Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya

KONTRIBUSI SEKTOR KEHUTANAN TERHADAP
EKONOMI KABUPATEN TASIKMALAYA

R DIMAS ADIJOURGIA A

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kontribusi Sektor
Kehutanan terhadap Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
R Dimas Adijourgia A
NIM E24100079

ABSTRAK
R DIMAS ADIJOURGIA A. Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap Ekonomi
Kabupaten Tasikmalaya. Dibimbing oleh Bintang C.H.Simangunsong.
Peran sektor kehutanan secara konvensional dapat dilihat dari besarnya
kontribusi sektor tersebut terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Kabupaten Tasikmalaya dengan luas lahan 270.881 Ha beserta di dalamnya terdapat
17 % lahan kehutanan merupakan keunggulan bagi sektor kehutanan kabupaten
Tasikmalaya. Hasil penelitian menunjukan bahwa sektor kehutanan berkontribusi
sekitar 4.39%-4.98% terhadap PDRB kabupaten Tasikmalaya. Sektor kehutanan
merupakan sektor basis karena memiliki nilal LQ 2.80 – 3.05. Nilai multiplier effect
sektor kehutanan pada tahun 2012 mencapai 13.315. PDRB kabupaten Tasikmalaya.
Hasil analisis SWOT menunjukan sektor kehutanan harus menggunakan kekuatan
yang ada untuk memanfaatkan peluang. Urutan prioritas kebijakan yang diperlukan
sektor kehutanan berdasarkan metode AHP adalah: Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat (PHBM) dan Pengelolaan Hutan Rakyat diikuti dengan Pengembangan

Ekowisata (PE), Rehabilitasi Lahan Kritis (RLK), Penguatan Industri Kehutanan (PI)
Kata kunci: AHP, Kebijakan, Kehutanan, Location Quotient, Multiplier Effect ,
PDRB, SWOT

ABSTRACT
R DIMAS ADIJOURGIA A. Forestry Sector Contribution to Economic
Tasikmalaya District. Supervised by Bintang C.H Simangunsong.
Conventionally the role of forestry sector can be proxied by the contribution
of that sector to the Gross Domestic Product (GDP). 17% of the Tasikmalaya
district areas are forest land. The result showed the contribution of forestry sector
to regional gross domestic product ranged from 4.39% to 4.98%. The forestry
sector is a basic sector as indicated by LQ value of 2.80 to 3.05 and has a
multiplier effect value of 13.315 in 2012. The SWOT analysis showed the forestry
sector should use its strengths to capture opportunities. In order of importance,
policy that are needed : Collaborative and Community Forest Management
(CBFM and CM), Ecotourism development (PE), Rehabilitation of critical lands,
and Strengthening forest products industry.
Keywords:Location Quotient, Multiplier Effect, SWOT, AHP, PDRB, Policy

KONTRIBUSI KEHUTANAN TERHADAP EKONOMI

KABUPATEN TASIKMALAYA

R DIMAS ADIJOURGIA A

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap Ekonomi Kabupaten
Tasikmalaya
Nama
: R Dimas Adijourgia A

NIM
: E24100079

Disetujui oleh

Ir Bintang C.H Simangunsong MS, Ph.D
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir Bintang C.H Simangunsong MS PhD selaku pembimbing yang telah

memberikan ilmu dan pengarahan kepada penulis;
2. Seluruh dosen, staf pengajar, staf Departemen Hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan IPB yang telah memberikan ilmu dan membantu penulis;
3. Para nara sumber dalam penelitian ini dari Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan, Dinas Pendapatan Daerah, Badan Lingkungan Hidup, KPH
Tasikmalaya, dan bapak Aa Dendy selaku pelaku industri di Tasikmalaya ;
4. Ayahanda R Subagia Kurniawan SE, Ibunda Yenny Supriyani SE, MM,
Achmad Yezar Jourgia Abdillah SH, Nurrizki Adijourgia Abdillah dan
seluruh keluarga atas dukungan dan kasih sayang kepada penulis;
5. Teman-teman KSBMR, THH 47 dan Fahutan 47;
6. Para sahabat Alfi Naelufar, Ratna Prasetyowati Putri, M. Sadri Sugra, Bagus
Tri Cahyono, Gerry Holgiando, Amalia Emannulisa, Tria Purwanti, Bagus
Fatriya S, Endita Dwi Priyasti, Putri Juwita S, dan Fauziah Dwi Hayati.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembangunan kehutanan
kabupaten Tasikmalaya dan pembaca.

Bogor, Desember 2014
R Dimas Adijourgia A


DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

METODE

2

Lokasi dan Waktu Penelitian

2

Jenis, Cara Pengumpulan, dan Sumber Data


2

Analisis Data

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Kontribusi Sektor Kehutanan

5

Sektor Kehutanan Sebagai Penggerak Ekonomi Daerah

7

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Sektor Kehutanan


8

Strategi Peningkatan Kontribusi Sektor Kehutanan

9

Prioritas Kebijakan Pengembangan Sektor Kehutanan
SIMPULAN DAN SARAN

10
12

Simpulan

12

Saran

12


DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

13

RIWAYAT HIDUP

23

DAFTAR TABEL
1
2

Hasil perkalian faktor internal dan eksternal
Hasil skor prioritas AHP

9

10

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Kontribusi tiap sub sektor terhadap PDRB sektor pertanian
kabupaten Tasikmalaya
Kontribusi tiap sub sektor terhadap PDRB sektor industri non
migas kabupaten Tasikmalaya
Kontribusi sektor kehutanan, pertanian, dan industri non migas
terhadap PDRB kabupaten Tasikmalaya
Nilai LQ tiap sektor kabupaten Tasikmalaya tahun 2008 - 2012
Nilai multiplier effect sub sektor kehutanan kabupaten
Tasikmalaya tahun 2008 – 2012

6
6
7
7
8

DAFTAR LAMPIRAN
1

2
3
4
5
6
7

Produk domestik regional bruto kabupaten Tasikmalaya tahun
2009-2011 atas dasar harga konstan tahun 2000 menurut lapangan
usaha (juta rupiah)
Persentase kontribusi PDRB kabupaten Tasikmalaya atas dasar
harga konstan 2000
Matriks SWOT sektor kehutanan kabupaten Tasikmalaya
Jumlah produksi hasil hutan perjenis tanaman kabupaten
Tasikmalaya tahun 2012
Luas hutan rakyat beserta potensi produksi tiap kecamatan
kabupaten Tasikmalaya
Matriks IFE kabupaten Tasikmalaya
Matriks EFE kabupaten Tasikmalaya

15
16
17
18
19
20
21

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor kehutanan merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian
dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan,
pemanfaatan hasil–hasil hutan dan pelestarian lingkungan. Pengelolaan dan
pemanfaatan hasil – hasil hutan diharapkan dapat dilakukan secara lebih terencana
dan optimum serta dapat dinikmati oleh seluruh penduduk Indonesia. Pelestarian
sumber daya hutan berdampak luas terhadap ekosistem kehidupan dan generasi
yang akan datang.
Memasuki era otonomi daerah, setiap daerah dituntut untuk dapat
mengembangkan potensi daerahnya agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
dan menunjang perekonomian daerah. Kabupaten Tasikmalaya dengan luas
daerah 270.881 Ha, memiliki hutan seluas 17 % dari daratannya, yang membuat
potensi sumberdaya hutan di Tasikmalaya menjadi sektor penting dalam
perekonomian daerah.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya dalam Rencana
Strategis (Renstra) Dinas Kehutanan dan Perkebunan tahun 2011–2015
menyebutkan permasalahan utama sektor kehutanan meliputi pemanfaatan hutan
yang tidak sesuai aturan, masih banyaknya lahan kritis yang belum ditangani,
peraturan daerah tentang kehutanan yang dirasa kurang optimal, serta minimnya
tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat sekitar hutan. Oleh karena itu
diperlukan suatu kebijakan yang tepat untuk dapat menyelesaikan permasalahan
tersebut dan meningkatkan perekonomian daerah.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menghitung kontribusi sektor kehutanan
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kabupaten Tasikmalaya dan
menentukan prioritas kebijakan pembangunan kehutanan dalam upaya
meningkatkan kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB dan kesejahteraan
masyarakat kabupaten Tasikmalaya
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemerintah Daerah
(Pemda) kabupaten Tasikmalaya, khususnya Dinas Kehutanan dan Perkebunan
(Dishutbun) serta Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda)
kabupaten Tasikmalaya sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan
pembuatan kebijakan pembangunan sektor kehutanan di kabupaten Tasikmalaya.

2

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Agustus
kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat.

2014 di

Jenis, Cara Pengumpulan, dan Sumber Data
Data

Deskripsi Data

Primer

1. Faktor –Faktor yang
berpengaruh pada sektor
kehutanan
2. Nilai preferensi setiap
kebijakan

Sekunder

Cara Pengumpulan
Wawancara dan
pengisian
kuisioner

1. Kondisi
umum Studi literatur dan
kehutanan
kabupaten pengutipan data
Tasikmalaya
2. Nilai PDRB sektor
kehutanan
kabupaten
Tasikmalaya

Sumber
Para Stakeholder terkait dari
Dishutbun, Bappeda, KPH
Tasikmalaya,
Dispenda,
Disperindag,
BLH,
dan
Pelaku Industri di kabupaten
Tasikmalaya
1. Renstra Dishutbun,
Tasikmalaya dalam
angka 2013, website
terkait
2. Buku PDRB kabupaten
Tasikmalaya 2012

Analisis Data
Ada 5 analisis yang akan dilakukan terhadap data yang dikumpulkan, yaitu :
Analisis kontribusi untuk mengetahui kontribusi sektor kehutanan terhadap
perekonomian daerah; analisis location quotient (LQ) untuk mengetahui apakah
suatu sektor tersebut merupakan penggerak ekonomi daerah atau bukan; analisis
multiplier effect untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pendapatan
kabupaten Tasikmalaya yang disebabkan peningkatan investasi di sektor
kehutanan ; analisis SWOT untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap sektor kehutanan; analisis AHP untuk mengetahui prioritas kebijakan
pengembangan sektor kehutanan yang diperoleh dari analisis SWOT. Analisis
Kontribusi, LQ, dan multiplier effect menggunakan data PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) sub sektor kehutanan kabupaten Tasikmalaya. Sektor
kehutanan disini mencakup : 1. Sub sektor kehutanan dalam sektor pertanian, 2.
Sub sektor barang kayu dalam sektor industri non migas, 3. Sub sektor kertas dan
barang cetakan dalam sektor industri non migas.
Analisis data penelitian ini telah banyak dilakukan untuk mengetahui
kontribusi kehutanan di tiap daerah, seperti penelitian Situmorang (2002) di
kabupaten Deli Serdang, penelitian Nashr (2005) di kabupaten Bandung
penelitian Cahyani (2011) di kabupaten Magelang, dan penelitian Nasir (2013) di
kabupaten Sukabumi.

3

Analisis Kontribusi
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kontribusi masing-masing sektor
lapangan usaha kabupaten Tasikmalaya. BPS tahun 2012 menuliskan analisis
kontribusi dapat dihitung menggunakan rumus :
=
Keterangan:

Pj
Sij
Tj

× 100%

: besarnya kontribusi pada tahun j (%)
: PDRB sektor i pada tahun j (Rp)
: total PDRB tahun j (Rp)

Analisis location quotient (LQ)
Richardson (1985) mengatakan bahwa analisis LQ dilakukan untuk
mengklasifikasikan sektor kehutanan menjadi sektor basis atau nonbasis. Menurut
Glasson (1990) Nilai LQ > 1 berarti sektor tersebut merupakan sektor basis, yaitu
sektor yang dapat mengekspor produknya dan menjadi sektor penggerak ekonomi
daerah,sedangkan nilai LQ < 1 merupakan sektor non basis. Nilai LQ dapat
dihitung dengan rumus :
=
Keterangan:

Vi
Vt
Tj
Tt

:
:
:
:

� /��
/ �

PDRB sektor kehutanan di kabupaten Tasikmalaya
PDRB sektor kehutanan di propinsi Jawa Barat
total PDRB di kabupaten Tasikmalaya
total PDRB di propinsi Jawa Barat

Analisis multiplier effect
Teori multiplier effect menyatakan bahwa suatu kegiatan dapat memacu
timbulnya kegiatan lain (Glasson 1990). Teori multiplier effect sangat berkaitan
dengan pengembangan ekonomi suatu daerah. Semakin banyak kegiatan yang
timbul semakin tinggi pula dinamisasi suatu wilayah yang berdampak pada
pengembangan wilayah. Multiplier effect menurut Klemperer (1996) Penambahan
jumlah dari pendapatan, pekerjaan, atau penjualan di luar jumlah awal yang
dihasilkan langsung dari sebuah proyek baru . Analisis ini dilkakukan dengan
rumus:
=
Keterangan:

K
S
Si

: multiplier effect
: pendapatan dari total sektor di kabupaten
Tasikmalaya
: pendapatan dari sektor i di kabupaten
Tasikmalaya

4

Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threatment)
Analisis SWOT dilakukan untuk mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) sektor kehutanan sehingga
dapat dilakukan perumusan alternatif kebijakan. Rangkuti (1997) mengemukakan
terdapat sembilan tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu:
1. Menentukan faktor peluang yang ada dari suatu sektor.
2. Menentukan faktor ancaman eksternal dari suatu sektor
3. Menentukan faktor kekuatan yang dimiliki suatu sektor
4. Menentukan faktor kelemahan yang dimiliki suatu sektor.
5. Memberikan bobot pada masing – masing faktor
6. Menyesuaikan faktor kekuatan dan peluang untuk mendapatkan strategi SO.
7. Menyesuaikan faktor kelemahan dengan peluang untuk mendapatkan strategi
WO.
8. Menyesuaikan faktor kekuatan dengan ancaman untuk mendapatkan strategi
ST.
9. Menyesuaikan faktor kelemahan dengan ancaman untuk mendapatkan strategi
WT.
Analitycal Hierarchy Process (AHP)
Langkah-langkah dalam AHP menurut Saaty (1993) adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan permasalahan dan mencari alternatif pemecahan
2. Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajerial menyeluruh.
3. Membuat matriks banding berpasangan (pairwise compparison matrix).
4. Semua perbandingan antar kriteria dan antar pilihan didapatkan dengan
melakukan korespondensi terhadap sumber yang kompeten.
5. Setelah semua data banding berpasangan terkumpul, prioritas alternatif dicari
dan konsistensinya diuji.
6. Komposisi secara hierarki disintesis untuk membobotkan vektor-vektor
prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria, dan semua entri proritas terbobot
yang bersangkutan dengan entri prioritas dari tingkat bawah berikutnya
dijumlahkan.
Konsistensi dievaluasi untuk seluruh hierarki dengan mengalikan setiap
indeks konsistensi dengan prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan
hasil kalinya. Tingkat konsistensi pendapat stakeholder kemudian dianalisis
menurut Albright (1997) dengan cara sebagai berikut :
1. Menghitung perkalian matriks banding berpasangan dengan matriks bobotnya
2. Menghitung rasio setiap elemen matriks hasil point 1 dengan bobot masingmasing dan kemudian rataan rasio tersebut (� max⁡
)
3. Hitung konsistensi indeks (CI) dengan rumus :
� max − �
�� =
�−1
4.

Menghitung consistency ratio (CR). CR diketahui dengan rumus :

5

Keterangan:

CR
RI

� =

��


: Consistency Ratio
: Random Index

Apabila consistency ratio > 0.10 maka tingkat konsistensinya termasuk
memuaskan dan hasil AHP dapat diterapkan. Apabila CR < 0.10 maka hasil dari
AHP tidak ampuh dalam pengambilan keputusan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kontribusi Sektor Kehutanan
Luas daratan yang dimiliki kabupaten Tasikmalaya setelah pemekaran
dengan kota Tasikmalaya adalah 270.882 hektar dimana 218.701 hektar lahan
pertanian dan 52.181 hektar digunakan sebagai lahan non pertanian. Lahan non
pertanian mencakup lahan kehutanan yang memiliki luas 43.863,82 hektar (hutan
negara). Lahan hutan tersebut telah memberikan manfaat langsung terhadap
masyarakat baik berupa kayu sebagai bahan baku industri pengolahan kayu baik
di dalam maupun di luar kabupaten Tasikmalaya dan non kayu seperti getah
pinus yang dapat dimanfaatkan masyarakat.
Kontribusi sub sektor kehutanan kabupaten Tasikmalaya terhadap total
PDRB dalam kurun waktu 2008-2012 berkisar dari 3.10 % hingga 3.46 %
(Gambar 1). Nilai kontribusi ini terlihat kecil apabila dibandingkan dengan
kontribusi sub sektor tanaman perkebunan yang memiliki kontribusi yang berkisar
dari 5.76 % - 6.17 % atau sub sektor tanaman bahan makanan yang memiliki
kontribusi berkisar dari 27.47 % - 30.20 % .
Gambar 2 menggambarkan tentang kontribusi sub sektor barang kayu dan
hasil hutan lainnya serta sub sektor kertas dan barang cetakan. Kontribusi kedua
sektor tersebut memiliki nilai 0.54 % – 0.59 % dan 0.06 % - 0.07 % .Nilai
kontribusi sub sektor barang kayu apabila dibandingkan dengan nilai sub sektor
yang lain termasuk cukup besar. Nilai ini hanya lebih kecil apabila dibandingkan
dengan sub sektor minuman ,makanan dan tembakau (2,45 %-2,63 %) dan sub
sektor tekstil, barang kulit, dan alas kaki (1.22 % - 1.26%) . Gambar 3
menjelaskan tentang kontribusi total sektor kehutanan (ketiga sub sektor tersebut
digabung) terhadap PDRB kabupaten tasikmalaya. Total sektor kehutanan
memiliki kontribusi berkisar dari 4.39 % - 4.98 %. Nilai ini terlihat sangat kecil
apabila dibandingkan dengan sektor pertanian dan sektor industri non migas yang
membawahi ketiga sub sektor kehutanan tersebut. Nilai kontribusi sektor
pertanian berkisar dari 38.67 % - 42.16 % sedangkan nilai kontribusi sektor
industri non migas yang berkisar dari 6.13 % - 6.51. %. Nilai kontribusi ini
menunjukan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang paling penting dan
menjadi sektor utama yang dikembangkan di kabupaten Tasikmalaya.
Kecilnya kontribusi sektor kehutanan disebabkan karena PDRB hanya
memperhitungkan manfaat tangible saja dan belum memperhitungkan nilai
manfaat intangible seperti jasa lingkungan dan rekreasi. Suparmoko (2006) telah

6
menghitung PDRB dengan menggunakann konsep PDRB hijau sehingga lebih
mencerminkan kesejahteraan masyarakat yang sesungguhnya.
35,00
30,00

Tanaman Bahan
Makanan

Nilai Kontribusi

25,00

Tanaman Perkebunan
20,00
15,00

Peternakan dan Hasilhasilnya

10,00

Kehutanan

5,00

Perikanan

0,00
2008 2009 2010 2011 2012

Gambar 1 Kontribusi tiap sub sektor terhadap PDRB sektor pertanian kabupaten
Tasikmalaya
3,00

Makanan, minuman, &
Tembakau
Tekstil, brg kulit& alas
kaki

2,50

Barang kayu & hasil
hutan lainnya

Nilai Kontribusi

2,00

kertas dan barang
cetakan
1,50

pupuk kimia & barang
dari karet
semen & barang galian
bukan logam

1,00

logam dasar besi & baca
0,50
alat angkut mesin &
peralatannya
0,00

barang lainnya

2008

2009

2010

2011

2012

Gambar 2 Kontribusi tiap sub sektor terhadap PDRB sektor industri non migas
kabupaten Tasikmalaya

7

45,00
40,00

Nilai Kontribusi

35,00
30,00

sektor kehutanan

25,00
pertanian (ex
kehutanan)

20,00
15,00

Non migas(ex kayu &
kertas)

10,00
5,00
0,00
2008

Gambar 3

2009

2010

2011

2012

Kontribusi sektor kehutanan, pertanian, dan industri non migas
terhadap PDRB kabupaten Tasikmalaya

Sektor Kehutanan Sebagai Penggerak Ekonomi Daerah

Nilai LQ

35,00
30,00

Sub sektor Tanaman
Perkebunan

25,00

SKDP

20,00

Sektor Pertanian

15,00

SBKI

10,00
SKBI
5,00
Total Sektor
Kehutanan

0,00
2008

2009

2010

2011

2012

Keterangan :
SKDP : Sub sektor kehutanan dibawah sektor pertanian
SBKI : Sub sektor barang kayu dibawah sektor industri tanpa migas
SKBI : Sub sektor kertas dan barang cetakan dibawah sektor industri
tanpa migas

Gambar 4 Nilai LQ tiap sektor kabupaten Tasikmalaya tahun 2008 - 2012

8
Nilai LQ sektor kehutanan setelah digabung (sektor kehutanan dibawah
sektor pertanian, barang kayu dan hasil lainnya, dan kertas dan barang cetakan)
memiliki nilai LQ berkisar 2.80-3.05 (Gambar 2). Nilai LQ sektor kehutanan lebih
besar apabila dibandingkan dengan nilai LQ sektor kehutanan kabupaten
Sukabumi (1,05 – 1,44) (Nasir 2013). Hal ini disebabkan nilai PDRB sektor
kehutanan kabupaten Tasikmalaya memilki nilai 188, 3 milyar rupiah pada tahun
2012 sedangkan nilai PDRB kabupaten Sukabumi 66.,7 milyar rupiah pada tahun
yang sama.
Gambar 4 menunjukkan bahwa nilai LQ sub sektor kehutanan yang berada
di dalam sektor pertanian lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian dan
perkebunan dari tahun 2008-2012. Sektor kehutanan memiliki nilai LQ berkisar
24.90 – 31.77 yang menandakan sub sektor tersebut sudah merupakan sektor basis.
Menurut Glasson (1974) bahwa jika nilai LQ > 1, merupakan sektor basis. Sektor
ini sudah dapat mengekspor dan menjadi sektor penggerak ekonomi daerah. Sub
Sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya juga merupakan sektor basis di
kabupaten Tasikmalaya, karena memiliki nilai LQ berkisar 1.19–1.79 selama
periode 2008-2012. Namun khusus untuk sub sektor kertas dan barang cetakan
masih merupakan sektor non basis dengan nilai LQ berkisar 0.49-0.63.
Nilai multiplier effect merupakan perkiraan potensi kenaikan investasi dari
suatu kegiatan ekonomi yang baru di dalam suatu wilayah. Nilai multiplier effect
sektor kehutanan pada tahun 2012 adalah 13.315 (Gambar 5) yang berarti setiap
penambahan investasi sebesar Rp Y pada sektor kehutanan mengakibatkan
penambahan sebesar 13.315 x Rp Y pada PDRB kabupaten Tasikmalaya.

Nilai Multiplier Effect

13,400
13,200
13,000
12,800
12,600
12,400
12,200
12,000
2008

2009

2010

2011

2012

Gambar 5 Nilai multiplier effect sub sektor kehutanan kabupaten Tasikmalaya
tahun 2008 – 2012

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Sektor Kehutanan
Hasil analisa tabel IFE (Internal Factor Evaluation) menunjukkan bahwa
sektor kehutanan kabupaten Tasikmalaya memiliki kekuatan yang lebih besar
daripada kelemahan. Faktor kekuatan memiliki rata rata geometri 3.24 sedangkan
kelemahan 2.71. Faktor-faktor kekuatan antara lain; lahan kehutanan yang luas,
potensi kawasan ekowisata yang tinggi, industri perkayuan menjadi kompetensi
inti industri kabupaten Tasikmalaya, potensi hutan rakyat yang tinggi dan

9
produktivitas hasil hutan bukan kayu yang tinggi. Kelemahan sub sektor
kehutanan kabupaten Tasikmalaya antara lain; pengelolaan kawasan ekowisata
yang belum optimal, Sumber Daya Hutan (SDH) rendahnya kualitas bahan baku
yang dihasilkan , pelaksanaan konservasi belum optimal, daya saing industri hasil
hutan masih rendah, dan banyaknya lahan kritis yang belum ditangani.
Hasil analisa tabel EFE (External Factor Evaluation) menunjukkan bahwa
sektor kehutanan memiliki peluang yang lebih besar daripada ancaman. Nilai
faktor peluang adalah 2.94 sedangkan nilai faktor ancaman adalah 2.71. Peluang
yang dimiliki oleh sektor kehutanan kabupaten Tasikmalaya antara lain;
permintaan terhadap hasil hutan kayu untuk bahan baku industri tinggi,
keberadaan mitra untuk mendukung pelestarian hutan, permintaan pasar terhadap
hasil hutan bukan kayu tinggi, ekowisata populer dan digemari oleh masyarakat,
keberadaan investor yang mulai melirik potensi SDH kabupaten Tasikmalaya .
Sedangkan ancaman yang dihadapi adalah alih fungsi lahan dan pencurian kayu.
Posisi kondisi sektor kehutanan kabupaten Tasikmalaya dapat diketahui
dengan memasukan hasil perkalian faktor internal dan eksternal ke dalam tabel
matriks internal-eksternal. Nilai tertinggi dihasilkan dari hasil perkalian matriks
IFE dan EFE tersebut adalah 9.49. Hal ini menunjukan bahwa sektor kehutanan di
kabupaten Tasikmalaya memiliki kekuatan yang cukup dan berpeluang, sehingga
strategi yang diambil adalah strategi SO atau memaksimalkan kekuatan dan
memanfaatkan peluang.
Tabel 1 Hasil perkalian faktor internal dan eksternal
Strengths

Weakness

3,24

2,71

Opportunties

2,94

9,49

7,97

Threats

2,71

8,78

7,37

Strategi Peningkatan Kontribusi Sektor Kehutanan
Kebijakan – kebijakan yang diperlukan dari strategi SO ini mencakup:
Penguatan Industri, Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM),
Rehabilitasi Lahan Kritis, dan Pengembangan Ekowisata. Strategi-strategi tersebut
bertujuan meningkatkan PAD (MPAD), meningkatkan pendapatan masyarakat
(MPM), memperluas lapangan kerja dan melestarikan SDH .
Penguatan industri (PI) dilakukan dengan meningkatkan teknologi yang
tepat guna dan meningkatkan inovasi dalam industrinya. Masyarakat pelaku
industri diberikan informasi serta pelatihan terhadap teknologi mutakhir dan tepat
guna sertameningkatkan inovasi yang dihasilkan oleh produknya. Berdasarkan
data yang diperoleh dari Dishutbun kabupaten Tasikmalaya, jumlah industri yang
memiliki Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) sebanyak 16
(enam belas) unit. Jumlah tersebut diperkirakan hanya sekitar 15 % dari jumlah
seluruh industri yang aktif.

10
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) bertujuan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat sekitar hutan agar mengelola hutan dan
menguntungkan bagi masyarakat tersebut dan juga memperhatikan aspek ekologis
dan sosial. Masyarakat sekitar hutan ini tergabung dalam Lembaga Masyarakat
Desa Hutan (LMDH)
Rehabilitasi Lahan Kritis (RLK) perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya bencana alam, dimulai dari kegiatan penanaman pohon hingga
peningkatan kesadaran masyarakat mengenai kelestarian hutan. Lahan kritis yang
mencapai 10.974 yang tersebar di 36 kecamatan di kabupaten Tasikmalaya
memerlukan kebijakan yang relevan agar pemanfaatan lahan menjadi efisien.
Kebijakan RLK yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) tidak akan
efektif apabila tidak disertai dukungan dari masyarakat. Pemda perlu melibatkan
masyarakat dalam RLK sehingga masyarakat dapat menjadi agen penjaga
kelestarian hutan.
Pengembangan Ekowisata (PE) dilakukan dengan meningkatkan sarana –
sarana penunjang untuk kawasan ekowisata yang berada di kabupaten
Tasikmalaya. Mulai maraknya masyarakat yang menginginkan wisata yang
berbau ekowisata membuat pengembangan ekowisata menjadi hal penting untuk
menunjang kontribusi sektor kehutanan terhadap perekonomian daerah.
Tabel 2 Hasil skor prioritas AHP
Alternatif Kebijakan
Penguatan Industri (PI)
Rehabilitasi Lahan Kritis (RLK)
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM) & Pengelolaan Hutan Rakyat (PHR)
Pengembangan Ekowisiata

Skor
0,153
0,236
0,277
0,274

Prioritas Kebijakan Pengembangan Sektor Kehutanan
Prioritas alternatif kebijakan diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata
geometri masing-masing alternatif kebijakan dari semua responden yang
konsisten. Total responden adalah 10 orang, responden yang memiliki jawaban
konsisten sebanyak 7 orang dan yang tidak konsisten 3 orang. Berdasarkan hasil
perhitungan, alternatif kebijakan yang menjadi prioritas utama adalah Pengelolaan
Hutan Bersama Masyarakat(PHBM) dan Pengelolaan Hutan Rakyat, diikuti oleh
PE, RLK, dan PI.
Pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) adalah salah satu upaya
pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat di sekitar hutan milik negara.
Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) adalah suatu
sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan bersama oleh Perum
Perhutani dan masyarakat desa hutan dan atau oleh Perum Perhutani dan
masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan (stakeholder) dengan
jiwa berbagi sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi
dan manfaat sumber daya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan
proporsional. PHBM dilakukan berbasis Desa Hutan dengan ruang lingkup di
dalam dan di luar kawasan hutan baik berbasis lahan maupun bukan lahan dengan

11
mempertimbangkan skala prioritas berdasarkan perencanaan partisipatif. Nilai dan
Proporsi berbagi dalam PHBM ditetapkan sesuai dengan nilai dan proporsi
masukan faktor produksi yang dikontribusikan oleh masing-masing pihak
(perusahan, masyarakat, desa hutan, pihak yang berkepentingan). Program PHBM
ini bermaksud untuk meningkatkan hubungan yang harmonis antara pengelola
hutan (Perhutani) dengan masyarakat disekitarnya dengan cara berbagi
kewenangan dan berbagi hasil pengelolaan (Affianto 2005). Dalam sistem PHBM,
hutan terbagi dalam pangkuan desa hutan, dalam pangkuan desa hutan dibuatkan
lembaga yang disebut Lembaga Masyarakat Desa hutan (LMDH). Realisasi
program PHBM di kabupaten Tasikmalaya telah dicapai tahapan Sosialisasi,
dialog multi stakeholder, pembentukan LMDH, pembentukan forum kelembagaan
sampai dengan perjanjian kerjasama antara Perum Perhutani dan LMDH juga
dilaksanakan MoU antara Perhutani dengan Pemerintah Kabupaten dan Kota
Tasikmalaya. Menurut data Perhutani tahun 2013 telah terbentuk 123 LMDH
tersebar di 122 desa dan 32 kecamatan yang 34 diantaranya memiliki koperasi
badan hukum. Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat desa hutan meliputi
manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung sendiri dirasakan
masyarakat desa hutan diantaranya pemanfaatan untuk kayu bakar dan kayu
perkakas sedangkan manfaat tidak langsung yang dirasakan oleh masyarakat
sekitar hutan adalah sistem tumpangsari yang diberlakukan serta dijadikannya
desa hutan tersebut menjadi tempat wisata.
Pengelolaan hutan rakyat juga menjadi alternatif pilihan kebijakan yang
menjadi prioritas di kabupaten Tasikmalaya. Salah satu fungsi hutan rakyat adalah
menjadi pemasok kayu untuk industri perkayuan, dengan luas hutan rakyat 40.931
Ha dapat menunjang kebutuhan ekonomi masyarakat serta meningkatkan
kontribusi kehutanan terhadap perekonomian kabupaten Tasikmalaya. Hutan
rakyat di kabupaten tasikmalaya sendiri menurut data dalam tasikmalaya dalam
angka 2013 telah memproduksi 388.633 m3 yang meliputi kayu sengon , mahoni
dan jati.
Pemda kabupaten Tasikmalaya dan dinas terkait perlu merumuskan
kebijakan yang dapat meningkatkan potensi ekowisata di kabupaten Tasikmalaya
karena PHBM dan Pengelolaan hutan rakyat dapat meningkatkan kontribusi hutan
sebagai fungsi ekologi sekaligus ekonomi. Pengelolaan hutan berbasis masyarakat
mempunyai maksud dan tujuan, yaitu memberikan arah pengelolaan sumberdaya
hutan dengan memadukan aspek ekonomi, ekologi dan sosial secara proporsional
dan profesional. Adapun tujuan dari pengelolaan hutan berbasis masyarakat
adalah untuk meningkatkan peran dan tanggung jawab Perum Perhutani,
masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan terhadap keberlanjutan
fungsi dan manfaat sumberdaya hutan, melalui pengelolaan sumberdaya hutan
dengan model kemitraan (Firmansyah 2013).

12

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kontribusi sektor kehutanan terhadap ekonomi kabupaten Tasikmalaya
selama periode 2008 – 2012 berkisar antara 3.1% hingga 3.46 %. Hasil analisis
LQ menunjukan bahwa sektor kehutanan merupakan sektor basis dengan nilai LQ
sebesar 24.9 – 31.77 dan nilai multiplier effect sebesar 12.533 – 13.315 sehingga
sektor kehutanan merupakan sektor penggerak ekonomi kabupaten Tasikmalaya.
Alternatif kebijakan yang menjadi prioritas untuk meningkatkan kontribusi
sektor kehutanan terhadap ekonomi kabupaten Tasikmalaya adalah Pengelolaan
hutan bersama masyarakat (PHBM) dan Pengelolaan hutan rakyat (PHR),
pengembangan ekowisata, rehabilitasi lahan kritis, dan penguatan industri.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai strategi pengelolaan hutan
bersama masyarakat dan pengelolaan hutan rakyat sehingga PHBM dan PHR ini
dapat lebih meningkatkan kontribusi terhadap ekonomi daerah dan juga dapat
memperkuat industri yang ada di Tasikmalaya.

DAFTAR PUSTAKA
Affianto A, WA Djatmiko, S Riyanto, TT Hermawan. 2005.Analisis Biaya dan
Pendapatan dalam Pengelolaan PHBM Sebuah Panduan Perhitungan BagiHasil. Bogor(ID): Pustaka Latin.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Tasikmalaya. Tasikmalaya (ID) : BPS Kabupaten Tasikmalaya.
_____________________. 2013. Kabupaten Tasikmalaya Dalam Angka 2013.
Tasikmalaya (ID) : BPS Kabupaten Tasikmalaya
Cahyani FD. 2011. Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap Ekonomi Kabupaten
Magelang [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
[Dishutbun] Dinas Kehutanan dan Perkebunan . 2011. Rencana Strategis Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya. Tasikmalaya (ID) : Dinas
Kehutanan dan Perkebunan
Firmansyah E. 2013. Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) di
Kawasan Hutan Lindung Desa Mandalamekar Kecamatan
Jatiwaras
Kabupaten Tasikmalaya [skripsi]. Bandung (ID). Universitas Pendidikan
Indonesia.
Glasson J. 1990. Pengantar Perencanaan Regional. Sihotang P , penerjemah.
Jakarta (ID) : Fakultas Ekonomi (UI). Terjemahan dari : An Introduction to
Regional Planning.

13
Klemperer. DW. 1996.Forest Resource Economics and Finance. Singapura (SN) :
Mcgraw-Hill Book Co.
Nashr F. 2005. Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap Ekonomi Kabupaten
Bandung di Era Otonomi Daerah [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan.
Institut Pertanian Bogor.
Nasir. M. 2013. Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap Ekonomi Kabupaten
Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Rangkuti. F. 1997. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta
(ID) : PT Gramedia Pustaka Utama.
Richardson HW. 1985. Dasar- dasar Ilmu Ekonomi Regional. Jakarta (ID) :
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin : Proses Hirarki
Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Setono
L, Penerjemah ; Peniawati K, Editor. Jakarta (ID : PT Gramedia. Terjemahan
dari : Decision Making for Leaders : Analytical Hierarchy Process for
Decission in Complex World.
Situmorang G. 2002. Kontribusi Industri Perkayuan Pada Pembangunan Wilayah
Studi Kasus di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara [skripsi].
Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Suparmoko M. 2006. PDRB Hijau (Konsep dan Metodologi). Didalam :
Suparmoko M . PDRB Hijau (Konsep dan Metodologi) disampaikan pada
Pelatihan Penyusunan PDRB Hijau dan Perencanaan Kehutanan Berbasis
Penataan Ruang ; 10 Juni 2006 ; Departemen Kehutanan ; [Diunduh 2014
Oktober
16].
Tersedia
Pada
;
http://www.dephut.go.id/Informasi/Intag/PKN/PresentasiKonsep_dan_metodol
ogi_PDRB_I.Pdf

14

LAMPIRAN

15
Lampiran 1 Produk domestik regional bruto kabupaten Tasikmalaya tahun 20092011 atas dasar harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha
(juta rupiah)
LAPANGAN USAHA
(1)
1. PERTANIAN
a. Tanaman Bahan Makanan
b. Tanaman Perkebunan
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya
d. Kehutanan
e. Perikanan
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
a. Minyak dan Gas Bumi
b. Pertambangan tanpa Migas
c. Penggalian
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi
2. Gas Alam Cair
b. Industri Tanpa Migas
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
a. Listrik
b. Gas Kota
c. Air Bersih
5. BANGUNAN
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
a. Perdagangan Besar dan Eceran
b. H o t e l
c. Restoran
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
a. Pengangkutan
1. Angkutan Rel
2. Angkutan Jalan Raya
3. Angkutan Laut
4. Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan
5. Angkutan Udara
6. Jasa Penunjang Angkutan
b. Komunikasi
1. Pos dan Telekomunikasi
2. Jasa Penunjang Komunikasi
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
a. Bank
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank
c. Jasa Penunjang Keuangan
d. Sewa Bangunan
e. Jasa Perusahaan
9. JASA-JASA
a. Pemerintahan Umum
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan
2. Jasa Pemerintah lainnya
b. Swasta
1. Sosial Kemasyarakatan
2. Hiburan dan Rekreasi
3. Perorangan dan Rumah Tangga
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

2009
(2)
2.381.737,68
1.565.825,18
321.397,18
179.729,18
185.742,52
129.043,62
12.190,99
0,00
289,13
11.901,86
395.627,77
0,00
0,00
0,00
395.627,77
53.767,11
51.831,26
0,00
1.935,85
39.236,41
1.171.661,80
1.074.671,13
116,88
96.873,79
246.220,17
187.707,04
44.556,72
124.853,33
0,00
0,00
0,00
18.296,98
58.513,13
58.513,13
0,00
203.824,62
56.718,18
31.930,19
0,00
91.764,22
23.412,03
786.888,64
685.567,76
299.361,99
386.205,78
101.320,87
47.826,27
1.775,24
51.719,36
5.291.155,18

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya, 2012

2010*)
(3)
2.483.928,78
1.631.449,60
338.369,54
187.338,75
192.268,68
134.502,21
12.371,50
0,00
294,17
12.077,33
406.255,31
0,00
0,00
0,00
406.255,31
57.302,24
55.357,89
0,00
1.944,35
40.291,15
1.198.961,51
1.097.816,51
125,02
101.019,99
268.082,74
203.872,60
50.759,02
133.543,12
0,00
0,00
0,00
19.570,45
64.210,14
64.210,14
0,00
211.460,10
58.851,50
33.111,58
0,00
94.564,57
24.932,44
838.326,05
732.941,24
316.064,96
416.876,28
105.384,81
50.173,57
1.794,86
53.416,39
5.516.979,39

2011**)
(4)
2.536.219,01
1.663.338,93
349.525,70
191.116,39
194.005,44
138.232,56
13.096,42
0,00
304,75
12.791,67
423.919,26
0,00
0,00
0,00
423.919,26
58.149,85
56.119,36
0,00
2.030,49
40.909,21
1.286.595,81
1.178.615,17
125,67
107.854,96
282.627,58
218.041,70
50.346,61
146.813,66
0,00
0,00
0,00
20.881,43
64.585,87
64.585,87
0,00
224.201,34
64.550,13
33.684,11
0,00
99.919,62
26.047,48
889.430,55
779.457,45
336.124,06
443.333,39
109.973,10
50.963,90
1.901,24
57.107,96
5.755.149,02

16

Lampiran 2 Persentase kontribusi PDRB kabupaten Tasikmalaya atas dasar harga
konstan 2000
LAPANGAN USAHA
(1)
1. PERTANIAN
a. Tanaman Bahan Makanan
b. Tanaman Perkebunan
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya
d. Kehutanan
e. Perikanan
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
a. Minyak dan Gas Bumi
b. Pertambangan tanpa Migas
c. Penggalian
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
a. Industri Migas
1). Pengilangan Minyak Bumi
2). Gas Alam Cair
b. Industri Tanpa Migas
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
a. Listrik
b. Gas Kota
c. Air Bersih
5. BANGUNAN
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
a. Perdagangan Besar dan Eceran
b. H o t e l
c. Restoran
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
a. Pengangkutan
1. Angkutan Rel
2. Angkutan Jalan Raya
3. Angkutan Laut
4. Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan
5. Angkutan Udara
6. Jasa Penunjang Angkutan
b. Komunikasi
1. Pos dan Telekomunikasi
2. Jasa Penunjang Komunikasi
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
a. Bank
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank
c. Jasa Penunjang Keuangan
d. Sewa Bangunan
e. Jasa Perusahaan
9. JASA-JASA
a. Pemerintahan Umum
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan
2. Jasa Pemerintah lainnya
b. Swasta
1. Sosial Kemasyarakatan
2. Hiburan dan Rekreasi
3. Perorangan dan Rumah Tangga
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

2009
(2)
44,99
29,57
6,07
3,40
3,51
2,44
0,23
0,00
0,01
0,22
7,48
0,00
0,00
0,00
7,48
1,02
0,98
0,00
0,04
0,74
22,14
20,31
0,00
1,83
4,66
3,55
0,84
2,36
0,00
0,00
0,00
0,35
1,11
1,11
0,00
3,84
1,07
0,60
0,00
1,73
0,44
14,87
12,96
5,66
7,30
1,91
0,90
0,03
0,98
100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya, 2012

2010*)
(3)
45,01
29,55
6,13
3,40
3,49
2,44
0,23
0,00
0,01
0,22
7,36
0,00
0,00
0,00
7,36
1,04
1,00
0,00
0,04
0,73
21,73
19,90
0,00
1,83
4,85
3,69
0,92
2,42
0,00
0,00
0,00
0,35
1,16
1,16
0,00
3,83
1,07
0,60
0,00
1,71
0,45
15,20
13,29
5,73
7,56
1,91
0,91
0,03
0,97
100,00

2011**)
(4)
44,04
28,88
6,07
3,32
3,37
2,40
0,23
0,00
0,01
0,22
7,37
0,00
0,00
0,00
7,37
1,02
0,98
0,00
0,04
0,71
22,35
20,48
0,00
1,87
4,90
3,78
0,87
2,55
0,00
0,00
0,00
0,36
1,12
1,12
0,00
3,90
1,12
0,59
0,00
1,74
0,45
15,45
13,54
5,84
7,70
1,91
0,89
0,03
0,99
100,00

17
Lampiran 3 Matriks SWOT sektor kehutanan kabupaten Tasikmalaya
a.
b.
c.
d.

Alternatif kebijakan SO
Penguatan industry
Pengelolaan hutan bersama
masyarakat dan hutan rakyat
Rehabilitasi lahan kritis
Pengembangan ekowisata

Alternatif kebijakan WO

Alternatif kebijakan ST
a. Membuka lapangan kerja bagi
masyarakat sekitar hutan
b. Meningkatkan peran LMDH dalam
pengelolan hutan

Alternatif kebijakan WT

a. Evaluasi dan perbaikan tata

a. Peningkatan sarana pendukung

kelola ruang
Meningkatkan peran Dishutbun
sebagai Dinas pelaksana teknis
kehutanan
c. Penguatan inovasi teknologi
indusri

perlindungan hutan
b. Meningkatkan bantuan bibit dari
program CSR perusahaan

b.

18
Lampiran 4 Jumlah produksi hasil hutan perjenis tanaman kabupaten
Tasikmalaya tahun 2012

19
Lampiran 5 Luas hutan rakyat beserta potensi produksi tiap kecamatan kabupaten
Tasikmalaya

20
Lampiran 6 Matriks IFE kabupaten Tasikmalaya
Faktor Internal
Kekuatan/Strength

Bo

R S

1. Lahan kehutanan yang luas

0,2

3

2. Potensi kawasan ekowisata

0,09

3

3. Penyerapan lapangan kerja
sektor kehutanan tinggi

0,4

4

4. Industri perkayuan menjadi

0,1

2

0,09

3

0,1

3

Tasikmalaya yang tinggi

kompetensi inti di
Kabupaten Tasikmalaya

5. Potensi hutan rakyat yang
tinggi

6. Produktivitas hasil hutan
bukan kayu yang tinggi
Total
Kelemahan/Weakness

1,0

1. Pengelolaan kawasan

0,29

3

0,19

3

0,1

2

4. Daya saing industri hasil

0,23

3

hutan kabupaten
Tasikmalaya masih rendah
5. Banyak lahan kritis yang
belum ditangani
Total

0,19

2

ekowisata belum optimal

2. Rendahnya kualitas bahan
baku kehutanan yang
dihasilkan
3. Pelaksanaan konservasi
belum optimal

1,0

Komentar

0,6

Luas lahan hutan negara
49.863,82 (17% dari daratan)
dan hutan rakyat seluas
40.931 ha tersebar di 39
kecamatan
0,27 Ekowisata
dapat
meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD)
1,6 Kegiatan dalam kehutanan
mulai dari hulu hingga ke
hilir membutuhkan banyak
tenaga kerja
0,2 Industri perkayuan dapat
merangsang
untuk
meningkatkan produktivitas
kayu
0,27 Banyak masyarakat yang
mendapat
keuntungan
dengan adanya hutan rakyat
0,3 HHBK dapat dipanen dan
dimanfaatkan tanpa harus
menebang pohon
3,24
0,87 Ekowisata di kabupaten
Tasikmalaya
kurang
dipromosikan
dan
dimanfaatkan
0,57 Masih banyak kayu bulat
kualitas baik yang didapat
dari daerah lain
0,2 Banyaknya
lahan
kritis
sehingga
mempengaruhi
ekosistem
0,69 Dari
255
industri
penggergajian, hanya 10
yang memiliki izin usaha
0,38 10.974 ha masih menjadi
lahan kritis
2,71

21
Lampiran 7 Matriks EFE kabupaten Tasikmalaya
Faktor Eksternal
Peluang/Opportunity
1. Permintaan terhadap hasil hutan kayu
untuk bahan baku industri tinggi
2. Keberadaan mitra untuk mendukung
pelestarian hutan
3. Permintaan pasar terhadap hasil hutan
bukan kayu tinggi
4. Ekowisata sedang populer dan
digemari oleh masyarakat perkotaan
Total
Ancaman/Threatment
1. Alih Fungsi Lahan

Bo

R

0,69

3

2. Pencurian Kayu

0,32

1

Total

1,0

0,28 3
2

0,1
0,29 2
0,33 4
1,0

S

Komentar

0,84 Banyak pabrik pengolahan
kayu
0,2 Adanya REDD+ dan program
CSR perusahaan
0,58 Banyak pabrik pengolahan
hasil hutan bukan kayu
1,32 Masyarakat perlu tempat
liburan yang asri
2,94
2,07 Banyak lahan hutan dijadikan
pemukiman,
penambangan
pasir di wilayah pesisir pantai
selatan
0,64 Pencurian kayu dari hutan
banyak merugikan
2,71

Lampiran 8 Rata-rata prioritas kebijakan Stakeholder
No

Nama

Instansi

Keterangan

1

Rizal Jamaludin

Perhutani

2
3
4
5

Fityan Aonillah
Iis Fatimah S.E
Andika Setiawan
Arif Setiawan S.E

Bappeda
Bappeda
Bappeda
BLH

6
7
8

Amo Muchtar
Dudy Fitrialdy S.T
Wawan Heriawan

Dishutbun
Dishutbun
Dispenda

9
10

Deri S.E
Aa Dendy Suandi

Disperindag

tidak
konsisten
Konsisten
Konsisten
Konsisten
tidak
konsisten
Konsisten
Konsisten
tidak
konsisten
Konsisten
Konsisten

Alternatif Kebijakan
PHBM
PI
RLK
PE
/ PHR
0,078 0,220 0,280
0,422
0,226
0,076
0,330
0,174

0,102
0,306
0,213
0,349

0,265
0,312
0,228
0,180

0,407
0,305
0,229
0,318

0,075
0,274
0,243

0,278
0,244
0,211

0,427
0,235
0,231

0,221
0,247
0,314

0,076
0,220
0,153

0,302
0,302
0,236

0,378
0,176
0,277

0,245
0,303
0,274

22

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung 13 Desember 1992, merupakan anak pertama
dari pasangan Bapak R Subagia Kurniawan dan Ibu Yenny Supriyani. Penulis
menempuh pendidikan formal di SDN Guruminda (1998-2004), SMPN 34
Bandung (2004-2007), dan SMA Negeri 21 Bandung (2007-2010). Penulis
kemudian melanjutkan studi di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2010.
Selama menjadi mahasiswa di IPB penulis aktif di Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM), diantaranya menjadi Sekertaris Komunitas Seni Budaya
Masyarakat Roempoet (KSB-MR) (2011-2012) , ketua KSB-MR (2012-2013),
anggota divisi Pengembangan Sumberdaya Manusia Kehutanan (PSDMK) PC
Sylva IPB (2011-2012),anggota bidang Informasi dan Komunikasi Paguyuban
Mahasiswa Bandung (Pamaung) (2011-2012), anggota divisi Internal Himpunan
Mahasiswa Hasil Hutan (Himasiltan) (2011-2012), dan menjadi anggota badan
pengawas Himasiltan (2012-2013) .
Penulis mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kewirausahaan
pada tahun 2013 dengan judul “Tahu Besi Rendah Lemak dan Tahan Lama ”.
Peraih Medali Perak Olimpiade Mahasiswa IPB cabang Aerobik tahun 2013.
Penulis melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada
tahun 2012 di Cilacap- Baturaden, Jawa Tengah. Praktik Pengelolaan Hutan
(PPH) tahun 2013 di Hutan pendidikan Gunung Walat. Praktik Kerja Lapang
(PKL) di PT Katingan Timber Celebes , Makassar. Sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di IPB, penulis menyelesaikan skripsi
dengan judul “Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap Perekonomian Kabupaten
Tasikmalaya” yang dibimbing oleh Ir. Bintang C.H Simangunsong, MS, Ph.D.