Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap Ekonomi Kabupaten Sukabumi

KONTRIBUSI SEKTOR KEHUTANAN TERHADAP
EKONOMI KABUPATEN SUKABUMI

M.NASIR

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kontribusi Sektor
Kehutanan Terhadap Ekonomi Kabupaten Sukabumi adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013

M.Nasir
NIM E24080001

ABSTRAK
M.NASIR. Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap Ekonomi Kabupaten
Sukabumi. Dibimbing oleh Ir. BINTANG C. H. SIMANGUNSONG, M.S, Ph.D
Peran sektor kehutanan Kabupaten Sukabumi secara konvensional ditunjukkan
oleh besaran persentase yang disumbangkan sektor ini terhadap total Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Nilai tambah bruto industri kehutanan masih
tergabung di dalam subsektor Industri Pengolahan. Keadaan ini membuat peranan
sektor kehutanan terlihat lebih rendah.Tujuan peneltian ini adalah menghitung
kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi dan
menentukan prioritas kebijakan pembangunan kehutanan dalam upaya
peningkatan kontribusi sektor kehutanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kontribusi sektor kehutanan Kabupaten Sukabumi terhadap total PDRB
Kabupaten Sukabumi pada tahun 2000 sampai 2011 berkisar 2,40% hingga 5,36%.
Sektor kehutanan merupakan sektor basis di Kabupaten Sukabumi dengan nilai

Location Quotient 1,05-1,44. Nilai Multiplier Effect berkisar 41,23 hingga 43,05.
Sektor kehutanan Kabupaten Sukabumi berada dalam kondisi memiliki peluang
dan kekuatan sehingga strategi yang harus diterapkan adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif. Urutan utama prioritas kebijakan adalah
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat dan perluasan hutan rakyat, diikuti
pengembangan ekowisata, penguatan industri, dan rehabilitasi lahan kritis.
Kata kunci: Kehutanan, PDRB, SWOT, AHP, kebijakan

ABSTRACT
M.NASIR. Contribution of Forestry Sector to The Economy of Sukabumi District.
Supervised by Ir. BINTANG C. H. SIMANGUNSONG, M.S, Ph.D
Conventionally, the role of forestry sector in the district of Sukabumi is indicated
by its contribution to the Regional Gross Domestic Product (RGDP). However,
gross value added that generated from timber industry was not taken into account.
This value was included into manufacturing sector. This situation undermined the
role of the forestry sector. The objectives of this study are to calculate the
contribution of the forestry sector to the RGDP of Sukabumi and to determine
policy alternative priority that improve forest sector contribution. The results
showed the contribution of forestry sector in the period 2000 to 2011 ranged from
2.40% to 5.36%. This forestry sector is a major sector as indicated by Location

Quotient value ranging from 1.05 to 1.44. The multiplier effect values varied from
41.23 to 43.05. The forestry sector was strong and had capability to realize
opportunities. Therefore, the chosen strategy should support an aggressive growth
policy. Expanding of collaborative and community forest management is the
highest priority, followed by developing ecotourism, strengthening timber
industry and rehabilitating critical land.
Keywords: forestry, RGDP, SWOT, AHP, policy

KONTRIBUSI SEKTOR KEHUTANAN TERHADAP
EKONOMI KABUPATEN SUKABUMI

M.NASIR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap Ekonomi Kabupaten
Sukabumi
Nama
: M.Nasir
NIM
: E24080001

Disetujui oleh

Ir Bintan

Tanggal Lulus:

I
( 7 DC T 1 iセ@


MS PhD

Judul Skripsi : Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap Ekonomi Kabupaten
Sukabumi
Nama
: M.Nasir
NIM
: E24080001

Disetujui oleh

Ir Bintang C.H. Simangunsong, MS, PhD
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan karya ilmiah yang
berjudul “Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap Ekonomi Kabupaten Sukabumi”.
Penelitian ini bermaksud menghitung kontribusi sektor kehutanan dan
menentukan alternatif kebijakan pengelolaan hutan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sukabumi. Terima kasih penulis ucapkan
kepada Bapak Ir. Bintang C.H. Simangunsong, M.S. Ph.D selaku dosen
pembimbing dengan penuh semangat dan kesabaran mengarahkan penulis dalam
menyemai nilai-nilai kehutanan dan kehidupan. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat bagi pembangunan kehutanan Kabupaten Sukabumi dan pembaca.

Bogor, Oktober 2013

M.Nasir

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian


1

TINJAUAN PUSTAKA

2

Pembangunan Berbasis Sektor Ekonomi

2

Analisis Strength, Weakness, Oportunity and Threat (SWOT)

2

Analytical Hierarchy Process (AHP)

2

METODE


3

Lokasi dan Waktu Penelitian

3

Jenis dan Sumber Data

3

Analisis Data

4

KONDISI UMUM

5

HASIL DAN PEMBAHASAN


6

Kontribusi Sektor Kehutanan

6

Nilai Location Quotient (LQ)

7

Nilai Multiplier Effect

7

Faktor Internal dan Eksternal sektor Kehutanan Kabupaten Sukabumi

8

Strategi Meningkatkan Kontribusi Sektor Kehutanan


8

SIMPULAN DAN SARAN

11

Simpulan

11

Saran

11

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN

13

RIWAYAT HIDUP

22

DAFTAR GAMBAR
1 Nilai kontribusi kehutanan Kabupaten Sukabumi periode 2000 – 2011
2 Nilai LQ sektor kehutanan, barang kayu dan HH lainnya, kertas dan
barang cetak dan total sektor kehutanan Kabupaten Sukabumi
3 Nilai multiplier effect total sektor kehutanan Kabupaten Sukabumi
periode 2000-2011
4 Hirarki penentuan alternatif kebijakan kontribusi sektor kehutanan
5 Hasil Skor proritas AHP

6
7
7
9
10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

8
9
10
11
12
13
14
15
16

Tahapan penyusunan IFE dan EFE
Langkah –langkah dalam Analytical Hierarchy Process (AHP)
Skala banding secara berpasangan
Random Index (RI)
Tabel Isian Kuisioner
Nilai Kontribusi PDRB Kabupaten Sukabumi periode 2000-2011 atas
dasar harga konstan tahun 2000
Nilai LQ dan multiplier effect PDRB Kabupaten Sukabumi atas
dasar harga konstan tahun 2000
Matriks kekuatan dan kelemahan (IFE) sektor Kehutanan
kabupaten Sukabumi
Matriks Peluang dan Ancaman (EFE) sektor Kehutanan
Kabupaten Sukabumi
Matriks SWOT sektor kehutanan Kabupaten Sukabumi
Hasil perkalian faktor internal eksternal
Hasil AHP prioritas alternatif kebijakan

13
13
14
14
15
16
17
18
19
20
21
21

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi yang bagus harus selaras dengan lingkungan yang
terjaga dengan baik. Pengelolaan hutan yang terencana dapat memberikan hasil
bernilai ekonomi tinggi dan tetap menjaga fungsi hutan sebagai penyedia jasa
lingkungan dan mensejahterakan masyarakat. Hasil dari sektor industri kehutanan
diharapkan memberikan kontribusi penting bagi perekonomian seperti pemasukan
devisa, penyedia bahan baku industri, penyedia lapangan kerja, dan peningkatan
pendapatan masyarakat.
Kabupaten Sukabumi dengan luasan 3.934,47 km2 memiliki bentang alam
yang cukup mempesona dan potensial, dari lautan hingga pegunungan. Bila dilihat
dari sisi pandang ekonomi makro, peran sektor kehutanan Kabupaten Sukabumi
secara konvensional ditunjukkan oleh besaran persentase yang disumbangkan
sektor ini terhadap total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dalam
penyajian angka yang diterbitkan oleh BPS Sukabumi disebutkan PDRB
Kabupaten Sukabumi tahun 2011 atas dasar harga berlaku menurut lapangan
usaha kehutanan sebesar 119,22 milyar rupiah dan laju pertumbuhan mencapai
1,53 %. Sektor kehutanan hanya mencakup komoditi primer dari kehutanan
seperti kayu log, rotan, dan jasa kehutanan. Dilain pihak Nilai Tambah Bruto
Industri Kehutanan masih tergabung di dalam subsektor Industri Pengolahan Non
Migas di PDRB. Keadaan ini membuat peranan sektor kehutanan terlihat lebih
rendah.
Permasalahan yang terjadi pada sektor kehutanan Kabupaten Sukabumi
meliputi kurang tersedia bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industri
kehutanan, alih fungsi hutan lahan kritis, lemahnya kelembagaan dan sinergisitas
stakeholder kehutanan. Kondisi ini menuntut adanya suatu analisa dalam
pengelolaan sektor kehutanan Kabupaten Sukabumi untuk menetukan prioritas
program pembangunan kehutanan di Kabupaten Sukabumi guna tercapainya
kesejahteraan masyarakat dan sumberdaya hutan yang lestari.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menghitung kontribusi sektor kehutanan terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) di Kabupaten Sukabumi
2. Menentukan prioritas kebijakan pembangunan kehutanan dalam upaya
peningkatan kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB dan kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Sukabumi

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan menjadi masukan dalam perencanaan dan
penentuan kebijakan pembangunan sektor kehutanan di Kabupaten Sukabumi.

TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan Berbasis Sektor Ekonomi
Glasson (1990) menjelaskan bahwa perekonomian regional dapat dibagi
menjadi dua sektor, yaitu kegiatan basis dan kegiatan bukan basis. Kegiatan basis
(basic activities) adalah kegiatan-kegiatan yang mengekspor barang dan jasa ke
tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan, atau yang
memasarkan barang dan jasa mereka kepada orang yang datang dari luar
perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan bukan basis
adalah kegiatan-kegiatan yang menyediakan barang yang dibutuhkan oleh orang
yang bertempat tinggal di dalam batas perekonomian masyarakat yang
bersangkutan. Kegiatan-kegiatan ini tidak mengekspor barang jadi, luas lingkup
produksi mereka dan daerah pasar mereka adalah bersifat lokal.
Tarigan (2005) menjelaskan bahwa pembangunan ekonomi wilayah adalah
pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah
tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi. Perhitungan pendapatan
wilayah dinyatakan dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan.
Perencanaan strategi pengembangan wilayah merupakan salah satu model
perencanaan pengembangan wilayah yang berorientasi pada bisnis sehingga
dalam perencanaan ini perlu diperhatikan mengenai produk yang akan ditawarkan
pada pasar dan pasar mana yang akan menjadi sasaran. Pada umumnya
perencanaan pengembangan wilayah lebih berkonsentrasi pada pendekatan
“bottom up”, dimana model perencanaan ini hanya mengacu kepada perencanaan
wilayah secara sektoral dengan memperhatikan variabel internal sebagai indikator
utama dalam perencanaan wilayah. Hasil perencanaan sektoral internal ini
kemudian digabungkan melalui proses koordinasi menjadi satu kesatuan yang
disebut perencanaan wilayah (Mukti et al. 2001).
Analisis Strength, Weakness, Oportunity and Threat (SWOT)
Analisis SWOT adalah salah satu alat, cara, dan instrumen dalam
mengambil suatu keputusan terutama keputusan strategis agar organisasi
dapat mengemban misi, program, tujuan, dan sasaran organisasi dengan tepat.
Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis yang ampuh apabila
digunakan dengan tepat. Kemampuan memaksimalkan peranan faktor kekuatan,
dan pemanfaatan peluang,
sekaligus
berperan
sebagai
alat
untuk
meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan
dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi (Siagian 2008).
Analytical Hierarchy Process (AHP)
Dunia merupakan suatu sistem yang kompleks dari berbagi elemen yang
saling berinteraksi, misalnya ekonomi bergantung pada energi dan sumberdaya
lain, ketersedian energi bergantung pada geografi dan politik dan seterusnya.
Untuk menangani persoalan sosial, ekonomi dan politik yang tidak terstruktur,
maka perlu menyusun prioritas, menyepakati bahwa dalam jangka pendek, sasaran
yang satu lebih penting daripada sasaran yang lain, dan melakukan perimbangan

3

demi kepentingan bersama terbesar. Perlu berangsur-angsur mengutarakan dan
memetakan persolan-persoalan untuk melihat apakah pemikiran kita dapat
membawa kepada suatu jawaban yang sejenis (Saaty 1993).
Menurut Winston dan Albright (1997), ketika beberapa tujuan menjadi
penting oleh suatu pembuat keputusan, akan menjadi sulit untuk memilih dari
beberapa alternatif yang ada. Dalam berpikir kita perlu memandang masalah yang
komplek dalam suatu kerangka pikir yang terorganisir, yang memungkinkan
adanya interaksi dan saling ketergantungan antar faktor, namun tetap
memungkinkan kita untuk memikirkan faktor-faktor tersebut secara sederhana.
Tiga tahapan AHP dalam penyusunan prioritas, yaitu dekomposisi dari
masalah, penilaian untuk membandingkan elemen-elemen hasil dekomposisi dan
sintesis dari prioritas. Langkah pertama yaitu membagi permasalahan yang akan
dikaji menjadi tiga bagian utama (dekomposisi masalah) yang terdiri dari tujuan,
kriteria dan pilihan yang ada untuk meraih tujuan. Langkah selanjutnya yaitu
membandingkan antar kriteria dan antar pilihan untuk masing-masing kriteria.
Tahap terakhir yaitu sintesis penilaian yang menjumlahkan bobot yang diperoleh
setiap pilihan pada masing-masing kriteria setelah diberi bobot dari kriteria
tersebut. Elemen dengan bobot tertinggi adalah pilihan yang patut
dipertimbangkan untuk diambil tindakannya (Saaty 1993)
Marimin (2004) menyatakan metode AHP memiliki banyak keunggulan
dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan, karena dapat menggambarkan
secara grafis, sehingga mudah dipahami oleh semua yang terlibat dalam
pengambilan keputusan. Beberapa keuntungan yang diperolah adalah kesatuan,
kompleksitas, saling ketergantungan, penyusunan hierarki, pengukuran,
konsisitensi dan sisntesis. Metode AHP juga telah digunakan dalam beberapa
penelitian dalam proses penentuan alternatif kebijakan pembangunan kehutanan
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Cahyani (2011) mengenai Kontribusi
Sektor Kehutanan Terhadap Ekonomi Kabupaten Magelang, Nashr (2005)
Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap Ekonomi Kabupaten Bandung di Era
Otonomi Daerah, dan Irawanto (2010) Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap
Ekonomi Kabupaten Indramayu Era Otonomi Daerah.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di
Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer terdiri dari nilai preferensi dari tujuan dan alternatif
kebijakan. Data diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan para
aktor terkait di lingkungan Sukabumi sebanyak 11 orang, yaitu dari 3 orang Dinas
Kehutanan dan Perkebunan, 2 orang Dinas Koperasi Perindustrian dan
Perdagangan, 1 orang Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah,

1 orang Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 1 orang Badan Lingkungan
Hidup, 1 orang KPH Sukabumi, 1 orang Komisi III DPRD dan 1 orang pelaku
Industri Kehutanan.
Data sekunder merupakan data time series sebelas tahun terakhir PDRB
Kabupaten Sukabumi yang diperoleh dari BPS Kabupaten Sukabumi dan Propinsi
Jawa Barat. Data statistik kehutanan yang diperoleh dari Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Sukabumi, dan KPH Sukabumi.
Analisis Data
Analisis data yang dilakukan mencakup analisis kontribusi, analisis
Location Quotient (LQ), analisis Multiplier Effect, analisis SWOT dan Analithycal
Hierarchy Process (AHP).
Analisis Kontribusi
Kontribusi sektor kehutanan terhadap total PDRBdi hitung dengan
formula:
i
i
i
Keterangan :
Pi : besarnya kontribusi pada tahun I dalam persen
Si : PDRB sektor i pada tahun I dalam rupiah
Ti : Total PDRB pada tahun I dalam rupiah
Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis ini bertujuan untuk mengklasifikasikan suatu sektor menjadi
sektor basis atau non basis dengan cara membandingkan kemampuan suatu sektor
di daerah tertentu dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih
luas(Richardson 1985). Nilai LQ diperoleh dengan formula:




Keterangan:
Si : PDRB sektor kehutanan di Kabupaten Sukabumi
St : PDRB sektor kehutanan di Propinsi Jawa Barat
Ti : PDRB total sektor di Kabupaten Sukabumi
Tt : PDRB total sektor di Propinsi Jawa Jawa Barat
Nilai LQ > 1 menunjukkan bahwa maka sektor kehutanan merupakan
sektor basis di Kabupaten Sukabumi yaitu telah mampu memenuhi kebutuhan
dalam wilayah dan mampu mengekspor atau mengirim produknya ke wilayah lain.
Nilai LQ = 1 menunjukkan bahwa sektor tersebut tepat memenuhi kebutuhan
dalam wilayah Kabupaten Sukabumi. Jika nilai LQ < 1, maka sektor tersebut
merupakan sektor non basis dalam wilayah Kabupaten Sukabumi.
Analisis Multiplier Effect
Multiplier effect merupakan suatu perkiraan tentang potensi kenaikan
pendapatan secara keseluruhan dari kenaikan pendapatan suatu kegiatan tertentu.

5

Perhitungan nilai multiplier effect dilakukan terhadap pendapatan sektor yang
menjadi basis dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
K
: Multiplier effect
Si
: PDRB sektor i Kabupaten Sukabumi
Ti
: PDRB total sektor di Kabupaten Sukabumi
Analisis SWOT
Analisis SWOT mencoba mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) sektor kehutanan.
Peluang(O) dan ancaman(T) kemudian dihadapkan pada kekuatan(S) dan
kelemahan(W) untuk menentukan posisi sektor kehutanan dalam suatu matriks.
Berdasarkan posisinya, maka strategi yang dipilih dapat ditentukan. Ada empat
pilihan stategi yaitu SO,WO, ST dan WT. Tahapan pelaksanaan SWOT secara
rinci disajikan pada lampiran 1
Analytical Hierarchy Process (AHP)
Berbagai alternatif kebijakan yang dirumuskan berdasarkan stategi yang
dipilih (hasil analisis SWOT) kemudian ditentukan prioritasnya dengan
menggunakan AHP. Wawancara dilakukan terhadap 11 responden yang mewakili
stakeholders. Lembar kuisioner (lampiran 5) berisi matriks perbandingan
berpasangan kemudian diisi. Tahapan lebih rinci disajikan pada lampiran 2.

KONDISI UMUM
Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat dengan jarak
tempuh 96 km dari Ibukota Propinsi Jawa Barat (Bandung) dan 119 km dari
Ibukota Negara (Jakarta). Secara geografis wilayah Kabupaten Sukabumi terletak
diantara 106˚49-107˚00B dan 60˚57-70˚25 L dan mempunyai luas daerah 4.161
km2 atau 11,21 % dari luas Jawa Barat atau 3,01 % dari luas Pulau Jawa. Batasbatas wilayah Kabupaten Sukabumi sebagai berikut (a) sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Bogor, (b) sebelah selatan berbatasan dengan Samudra
Indonesia, (c) sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudra
Indonesia, (d) sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur (BPS 2012).
Letak geografis Kabupaten Sukabumi yang cukup strategis memberi
keuntungan secara ekonomi karena pasar untuk produk-produk kehutanan
memiliki keuntungan komparatif bila dibandingkan dengan produk-produk sejenis
dari daerah lain. Pengembangan produk kehutanan menjadi semakin berpeluang
untuk terus dipacu dan menjadi sektor yang dapat mendorong perkembangan
perekonomian makro Kabupaten Sukabumi. Keberhasilan pembangunan
kehutanan sangat mendukung pencapaian tujuan pembangunan Kabupaten
Sukabumi. Secara administrasi terdapat 155 desa yang berada atau berbatasan
langsung dengan kawasan hutan. Karena sesuai dengan target capaian Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) tahap kedua (RPJM 2011-2015)

yaitu diantaranya adalah akselerasi wilayah-wilayah tertinggal dan menumbuh
kembangkan ekonomi berbasis pedesaan. (Dishutbun, 2012)
Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi menurut data hasil survei
sosial ekonomi nasional pada tahun 2011 tercatat sebanyak 2.383.450 jiwa.
Jumlah penduduk perempuan 1.168.681 jiwa dan jumlah penduduk laki-laki
1.214.769 jiwa.
Luas Kawasan Hutan Kabupaten Sukabumi sebesar 105.261, 80 ha yang
terdiri dari Hutan Konservasi 47.798,62 ha, hutan lindung 1.662,67 ha, dan hutan
produksi 55.700,51 ha. Luasan kawasan hutan Sukabumi yang merupakan 25,5 %
dari dataran sukabumi memiliki potensi yang besar dalam penyediaan sumberdaya
hutan lestari dan pemenuhan bahan baku karena 50% lebih merupakan hutan
produksi yang dikelola oleh perum perhutani KPH Sukabumi (Dishutbun 2012).
Kawasan hutan produksi di Sukabumi yang luas memicu pertumbuhan
industri kehutanan. Tahun 2012 tercatat sudah ada 295 industri hasil hutan yang
beroperasi. Sebanyak 285 industri merupakan perusahaan penggergajian untuk
kebutuhan lokal (dalam negeri) dan semuanya telah memiliki Surat Izin Usaha
Perorangan (SIUP). Sepuluh perusahaan lainnya menghasilkan produk barang
kerajinan, barecore, veneer, dan furniture. Jenis kayu yang digunakan sebagai
bahan baku adalah pinus, albazia, mahoni, manii dan campuran. Meningkatnya
jumlah industri membuat masyarakat berlomba-lomba berinvestasi dalam
penanaman pohon dilahan yang dimilki. Hingga kini ada enam perusahaan
penangkar dan pengedar bibit tanaman kehutanan di Kabupaten Sukabumi. Jenis
tanaman berupa sengon, jabon, mahoni, pinus, dan suren. Jumlah bibit yang
tersedia mencapai 407.000 bibit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai kontribusi

Kontribusi Sektor Kehutanan

6
5
4
3
2
1
0

Total Sektor
kehutanan
Barang kayu dan
HH Lainnya
Kehutanan

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011*

Kertas dan
barang cetakan

Tahun

Gambar 1 Nilai kontribusi kehutanan Kabupaten Sukabumi periode 2000 - 2011
Nilai kontribusi sektor kehutanan yang masuk dalam subsektor pertanian
berkisar antara 0,83% sampai dengan 1,13%. Penghitungan sektor kehutanan (sub
sektor pertanian) hanya mencakup komoditi kayu pertukangan, kayu bakar, arang
dan bambu rotan. Nilai barang kayu dan hasil hutan lainya yang masuk dalam
subsektor Industri sebesar 1,54% hingga 4,17%, kertas dan barang cetakan sebesar
0,03% hingga 0,05%. Nilai total sektor kehutanan yang merupakan hasil

7

penjumlahan ketiga subsektor di atas menunjukkan angka sebesar 2,40% hingga
5,36%. Nilai ini menunjukkan kontribusi sektor kehutanan lima kali lebih besar
dari sektor kehutanan yang umumnya tergambarkan. Lebih rinci disajikan pada
lampiran 6

Nilai LQ

Nilai Location Quotient (LQ)

8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00

Kehutanan
Barang kayu dan
HH lainnya
Kertas dan
barang cetakan
Total Sektor
Kehutanan

Tahun

Gambar 2 Nilai LQ sektor kehutanan, barang kayu dan HH lainnya, kertas dan
barang cetak dan total sektor kehutanan Kabupaten Sukabumi
Sejak tahun 2000 sektor kehutanan telah menjadi sektor basis (LQ > 1).
Hal ini menunjukkan bahwa sektor kehutanan telah mampu mengeskpor
hasilnya/produknya ke daerah lain. Dengan demikian pengembangan dan optimasi
sektor kehutanan diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara
signifikan.

Nilai ME

Nilai Multiplier Effect
46
45
44
43
42
41
40
39

Total
Sektor
Kehutanan

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011*

Tahun

Gambar 3 Nilai multiplier effect total sektor kehutanan Kabupaten Sukabumi
periode 2000-2011
Nilai multiplier effect (ME) total sektor kehutanan berkisar 41,23 hingga
43,05. Pada tahun 2010 nilai ME sebesar 41,82 hal ini menyatakan bahwa setiap
penambahan pendapatan sebesar Rp Y pada total sektor kehutanan akan
mengakibatkan penambahan pendapatan sebesar 41,82 x Rp Y pada total PDRB
Kabupaten Sukabumi.

Faktor Internal dan Eksternal sektor Kehutanan Kabupaten Sukabumi
Faktor internal dan eksternal yang berhasil diidentifikasi secara rinci
disajikan pada lampiran 8 dan 9. IFE (Internal Factor Evaluation) menunjukkan
bahwa sektor kehutanan Kabupaten Sukabumi memiliki kekuatan yang lebih besar
di bandingkan dengan kelemahan. Faktor kekuatan mempunyai nilai sebesar 3,483
dan faktor kelemahan sebesar 2,500. Faktor-faktor kekuatan antara lain; adanya
93 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan luasan hutan rakyat yang terus
meningkat setiap tahunnya, produksi getah pinus yang tinggi, dan adanya 295 unit
industri kehutanan. Sementara itu kelemahan sektor kehutanan Sukabumi
mencakup bahan baku industri kehutanan belum dipenuhi dari hutan produksi
Sukabumi, sarana penunjang dan akses informasi kawasan ekowisata yang masih
terbatas, dan stakeholder kehutanan masih kurang bersinergi.
Hasil analisa tabel EFE (External Factor Evaluation) menggambarkan
bahwa sektor kehutanan Kabupaten Sukabumi memiliki faktor peluang yang lebih
besar dibandingkan dengan ancaman yang dimilikinya. Faktor peluang
mempunyai nilai sebesar 2,965 dan faktor ancaman sebesar 2,502. Faktor peluang
antara lain, permintaan pasar domestik dan ekspor terhadap HHK dan HHBK
tinggi, investasi sumberdaya hutan memberikan keuntungan tinggi, keberadaan
mitra kehutanan yang mendukung penghijauan, dan pengembangan ekowisata.
Adapun ancaman utama sektor kehutanan yaitu alih fungsi hutan, pencurian hutan
dan perambahan kawasan hutan.
Nilai dari faktor internal dan eksternal yang diperoleh kemudian
dimasukkan dalam tabel perkalian untuk menentukan posisi kondisi sektor
kehutanan Kabupaten Sukabumi. Nilai tertinggi diperoleh dari hasil perkalian
faktor internal kekuatan dengan faktor eksternal peluang, yaitu sebesar 10,327.
Hal ini menunjukkan bahwa sektor kehutanan Sukabumi memiliki kekuatan yang
cukup dan berpeluang, sehingga strategi yang direkomendasikan adalah SO,
artinya menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
Strategi SO diterapkan dengan cara, kekuatan yang ada seperti adanya 93
LMDH dan hutan rakyat yang luas harus terus dipertahankan dengan melibatkan
berbagai stakeholder. Pembinaan terhadap penyadap dan motivasi kerja
ditingkatkan melalui sistem bonus serta penggunaan stimulan yang ramah
lingkungan untuk meningkatkan produksi getah pinus di kawasan yang dikelola
oleh KPH Sukabumi. Penguatan industri guna meningkatkan produktivitas dan
pemenuhan permintaan pasar. Rehabilitasi lahan kritis dan optimalisasi lahan
yang dinilai kurang produktif. Perbaikan infrastruktur dan pemberdayaan
masyarakat sekitar kawasan ekowisata untuk jasa pemandu.
Strategi Meningkatkan Kontribusi Sektor Kehutanan
Tujuan peningkatan kontribusi sektor kehutanan Kabupaten Sukabumi
adalah meningkatkan PDRB dan kesejahteraan masyarakat. Kriteria untuk
mencapai tujuan tersebut adalah meningkatnya PDRB, meningkat pendapatan
masyarakat, memperluas lapangan kerja dan melestarikan sumber daya hutan.
Kondisi kehutanan Kabupaten Sukabumi yang kuat dan berpeluang memunculkan
empat alternatif kebijakan yaitu, peningkatan pengelolaan hutan bersama
masyarakat(PHBM) dan hutan rakyat, penguatan industri, rehabilitasi lahan kritis,
dan pengembangan ekowisata.

9

Peningkatan Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDRB dan
Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Sukabumi

Meningkat

PDRB

Penguatan
Industri

Meningkat
Pendapatan
Masyarakat

Peningkatan
PHBM &
HutanRakyat

Memperluas
Lapang
kerja

Rehabilitasi
Lahan Kritis

Fokus

Melestarikan

SDH

Pengembangan
Ekowisata

Kriteria

Alternatif
Kebijakan

Gambar 4 Hirarki penentuan alternatif kebijakan kontribusi sektor kehutanan.
Keterangan elemen penyusun hirarki
Kriteria:
1. Meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu peningkatan
nilai tambah bruto yang dihasilkan dari berbagai unit produksi kehutanan.
2. Meningkat pendapatan masyarakat yaitu bertambahnya penghasilan
masyarakat dari sumber pendapatan yang sudah ada. Dengan demikian
tingkat kesejahteraan masyarakat pun dapat meningkat.
3. Memperluas lapangan kerja yaitu terbukanya lapangan pekerjaan baru dari
setiap penambahan unit usaha sektor kehutanan sehingga dapat mengurangi
tingkat pengangguran.
4. Melestarikan sumberdaya alam hayati yaitu pemanfaatan sumberdaya alam
dengan penuh tanggung jawab dan memperhatikan aspek kelestarian
lingkungan.
Alternatif Kebijakan:
Penguatan industri melalui peningkatan dan inovasi teknologi industri
sehingga produksi meningkat. Penggunaan teknologi industri yang tepat terutama
untuk bahan baku berkaitan dengan kelestarian hutan. Pengutan industri dinilai
dapat memberikan pengaruh langsung terhadap perekonomian, membantu
masyarakat meningkatkan pendapatan dan memperluas lapangan kerja, serta
meningkatkan PDRB bagi daerah.
Rehabilitasi lahan kritis dapat dilakukan melalui optimalisasi program
penanaman satu milyar pohon dan Kebun Bibit Rakyat(KBR). Pemerintah dapat
bekerja sama dengan masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan lahan
sehingga dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat
sekitar. Rehabilitasi lahan kritis dapat menjaga sumberdaya hutan yang lestari
sehingga terwujud iklim mikro dan ketersediaan air yang mencukupi. Ketersedian
air yang mencukupi mendukung kesejahteraan masyarakat dan tumbuhnya
industri disekitar lahan. Dengan demikian lahan kritis yang telah pulih memiliki
fungsi ganda, yaitu fungsi hutan dan fungsi ekonomi.
Tahapan dalam melakukan rehabilitasi lahan kritis butuh perencanaan
yang baik. Tahapan dimulai dengan menyadarkan masyarakat akan pentingnya
kondisi lahan bagi lingkungan hingga pada tahapan permodalan awal untuk

pembagian benih dan bibit, kegiatan monitoring dan evaluasi sehingga muncul
suatu desa model yang mana cukup menyadarkan masyarakat bahwa lingkungan
yang baik mampu mensejaterakan masyarakat.
Peningkatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dan
perluasan Hutan Rakyat. PHBM dimaksudkan untuk memberikan arah
pengelolaan sumberdaya hutan dengan memadukan aspek-aspek ekonomi, ekologi
dan sosial secara proporsional. PHBM bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, meningkatkan peran dan tanggung jawab Perum Perhutani dan
masyarakat desa hutan, meningkatkan mutu sumber daya, produktivitas dan
keamanan hutan, serta mendorong dan menyelaraskan pengelolaan sumber daya
hutan sesuai dengan dinamika sosial masyarakat desa hutan. PHBM mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat dan mempercepat proses rehabilitasi lahan
kritis, berhasilnya rehabilitasi lahan kritis akan berdampak pada lestarinya sumber
daya hutan yang akan memicu pertumbuhan industri.
Pengelolaan hutan bersama masyarakat dapat dimulai dengan melakukan
pembinaan atau pengarahan pada desa-desa di sekitar hutan. Menyadarkan
masyarakat akan pentingnya keberadaan hutan dan mulai menganalisis masalah
yang ada pada masing-masing desa. Selanjutnya membuat rencana desa dengan
memanfaatkan kekhasan dan potensi yang dimiliki untuk bisa dikembangkan guna
meningkatkan pendapatan masyarakat dan sumberdaya hutan yang lestari
Pengembangan ekowisata, melalui peningkatan sarana dan prasarana
penunjang serta penyebaran informasi mampu meningkatkan jumlah pengunjung
di kawasan konservasi, sehingga meningkatkan pendapatan melalui dana retribusi
dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal. Sumber daya hutan akan
lestari tetap lestari karena keberadaannya dirasakan bermanfaat secara ekologi,
sosial dan ekonomi oleh masyarakat. Pengembangan ekowisata mendorong
masyarakat untuk menjaga hutan dan sumberdaya alam, sehingga sikap
masyarakat yang ramah dan bentang alam yang mempesona mengundang banyak
wisatawan.
Prioritas alternatif strategi meningkatkan Kontribusi kehutanan diperoleh
dari perhitungan rata-rata geometri masing-masing alternatif kebijakan dari semua
aktor yang konsisten. Total responden berjumlah 11 orang, responden memiliki
jawaban konsisten 9 dan 2 tidak konsisten. Hasil AHP tiap responden disajikan
pada lampiran 12. Berdasarkan hasil penghitungan didapat bahwa Pengelolaan
Hutan Bersama Masyarakat merupakan prioritas utama, diikuti pengembangan
ekowisata, penguatan industri dan rehabilitasi lahan kritis.
Alternatif kebijakan
Skor prioritas
PengelolaanHutan Bersama Masyarakat
0,2556
Pengembangan Ekowisata
0,2302
Penguatan Industri
0,2280
Rehabilitasi Lahan Kritis
0,2093
Gambar 5 Hasil Skor proritas AHP

11

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kontribusi sektor kehutanan Kabupaten Sukabumi terhadap total
pendapatan wilayah Kabupaten Sukabumi pada tahun 2000 sampai 2011 sebesar
2,40% hingga 5,36%. Sektor kehutanan merupakan sektor basis di Kabupaten
Sukabumi dengan nilai Location Quotient 1,05-1,44. Nilai multiplier effect
berkisar 41,23 hingga 43,05. Sektor kehutanan berkontibusi positif dalam
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukabumi.
Prioritas utama dalam upaya meningkatkan kontribusi sektor kehutanan
terhadap PDRB dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sukabumi adalah
peningkatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat dan perluasan Hutan Rakyat
dikuti pengembangan ekowisata, penguatan industri dan rehabilitasi lahan kritis.
Saran
Penerapan Kebijakan PHBM dan perluasan Hutan Rakyat hendaknya
didukung stakeholders kehutanan Kabupaten Sukabumi dalam upaya peningkatan
pengelolaan dan pemanfaatan hutan oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Kabupaten Sukabumi dalam Angka 2012.
Sukabumi (ID): BPS Kabupaten Sukabumi.
____.2012. Pendapatan Domestik Regional Bruto Jawa barat 2000-2011.
Bandung (ID): BPS Jawa Barat
Cahyani FD. 2011. Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap Ekonomi Kabupaten
Magelang [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor.
[Dishutbun] Dinas Kehutanan dan Perkebunan. 2012. Statistik Kehutanan
kabupaten Sukabumi 2012. Sukabumi (ID): Dinas Kehutanan dan
Perkebunan
Glasson J. 1990. Pengantar Perencanaan Regional. Sitohang P, penerjemah.
Jakarta (ID): Fakultas Ekonomi UI. Terjemahan dari: An Introduction to
Regional Planning
Irawanto K. 2010. Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap Ekonomi
Kabupaten Indramayu Era Otonomi Daerah [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Nashr F. 2005. Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap Ekonomi Kabupaten
Bandung di Era Otonomi Daerah [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Perum Perhutani. 2012. Statistik 2008-2012 KPH Sukabumi. Sukabumi (ID):
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten
Rangkuti F.1997. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID):
PT Gramedia Pustaka Utama

Richardson, H.W. 1985. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional. Jakarta(ID):
Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
Saaty TL.1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin: Proses Hirarki
Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks.
Setono L, penerjemah; Peniwati K, editor. Jakarta (ID): PT Gramedia.
Terjemah dari: Decision Making for Leaders: Analytical Hierarchy
Process for Decission in Complex World.
Siagian S. 2008. Manajemen Stratejik. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Tarigan R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta (ID): Bumi
Aksara.

13

Lampiran 1 Tahapan penyusunan IFE(Internal Factor Evaluation) dan
EFE((Internal Factor Evaluation)
Tahap-tahap yang dipakai dalam penyusunan IFE dan EFE (Rangkuti 1997)
adalah:
1. Menentukan faktor-faktor internal yang terbagi ke dalam faktor kekuatan dan
kelemahan. Faktor eksternal terbagi ke dalam peluang dan ancaman.
2. Memberi bobot terhadap faktor tersebut antara 0.0 (tidak penting) – 1.0 (sangat
penting).
3. Memberi rating 1-4 untuk masing-masing faktor tersebut untuk menunjukan
kondisi sektor kehutanan yang bersangkutan dalam merespon faktor tersebut.
4. Mengalikan bobot dengan rating untuk memperoleh skor pembobotan.
5. Memberi komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih
6. Menjumlahkan skor pembobotan untuk masing-masing variabel untuk
memperoleh total skor pembobotan.
7. Memasukkan total skor ke dalam matrik perkalian internal-eksternal untuk
mengetahui posisi sektor kehutanan.
Lampiran 2 Langkah –langkah dalam Analytical Hierarchy Process (AHP)
Berikut adalah langkah-langkah dalam AHP:
1. Mendefinisikan permasalahan dan mencari alternatif pemecahan
2. Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajerial menyeluruh
3. Membuat matriks banding berpasangan (pairwise compparison matrix)
4. Semua perbandingan antar kriteria dan antar pilihan didapatkan dengan
melakukan korespondensi terhadap sumber yang kompeten.
5. Setelah semua data banding berpasangan terkumpul, prioritas alternatif dicari
dan konsistensinya diuji.
6. Komposisi secara hierarki disintesis untuk membobotkan vektor-vektor
prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria.
7. Konsistensi dievaluasi untuk seluruh hierarki dengan mengalikan setiap
indeks konsistensi dengan prioritas kriteria yang bersangkutan dan
menjumlahkan hasil kalinya. Berikut ini rumus perhitungan konsistensi :
Indeks Konsistensi (Consistency Index/CI)
n
ma
n 1
Keterangan :
CI
: Consistency Index / Indeks Konsistensi
: Akar ciri / rata-rata nilai rasio
max
n
: Banyaknya dimensi masing-masing matriks
Rasio konsistensi (Consistency Ratio/ CR)
Keterangan:
CR : Consistency Ratio / konsistensi rasio
CI : Consistency Index / indeks konsistensi
RI : Random Index.

15

Lampiran 5 Tabel Isian Kuisioner
Nama : ...................................................................................
Jabatan : ...................................................................................
Instansi : ...................................................................................
Perbandingan antar tujuan kebijakan
MPAD
MPM
MLK
MSDH

MPAD
1

MPM

MLK

MSDH

1
1
1

Perbandingan alternatif kebijakan dalam meningkatkan PAD (MPAD)
PI
PHBM
RLK
PE

PI
1

PHBM

RLK

PE

1
1
1

Perbandingan alternatif kebijakan dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat (MPM)
PI
PHBM
RLK
PE

PI
1

PHBM

RLK

PE

1
1
1

Perbandingan alternatif kebijakan dalam memperluas lapangan kerja
(MLK)
PI
PHBM
RLK
PE

PI
1

PHBM

RLK

PE

1
1
1

Perbandingan alternatif kebijakan dalam melestarikan SDH (MSDH)
PI
PHBM
RLK
PE

PI
1

PHBM

RLK

PE

1
1
1

Sukabumi, ......................
Responden

(……………………)

Lampiran 6 Nilai Kontribusi PDRB Kabupaten Sukabumi periode 2000-2011 atas dasar harga konstan tahun 2000
2000

2001

2002

Tahun
2003

1.Pertanian
a. Tanaman Bahan Makanan
b. Tanaman Perkebunan
c. Peternakan
d. Kehutanan
e. Perikanan
2. Penggalian
3. Industri Pengolahan
a. Barang kayu dan HH lainnya
b. Kertas dan barang cetakan
4. Listrik
5. Bangunan
6. Perdagangan
7. Pengangkutan
8. Perbankan
9. Jasa-jasa
Total sektor kehutanan
Jumlah (Ti)

2.250,18
1.408,91
354,68
328,73
48,73
109,13
302,46
989,21
90,62
1,50
52,62
82,27
1.018,95
311,81
212,52
659,58
140,84
5.879,58

2.357,73
1.477,24
360,85
355,76
49,16
114,72
308,52
1.029,77
111,73
1,48
56,87
87,15
1.035,86
323,45
219,69
678,26
162,37
6.097,30

2.433,69
1.482,11
372,83
411,68
50,73
116,34
317,78
1.102,06
142,35
1,69
59,23
91,80
1.070,32
336,01
229,26
691,25
194,77
6.331,39

2.510,53
1.512,94
396,24
427,74
53,25
120,36
329,31
1.144,16
130,19
2,00
68,58
114,73
1.101,61
348,12
242,38
708,84
185,43
6.568,26

1.Pertanian
a. Tanaman Bahan Makanan
b. Tanaman Perkebunan
c. Peternakan
d. Kehutanan
e. Perikanan
2. Penggalian
3. Industri Pengolahan
a. Barang kayu dan HH lainnya
b. Kertas dan barang cetakan
4. Listrik
5. Bangunan
6. Perdagangan
7. Pengangkutan
8. Perbankan
9. Jasa-jasa
Total Sektor kehutanan
Jumlah (Pt)

38,27
23,96
6,03
5,59
0,83
1,86
5,14
16,82
1,54
0,03
0,89
1,40
17,33
5,30
3,61
11,22
2,40
100,00

40,10
25,12
6,14
6,05
0,84
1,95
5,25
17,51
1,90
0,03
0,97
1,48
17,62
5,50
3,74
11,54
2,76
100,00

41,39
25,21
6,34
7,00
0,86
1,98
5,40
18,74
2,42
0,03
1,01
1,56
18,20
5,71
3,90
11,76
3,31
100,00

42,70
25,73
6,74
7,27
0,91
2,05
5,60
19,46
2,21
0,03
1,17
1,95
18,74
5,92
4,12
12,06
3,15
100,00

Lapangan Usaha
Vi

2004
2005
2006
2007
PDRB Kabupaten Sukabumi ( milyar rupiah)
2.581,65
2.653,51
2.675,46
2.759,70
1.541,68
1.578,53
1.585,77
1.625,70
421,09
438,94
443,42
451,53
438,13
447,59
454,85
485,00
56,80
58,91
60,57
62,14
123,95
129,53
130,86
135,33
342,52
362,69
365,04
378,45
1.179,17
1.246,73
1.336,37
1.368,57
133,54
148,77
170,27
173,51
1,97
1,91
2,15
2,19
73,98
78,36
82,41
88,45
133,68
149,75
157,33
163,27
1.168,15
1.210,89
1.326,20
1.449,60
372,52
389,27
416,45
425,97
249,30
283,33
287,00
295,13
727,36
751,07
773,10
785,50
192,31
209,59
232,98
237,83
6.828,32
7.125,60
7.419,36
7.714,65
Nilai shift Share per sektor (%)
43,91
45,13
45,50
46,94
26,22
26,85
26,97
27,65
7,16
7,47
7,54
7,68
7,45
7,61
7,74
8,25
0,97
1,00
1,03
1,06
2,11
2,20
2,23
2,30
5,83
6,17
6,21
6,44
20,06
21,20
22,73
23,28
2,27
2,53
2,90
2,95
0,03
0,03
0,04
0,04
1,26
1,33
1,40
1,50
2,27
2,55
2,68
2,78
19,87
20,59
22,56
24,65
6,34
6,62
7,08
7,24
4,24
4,82
4,88
5,02
12,37
12,77
13,15
13,36
3,27
3,56
3,96
4,05
100,00
100,00
100,00
100,00

2008

2009

2010

2011*

2.840,66
1.657,24
475,34
504,46
64,63
138,99
389,91
1.437,68
189,65
2,32
93,70
173,84
1.524,83
443,02
306,14
805,41
256,60
8.015,20

2.946,90
1.721,48
497,27
519,75
65,76
142,64
401,37
1.485,54
221,86
2,43
99,13
184,86
1.591,44
458,85
316,69
823,28
290,05
8.308,06

3.038,56
1.788,96
503,39
535,03
66,51
144,68
406,47
1.546,22
235,68
2,62
104,46
200,83
1.692,47
475,73
328,10
848,89
304,81
8.641,73

3.049,99
1.788,24
504,60
539,95
66,63
150,56
414,77
1.622,28
245,41
2,87
108,83
222,06
1.821,13
509,07
354,36
890,53
314,91
8.993,02

48,31
28,19
8,08
8,58
1,10
2,36
6,63
24,45
3,23
0,04
1,59
2,96
25,93
7,53
5,21
13,70
4,36
100,00

50,12
29,28
8,46
8,84
1,12
2,43
6,83
25,27
3,77
0,04
1,69
3,14
27,07
7,80
5,39
14,00
4,93
100,00

51,68
30,43
8,56
9,10
1,13
2,46
6,91
26,30
4,01
0,04
1,78
3,42
28,79
8,09
5,58
14,44
5,18
100,00

51,87
30,41
8,58
9,18
1,13
2,56
7,05
27,59
4,17
0,05
1,85
3,78
30,97
8,66
6,03
15,15
5,36
100,00

17

Lampiran 7 Nilai LQ dan multiplier effect PDRB Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan tahun 2000
Lapangan Usaha

2000

2001

2002

2003

Vi
Tanaman Bahan Makanan
Tanaman Perkebunan
Peternakan
Kehutanan
Total Subsektor pertanian
Barang kayu dan HH lainnya
Kertas dan barang cetakan
Total Sektor Kehutanan
Total Sektor
Vt
Tanaman Bahan Makanan
Tanaman Perkebunan
Peternakan
Kehutanan
total Subsektor pertanian
Barang kayu dan HH lainnya
Kertas dan barang cetakan
Total Sektor Kehutanan
Total Sektor

1408,91
354,68
328,73
48,73
2250,18
90,62
1,50
140,84
5879,58

1477,24
360,85
355,76
49,16
2357,73
94,72
1,41
145,29
6097,30

1482,11
372,83
411,68
50,73
2433,69
101,32
1,53
153,58
6331,39

1512,94
396,24
427,74
53,25
2510,53
104,22
1,68
159,14
6568,26

23.671,97
1.564,15
3.991,16
588,57
31.258,44
1.353,23
2.540,37
4.482,17
195.943,00

24.436,87
1.635,08
3.798,79
681,80
32.149,30
1.416,81
2.393,29
4.491,90
202.131,38

23.330,17
1.780,16
4.216,42
565,17
31.617,28
1.453,58
2.487,83
4.506,58
209.731,19

23.694,55
1.845,69
4.491,72
591,42
32.402,16
1.446,96
2.632,37
4.670,76
219.525,22

Tanaman Bahan Makanan
Tanaman Perkebunan
Peternakan
Kehutanan
Total Subsektor pertanian
Barang kayu dan HH lainnya
Kertas dan barang cetakan
Total Sektor Kehutanan

1,98
7,56
2,74
2,76
2,40
2,23
0,02
1,05

2,00
7,32
3,10
2,39
2,43
2,22
0,02
1,07

2,10
6,94
3,23
2,97
2,55
2,31
0,02
1,13

2,13
7,18
3,18
3,01
2,59
2,41
0,02
1,14

41,75

41,97

41,23

41,27

Total Sektor Kehutanan

Tahun
2004
2005
2006
PDRB Kabupaten Sukabumi ( milyar rupiah)
1541,68
1578,53
1585,77
421,09
438,94
443,42
438,13
447,59
454,85
56,80
58,91
60,57
2581,65
2653,51
2675,46
104,19
105,70
107,91
1,67
1,72
1,80
162,67
166,32
170,28
6828,32
7125,60
7419,36
PDRB Propinsi Jawa barat ( milyar rupiah)
24.850,97
25.489,71
25.282,62
1.949,91
1.898,28
1.927,44
5.120,74
5.275,53
5.411,35
766,35
458,02
482,98
34.457,72
34.942,02
34.822,02
1.481,57
1.483,09
1.571,79
2.689,18
2.719,61
2.958,62
4.937,10
4.660,72
5.013,39
230.003,50 242.883,88 257.499,45
Nilai LQ per sektor
2,09
2,11
2,18
7,27
7,88
7,98
2,88
2,89
2,92
2,50
4,38
4,35
2,52
2,59
2,67
2,37
2,43
2,38
0,02
0,02
0,02
1,11
1,22
1,18
Nilai Multiplier effect
41,98
42,84
43,57

2007

2008

2009

2010

2011*

1625,70
451,53
485,00
62,14
2759,70
106,40
1,71
170,25
7714,65

1657,24
475,34
504,46
64,63
2840,66
116,63
1,77
183,03
8015,20

1721,48
497,27
519,75
65,76
2946,90
133,75
1,87
201,38
8308,06

1788,96
503,39
535,03
66,51
3038,56
138,15
1,99
206,65
8641,73

1788,24
504,60
539,95
66,63
3049,99
140,17
2,10
208,90
8993,02

26.264,30
1.902,03
5.355,85
449,42
35.687,49
1.608,00
2.905,07
4.962,48
274.180,31

27.508,41
2.081,76
5.326,50
425,92
37.139,98
1.589,55
2.715,71
4.731,17
291.205,84

31.607,82
2.258,61
5.457,80
359,75
41.722,08
1.818,57
2.856,22
5.034,54
303.405,25

31.947,25
2.163,25
5.555,84
377,54
42.137,49
1.594,76
3.454,33
5.426,63
322.223,82

31.764,03
2.255,30
5.532,92
364,61
42.101,06
1.529,52
3.650,25
5.544,38
343.111,24

2,20
8,44
3,22
4,91
2,75
2,35
0,02
1,22

2,19
8,30
3,44
5,51
2,78
2,67
0,02
1,41

1,99
8,04
3,48
6,68
2,58
2,69
0,02
1,46

2,09
8,68
3,59
6,57
2,69
3,23
0,02
1,42

2,15
8,54
3,72
6,97
2,76
3,50
0,02
1,44

45,31

43,79

41,26

41,82

43,05

Lampiran 8 Matriks kekuatan dan kelemahan (IFE) Sektor Kehutanan kabupaten Sukabumi
Kekuatan / Strengths
1 Luas Hutan Rakyat terus meningkat

Bo
0,241

R
3

S
0,723

2

Luas area sadapan getah pinus yang dikelola
Perhutani KPH Sukabumi mencapai 8100 ha

0,276

4

1,104

3

Adanya 93 Lembaga Masyarakat Desa Hutan
(LMDH)

0,276

3

0,828

4

Adanya 295 industri kehutanan

0,207

4

0,828

1
Bo
0,25

R
4

3,483
S
1

Total
Kelemahan / Weaknesses
1 Ketersediaan SDH belum mampu memenuhi
bahan baku industri kehutanan Kabupaten
Sukabumi
2

Terbatasnya sarana pendukung untuk
perlindungan hutan, sarana penunjang, akses dan
informasi tentang ekowisata

0,25

2

0,5

3

Kurang sinergi antar stakeholder kehutanan
Kurangnya akses informasi kehutanan terhadap
publik
Total

0,321
0,179

2
2

0,642
0,358

1

-

2,500

4

Komentar
Tahun 2008 (38.561,48 ha), tahun 2010
(44.175,68 ha) dan 2012 (46.957,68 ha)
Produktivitas getah mencapai 4600 ton/
tahun, 30 % pasokan getah Perum Perhutani
Unit 3 dari KPH sukabumi.
Meningkatnya kesadaran masyarakat
pentingnya hutan dan adanya LMDH
Adanya 295 industri hasil hutan, 1500 orang
penyadap getah
Komentar
Sebagian industri hasil hutan (furniture)
masih menggunakan bahan baku kayu yang
berasal dari luar Sukabumi (umumnya
Kalimantan).
Kurangnya ketersedian alat pemadaman
kebakaran, operasional untuk pengamanan
hutan, akses jalan yang buruk dan layanan
informasi ekowisata.
Koordinasi dan pelaksanaan program
Kurangnya publikasi sektor kehutanan
Sukabumi

19

Lampiran 9 Matriks Peluang dan Ancaman (EFE) sektor Kehutanan Kabupaten Sukabumi

Peluang / Opportunities
1 Permintaan pasar terhadap Hasil Hutan Kayu
(HHK) dan Hasil hutan Bukan Kayu
(HHBK) tinggi
Keberadaan mitra kehutanan untuk
mendukung penghijauan
3 Investasi sumberdaya hutan memberikan
keuntungan tinggi
2

4

Pengembangan ekowisata

Total
Ancaman / Threats
1 Alih fungsi hutan

Bo
R
S
Komentar
0,241
4 0,964 Kebutuhan untuk ekspor furniture, bare core,
gondorukem, kopal, dan HHBK lainnya. Saat ini,
baru ada empat industri yang mengeskpor
produknya.
0,276

2

0,172

3

0,311

3

1
Bo
0,5

R
3

2

Pencurian kayu

0,313

2

3

Perambahan hutan

0,188

2

Total

1

0,552 Investor banyak berdatangan untuk mencari
lahan guna membangun Hutan Rakyat
0,516 Skala bisnis untuk memenuhi kebutuhan bahan
baku industri dan hutan rakyat dinilai mampu
sebagai tabungan pendidikan dan naik haji.
0,933 Bentang alam yang mempesona, dan legenda
yang mampu menarik minat pengunjung.
2,965
S
Komentar
1,5
Berubah menjadi perkebunan, tambang dan jalan
dan sarana publik
0,626 Kerugian pada tahun 2012 (90 juta rupiah) terjadi
pada kawasan hutan produksi yang dikelola
perhutani
0,376
2,502

Dilakukan oleh masyarakat disekitar Taman
Nasional

Lampiran 10 Matriks SWOT sektor kehutanan Kabupaten Sukabumi
Kekuatan
Adanya 93 Lembaga Masyarakat Desa Hutan
1.
Adanya 295 Industri kehutanan
Luas Hutan Rakyat terus meningkat
2.
Luas area sadapan getah pinus yang dikelola
Perhutani KPH Sukabumi mencapai 8100 ha
3.
4.

1.
2.
3.
4.

Peluang
1. Permintaan pasar terhadap Hasil
Hutan kayu dan hutan hutan bukan
kayu tinggi.
2. Keberadaan mitra kehutanan untuk
mendukung penghijauan.
3. Investasi
sumberdaya
hutan
memberikan keuntungan tinggi.
4. Pengembangan ekowisata

-

-

Ancaman
1. Alih fungsi hutan
2. Pencurian kayu
3. Perambahan hutan

-

Strategi SO:
Program
Pengelolaan
Hutan
Bersama
Masyarakat (PHBM) didukung dan melibatkan
berbagai stakeholder
Penguatan industri untuk meningkatakan
produktivitas dan pemenuhan permintaan pasar
Rehabilitasi lahan kritis dan optimalisasi lahan
yang dinilai kurang produktif
Perbaikan infrastruktur dan pemberdayaan
masyarakat sekitar kawasan ekowisata untuk
jasa pemandu.
Strategi ST :
Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH)
dilibatkan dalam upaya perlindungan hutan
Terbukanya lapangan pekerjaan dengan
pemanfaatan kawasan hutan sebagai ekowisata
mengurangi tindakan perambahan

Kelemahan
Ketersediaan SDH belum memenuhi bahan baku
industri kehutanan Kabupaten Sukabumi.
Terbatasnya
sarana
pendukung
untuk
perlindungan hutan, sarana penunjang, akses dan
informasi tentang ekowisata.
Kurang sinergi antar stakeholder kehutanan
Kurangnya akses informasi kehutanan terhadap
publik

Strategi WO :
- Evaluasi dan perbaikan tata kelola ruang dan
kebijakan sektor kehutanan Kabupaten Sukabumi
- Memaksimalkan peran Dishutbun sebagai Dinas
pelaksana teknis untuk lebih mengarahkan
sinergisasi gerak stakeholder kehutanan
- Perbaikan infrastruktur dan layanan informasi
online serta media cetak yang menarik untuk
promosi kawasan ekowisata

-

Strategi WT :
Peningkatan sarana pendukung untuk
perlindungan hutan
Memberikan bantuan bibit untuk pemulihan lahan
dengan melibatakan berbagai stakeholder
Perluasan informasi melalui media cetak dan
digital

Lampiran 11 Hasil perkalian faktor internal eksternal
Strengths Weakness
3,483
2,500
Opportunties

2,965

10,327

7,413

Threats

2,502

8,714

6,255

Lampiran 12 Hasil AHP prioritas alternatif kebijakan
PI
0,3082

Alternatif Kebijakan
PHBM
RLK
PE
0,2225
0,1811
0,2882

Ir.M. Nur Rahmat MM
(Kabid PPKH)

0,2002

0,2451

0,2890

0,2657

3

Caca Witarsa, S.Hut *
(Kabid Pengusahaan Hutan)

0,1749

0,3190

0,2624

0,1717

4

Ir. Toha Wildan Athoiah MT
(Kabid Ekonomi BAPPEDA)

0,0840

0,3297

0,2642

0,3221

5

Tatang Agus Gunawan, S.E *
(Sekretaris Kadis Perindagkop)

0,3764

0,2284

0,1999

0,1953

6

H.Jajat S S.E MM
(Kabid Perindustrian)

0,4699

0,2190

0,1532

0,1579

7

Tatang Pujantara, SiP. Msi
(Kabid PAD DPPKAD)

0,5248

0,