Analisis Dampak Pengembangan Wisata Perkampungan Budaya Betawi Terhadap Masyarakat Sekitar Kawasan

ANALISIS DAMPAK PENGEMBANGAN WISATA
PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI TERHADAP
MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN

DESI HANDAYANI HARAHAP

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Dampak
Pengembangan Wisata Perkampungan Budaya Betawi Terhadap Masyarakat
Sekitar Kawasan adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015

Desi Handayani Harahap
H44100015

ABSTRAK
DESI HANDAYANI HARAHAP. Analisis Dampak Pengembangan Wisata
Perkampungan Budaya Betawi Terhadap Masyarakat Sekitar Kawasan.
Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL.
Pengembangan pariwisata yang memperlihatkan kecenderungan meningkat
dari waktu ke waktu menjadi pemicu banyaknya dampak yang ditimbulkan akibat
dari adanya kegiatan wisata. Masyarakat adalah salah satu obyek dari dampak
yang ditimbulkan akibat adanya kegiatan wisata. Pengembangan wisata yang
dilakukan di kawasan Perkampungan Budaya betawi dapat menjadi salah satu
pembangunan pariwisata yang menimbulkan berbagai dampak terhadap
masyarakat sekitar kawasan baik dampak positif maupun dampak negatif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik sosial
ekonomi serta persepsi masyarakat sekitar obyek wisata terhadap kualitas

lingkungan obyek wisata, mengestimasi pendapatan dan perubahan pendapatan
masyarakat akibat adanya pengembangan wisata, menganalisis dampak sosial dan
lingkungan pengembangan wisata,
mengestimasi besarnya nilai WTP
masyarakat sekitar obyek wisata dalam upaya pelestarian lingkungan obyek
wisata, dan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP.
Untuk menjawab tujuan dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif,
perubahan pendapatan, Contingent Valuation Method (CVM), dan model regresi
linier berganda dengan alat pengolah data SPSS 16 for Windows dan Microsoft
Excel 2010.
Hasil menunjukkan bahwa estimasi pendapatan dan perubahan pendapatan
rata-rata masyarakat adalah Rp 224.097,87 per bulan. Peningkatan pendapatan
berdasarkan present value sebesar Rp -220.773,28 per bulan. Peningkatan
pendapatan rata-rata terbesar dirasakan oleh kelompok pekerjaan petugas parkir
dengan peningkatan pendapatan Rp 503.750,00. Berdasarkan present value
peningkatan pendapatan rata-rata petugas parkir menjadi Rp 162.277,73. Penilaian
dampak sosial terlihat dari adanya pergeseran profesi pekerjaan dan terserapnya
tenaga kerja akibat adanya pengembangan wisata. Pengembangan wisata ini juga
merubah sikap dan perilaku masyarakat yang juga merugikan kawasan seperti
adanya perambahan kawasan dan pembangunan bangunan yang dilakukan secara

illegal. Dampak lingkungan adanya pengembangan wisata yaitu terjadi
pencemaran akibat sampah dari kegiatan wisata, serta perubahan tata guna lahan
yang menyebabkan kawasan konservasi terganggu sehingga terjadi banjir dan
longsor. Nilai rata-rata WTP responden terhadap program pelestarian lingkungan
obyek wisata adalah sebesar Rp 4.175,44 per bulan per rumahtangga. Faktorfaktor yang berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP responden adalah
variabel tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga,
lama tinggal di lokasi wisata, dan variabel dummy pengetahuan responden
terhadap fungsi dan kerusakan Setu Babakan.
Kata kunci: pariwisata, pengembangan wisata, dampak sosial, dampak ekonomi,
dampak lingkungan, willingness to pay

ABSTRACT
DESI HANDAYANI HARAHAP. Analysis of Perkampungan Budaya Betawi
Tourism Development Effects to Native People. Supervised by AHYAR ISMAIL.
Tourism development which show improvement from time by time, causes
many effect which are caused by tourism activity. Native settlement people is one
of object from effect caused by tourism activity. Tourism development which is
done in Perkampungan Budaya Betawi area could gives some effect to native
people, both positive or negative effect.
The objective of this study are to identify native settlement people socialeconomic characteristic and perception to tourism object environment quality,

estimate income and public income change caused by tourism development,
analyze tourism development social and environment effect, estimate native’s
WTP value to tourism object conservation, and analyze factor affecting WTP
value. To answer this study’s objective, descriptive analysis, income changes,
Contingent Valuation Method (CVM), and multi linear regression model method
are used with SPSS 16 for windows, and Microsoft Excel 2010 as data analyzer
software.
Results show that public’s income and average income change estimation is
about Rp 224.097,87/month. Income raises based by present value is Rp 220.773,28/month. Largest average income raises is recieved by parking
attendant group with Rp 503.750,00 income raises. Based by present value,
average income raises parking attendant is Rp 162.277,73. Social effect
evaluation appear from employees profession switches and working manpower
caused by tourism development. The tourism development also changes people’s
attitude and behaviour which are damaging the settlement such as exceeding
settlement area and illegal building construction. Environment effect from tourism
development is, litter contamination from tourism activity, and land function
changes which causes disaster to conservation area such as flood and avalanche.
Respondent’s average WTP values to tourism object environment conservation
program is Rp 4.175,44/month for each household. Factors affect significantly to
respondent’s WTP value are education degree, income rate, number of family

member, years of living, and dummy variant respondent knowledge to Setu
Babakan benefit and cost.
Keywords: economic effect, environment effect, social effect, tourism, tourism
development, willingness to pay

ANALISIS DAMPAK PENGEMBANGAN WISATA
PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI TERHADAP
MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN

DESI HANDAYANI HARAHAP

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah pariwisata,
dengan judul Analisis Dampak Pengembangan Wisata Perkampungan Budaya
Betawi Terhadap Masyarakat Sekitar Kawasan. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Skripsi ini mengkaji dampak sosial, ekonomi dan lingkungan terhadap
masyarakat akibat adanya pengembangan wisata. Penelitian ini memberi
gambaran karakteristik dan persepsi masyarakat sekitar kawasan wisata terhadap
kualitas lingkungan obyek wisata, mengestimasi perubahan pendapatan
masyarakat, menganalisis dampak sosial dan lingkungan akibat adanya
pengembangan wisata, mengestimasi besarnya nilai WTP masyarakat serta
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat sekitar
obyek wisata dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata Perkampungan
Budaya Betawi.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada : Ayah (Turman Harahap), Almh.Ibu (Rosnauli Lubis),
Kakak (Elva, Sri Genotiva), Abang (Fandi, Rahmat, Anwar, Akhir), dan Adik
(Fadillah) atas segala motivasi, perhatian, serta limpahan doa yang tak pernah
putus; Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak memberi ilmu dan arahan serta Bapak Ir. Nindyantoro, M.SP dan Ibu
Hastuti, Sp, MP, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan
masukan; Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT selaku dosen pembimbing akademik
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam bidang
akademik; Bapak Indra selaku ketua pengelola Perkampungan Budaya Betawi,
para responden RW 06 RW 07 RW 08 RW 09, dan Kantor Kelurahan Srengseng
Sawah yang telah membantu selama pengumpulan data; Nabila atas segala bentuk
bantuan, doa, dan dukungan yang selalu diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini; para sahabat (Dessy, Deiby, Tudrika, Rahayu), temanteman IMATAPSEL 47, keluarga besar Asrama Putri Darmaga IPB dan semua
teman-teman ESL 47 atas kebersamaan, bantuan, motivasi, saran dan kritik,
selama menjalani proses pembuatan skripsi hingga selesai.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik penulis terima. Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat pada masa yang akan datang.

Bogor, Maret 2015

Desi Handayani Harahap

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 9
2.1 Pariwisata ...................................................................................................... 9
2.2 Obyek Wisata ................................................................................................ 9

2.3 Wisatawan ................................................................................................... 11
2.4 Wisata yang Berkelanjutan .......................................................................... 12
2.5 Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Pariwisata .................................. 14
2.6 Pengembangan Pariwisata dan Dampak Lingkungan ................................... 9
2.7 Penilaian Ekonomi ...................................................................................... 11
2.8 Metode Regresi Linier Berganda................................................................. 12
2.9 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 20
III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................... 23
3.1 Kerangka Teoritis ........................................................................................ 23
3.1.1 Kawasan Lindung .............................................................................. 23
3.1.2 Pengembangan Pariwisata pada Kawasan yang Dilindungi .............. 24
3.1.3 Peran serta Masyarakat terhadap Pengembangan Wisata .................. 24
3.1.4 Contingent Valuation Method (CVM) ............................................... 25
3.1.4.1 Konsep CVM ......................................................................... 25
3.1.4.2 Tahapan CVM ....................................................................... 25
3.1.5 Regresi Linier Berganda .................................................................... 25
3.2 Kerangka Operasional ................................................................................. 29
IV. METODE PENELITIAN ............................................................................... 33
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 33
4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 33


4.3 Metode Pengambilan Sample....................................................................... 33
4.4 Metode Analisis Data ................................................................................... 34
4.4.1 Identifikasi Karakteristik dan Persepsi Masyarakat terhadap
Kondisi Lingkungan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya
Betawi ................................................................................................ 35
4.4.2 Estimasi Pendapatan dan Perubahan Pendapatan Masyarakat
Akibat Adanya Pengembangan Wisata .............................................. 35
4.4.3 Menganalis Dampak Sosial dan Lingkungan Pengembangan
Wisata di Perkampungan Budaya Betawi ......................................... 37
4.4.4 Estimasi Nilai WTP Masyarakat dalam Upaya Pelestarian
Lingkungan Obyek Wisata Perkampungan Budaya Betawi .............. 37
4.4.5 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP
dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata
Perkampungan Budaya Betawi .......................................................... 39
4.4.6 Pengujian Parameter Regresi ............................................................. 41
V. GAMBARAN UMUM ..................................................................................... 44
5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis ..................................................................... 44
5.2 Sejarah Status Kawasan Perkampungan Budaya Betawi ............................ 45
5.3 Pengelolaan Wisata ...................................................................................... 47

5.4 Potensi Kawasan .......................................................................................... 48
5.4.1 Vegetasi dan Satwa ............................................................................ 48
5.4.2 Hidrologi dan Topografi .................................................................... 49
5.4.3 Obyek Wisata ..................................................................................... 49
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 52
6.1 Karakteristik Responden ............................................................................. 52
6.2 Persepsi Masyarakat terhadap Kualitas Lingkungan ................................... 57
6.2.1 Kondisi Lingkungan ........................................................................... 57
6.2.2 Kebersihan Lingkungan ..................................................................... 58
6.2.3 Pencemaran Air Setu Babakan ........................................................... 59
6.3 Estimasi Pendapatan dan Perubahan Pendapatan Masyarakat Akibat
Pengembangan Wisata ................................................................................ 59
6.4 Dampak Sosial dan Lingkungan Pengembangan Wisata di Kawasan
Perkampungan Budaya Betawi ................................................................... 64
6.4.1 Dampak Sosial ................................................................................... 64
6.4.2 Dampak Lingkungan .......................................................................... 68
6.5 Estimasi Nilai WTP Masyarakat terhadap Upaya Pelestarian
Lingkungan Obyek Wisata Perkampungan Budaya Betawi ....................... 70
6.6 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Willingness to Pay ................. 74

VII. SIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 79
7.1 Simpulan ...................................................................................................... 79
7.2 Saran ............................................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81
LAMPIRAN .......................................................................................................... 85
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 97

DAFTAR TABEL
1. Data kunjungan wisatawan ke Perkampungan Budaya Betawi (PBB)
tahun 2008-2013 ................................................................................................ 3
2. Matriks metode analisis data ........................................................................... 34
3. Data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ................................ 52
4. Data karakteristik responden berdasarkan status pernikahan .......................... 53
5. Data karakteristik responden berdasarkan usia ............................................... 53
6. Data karakteristik responden berdasarkan lama pendidikan formal ................ 54
7. Data karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan........................ 55
8. Data karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan ....................... 55
9. Data karakteristik responden berdasarkan lama tinggal di lokasi wisata ........ 56
10. Data karakteristik responden berdasarkan pengetahuan tentang fungsi
dan kerusakan Setu Babakan ........................................................................... 57
11. Persepsi masyarakat sekitar obyek wisata terhadap kondisi lingkungan ........ 58
12. Persepsi masyarakat sekitar obyek wisata terhadap kebersihan
lingkungan ....................................................................................................... 58
13. Persepsi masyarakat sekitar obyek wisata terhadap pencemaran air Setu
Babakan ........................................................................................................... 59
14. Perubahan pendapatan rata-rata masyarakat tanpa dan adanya kawasan
wisata Perkampungan Budaya Betawi 2014 ................................................... 60
15. Proporsi pendapatan rata-rata masyarakat dengan adanya kawasan wisata
Perkampungan Budaya Betawi terhadap pendapatan total 2014..................... 62
16. Data pertumbuhan penduduk Kelurahan Srengseng Sawah tahun
2009-2013 ........................................................................................................ 64
17. Penyerapan tenaga kerja kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi
tahun 2014 ....................................................................................................... 66
18. Distribusi kesediaan membayar masyarakat untuk pelestarian alam
Setu Babakan .................................................................................................. 71
19. Distribusi WTP responden terhadap upaya pelestarian alam Setu
Babakan .......................................................................................................... 73
20. Hasil analisis regresi berganda ....................................................................... 75

DAFTAR GAMBAR
1. Klasifikasi valuasi non-market ........................................................................ 17
2. Metode penilaian untuk kualitas lingkungan .................................................. 25
3. Kerangka pemikiran operasional .................................................................... 32
4. Kurva WTP responden .................................................................................... 73
5. Scatterplot model regresi berganda ................................................................. 76

DAFTAR LAMPIRAN
1. Data responden masyarakat Kelurahan Srengseng Sawah 2014..................... 86
2. Hasil model regresi linier berganda ................................................................ 89
3. Uji heterokedastisitas ...................................................................................... 90
4. Uji normalitas .................................................................................................. 91
5. Kuesioner penelitian terhadap masyarakat sekitar .......................................... 92
6. Dokumentasi penelitian ................................................................................... 96

89

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan industri, semakin banyak orang yang
membutuhkan kompensasi untuk menikmati waktu senggangnya dengan
melakukan aktivitas wisata. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki kekayaan
alam yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai sektor diantaranya adalah sektor
pariwisata. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjadi tumpuan bagi
pemerintah guna meningkatkan kondisi perekonomian negara. Peranan utama
sektor pariwisata dalam hal perekonomian Indonesia adalah fungsinya sebagai
devisa negara, dengan demikian pengembangan sektor wisata merupakan salah
satu upaya dalam pembangunan nasional.
Pengembangan pariwisata khususnya pariwisata budaya akan dapat
membantu pelestarian dan pengembangan budaya setempat. Selain itu,
pengembangan dan peningkatan pariwisata budaya dapat membuka apresiasi
wisatawan terhadap seni budaya bangsa, khususnya kesenian dalam arti luas. Bagi
para seniman, peningkatan pariwisata itu akan meningkatkan karya serta
kreatifitas mereka (Tashadi 1993).
Perkembangan pariwisata akan berpengaruh terhadap kehidupan sosial
budaya masyarakat, terutama masyarakat daerah tujuan wisata. Pengaruh yang
timbul akibat perkembangan pariwisata itu dapat bersifat positif dan dapat pula
bersifat negatif. Pengaruh atau dampak positif adalah dapat menciptakan
kesempatan

berusaha,

meningkatkan

pendapatan

sekaligus

mempercepat

pemerataan pendapatan masyarakat, serta mendorong peningkatan investasi dari
sektor industri pariwisata dan sektor ekonomi lainnya. Dampak negatif dari
perkembangan pariwisata diantaranya terjadi demonstration effect, yaitu
kepribadian anak-anak muda rusak; serta terjadi pemalsuan benda-benda budaya,
seperti lukisan atau keramik. Dampak negatif yang lain dari perkembangan
pariwisata adalah meningkatnya tingkat kriminalitas, kejahatan, dan lain
sebagainya (Yoeti 2008).

2

Prayogi (2011) menyatakan bahwa pengembangan pariwisata disuatu daerah
tidak selamanya memberikan dampak yang positif bagi masyarakat maupun
daerah tersebut. Disadari ataupun tidak pengembangan pariwisata di suatu daerah
juga akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat, budaya maupun alam
yang dimiliki oleh daerah tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan secara
hati-hati dari berbagai pihak sehingga pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
dapat menjamin pengembangan pembangunan wisata yang berkelanjutan.
Indonesia memiliki beberapa provinsi yang kaya akan potensi wisata. Salah
satu provinsi yang berpotensi adalah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. DKI
Jakarta memiliki potensi wisata berupa adat istiadat, dan budaya serta
keramahtamahan yang memiliki nilai tersendiri untuk dikembangkan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik DKI Jakarta (2013), jumlah
wisatawan mancanegara (wisman) sepanjang tahun 2013 mencapai 2.293.000
orang. Meningkat sekitar 7,8 persen dari jumlah wisman yang berkunjung ke
Jakarta pada tahun 2012 yang mencapai 2.125.513 orang. Peningkatan itu, salah
satunya diakibatkan cukup banyaknya festival yang digelar di Kota Jakarta,
sehingga menjadi daya tarik bagi para wisman untuk berkunjung ke ibukota
negara Indonesia. Selain itu, banyaknya festival yang digelar Dinas Pariwisata dan
Budaya, tidak hanya meningkatkan jumlah wisman ke Jakarta, tetapi juga
meningkatkan jumlah wisatawan nusantara atau domestik. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik DKI Jakarta (2013), kunjungan wisatawan nusantara ke
Jakarta pada tahun 2013 tercatat sebanyak 31.646.700 orang.
Peningkatan pertumbuhan tingkat kunjungan wisatawan ke DKI Jakarta
tidak terlepas dari dukungan potensi pariwisata yang tersebar di DKI Jakarta.
Kawasan wisata yang berpotensi meningkatkan pariwisata DKI Jakarta salah
satunya adalah Perkampungan Budaya Betawi (PBB). PBB merupakan kawasan
wisata yang terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa,
Jakarta Selatan. Kondisi alam yang nyaman dan tenang dengan pemandangan Setu
Babakan menjadi obyek wisata yang banyak dikunjungi masyarakat.
Setu Babakan yang berada di kawasan wisata PBB ini merupakan salah satu
wilayah yang dilindungi berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 6
Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota

3
Jakarta. Secara fungsional Setu Babakan berfungsi sebagai daerah resapan air
untuk menjaga keseimbangan lingkungan daerah Jakarta bagian Selatan dan juga
sebagai salah satu penampung debit air Sungai Ciliwung. Fungsi Setu Babakan
juga bertambah sejak diterbitkannya Keputusan Gubernur Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan
Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan
Jagakarsa, Jakarta Selatan. Keputusan ini secara otomatis menyertakan Setu
Babakan menjadi salah satu kawasan PBB dan difungsikan sebagai lokasi tujuan
wisata alam dan budaya Betawi.
Selain menikmati keindahan alam dan keasrian Setu Babakan, pengunjung
objek wisata ini juga disuguhi pagelaran budaya Betawi seperti acara kesenian
berupa Tari Cokek, Tari Topeng, Lenong, Ondel-ondel, dan kesenian lainnya pada
panggung terbuka di sekitar Setu Babakan setiap Hari Minggu. Pada acara ini
biasanya pengunjung dapat turut berinteraksi seperti ikut menari. Perpaduan
antara wisata alam dan budaya ini ternyata menarik para pengunjung untuk datang
ke Setu Babakan dimana menurut data yang diperoleh dari Pengelola PBB, sejak
tahun 2008 sampai tahun 2013, jumlah pengunjung objek wisata Perkampungan
Budaya Betawi pada umumnya menunjukkan peningkatan setiap tahunnya.
Tabel 1 Data Kunjungan Wisatawan ke Perkampungan Budaya Betawi (PBB)
Tahun 2008-2013
Tahun
Jumlah Pengunjung (Orang)
2008
133.656
2009
135.811
2010
125.068
2011
146.215
2012
194.096
2013
199.789
Sumber: Pengelola Perkampungan Budaya Betawi (2013)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa kunjungan wisatawan ke objek wisata
Perkampungan Budaya Betawi pada tahun 2013 yaitu sebanyak 199.789 orang.
Jumlah kunjungan ini meningkat setiap tahun, walaupun pada tahun 2010
mengalami penurunan dari 135.811 kunjungan menjadi hanya 125.068 kunjungan.
Penurunan ini disebabkan karena pada tahun 2010 pengelola wisata melakukan
pembangunan dan perapihan sepanjang Setu Babakan. Pelaku usaha dan parkiran
dilarang berada disekitar area, kecuali masyarakat setempat dan pengunjung yang

4

berjalan kaki. Pembangunan yang dilakukan dari akhir tahun 2010 sampai
sekarang diantaranya adalah pembangunan pulau buatan, penginapan, rumah adat,
dan taman yang ditanami tanaman-tanaman khas Betawi.
Pembangunan dan pengembangan wisata yang dilakukan pengelola tersebut
mempengaruhi masyarakat yang berada di sekitar kawasan terutama penduduk
asli kawasan. Tingkat kunjungan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun
merupakan kondisi yang baik bagi kegiatan wisata di PBB sehingga wisata ini
perlu dikembangkan. Namun di sisi lain, pengembangan wisata yang dilakukan di
kawasan wisata PBB dapat menjadi salah satu pembangunan pariwisata yang
menimbulkan berbagai dampak terhadap masyarakat sekitar kawasan, baik
dampak positif maupun dampak negatif. Penelitian tentang dampak ekonomi,
dampak sosial, dan dampak lingkungan dari pengembangan wisata serta analisis
kesediaan membayar masyarakat sekitar kawasan wisata dalam upaya pelestarian
lingkungan kawasan wisata PBB penting dilakukan untuk memberi pertimbangan
bagi stakeholder dalam alternatif kebijakan pengembangan wisata Perkampungan
Budaya Betawi.

1.2 Perumusan Masalah
Kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB) dengan statusnya
sebagai kawasan wisata telah meningkatkan dan memberikan kontribusi kepada
Pemerintah Kota DKI Jakarta dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Berdasarkan S.K. Gubernur DKI Jakarta No.92 tahun 2000 tentang
Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan
Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, kawasan wisata PBB
ditetapkan sebagai sebuah tempat yang dikhususkan sebagai lahan konservasi
budaya Betawi. Selanjutnya pada tahun 2007 dibentuk Lembaga Pengelola
Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan
Jagakarsa, Jakarta Selatan sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta No.129 tahun 2007 tentang Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya
Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Lembaga Pengelola merupakan wadah pengorganisasian unsur masyarakat yang
ditunjuk/ditugaskan

Gubernur

mewakili

masyarakat

dalam

pengelolaan

5
Perkampungan Budaya Betawi, sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah No.3
tahun 2005 tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan
Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Sebelum kawasan ini berubah fungsi menjadi lahan konservasi budaya
Betawi, kehidupan masyarakat di kawasan ini sebagian adalah bertani dan
pengangguran. Seiring dengan perkembangan wisata dan perubahan alih fungsi
lahan milik masyarakat seperti sawah dan kebun menjadi areal objek wisata,
kehidupan masyarakat di sekitar kawasan ini mengalami pergeseran baik dari
aspek sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Pergeseran dari aspek ekonomi
terlihat dari kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat seperti mendirikan
usaha-usaha yang menunjang wisata maupun menjadi pekerja wisata yang
dianggap lebih menjanjikan dari segi pendapatan. Sementara dari aspek sosial dan
lingkungan terlihat dari perubahan pola kehidupan masyarakat seperti sikap dan
perilaku masyarakat yang timbul akibat adanya kegiatan wisata. Selain itu,
pengembangan wisata di kawasan Perkampungan Budaya Betawi menyebabkan
perubahan secara fisik kawasan baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif.
Perubahan fisik tersebut dapat dilihat dari dampak visual yaitu terdapat sejumlah
sampah akibat kegiatan wisata yang ditimbulkan dari kedatangan wisatawan dan
terjadinya perubahan tata guna lahan yang menyebabkan kawasan lindung
terganggu.
Pengembangan wisata ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang cepat
dalam menyediakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan, standar hidup
serta merangsang penggunaan sumberdaya dalam jumlah yang lebih besar. Usaha
warung merupakan salah satu contoh kegiatan ekonomi yang timbul dari adanya
kegiatan wisata di kawasan ini.
Munculnya kegiatan ekonomi juga dapat menimbulkan ancaman terhadap
kelangsungan ekosistem, masalah sosial dan lingkungan. Apabila pengelolaan
tidak dilakukan secara bijaksana akan menimbulkan bencana dan pencemaran
yang pada akhirnya akan merugikan masyarakat maupun pengelola di kawasan
tersebut.
Berdasarkan pengamatan langsung dilapangan, kondisi air di Setu Babakan
tampak mulai kotor oleh sampah yang dibuang oleh para pengunjung. Untuk

6

mengelola lingkungan Setu Babakan dengan baik diperlukan sumberdaya manusia
serta sarana, dan prasarana yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan
tersebut. Oleh karena itu, kesediaan membayar masyarakat sekitar obyek wisata
dalam upaya pelestarian lingkungan obyek wisata perlu diketahui sehingga
pengelolaan obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi tetap mempertahankan
fungsi ekologi dari Setu Babakan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan berbagai
permasalahan dari dampak yang terjadi akibat adanya pengembangan wisata di
kawasan wisata PBB terhadap masyarakat sekitar sebagai berikut:
1.

Bagaimana karakteristik sosial ekonomi serta persepsi masyarakat sekitar
obyek wisata terhadap kualitas lingkungan obyek wisata Perkampungan
Budaya Betawi?

2.

Bagaimana pendapatan dan perubahan pendapatan masyarakat akibat adanya
pengembangan wisata Perkampungan Budaya Betawi?

3.

Bagaimana dampak sosial dan lingkungan pengembangan wisata di
Perkampungan Budaya Betawi?

4.

Berapa nilai WTP masyarakat sekitar obyek wisata dalam upaya pelestarian
lingkungan obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi?

5.

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat sekitar
obyek

wisata

dalam

upaya

pelestarian

lingkungan

obyek

wisata

Perkampungan Budaya Betawi?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan umum dari penelitian
ini adalah menganalisis dampak pengembangan wisata Perkampungan Budaya
Betawi Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan
terhadap masyarakat sekitar kawasan, sedangkan tujuan khususnya adalah:
1.

Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi serta persepsi masyarakat
sekitar

obyek

wisata

terhadap

kualitas

lingkungan

obyek

wisata

Perkampungan Budaya Betawi.
2.

Mengestimasi pendapatan dan perubahan pendapatan masyarakat akibat
adanya pengembangan wisata.

7
3.

Menganalisis dampak sosial dan lingkungan pengembangan wisata di
Perkampungan Budaya Betawi.

4.

Mengestimasi besarnya nilai WTP yang diberikan oleh masyarakat sekitar
obyek

wisata

dalam

upaya

pelestarian

lingkungan

obyek

wisata

Perkampungan Budaya Betawi.
5.

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat sekitar
obyek

wisata

dalam

upaya

pelestarian

lingkungan

obyek

wisata

Perkampungan Budaya Betawi.

1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat, antara lain:
1.

Menjadi sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat
selama menjalani studi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.

2.

Bagi pihak institusi pendidikan bermanfaat sebagai bahan referensi untuk
kajian penelitian yang berhubungan dengan dampak pengembangan wisata
dan besarnya nilai WTP masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan
obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi.

3.

Bagi pihak terkait seperti Badan Pengelola Perkampungan Budaya Betawi,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi DKI Jakarta, pengusaha
pariwisata, serta masyarakat setempat berguna sebagai bahan informasi dan
pertimbangan dalam perencanaan dan pengembangan obyek wisata
Perkampungan Budaya Betawi yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi,
yang terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta
Selatan. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di
sekitar lokasi obyek wisata dan terlibat dalam kegitan wisata.
Penelitian ini membahas mengenai dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan
akibat adanya pengembangan wisata di kawasan Perkampungan Budaya Betawi

8

terhadap masyarakat sekitar kawasan, serta analisis kesediaan membayar
masyarakat sekitar kawasan wisata dalam upaya pelestarian lingkungan kawasan
wisata Perkampungan Budaya Betawi, Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa,
Jakarta Selatan.
Estimasi perubahan pendapatan pada masyarakat dianalisis hanya dengan
melihat perubahan pendapatan yang diperoleh masyarakat tanpa dan dari adanya
obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi yang dikembangkan dan dibangun
mulai tahun 2010-2014. Hal tersebut ditunjukkan pada tahun tersebut mulai
dibangun sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan wisata. Perubahan
pendapatan ini diasumsikan sebagai dampak pengembangan wisata yang
dirasakan masyarakat dari aspek ekonomi. Analisis dampak sosial berdasarkan
perubahan yang dirasakan masyarakat, yaitu perubahan pola kehidupan seperti
sikap dan perilaku masyarakat. Perubahan sikap atas orientasi ekonomi
menyebabkan munculnya penyerapan tenaga kerja di sekitar kawasan. Analisis
dampak lingkungan hanya dilihat dari perubahan secara fisik kawasan baik di
dalam kawasan wisata maupun lingkungan sekitar. Dampak sosial dan lingkungan
dianalisis berdasarkan persepsi masyarakat terhadap perubahan-perubahan yang
dirasakan dari segi sosial dan lingkungan jauh sebelum pembangunan kawasan
wisata dilakukan di tahun 2010.
Metode yang digunakan untuk menganalisis kesediaan membayar
masyarakat adalah Contingent Valuation Method (CVM). Contingent Valuation
Method (CVM) adalah metode teknik survei untuk menanyakan kepada seseorang
tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak
memiliki nilai pasar seperti barang lingkungan. Kesediaan membayar (Willingness
to Pay/WTP) merupakan sejumlah uang yang ingin diberikan seseorang untuk
memperoleh peningkatan kondisi lingkungan sehingga terciptanya kelestarian
lingkungan obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi.

9

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
Menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dalam Warpani (2007),
pariwisata adalah sektor jasa yang mendapat perhatian penting, karena dari
pariwisata diharapkan dapat memulihkan pertumbuhan ekonomi secara cepat dan
merata, khususnya perekonomian masyarakat lokal. Pariwisata adalah berbagai
bentuk kegiatan wisata sebagai kebutuhan dasar manusia yang diwujudkan dalam
berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan, didukung berbagai
fasilitas dan pelayanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan
pemerintah.
Undang-undang No. 10 tahun 2009 pasal 1 tentang kepariwisataan
menyatakan, pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Pariwisata tidak hanya memberi
pengalaman berwisata, tetapi sekaligus mengantar wisatawan pada nilai-nilai
untuk menjaga kualitas hidup masyarakat dan lingkungan (KAN 2013).
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait
di bidang tersebut. Luas lingkup pariwisata meliputi (Sedarmayanti 2005):
a.

Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

b.

Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti: kawasan wisata, taman
rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk,
pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat dan yang bersifat
alamiah, seperti: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan lainlain.

c.

Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata, seperti: biro perjalanan wisata,
pameran, angkutan wisata, akomodasi dan lain-lain.

10

2.2 Obyek Wisata
Menurut Undang-undang No.9 tahun 1990 pasal 1 tentang pariwisata, obyek
wisata adalah suatu tempat yang menjadi kunjungan wisatawan karena
mempunyai sumber daya tarik, baik alamiah, maupun buatan manusia, seperti
keindahan alam/pegunungan, pantai, flora dan fauna, kebun binatang, bangunan
kuno bersejarah, monumen-monumen, candi-candi, tari-tarian, atraksi dan
kebudayaan khas lainnya, dengan demikian dapat dikatakan bahwa kawasan
wisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk
memenuhi kebutuhan pariwisata menjadi sasaran wisata.
Menurut Adisasmita (2010), pariwisata meliputi berbagai jenis, karena
keperluan dan motif perjalanan wisata yang dilakukan bermacam-macam,
misalnya pariwisata pantai, pariwisata etnik, pariwisata agro, pariwisata perkotaan,
pariwisata sosial dan pariwisata alternatif.
1. Pariwisata Pantai (Marine Tourism)
Pariwisata pantai adalah kegiatan parwisata yang ditunjang oleh sarana dan
prasarana untuk berenang, memancing, menyelam dan olah raga air lain, termasuk
sarana dan prasarana akomosadi, makan dan minum.
2. Pariwisata Etnik (Ethnic Tourism)
Pariwisata etnik adalah perjalanan untuk mengamatai perwujudan
kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap menarik (exotic).
3. Pariwisata Budaya (Culture Tourism)
Pariwisata budaya adalah perjalanan untuk meresapi (dan terkadang untuk
ikut mengalami) suatu gaya hidup yang telah hilang dari ingatan manusia.
4. Pariwisata Alam (Ecotourism)
Pariwisata alam adalah perjalanan ke suatu tempat yang relatif masih asli
(belum tercemar), dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi, menikmati
pemandangan alam, tumbuhan dan binatang liar, serta perwujudan budaya yang
ada (pernah ada) di tempat tersebut.
5. Pariwisata Agro (Agro Tourism)
Pariwisata agro merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari
kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan. Jenis wisata ini bertujuan
untuk mengajak wisatawan untuk ikut memikirkan sumberdaya alam dan

11
kelestariannya. Wistawan ikut tinggal bersama keluarga petani atau tinggal di
perkebunan untuk ikut mersakan kehidupan dan kegiatannya.
6. Pariwisata Perkotaan (Urban Tourism)
Pariwisata perkotaan adalah bentuk pariwisata yang umum terjadi di kotakota besar, dimana pariwisata merupakan kegiatan yang cukup penting, namun
bukan merupakan kegiatan utama di kota tersebut.
7. Pariwisata Alternatif (Alternative Tourism)
Pariwisata alternatif merupakan suatu bentuk pariwisata yang sengaja
disusun dalam skala kecil, memperhatikan kelestarian lingkungan dan segi-segi
sosial. Bentuk pariwisata ini sengaja diciptakan sebagai tandingan terhadap
bentuk pariwisata yang umumnya berskala besar. Dalam pariwisata alternatif ini
keuntungan ekonomi diperoleh dari kegiatan pariwisata langsung diarasakan oleh
masyarakat setempat sebagai pemilik dan penyelenggara jasa pelayanan dan
fasilitas pariwisata.
8. Pariwisata Religi
Wisata religi adalah salah satu jenis produk wisata yang berkaitan erat
dengan religi atau keagamaan yang dianut oleh manusia. Wisata religi dimaknai
sebagai kegiatan wisata ke tempat yang memiliki makna khusus bagi umat
beragama, biasanya berupa tempat ibadah, makam ulama atau situs-situs kuno
yang memiliki kelebihan. Kelebihan itu misalnya dilihat dari sisi sejarah, adanya
mitos dan legenda mengenai tempat tersebut, ataupun keunikan dan keunggulan
arsitektur bangunannya.

2.3 Wisatawan
Menurut Yoeti (2001) wisatawan adalah pengunjung sementara yang paling
sedikit tinggal selama 24 jam di tempat yang dikunjunginya dan yang tujuan
perjalanannya untuk mengisi waktu luang (rekreasi, liburan, kesehatan, studi,
keagamaan, dan olahraga) termasuk keperluan keluarga, bisnis dan konferensi.
Sedangkan menurut Pendit (1990) wisatawan adalah semua orang yang memenuhi
syarat, yaitu mereka meninggalkan rumah untuk jangka waktu kurang dari satu
tahun dan mereka mengeluarkan uang di tempat yang mereka kunjungi tanpa
dengan maksud mencari nafkah di tempat tersebut.

12

World Tourism Organization (WTO), menyatakan wisatawan sebagai
seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah atau
beberapa negara di luar tempat tinggal biasanya atau keluar dari lingkungan
tempat tinggalnya untuk periode kurang dari 12 (dua belas) bulan dan memiliki
tujuan untuk melakukan berbagai aktivitas wisata. Terminologi ini mencakup
penumpang kapal pesiar (cruise ship passenger) yang datang dari negara lain dan
kembali dengan catatan bermalam.
Menurut Undang-undang RI No.10 tahun 2009 pasal 1 tentang
kepariwisataan, wisatawan merupakan orang yang melakukan wisata. Setiap
wisatawan berhak memperoleh informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata,
pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar, perlindungan hukum dan agama,
pelayanan kesehatan, perlindungan hak pribadi, serta perlindungan asuransi untuk
kegiatan pariwisata yang beresiko tinggi.

2.4 Wisata yang Berkelanjutan
Hall (2000) menyatakan bahwa wisata yang berkelanjutan (sustainable
tourism) adalah salah satu kegiatan wisata yang mengusahakan agar kegiatannya
itu seminimal mungkin tidak memberikan dampak yang negatif bagi lingkungan
dan budaya lokal. Selain itu, dapat membantu meningkatkan pendapatan ekonomi
masyarakat sekitar dan juga dapat menjaga kelestarian ekosistem. Wisatawan juga
dituntut untuk bisa menjaga lingkungan dan kebudayaan lokal. Wisata yang
berkelanjutan juga mengarah kepada periode jangka panjang bagi aktivitas
manusia. Sementara itu, perkembangan infrastruktur pada industri wisata juga
belum bisa dikembangkan kedalam perencanaan jangka panjang. Rasa tanggung
jawab dan bersikap adaptif adalah salah satu kunci yang dapat mengembangkan
sektor wisata yang berkelanjutan.
Menurut Hall (2000), prinsip-prinsip wisata yang berkelanjutan (sustainable
tourism) adalah:
1. Menyediakan informasi dan pendidikan lingkungan tentang kehidupan
satwa liar, habitat alami dan keadaan alam kepada wisatawan.

13
2. Melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan interpretasi lingkungan dan
kegiatan teknis di lapangan, serta mengenalkan kebudayaan lokal dan
nilai-nilai tradisional.
3. Menyempurnakan dalam memulihkan kondisi lingkungan.
4. Mengadakan penelitian dalam kegiatan ekowisata agar dapat mengurangi
dampak wisatawan yang ditimbulkan terhadap kelestarian lingkungan.
5. Memfasilitasi dalam kegiatan spritual dan penyembuhan emosional.
6. Memfasilitasi kegiatan rekreasi dan relaksasi.
7. Memberikan pengetahuan kepada wisatawan tentang kearifan lokal dan
nilai-nilai lingkungan yang baik untuk menjaga dan melestarikan
lingkungan.
8. Kegiatan wisata diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pekerjaan
berhubungan dengan masyarakat lokal.
9. Program pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk mengelola
warisan budaya dan menjaga kelestarian lingkungan serta sumberdaya
alam agar tetap terjaga.
Wisata berkelanjutan (sustainable tourism) meliputi segala segmen dalam
industri pariwisata dengan adanya panduan dan kriteria dalam mengurangi
dampak kerusakan lingkungan. Dalam hal ini adalah mengurai pemakaian
sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, meningkatkan peran serta
wisatawan dalam menjaga dan melestarikan alam serta lingkungan.
Pariwisata

berkelanjutan

berdasarkan

pengertian

dari

Departemen

Kebudayaan dan Pariwisata adalah pembangunan yang mampu memenuhi
kebutuhan wisatawan dan masyarakat di daerah tujuan wisata dengan tetap
menjaga dan meningkatkan kesempatan pemenuhan kebutuhan di masa yang akan
datang. Pembangunan pariwisata berkelanjutan dicitrakan menjadi patokan dalam
pengaturan sumberdaya sehingga kebutuhan ekonomi, sosial, dan estetika tercapai
dengan tetap menjaga integritas budaya, proses-proses dan keanekaragaman
hayati.

14

2.5 Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Pariwisata
Menurut Yoeti (2008) ada beberapa dampak positif yang ditimbulkan
dengan adanya pariwisata:
1. Dapat menciptakan kesempatan berusaha. Dengan datangnya wisatawan,
perlu pelayanan untuk menyediakan kebutuhan, keinginan, dan harapan
wisatawan yang terdiri berbagai kebangsaan dan tingkah lakunya.
2. Dapat meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan
pendapatan masyarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari
pengeluaran wisatawan yang relatif cukup besar.
3. Dapat meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retribusi daerah.
4. Dapat meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domestic Bruto
(GDB).
5. Dapat mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan
sektor ekonomi lainnya.
6. Dapat memperkuat neraca pembayaran. Bila Neraca Pariwisata mengalami
surplus, dengan sendirinya akan memperkuat neraca pembayaran
Indonesia, dan sebaliknya.
Selain itu pengembangan pariwisata juga dapat menimbulkan dampak
negatif antara lain:
1. Harga tanah menjadi mahal, pantai-pantai dikaveling, sehingga terjadi
spekulasi harga yang pada akhirnya meningkatkan harga tanah di
sekitarnya.
2. Di pusat-pusat konsentrasi kegiatan pariwisata harga-harga bahan
makanan menjadi mahal yang dapat meningkatkan inflasi tiap tahunnya.
3. Sumber-sumber hayati menjadi rusak, yang menyebabkan Indonesia
kehilangan daya tariknya untuk jangka panjang.
4. Terjadi urbanisasi, pencari kerja mengalir dari desa ke kota-kota besar.
5. Ramainya lalu-lintas wisatawan, ternyata ditumpangi oleh penyelundupan
obat bius dan narkotika.
Sedarmayanti (2005) menyatakan bahwa terdapat beberapa manfaat sosial
budaya dari adanya pengembangan pariwisata, yaitu:
1. Pelestarian budaya dan adat istiadat.

15
2. Meningkatkan kecerdasan masyarakat.
3. Meningkatkan kesehatan dan kesegaran jasmani ataupun rohani.
4. Mengurangi konflik sosial.

2.6 Pengembangan Pariwisata dan Dampak Lingkungan
Pengembangan pariwisata menciptakan lapangan kerja dan kesempatan
berusaha, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Akan tetapi
pengembangan pariwisata juga dapat menjadi hal yang sangat merugikan,
terutama jika berhubungan dengan penurunan nilai kelestarian lingkungan.
Berikut dipaparkan dampak negatif yang dihasilkan pariwisata terhadap
lingkungan fisik alami (Hartanto 1996).
1. Flora dan fauna
a. Adanya gangguan terhadap perkembangbiakan spesies tertentu yang
diakibatkan oleh aktivitas dan kegiatan para wisatawan.
b. Lenyapnya populasi spesies tertentu
c. Perusakan vegetasi yang disebabkan oleh pembangunan
2. Masyarakat setempat
Masyarakat lokal adalah pihak yang paling akan menerima dampak dari
kegiatan wisata yang dikembangkan di daerahnya. Oleh karena itu aspirasi
masyarakat sangat dibutuhkan dan merupakan salah satu komponen yang sangat
penting dalam pengembangan pariwiata.
3. Polusi
a. Timbulnya polusi air karena kegiatan-kegiatan para wisatawan.
b. Polusi udara yang disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor.
c. Polusi suara yang disebabkan oleh sesaknya kegiatan manusia dan
kemacetan lalu lintas serta tidak terkontrolnya kehidupan malam.
4. Erosi
a. Timbulnya landslide yang diakibatkan oleh terkontrolnya daerah
terbangun dan penggundulan hutan.
b. Kerusakan tepi sungai diakibatkan oleh tidak terawasinya aktivitas
pelayaran sungai.

16

5. Sumberdaya alam
a. Surutnya sumberdaya air tanah dan penipisan tanah dikarenakan
terlalu padatnya daerah terbangun dan rusaknya sumberdaya mata air.
b. Bahaya kebakaran disebabkan oleh wisatawan yang tidak bertanggung
jawab.
6. Dampak visual
a. Daerah terbangun yang tidak asri disebabkan oleh kurangnya
perencanaan dan pengawasan.
b. Pemandangan kumuh yang diseb