Penurunan Tingkat Kebisingan Jalan Raya Dengan Menggunakan Beberapa Jenis Pagar

iii

PENURUNAN TINGKAT KEBISINGAN JALAN RAYA DENGAN
MENGGUNAKAN BEBERAPA JENIS PAGAR

RIANDY SURYA IRAWAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penurunan Tingkat
Kebisingan Jalan Raya dengan Menggunakan Beberapa Jenis Pagar adalah benar
karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014

Riandy Surya Irawan
NIM F44100026

vi

ABSTRAK
RIANDY SURYA IRAWAN. Penurunan Tingkat Kebisingan Jalan Raya Dengan
Menggunakan Beberapa Jenis Pagar. Dibimbing oleh ARIEF SABDO YUWONO.
Pencemaran lingkungan telah menjadi perhatian global yang salah satunya
adalah polusi suara. Oleh karena itu, diperlukan peredam kebisingan sebagai
kontrol untuk mengurangi kebisingan dari lalu lintas di jalan raya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur tingkat kebisingan di Jalan Raya Ciomas serta
menentukan jenis pagar vegetasi dan dinding tembok yang paling efektif sebagai
peredam kebisingan. Metode pengukuran kebisingan dilakukan secara langsung

dengan menggunakan Sound Level Meter (SLM). Jenis pagar vegetasi yang diuji
adalah Acalypha siamensis, Oleina syzygium dan Nothopanax scutellarium,
sedangkan tembok yang diuji adalah yang terbuat dari batako dan bata merah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kebisingan di Jalan Raya Ciomas ratarata sebesar 76 dB(A). Berdasarkan standar baku mutu yang berlaku, tingkat
kebisingan di Jalan Raya Ciomas melebihi baku mutu yang diijinkan. Jenis pagar
yang paling efektif untuk mengurangi kebisingan adalah pagar dengan vegetasi
berjenis Acalypha siamensis dan dinding batako.
Kata Kunci: dinding, jalan, pagar vegetasi , peredam kebisingan, polusi suara
ABSTRACT
RIANDY SURYA IRAWAN. Reducing Road Noise Level Using Barrier.
Supervised by ARIEF SABDO YUWONO.
Environment pollution, including noise pollution has become a global
concern. Thus, it is necesarry to find noise barrier to reduce noise that come from
the street. The objectives of this research were to measure noise level at Raya
Ciomas street and to determine the best vegetation fences and wall to reduce noise
from the street. Measurement of the noise was done using Sound Level Meter
(SLM). This research analyzed Acalypha siamensis, Oleina Syzgium and
Nothopanax Scutellarium as vegetated fences and walls made of brick and red
brick. The result showed that noise on Raya Ciomas street was higher than
determinded noise standard. These result had shown that Acalypha siamensis

vegetated fences and wall made of brick was the best noise barrier on Raya
Ciomas street
Keywords: noise barrier, noise pollution, street, vegetated fences, wall

iv

vii

PENURUNAN TINGKAT KEBISINGAN JALAN RAYA DENGAN
MENGGUNAKAN BEBERAPA JENIS PAGAR

RIANDY SURYA IRAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ix

Judul Penelitian
Nama
NIM

: Penurunan Tingkat Kebisingan Jalan Raya Dengan
Menggunakan Beberapa Jenis Pagar
: Riandy Surya Irawan
: F44100026

Disetujui oleh

Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc
Pembimbing


Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M. Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

viii

x

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian yang berjudul
“Penurunan Tingkat Kebisingan Jalan Raya dengan Menggunakan Beberapa Jenis
Pagar” ini dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono,
M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan
selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang
tua, Bapak Bambang Irawan dan Ibu Heny Djuaningsih serta kedua kakak yang

selalu memberikan semangat, dukungan, motivasi, dan doa. Di samping itu
disampaikan juga ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Bambang Irawan, Bapak Sutisna sebagai Kepala Kecamatan di
Kantor Kecamatan Ciomas, Bapak Tedi sebagai satpam di SMP PGRI 3,
dan Bapak Farid Santosa sebagai satpam di Pasar Ciomas yang telah
memberikan izin penelitian.
2. Teman-teman satu bimbingan Age, Aci, Diah, Agit, dan Dipta yang telah
memberikan motivasi dan bantuan.
3. Lia, Cindhy, Dodi, Hendi, Isti, Chandra, Angga, Miro, Ikhsan, Nadi,
Adam, Maya, Panji, Tami, Yoni, Rima, Riza, Agi, Dimas, Isti, Eko,
Masrun, Asep, Rizal, Akbar dan seluruh teman-teman SIL 47 yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas doa, bantuan dan
motivasinya.
4. Teman-teman SMP Firman, Sari, Ayu, Wijdan, Irma, Irsyad, dan Ainul
yang turut membantu dan memberi semangat.
Karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Namun semoga karya ilmiah
ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juli 2014
Riandy Surya Irawan


xi

DAFTAR ISI
PRAKATA

x

DAFTAR ISI

xi

DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xii


DAFTAR LAMPIRAN

xii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2


Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

METODE PENELITIAN

3

Waktu dan Tempat

3

Alat dan Bahan

3


Prosedur Penelitian

3

Teknik Pengukuran

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Pengukuran dan Analisis Kebisingan di Lapangan

7

Pengukuran Efektivitas Penghalang dalam Mereduksi Kebisingan

8


Rancangan Teknis Sebagai Pengendali Kebisingan
SIMPULAN DAN SARAN

13
17

Simpulan

17

Saran

17

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

30

xii

DAFTAR TABEL
1 Tingkat kebisingan pada hari Senin 7 Juni 2014 pukul 06.00 – 06.10
WIB, jarak 1m
2 Jenis-jenis vegetasi sebagai peredam kebisingan
3 Material batako dan bata merah sebagai peredam kebisingan
4 Reduksi penghalang terhadap ketinggian efektif dan jarak penerima 100
meter

7
9
11
13

DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penelitian
2 Diagram alir penelitian
3 Pengukuran tingkat kebisingan terhadap variasi jarak

3
4
5

DAFTAR LAMPIRAN
Baku Tingkat Kebisingan
Tingkat Kebisingan di Kawasan pemukiman Jalan Raya Ciomas,
Kabupaten Bogor
3 Tingkat Kebisingan di Sekolah PGRI 3 Ciomas, Kabupaten Bogor
4 Tingkat Kebisingan di pasar Ciomas, Kabupaten Bogor
5 Tingkat Kebisingan di Kantor Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor
6 Hubungan antara tingkat kebisingan dengan jumlah kendaraan di
kawasan kawasan pemukiman Jalan Raya Ciomas
7 Hubungan antara tingkat kebisingan dengan jumlah kendaraan di
sekolah PGRI 3 Jalan Raya Ciomas
8 Hubungan antara tingkat kebisingan dengan jumlah kendaraan di Pasar
Ciomas Jalan Raya Ciomas
9 Hubungan antara tingkat kebisingan dengan jumlah kendaraan di Kantor
Kecamatan Ciomas Jalan Raya Ciomas
10 Hasil pengukuran persentase reduksi kebisingan dengan berbagai jenis
penghalang

1
2

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pencemaran lingkungan telah menjadi perhatian global yang terus
meningkat dalam tiga dekade terakhir, salah satunya adalah polusi suara
(Monazzam et al. 2014). Peningkatan jumlah penduduk yang semakin pesat
menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas transportasi dan lalu lintas. Hal ini
diiringi dengan peningkatan tingkat kebisingan di sepanjang jalan raya.
Kebisingan yang berlebihan juga dapat mengakibatkan masalah-masalah mental
dan kesehatan fisik. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang-orang yang
tinggal di dekat jalan-jalan dan lalu lintas yang sibuk atau dekat dengan bandara,
mendapatkan gangguan pendengaran akibat bising secara perlahan. Hal ini sering
tidak disadari oleh penderitanya, sehingga penderita mulai mengeluh kurang
pendengaran (Bluhm et al. 2004).
Kebisingan Menurut KEP-48/MENLH/11/1996 adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Sumber
kebisingan berasal dari kendaraan bermotor, kereta api, pesawat terbang dan
lingkungan industri. Ahmed dan Zulquernai (2009) menyatakan Kebisingan
adalah suara atau bunyi yang tidak dikehendaki dapat mengakibatkan gangguan
kenyamanan maupun kesehatan seperti gangguan psikologis, gangguan
pendengaran dan efek negatif terhadap seseorang.
Dampak buruk yang ditimbulkan dengan bertambahnya jumlah kendaaran
adalah terjadi kemacetan yang tidak diharapkan. Sumber kebisingan yang
diakibatkan oleh kemacetan ini berasal dari suara knalpot, kecepatan berkendara,
dan mesin kendaraan. Subrani et al. (2012) menyatakan bahwa kebisingan yang
ditimbulkan oleh kendaraan dengan kecepatan normal dan konstan akan
menghasilkan suara knalpot yang lebih kecil dibandingkan dengan kendaraan
yang berkecepatan tinggi. Sumber kebisingan tersebut sangat tidak diharapkan
pada daerah-daerah sekolah, rumah sakit, instansi pemerintah, kawasan
pemukiman, dan lainnya yang membutuhkan ketenangan. Goyal et al. (2010)
menyatakan bahwa kebisingan merupakan salah satu penyebab gangguan
kesehatan yang sering ditemukan dalam lingkungan sekitar khususnya bagi
kawasan pemukiman yang berada di dekat jalan raya.
Wang et al. (2005) menyatakan bahwa berbagai studi pemantauan
kebisingan dan survei sosiologi dalam beberapa tahun terakhir mengindikasikan
dibutuhkannya suatu pengendalian untuk mengurangi kebisingan di berbagai
daerah. Salah satu upaya untuk mengurangi kebisingan yaitu dengan membuat
penghalang (barrier), baik dengan beton (konstruksi) maupun dengan vegetasi
tertentu (green belt). Peredam kebisingan sebagai kontrol kebisingan lingkungan
digunakan untuk mengurangi kebisingan lalu lintas. Jenis penghalang (barrier)
dapat berfungsi untuk mencegah kebisingan yang berasal dari suara kendaraan
maupun aktivitas pabrik yang merambat melalui udara terhadap penerima
(Monazzam dan Fard 2012). Oleh karena itu dilakukanlah penelitian ini sebagai
upaya untuk mengetahui tingkat kebisingan di Ciomas dan untuk mengetahui
jenis barrier yang paling efektif digunakan.

2

Perumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur penurunan tingkat kebisingan
jalan raya dengan menggunakan beberapa jenis pagar. Ide penelitian muncul
karena tingkat kebisingan yang berada di Kabupaten Bogor khususnya di daerah
Jalan Raya Ciomas tinggi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini permasalahan
yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Kuantitas tingkat kebisingan akibat lalu lintas pada peruntukan kawasan
lingkungan kegiatan di Jalan Raya Ciomas, Kabupaten Bogor.
2. Membandingkan tingkat kebisingan lalu lintas di daerah Jalan Raya
Ciomas, Kabupaten Bogor yang mengacu pada KEP-48/MENLH/11/1996.
3. Menentukan jenis pagar vegetasi dan dinding tembok yang paling efektif
sebagai dinding penghalang kebisingan, serta membuat rancangan tembok
penghalang kebisingan (noise barrier).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengukur tingkat kebisingan akibat lalu lintas pada peruntukan kawasan
lingkungan kegiatan di Jalan Raya Ciomas, Kabupaten Bogor, serta
membandingkannya dengan standar baku kebisingan yang berlaku.
2. Menentukan jenis pagar (vegetasi) dan dinding tembok yang paling efektif
sebagai struktur peredam kebisingan, serta membuat rancangan tembok
peredam kebisingan (noise barrier) sesuai Pedoman Teknik dalam
Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 076/KPTS/Db/1999.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1. Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai metode pengendalian
kebisingan yang baik dan efektif dalam meredam kebisingan di jalan raya.
2. Penggunaan pagar bervegetasi dan tembok yang tepat dapat mengurangi
gangguan fisiologis dan psikologis yang ditimbulkan oleh kebisingan.
3. Sebagai rekomendasi kepada pemerintah daerah Kabupaten Bogor bahwa
dengan adanya simulasi ini dapat mengurangi tingkat kebisingan di jalan
raya secara baik dan efektif dengan menggunakan beberapa jenis pagar
tanaman dan tembok.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian dilakukan di daerah Jalan Raya Ciomas, Kabupaten Bogor.
2. Penelitian ini hanya membahas mengenai pengukuran, analisis tingkat
kebisingan, simulasi sebagai peredam kebisingan di jalan raya, dan
membuat rancangan tembok noise barrier.

3

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2014. Pengukuran
dilakukan pada empat titik lokasi di Jalan Raya Ciomas Kabupaten Bogor yang
disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Lokasi penelitian
Sumber: Google Earth
Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan, yaitu:
1. Digital Sound Level Meter [Model MS6700 dan Krisbow KW06-290]
2. Global Positioning System (GPS)
3. Digital Camera [DSLR Nikon D5100] dan Tripod [Model Slik SDV-20]
4. Stopwatch
5. Counter [Model Tally]
6. Camcorder [Model JVC Everio]
7. Microsoft Excel 2011
8. AutoCad 2011
9. Google SketchUp
10. Laptop
11. Pagar denngan tanaman mangkokan (Nothopanax scutellarium), teh-tehan
(Acalypha siamensis) dan pucuk merah (Oleina syzygium)
12. Pagar Tembok yang terbuat dari bata dan batako
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data primer sesuai dengan
KEP-48/MNLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Langkah-langkah
penelitian dapat dilihat pada diagram alir yang disajikan pada Gambar 2.

4

Mulai

Ide penelitian
Perumusan masalah
Studi literatur

Pengambilan data

Pengukuran kebisingan
di Jalan Raya Ciomas

Pengukuran dimensi
penghalang (barrier)

Simulasi peredam kebisingan

Pengukuran kebisingan yang
melewati peredam

Pengukuran selama 1 menit,
10 menit, siang hari, malam
hari dan 1 hari (24 jam)

Pengolahan data

Hasil dan pembahasan

Simpulan dan saran

Selesai
Gambar 2 Diagram alir penelitian

5

Teknik Pengukuran
Pengukuran Tingkat Kebisingan di Jalan Raya Ciomas
Sebelum penelitian dimulai, dilakukan survei lokasi yang akan dijadikan
sebagai tempat penelitian. Terdapat empat titik lokasi yaitu kawasan pemukiman,
sekolah, perkantoran, dan pasar. Kemudian tingkat kebisingan lingkungan mulai
diukur dengan menggunakan Sound Level Meter dengan mengukur tingkat
tekanan bunyi dB(A) selama 10 menit dan pembacaan dilakukan setiap 5 detik.
Berdasarkan KEP-48/MENLH/11/1996, waktu pengukuran dilakukan selama 24
jam (LSM) dengan aktivitas pada siang hari selama 16 jam (LS) pada selang waktu
antara pukul 06.00-22.00 (4 waktu pengukuran) dan aktivitas pada malam hari
selama 8 jam (LM) pada selang waktu antara pukul 22.00-06.00 (3 waktu
pengukuran). Pengukuran pada satu lokasi dilakukan dengan berbagai jenis variasi
jarak yang berbeda yaitu 1 m, 2 m, dan 3 m yang disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Pengukuran tingkat kebisingan terhadap variasi jarak
Berdasarkan KEP-48/MENLH/11/1996, rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
[
(

(

(

]

[
)

)
)

(1)
]

(2)
(3)
(4)
(5)

6

Keterangan :
: Equivalent Continuous Noise Level, merupakan nilai tingkat
kebisingan yang berfluktuatif selama waktu tertentu dan setara dengan
tingkat kebisingan pada selang waktu yang sama [dB(A)]
LpAi
: Tingkat tekanan bunyi sesaat rata-rata dalam interval 5 detik [dB(A)]
LS
:
selama siang hari [dB(A)]
T1,.. T4 : Rentang waktu pengukuran di siang hari (jam)
L1,.., L4 :
(10 menit) pada rentang waktu jam ke-n di siang hari [dB(A)]
LM
:
selama malam hari [dB(A)]
T5, T6, T7 : Rentang waktu pengukuran di malam hari ( jam )
LSM
:
selama siang dan malam hari [dB(A)]
Leq

Pengukuran Simulasi Penghalang Kebisingan (Noise Barrier)
Pengukuran simulasi sumber kebisingan sebagai pengendali kebisingan
berupa penghalang (barrier) dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan agar
didapatkan nilai rata-rata. Sumber kebisingan atau suara yang digunakan adalah
menggunakan suara musik yang berasal dari handphone. Sumber suara tersebut
diletakan pada ketinggian 70-120 cm dengan mengasumsikan bahwa ketinggian
dan sumber suara sama dengan kendaraan. Pada dasarnya, konsep simulasi yang
dilakukan adalah sama dengan pengukuran di Jalan Raya Ciomas, yang
membedakan adalah sumber suaranya. Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan
dengan metode pengukuran langsung dengan Sound Level Meter dengan jarak
1 m, 2 m, dan 3 m seperti yang disajikan pada Gambar 4. Simulasi dilakukan
dengan penghalang berupa dinding, vegetasi dan tanpa penghalang.
1

Gambar 4 Pengukuran tingkat kebisingan dengan terdapat penghalang

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran dan Analisis Kebisingan di Lapangan
Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan sejak tanggal 17 Mei hingga 9
Juni 2014. Waktu pengukuran dalam satu hari dilakukan sebanyak 7 kali
pengukuran yang terbagi atas 4 kali waktu pengambilan pada siang hari (LS) dan
3 kali waktu pengambilan pada malam hari (LM). Dalam satu minggu, pengukuran
hanya dilakukan tiga hari yaitu pada hari Sabtu, Minggu, dan Senin dengan
asumsi jumlah kendaraan pada ketiga hari tersebut cenderung lebih banyak
dibanding hari biasa.
Pengukuran dilakukan pada empat lokasi yang dianggap sensitif dengan
kebisingan lalu lintas, yaitu kawasan pemukiman, Sekolah PGRI 3, Kantor
Kecamatan Ciomas, dan Pasar Ciomas. Teknik pengambilan data dilakukan
dengan memperhatikan berbagai jarak tertentu agar diperoleh hasil perbandingan
dari nilai Leq yang berbeda dari setiap jarak. Jarak yang diuji dalam penelitian ini
yaitu 1 m, 2 m, dan 3 m. Pengukuran tingkat kebisingan dengan jarak 1 m
disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai Leq 10 menit yang
diperoleh sebesar 76 dB(A).
Tabel 1 Tingkat kebisingan pada hari Senin 7 Juni 2014 pukul 06.00 – 06.10
WIB, jarak 1m
Menit-ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Leq 10 menit

Leq 1 menit dB(A)
73
72
75
76
74
80
76
71
76
79
76

Tingkat kebisingan di Jalan Raya Ciomas dapat dilihat pada Lampiran 2.
Menurut KEP-48/MNLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, secara
keseluruhan tingkat kebisingan yang terjadi di Jalan Raya Ciomas melebihi baku
mutu yang telah ditetapkan. Hal tersebut disebabkan karena Jalan Raya Ciomas
merupakan jalan alternatif, sehingga terjadi peningkatan jumlah kendaraan
sehingga mengakibatkan kemacetan yang dapat memacu suara klakson. Hassan
dan Alam (2013) menyatakan bahwa penyebab bising yang cukup keras di atas
sekitar 70 dB(A) dapat menyebabkan kegelisahan (nervousness), kurang enak

8

badan, kejenuhan dalam mendengar, tidak dapat berkonsentrasi, dan masalah
peredaran darah. Variasi jarak yang berbeda menunjukkan bahwa semakin jauh
jarak dari sumber bising maka tingkat kebisingan akan semakin kecil ( Leq 1 m >
Leq 2 m > Leq 3 m).
Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa semua titik lokasi pengukuran
tingkat kebisingan LSM yang terjadi melebihi baku mutu yang ditetapkan. Nilai
LSM pada hari Sabtu tanggal 7 Juni 2014 menunjukkan nilai yang tinggi
dibandingkan dengan yang lain yaitu memiliki nilai LSM untuk setiap jarak sebesar
81 dB(A), 78 dB(A), dan 74 dB(A). Hal tersebut disebabkan karena banyaknya
aktivitas yang terjadi pada hari libur dan menyebabkan peningkatan jumlah
kendaraan sehingga menimbulkan kemacetan. Hubungan antara jumlah kendaraan
dan tingkat kebisingan dapat dilihat pada Lampiran 6-9. Kemacetan tersebut
menyebabkan peningkatan intensitas bunyi klakson yang dapat memicu
kebisingan. Subrani et al. (2012) menyatakan bahwa kebisingan yang ditimbulkan
oleh kendaraan dengan kecepatan normal dan konstan akan menghasilkan suara
yang lebih kecil dibandingkan dengan kendaraan yang berkecepatan tinggi.

Jarak 1m

Jarak 2m

Jarak 3m

Pemukiman dan Sekolah [55 dB(A)]

Perdagangan [ 65dB(A)]

Perkantoran [70dB(A)]

70
60
50
40
30

Pemukiman

Sekolah

Perdagangan
Waktu Pengukuran

Perkantoran

Gambar 5 Tingkat kebisingan siang-malam (LSM) di Jalan Raya Ciomas,
Kabupaten Bogor
Pengukuran Efektivitas Penghalang dalam Mereduksi Kebisingan
Secara umum, bangunan penghalang merupakan salah satu solusi yang
digunakan dalam mereduksi kebisingan. Pengukuran efektivitas penghalang

9 Juni 2014

8 Juni 2014

7 Juni 2014

2 Juni 2014

1 Juni 2014

31 Mei 2014

26 Mei 2014

25 Mei 2014

24 Mei 2014

19 Mei 2014

10

18 Mei 2014

20
17 Mei 2014

Tingkat Kebisingan dB(A)

80

9

dilakukan agar diketahui nilai persentase beberapa jenis penghalang yang baik
dalam meredam kebisingan. Mehravaran et al. (2010) menyatakan bahwa
penghalang dapat terbuat secara alami maupun buatan, contohnya dinding, pagar
yang kokoh, bangunan, pohon, dan semak. Beberapa jenis penghalang vegetasi
yang digunakan disajikan pada Tabel 2. Sagitawaty (2001), Joshi dan Chauhan
(2008) menyatakan bahwa selain memiliki nilai estetika yang tinggi, vegetasi juga
dapat berfungsi dalam mereduksi kebisingan, memodifikasi iklim dan dapat
menyerap partikel–partikel debu dari udara. Selain itu, morfologi daun
mempengaruhi kemampuan daun menahan debu jatuh dan membelokkan
rambatan bunyi.
Tabel 2 Jenis-jenis vegetasi sebagai peredam kebisingan
Gambar

Jenis
Vegetasi
Teh-tehan
(Acalypha
siamensis)

Pucuk
merah(Olea
syzygium)

Dimensi
(p x l x t) cm

Lokasi

974 x 62.5 x
254

Jalan Skip RT
04/RW 11 No. 123
Kelurahan Lawang
Gintung, Kecamatan
Bogor Selatan

856 x 170.6 x
101.2

Jalan Tangkuban
Perahu No. 10
Taman Kencana,
Kota Bogor

556 x 1.5 x
120
Mangkokan
(Nothopanx
scutellarim)

Seafast IPB

10

Simulasi menggunakan sumber suara yang berasal dari musik handphone
dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan, sehingga diperoleh nilai rata-rata dari
setiap jarak. Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwa vegetasi mangkokan
(Nothopanax scutellarium) memiliki nilai reduksi kebisingan terhadap
penambahan jarak yang lebih baik dibandingkan jenis vegetasi teh-tehan
(Acalypha siamensis) dan pucuk merah (Oleina syzygium). Tingkat kebisingan
yang terukur setelah adanya pagar tanaman mangkokan, teh-tehan dan pucuk
merah adalah sebesar 55 dB(A), 52 dB(A), dan 49 dB(A).

Teh-tehan

Mangkokan

Pucuk merah

Tingkat Kebisingan dB(A)

60
58
56
54
52
50
48
0

1

2

3

Jarak (m)

Gambar 6 Hubungan antara penurunan tingkat kebisingan dan jarak penghalang
(vegetasi)
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu dengan semakin
tinggi, lebar, dan tingkat kerapatan tanaman, maka akan menghasilkan nilai
reduksi kebisingan yang tinggi. Selain itu jika dibandingkan dengan vegetasi lain,
vegetasi mangkokan memiliki bentuk daun yang lebar dan keras. Vegetasi tehtehan (Acalypha siamensis) dan pucuk merah (Oleina syzygium) mempunyai tajuk
yang relatif tebal, berdaun relatif kecil dan tidak terlalu lebar, dan memiliki
kerapatan yang tergolong rendah. Hal tersebut mengakibatkan suara dapat
memasuki melalui ruang–ruang yang kosong (Sagitawaty 2001).
Selanjutnya, jenis bangunan peredam bising yang digunakan berupa
dinding (pagar tembok) yang disajikan pada Tabel 3. Batu bata adalah bahan
bangunan dalam pembuatan konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah liat
ditambah air dengan atau tanpa bahan campuran lain. Batako merupakan bahan
bangunan berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari
komposisi antara pasir, semen portland dan air (Zhang 2013).

11

Tabel 3 Material batako dan bata merah sebagai peredam kebisingan
Gambar

Jenis
Penghalang

Dimensi
(p x l x t) cm

Batako

560.2 x 12 x
160

Bata merah

Lokasi
Asrama putra
(Astra) IPB

491.2 x 9.1 x
165

Jalan Skip RT
04/RW 11 no 26B
Kelurahan Lawang
Gintung,
Kecamatan Bogor
Selatan

Bata merah dan batako merupakan salah satu material utama dalam proses
mendirikan suatu bangunan. Kedua material ini berfungsi sebagai komponen
untuk membuat dinding (Supriadi 2014). Penggunaan bata merah dan batako
sebagai bahan pengisi dinding bangunan merupakan salah satu material utama
dalam proses mendirikan suatu bangunan. Tidak hanya dipakai pada dinding
bangunan rumah tetapi material tersebut dapat dijadikan sebagai penghalang
tembok pagar. Berdasarkan Gambar 7 diketahui bahwa penghalang tembok
berjenis batako memiliki nilai reduksi kebisingan yang baik dibandingkan dengan
jenis tembok bata merah.

Tingkat Kebisingan dB(A)

Batako

Bata Merah

51

49

47
0

1

2

Jarak (m)

Gambar 7 Hubungan antara penurunan tingkat kebisingan dan jarak penghalang
(batako dan bata merah)

3

12

Nilai reduksi kebisingan terhadap penambahan jarak berturut-turut pada
batako, yaitu sebesar 51 dB(A), 49 dB(A) dan 48 dB(A). Tembok bata merah
memiliki nilai reduksi kebisingan terhadap penambahan jarak berturut-turut
sebesar 51 dB(A), 50 dB(A), dan 49 dB(A). Berdasarkan analisis, tembok batako
lebih tinggi dalam mereduksi kebisingan jika dibandingkan dengan bata merah.
Hal tersebut karena dimensi tebal batako lebih besar jika dibandingkan dengan
bata merah sehingga pantulan yang berasal dari sumber lebih banyak dipantulkan
oleh batako.
Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa nilai reduksi kebisingan untuk
vegetasi berjenis mangkokan (Nothopanax scutellarium) berturut–turut sama,
yaitu sebesar 7 dB(A). Dinding tembok yang terbuat dari batako memiliki nilai
reduksi kebisingan dengan setiap jarak berturut-turut sebesar 12 dB(A), 10 dB(A)
dan 9 dB(A). Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa penghalang
vegetasi berjenis mangkokan (Nothopanax scutellarium) dan tembok batako
memiliki nilai reduksi kebisingan terhadap penambahan jarak yang lebih baik.
Jika dibandingkan, kemampuan vegetasi dalam mereduksi kebisingan masih
relatif rendah jika dibandingkan dengan penghalang dinding tembok. Hal tersebut
karena tembok memiliki kerapatan lebih tinggi sehingga suara yang dikeluarkan
oleh sumber dapat dipantulkan kembali (Sagitawaty 2001). Berbeda dengan
vegetasi yang memiliki kerapatan rendah, hal tersebut dapat mengakibatkan suara
dapat masuk melalui ruang-ruang kosong sehingga gelombang suara tersebut
tidak semua dipantulkan (Sagitawaty 2001).

Tingkat Kebisingan dB(A)

Teh-tehan

Mangkokan

Pucuk Merah

Batako

Bata Merah

12
10
8
6
4
2
0
1

2

3

Jarak (m)
Gambar 8 Reduksi tingkat kebisingan dengan berbagai penghalang

13

Rancangan Teknis Sebagai Pengendali Kebisingan
Dalam pengendalian bising, yang akan dikendalikan adalah suara.
Kementerian Lingkungan Hidup (2009) menyatakan bahwa pada saat
berhubungan dengan hal–hal yang berkaitan dengan suara, maka jalan terbaik
adalah memperhatikan unsur–unsur suara yaitu sumber suara, medium
perambatan, dan penerima. Penerapan rancangan teknis sebagai upaya
pengendalian kebisingan di Jalan Raya Ciomas menggunakan sebuah bangunan
penghalang. Bangunan penghalang efektif sebagai peredam kebisingan.
Berdasarkan analisis di lapangan, sumber kebisingan yang terdapat di lokasi yaitu
sumber bergerak. Reduksi penghalang terhadap ketinggian efektif dan jarak
penerima 100 meter menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2009), disajikan
dalam Tabel 4.
Tabel 4 Reduksi penghalang terhadap ketinggian efektif dan jarak penerima 100
meter
Tinggi efektif
penghalang (m)
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0

Jarak sumber ke
penghalang (m)
4.0
4.0
4.0
4.0
4.0

Reduksi Kebisingan
dB(A)
25-27
31-33
34-36
37-39
39-40

Sumber: (Kementerian Lingkungan Hidup 2009)
Departemen Pekerjaan Umum (1999) menyatakan bahwa bangunan
peredam bising (BPB) adalah bangunan berupa dinding atau tembok yang dibuat
dengan bentuk dan bahan tertentu sebagai alat untuk mengurangi dan meredam
kebisingan yang diakibatkan kendaraan lalu lintas. Rancangan teknis yang
digunakan yaitu sesuai dengan contoh penghalang yang telah diukur sebelumnya
dan mengikuti ketentuan menurut Departemen Pekerjaan Umum yang disajikan
pada Gambar 9. Departemen Pekerjaan Umum (1999) menyatakan bahwa
bangunan peredam yang mempunyai kemampuan mereduksi sumber kebisingan
yang efektif adalah bangunan penghalang beratap. Oleh karena itu, rancangan
teknis untuk empat titik peruntukan kawasan di Jalan Raya Ciomas menggunakan
desain penghalang jenis beratap.
Dimensi, bentuk, serta bahan penyusun bangunan penghalang disesuaikan
dengan jenis penghalang yang sudah diukur berdasarkan lokasi pada saat
melakukan simulasi kebisingan. Hanya saja untuk panjang bangunan penghalang
disesuaikan dengan kondisi di lokasi rencana pembangunan. Penghalang yang
digunakan yaitu penghalang dengan persentase reduksi kebisingan tertinggi. Jenis
vegetasi mangkokan (Nothopanax scutellarium) memiliki persentase sebesar
(12%) sedangkan tembok batako sebesar (19%). Persentase reduksi kebisingan
untuk semua jenis penghalang dapat dilihat pada lampiran 10. Rancangan teknis
mengupayakan sebagai reduksi kebisingan yang baik serta memperlihatkan
keindahan dari tata letak tanaman yang digunakan.

14

Gambar 9 Jenis-jenis bangunan peredam bising
Sumber: (Departemen Pekerjaan Umum 2009)
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2009) menyatakan bahwa
rekomendasi dan saran dalam pengendalian bising adalah untuk menghasilkan
design barrier yang efektif harus dilakukan tidak hanya disiplin akustis, tetapi
harus dilakukan dengan berbagai disiplin ilmu seperti landscape, design, sipil.
Keefektifan suatu barrier ditentukan oleh letak geografis dan faktor lingkungan.
Langkah yang penting pada rancangan barrier adalah inventarisasi, baik
lingkungan masyarakat maupun lingkungan geografisnya dan keadaan atau
prediksi kendaraan yang melewati jalan tersebut. Rancangan dinding tembok
penghalang sebagai peredam kebisingan tersaji pada Gambar 10 dan 11.

15

Tampak samping

Tampak depan

Tampak atas
Gambar 10 Dimensi tembok batako

16

Tampak 3D depan

Tampak 3D samping
Gambar 11 Rancangan dinding tembok batako dan vegetasi

17

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari studi ini adalah sebagai berikut :
1. Hasil rata-rata nilai LSM di kawasan pemukiman, Sekolah PGRI 3, Pasar
Ciomas, dan Kantor Kecamatan Ciomas adalah 76 dB(A), dan nilai ini
melebihi baku mutu yang ditetapkan menurut KEP-48/MENLH/11/1996.
2. Jenis pagar (vegetasi) yang paling efektif sebagai dinding penghalang
kebisingan adalah pagar dengan tanaman mangkokan (Nothopanax
scutellarium), sedangkan untuk tembok adalah yang terbuat dari batako.
Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain :
1. Perlu adanya penegakan aturan terhadap pengendara kendaraan khususnya
motor tentang penggunaan knalpot yang dimodifikasi yang menyebabkan
peningkatan kebisingan.
2. Perlu adanya penelitian dengan jenis pagar vegetasi dan dinding tembok
yang lebih beragam.
3. Perlu adanya penelitian dengan variasi jarak yang lebih beragam.

18

DAFTAR PUSTAKA
Ahmed HK, Zulquernai M. 2009. Expert System to Predict Effect of Noise
Pollution on Operators of Power Plant Using Neuro-Fuzzy Approach.
Journal
Of Noise And Health. 11(45): 206-216
Bluhm, G, Nordling, E, dan Berglind, N. (2004): Road Traffic Noise and
Annoyance – An Increasing Environmental Health Problem. Journal of Noise
and Health. 6(24):43-49
Departemen Pekerjaan Umum. 1999. Pedoman Perencanaan Teknik Bangunan
Peredam Bising, Direktorat Jenderal Cipta Karya. Jakarta] ; [diunduh 21
Juni 2014]. Tersedia pada:
http://binamarga.pu.go.id/referensi/nspm/pedoman_teknik246.pdf
Goyal S, Gupta V, Walia L. 2010. Effect of Noise Stress on Autonomic
Function Test. Journal of Noise and Health. 12(48): 182-186
Hassan A, Alam JB. 2013. Traffic Noise Levels at Different Location in Dhika
City and Noise Modelling for Construction Equipments. Journal of
Engineering Research Application. 3(1):1032-1040
Joshi PC, Chauhan A. 2008. Performance of Locally Grown Rice Plants (Oryza
sativa L) Exposed to Air Pollutants in a Rapidly Growing Industrial Area of
District Hardiwar, Uttarakhand, India. Life Science Journal. 5(3):41-45
Kementrian Negara Lingkungan Hidup. 2009. Pedoman Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara Gangguan Kebisingan dari Sumber Bergerak. [e-book]
http://www.menlh.go.id/Peraturan/PEDTEK/Pedtek-PencemaranUdara.pdf.
[21 Juni 2014]
Mehravaran H, Zabani S, Nabi Bidhendi GhR, Ghousi R, Keshavarzi Shirazi H.
2010. Noise Pollution Evaluation Method for Identification of the Critical
Zones in Tehran. Journal of Environmental Research 5(1):233-240
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1996. Baku Tingkat Kebisingan, Surat
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep48/MENLH/1996/25 November 1996. Jakarta.
Monazzam MR, Fard SMB. 2012. An Investigation on the Noise Reduction
Performance of Profiled Rigid Median Barrier at Highway. Journal of Noise
and Health. 14(58):106-112
Monazzam MR, Sekhavatjou MS, Chabi AZ. 2014. Designing a Traffic Noise
Prediction Model for Highway in Iranian Megacities (Case Study: Ahvaz
City). Journal of Environmental Research. 8(2): 427-434
Sagitawaty LA. 2001. Peranan Vegetasi dalam Mereduksi Kebisingan Jalan Raya
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Subrani T, Kavitha M, Sivaraj SP. 2012. Modelling of Traffic Noise Pollution.
Journal of Engineering Research and Applications. 2(3): 3175-3182.
Supriadi A. 2014. Implementasi LCA (Life Cycle Analysis) pada Batako dan
Bata Merah [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Wang LK, Pereira NC, Hung YT. 2005. Advance Air and Noise Pollution
Control. New Jersey: Humana Press.
Zhang L. 2013. Production of Bricks from Waste Materials–A review.
Construction and Building Material. 47(2013):643–655. doi:10.1016/
j.conbuildmat.2013.05.043

19

LAMPIRAN

20

Lampiran 1 Baku Tingkat Kebisingan
Peruntukan Kawasan/Pelayanan
Kesehatan
a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman
2. Perdagangan dan Jasa
3. Perkantoran dan Perdagangan
4. Ruang Terbuka Hijau
5. Industri
6. Pemerintahan
dan
Fasilitas
Umum
7. Rekreasi
8.
Khusus :
 Bandar Udara *
 Stasiun Kereta Api *
 Pelabuhan Laut
 Cagar Budaya
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit dan sejenisnya
2. Sekolah dan Sejenisnya
3. Tempat Ibadah dan sejenisnya
Keterangan :
*) disesuaikan dengan ketentuan Menteri
Perhubungan

Tingkat Kebisingan dB(A)

55
70
65
50
70
60
70

70
60
55
55
55

21

90
80
70
60

55 dB(A)

50
40
30
20

17 Mei 2014

18 Mei 2014
Waktu

Jarak 2 m

Jarak 3 m

Baku mutu

24.00

22.00

18.30

15.30

19 Mei 2014

Pemukiman

Jarak 1 m

11.00

09.00

06.00

24.00

22.00

18.30

15.30

11.00

09.00

06.00

24.00

22.00

18.30

15.30

11.00

0

09.00

10
06.00

Tingkat Kebisingan dB(A)

Lampiran 2 Tingkat Kebisingan di kawasan pemukiman Jalan Raya Ciomas

22

Lampiran 3 Tingkat Kebisingan di Sekolah PGRI 3 Jalan Raya Ciomas

80
70
60
55 dB(A)

50
40
30
20

24 Mei 2014

25 Mei 2014

Waktu
Jarak 2 m

Jarak 3 m

Baku mutu

24.00

22.00

18.30

15.30

26 Mei 2014

Sekolah

Jarak 1 m

11.00

09.00

06.00

24.00

22.00

18.30

15.30

11.00

09.00

06.00

24.00

22.00

18.30

15.30

11.00

0

09.00

10

06.00

Tingkat Kebisingan dB(A)

90

23

Lampiran 4 Tingkat Kebisingan di Pasar Jalan Raya Ciomas
90

70

50
40
30
20

31 Mei 2014

1 Juni 2014

Waktu
Jarak 2 m

Jarak 3 m

24.00

22.00

18.30

15.30

11.00

09.00

2 Juni 2014

Perdagangan

Jarak 1 m

06.00

24.00

22.00

18.30

15.30

11.00

09.00

06.00

24.00

22.00

18.30

15.30

11.00

09.00

0

06.00

10

65 dB(A)

60

55 dB(A)

Tingkat Kebisingan dB(A)

80

24

Lampiran 5 Tingkat Kebisingan di Kantor Kecamatan Ciomas Jalan Raya Ciomas
90

70
60

70 dB(A)

70 dB(A)

50
40
30
20

7 Juni 2014

8 Juni 2014

Waktu
Jarak 2 m

Jarak 3 m

24.00

22.00

18.30

15.30

11.00

09.00

9 Juni 2014

Perkantoran

Jarak 1 m

06.00

24.00

22.00

18.30

15.30

11.00

09.00

06.00

24.00

22.00

18.30

15.30

11.00

0

09.00

10

06.00

Tingkat Kebisingan dB(A)

80

25

900

80

800

70

700

60

600

50

500

17 Mei 2014

18 Mei 2014

19 Mei 2014

Pemukiman
Waktu

Jarak 1 m

Jarak 2 m

Jarak 3 m

Baku mutu

Jumlah Kendaraan

24.00

22.00

18.30

15.30

11.00

09.00

06.00

24.00

22.00

18.30

15.30

11.00

09.00

0

06.00

100
24.00

10
22.00

200

18.30

20

15.30

300

11.00

30

09.00

400

06.00

40

0

Jumlah Kendaraan (Unit)

90

55 dB
(A)

Tingkat Kebisingan dB(A)

Lampiran 6 Hubungan antara tingkat kebisingan dengan jumlah kendaraan di kawasan pemukiman Jalan Raya Ciomas

26

90

900

80

800

70

700

60

600

50
40

500
400

24 Mei 2014

25 Mei 2014

26 Mei 2014

Sekolah

Waktu
Jarak 1 m

Jarak 2 m

Jarak 3 m

Baku mutu

Jumlah Kendaraan

24.00

22.00

18.30

15.30

11.00

09.00

06.00

24.00

22.00

18.30

15.30

11.00

09.00

06.00

24.00

0

22.00

100
18.30

10
15.30

200

11.00

20

09.00

300

06.00

30

0

Jumlah Kendaraan (Unit)

55 dB(A)

Tingkat Kebisingan dB(A)

Lampiran 7 Hubungan antara tingkat kebisingan dengan jumlah kendaraan di sekolah PGRI 3 Jalan Raya Ciomas

27

1000

80

900

70

800

60
50
40

700
600
500
400

30

300

31 Mei 2014

1 Juni 2014

2 Juni 2014

Perdagangan

Waktu
Jarak 1 m

Jarak 2 m

Jarak 3 m

Jumlah Kendaraan

24.00

22.00

18.30

15.30

11.00

09.00

06.00

24.00

22.00

18.30

15.30

11.00

09.00

06.00

24.00

22.00

18.30

0

15.30

100
11.00

10
09.00

200

06.00

20

0

Jumlah Kendaraan (Unit)

90

55 dB(A)
65 dB(A)

Tingkat Kebisingan dB(A)

Lampiran 8 Hubungan antara tingkat kebisingan dengan jumlah kendaraan di Pasar Ciomas Jalan Raya Ciomas

28

90

1000

80

900

70
60

800
700
600

50
500
40
400
30

300

20

200

10

7 Juni 2014

8 Juni 2014

9 Juni 2014

Perkantoran

Waktu
Jarak 1 m

Jarak 2 m

Jarak 3 m

Jumlah Kendaraan

24.00

22.00

18.30

15.30

11.00

09.00

06.00

24.00

22.00

18.30

15.30

11.00

09.00

06.00

24.00

22.00

18.30

15.30

11.00

09.00

06.00

0

100
0

Jumlah Kendaraan (Unit)

70 dB(A)

Tingkat Kebisingan dB(A)

Lampiran 9 Hubungan antara tingkat kebisingan dengan jumlah kendaraan di Kantor Kecamatan Ciomas Jalan Raya Ciomas

29

Lampiran 10 Hasil pengukuran persentase reduksi kebisingan dengan berbagai jenis penghalang
Jenis Penghalang
(Vegetasi)
Teh-tehan
(Acalypha siamensis)

Jarak
(m)
1
2
3

Tanpa Penghalang
dB(A)
64
59
55

Terdapat Penghalang
dB(A)
58
53
50

Reduksi Kebisingan
dB(A)
6
6
5

Persentase Reduksi
(%)
9
10
10

Pucuk merah
(Olea syzygium)

1
2
3

62
58
56

56
52
51

6
6
6

10
10
10

Mangkokan
(Nothopanx scutellarim)

1
2
3

62
59
56

55
52
49

7
7
7

11
12
12

Jenis Penghalang
(Tembok)
Batako

Jarak
(m)
1
2
3

Tanpa Penghalang
dB(A)
62
59
56

Terdapat Penghalang
dB(A)
51
49
48

Reduksi Kebisingan
dB(A)
12
10
9

Persentase Reduksi
(%)
19
17
15

Bata Merah

1
2
3

62
58
54

51
50
49

11
8
5

18
14
9

30

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 November 1991 dari Bapak
Bambang Irawan dan Ibu Heny Djuaningsih. Penulis adalah anak ketiga dari tiga
bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Polisi 4
Bogor pada tahun 2004 dan Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Bogor pada
tahun 2007. Penulis lulus dari SMA Negeri 4 Bogor pada tahun 2010 dan pada
tahun yang sama penulis berhasil melewati seleksi masuk Institut Pertanian Bogor
dan diterima di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi
Pertanian.
Penulis sangat aktif mengikuti kepanitiaan dan berbagai organisasi
kemahasiswaan. Beberapa diantaranya, anggota divisi Riset dan Teknologi (RISTEK
(2011-2012), anggota divisi Humas pada acara Indonesia Civil and Environment Festival
, da per ah e ja at se agai Ketua pada a ara Let’s Thi k S art
-2012).
Pada Juni-Agustus 2013 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di Perusahaan Umum
Jasa Tirta 2, Purwakarta dengan judul Mempelajari Sistem Jaringan Irigasi di Daerah
Irigasi Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat.