Keragaman Fenotipik Dan Genotipik Kerang Bulu (Genus Anadara) Di Pesisir Utara Pulau Jawa

KERAGAMAN FENOTIPIK DAN GENOTIPIK
KERANG BULU (Genus: Anadara)
DI PESISIR UTARA PULAU JAWA

DEWI FITRIAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Keragaman Fenotipik dan
Genotipik Kerang Bulu (Genus: Anadara) di Pesisir Utara Pulau Jawa adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2016
Dewi Fitriawati
NIM C251140176

RINGKASAN
DEWI FITRIAWATI. Keragaman Fenotipik dan Genotipik Kerang Bulu (Genus:
Anadara) di Pesisir Utara Pulau Jawa. Dibimbing oleh YUSLI WARDIATNO
dan NURLISA A. BUTET.
Kerang bulu termasuk dalam golongan dari famili Arcidae dan merupakan
cryptic species karena morfologinya yang sulit dibedakan. Kerang bulu memiliki
karakteristik unik dengan cangkang yang diselimuti bulu. Distribusi dari kerang
bulu sangat luas meliputi wilayah Indo-Pasifik, termasuk didalamnya perairan
Indonesia dan tersebar di kawasan pesisir, intertidal, daerah berbatu, berpasir,
berlumpur, bahkan sering dijumpai bersimbiosis dengan biota lain. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji keanekaragaman kerang bulu berdasarkan karakter
fenotip (morfologi) dan molekuler (genetik) yang berasal dari enam lokasi di
pesisir utara Pulau Jawa.
Sampel kerang bulu yang diukur sebanyak 316 individu. Kerang bulu

diambil dari enam wilayah yang berbeda di beberapa pesisir di utara Pulau Jawa,
yaitu Pesisir Banten (92 individu), Subang (49 individu), Cirebon (13 individu),
Rembang (25 individu), Gresik (22 individu), dan Probolinggo (115 individu).
Karakteristik morfometrik kerang bulu yang diukur adalah panjang cangkang (PC),
lebar cangkang (LC), tebal cangkang (TC), panjang ligamen (PL), tinggi umbo
(TU), simetri kanan (Ska), dan simetri kiri (Ski). Karakter meristik yang dihitung
dari kerang adalah jumlah alur (JA). Karakter morfometrik kerang diukur dengan
menggunakan kaliper digital dengan ketelitian 0,01 mm. Analisis data yang
dilakukan meliputi analisis pohon fenetik, uji Mann-Whitney, analisis diskriminan
dan analisis kluster dilakukan untuk membandingkan dan melihat
keanekaragaman karakter morfologi antarlokasi. Variasi genetik dilakukan dengan
menggunakan analisis molekuler, meliputi isolasi dan ekstraksi DNA, uji kualitas
DNA, amplifikasi DNA, dan sekuensing DNA.
Hasil identifikasi secara morfologi dan molekuler menunjukkan bahwa
terdapat 3 spesies kerang bulu yang teridentifikasi, yaitu Anadara inaequivalvis
(Banten, Subang, Cirebon, Rembang, dan Gresik), A. cornea (Probolinggo), dan
A.gubernaculum (Subang). Tiga spesies kerang bulu tersebut memiliki ciri fenotip
yang berbeda, berupa bentuk dan ukuran tubuh kerang, posisi umbo, warna
cangkang, serta jumlah alur. Pohon fenetik yang dibentuk membuktikan bahwa
terdapat tiga spesies kerang bulu dengan ciri fenotip yang berbeda dari enam

wilayah di pesisir utara Pulau Jawa. Hasil analisis diskriminan, analisis kluster,
dan pohon fenetik menunjukkan hasil yang sama, yaitu populasi dari Banten,
Subang (Ai), Cirebon, Rembang, dan Gresik membentuk kelompok pertama,
sedangkan populasi yang berasal dari Subang (Ag) dan populasi yang berasal dari
Probolinggo membentuk kelompok masing-masing. A. cornea dan A.
gubernaculum berhasil diidentifikasi dengan menggunakan marka gen COI. A.
inaequivalvis belum berhasil diidentifikasi dengan menggunakan marka gen yang
sama. Hasil analisis dari karakter fenotip dan genotip yang diperoleh beberapa
karakter penciri dari tiap spesies dapat digunakan sebagai informasi awal dalam
menentukan pengelolaan sumberdaya kekerangan.
Kata kunci: Anadara, fenotip, genotip, Pulau Jawa

SUMMARY
DEWI FITRIAWATI. Phenotipic and Genotipic Variation of Hairy Ark Cockle
(Genus: Anadara) in Northcoast of Java Island. Supervised by YUSLI
WARDIATNO and NURLISA ALIAS BUTET.
Hairy ark cockle is one of the bivalves of family Arcidae. Most of them
are determined as cryptic species, due to high similarity on morphology among
those species of hairy ark cockles leading to difficulty on identification. Hairy ark
cockles have unique characteristic, their shells are covered by black fine hairs.

Distribution of cockles is wide covering Indo-Pacific region, including Indonesian
waters. They inhabit coastal areas of intertidal, rocky areas, sandy, muddy, and
often encounter in symbiosis with other organisms. This study aims at assessing
the diversity of phenotype (morphology) and genotype (molecular) characters of
the hairy ark cockle from six locations in northcoast of Java Island.
Hairy ark cockle samples were measured as much as 316 individuals.
Hairy ark cockles taken from six different regions in some coastal areas in the
north of Java, i.e., Banten (92 ind), Subang (49 ind), Cirebon (13 ind), Rembang
(25 ind), Gresik (22 ind), and Probolinggo (115 ind). Morphometric characters
were measured including shell length (PC), shell width (LC), shell height (TC),
ligament length (PL), umbonal height (TU), right symmetry of shell (Ska), and
left symmetry of shell (Ski). The number of ribs (JA) as meristic character was
counted. Morphometric characters were measured using digital caliper with
accuracy 0,01 mm. The data were analyzed using phenetic-tree method, MannWhitney test, discriminant and cluster analyses to compare the diversity of
morphological characters among locations. Genotypic variation was performed by
molecular analysis covering molecular analysis DNA isolation, DNA quality test,
amplification of DNA fragments, and DNA sequencing.
Morphology and molecular identification showed that three species of
hairy ark cockles, i.e., Anadara inaequivalvis (Bantam, Subang, Cirebon,
Rembang, and Gresik), A. cornea (Probolinggo), and A. gubernaculum (Subang).

Those species had a different phenotype characteristic, such as shell shape and
size, umbonal position, shell color, as well as ribs number. Phenetic tree proved
that there are three species of hairy ark cockles with different phenotype
characteristic of the six regions in the northcoast of Java Island. Discriminant
analysis and cluster analysis showed similar results, i.e., the population of Banten,
Subang (Ai), Cirebon, Rembang, and Gresik occupied the first group. While the
population from Subang (Ag) and population from Probolinggo occupied different
group each. A. cornea and A. gubernaculum were identified successfully using
COI gene marker. On the other hand, A. inaequivalvis has not been successfully
identified using similar genetic marker. This result can be generally used as initial
information to support management of bivalve resource.
Keywords: Anadara, phenotype, genotype, Jawa Island

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KERAGAMAN FENOTIPIK DAN GENOTIPIK
KERANG BULU (Genus: Anadara)
DI PESISIR UTARA PULAU JAWA

DEWI FITRIAWATI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc

PRAKATA
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala limpahan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga karya ilmiah
berjudul Keragaman Fenotipik dan Genotipik Kerang Bulu (Genus: Anadara) di
Pesisir Utara Pulau Jawa dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk
menempuh studi di sekolah pascasarjana pada program studi Pengelolaan
Sumber Daya Perairan.
2.
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) IPB yang telah bersedia
mendanai sebagian dari penelitian ini.
3.
Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc dan Dr Ir Nurlisa A. Butet, MSc selaku komisi
pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penulisan
karya ilmiah ini.
4.

Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc selaku penguji tamu dan Dr Ir Sigid
Hariyadi, MSc selaku perwakilan komisi pendidikan Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Perairan atas saran dan masukan yang sangat
berharga.
5.
Keluarga tercinta, Ayah Sukarman, Ibu Sutitah, Mas Ari, Mba Femi, Ashila
serta Miftah, Ayu, dan Lia yang selalu memberikan doa dan motivasi.
6.
Tim Laboratorium Biologi Molekuler (Panji, Wahyu, Findra, Lela, Fajrin,
Yustin, Lita) dan Tim Laboratorium Biologi Makro (Pak Ruslan, Bang
Aries, Bang Zahid, Teh Tina, Teh Dewi, Reiza, Widi, Septyan, Ano) atas
semangat dan dukungannya.
7.
Teman-teman seperjuangan (Lufi, Yuyun, Agus, Mega, Ayu, Lusita, Febi,
Nina, Siska, Akrom, Nisa, Wida) atas dukungan yang diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2016
Dewi Fitriawati


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

v

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian


1
1
2
3
3

2 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan Contoh
Bahan
Alat dan Bahan Analisis Molekuler
Analisis Contoh
Analisis Data

4
4
4
5
6
6

8

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan

9
9
21

4 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

29
29
29

DAFTAR PUSTAKA

30

LAMPIRAN

35

RIWAYAT HIDUP

40

DAFTAR TABEL
1 Koordinat dan lokasi sampling
2 Karakter morfometrik yang diukur
3 Perbandingan karakter antara A. inaequivalvis, A. gubernaculum, A.
cornea di beberapa pesisir utara Jawa berdasarkan pengamatan
4 Ukuran tubuh genus Anadara dari beberapa pesisir utara Jawa (mm)
5 Perbandingan karakter morfometrik genus Anadara dari beberapa
perairan di utara Pulau Jawa (mm)
6 Perbandingan hasil regresi panjang cangkang terhadap tebal cangkang
spesies dominan A. inaequivalvis
7 Perbandingan hasil regresi panjang cangkang terhadap tebal cangkang
spesies A. Inaequivalvis dan A. gubernaculum
8 Perbandingan hasil regresi panjang cangkang terhadap tebal cangkang
spesies A. inaequivalvis dan A. cornea
9 Hasil klasifikasi dari tujuh populasi kerang bulu berdasarkan analisis
diskriminan
10 Hasil klasifikasi dari populasi dominan A. inaequivalvis dari lima
populasi berdasarkan analisis diskriminan
11 Hasil BLASTn gen COI pada AQP dan AQS.1
12 Matriks jarak genetik spesies A. inaequivalvis, A. cornea dan famili
Arcidae berdasarkan metode pairwise distance
13 Kriteria pencemaran berdasarkan ukuran morfologi

5
7
11
11
13
14
14
15
17
17
19
20
28

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram perumusan masalah
2 Peta lokasi pengambilan contoh kerang bulu di pesisir utara Pulau Jawa
3 Beberapa jenis kerang bulu yang diambil dari Pesisir Banten, Subang,
Cirebon, Rembang, Gresik, dan Probolinggo
4 Karakter morfometrik kerang bulu yang diukur dalam penelitian
5 Kerang bulu yang ditemukan di enam pesisir utara Pulau Jawa
6 Konstruksi pohon fenetik dari tujuh populasi berbeda berdasarkan
karakter fenotip
7 Distribusi panjang cangkang kerang bulu yang ditemukan di pesisir utara
Pulau Jawa
8 Distribusi panjang cangkang kerang bulu spesies A. inaequivalvis yang
ditemukan di lima lokasi penelitian
9 Plot sebaran morfometrik kerang bulu dari tujuh populasi berdasarkan
analisis diskriminan
10 Plot sebaran morfometrik A. inaequivalvis dari lima populasi berdasarkan
analisis diskriminan
11 Analisis kluster kerang bulu dari tujuh populasi berdasarkan karakter
morfometrik
12 Analisis kluster spesies dominan A. inaequivalvis dari lima populasi
berdasarkan karakter morfometrik

3
4
5
6
10
10
12
12
16
16
17
18

13
14
15
16

Pengujian hasil isolasi DNA total pada gel agarosa 1,2%
Elektroforesis DNA hasil pre-test produk PCR pada gel agarosa 1,2%
Pohon filogeni berdasarkan gen COI dari famili Arcidae
Penampakan luar, dalam, dorsal, dan ventral dari kerang A. inaequivalvis,
A. gubernaculum dan A. cornea
17 Sebaran kerang bulu di pesisir Banten, Subang, Cirebon, Rembang,
Gresik, dan Probolinggo

18
19
21
22
24

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Kaliper digital dengan ketelitian 0,01 mm
Skoring karakter fenotip dari tiga spesies kerang bulu di enam lokasi
penelitian
Klasifikasi dari tiga spesies kerang bulu A. inaequivalvis, A.
gubernaculum, dan A. cornea berdasarkan literatur
Output hasil diskriminan
Contoh hasil uji Mann-Whitney antara kerang bulu dari pesisir Banten
dan pesisir Subang

36
36
37
37
38

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelas Bivalvia memiliki penyebaran sekitar 15.000 spesies yang hidup di
berbagai substrat dan kedalaman perairan laut serta sisanya di air tawar (Pechenik
2005). Salah satu famili dari kelas Bivalvia yang terdistribusi dengan luas yaitu
famili Arcidae dan subfamili Anadarinae sebanyak 38 spesies (Lutaenko 2011).
Berdasarkan database moluska di Indopasific (OBIS 2005), biodiversitas famili
Arcidae mencapai 300 spesies di lautan. Sekitar 180 spesies dari 30 genera berada
di perairan Indopasifik, termasuk di dalamnya adalah perairan Indonesia. Hal
tersebut menyebabkan tingginya biodiversitas bivalvia di Indonesia. Biodiversitas
yang dimaksud bukan hanya terkait pada jumlah atau banyaknya spesies, tetapi
juga termasuk keragaman bentuk maupun ukuran dari spesies, keragaman habitat,
jaring-jaring makanan hingga tingkat trofik dari suatu spesies (Hendrickx et al.
2007).
Menurut FAO (1998), family Arcidae memiliki distribusi yang luas
meliputi wilayah New Caledonia, Australia, Indopasifik, Laut Merah, Jepang,
China, Laut Cina Selatan, Hong Kong, Vietnam, Thailand, Filipina, hingga
bagian pesisir Indonesia. Famili Arcidae banyak dijumpai di perairan pesisir,
Karena merupakan daerah yang potensial sebagai penghasil sumber daya
kekerangan. Kerang bulu memiliki distribusi luas di kawasan pesisir di daerah
sublitoral, sedimen berpasir (Afiati 2007), daerah estuari bersubstrat lumpur
(Pattikawa 2007). Perairan pesisir baik untuk perkembangan organisme dengan
substrat yang berlumpur. Bahkan kawasan Banten terkenal akan sumber daya
kekerangan atau bivalvia yang melimpah di Indonesia (Komala 2011). Kerang ini
sering dijumpai di wilayah pesisir di beberapa daerah di Indonesia, contohnya
Banten, Subang, Cirebon, Rembang, Gresik, dan Probolinggo.
Salah satu famili Arcidae yang memiliki karakteristik yang unik adalah
kerang bulu. Kerang bulu tersebut memiliki cangkang yang diselimuti oleh bulubulu halus. Menurut Dixon et al. (1995), bulu tersebut berasal dari periostrakum
yang merupakan lapisan terluar dari cangkang. Bulu tersebut berfungsi sebagai
alat perlindungan diri dari ancaman predator dan lingkungan dikarenakan struktur
cangkang yang relatif tipis. Selain itu, bulu berfungsi sebagai alat penempel pada
substrat. Umumnya famili Arcidae memiliki peran yang sama yaitu sebagai
deposit dan filter feeder (Mudjiono dan Kastoro 1997). Syafril et al. (2004)
melaporkan bahwa kandungan proksimat dari kerang bulu (Anadara
inaequivalvis) tergolong tinggi dengan kandungan protein berkisar 13,22%,
kandungan lemak berkisar 2,90%, dan kandungan karbohidrat berkisar 3,77%.
Berdasarkan pernyataan nelayan dan masyarakat pesisir, diketahui bahwa kerang
bulu dapat berfungsi sebagai makanan penambah darah. Hal tersebut
menyebabkan kerang bulu memiliki peran ekonomis yang penting. Sebagai
komoditas penunjang ekonomi, kerang ini diperdagangkan baik lokal hingga
kegiatan ekspor ke mancanegara.
Saat ini penelitian mengenai kerang bulu di Indonesia masih minim
dilakukan, penelitian yang banyak ditemukan dalam famili Arcidae ini adalah
spesies kerang darah (Anadara granosa). Penelitian terakhir di Indonesia

2
mengenai kerang bulu dilakukan oleh Ambarwati dan Trijoko (2011) mengenai
kekayaan jenis Anadara (Bivalvia: Arcidae) di perairan Pantai Sidoarjo.
Penelitian tersebut hanya menemukan dua jenis kerang bulu, yaitu A. rufuscens
dan A. gubernaculum. Penelitian mengenai keragaman A. pilula juga pernah
dilakukan oleh Qonita (2015) di beberapa pesisir di Pulau Jawa, distribusi spasial
dan preferensi habitat bivalvia di Belitung Timur oleh Akhrianti (2014). Beberapa
penelitian tersebut membuktikan bahwa masih kurangnya data dan informasi bagi
kerang bulu di Indonesia.
Kajian molekuler sangat dibutuhkan dalam mengidentifikasi keakuratan
suatu spesies dan mendukung hasil identifikasi secara morfologi. Kajian
molekuler diketahui memiliki sedikit kesalahan dalam mengidentifikasi. DNA
mitokondria yang memiliki sifat conserve secara evolusi, sehingga keragaman
genetik populasi kerang bulu dapat dideteksi menggunakan marka mitokondria.
Gen Cythocrome Oxsidase subunit I (COI) pada DNA mitokondria dapat
dijadikan sebagai marka molekuler untuk penentuan spesies kerang bulu, karena
gen COI pada mitokondria merupakan gen yang berevolusi sangat lambat
(Solihin 1994). Teknik ini bertujuan untuk mengetahui sumber informasi genetik
kerang bulu serta mengetahui data base mengenai situs spesifik yang
menggambarkan perbedaan dan distribusi keragaman genetik intra- dan inter
populasi kerang bulu, sehingga dapat mempermudah upaya pengelolaan dan
konservasi sumber daya kerang bulu di perairan pesisir Indonesia berdasarkan
karakter fenotip dan genotipnya.

Perumusan Masalah
Kerang bulu banyak dimanfaatkan karena harganya yang murah sehingga
dapat dijadikan sebagai bahan substitusi ketika harga kerang ekonomis lainnya
tinggi. Kerang bulu tersebar luas pada substrat berlumpur dan berpasir di pesisir
Indonesia. Beberapa diantaranya ditemukan di pesisir utara Pulau Jawa, yaitu
pesisir Banten, Subang, Cirebon, Rembang, Gresik, dan Probolinggo. Kerang
bulu memiliki cangkang yang ditutupi oleh bulu dan memiliki bentuk yang yang
mirip sehingga sulit untuk dibedakan secara morfologi, oleh karena itu kerang
bulu tergolong dalam cryptic species. Kondisi tersebut dapat menyebabkan
terjadinya kesalahan dalam identifikasi yang dapat memberikan dampak
kesalahan terhadap pengelolaan sumber daya.
Moluska, terutama bivalvia banyak diminati oleh traveller, collector dan
ilmuwan dari berbagai negara, sehingga memiliki banyak nama sinonim. Jika
diakumulasi nama dari spesies dari filum Moluska mencapai 300.000 nama
(Bauchet 2006). Hal tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam
mengidentifikasi. Kondisi tersebut dapat diminimalkan dengan pendekatan
molekuler. Menurut Tudge (2000), teknik DNA barcoding dapat digunakan
dalam identifikasi organisme mulai tahap spesies hingga sub spesies secara akurat
bagi spesies yang tidak dapat dibedakan secara morfologi. Gen Cythocrome
Oxsidase subunit I (COI) pada DNA mitokondria dapat dijadikan sebagai marka
molekuler untuk penentuan spesies, terutama pada gen COI yang merupakan gen
yang berevolusi sangat lambat (Solihin 1994) dan sedikit mengalami delesi dan
insersi dalam sekuennya (Hebert et al. 2003).

3
Saat ini kajian mengenai aspek biologi terutama keragaman fenotip dan
genotip dari kerang bulu masih sangat minim dilakukan di Indonesia. Kajian ini
perlu karena akan menghasilkan informasi awal sumber daya kerang kerang bulu
di beberapa pesisir Indonesia. Data keragaman genetik dan keragaman fenotip
kerang bulu merupakan salah satu informasi penting dalam penentuan upaya
pengelolaan dan konservasi kerang bulu di Indonesia.
Perbedaan habitat: Banten,
Subang, Cirebon,
Rembang, Gresik, dan
Probolinggo

Karakter
cangkang unik
(Cryptic species)

Poor
taxonomic
knowledge

Populasi kerang bulu

Kajian fenotipik kerang bulu
(morfometrik dan meristik)

Kajian genotipik kerang bulu
(gen COI)

Informasi untuk pengelolaan dan konservasi kerang bulu
di pesisir utara Pulau Jawa
Gambar 1 Diagram perumusan masalah

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengkaji karakter fenotip yaitu karakter
morfometrik (panjang cangkang, lebar cangkang, tebal cangkang, panjang
ligamen, tinggi umbo, simetri kanan kerang dan simetri kiri kerang serta karakter
meristik (jumlah alur) dari kerang bulu yang berasal dari Pesisir Banten, Subang,
Cirebon, Rembang, Gresik, dan Probolinggo, dan 2) mengidentifikasi kerang bulu
berdasarkan marka gen COI sebagai informasi dalam menentukan strategi
pengelolaan sumber daya.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan pengembangan ilmu
pengetahuan berupa informasi keragaman fenotipik dan genotipik dari kerang
bulu (Genus: Anadara) di Pesisir Banten, Subang, Cirebon, Rembang, Gresik,

4
dan Probolinggo, sebagai salah satu aspek biologi yang menunjang strategi
pengelolaan sumber daya kerang bulu di Indonesia, khususnya Pulau Jawa.

2 METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Pengambilan contoh dan penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2015
hingga bulan Juli 2016. Kegiatan analisis morfologi dilakukan di Laboratorium
Biologi Makro dan kegiatan analisis molekuler dilakukan di Laboratorium
Biologi Molekuler Akuatik, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pengambilan Contoh
Contoh kerang bulu diambil dari enam pesisir di Pulau Jawa mewakili
bagian daerah di Pulau Jawa, yaitu pesisir Banten dan Subang mewakili Jawa
Barat, Cirebon dan Rembang mewakili Jawa Tengah, serta Gresik dan
Probolinggo mewakili Jawa Timur (Gambar 3). Pengambilan contoh kerang bulu
dilakukan dengan cara purposive sampling. Seluruh contoh kerang bulu yang
diambil langsung dari nelayan yang berada di lokasi penelitian, langsung
dipreservasi dengan alkohol 96%. Contoh kerang yang diambil disesuaikan
dengan kondisi yang ada di lapangan, dan hanya dilakukan dalam satu kali
pengambilan contoh tanpa ulangan. Kerang yang diambil dari nelayan dibawa ke
laboratorium untuk diidentifikasi dan dianalisis karakter morfometriknya.

Gambar 2 Peta lokasi pengambilan contoh kerang bulu di pesisir utara
Pulau Jawa

5
Tabel 1 Koordinat dan lokasi sampling
Lokasi pengambilan contoh
Karangantu, Banten
Mayangan, Subang
Mundu, Cirebon
Kaliori, Rembang
Sidayu, Gresik
Mayangan, Probolinggo

Koordinat
6º01’22,08”S-106º09’37,44”E
6º13’01,92”S-107º46’49,44”E
6º45’00,00”S-108º35’51,36”E
6º41’06,72”S-111º16’07,68”E
6º58’49,44”S-112º36’41,76”E
7º44’06,00”S-113º14’06,00”E

N
92
49
13
25
22
115

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerang bulu (Gambar 3)
yang diambil dari enam wilayah berbeda di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa
(Gambar 2, Tabel 1). Jumlah contoh kerang bulu digunakan dalam penelitian ini
adalah sebanyak 316 individu yang berasal dari enam pesisir, yaitu Pesisir Banten,
Pesisir Subang, Pesisir Cirebon, Pesisir Rembang, Pesisir Gresik, dan Pesisir
Probolinggo.

Gambar 3 Beberapa jenis kerang bulu yang diambil dari Pesisir Banten, Subang,
Cirebon, Rembang, Gresik, dan Probolinggo

6
Alat dan Bahan Analisis Molekuler
Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya sarung tangan,
masker, rak, baki, gunting, timbangan, tube, kertas saring, pipet mikro, vortex,
heating, pinset, stirer, spatula, cetakan agarose, mesin elektroforesis, UV
transluminator, mesin PCR Thermal cycler, mesin sentrifuge. Bahan yang
digunakan adalah jaringan otot kaki dari kerang bulu, kit isolasi DNA Gene aid,
kita PCR Kappa 2G Extra Hotstart, agarose, aquades, etanol absolut, dan buffer
TEA.

Analisis Contoh
Analisis Morfologi
Identifikasi spesies secara morfologi dan analisis fenotip
Identifikasi spesies dilakukan untuk menentukan spesies contoh kerang
berdasarkan karakteristik fenotip (morfometrik dan meristik). Identifikasi
dilakukan berdasarkan buku identifikasi FAO untuk kelompok bivalvia (Poutiers
1998) dan hasil penelitian Vongpanich di Thailand (1996).
Analisis morfometrik
Karakter morfometrik kerang bulu yang diukur adalah panjang cangkang
(PC), lebar cangkang (LC), tebal cangkang (TC), tinggi umbo (TU), simetri kanan
(Ska), dan simetri kiri (Ski) (Butet 2013), panjang ligamen (PL) (Faulkner 2010)
(Gambar 4), serta karakter meristik yang dihitung adalah jumlah alur. Karakter
morfometrik diukur dengan menggunakan kaliper digital (Lampiran 1) dengan
ketelitian 0,01 mm.
TU

SK
A

TC
L
C

SKI
PL

PC

Gambar 4 Karakter morfometrik kerang bulu yang diukur dalam penelitian

7
Tabel 2 Karakter morfometrik yang diukur
No
Keterangan
1 PC (Panjang cangkang)
2

TIC (Lebar cangkang)

3

TC (Tebal cangkang)

4

TU (Tinggi umbo)

5

Ska (Simetri kanan)

6

Ski (Simetri kiri)

Karakter morfometrik
Jarak dari bagian anterior sampai bagian
posterior kerang
Jarak dari bagian dorsal yaitu pada bagian
umbo sampai bagian ventral
Jarak terjauh antara cangkang kanan dan
cangkang kiri
Tinggi cangkang dikurangi dengan tinggi dari
ventral sampai ligamen
Jarak antara bagian tengah ligamen sampai
dengan bagian terjauh cangkang sebelah kanan
Jarak antara bagian tengah ligamen sampai
dengan bagian terjauh cangkang sebelah kiri

Analisis Molekuler
Isolasi dan ekstraksi DNA
Otot kaki diambil dari tiga contoh kerang bulu yang masih segar dengan
bobot 30 mg. Kemudian dicuci untuk menghilangkan darah dan kotoran serta
mencegah kontaminasi. Contoh otot tersebut kemudian dikeringkan dan
dimasukkan ke dalam tube untuk dilakukan proses isolasi dan ekstraksi DNA.
Isolasi dan ekstraksi DNA dilakukan menggunakan kit komersil (Gene Aid)
berdasarkan manual kit tersebut dengan beberapa modifikasi.
Uji kualitas DNA
Uji kualitas DNA dilakukan untuk mengetahui kualitas DNA yang baik.
Metode yang digunakan adalah metode elektroforesis. Hasil isolasi dan ekstrasi
DNA yang telah diuji dan memiliki kualitas yang baik diambil sebanyak 2,5 μl.
Kualitas DNA diuji pada gel agarosa 1,2% yang diwarnai dengan ethidium
bromide (EtBr) dan direndam dalam larutan buffer TAE 1x. Visualisasi DNA
total dilakukan dengan menggunakan mesin ultraviolet (UV) selama 30 menit.
Amplifikasi dan visualisasi fragmen DNA Gen COI
DNA yang memiliki kualitas yang baik layak dijadikan sebagai cetakan
(template) untuk amplifikasi fragmen DNA gen COI dengan teknik PCR
(Polymerase Chain Reaction) menggunakan kit komersial Kappa 2G Extra
Hotstart dan disesuaikan prosedur manual kit tersebut. Primer yang digunakan
adalah primer universal COI, LCO1490 dan HC02198 (Folmer et al. 1994) serta
primer Fish F1 dan Fish F2 yang didesain oleh Ward et al. (2005).
LCO1490
5’GGTCAACAAATCATAAAGATATTGG3’
HC02198
5’TAAACTTCAGGGTGACCAAAAAATCA3’
Fish F1
5’TCAACCAACCACAAAGACATTGGCAC3’
Fish F2
5’TCGACTAATCATAAAGATATCGGCAC3’
Amplifikasi dilakukan dalam 6 tahap dan 35 siklus, yaitu predenaturasi
pada suhu 95ºC selama 3 menit, denaturasi pada suhu 95ºC selama 1 menit,
annealing pada suhu 53ºC selama 1 menit untuk primer LCO1490 dan HC02198
serta 50ºC selama 1 menit untuk primer Fish F1 dan Fish F2, elongasi pada suhu

8
72ºC selama 1 menit, pascaelongasi pada suhu 72ºC selama 5 menit, dan
penyimpanan pada suhu 15ºC selama 10 menit. Produk PCR kemudian
divisualisasi selama 60 menit dengan direndam dalam gel agarosa 1,2% pada
mesin ultraviolet.
Pengurutan produk PCR (Sekuensing) DNA Genus Anadara
Sekuensing adalah metode yang digunakan untuk mengetahui variasi
genetik gen COI. Pembacaan sekuen DNA dilakukan untuk mengetahui
komposisi basa nukleotida dan asam amino suatu gen serta menganalisis
kekerabatan dan jalur evolusinya. Produk PCR yang memiliki kualitas baik layak
dilanjutkan ke tahap sekuensing untuk ditentukan sekuen basa nukleotidanya.
Sekuensing dilakukan menggunakan metode Sanger (1977) dengan mengirimkan
produk PCR tersebut ke perusahaan jasa pelayanan sekuensing.

Analisis Data
Analisis Data Morfologi
Analisis pohon fenetik
Analisis pohon fenetik dibentuk berdasarkan 6 karakter fenotip dengan
software Phylogenetic Analysis Using Parsimony (PAUP). Karakter yang
digunakan dalam analisis ini adalah bentuk cangkang, posisi umbo pada kerang,
keseimbangan antar cangkang, jumlah alur, jarak antar alur, dan warna cangkang.
Pada karakter fenotip tersebut dilakukan skoring (Lampiran 2), kemudian
dianalisis dengan software PAUP.
Perbandingan karakter morfometrik antarwilayah
Analisis perbandingan morfometrik antarwilayah dilakukan untuk
menghindari perbedaan umur pada populasi contoh. Perbandingan morfometrik
dianalisis dengan membandingkan ukuran dari parameter yang diukur. Panjang
total cangkang dibandingkan dengan parameter lain seperti lebar cangkang, tebal
cangkang, tinggi umbo, simetri kanan, dan simetri kiri, kemudian dianalisis
dengan uji Mann-Whitney dengan selang kepercayaan 95%.
Hubungan panjang cangkang dengan karakter morfometrik lainnya
Hubungan alometrik dilakukan dengan membandingkan variabel tebal
cangkang (dependent) terhadap panjang cangkang (independent). Kedua variabel
tersebut diregresikan untuk mendapatkan persamaan. Untuk mengetahui
perbedaan pola pertumbuhan relatif dan perbedaan ukuran dilanjutkan dengan
pengujian nilai slope dan intercept dengan analisis covariance (ANCOVA)
menggunakan software SPSS.
Nilai slope dibandingkan untuk mengetahui interaksi antara kedua variabel
tersebut. Adanya perbedaan slope mengindikasikan adanya perbedaan laju
pertumbuhan relatif dari panjang cangkang antar lokasi. Jika hasil uji dari
ANCOVA menunjukkan hasil interaksi antara panjang cangkang dengan lokasi
tidak berbeda secara signifikan, maka dilanjutkan pengujian nilai intercept antar
lokasi. Jika pengaruh lokasi berbeda signifikan terhadap nol, maka diindikasikan

9
terdapat perbedaan ukuran pada tebal cangkang pada ukuran panjang cangkang
yang sama.
Analisis diskriminan
Analisis diskriminan dilakukan untuk mengelompokkan data berdasarkan
variabel-variabel kuantitatif. Analisis ini digunakan untuk menentukan
pengelompokkan kerang bulu berdasarkan karakter morfometrik yang telah
diukur. Analisis ini juga diperkuat dengan nilai sharing component untuk melihat
terjadinya kesalahan pengelompokkan. Analisis diskriminan dilakukan dengan
menggunakan software SPSS 15.
Analisis kluster
Analisis kluster dilakukan dengan menggunakan data morfometrik kerang
yang diukur dari tiap wilayah. Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat
kesamaan masing-masing populasi berdasarkan karakter morfometrik tiap
individu. Dendrogram dikonstruksi dengan menggunakan software SPSS 15.
Analisis Data Molekuler
Pensejajaran sekuen nukleotida Gen COI Genus Anadara
Sekuen basa nukleotida hasil sekuensing disejajarkan dengan menggunakan
metoda Clustal W pada software MEGA 5.0 (Tamura et al. 2011). Sekuen
nukleotida gen COI dengan primer forward dan reverse diedit dan dianalisis
untuk mendapatkan sekuen DNA dari gen COI. Sebagai ingroup, sekuen gen COI
genus Anadara disejajarkan dengan genus lain dari famili yang sama, Anadarinae
dan Arcinae.
Jarak genetik
Jarak genetik sekuen gen COI dihitung menggunakan metode pairwise
distance yang terdapat pada program MEGA 5.0 (Tamura et al. 2011). Hasil
perhitungan jarak genetik disajikan dalam bentuk matriks data yang digunakan
untuk menganalisis hubungan kekerabatan antarspesies berdasarkan pohon
filogeni.
Analisis filogeni
Analisis filogeni berupa perhitungan komposisi basa nukleotida, jarak
genetik, dan konstruksi filogeni antara gen COI genus Anadara dengan spesies
ingroup dan outgroup. Metode bootstrapped Neighbour-Joinning (NJ) digunakan
untuk mengkonstruksi pohon filogeni dengan 1000 kali pengulangan pada
program MEGA 5.0 (Tamura et al. 2011).

10

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Keanekaragaman kerang bulu yang ditemukan di pesisir utara Pulau Jawa
Hasil identifikasi dengan menggunakan beberapa literatur, menunjukkan
bahwa dari enam lokasi penelitian diperoleh tiga spesies kerang bulu (Gambar 5,
Lampiran 3). Ketiganya terdapat dalam kelas Bivalvia, ordo Arcida, famili
Arcidae, dan genus Anadara. Spesies yang berasal dari Banten, Subang, Cirebon,
Rembang, dan Gresik teidentifikasi sebagai Anadara inaequivalvis, spesies yang
berasal dari Probolinggo teridentifikasi A. cornea, dan spesies kedua yang berasal
dari Subang teridentifikasi sebagai A. gubernaculum.

Gambar 5 Kerang bulu yang ditemukan di enam pesisir utara Pulau Jawa
(1. Banten, 2. Subang, 3. Cirebon, 4. Rembang, 5. Gresik, 6.
Probolinggo)
Karakter fenotip kerang bulu
Analisis fenotip disajikan dengan menganalisis karakter fenotip yang
diduga dari tiga spesies yang ditemukan (Gambar 6). Persamaan dari ketiga
spesies tersebut adalah memiliki rambut-rambut halus yang menutupi cangkang,
sehingga untuk menganalisis lebih lanjut, rambut halus tersebut dihilangkan
terlebih dahulu. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat karakter yang
menjadi kunci identifikasi, yaitu bentuk cangkang, posisi umbo, warna cangkang,
serta jumlah alur. Penjelasan lebih lanjut mengenai perbandingan karakter dari
ketiga spesies tersebut terdapat pada Tabel 3.
Spesies Banten
Spesies Subang (Ai)
Spesies Cirebon
Spesies Rembang
Spesies Gresik
Spesies Probolinggo
Spesies Subang (Ag)

Gambar 6 Konstruksi pohon fenetik dari tujuh populasi berbeda berdasarkan
karakter fenotip

11
Tabel 3

Perbandingan karakter antara A. inaequivalvis, A. gubernaculum, A.
cornea di beberapa pesisir utara Jawa berdasarkan pengamatan

Karakter
Bentuk cangkang

A. inaequivalvis
Persegi
memanjang

A. gubernaculum
Persegi
panjang
dan sedikit pipih

A. cornea
Persegi
memanjang

Posisi umbo

Umbo
dekat
dengan
garis
tengah, dan lebih
cenderung
ke
bagian cangkang
sebelah kiri

Umbo terletak di
bagian anterior

Umbo
dekat
dengan
garis
tengah, dan lebih
cenderung
ke
bagian cangkang
sebelah kiri

Keseimbangan antar
cangkang

Terdapat
selisih
antar
cangkang
pada
bagian
ventral

Terdapat
selisih
antar
cangkang
pada bagian ventral

Terdapat
selisih
antar
cangkang
pada
bagian
ventral

Jumlah alur

30-36

22-30

26-30

Jarak antar alur

Luas

Sempit

Luas

Warna cangkang

Putih
kusam,
berwarna sedikit
kekuningan
di
bagian umbo

Putih
kusam,
berwarna
kecoklatan
di
bagian posterior

Berwarna
biru
kehijauan
di
bagian posterior

Hasil pengamatan terhadap karakter fenotip kemudian dibentuk menjadi
pohon fenetik antar lokasi. Berdasarkan hasil konstruksi, dapat diinformasikan
bahwa populasi spesies yang berasal dari Banten, Subang (Ai), Cirebon, Rembang,
dan Gresik membentuk grup dan memiliki sedikit kesamaan dengan populasi
Probolinggo. Populasi Subang (Ag) membentuk grup sendiri karena memiliki
karakter yang berbeda dengan dua spesies lain.
Ukuran genus Anadara yang ditemukan di pesisir utara Pulau Jawa
Hasil pengukuran dan analisis morfologi dari masing-masing wilayah
disajikan pada Tabel 4. Rata-rata semua karakter yang tertinggi ditemukan pada
populasi Anadara inaequivalvis yang berasal dari Banten. Populasi A.
gubernaculum dan A. cornea memiliki ukuran dan bentuk morfometri yang
berbeda.
Tabel 4 Ukuran tubuh genus Anadara dari beberapa pesisir utara Jawa (mm)
Karak
ter/
Lokasi
PC
LC
TC
PL
TU
Ska
Ski

A.inaequivalvis

A. gubernaculum

A. cornea

Banten

Subang

Cirebon

Rembang

Gresik

Subang

Probolinggo

41,23±6,64
35,10±5,78
27,32±4,96
30,83±4,86
3,59±1,67
16,01±2,84
14,74±2,80

31,23±4,69
26,87±4,85
20,57±4,33
22,89±3,65
3,44±1,74
11,99±2,59
11,01±2,29

34,83±3,01
30,24±4,01
22,69±2,13
25,71±2,80
3,41±1,53
12,90±1,13
11,59±0,89

35,81±6,14
29,98±5,09
23,55±5,07
26,11±3,91
3,37±0,82
13,52±2,83
11,92±2,46

38,39±6,32
31,54±5,62
28,49±4,77
28,48±4,98
3,53±1,07
13,88±2,39
12,75±2,37

33±5,49
23,64±3,65
20,26±3,96
24,11±3,63
2,11±0,80
11,66±2,39
10,78±2,33

35,92±3,92
29,49±2,78
24,24±2,69
23,36±2,19
3,61±1,46
13,59±1,64
12,47±1,56

(PC: panjang cangkang, LC: lebar cangkang, TC: tebal cangkang, TU: tinggi umbo, PL: panjang
ligamen, Ska: simetri kanan, dan Ski: simetri kiri)

12

35
30

Frekuensi

25
Banten (Ai)
20

Subang (Ag)

15

Subang (Ai)
Cirebon (Ai)

10

Rembang (Ai)
Gresik (Ai)

5

Probolinggo (Ac)
0

Selang kelas (mm)

Gambar 7 Distribusi panjang cangkang kerang bulu yang ditemukan di pesisir
utara Pulau Jawa
20

Frekuensi

15

Banten
Subang

10

Cirebon
Rembang

5

Gresik

0

Selang kelas (mm)

Gambar 8 Distribusi panjang cangkang kerang bulu spesies A. inaequivalvis
yang ditemukan di lima lokasi penelitian
Berdasarkan sebaran panjang cangkang dari tujuh populasi kerang bulu,
populasi Banten memiliki sebaran selang kelas terluas, dengan panjang cangkang
maksimum sebesar 54,72 mm. Populasi Subang (Ag) memiliki sebaran selang
kelas panjang cangkang yang paling sempit. Populasi dominan kerang A.
inaequivalvis yang berasal dari Banten memiliki selang kelas terluas, sedangkan
populasi A. inaequivalvis yang berasal dari Cirebon memiliki selang kelas

13
panjang yang sempit. Perbedaan ukuran cangkang dapat terjadi dikarenakan
perbedaan habitat antar populasi.
Perbandingan karakter morfometrik tiap spesies dan lokasi
Hasil perbandingan rasio karakter morfometrik terhadap panjang
cangkang dari ke enam lokasi menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
untuk spesies A. inaequivalvis.
Tabel 5

Subang
Probo
(Ag)
linggo
0,85±0,04 0,86±0,03
0,86±0,06
0,84±0,04b 0,82±0,05ab
0,72±0,04
0,82±0,07
0,66±0,05 0,65±0,04
0,65±0,04
0,65±0,05
0,72±0,10abcd 0,61±0,04
0,68±0,07
0,09±0,04 0,11±0,04
0,10±0,03
0,09±0,02
0,10±0,04
0,07±0,03
0,10±0,04
0,75±0,03 0,73±0,02a 0,74±0,03a 0,73±0,05
0,74±0,05bc
0,73±0,03
0,65±0,06
0,39±0,02 0,38±0,03
0,37±0,01ab 0,38±0,03
0,36±0,03ab
0,35±0,02
0,38±0,04
0,36±0,04 0,35±0,03
0,33±0,02ab 0,33±0,03ab 0,33±0,02ab
0,33±0,03
0,35±0,04
Ket: Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney, huruf pada superskrip yang berbeda menunjukkan
sifat berbeda nyata (p0,05)
(PC: panjang cangkang, LC: lebar cangkang, TC: tebal cangkang, TU: tinggi umbo, PL:
panjang ligamen, Ska: simetri kanan, dan Ski: simetri kiri)

Karakter
LC/PC
TC/PC
TU/PC
PL/PC
Ska/PC
Ski/PC

Perbandingan karakter morfometrik genus Anadara dari beberapa
perairan di utara Pulau Jawa

Banten

Subang

Cirebon

Rembang

Gresik

Hasil uji Mann-Whitney berdasarkan 6 karakter morfometrik kerang bulu,
kerang bulu yang berasal dari Subang (Ag) dan Probolinggo memiliki karakter
yang berbeda (p0,05) dari semua lokasi.
Hubungan panjang cangkang dengan karakter morfometrik lainnya
Karakter morfometrik yang digunakan sebagai variabel dependent dalam
analisis ini adalah tebal cangkang. Analisis regresi panjang cangkang-tebal
cangkang menunjukkan bahwa pola pertumbuhan kerang bulu alometrik negatif
(Tabel 6). Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan panjang cangkang lebih
dominan dibandingkan dengan tebal cangkang.
Tabel 6 menunjukkan bahwa hubungan panjang cangkang dan tebal
cangkang dari lima populasi A. inaequivalvis menunjukkan nilai slope yang tidak
berbeda secara signifikan (p>0,05). Hal tersebut mengindikasikan bahwa laju
pertumbuhan kerang yang sama antar lokasi kecuali pada hubungan populasi
kerang Subang dengan Cirebon. Namun terdapat perbedaan pada nilai intercept
pada populasi Banten, Cirebon, Rembang dengan populasi Gresik. Perbedaan
nilai intercept menunjukkan adanya perbedaan ukuran tebal cangkang pada
panjang cangkang yang sama.

14
Tabel 6

Perbandingan hasil regresi panjang cangkang terhadap tebal cangkang
spesies dominan A. inaequivalvis

Lokasi

y=a+bx

R2

N

Alometri

Banten
Subang
Banten
Cirebon
Banten
Rembang
Banten
Gresik

T= -0,77+0,68P*
T= -7,71+0,91P*
T= -0,77+0,68P*
T= 4,27+0,53P*
T= -0,77+0,68P*
T= -4,79+0,79P*
T= -0,77+0,68P*
T= 2,38+0,65P*

0,83
0,96
0,83
0,96
0,83
0,92
0,83
0,75

92
13
92
13
92
25
92
22

AlometrikAlometrikAlometrikAlometrikAlometrikAlometrikAlometrikAlometrik-

Subang
Cirebon

T= -7,71+0,91P*
T= 4,27+0,53P*

0,96
0,96

13
13

AlometrikAlometrik-

Subang
Rembang
Subang
Gresik
Cirebon
Rembang
Cirebon
Gresik
Rembang
Gresik

T= -7,71+0,91P*
T= -4,79+0,79P*
T= -7,71+0,91P*
T= 2,38+0,65P*
T= 4,27+0,53P*
T= -4,79+0,79P*
T= 4,27+0,53P*
T= 2,38+0,65P*
T= -4,79+0,79P*
T= 2,38+0,65P*

0,96
0,92
0,96
0,75
0,96
0,92
0,96
0,75
0,92
0,75

13
25
13
22
13
25
13
22
25
22

AlometrikAlometrikAlometrikAlometrikAlometrikAlometrikAlometrikAlometrikAlometrikAlometrik-

Tabel 7

ANCOVA
Slope
Intercept
Paralel
a1=a2
(p>0,05)
Paralel
a1=a2
(p>0,05)
Paralel
a1=a2
(p>0,05)
Paralel
a1≠a2
(p>0,05)
Nonparalel
(p0,05)
Paralel
a1=a2
(p>0,05)
Paralel
a1=a2
(p>0,05)
Paralel
a1≠a2
(p>0,05)
Paralel
a1≠a2
(p>0,05)

Perbandingan hasil regresi panjang cangkang terhadap tebal cangkang
spesies A. inaequivalvis dan A. gubernaculum

Lokasi

y=a+bx

R2

N

Alometri

Subang Ag
Banten
Subang Ag
Subang
Subang Ag
Cirebon
Subang Ag
Rembang
Subang Ag
Gresik

T= -2,24+0,68P*
T= -0,77+0,68P*
T= -2,24+0,68P*
T= -7,71+0,91P*
T= -2,24+0,68P*
T= 4,27+0,53P*
T= -2,24+0,68P*
T= -4,79+0,79P*
T= -2,24+0,68P*
T= 2,38+0,65P*

0,71
0,83
0,71
0,96
0,71
0,96
0,71
0,92
0,71
0,75

36
92
36
13
36
13
36
25
36
22

AlometrikAlometrikAlometrikAlometrikAlometrikAlometrikAlometrikAlometrikAlometrikAlometrik-

ANCOVA
Slope
Intercept
Paralel
a1=a2
(p>0,05)
Non-paralel
(p0,05)
Non-paralel
(p0,05)

Tabel 7 menunjukkan hasil analisis regresi tebal cangkang terhadap
panjang cangkang dari populasi A. inaequivalvis terhadap populasi A.
gubernaculum dan A. cornea. Populasi A. gubernaculum dari Subang dengan
populasi A.inaequivalvis dari Banten, Cirebon, dan Gresik memiliki laju
pertumbuhan yang sama (p>0,05), sedangkan untuk populasi A. gubernaculum
dari Subang dengan A. inaequivalvis dari Subang dan Rembang menunjukkan laju
pertumbuhan yang berbeda (P