E14110115. Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Jember

KONTRIBUSI SEKTOR KEHUTANAN TERHADAP
PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN JEMBER

MUHAMMAD KHOIRUL MUFID

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kontribusi Sektor
Kehutanan terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Jember adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2016

Muhamaad Khoirul Mufid
NIM E14110115

ABSTRAK
MUHAMMAD KHOIRUL MUFID. E14110115. Kontribusi Sektor Kehutanan
Terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Jember. Dibawah bimbingan
HARDJANTO
Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman hayati
tertinggi kedua di dunia setelah Brasil. Salah satu penyumbang keanekaragaman
hayati tersebut adalah hutan. Hutan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar
dan mampu memberikan kontribusi baik bagi individu maupun kepada
pemerintahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis
pendapatan daerah sektor kehutanan di pemerintah daerah Kabupaten Jember dan
menghitung kontribusinya terhadap pendapatan daerah. Data penelitian yang
digunakan berupa data sekunder yang bersumber dari sepuluh instansi. Kontribusi
sektor kehutanan terhadap pendapatan daerah Kabupaten Jember dalam kurun
waktu 2007-2014 berasal dari tiga jenis pendapatan diantaranya retribusi ijin
penebangan pohon di luar kawasan hutan, provisi sumber daya hutan (PSDH) dan

sumbangan pihak ketiga dari penjualan kayu. Kontribusi sektor kehutanan terhadap
pendapatan daerah Kabupaten Jember memiliki persentase yang sangat kecil yaitu
diantara 0.05482%–0.11449% dan perkembangan setiap tahunnya fluktuatif.
Kata kunci : Hutan, Kontribusi, Pendapatan

ABSTACT
MUHAMMAD KHOIRUL MUFID. E14110115. Contribution of The Forestry
Sector Against Revenue District Jember. Supervised by HARDJANTO
Indonesia occupies the second highest level of biodiversity in the world after
Brazil. The forest is one of the benefactors of biodiversity. The forest of Indonesia
has a huge potential and to contribute both to the individual and Government. This
research aims to identify the kinds of income forestry regions in the Area of
Government of the Regency of Jember and calculating its contribution to regional
income. The secondary data of this research were obtained from ten agencies. The
forestry sector's contribution to regional revenue Jember during 2007-2014 were
obtained from three kinds of income levy logging licenses including trees outside
forest areas, provision of forest resources (PSDH) and third-party contributions
from the sale of timber. The forestry sector's contributes to regional revenue Jember
had a very small percentage in which its development fluctuated between 0.05482%
-0.11449%.

Keywords: Forest, Contributions, Revenue

KONTRIBUSI SEKTOR KEHUTANAN TERHADAP
PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN JEMBER

MUHAMMAD KHOIRUL MUFID

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, serta kasih sayang-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul
“Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Jember”
dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ayahanda Sunyoto, Ibunda Juarni, Adinda Yuni Lutfian Sari dan seluruh
keluarga yang telah mendoakan dan memberi dukungan baik moral maupun
material,
2. Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS atas kesediaan dan kesabarannya membimbing
penulis menyelesaikan karya ilmiah ini,
3. Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa PBSB kepada
penulis,
4. Jajaran staf di sepuluh instansi Kabupaten Jember diantaranya BPS Jember,
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jember, Dinas Pendapatan
Kabupaten Jember, Badan Pengelola Keuangan dan Aset (BPKA)
Kabupaten Jember, KPH Jember, Sekretariat Daerah Kabupaten Jember,
Kantor Pariwisata Kabupaten Jember, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Jember, Balai Konservasi Sumber Daya
Alam (BKSDA) Kabupaten Jember dan Taman Nasional Meru Betiri atas
bantuan data-data penelitian,

5. Teman-teman CSS MoRA IPB, CSS 48, Fahutan 48 dan MNH 48 yang
telah memberi dukungan kepada penulis.
Penulis berharap karya ilmiah ini memberikan manfaat yang besar bagi pihak
yang membutuhkan dan penulis mengucapkan banyak terima kasih atas semua
saran, dukungan serta nasehat-nasehatnya.

Bogor, Februari 2016

Muhammad Khoirul Mufid

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

VII

DAFTAR GAMBAR

VII

DAFTAR LAMPIRAN


VII

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan

2

Manfaat Penelitian


2

METODE PENELITIAN

3

Waktu dan Tempat

3

Jenis dan Sumber Data

3

Metode Pengolahan Data

4

KONDISI UMUM


5

Keadaan Geografis

5

Penggunaan Lahan

5

Topografi

6

Iklim dan Curah Hujan

6

Demografi


6

Kondisi Perekonomian

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kawasan Hutan

8
8

Potensi Sumber Daya Hutan Kayu Kabupaten Jember

10

Potensi Sumber Daya Hutan Non Kayu Kabupaten Jember

12


Pendapatan Daerah Kabupaten Jember

14

Pendapatan Daerah Sektor Kehutanan Kabupaten Jember

17

Kontribusi Sektor Kehutanan Kabupaten Jember

21

SIMPULAN DAN SARAN

22

Simpulan

22


Saran

23

DAFTAR PUSTAKA

23

LAMPIRAN

26

RIWAYAT HIDUP

34

DAFTAR TABEL
1. Sumber dan jenis data
2. Batas wilayah Kabupaten Jember
3. Penggunaan lahan Kabupaten Jember
4. Ketinggian wilayah
5. Kemiringan lereng
6. Jumlah penduduk Kabupaten Jember
7. Pekerjaan penduduk usia 15 tahun ke atas
8. Luas kawasan hutan
9. Kawasan konservasi BKSDA Kabupaten Jember
10. Luas kawasan hutan KPH Jember
11. Produksi kayu KPH Jember
12. Produksi kayu hutan rakyat
13. Produksi getah pinus KPH Jember
14. Produksi kopi KPH Jember
15. Pengunjung Taman Nasional Meru Betiri pintu Kabupaten Jember
16. Komposisi pendapatan daerah Kabupaten Jember
17. Realisasi penerimaan pendapatan daerah Kabupaten Jember
18. Pendapatan retribusi izin penebangan pohon di luar kawasan hutan
19. Pendapatan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) Kabupaten Jember
20. Realisasi PSDH yang dikeluarkan KPH Jember
21. Pendapatan sumbangan pihak ketiga dari penjualan kayu jati
22. Pendapatan sektor kehutanan Kabupaten Jember

3
5
5
6
6
7
7
9
9
10
11
11
12
12
14
15
16
18
19
19
20
21

DAFTAR GAMBAR
1. Presentase PDB Sektor Kehutanan
2. Jumlah pengunjung PAPUMA
3. Perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Jember
4. Perkembangan kontribusi sektor kehutanan Kabupaten Jember

1
13
17
22

DAFTAR LAMPIRAN
1. Luas menurut kecamatan
2. Banyaknya kelurahan/desa, dusun, RW dan RT menurut kecamatan
3. Komposisi pendapatan daerah Kabupaten Jember

27
28
29

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara mega biodiversity tertinggi kedua di dunia
setelah Brasil (Wahyono dan Shalahuddin 2010). Menurut Wahyono dan
Shalahuddin (2010) yang mengacu kepada hasil penelitian dari Dr. Campbell Owen
Webb dari Havard University, Indonesia menempati urutan pertama jika yang
diperhitungkan tidak hanya keanekaragaman hayati daratan (terrestrial
biodiversity) namun juga keanekaragaman hayati laut (marine biodiversty). Salah
satu penyumbang keanekaragaman hayati daratan (terrestrial biodiversity) di
Indonesia adalah hutan. Hutan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dan
mampu memberikan kontribusi atau manfaat baik bagi individu maupun memberi
manfaat bagi lembaga pemerintahan.
Salah satu contoh kontibusi kehutanan terhadap lembaga pemerintahan ialah
kontribusi di bidang perekonomian negara seperti contohnya dalam Produk
Domestik Bruto (PDB). Persentase PDB cenderung menurun setiap tahunnya.
Berikut data BPS (2015) tertera pada Gambar 1 dalam bentuk grafik.
Presentase PDB Sektor Kehutanan
0,9
0,85
0,8
0,75
0,7
0,65
0,6
2010

2011

2012

2013

2014

PDB

Gambar 1. Presentase PDB Sektor Kehutanan
Penurunan PDB sektor kehutanan menjadi masalah bagi dunia kehutanan di
Indonesia sehingga pemerintah pusat perlu melibatkan pemerintah daerah dalam
pengelolaan sumberdaya hutan.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah terdapat
desentralisasi berupa penyerahan urusan pemerintah pusat kepada daerah dan
terdapat otonomi daerah yang memberikan hak kepada daerah untuk mengatur
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan kesejahteraan masyarakat setempat.
Otonomi daerah memberikan hak kepada daerah dalam mengelola sumberdaya
hutan sehingga akan terlihat kreatifitas daerah dalam mengelola sumberdaya hutan.

2

Perumusan Masalah
Otonomi daerah membuat pemerintah daerah harus berkreasi dalam
menyejahterakan masyarakat. Tujuan kesejahteraan masyarakat tersebut tentunya
dibutuhkan dana dalam menjalankan program-program yang dicanangkan oleh
pemerintah. Sumber dana pemerintah daerah ialah pendapatan daerah yang
bersumber dari berbagai sektor seperti seperti sektor peternakan, sektor perikanan
dan salah satu sektor penyumbang pendapatan daerah ialah sektor kehutanan.
Pendapatan daerah di berbagai daerah memiliki angka yang berbeda, salah satu
penyebab perbedaan pendapatan daerah ialah setiap daerah memiliki karakteristik
sumberdaya alam seperti hutan yang berbeda baik dari segi letak geografis,
kesuburan tanah dan ketinggian dari permukaan laut. Faktor lain yang
mempengaruhi perbedaan pendapatan daerah ialah luasan kawasan hutan
diberbagai daerah yang berbeda.
Perkembangan PDB sektor kehutanan menurut BPS (2015) setiap tahunnya
menurun berbeda halnya dengan PDRB Kabupaten Jember yang tercantum dalam
BPS Jember (2015), bahwa PDRB sektor kehutanan di Kabupaten Jember memiliki
perkembangan fluktuatif dengan nilai presentase dalam kurun waktu 2010 – 2014
berturut-turut 0.90%, 0.87%, 0.85%, 0.85% dan 0.86% (BPS Jember 2015).
Perkembangan pendapatan sektor kehutanan Pemerintah Daerah Kabupaten
Jember setiap tahunnya belum diketahui begitu juga dari segi kontribusi sektor
kehutanan Kabupaten Jember terhadap pendapatan daerah Kabupaten Jember.
Berdasarkan pernyataan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah
sebagai berikut:
1. Bagaimana komposisi pendapatan daerah Kabupaten Jember yang termasuk
ke dalam sektor kehutanan ?
2. Berapakah kontribusi sektor kehutanan Kabupaten Jember terhadap
pendapatan daerah ?
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi jenis-jenis pendapatan daerah Kabupaten Jember yang
termasuk ke dalam Sektor Kehutanan.
2. Menghitung Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap pendapatan daerah
Kabupaten Jember.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi
kontribusi sektor kehutanan Kabupaten Jember terhadap pendapatan daerah
sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan atau
kebijakan khususnya kehutanan di pemerintah daerah Kabupaten Jember.

3

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – November 2015 yang
bertempat di beberapa Instansi Kabupaten Jember antara lain Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Jember, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jember,
Dinas Pendapatan Kabupaten Jember, Badan Pengelola Keuangan dan Aset
(BPKA) Kabupaten Jember, Kantor Pariwisata Kabupaten Jember, Badan
Perencanaan Pembangunan Kabupaten (BAPPEKAB) Jember, Sekretariat Daerah
Kabupaten Jember, KPH Jember, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
Kabupaten Jember dan Taman Nasional Meru Betiri.

Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data sekunder dari
lembaga terkait sektor kehutanan dan sektor pendapatan Kabupaten Jember dan
tidak terdapat data primer. Sumber data dan jenis data tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Sumber dan jenis data
No
Sumber Data
1
Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Jember

2

3
4

Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten
Jember
Dinas Pendapatan

5

Badan Pengelola
Keuangan dan Aset
(BPKA) Kabupaten
Jember
KPH Jember

6

Sekretariat Daerah

7

Kantor Pariwisata

Jenis Data
1. Kondisi
demografi
Kabupaten
Jember
2. Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten Jember
1. Produksi
hasil
hutan
rakyat
Kabupaten Jember
2. Peraturan Daerah Kabupaten Jember
1. Realisasi
pendapatan
daerah
Kabupaten Jember
1. Peraturan Daerah Provinsi tentang
Sumbangan Pihak Ketiga

1. Luas Kawasan Hutan KPH Jember
2. Perkembangan produksi hasil hutan
kayu KPH Jember
3. Perkembangan produksi getah pinus
KPH Jember
4. Perkembangan produksi kopi KPH
Jember
5. Potensi Hutan Wisata
6. Besarnya PSDH yang dikeluarkan
oleh KPH Jember
1. Peraturan Daerah terkait Kehutanan
dan Pendapatan
1. Wawancara potensi hutan wisata

4

No
8

9

10

Sumber Data
Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kabupaten
Jember
Balai Konservasi Sumber
Daya Alam (BKSDA)
Kabupaten Jember
Taman Nasional Meru
Betiri

Jenis Data
1. Penggunaan lahan Kabupaten Jember
beserta luasnya
2. Peta tata guna lahan Kabupaten
Jember
1. Luas Kawasan Konservasi yg
dikelola oleh BKSDA
1. Luas Kawasan TNMB yang termasuk
ke dalam wilayah administratif
Kabupaten Jember
2. Jumlah pengunjung TNMB

Metode Pengolahan Data
Tahap awal dalam pengolahan data dengan menyeleksi komposisi
pendapatan daerah yang masuk ke dalam sektor kehutanan Kabupaten Jember. Data
pendapatan daerah yang berasal dari sektor kehutanan tersebut di kelompokkan
berdasarkan sumber pendapatan daerah tersebut, termasuk ke dalam Pendapatan
Asli Daerah atau Dana Perimbangan atau lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.
Kontribusi sektor kehutanan terhadap di setiap sumber pendapatan daerah
dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
%KSH =

PADS /DPS /
PAD/DP/

PDS

PD

x 100%

Kontribusi sektor kehutanan secara keseluruhan dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut :
PDSK = PADSK + DPSK + LLPDSK
%KSH =
Keterangan

: PDSK
PADSK
PAD
DPSK
DP
LLPDSK
LLPD
PD
% KSH

PDS

PD

. em er

. em er

x 100%

= Pendapatan Daerah Sektor Kehutanan
= Pendapatan Asli Daerah Sektor Kehutanan
= Pendapatan Asli Daerah
= Dana Perimbangan Sektor Kehutanan
= Dana Perimbangan
= Lain-Lain Pendapatan Daerah Sektor Kehutanan
= Lain – Lain Pendapatan Daerah
= Pendapatan Daerah Kabupaten Jember
= % Kontribusi Sektor Kehutanan

5

KONDISI UMUM
Keadaan Geografis
Data Bapekab. Jember (2014) menyebutkan bahwa letak geografis Kabupaten
Jember berada pada posisi 7°59’6” - 8°33’56” LS dan 113°16’28” - 114°03’42”
BT. Kabupaten Jember memiliki luas 329 334 ha (3 293.34 km2), dengan luasan
tersebut Kabupaten Jember secara administratif terdiri dari 31 Kecamatan, 248
Desa/Kelurahan, 972 Dusun, 4 216 RW dan 14 213 RT (BPS 2015). Luas
Kabupaten Jember menurut kecamatan dan banyaknya kelurahan/desa, dusun, RW
dan RT menurut kecamatan dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Kabupaten Jember memiliki batas wilayah administratif dengan pemerintah daerah
lain, batas wilayah tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Batas wilayah Kabupaten Jember
Wilayah
Batas Wilayah
Utara
Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Probolinggo
Timur
Kabupaten Banyuwangi
Selatan
Samudera Indonesia
Barat
Kabupaten Lumajang
Sumber: Bapekab. Jember 2014

Kabupaten Jember dikelilingi oleh empat pemerintah daerah diantaranya
Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Banyuwangi dan
Kabupaten Lumajang serta wilayah selatan terdapat Samudera Indonesia.

Penggunaan Lahan
Kawasan Hijau mendominasi penggunaan lahan di Kabupaten Jember yang
terdiri dari hutan, sawah, tegal dan perkebunan dengan persentase keseluruhan
86.76%. Persentase terbesar ialah hutan dengan persentase sebesar 36.75% . Secara
rinci penggunaan lahan di Kabupaten Jember tertera pada Tabel 3.
Tabel 3. Penggunaan lahan Kabupaten Jember
No
Penggunaan Lahan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Hutan
Sawah
Tegal
Perkebunan
Perkampungan
Tanah Rusak / Tandus
Tambak
Semak / Padang Rumput
Rawa
Lain – Lain

Sumber: Bapekab. Jember 2014

Luas
Luas (ha)
121 039.61
86 568.18
43 522.84
34 590.46
31 877.00
1 469.26
368.66
289.06
35.62
9 576.26

Persen (%)
36.75
26.29
13.22
10.50
9.68
0.45
0.11
0.09
0.01
2.91

6

Topografi
Ketinggian Kabupaten Jember dari permukaan laut berada pada 0–3 300
mdpl. Sebagian besar Kabupaten Jember didominasi oleh ketinggian antara 100–
500 mdpl dengan luas 124 308 ha dengan persentase 37.75% dari total luas wilayah
Kabupaten Jember dan ketinggian dengan persentase terkecil ialah diatas 1 000
mdpl dengan persentase 7.80%. Secara rinci ketinggian wilayah dari permukaan
laut tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Ketinggian wilayah
No
Ketinggian
(meter)
1
0 – 25
2
25 – 100
3
100 – 500
4
500 – 1000
5
>1000

Luas
Luas (ha)
59 120
68 168
124 308
52 043
25 695

Luas (km2)
591.20
681.68
1 243.08
520.43
256.95

Persen (%)
17.95
20.70
37.75
15.80
7.80

Sumber: Bapekab. Jember 2014

Kabupaten Jember memiliki kelas lereng yang beragam. Kemiringan lereng
yang mendominasi ialah kemiringan lereng Datar yang berada pada kelerengan
antara 0–2% dengan luas 120 547 Ha dengan persentase 36.60%. Kemiringan
lereng Kabupaten jember dapat di lihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kemiringan lereng
No
Kelas
Kategori
Lereng
1
0–2%
Datar
2
2 – 15 %
Landai
3
15 – 40 % Agak Curam
4
>40 %
Sangat Curam

2

Luas (km )
1 205.47
673.76
384.03
1 030.07

Luas
Luas (ha)
120 547
67 376
38 403
103 007

Persen (%)
36.60
20.46
11.66
31.28

Sumber: Bapekab. Jember 2014

Iklim dan Curah Hujan
Iklim Kabupaten Jember sama dengan pemerintah daerah lain di Indonesia
dengan memiliki iklim tropis. Temperatur di daerah Kabupaten Jember memiliki
Temperatur diantara 23°C sampai 31°C. Curah Hujan Kabupaten Jember memiliki
angka pada kisaran 1 969 mm sampai 3 394 mm dengan musim hujan yang terjadi
pada bulan September sampai Januari dan musim kemarau terjadi pada bulan Mei
sampai Agustus (Bapekab. Jember 2014).
Demografi
Data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember
menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Jember setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Secara rinci data sensus penduduk tertera pada Tabel 6.

7

Tabel 6. Jumlah penduduk Kabupaten Jember
Tahun Laki-Laki Perempuan
Jumlah
(jiwa)
(jiwa)
(jiwa)
1961
1971
1980
1990
1995
2000
2005
2010

738 254
843 064
923 195
1 010 225
1 043 054
1 075 916
1 113 073
1 146 856

760 565
863 207
957 459
1 052 329
1 062 449
1 111 741
1 148 404
1 185 870

1 498 819
1 706 271
1 880 654
2 062 554
2 105 503
2 187 657
2 261 477
2 332 726

Kepadatan
Penduduk
(jiwa/ km2)
455
518
571
626
639
664
687
708

Sex Ratio
(%)
96.98
97.61
96.28
95.32
98.14
96.67
96.82
96.60

Sumber: BPS Jember 2010

Keadaan jumlah penduduk yang selalu meningkat setiap tahunnya dan luas
areal yang tetap menyebabkan kepadatan penduduk dalam setiap kilo meter persegi
meningkat setiap tahunnya. Terlihat pada rentan waktu 2005–2010, kepadatan
penduduk pada tahun 2005 ialah 687 jiwa/km2 menjadi 708 jiwa/ km2 atau
bertambah menjadi 21 jiwa/ km2.
Penduduk Kabupaten Jember mayoritas memiliki mata pencaharian di bidang
pertanian, kehutanan dan Perikanan, hal ini diperkuat dengan data tertera pada
Tabel 7.
Tabel 7. Pekerjaan penduduk usia 15 tahun ke atas
No
Lapangan Pekerjaan
Laki-Laki
Perempuan
Utama
(jiwa)
(jiwa)
1
Pertanian, Kehutanan
347 185
153 261
dan Perikanan
2
Industri Pengolahan
50 053
71 940
3
Bangunan
95 964
3 011
4
Perdagangan Besar,
92 803
101 898
Rumah Makan dan
Hotel
5
Angkutan, Pergudangan
25 077
dan Komunikasi
6
Keuangan, Asuransi,
14 315
2 864
Usaha Persewaan
Bangunan, Tanah dan
Jasa Perusahaan
7
Pertambangan dan
12 941
801
Penggalian
8
Listrik, Gas dan Air
9
Jasa Kemasyarakatan,
84 109
47 577
Sosial dan Perorangan
Total
722 447
381 332
Sumber: BPS Jember 2015

Jumlah
(jiwa)
500 446
121 993
98 975
194 701

25 077
17 179

13 742
131 666
1 103 779

8

Tabel 7 menunjukkan bahwa pekerjaan di bidang pertanian, kehutanan dan
perikanan merupakan mata pencaharian mayoritas penduduk Kabupaten Jember.
Persentase pekerja di bidang pertanian, kehutanan dan perikanan ialah 45.34% dari
total penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja.
Kondisi Perekonomian
Salah satu indikator perekonomian suatu daerah bisa dilihat dari Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
merupakan nilai tambah bersih suatu barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu
daerah dan timbul akibat dari aktivitas ekonomi (BPS 2015). Menurut BPS (2015),
terdapat beberapa kegunaan Produk Domestik Regional Bruto diantaranya untuk
mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan suatu wilayah,
mampu menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap
kategori dan mampu mengetahui peranan setiap kategori ekonomi suatu wilayah.
Sektor pertanian secara global baik pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan maupun kehutanan merupakan penyumbang PDRB terbesar Kabupaten
Jember. Menurut data BPS (2015) pada tahun 2010 sektor pertanian secara global
mampu memberikan kontribusi PDRB sebesar Rp. 10 643.31 miliar dan naik
menjadi Rp 15 056.70 miliar pada tahun 2014. Dalam sektor pertanian secara global
tersebut terdapat bagian-bagian sektor lain diantaranya ialah tanaman pangan,
tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, jasa pertanian, kehutanan
dan perikanan. Sektor kehutanan merupakan penyumbang PDRB terkecil setelah
jasa pertanian dan jika dibandingkan penyumbang PDRB secara keseluruhan,
sektor kehutanan hanya unggul dengan lapangan usaha listrik dan gas, pengadaan
air dan pengelolaan sampah, jasa perusahaan serta jasa kesehatan dan kegiatan
sosial. Nilai PDRB sektor kehutanan tersebut memiliki nilai Rp. 299.00 miliar pada
tahun 2010 dan meningkat pada 2014 menjadi Rp. 445.80 miliar.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kawasan Hutan
Hutan secara hukum dipaparkan dalam Pasal 1 UU. 41 Tahun 1999 memiliki
pengertian hamparan lahan di dalam suatu kesatuan ekosistem yang berisi sumber
daya alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya dan antara satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Indrayanto
(2006) menambahkan bahwa hutan memiliki keadaan lingkungan yang berbeda
dengan keadaan di luar hutan.
Hutan berdasarkan statusnya terdiri dari hutan negara dan hutan hak (Pasal 5
UU. 41 Tahun 1999). Hutan negara merupakan hutan yang berada pada tanah yang
tidak dibebani hak atas tanah dan hutan hak merupakan hutan yang berada pada
tanah yang dibebani hak atas tanah (Pasal 1 UU. 41 Tahun 1999).
Kawasan hutan merupakan suatu wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap
(Pasal 1 UU. 41 Tahun 1999). Kawasan hutan Kabupaten jember memiliki luas
lebih sepertiga luas Kabupaten Jember. Luas Kawasan Hutan tertera pada Tabel 8.

9

Tabel 8. Luas kawasan hutan
No
Kawasan Hutan
1
2
3

Hutan Produksi
Hutan Lindung
Hutan Konservasi
Total

Luas (ha)
32 020.74
39 504.40
48 079.40
119 604.54

Persen Terhadap
Luas Wilayah (%)
9.72
11.99
14.59
36.31

Sumber: KPH Jember 2015, BKSDA Jember 2015 dan Taman Nasional Meru Betiri 2013

Kawasan hutan di Kabupaten Jember memiliki luasan 119 604.54 ha atau
36.31% luasan wilayah Kabupaten Jember. Kawasan dengan fungsi konservasi di
Kabupaten Jember memiliki luasan terbesar dengan luasan mencapai 48 079.40 ha
atau 14.59% luas wilayah Kabupaten Jember, sedangkan luasan terbesar
selanjutnya ialah hutan lindung dengan luasan 39 504.40 ha atau 11.99% luas total
wilayah Kabupaten Jember dan luas kawasan hutan yang terendah ialah hutan
produksi dengan luas 32 020.74 ha dengan persentase sebesar 9.72% luas wilayah
Kabupaten Jember.
Hutan konservasi merupakan kawasan hutan dengan ciri khas tertentu dengan
fungsi pokok pengawetan keanekaraman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya
(UU. 41 Tahun 1999). Hutan konservasi di Kabupaten Jember dikelola oleh dua
lembaga yaitu Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) dan Bidang Konservasi
Sumber Daya Alam (BKSDA) Jember. Taman Nasional Meru Betiri mengelola
kawasan seluas 58 000 ha yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten
Jember dan Kabupaten Banyuwangi, sedangkan yang masuk ke dalam wilayah
administratif Kabupaten Jember seluas 37 585 ha (Taman Nasional Meru Betiri
2013). Hutan Konservasi di Kabupaten Jember juga dikelola oleh BKSDA Jember
dengan luasan 10 494.4 ha, kawasan konservasi BKSDA tertera pada Tabel 9.
Tabel 9. Kawasan konservasi BKSDA Kabupaten Jember
No Nama Kawasan
Luas (ha)
Keterangan
1
Cagar Alam Curah Manis Sempolan
17.30
2
Cagar Alam Nusa Barong
6 100.00
3
Cagar Alam Watangan Puger
2.10
4
Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang
4 375.00 Dari Luas Total
Selatan
14 177 ha
Total
10 494.40
Sumber: BKSDA Jember 2015

Cagar Alam Nusa Barong memiliki areal paling luas diantara kawasan
konservasi yang dikelola BKSDA Jember di wilayah administratif Kabupaten
Jember dengan luas 6 100.00 ha dan luasan terluas kedua ialah Suaka Margasatwa
Dataran Tinggi Yang Selatan dengan luas sebesar 4 375.00 ha dari luas 14 177 ha.
Kawasan hutan selanjutnya ialah kawasan hutan dengan fungsi pokok
produksi dan lindung. Hutan produksi merupakan kawasan hutan dengan fungsi
pokok memproduksi hasil hutan, sedangkan hutan lindung merupakan kawasan
hutan dengan fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mengendalikan erosi, mencegah banjir, mencegah intrusi
air laut dan memelihara kesuburan tanah ( Pasal 1 UU. 41 Tahun 1999). Kawasan

10

hutan dengan fungsi lindung dan fungsi produksi dikelola oleh Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Jember dengan luas total 71 525.14 ha. KPH Jember
memiliki tiga kelas perusahaan diantaranya ialah kelas perusahaan jati, kelas
perusahaan mahoni dan kelas perusahaan pinus. Luas kawasan hutan yang dikelola
KPH Jember berdasarkan kelas perusahaan tertera pada Tabel 10:
Tabel 10. Luas kawasan hutan KPH Jember
No
BKPH
Kawasan Hutan (ha)
Hutan Produksi
Hutan Lindung
1.
Kelas Perusahaan Jati
13 929.70
14 564.60
1. BKPH Ambulu
5 492.70
5 493.00
2. BKPH Mayang
4 755.70
6 667.70
3. BKPH Wuluhan
3 681.30
2 403.90
2.
Kelas Perusahaan Mahoni
10 889.24
13 836.30
1. BKPH Lereng Yang Barat
8 596.83
1 509.90
2. BKPH Lereng Yang Timur
2 292.41
12 326.40
3.
Kelas Perusahaan Pinus
7 201.80
11 103.50
1. BKPH Sempolan
3 739.10
7 619.00
2. BKPH Sumberjambe
3 462.70
3 484.50
Total
32 020.74
39 504.40
Sumber: KPH Jember 2015

Kelas perusahaan jati merupakan kelas perusahaan terluas jika dibandingkan
dengan kelas perusahaan lain baik berdasarkan kawasan hutan yang memiliki
fungsi produksi maupun kawasan hutan dengan fungsi perlindungan terhadap
pencegahan banjir, pengendalian erosi dan sebagai pengatur tata air (hidrologi).
Selanjutnya kelas perusahaan yang memiliki wilayah terluas kedua ialah kelas
perusahaan mahoni dan yang terakhir ialah kelas perusahaan pinus. Sedangkan
berdasarkan luasan BKPH, BKPH yang memiliki kawasan hutan dengan fungsi
produksi terluas ialah BKPH Lereng Yang Barat yang terletak di kelas perusahaan
mahoni dengan memiliki luasan 8 596.83 ha, sedangkan BKPH terluas pada
kawasan hutan dengan fungsi perlindungan ialah BKPH Lereng Yang Timur
dengan luasan mencapai 12 326.40 ha.

Potensi Sumber Daya Hutan Kayu Kabupaten Jember
Kayu merupakan manfaat hutan yang yang secara langsung dapat dinikmati
oleh manusia. Manfaat kayu dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan rumah
dan sebagai bahan baku perkakas (Djajapertjunda dan Djamhuri 2013). Potensi
kayu di Kabupaten Jember terdapat di kawasan hutan atau hutan negara dan terdapat
di luar kawasan hutan atau hutan rakyat. Berikut perkembangan produksi kayu di
Kabupaten Jember:
Hutan Negara
Kayu merupakan produk yang dihasilkan oleh hutan. Hutan negara di
Kabupaten Jember yang dikelola oleh KPH Jember menghasilkan beberapa jenis
kayu. Perkembangan produksi KPH Jember tertera pada tabel 11.

11

Tabel 11. Produksi kayu KPH Jember
Jenis Kayu
Produksi Kayu / Tahun (m3)
2010
2011
2012
2013
Jati
9 406.17 13 554.33
16 454 12 596.18
Mahoni
7 345.89
7 439.29
13 827 22 241.58
Pinus
4 250.92
8 542.07
12 396 17 177.89
Damar
0.00
347.77
8
50.58
Sengon
508.16
2 757.91
3 698
143.08
Rimba
116.76
1 061.43
4 964
1 549.01
Campuran
Total
21 627.90 33 729.80
51 347 53 758.32
Persen
Peningkatan
55.95
52.23
4.70
(%)

2014
24 240.42
14 129.12
12 587.28
1 571.45
388.75
1 838.53
54 755.55
1.85

Sumber: KPH Jember 2015

Berdasarkan tabel yang disajikan di atas, jenis kayu yang menjadi andalan
KPH Jember ialah Jati, Mahoni dan Pinus. Jenis Jati, Mahoni dan Pinus memiliki
produksi yang lebih besar jika dibandingkan dengan jenis kayu lainnya.
Berdasarkan tabel diatas bisa dilihat bahwa dalam kurun waktu 2010 – 2014
produksi kayu KPH Jember terus mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar
terjadi pada tahun 2011 dengan persentase sebesar 55.95%, Peningkatan tersebut
dari 21 627.90 m3 pada tahun 2010 menjadi 33 729.80 m3 pada tahun 2011 atau
mengalami peningkatan sebesar 12 101.90 m3. Meskipun setiap tahunnya produksi
kayu mengalami peningkatan namun persentase peningkatan tersebut mengalami
penurunan.
Hutan Rakyat
Hutan rakyat di Kabupaten Jember dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan produksi hal ini merupakan bentuk semangat masyarakat Kabupaten
Jember untuk membangun hutan rakyat dan bentuk kepercayaan masyarakat dalam
menyokong ekonomi rumah tangga. Jenis kayu yang diminati oleh masyarakat
Kabupaten Jember ialah sengon. Perkembangan produksi hutan rakyat Kabupaten
Jember tertera pada Tabel 12.
Tabel 12. Produksi kayu hutan rakyat
Jenis Kayu
Produksi Kayu / Tahun (m3)
2012
2013
Jati
5 019.20
6 893.40
Mahoni
3 858.97
7 085.54
Sengon
191 438.43
314 854.76
Rimba Campuran
19 307.92
4 366.27
Total
219 624.52
333 199.97
Persen Peningkatan (%)
51.71

2014
10 942.22
11 831.18
355 484.50
9 713.60
387 971.50
16.43

Sumber: Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Jember 2015

Produksi kayu hutan rakyat setiap tahunnya mengalami peningkatan. Terlihat
dari tabel diatas dalam kurun waktu 2012 – 2014, peningkatan sebesar 113 575.45

12

m3 terjadi pada tahun 2013 atau sebesar 51.71% dari tahun sebelumnya sedangkan
peningkatan tahun 2014 mengalami penurun peningkatan yaitu hanya meningkat
16.43% atau hanya meningkat 54 771.53 m3 dari tahun 2013. Jenis kayu yang paling
diminati untuk di tanam di hutan rakyat ialah jenis kayu sengon.

Potensi Sumber Daya Hutan Non Kayu Kabupaten Jember
Hasil hutan non kayu atau hasil hutan bukan kayu pada umumnya merupakan
hasil sampingan dari sebuah pohon (Djajapertjunda dan Djamhuri 2013). Terdapat
beberapa potensi hasil hutan bukan kayu yang terdapat di Kabupaten Jember
diantaranya ialah getah pinus, kopi, hutan wisata dan Taman Nasional Meru Betiri.
Getah Pinus
Getah pinus merupakan salah satu potensi hasil hutan bukan kayu yang
dihasilkan oleh KPH Jember. Terdapat tiga BKPH yang menghasilkan getah pinus
diantaranya ialah BKPH Lereng Yang Barat, BKPH Sempolan dan BKPH
Sumberjambe. Perkembangan produksi getah pinus di Kabupaten Jember tertera
pada Tabel 13.
Tabel 13. Produksi getah pinus KPH Jember
BKPH
Produksi/Tahun (kg)
2010
2011
2012
2013
Lereng Yang
104 649
184 086
113 270
99 978
Barat
Sempolan
1 805 885 1 411 249 1 240 704 1 033 582
Sumberjambe 1 214 216 2 515 100 2 316 947 2 003 755
Total
3 124 795 4 110 435 3 670 921 3 137 315

2014
124 089
1 824 516
963 055
2 911 660

Sumber: KPH Jember 2015

Terlihat dari tabel diatas bahwa produksi getah pinus KPH Jember selama
kurun waktu 2010–2014 fluktuatif. Produksi pada tahun 2011 mengalami
peningkatan menjadi 4 110 435 kg yang sebelumnya pada tahun 2010 hanya
berproduksi 3 124 795 kg namun peningkatan pada tahun 2011 menjadi puncak
produksi getah pinus, pada tahun selanjutnya terus menerus mengalami penurunan.
Kopi
Hasil hutan bukan kayu yang dihasilkan oleh KPH Jember tidak hanya berupa
getah pinus akan tetapi potensi lain hasil hutan bukan kayu KPH Jember ialah kopi.
Perkembangan produksi kopi di KPH Jember tertera pada Tabel 14.
Tabel 14. Produksi kopi KPH Jember
Tahun
Produksi (kg)
2011
6 288
2012
7 771
2013
8 895
2014
13 050
Sumber: KPH Jember 2015

Jumlah Peningkatan (kg)
1 483
1 124
4 155

13

Berdasarkan tabel diatas, produksi kopi KPH Jember setiap tahunnya
mengalami peningkatan. Peningkatan paling tajam ialah pada tahun 2014 mencapai
peningkatan 4 155 kg dari tahun sebelumnya. Peningkatan produksi kopi di KPH
Jember ini berbanding terbalik dengan produksi getah pinus yang fluktuatif dan
mengalami penurun terus-menerus pada 2012 sampai dengan 2014.
Hutan Wisata
Masyarakat yang bekerja di kota dengan lingkungan hidupnya sudah penuh
polusi sangat mendambakan menemukan tempat udara yang segar, dengan situasi
seperti ini peranan hutan dibidang rekreasi sangat terasa (Djajapertjunda dan
Djamhuri 2013).
Kawasan hutan lindung yang menawarkan keindahan alam mampu menarik
wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu kawasan lindung yang
memiliki potensi tersebut ialah Pantai Putih Malikan Kabupaten Jember
(PAPUMA). Jumlah pengunjung Pantai Putih Malikan setiap tahunnya tertera pada
Gambar 2.
Pengunjung
400000
300000
200000

181758

213572

233409

249426

2011

2012

2013

298730

100000
0
2010

2014

Pengunjung

Gambar 2. Jumlah pengunjung PAPUMA
(KBM Wijasling Tanjung PAPUMA 2015)
Berdasarkan grafik diatas, jumlah pengunjung hutan wisata Pantai Putih
Malikan dari tahun 2010 – 2014 mengalami peningkatan secara terus menerus,
jumlah pengunjung tahun 2010 sebanyak 181 758 pengunjung menjadi 298 730
pengunjng pada tahun 2014. Peningkatan jumlah pengunjung setiap tahunnya
menjadi indikator bahwa Pantai Putih Malikan diminati oleh wisatawan, akan tetapi
promosi Pantai Putih Malikan perlu ditingkatkan agar jumlah pengunjung dari luar
Kabupaten Jember terus menerus mengalami peningkatan.
Pantai Putih Malikan berkontribusi terhadap pendapatan daerah berupa
pembayaran pajak hiburan dan pajak parkir kepada pemerintah daerah Kabupaten
Jember. Pasal 21 dan Pasal 52 Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah menyebutkan besar kontribusi pajak hiburan dan pajak parkir ialah 10%
dari penjualan tiket masuk pada pajak hiburan ketangkasan dan 20% dari pajak
parkir kendaraan. Data sekunder besarnya pajak yang dibayarkan KBM Wijasling
Pantai Putih Malikan yang berhasil dikumpulkan ialah hanya pada tahun 2014, data
sekunder besarnya pajak yang dibayarkan pada tahun 2007 – 2013 sudah tercampur
dengan pajak hiburan lainnya seperti pajak hiburan tontonan film, pajak hiburan
pagelaran seni dan lain sebagainya sehingga data tersebut tidak bisa ditelusuri.

14

Wisata Alam Taman Nasional Meru Betiri
Hutan konservasi di Kabupaten Jember memiliki potensi sebagai tempat
rekreasi, pendidikan dan penelitian. Jumlah pengunjung Taman Nasional Meru
Betiri dari pintu masuk Ambulu Kabupaten Jember setiap tahunnya tertera pada
Tabel 15.
Tabel 15. Pengunjung Taman Nasional Meru Betiri pintu Kabupaten Jember
Tahun
Pengunjung (orang)
Rekreasi
Pendidikan
Penelitian
Total
2008
606
817
0
1 423
2009
816
1 250
0
2 066
2010
1 089
1 401
0
2 490
2011
979
1 807
0
2 786
2012
573
1 262
12
1 847
2013
1 405
1 560
5
2 970
2014
1 662
1 798
6
3 466
Sumber: Taman Nasional Meru Betiri 2015

Taman Nasional Meru Betiri pintu masuk Kabupaten Jember yang dijadikan
andalan oleh pihak Taman Nasional Meru Betiri ialah wisata alam Pantai Bandealit
yang memiliki pesona sunrise dan sunset yang sangat indah sehingga mampu
menarik wisatawan untuk mengunjungi pantai tersebut.
Berdasarkan Tabel 15 diatas terlihat bahwa pengunjung Taman Nasional
Meru Betiri pintu masuk Kabupaten Jember setiap tahunnya terjadi peningkatan
kecuali pada tahun 2012 mengalami penurun, Penurunan pengunjung dari 2 786
pengunjung pada tahun 2011 menjadi 1 847 pengunjung pada tahun 2012 atau
berkurang sebesar 939 pengunjung. Pengunjung yang mendominasi ialah
pengunjung terkait pendidikan dan rekreasi, kunjungan terkait penelitian sangat
minim, hal ini menjadi indikasi bahwa informasi ilmiah dari Taman Nasional Meru
Betiri sangat minim, perlu adanya penelitian-penelitian di Taman Nasional Meru
Betiri agar memberi informasi ilmiah pada masyarakat dan berpeluang
mendapatkan temuan baru sehingga mampu berpotensi mengundang jumlah
pengunjung berdatangan.
Taman Nasional Meru Betiri secara ekonomis sudah tidak berkontribusi
terhadap pendapatan daerah Kabupaten Jember. Hasil penjualan tiket masuk Taman
Nasional Meru Betiri pada tahun 2007 – 2014 disetorkan 100% kepada pemerintah
pusat. Hasil penjualan tiket masuk Taman Nasional Meru Betiri sebelum tahun
2007 di bagi dengan persentase 40% untuk pemerintah daerah Kabupaten Jember,
30% untuk pemerintah provinsi Jawa Timur, 15% untuk Dirjen PHKA (Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam) dan 15%
BUN
(Bendaharawan Umum Negara).

Pendapatan Daerah Kabupaten Jember
Kabupaten Jember dalam menjalankan program-program dalam pelaksanaan
desentralisasi yang telah direncanakannya menggunakan pendapatan daerah.
Pendapatan daerah merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai

15

penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan (Pasal 1 UU. 33
Tahun 2004). Pasal 5 Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan menyebutkan bahwa pendapatan daerah terdiri tiga sumber peneriman
daerah diantaranya ialah:
1. Pendapatan Asli Daerah
2. Dana Perimbangan
3. Lain-lain Pendapatan
Sumber pendapatan daerah dari tiga sumber penerimaan daerah memiliki
komposisi pendapatan yang berbeda-beda. Jumlah komposisi dalam kurun waktu
2007–2014 tertera pada Tabel 16.
Tabel 16. Komposisi pendapatan daerah Kabupaten Jember
No
Sumber Pendapatan
Komposisi Pendapatan
1.

2.

3.

Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah
Retribusi
Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
Lain-Lain PAD yang Sah
Jumlah
Dana Perimbangan
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah
Lain-Lain Pendapatan
Pendapatan Hibah
Daerah yang Sah
Dana Bagi Hasil Pajak Dari
Provinsi dan Pemda Lainnya
Dana Penyusuain Otonomi
Khusus
Dana Darurat
Bantuan Keuangan Dari
Provinsi / Pemda Lain
Dana Bagi Hasil Retribusi
Jumlah
Jumlah Komposisi

Jumlah Jenis
Pendapatan
10
35
5
6
56
4
8
1
16
29
2
6
10
1
1
3
23
108

Sumber: Dinas Pendapatan Kabupaten Jember 2015

Pendapatan daerah Kabupaten Jember terdiri dari 108 komposisi atau jenis
pendapatan. Sumber pendapatan daerah yang mendominasi berasal dari sumber
Pendapatan Asli Daerah dengan jumlah komposisi sebanyak 56 jenis pendapatan.
Jumlah komposisi pendapatan daerah terbanyak ialah Retribusi Daerah dengan
jumlah sebanyak 35 komposisi pendapatan. Sumber dan komposisi pendapatan
daerah Kabupaten Jember secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 5.
Besar realisasi penerimaan pendapatan daerah Kabupaten Jember
berdasarkan sumber pendapatan selama kurun waktu 2007–2014 dan grafik
perkembangan pendapatan daerah dapat dilihat pada Tabel 17 dan Gambar 3.

16

Tabel 17. Realisasi penerimaan pendapatan daerah Kabupaten Jember
Tahun
Pendapatan (Rp)

Total Pendapatan Daerah
(Rp)

2007

78 000 265 431.68

982 794 847 439.00

Lain – Lain Pendapatan
Daerah Yang Sah
49 762 815 458.00

2008

136 470 706 867.88

1 071 183 738 010.00

73 120 126 807.00

1 280 774 571 684.88

2009

135 022 286 377.97

1 085 595 479 231.00

117 960 906 338.00

1 338 578 671 946.97

2010

153 802 037 792.42

1 130 522 874 074.00

258 531 190 807.00

1 542 856 102 673.42

2011

182 494 390 158.79

1 250 834 951 524.00

448 954 440 924.00

1 882 283 782 606.79

2012

255 804 775 083.72

1 484 110 400 708.00

406 175 043 069.00

2 146 090 218 860.72

2013

308 383 350 304.68

1 588 889 984 736.00

469 097 504 490.00

2 366 370 839 530.68

2014

441 605 617 222.69

1 746 847 365 217.00

610 159 181 762.00

2 798 612 164 201.69

Pendapatan Asli Daerah

Sumber: Dinas Pendapatan Kabupaten Jember 2015

Dana Perimbangan

1 110 557 928 328.68

17

Pendapatan Daerah Kabupaten Jember
3.000.000.000.000,00
2.500.000.000.000,00
2.000.000.000.000,00
1.500.000.000.000,00
1.000.000.000.000,00
500.000.000.000,00
0,00
2007

2008

PAD

2009
DP

2010
LLPD

2011

2012

2013

2014

PD

Gambar 3. Perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Jember
Terlihat dari tabel dan grafik diatas bahwa pendapatan daerah Kabupaten
Jember dalam kurun waktu 2007–2014 terus menerus mengalami peningkatan.
Sumber pendapatan yang memiliki kontribusi terbesar pada kurun waktu 20072014 ialah Dana Perimbangan sedangkan sumber pendapatan yang memiliki
kontribusi terendah pada kurun waktu 2007–2009 ialah lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah dan pada kurun waktu 2010–2014 ialah Pendapatan Asli Daerah.
Sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Jember lebih kecil kontribusinya
dibandingkan dengan sumber pendapatan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
Kabupaten Jember memiliki ketergantungan kepada pemerintah pusat. Pada
prinsipnya semakin besar kontribusi Pendapatan Asli Daerah menunjukkan
semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat (Baihaqi
2011).

Pendapatan Daerah Sektor Kehutanan Kabupaten Jember
Sektor kehutanan berperan dalam masa awal pembangunan di Indonesia
(Suhendang 2013). Kontribusi hutan sangat penting dalam modal untuk
melaksanakan pembangunan bangsa Indonesia secara berkelanjtan. Modal untuk
melaksanakan pembangunan tersebut berasal dari hasil ekspor sumber daya alam
Indonesia seperti minyak bumi, gas, barang tambang selain bumi dan gas dan hasil
hutan terutama kayu (Suhendang 2013). Kontribusi hutan tidak hanya mampu
menambah pendapatan pemerintah pusat akan tetapi juga mampu memberikan
kontribusi terhadap pendapatan pemerintah daerah seperti berkontribusi terhadap
pendapatan daerah Kabupaten Jember.
Sektor kehutanan Kabupaten Jember memiliki peran dalam menambah
pendapatan daerah Kabupaten Jember. Peran tersebut ada pada ketiga sumber
pendapatan, baik pada Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan maupun LainLain Pendapatan Daerah yang Sah. Pendapatan yang termasuk ke dalam pendapatan
sektor kehutanan dari Pendapatan Asli Daerah ialah Retribusi Izin Penebangan

18

Pohon di Luar Kawasan Hutan (Hutan Rakyat), sedangkan pendapatan sektor
kehutanan yang termasuk kedalam Dana Perimbangan ialah Provisi Sumber Daya
Hutan (PSDH) dari kawasan hutan produksi dan yang termasuk pendapatan yang
termasuk kedalam Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah ialah Sumbangan Pihak
Ketiga dari Penjualan Jati (Bagi Hasil Retribusi Penjualan Kayu Jati) yang berasal
dari Divisi Komersial Kayu Perhutani Divisi Regional Jawa Timur.
Retribusi Izin Penebangan Pohon di Luar Kawasan Hutan
Hutan di luar kawasan hutan atau lebih dikenal dengan hutan rakyat tidak
hanya memiliki manfaat secara ekologis akan tetapi juga mampu berkontribusi
dalam meningkatkan pendapatan daerah seperti peningkatan pendapatan daerah
Kabupaten Jember dari sumber Pendapatan Asli Daerah. Perkembangan Retribusi
Izin Penebangan Pohon di Luar Kawasan Hutan tertera pada Tabel 18.
Tabel 18. Pendapatan retribusi izin penebangan pohon di luar kawasan hutan
Tahun
RIPP (Rp)
Kontribusi (%)
PAD
PD
2007
35 130 350.00
0.04504
0.00316
2008
35 036 750.00
0.02567
0.00274
2009
2 794 950.00
0.00207
0.00021
Sumber: Dinas Pendapatan Kabupaten Jember 2015

Terlihat dari tabel diatas bahwa kontribusi Retribusi Izin Penebangan Pohon
berkisar antara 0.00207%-0.04504% terhadap PAD dan 0.00021%-0.00316%
terhadap Pendapatan Daerah, angka ini tergolong kecil dan setiap tahunnya
mengalami penurunan. Tahun 2010–2014 Retribusi Izin Penebangan Pohon tidak
berkontribusi terhadap Pendapatan Daerah hal ini terjadi karena perubahan
kebijakan daerah atau Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati / Keputusan Bupati.
Pada tahun 2007–2009 yang menjadi dasar hukum Retribusi Izin Penebangan
Pohon ialah Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jember Nomor 17
Tahun 1997 tentang Pengendalian Penebangan Pohon yang Tumbuh di Luar
Kawasan Hutan Dalam Kabupaten Jember dan Keputusan Bupati Kepala Daerah
Tingkat II Jember Nomor 70 Tahun 2002 tentang Penyempurnaan Keputusan
Bupati Nomor 2 Tahun 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah
Kabupaten Jember Nomor 17 Tahun 1997. Sedangkan pada tahun 2009 – 2014 yang
menjadi dasar hukum ialah tiga Peraturan, tiga peraturan tersebut diantaranya ialah
Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 13 Tahun 2008 tentang Pengendalian
Penebangan Pohon di Luar Kawasan Hutan Kabupaten Jember, meskipun telah
diterbitkan Peraturan Daerah ini akan tetapi Peraturan Pelaksanaan yang berkaitan
dengan penebangan pohon atau Keputusan Bupati Nomor 70 Tahun 2002 masih
berlaku. Peraturan yang menjadi dasar hukum selanjutnya ialah Peraturan Bupati
Jember Nomor 34 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 13
Tahun 2008, dalam peraturan ini memerintahkan Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Jember untuk bertanggung jawab menindaklanjuti Peraturan Daerah
Nomor 13 Tahun 2008. Peraturan selanjutnya terkait diberhentikannya Retribusi
Izin Penebangan Pohon ini ialah Peraturan Bupati Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Mekanisme Penebangan Pohon di Luar Kawasan Hutan Kabupaten Jember, pada
peraturan pelaksanaan ini sudah tidak disebutkan tarif retribusi izin penebangan

19

pohon yang disebutkan mekanisme mendapatkan izin penebangan pohon atau
memperoleh Surat Keterangan Sahnya Kayu Bulat - Kayu Rakyat (SKSKB-KB)
atau Surat Keterangan Asal Usul Kayu (SKAU) sehingga dalam menebang pohon
yang terletak di hutan rakyat tidak dikenakan retribusi lagi.
Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)
Hutan negara memiliki peran penting dalam menambah kontribusi terhadap
pendapatan daerah. Hutan rakyat atau hutan hak memberikan kontribusi dalam
bentuk retribusi ke sumber Pendapatan Asli Daerah, lain halnya dengan hutan
negara yang memberikan kontribusi melalui sumber Dana Perimbangan berupa
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam yang tercantum dalam UU. 33 Tahun 2004
tentang Dana Perimbangan. Presentase Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam pada
Provisi Sumber Daya Hutan dibagi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah dengan presentase 20% untuk Pemerintah Pusat dan 80% untuk Pemerintah
Daerah. Selanjutnya 80% dibagi dengan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota lain dalam satu provinsi, dengan rincian 16% untuk
Pemerintah Provinsi, 32% untuk Pemerintah Daerah Kabupaten penghasil dan 32%
untuk Pemerintah Daerah Kabupaten lainnya dalam satu Provinsi.
Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) yang diterima oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Jember tertera pada Tabel 19.
Tabel 19. Pendapatan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) Kabupaten Jember
Tahun
PSDH (Rp)
Kontribusi (%)
DP
PD
2007
834 279 963.00
0.08489
0.07512
2008
1 360 421 112.00
0.12700
0.10622
2009
641 302 361.00
0.05907
0.04791
2010
796 385 587.00
0.07044
0.05162
2011
1 400 146 480.00
0.11194
0.07439
2012
1 846 285 164.00
0.12440
0.08603
2013
1 390 450 317.00
0.08751
0.05876
2014
2 438 338 972.00
0.13959
0.08713
Sumber: Dinas Pendapatan Kabupaten Jember 2015

Dalam kurun waktu 2007–2014 penerimaan dari Provisi Sumber Daya Hutan
fluktuatif, begitu juga dengan kontribusinya terhadap Dana Perimbangan maupun
Pendapatan Daerah penyebabnya ialah PSDH yang diterima oleh Pemerintah
Daerah tergantung dari PSDH yang dikeluarkan oleh KPH Jember. PSDH yang
dikeluarkan oleh KPH Jember dalam kurun waktu lima tahun tertera pada Tabel 20.
Tabel 20. Realisasi PSDH yang dikeluarkan KPH Jember
Tahun
PSDH yang Dikeluarkan (Rp)
2010
1 964 868 613.00
2011
3 428 221 371.00
2012
5 146 936 873.00
2013
3 246 201 791.00
2014
4 053 259 340.00
Sumber: KPH Jember 2015

20

Terlihat dari tabel diatas Realisasi PSDH yang dikeluarkan KPH Jember
dalam kurun waktu 2010–2014 fluktuatif. Realisasi PSDH yang dikeluarkan oleh
KPH Jember terjadi penurunan pada tahun 2013 hal ini sama dengan penurunan
penerimaan PSDH oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Jember. Penurunan ini
dipengaruhi oleh produksi kayu KPH Jember, meskipun dalam kurun waktu 2010–
2014 produksi kayu KPH Jember terus menerus mengalami peningkatan akan tetapi
jenis kayu Jati di KPH Jember pada tahun 2013 mengalami penurunan produksi
sebesar 3 857.82 m3, kayu Jati memiliki daya jual yang sangat tinggi dibandingkan
dengan jenis kayu lain yang ada di KPH Jember sehingga hal ini juga sangat
berpengaruh terhadap realisasi PSDH yang dikeluarkan oleh KPH Jember dan
secara tidak langsung memiliki pengaruh terhadap penerimaan PSDH oleh
pemerintah daerah Kabupaten Jember.
Sumbangan Pihak Ketiga Dari Penjualan Kayu Jati / Dana Bagi Hasil
Retribusi Penjualan Kayu Jati Kabupaten Jember
Terdapat penerimaan berupa sumbangan pihak ketiga yang diatur dalam
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 3 Tahun 2004 tentang Penerimaan
Sumbangan Pihak Ketiga Kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Tata cara
penerimaan sumbangan pihak ketiga yang berupa uang disetorkan ke Kas Daerah
dan menjadi penerimaan provinsi dan jika sumbangan tersebut berupa barang maka
dimasukkan dalam inventaris milik pemerintah provinsi (Peratutran Daerah
Provinsi Jawa Timur No. 3 Tahun 2004). Sumbangan pihak ketiga dari penjualan
Kayu jati atau dana bagi hasil retribusi penjualan kayu jati ini diatur dalam
Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 41 Tahun 2011 tentang Penerimaan
Sumbangan Pihak Ketiga Atas Pembelian Kayu Dari Perum Perhutani Unit II Jawa
Timur yang telah direvisi dari Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 1 Tahun
2005 tentang Penerimaan Subangan Pihak Ketiga atas Pembelian Kayu dari Perum
Pehutani Unit II Jawa Timut.
Besaran yang diterima oleh Pemerintah Daerah Provinsi ini tergantung dari
kesepakatan bersama antara Perum Perhutani Unit Jawa Timur dan Mitra Kerja
Perum Perhutani Unit II Jawa Timur (Para Pembeli Kayu) dengan Dinas
Pendapatan Provinsi Jawa Timur (Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 41 Tahun
2011). Hasil penerimaan yang disetorkan pihak ketiga ke kas pemerintah daerah
provinsi Jawa Timur nantinya akan diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten
sebesar 30% dengan pertimbangan pembagian 15% berdasarkan potensi dan 15%
selanjutnya berdasarkan pemerataan (Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 41
Tahun 2011).
Besaran yang di terima oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Jember dalam