaman.
Selanjutnya, filtrat dimasukan ke dalam rotary evaporator untuk mendapatkan
ekstrak etanol daun kemangi dalam bentuk pasta.
Tahap Pelaksanaan
Rancangan percobaan
Metode percobaan yang digunakan dalam penelitian ini ialah rancangan
acak lengkap dengan 4 kelompok perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri atas
3 kali ulangan. Perlakuan tersebut ialah ayam petelur yang dicekok akuades
(Kontrol), ayam petelur dicekok ekstrak etanol daun kemangi dosis 1 mg/kg bb
(P1), ayam petelur dicekok ekstrak etanol daun kemangi dosis 2 mg/kg bb (P2),
ayam petelur dicekok ekstrak etanol daun kemangi dosis 3 mg/kg bb (P3).
Pengambilan sampel
Sampel darah diambil 10 hari sekali. Darah ayam penelitian mulai diambil
pada minggu kedua penelitian saat ayam berumur 17 minggu sampai ayam berumur 20
minggu. Pengambilan darah dilakukan melalui vena axillaris menggunakan spuit 3

mL sebanyak 1-2 mL darah ayam petelur. Darah yang sudah terkoleksi langsung
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah dilapisi antikoagulan EDTA.
Tabung tersebut ditutup menggunakan sumbat dan diberi label sesuai dengan
perlakuan. Kemudian, tabung dimasukkan ke dalam kotak pendingin dan dibawa
ke Laboratorium Fisiologi untuk pemeriksaan darah.
Perhitungan Butir darah merah, Hematokrit, dan Hemoglobin
Perhitungan butir darah merah dilakukan secara manual dengan metode
hemositometer. Metode ini diawali dengan menghisap darah menggunakan pipet
butir darah merah sampai skala 1. Kemudian, pipet dibersihkan dari noda darah
menggunakan tisu. Setelah itu, ujung pipet dimasukkan ke dalam cairan
pengencer rees and ecker. Cairan tersebut dihisap sampai batas tera 101. Lalu,
aspirator pada pipet dilepas dan pipet diangkat. Ujung pipet ditutup dengan
jempol dan pangkal pipet ditutup dengan jari tengah. Pipet diposisikan mendatar
dan dihomogenkan dengan membuat gerakan memutar seperti angka 8. Setelah

7
homogen, cairan yang ada di dalam pipet dibuang sedikit. Selanjutnya, hasil
pengenceran diteteskan ke dalam kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung
pipet butir darah merah pada tepi kaca penutup hemositometer. Kemudian,
hemositometer didiamkan beberapa detik agar sel-sel darah merah mengendap
pada dasar kamar hitung. Kamar hitung yang telah terisi butir darah merah diamati
di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali. Jumlah butir darah merah yang
dihitung adalah butir darah merah yang berada pada kotak butir darah merah
pojok kanan atas, pojok kanan bawah, pojok kiri atas, pojok kiri bawah, dan satu
kotak yang tepat berada di tengah. Jumlah butir darah merah ialah jumlah dari
penghitungan lima kotak tersebut dikalikan dengan 5000 per mm3.
Pembacaan nilai hematokrit atau pack cell volume (PCV) dilakukan
menggunakan international micro capillary reader. Pembacaan nilai hematokrit
dimulai dari pengambilan sampel darah dengan cara menempelkan bagian ujung
dari tabung mikro ke dalam darah. Posisi ujung tabung mikro hampir mendatar
dan bagian pangkal tabung dikosongkan kira-kira 1 cm. Setelah terisi darah,
bagian ujung tabung disumbat dengan crestaseal. Tabung mikro yang telah berisi
sampel darah disentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 12.000 rpm. Hasil
sentrifugasi sampel darah dibaca menggunakan international micro capillary
reader.
Pengukuran
kadar
hemoglobin
dilakukan
dengan
metode
Cyanmethemoglobin. Metode ini dilakukan dengan mencampurkan reagen
hemoglobin 2.5 mL dengan sampel darah 10 µL di dalam tabung. Hasil campuran
reagen hemoglobin dan darah dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang
540 nm sehingga didapatkan absorban. Kadar hemoglobin diperoleh dengan cara
absorban x 36.8 g Hb/100 mL. Kadar Hemoglobin (g%)= Absorban x 36.8 g
Hb/100 mL.
Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati dari penelitian ini ialah jumlah sel darah merah,
nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin.
Prosedur Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis of variance
(Anova) dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan
antarperlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Ayam petelur yang digunakan untuk penelitian diaklimatisasikan selama 1
minggu. Satu hari sebelum periode aklimatisasi berakhir, dilakukan pengambilan
darah ayam petelur untuk perhitungan nilai jumlah butir darah merah, persentase
hematokrit, dan nilai hemoglobin (Hb) sebagai acuan pertama penelitian. Hasil
penelitian selama aklimatisasi menunjukkan bahwa rataan jumlah butir darah
merah ayam petelur ialah sebesar 1.960.53 juta/mm3, hematokrit sebesar
25.942.57%, dan Hb sebesar 7.800.95 g/dL.

8

Butir Darah Merah
Jumlah butir darah merah (BDM) pada penelitian ini menunjukkan hasil
yang bervariasi. Secara keseluruhan, jumlah BDM ayam penelitian menunjukkan
nilai yang cenderung menurun setiap minggu pada semua perlakuan yang dicekok
kemangi. Jumlah BDM yang dihitung pada minggu pertama penelitian atau satu
minggu sebelum bertelur menunjukkan hasil yang secara deskriptif menurun
(P0.05) dengan perlakuan ayam petelur yang dicekok
ekstrak etanol daun kemangi 2 mg/kg bb. Jumlah BDM pada minggu kedua
penelitian menunjukkan hasil yang lebih menurun (P