Rekonstruksi Pekerjaan Pembesian pada Proyek Pembangunan Gedung Perkantoran Chase Tower di Jakarta Selatan Menggunakan Software Tekla Structures V17
REKONSTRUKSI PEKERJAAN PEMBESIAN PADA PROYEK
PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN CHASE
TOWER DI JAKARTA SELATAN MENGGUNAKAN
SOFTWARE TEKLA STRUCTURES V17
MASRUN ADITYA TARUNA MAWANTARA
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rekonstruksi Pekerjaan
Pembesian pada Proyek Pembangunan Gedung Perkantoran Chase Tower di Jakarta
Selatan Menggunakan Software Tekla Structures v17 adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Masrun Aditya T. M.
NIM F44100077
ABSTRAK
MASRUN ADITYA TARUNA MAWANTARA. Rekonstruksi Pekerjaan
Pembesian pada Proyek Pembangunan Gedung Perkantoran Chase Tower di Jakarta
Selatan Menggunakan Software Tekla Structures V17. Dibimbing oleh
MACHMUD ARIFIN RAIMADOYA.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan peningkatan
pembangunan pada segala sektor, terutama sektor konstruksi. Software Tekla
Structures v17 merupakan sebuah terobosan baru perangkat lunak desain grafis
untuk rancang bangun suatu bangunan pada dunia konstruksi. Tekla Structures
berbasis Building Information Modelling (BIM) dengan model 3D yang mampu
memodelkan, menganalisis, dan memanajemen suatu proyek. Konsep BIM mampu
menampilkan model secara 3D, 4D (penjadwalan), dan 5D (estimasi biaya). Bentuk
konstruksi Chase Tower dimodelkan secara 3D melalui program Tekla Structures
v17. Model struktur mencakup struktur bangunan gedung dan rancangan pembesian
(tulangan) secara keseluruhan. Model 3D pembesian Chase Tower menggunakan
Component Catalog pada menu Detailing. Model pembesian/penulangan 3D
meliputi bored pile, pile cap, kolom, balok, lantai, dan shear wall. Pelaksanaan
membuat model sistem tulangan memerlukan modifikasi agar sesuai dengan
spesifikasi teknis perencanaan. Kelebihan software ini adalah mempercepat
pekerjaan perencanaan, pelaksanaan, manajemen, serta evaluasi komponen struktur
cepat dan koordinasi user lebih baik. Kekurangan Tekla Structures v17 adalah
minimnya ketersediaan untuk diameter 13 mm, 19 mm, dan 29 mm pada katalog
diameter batang tulangan.
Kata Kunci: Building Information Modelling, Chase Tower, Model 3D,
Penulangan, Tekla Structures.
ABSTRACT
MASRUN ADITYA TARUNA MAWANTARA. Reconstruction Reinforcement
Works on Chase Tower Offices Building Project in South Jakarta Using Tekla
Structures V17 Software. Supervised by MACHMUD ARIFIN RAIMADOYA.
Indonesia is a developing country with the increasing development in all
sectors, especially in the construction sector. The software Tekla Structures v17 is
a new breakthrough the graphic design software to design a building in the world
of construction. The base of Tekla Structures is Building Information Modeling
with the 3D model that is able to modelling, analyzing, and managing a project. The
concept of BIM is able to display the model in 3D, 4D (scheduling), and 5D
(estimated costs). The construction of the Chase Tower is modeled in 3D used the
Tekla Structures v17 software.The model of structure includes the overall of the
building structure and design reinforcement. The 3D model of reinforcement at
Chase Tower by using the Componen Catalog on the Detailing menu. The
reinforcement in 3D models include bored pile, pile cap, columns, beams, floors,
and shear wall. Implementation of making models the reinforcement system require
modification to match the technical spesifications of planning. The advantages of
this software are to accelerate the work of planning, implementation, management,
and make the evaluation of structural components faster and better user
coordination. The disadvantages of Tekla Structures v17 is the lack of availability
for diameter 13 mm, 19 mm, and 29 mm in the diameter catalog of reinforcement
rods.
Keywords: 3D Model, Building Information Modelling, Chase Tower,
Reinforcement, Tekla Structures
REKONSTRUKSI PEKERJAAN PEMBESIAN PADA PROYEK
PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN CHASE
TOWER DI JAKARTA SELATAN MENGGUNAKAN
SOFTWARE TEKLA STRUCTURES V17
MASRUN ADITYA TARUNA MAWANTARA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Rekonstruksi Pekerjaan Pembesian pada Proyek Pembangunan
Gedung Perkantoran Chase Tower di Jakarta Selatan Menggunakan
Software Tekla Structures V17
Nama
: Masrun Aditya Taruna Mawantara
NIM
: F44100077
Disetujui oleh
Ir. Machmud Arifin Raimadoya, M.Sc.
Pembimbing
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr.
Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT. atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Juni-Desember 2014 ini adalah perencanaan
konstruksi dengan judul Rekonstruksi Pekerjaan Pembesian pada Proyek
Pembangunan Gedung Perkantoran Chase Tower di Jakarta Selatan Menggunakan
Software Tekla Structures V17.
Dengan selesainya tugas akhir ini, penulis ingin memberikan penghargaan
serta ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Ir. Mahmud Arifin Raimadoya, Msc. selaku pembimbing yang telah
memberikan saran, arahan, motivasi dan nasihat kepada penulis selama proses
penelitian hingga penulisan skripsi selesai.
2. Ibu Dr. Ir. Meiske Widiarti, M.Eng. dan Bapak Tri Sudibyo, S.T, M.Sc. yang
telah menjadi dosen penguji untuk skripsi penulis.
3. PEMDA Kabupaten Fakfak yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk dapat menempuh studi di Institut Pertanian Bogor melalui program
Beasiswa Utusan Daerah (BUD).
4. PT. Arkonin sebagai perusahaan yang telah memberikan ilmu, pelajaran dan
bantuannya selama mengumpulkan data-data penelitian.
5. Ayahanda Joko Ichwan Anshori, ibunda Siti Jumaroh, serta Fachri Adriansyah,
Rizki Setiastanto, dan Dinda Cahyaning Ayu selaku adik-adik penulis yang
telah memberikan motivasi, dukungan, semangat, kasih sayang dan doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Para sahabat-sahabat serta rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil dan
Lingkungan angkatan 2010 atas segala doa, motivasi, dan kasih sayangnya.
Bogor, Januari 2015
Masrun Aditya Taruna M.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Bangunan
3
Beton
3
Pembesian
5
Tekla Structures
5
METODE
7
Waktu dan Tempat
7
Bahan
8
Alat
8
Prosedur Analisis Data
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
Profil Proyek Chase Tower, Jakarta Selatan
19
Tekla Structures v17
21
Pemodelan Struktur Menggunakan Tekla Structures v17
23
Pengelompokan dan Evaluasi model
28
Rekonstruksi pekerjaan pembesian secara 3D
28
Ekspor Building Information Modeling (BIM)
44
Kelebihan dan Kekurangan Memodelkan pada Tekla Structures v17
47
SIMPULAN DAN SARAN
47
Simpulan
47
Saran
48
DAFTAR PUSTAKA
48
LAMPIRAN
51
RIWAYAT HIDUP
83
DAFTAR TABEL
1. Perbandingan kuat tekan beton pada berbagai umur (PBI-1971)
2. Typical confinement ties pada shear wall
21
40
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Diagram hubungan antar pekerjaan konstruksi (Tekla, 2011)
Gambar 2 Lokasi proyek Chase Tower (Google Maps 2014)
Gambar 3 Grid Chase Tower
Gambar 4 Permodelan kolom Chase Tower
Gambar 5 Permodelan balok Chase Tower
Gambar 6 Permodelan slab Chase Tower
Gambar 7 Permodelan shear wall chase tower
Gambar 8 Penggunaan Component Catalog
Gambar 9 Tampilan Component Catalog
Gambar 10 Tampilan Precast stairs (65)
Gambar 11 Hasil penampang tangga beton
Gambar 12 Permodelan balok yang terdeteksi oleh CCM
Gambar 13 Model organizer pemodelan chase tower
Gambar 14 Tampilan Round column reinforcement (82)
Gambar 15 Tampilan Pilecap reinforcement (76)
Gambar 16 Tampilan Slab bars (18)
Gambar 17 Tampilan Rectangular calomn reinforcement (83)
Gambar 18 Tampilan Rectangular calomn reinforcement (83)
Gambar 19 Tampilan Wall panel (64)
Gambar 20 Diagram alir pelaksanaan penelitian
Gambar 21 Bagan hubungan fungsi dan tugas manajemen konstruksi
(Dipohusodo 1996)
Gambar 22 Pembagian zona pada pembangunan lantai (Arkonin 2013)
Gambar 23 Denah kolom berdasarkan tipe kolom (Arkonin, 2012)
Gambar 24 Denah balok penopang lantai B03-17 (Arkonin, 2012)
Gambar 25 Denah balok pengikat kolom MFB1 (Arkonin, 2012)
Gambar 26 Denah balok pengikat shear wall tipe LB1 (Arkonin, 2012)
Gambar 27 Hasil pemodelan pembesian/penulangan bore pile
Gambar 28 Hasil pemodelan pembesian/penulangan pile cap utama
Gambar 29 Hasil pemodelan pembesian/penulangan pile cap tunggal
Gambar 30 Typical one-way slab reinforcement slab (Arkonin, 2012)
6
7
9
9
10
10
11
12
12
12
13
13
14
15
15
16
16
17
17
18
19
20
24
25
26
26
29
31
31
32
Gambar 31 Hasil pemodelan pembesian/penulangan slab
Gambar 32 Detail pembesian lantai khusus pada lubang pipa (Arkonin,
2012)
Gambar 33 Hasil pemodelan pembesian lantai khusus pada lubang pipa1
Gambar 34 Hasil pemodelan pembesian lantai khusus pada lubang pipa2
Gambar 35 Format halaman input data pada Tekla Structures v17 (Tekla,
2014)
Gambar 36 Hasil pemodelan pembesian kolom awal pada Tekla Structures
v17
Gambar 37 Detail pembesian sambungan kolom b/h ≥ 1/6 (Arkonin, 2012)
Gambar 38 Detail pembesian sambungan kolom b/h < 1/6 (Arkonin, 2012)
Gambar 39 Hasil memodelkan penulangan pada kolom sambungan syarat
b/h ≥ 1/6
Gambar 40 Hasil memodelkan penulangan pada kolom sambungan syarat
b/h < 1/6
Gambar 41 Hasil memodelkan lap splices kolom C1
Gambar 42 Hasil implementasi kolom di lapangan (Dokumentasi pribadi)
Gambar 43 Hasil memodelkan pembesian/penulangan shear wall
Gambar 44 Hasil memodelkan pembesian/penulangan GB-01
Gambar 45 Hasil memodelkan pembesian/penulangan MFB1
Gambar 46 Hasil memodelkan pembesian/penulangan LB1
Gambar 47 Skema hubungan BIM pada suatu proyek konstruksi (Dublin
Institute of Technology 2013)
Gambar 48 BIM proyek Chase Tower, Jakarta Selatan
Gambar 49 BIM pembesian proyek Chase Tower, Jakarta Selatan
Gambar 50 Explode component tulangan kolom
Gambar 51 Membuat tampilan terhadap sumbu X dan Z
Gambar 52 Memilih titik-titik poin acuan terhadap sumbu X
Gambar 53 Tampilan kolom terhadap sumbu X dan Z
Gambar 54 Ikon Add points any position
Gambar 55 Hasil tulangan modifikasi.
Gambar 56 Proses memindahkan titik point tulangan.
Gambar 57 Hasil Pemodelan seluruh bagian tulangan kolom modifikasi
32
33
33
33
34
34
35
35
36
37
38
38
40
41
43
44
45
46
46
78
78
79
79
79
80
80
81
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Umum Proyek (Arkonin, 2013)
Lampiran 2 Tabel Acuan Perencanaan Pembesian Struktur Bangunan
(Arkonin 2012)
Lampiran 3 Denah Foundation Plan Gedung Chase Tower (Arkonin 2012)
Lampiran 4 Denah Level 35-36 Gedung Chase Tower (Arkonin 2012)
51
53
54
55
Lampiran 5 Bored Pile (Arkonin 2012)
Lampiran 6 Pile cap (Arkonin 2012)
Lampiran 7 Tabel Spesifikasi Lantai (Slab) (Arkonin 2012)
Lampiran 8 Tabel Spesifikasi Kolom (Column) (Arkonin 2012)
Lampiran 9 Denah Shear Wall (Arkonin 2012)
Lampiran 10 Tabel Spesifikasi Shear Wall Tipe P1 (Arkonin 2012)
Lampiran 11 Tabel Spesifikasi Shear Wall Tipe P4 (Arkonin 2012)
Lampiran 12 Tabel Spesifikasi Shear Wall Tipe P7 (Arkonin 2012)
Lampiran 13 Tabel Spesifikasi Shear Wall Tipe P9 (Arkonin 2012)
Lampiran 14 Tabel Spesifikasi Shear Wall Tipe P12 (Arkonin 2012)
Lampiran 15 Tabel Spesifikasi Balok Tipe Grade Beam (Arkonin 2012)
Lampiran 16 Tabel Spesifikasi Balok Tipe Moment Frame Beam (Arkonin
2012)
Lampiran 17 Tabel Spesifikasi Balok Tipe Link Beam 1 (Arkonin 2012)
Lampiran 18 Tabel Spesifikasi Balok Tipe Beam (Arkonin 2012)
Lampiran 19 Shop Drawing Lantai (Slab) Level 35.
Lampiran 20 Shop Drawing Balok MFB1 Level 35.
Lampiran 21 Skema Loading Test (Uji Beban)
Lampiran 22 Metode Konversi Diameter Tulangan Baja
Lampiran 23 Menghitung Panjang Rebar Tension Lenght
Lampiran 24 Tahapan Memodifikasi Tulangan pada Kolom (Column)
Lampiran 25 Hasil Memodelkan Seluruh Bagian Konstruksi Gedung
Chase Tower.
56
57
58
59
61
61
63
64
65
66
67
68
70
71
72
73
74
76
77
78
82
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terletak di Asia
Tenggara. Negara sedang berkembang memiliki ciri identik pada proses
pembangunan yang terus meningkat dalam berbagai sektor, sebagai contoh yaitu
pada sektor konstruksi. Pembangunan sektor konstruksi meningkat pesat setiap
hari. Pembangunan konstruksi antara lain gedung bertingkat, rumah, jembatan, dan
jalan. Pembangunan sektor konstruksi meningkat sebagai akibat melonjaknya
kebutuhan sarana dan prasarana yang memadai.
Pembangunan pada sektor konstruksi melibatkan pekerjaan konstruksi.
Pekerjaan konstruksi mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan. Dasar pekerjaan konstruksi yaitu perencanaan. Proses perencanaan
adalah merencanakan setiap rinci pekerjaan mulai dari dasar bangunan hingga
puncak bangunan. Proses perencanaan pun menunjukkan kesesuaian bangunan
terhadap keadaan lingkungan. Pekerjaan pada perencanaan konstruksi
membutuhkan ketelitian, keterampilan, etika, serta pengalaman dalam menghadapi
setiap pekerjaan konstruksi.
Para ahli konstruksi telah menggunakan alat bantu dalam proses perencanaan
sejak lama. Mereka memanfaatkan alat bantu untuk mempermudah dan
mempercepat kinerja perencanaan desain suatu konstruksi. Mereka pun
menggunakan alat bantu untuk menekan tingkat kegagalan desain suatu konstruksi.
Pada awalnya, para ahli konstruksi menggambar rancangan secara manual. Berkat
kemajuan teknologi gambar rancangan dapat tersimulasikan secara komputasi
untuk saat ini. Hasil rancangan komputasi dapat menampilkan seluruh bentuk
bangunan serta rincian setiap pekerjaan konstruksi secara virtual. Para ahli
konstruksi menggunakan alat bantu yang telah banyak berkembang hingga saat ini.
Tekla Structures merupakan salah satu perangkat lunak (software) yang populer
untuk merancang suatu konstruksi.
Tekla Structures merupakan sebuah terobosan terbaru sebagai perangkat
lunak (software) desain grafis untuk rancang bangun suatu bangunan dalam dunia
konstruksi. Tekla Structures memiliki banyak kelebihan, diantaranya memodelkan
elemen-elemen struktur, menggambarkan detail penulangan struktur, dan
menyajikan volume material dari elemen struktur dengan tampilan yang lebih
menarik dan cara yang lebih mudah. Perangkat lunak ini pun mampu terintegrasi
dengan berbagai kegiatan pemodelan, analisis serta desain struktur dengan hasil
gambar yang lebih jelas, estimasi harga pekerjaan konstruksi, urutan/rangkaian
pekerjaan, hingga kegiatan penjadwalan yang terbaru (real time/up to date).
Perangkat lunak ini sangat menghemat biaya, waktu dan sumber daya manusia.
Tekla Structures lebih unggul dalam merencanakan bangunan baja serta
pabrikasi-nya dan beton cetak maupun pra-cetak serta pabrikasi-nya, sebab tekla
mampu mevisualisasikan rancangan (desain) secara tiga dimensi (3D). Tampilan
secara tiga dimensi (3D) mempermudah perbaikan kesalahan pada rancangan,
selain itu bentuk tersebut mampu menampilkan pemodelan setiap bagian kontruksi
secara rinci. Menurut Erlina (2011), Tekla Structures adalah software pemodelan
multi-material dan multi-proses yang dapat menentukan dan menganalisa dalam
2
suatu model 3D, serta dapat memperbaiki secara akurat semua pekerjaan struktur
dan memiliki kemampuan mengoperasikan penjadwalan pekerjaan yang
memberikan hasil manajemen proyek yang efisien.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan pada
objek dari penelitian ini, yaitu:
1.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi suatu rancangan (desain)
penulangan beton?
2.
Bagaimana perlakuan tulangan/pembesian pada setiap komponen struktur
beton berdasarkan ketentuan (standart) yang digunakan?
3.
Apa saja kelebihan dan kekurangan Tekla Structures dalam proses
perancangan tulangan/pembesian beton?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Memodelkan seluruh komponen struktur rancangan gedung Chase Tower di
Jakarta Selatan menggunakan Tekla Structures secara tiga dimensi (3D).
2.
Mempresentasikan dalam bentuk tiga dimensi (3D) rancangan (desain) dan
rincian komponen penulangan/pembesian beton dalam struktur beton.
3.
Mengeksplorasi keunggulan dan kekurangan Building Information Modeling
(BIM) pada software Tekla Structures v17.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi pemodelan pada konstruksi bangunan gedung Chase Tower,
menampilkan bentuk rincian (detail) pembesian/penulangan pada struktur
bangunan gedung dengan memanfaatkan software Tekla Structures, dan bagi
penulis dapat menambah ilmu pengetahuan dalam hal perencanaan khususnya
perancangan pembesian/tulangan beton serta pengorganisasian komponen struktur .
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup atau batasan masalah penelitian ini yaitu:
a.
Penelitian ini hanya dilakukan terhadap pemodelan seluruh komponen
struktur beton secara 3D pada proyek pembangunan Chase Tower, Jakarta
Selatan.
b.
Pemodelan rancangan pembesian/tulangan beton memanfaatkan component
catalog serta modifikasi bentuknya pada software Tekla Structures v17.
c.
Tidak melakukan analisis struktur bangunan gedung Chase Tower, Jakarta
Selatan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Bangunan
Bangunan berasal dari kata dasar “bangun”, yang memiliki arti susunan yang
merupakan suatu wujud. Bangunan berdasarkan kamus Bahasa Indonesia memiliki
definisi sesuatu yang didirikan. Bangunan menjelaskan adanya sesuatu yang
dibangun seperti rumah, gedung bertingkat, menara, dan mencakup sarana dan
prasarana antara lain jalan, jembatan, bendungan, irigasi, dan lain-lain. Bangunan
merupakan bentuk nyata/riil dari rancangan suatu gambar.
Bangunan merupakan suatu lingkungan buatan. Bangunan memiliki fungsi
untuk melindungi dan menjaga penghuninya dari berbagai macam bahaya dan
kondisi (alam) yang tidak menyenangkan (Matondang dan Mulyana 2012).
Manusia secara sengaja membuat suatu lingkungan binaan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti tempat istirahat, berkumpul, rekreasi, maupun tempat
untuk bekerja.
Bangunan berdasarkan komponen penyusun merupakan perpaduan beberapa
bahan dan konstruksi sehingga dapat berfungsi sesuai dengan rencana. Bangunan
memiliki susunan bagian yang kontinu dan kompleks. Susunan elemen penyusun
gedung disebut juga struktur bangunan. Setiap elemen struktur bangunan saling
memberikan dampak terhadap komponen lainnya, jika salah satu komponen
mendapatkan perlakuan (beban). Struktur bangunan merupakan bagian dari
bangunan yang tersusun dari tiap komponen struktur yang dapat bekerja sama satu
kesatuan. Koordinasi tiap komponen struktur bangunan memiliki fungsi menjamin
kekuatan, kekakuan, stabilitas, keselamatan dan kenyamanan gedung terhadap
segala macam beban dan terhadap bahaya lain dari kondisi sekitarnya.
Bangunan secara fisik (umumnya) berbahan dasar beton, baja, maupun
kombinasi antara beton dan baja. Bangunan gedung merupakan wujud fisik hasil
pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian
dan/atau seluruhnya berada di atas maupun di dalam tanah dan/atau air yang
berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau
tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya
maupun kegiatan khusus (UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung).
Beton
Beton merupakan komponen utama dalam sebuah konstruksi bangunan pada
umumnya dalam bidang konstruksi di dunia. Persentase pemanfaatan beton sebagai
material utama konstruksi bangunan mencapai 60% di Indonesia. Konstruksi beton
dapat terlihat dalam pembuatan gedung-gedung, rumah, jalan, bendungan, saluran
air, dan lain-lainnya (Mulyono 2005).
Manusia memanfaatkan beton sejak zaman dahulu. Sejarah mencatat bahwa
pemanfaatan beton untuk konstruksi bangunan sejak tahun 3000 SM oleh bangsa
Mesir kuno. Orang-orang Mesir kuno memanfaatkan gips (mengandung kalsium)
dengan penambahan air, pasir, split untuk membuat beton. John Smeaton
menemukan beton dengan campuran semen dan air pada tahun 1756 yang kemudian
4
disebut beton/mortar. Semen tesebut mengandung campuran antara pozzolanic
cement dan batuan kapur.
Beton merupakan bahan campuran antara semen, pasir, agregat (kasar dan
halus), air, serta zat aditif. Campuran bahan-bahan tersebut mengering dan
mengeras, sehingga menjadi benda padat (Gunawan dan Margaret 1987). Beton
adalah campuran semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat
kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (SNI-287 2013).
Komposisi beton mengandung rongga udara sekitar 1% - 2%, pasta semen
(semen dan air) sekitar 25% - 40%, dan agregat (halus dan kasar) sekitar 60% 75%. Untuk mendapatkan kekuatan yang baik, sifat dan karakteristik dari masingmasing bahan penyusun tersebut perlu dipelajari (Mulyono 2005). Beton
mendapatkan bahan campuran tambahan (admixture) pada campurannya
berdasarkan keadaan tertentu atau khusus, misalnya untuk memperlambat atau
mempercepat proses pengeringan maupun akibat adanya pengaruh pH dan suhu
lingkungan sekitarnya.
Keunggulan beton antara lain mudah diaduk, disalurkan, dicor, dipadatkan
dan diselesaikan, tanpa menimbulkan pemisahan bahan sususnan pada adukan dan
mutu beton yang disyaratkan oleh konstruksi tetap dipenuhi (Daryanto 1994).
Keunggulan beton lainnya yaitu kuat tekan tinggi, stabilitas volume yang baik dan
biaya perawatan murah. Beton pun lebih tahan terhadap pengaruh lingkungan, tidak
mudah terbakar, dan lebih tahan terhadap suhu tinggi, sehingga banyak digunakan
sebagai pelindung struktur baja terhadap pengaruh kebakaran pada bangunan
gedung (Hidayat 2009).
Kekurangan material beton sebagai bahan konstruksi bangunan yaitu
memiliki gaya tarik yang rendah. Sifat dan karakteristik beton secara mekanik yaitu
mampu menahan gaya tekan yang tinggi namun lemah terhadap gaya tarik.
Kekuatan beton terhadap gaya tarik hanya 9% - 15% dari kekuatan gaya tekan.
Beton pun lemah untuk menahan gaya tegangan yang tinggi, sebab nilai elastisitas
beton yang rendah.
Fakta kekurangan beton tersebut menyebabkan perlu adanya penambahan
material lainnya untuk menutupi kekurangannya. Material tambahan lainnya yaitu
batang tulangan baja. Batang tulangan baja memiliki fungsi untuk memperkuat dan
menahan gaya tarik, sedangkan beton untuk menahan gaya tekan. Beton
bertulangan baja kemudian lazim disebut beton bertulang (Dipohusodo 1996).
Pemberian perkuatan pada elemen beton bertulang, berupa penambahan tulangan
tekan (compression steel) merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan
kekuatan, kekakuan dan daktilitas beton bertulang (Nur 2009).
Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan
yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau tanpa
prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja
bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja (SNI 03-2847 2002). Beton
bertulang merupakan kombinasi antara campuran beton dan batang tulangan baja
(polos maupun ulir) yang bekerja untuk saling menguatkan terhadap adanya
perlakuan gaya (beban) berupa gaya tekan dan gaya tarik.
5
Pembesian
Pekerjaan struktur bangunan merupakan pekerjaan dasar dan utama pada
pelaksanaan pembangunan suatu bangunan. Struktur bangunan berhubungan
dengan beton bertulang, khususnya untuk bangunan gedung tinggi. Beton bertulang
merupakan kombinasi campuran beton (semen, agregat dan air) dan batang
tulangan baja. Tulangan pada beton tersusun sedemikian rupa membentuk rangka
tulangan dalam beton. Beton bertulang hampir mencakup seluruh bagian pada
konstruksi bangunan, seperti: lantai, balok, kolom, dinding geser (shear wall),
tangga, dan pondasi. Hal ini menyebabkan pembesian sebagai pekerjaan penting
dalam perencaan struktur bangunan.
Pembesian (penulangan) merupakan tahap pekerjaan awal pada beton
bertulang. Pekerjaan pembesian mempunyai peranan sangat penting dari aspek
kualitas pelaksanaan, sebab fungsi tulangan yang penting dalam kekuatan struktur
gedung. Pembesian merupakan faktor terpenting dalam beton bertulang selain mutu
beton itu sendiri. Fungsi tulangan sebagai tendon (urat) dalam beton. Besi baja
sebagai tulangan bertujuan untuk meningkatkan kuat tarik beton yang pada
dasarnya beton sangat lemah untuk menerima gaya tarik namun kuat untuk
menerima gaya tekan.
Pekerjaan ini terbagi menjadi dua berdasarkan lokasi perakitan, yaitu pada
area pabrikasi (workshop) dan area pengecoran (cast in place). Tahapan kerja
perakitan besi tulangan yaitu penyediaan material baja tulangan, pemotongan,
pembengkokan, dan perakitan.
Tekla Structures
Tekla Structures merupakan sebuah terobosan terbaru sebagai perangkat
lunak (software) desain grafis untuk rancang bangun suatu bangunan dalam dunia
konstruksi. Tekla Structures awalnya dikenal sebagai Tekla X-Steel di pertengahan
tahun 1990 (Jiang Xinan 2011). Program ini merupakan aplikasi BIM (Building
Information Modeling). Tekla corporation merupakan perusahaan pengembang
Tekla Structures berbasis BIM. Tekla Corporation mendirikan perusahaan di
Finlandia pada tahun 1966 dan memiliki kantor pusat di Espoo, Finlandia,
sedangkan kantor cabang dari Tekla Corporation berada di Swedia, Denmark,
Jerman dan Amerika Serikat. Perusahaan ini memperkenalkan empat jenis
perangkat lunak (software), antara lain Tekla Structures untuk pekerjaan struktur,
Tekla Xpower untuk bagian elektrikal, Tekla Xpipe untuk perpipaan, dan Tekla
Xcity untuk arsitektur.
NIBS (2008) menjelaskan BIM is a digital representation of physical and
functional characteristics of a facility. As such it serves as a shared knowledge
resource for information about a facility forming a reliable basis for decisions
during its life-cycle from inception onward. Secara implisit, BIM merupakan proses
yang melibatkan generasi dan pengelolaan representasi digital dari karakteristik
fisik dan fungsional fasilitas yang ada. BIM merupakan sebuah pendekatan dalam
mendesain bangunan, konstruksi, serta manajemen saat pelaksanaan. BIM itu
meliputi lebih dari sekedar geometri. BIM mencakup hubungan spasial, analisis
cahaya, informasi geografis, jumlah dan sifat dari komponen bangunan. Selain itu,
BIM berisi informasi-informasi tentang desain bangunan dan konstruksi. Model
6
suatu objek tidak hanya geometris tetapi model tersebut juga berisi informasi
tentang bahan yang digunakan, berat, biaya, waktu dan bagaimana bagian dipasang,
dan lain-lain. (Janni Tjell 2010).
Tekla adalah aplikasi Building Information Modeling yang dikembangkan
oleh Tekla Corporation untuk keperluan menghitung dan merekayasa struktur
termasuk juga fitur-fitur komprehensif yang bisa digunakan bagi para detailer,
fabricator, manufactor dan constructor. Modul untuk keperluan manajemen
konstruksi juga sudah ditambahkan pada software ini. (Khemlani 2008). Tekla
Structures adalah sebuah software pemodelan dengan konsep BIM tiga dimensi
(3D) dengan seluruh obyek struktur terpresentasi lengkap dengan segala
informasinya.
Gambar 1 Diagram hubungan antar pekerjaan konstruksi (Tekla, 2011)
Tekla Structures merupakan program yang dapat membantu penyelesaian
suatu proyek mulai dari proses perencanaan (pemodelan, analisa struktur,
pendetailan), hingga proses pelaksanaan (fabrikasi, dan manajemen kontruksi)
(Erlina 2011). Menurut Hergunsel Mehmet (2011), prinsip dasar dari pemodelan
Tekla Structures adalah dapat menggunakan model bangunan 3D untuk
mendapatkan semua gambar proyek yang diperlukan, termasuk tampak, potongan,
gambar presentasi, gambar detail konstruksi, perhitungan kuantitas, estimasi harga,
dan kinerja waktu.
Keuntungan menggunakan Tekla Structures pada konstruksi adalah kualitas
tinggi dan dokumentasi akurat dari proses konstruksi, perbaikan manajemen
konstruksi, meningkatkan interaksi antara arsitek, insinyur dan kontraktor,
memungkinkan pra-fabrikasi dari berbagai komponen konstruksi untuk
meminimalkan kesalahan (Roginski 2011). Keuntungan lain menggunakan Tekla
adalah dapat menampilkan gambar dalam bentuk sebuah model secara 3D, 4D
(penjadwalan), dan 5D (estimasi biaya) dengan ribuan jenis profil, bentuk dan
sambungan. Perencanaan modeling dalam tekla untuk mengerjakannya dengan
7
sangat mudah dan cepat, menggurangi kesalahan dan mengurangi biaya pada
akhirnya.
Tekla Structures dapat menggabungkan kemampuan pemodelan, analisa, dan
desain struktur lengkap dengan detail dan gambar perencanaannya. Tekla
Structures mampu terintegrasi dengan beberapa software analisis struktur seperti
SAP, STAAD, S-Frame, GTStrudl, Robot. Para perencana dapat merasakan
lingkungan kerja yang tidak terputus antara model, gambar dan analisis sehingga
mengurangi kesalahan dan meningkatkan produktivitas.
Tekla Corporation mengembangkan server multiuser, sehingga dapat
mendukung maksimum 40 pengguna beroperasi secara bersamaan. Format yang
didukung oleh Tekla Structures adalah IFC, DWG, CIS/2, DSTV, SNDF, DGN dan
DXF, sehingga Tekla Structures dapat digabungkan dengan aplikasi-aplikasi yang
sudah ada. Software ini terhubung dengan berbagai jenis sistem melewati Tekla
Open API. IFC, CIS/2, DSTV dan SDNF merupakan contoh format biasa yang
didukung oleh Tekla Structures, sedangkan DWG, DGN dan DXF merupakan
contoh dari format yang sudah jadi hak milik yang didukung oleh Tekla Structures
(Jian Xinan 2011).
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-September 2014 yang bertempat
di Proyek Pembangunan Chase Tower di Jalan Sudirman Kavling 21 Setiabudi,
Jakarta Selatan, Jakarta. Pengolahan data penelitian dan pelaksanaan pemodelan
dilakukan di sekitar kampus IPB Dramaga.
Gambar 2 Lokasi proyek Chase Tower (Google Maps 2014)
8
Bahan
Bahan penelitian yang digunakan merupakan data sekunder. Data penelitian
yang digunakan berasal dari proyek pembangunan gedung Chase Tower, Jakarta
Selatan oleh PT. Arkonin sebagai Manajemen Konstruksi. Data sekunder yang
diterima berupa softcopy dokumen DED (Detailed Engineering Design) dan shop
drawing.
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1.
Notebook dengan spesifikasi Intel® Core™ i3 3217U Processor 1,8 GHz,
grafis NVIDIA® GeForce® GT 635M dengan 2GB DDR3 VRAM, RAM
4GB DDR3, Operating System Windows 8.1 32-bit.
2.
Mouse
3.
Kalkulator
4.
Program Tekla Structures v17
5.
Program BIMSight Tekla Structures
Prosedur Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, antara lain:
1. Persiapan penelitian
Persiapan penelitian pertama yang dilakukan adalah penentuan lokasi
penelitian dan data-data yang dibutuhkan agar mempermudah dalam
pelaksanaan penelitian. Pada tahap ini juga dilakukan penginstalan Tekla
Structures 17.
2.
Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan langkah kedua setelah tahap persiapan
dalam pemodelan gedung chase tower. Dalam pengumpulan data peranan
instansi yang terkait sangat diperlukan sebagai pendukung dalam
memperoleh data-data yang diperlukan.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yaitu
berupa data Detail Engineering Design (DED) dan shop drawing pada
pembangunan gedung Chase Tower, Jakarta Selatan. Data ini diperoleh dari
PT. Arkonin pada proyek pembangunan Chase Tower. PT. Arkonin bertindak
sebagai Manajemen Konstruksi pada proyek ini.
3.
Pemodelan 3D menggunakan Tekla Structures
a. Pembuatan grid
Sebelum dilakukan pemodelan objek kolom, balok, dan objek struktur
lainnya di Tekla Structures, hal yang perlu dilakukan pertama kali adalah
pembuatan garis grid. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
Pada tab modeling, kemudian dipilih create grid.
Diklik dua kali pada grid untuk memunculkan kotak dialog properties
yang berfungsi untuk memodifikasi karakteristik grid.
9
Koordinat X, Y, dan Z didefinisikan sesuai shop drawing dan DED.
Perlu diketahui bahwa koordinat X dan Y bersifat relatif dan Z bersifat
mutlak. Gambar grid chase tower disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Grid Chase Tower
b.
Pemodelan kolom
Tahap-tahap pemodelan kolom beton yaitu :
Pada tab modeling, kemudian dipilih create concrete column.
Ditentukan column pada posisi yang diinginkan.
Kemudian dirubah karakteristik kolom, klik dua kali pada kolom agar
muncul kotak dialog concrete column properties. Gambar permodelan
kolom beton chase tower disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Permodelan kolom Chase Tower
c.
Pemodelan balok
Tahap-tahap pemodelan balok beton yaitu:
Pada tab modeling, kemudian dipilih create concrete beam.
Pada grid ditentukan titik awal dan titik akhir.
10
Kemudian dirubah karakteristik balok, klik 2 kali pada balok agar
muncul kotak dialog concrete beam properties. Gambar permodelan
balok beton chase tower disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5 Permodelan balok Chase Tower
d.
Pemodelan slab
Tahap-tahap pemodelan balok beton yaitu:
Pada tab modeling, kemudian dipilih create concrete slab.
Dilakukan pemilihan titik awal slab.
Ditentukan titik-titik pojok slab.
Setelah itu dipilih titik awal lagi, atau diklik tombol tengah mouse
untuk menyelesaikannya.
Kemudian dirubah karakteristik slab, klik 2 kali pada slab agar
muncul kotak dialog concrete slab properties. Gambar permodelan
slab chase tower disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6 Permodelan slab Chase Tower
e.
Pemodelan shear wall
Tahap-tahap pemodelan shear wall yaitu:
Pada tab modeling, kemudian dipilih create concrete panel.
11
Pada grid ditentukan titik awal dan titik akhir shear wall.
Dirubah karakteristik shear wall, klik 2 kali pada shear wall agar
muncul kotak dialog Concrete Panel Properties. Gambar permodelan
shear wall chase tower disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7 Permodelan shear wall chase tower
f.
Pemodelan tangga
Tipe tangga yang terdapat dalam pembangunan chase tower adalah
tangga beton sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam
pemodelan yaitu:
Tangga beton digunakan pada situasi menghubungkan dua slab beton.
Sebelum dimulai, dibuat terlebih dahulu dua slab beton yang agar
dihubungkan oleh tangga dengan elevasi yang telah ditentukan.
Pada menu bar diklik Detailing, kemudian dipilih Component, dan
diklik kiri pada Component Catalog. Cara lain yaitu pada keyboard
ditekan Ctrl+F.
Precast Stairs (65) dicari pada pilihan Search – All – Precast Stairs
(65).
Data dimensi setiap ukuran rancangan tangga dimasukkan dalam
setting tangga tersebut. Contoh dapat dilihat di Gambar 10.
Ditentukan pemilihan titik awal dan akhir. Titik awal yang
mengindikasikan level dari pijakan terendah dari tangga dan titik akhir
yang mengindikasikan level dari pijakan teratas dari tangga.
Diklik tombol tengah dari mouse untuk menyelesaikannya. Contoh
gambar tangga beton disajikan pada Gambar 11.
12
Gambar 8 Penggunaan Component Catalog
Gambar 9 Tampilan Component Catalog
Gambar 10 Tampilan Precast stairs (65)
13
Gambar 11 Hasil penampang tangga beton
g.
Clash and Check
Untuk menemukan clash and check objek diperlukan beberapa langkah
yaitu:
Pada tab tools, kemudian dipilih Clash Check Manager (CCM).
Pada model, dipilih objek-objek yang ingin dicek.
Atau pilihan lainnya bisa dengan memilih objek-objek dalam model
organizer. Diklik kanan dan pilih dalam model.
Sebagai peringatan, sebaiknya tidak dilakukan pengecekan untuk
seluruh objek dalam model. Untuk hasil yang maksimal hanya dipilih
objek-objek tertentu.
Setelah diklik objek, pilih Run dalam CCM.
Setelah dilakukan running dan jika pada hasilnya ada beberapa objek
yang clash maka untuk melihat objek tersebut pada model, klik nama
objek pada CCM.
Kemudian dilakukan perbaikan pada model, gambar permodelan
CCM disajikan pada Gambar 12.
Gambar 12 Permodelan balok yang terdeteksi oleh CCM
14
h.
Penggunaan model organizer.
Model organizer digunakan agar seluruh komponen yang telah dibuat
dapat digabungkan berdasarkan klasifikasi yang diinginkan.
Pada tab tools, kemudian dipilih model organizer.
Kemudian terdapat menu object types dan dipilih new object types.
Dibuat kategori tiap objek dengan memilih pada object types.
Dikelompokkan semua objek berdasarkan elevasi atau per lantai
bangunan gedung. Model organizer pada chase tower disajikan pada
Gambar 13.
Gambar 13 Model organizer pemodelan chase tower
4.
Pemodelan pembesian pada struktur konstruksi bangunan.
Untuk pembesian dimanfaatkan fitur dalam software Tekla Structures yaitu
component catalog. Component catalog tersimpan berbagai macam jenis
sambungan, bentuk pembesian, kombinasi pembesian, serta banyak lagi fitur
yang dapat dimanfaatkan. Contohnya dapat dilihat pada Gambar 9.
a.
Membuka Component catalog.
Langkah pertama diklik Detailing pada menu
Kursor mouse diarahkan pada Component,
Langkah terakhir diklik satu kali Component catalog.
b.
Pembesian (penulangan) bore pile
Dilihat dan diikuti Tahap 4. a.
Dicari pada Concrete detailing, double klik pada Reinforcement, klik
kiri pada Column, dan double klik pada Round column reinforcement
(82).
Pada jendela Round column reinforcement (82) data pembesian
dimasukkan dan disesuaikan berdasarkan data DED atau shop
drawing. Dapat dilihat pada gambar 14.
Data yang telah selesai dimasukkan kemudian diklik Apply dan Ok.
Lantai yang ingin diberikan pembesian diklik sekali, kemudian
ditekan tombol Esc pada keyboard jika sudah selesai.
15
Gambar 14 Tampilan Round column reinforcement (82)
c.
Pembesian (penulangan) pile cap
Dilihat dan diikuti Tahap 4. a.
Dicari pada Concrete detailing, double klik pada Reinforcement, klik
kiri pada Foundation, dan double klik pada Pilecap reinforcement
(76).
Pada jendela Pilecap reinforcement (76) data pembesian dimasukkan
dan disesuaikan berdasarkan data DED atau shop drawing. Dapat
dilihat pada gambar 15.
Data yang telah selesai dimasukkan kemudian diklik Apply dan Ok.
Lantai yang ingin diberikan pembesian diklik sekali, kemudian
ditekan tombol Esc pada keyboard jika sudah selesai.
Gambar 15 Tampilan Pilecap reinforcement (76)
d.
Pembesian (penulangan) lantai (slab).
Dilihat dan diikuti Tahap 4. a.
Dicari pada Concrete detailing, double klik pada Reinforcement, klik
kiri pada Slab, dan double klik pada Slab bars (18).
Pada jendela Slab bars (18) data pembesian dimasukkan dan
disesuaikan berdasarkan data DED atau shop drawing. Dapat dilihat
pada Gambar 16.
Data yang telah selesai dimasukkan kemudian diklik Apply dan Ok.
Lantai yang ingin diberikan pembesian diklik sekali, kemudian
ditekan tombol Esc pada keyboard jika sudah selesai.
16
Gambar 16 Tampilan Slab bars (18)
e.
Pembesian (penulangan) kolom (column).
Dilihat dan diikuti Tahap 4. a.
Dicari pada Concrete detailing, double klik pada Reinforcement, klik
kiri pada Column, dan double klik pada Rectangular column
reinforcement (83).
Pada jendela Rectangular column reinforcement (83) data pembesian
dimasukkan dan disesuaikan berdasarkan data DED atau shop
drawing. Dapat dilihat pada Gambar 17.
Data yang telah selesai dimasukkan kemudian diklik Apply dan Ok.
Kolom yang ingin diberikan pembesian diklik sekali, kemudian
ditekan tombol Esc pada keyboard jika sudah selesai.
Gambar 17 Tampilan Rectangular calomn reinforcement (83)
f.
Pembesian (penulangan) balok (beam).
Dilihat dan diikuti Tahap 4. a.
Dicari pada Concrete detailing, double klik pada Reinforcement, klik
kiri pada Column, dan double klik pada Rebar in beam (90).
17
Pada jendela Rebar in beam (90) data pembesian dimasukkan dan
disesuaikan berdasarkan data DED atau shop drawing. Dapat dilihat
pada Gambar 18.
Data yang telah selesai dimasukkan kemudian diklik Apply dan Ok.
Kolom yang ingin diberikan pembesian diklik sekali,
Titik awal ujung balok diklik sekali dan titik akhir balok diklik sekali
Kemudian ditekan tombol Esc pada keyboard jika sudah selesai.
Gambar 18 Tampilan Rectangular calomn reinforcement (83)
g.
Pembesian (penulangan) dinding (wall/panel).
Dilihat dan diikuti Tahap 4. a.
Dicari pada Concrete detailing, double klik pada Reinforcement, klik
kiri pada Panel, dan double klik pada Wall panel (64).
Pada jendela Wall panel (64) data pembesian dimasukkan dan
disesuaikan berdasarkan data DED atau shop drawing. Dapat dilihat
pada Gambar 19.
Data yang telah selesai dimasukkan kemudian diklik Apply dan Ok.
Kolom yang ingin diberikan pembesian diklik sekali, kemudian
ditekan tombol Esc pada keyboard jika sudah selesai.
Gambar 19 Tampilan Wall panel (64)
18
5.
Modifikasi bagian desain berdasarkan kesesuaian terhadap DED maupun
shop drawing
Penelitian ini difokuskan pada perlakuan khusus terhadap tahapan bagian
pembesian yang akan dimodifikasi dan disesuaikan berdasarkan ketentuan
gambar detailed engineer drawing (DED) serta shop drawing. Pembesian
pada bagian-bagian khusus tersebut dijabarkan berdasarkan ketentuan dasar
perhitungan struktur bangunan yang digunakan oleh perusahaan perencana.
Selain itu, diberikan penjelasan terhadap kelebihan dan kekurangan selama
proses pemodelan menggunakan Tekla Structures dilaksanakan.
6.
Penyusunan laporan akhir
Tahapan terakhir, dilakukan penyusunan laporan akhir yang berisi
keseluruhan proses yang sudah dikerjakan.
Diagram alir tahapan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada gambar 20.
Gambar 20 Diagram alir pelaksanaan penelitian
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Proyek Chase Tower, Jakarta Selatan
Gedung Chase Tower merupakan sebuah bangunan gedung bertingkat tinggi
di Jakarta Selatan. Tujuan pembangunan gedung ini sebagai gedung perkantoran.
Pembangunan gedung Chase Tower bertempat di daerah Jl. Sudirman Kavling 21
Setiabudi, Jakarta Selatan, Jakarta. Kawasan ini merupakan jalan protokol/utama
Ibukota Jakarta dengan berdirinya gedung-gedung perkantoran di sepanjang jalan
ini.
Chase Tower memiliki jumlah total lantai sebanyak 50 lantai. Urutan pada
lantai dasar hingga puncak adalah basement, ground level, level 2 hingga level 47,
main roof, mechanical penthouse, dan penthouse. Total ketinggian gedung ini
mencapai 227.05 meter dari lantai basement hingga pucuk bangunan. Luas area
gedung ini mencapai 4823.47 m2 dan luas bangunan gedung ini mencapai 82503.24
m2. Keterangan lebih jelasnya berada di Lampiran 1.
Pembangunan gedung ini melibatkan beberapa perusahaan dalam proses
pelaksanaan. Perusahaan-perusahaan tersebut terbagi menjadi tiga bagian
pekerjaan, yaitu perencana, konsultan dan kontraktor (lihat Lampiran 1). PT.
Arkonin merupakan sebuah perusahaan yang secara khusus berperan sebagai
perusahaan konsultan manajemen konstruksi dalam proyek pembangunan gedung
ini. Perusahaan konsultan manajemen konstruksi memiliki tugas mengelola sumber
daya yang terlibat dalam proyek dapat teraplikasikan secara tepat. Sumber daya
dalam proyek konstruksi dikelompokkan dalam 5M diantaranya: manpower,
material, mechines, money and method. Manajemen konstruksi memiliki fungsi
mampu mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan seluruh pihak antara owner,
kontraktor, suplier, dan semua pihak yang terlibat dalam proyek yang dikerjakan
ini sehingga dapat mencapai tujuan dengan tepat waktu dan mutu yang diharapkan.
Gambar 21 Bagan hubungan fungsi dan tugas manajemen konstruksi (Dipohusodo
1996)
Standar acuan merupakan sebuah bagian utama dalam merencanakan suatu
kegiatan terutama pada pekerjaan konstruksi. Standar acuan memiliki fungsi
sebagai dasar hukum dalam melaksanakan maupun merancang suatu rancangan
20
bangunan. Buku spesifikasi konstruksi untuk proyek Chase Tower merujuk pada
standar ACI (American Concrete Institute), ASTM (American Society for Testing
and Material), AWS (American Welding Society) dan CRSI (Concrete Reinforcing
Steel Institute) sebagai acuan untuk merancang struktur beton konstruksi bangunan.
Spesifikasi bagian struktur beton ini mengatur semua pekerjaan beton untuk
menyelesaikan proyek ini, kecuali terdapat persyaratan yang lebih ketat atau perlu
adanya perlakuan khusus. Seluruh pekerjaan beton harus sesuai dengan spesifikasi
agar mendapatkan hasil kekuatan beton yang homogen pada seluruh struktur. ACI
serta CRSI merupakan spesifikasi yang mengatur dasar-dasar perencanaan beton
maupun beton bertulang untuk struktur beton. ASTM untuk mengatur dasar-dasar
tahapan pengujian dan penggunaan bahan material sesuai dengan spesifikasi
standar material. AWS merupakan standar pengembangan ilmu, teknologi, dan
aplikasi pada proses pengelasan baja dalam proses penyambungan maupun
pemotongan baja.
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi proyek ini secara teknis terbagi menjadi
empat tahapan pekerjaan konstruksi dan tiga zona pekerjaan pada setiap lantai.
Tahapan pekerjaan konstruksi antara lain membuat cetakan (bekisting),
pembesian/perakitan besi tulangan, pengecoran (menuangkan beton) dalam cetakan
(bekisting), dan perawatan beton bertulang. Tiga zona pekerjaan konstruksi
memotong bagian struktur gedung menjadi tiga bagian. Pembagian tiga zona ini
memiliki tujuan untuk mendapatkan kekuatan struktur beton tertinggi dengan
meminimasi jumlah peralatan penunjang pekerjaan konstruksi.
Pekerjaan struktur konstruksi gedung ini berurutan secara teknis yaitu saat
zona satu telah selesai mengerjakan proses merakit cetakan (bekisting) dan merakit
tulangan, selanjutnya pada zona dua melaksanakan proses persiapan merakit
cetakan. Zona satu melaksanakan proses menuangkan beton, maka zona dua sedang
dalam proses merakit tulangan beton dan zona tiga persiapan merakit cetakan
(bekisting). Zona satu mulai melepaskan cetakan setelah usia beton tujuh hari dan
memasuki proses perawatan beton, maka zona dua telah selesai proses percetakan
dan pembesian serta siap untuk proses pengecoran dan zona tiga dalam tahap
pembesian/perakitan besi tulangan. Proses ini berlanjut hingga proses pada lantai
di atasnya.
Gambar 22 Pembagian zona pada pembangunan lantai (Arkonin 2013)
21
Beton struktur lantai dan balok dapat melepaskan cetakan pada umur tujuh
hari pada tiap zona, namun tidak dapat melepaskan peralatan penunjang struktur
seperti penyangga/perancah (scaffolding) hingga umur beton mencapai 28 hari.
Alasan waktu melepaskan alat penyangga (scaffolding) sebelum umur beton 28 hari
adalah kekuatan beton belum mencapai maksimum dengan nilai koefisien kuat
tekan beton adalah satu (100%) (lihat Tabel 1).
Terdapat dua tipe teknik memasang scaffolding berdasarkan lokasi
pemasangan yang disebut shoring dan reshoring. Shoring merupakan teknik
memasang scaffolding yang berada tepat di bawah lokasi pengecoran namun
memasangnya harus rapat dengan jarak maksimum antar-scaffolding 30 cm.
Reshoring merupakan teknik memasang scaffolding yang berada pada level kedua
dan ketiga di bawah lokasi pengecoran dengan syarat jarak maksimum antarscaffolding adalah 2 meter. Reshoring mengijinkan melepaskan beberapa bagian
bekisting selain struktur utama (contoh: balok dan kolom).
Fungsi shoring dan reshoring yaitu membantu menyalurkan beban pada
kolom, balok, shear wall, dan slab (lantai) ke seluruh bagian dengan merata pada
struktur bagian bawah karena kondisi beton belum mencapai kering sempurna dan
mencapai kuat tekan beton maksimum (umumnya usia beton 28 hari). Selain itu
untuk mempercepat waktu pekerjaan konstruksi tanpa menghilangkan kekakuan
struktur.
Tabel 1 Perbandingan kuat tekan beton pada berbagai umur (PBI-1971)
Umur beton
Semen Portland biasa
Semen
Portland
dengan
kekuatan awal yang tinggi
3
0.40
7
0.65
14
0.88
21
0.95
28
1.00
90
1.20
365
1.35
0.55
0.75
0.90
0.95
1.00
1.15
1.20
Tekla Structures v17
Tekla Structures merupakan sebuah perangkat lunak rancang bangun suatu
bangunan secara virtual. Program (software) ini mampu menggambarkan dan/atau
memodelkan bentuk rancangan suatu bangunan secara rinci (detail), serta mampu
memberikan informasi bangunan dengan jelas. Tekla menggunakan media
komputasi sebagai tahapan pemodelan dalam proses perencanaan. Tekla dapat
menampilkan suatu pemodelan dalam bentuk 3D, 4D (model dan jadwal
pekerjaan), maupun 5D (model, jadwal pekerjaan dan estimasi biaya).
Tekla adalah aplikasi Building Information Model (BIM) yang dikembangkan
oleh Tekla Corporation untuk keperluan perhitungan dan rekayasa struktur
termasuk juga fitur-fitur komprehensif yang bisa digunakan bagi para detailer,
fabricator, manufaktur dan constructor. Tekla Corporation berdiri di kota Espoo,
Finlandia pada tahun 1966. Tekla Structures merupakan program yang dapat
membantu penyelesaian suatu proyek mulai dari proses perencanaan (pemodelan,
analisa struktur, pendetailan), hingga proses pelaksanaan (fabrikasi dan manajemen
kontruksi) (Erlina 2011).
Tekla Structures adalah sebuah software pemodelan dengan konsep BIM tiga
dimensi (3D) dengan seluruh objek struktur terpresentasi lengkap dengan segala
informasinya. Tekla Structures dapat menggabungkan kemampuan pemodelan,
22
analisa, dan desain struktur lengkap dengan detil dan gambar perencanaannya.
Keuntungan menggunakan Tekla Structures pada konstruksi adalah kualitas tinggi
dan dokumentasi akurat dari proses konstruksi, perbaikan manajemen konstruksi,
meningkatkan interaksi antara arsitek, insinyur dan kontraktor, memungkinkan prafabrikasi dari berbagai komponen konstruksi untuk meminimalkan kesalahan
(Roginski 2011). Para perencana (engineer) dapat merasakan kenyamanan serta
kemudahan sebab terjadinya kesatuan antara model, analisis, dan gambar. Hasilnya
yaitu mengurangi persentase kesalahan yang terjadi dan meningkatkan
produktivitas. Tekla Structures dapat merevisi kesalahan saat perencanaan dengan
mudah dan cepat.
Fasilitas Tekla Structures yaitu mampu terintegrasi dengan beberapa software
perancanaan konstruksi lai
PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN CHASE
TOWER DI JAKARTA SELATAN MENGGUNAKAN
SOFTWARE TEKLA STRUCTURES V17
MASRUN ADITYA TARUNA MAWANTARA
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rekonstruksi Pekerjaan
Pembesian pada Proyek Pembangunan Gedung Perkantoran Chase Tower di Jakarta
Selatan Menggunakan Software Tekla Structures v17 adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Masrun Aditya T. M.
NIM F44100077
ABSTRAK
MASRUN ADITYA TARUNA MAWANTARA. Rekonstruksi Pekerjaan
Pembesian pada Proyek Pembangunan Gedung Perkantoran Chase Tower di Jakarta
Selatan Menggunakan Software Tekla Structures V17. Dibimbing oleh
MACHMUD ARIFIN RAIMADOYA.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan peningkatan
pembangunan pada segala sektor, terutama sektor konstruksi. Software Tekla
Structures v17 merupakan sebuah terobosan baru perangkat lunak desain grafis
untuk rancang bangun suatu bangunan pada dunia konstruksi. Tekla Structures
berbasis Building Information Modelling (BIM) dengan model 3D yang mampu
memodelkan, menganalisis, dan memanajemen suatu proyek. Konsep BIM mampu
menampilkan model secara 3D, 4D (penjadwalan), dan 5D (estimasi biaya). Bentuk
konstruksi Chase Tower dimodelkan secara 3D melalui program Tekla Structures
v17. Model struktur mencakup struktur bangunan gedung dan rancangan pembesian
(tulangan) secara keseluruhan. Model 3D pembesian Chase Tower menggunakan
Component Catalog pada menu Detailing. Model pembesian/penulangan 3D
meliputi bored pile, pile cap, kolom, balok, lantai, dan shear wall. Pelaksanaan
membuat model sistem tulangan memerlukan modifikasi agar sesuai dengan
spesifikasi teknis perencanaan. Kelebihan software ini adalah mempercepat
pekerjaan perencanaan, pelaksanaan, manajemen, serta evaluasi komponen struktur
cepat dan koordinasi user lebih baik. Kekurangan Tekla Structures v17 adalah
minimnya ketersediaan untuk diameter 13 mm, 19 mm, dan 29 mm pada katalog
diameter batang tulangan.
Kata Kunci: Building Information Modelling, Chase Tower, Model 3D,
Penulangan, Tekla Structures.
ABSTRACT
MASRUN ADITYA TARUNA MAWANTARA. Reconstruction Reinforcement
Works on Chase Tower Offices Building Project in South Jakarta Using Tekla
Structures V17 Software. Supervised by MACHMUD ARIFIN RAIMADOYA.
Indonesia is a developing country with the increasing development in all
sectors, especially in the construction sector. The software Tekla Structures v17 is
a new breakthrough the graphic design software to design a building in the world
of construction. The base of Tekla Structures is Building Information Modeling
with the 3D model that is able to modelling, analyzing, and managing a project. The
concept of BIM is able to display the model in 3D, 4D (scheduling), and 5D
(estimated costs). The construction of the Chase Tower is modeled in 3D used the
Tekla Structures v17 software.The model of structure includes the overall of the
building structure and design reinforcement. The 3D model of reinforcement at
Chase Tower by using the Componen Catalog on the Detailing menu. The
reinforcement in 3D models include bored pile, pile cap, columns, beams, floors,
and shear wall. Implementation of making models the reinforcement system require
modification to match the technical spesifications of planning. The advantages of
this software are to accelerate the work of planning, implementation, management,
and make the evaluation of structural components faster and better user
coordination. The disadvantages of Tekla Structures v17 is the lack of availability
for diameter 13 mm, 19 mm, and 29 mm in the diameter catalog of reinforcement
rods.
Keywords: 3D Model, Building Information Modelling, Chase Tower,
Reinforcement, Tekla Structures
REKONSTRUKSI PEKERJAAN PEMBESIAN PADA PROYEK
PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN CHASE
TOWER DI JAKARTA SELATAN MENGGUNAKAN
SOFTWARE TEKLA STRUCTURES V17
MASRUN ADITYA TARUNA MAWANTARA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Rekonstruksi Pekerjaan Pembesian pada Proyek Pembangunan
Gedung Perkantoran Chase Tower di Jakarta Selatan Menggunakan
Software Tekla Structures V17
Nama
: Masrun Aditya Taruna Mawantara
NIM
: F44100077
Disetujui oleh
Ir. Machmud Arifin Raimadoya, M.Sc.
Pembimbing
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr.
Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT. atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Juni-Desember 2014 ini adalah perencanaan
konstruksi dengan judul Rekonstruksi Pekerjaan Pembesian pada Proyek
Pembangunan Gedung Perkantoran Chase Tower di Jakarta Selatan Menggunakan
Software Tekla Structures V17.
Dengan selesainya tugas akhir ini, penulis ingin memberikan penghargaan
serta ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Ir. Mahmud Arifin Raimadoya, Msc. selaku pembimbing yang telah
memberikan saran, arahan, motivasi dan nasihat kepada penulis selama proses
penelitian hingga penulisan skripsi selesai.
2. Ibu Dr. Ir. Meiske Widiarti, M.Eng. dan Bapak Tri Sudibyo, S.T, M.Sc. yang
telah menjadi dosen penguji untuk skripsi penulis.
3. PEMDA Kabupaten Fakfak yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk dapat menempuh studi di Institut Pertanian Bogor melalui program
Beasiswa Utusan Daerah (BUD).
4. PT. Arkonin sebagai perusahaan yang telah memberikan ilmu, pelajaran dan
bantuannya selama mengumpulkan data-data penelitian.
5. Ayahanda Joko Ichwan Anshori, ibunda Siti Jumaroh, serta Fachri Adriansyah,
Rizki Setiastanto, dan Dinda Cahyaning Ayu selaku adik-adik penulis yang
telah memberikan motivasi, dukungan, semangat, kasih sayang dan doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Para sahabat-sahabat serta rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil dan
Lingkungan angkatan 2010 atas segala doa, motivasi, dan kasih sayangnya.
Bogor, Januari 2015
Masrun Aditya Taruna M.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Bangunan
3
Beton
3
Pembesian
5
Tekla Structures
5
METODE
7
Waktu dan Tempat
7
Bahan
8
Alat
8
Prosedur Analisis Data
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
Profil Proyek Chase Tower, Jakarta Selatan
19
Tekla Structures v17
21
Pemodelan Struktur Menggunakan Tekla Structures v17
23
Pengelompokan dan Evaluasi model
28
Rekonstruksi pekerjaan pembesian secara 3D
28
Ekspor Building Information Modeling (BIM)
44
Kelebihan dan Kekurangan Memodelkan pada Tekla Structures v17
47
SIMPULAN DAN SARAN
47
Simpulan
47
Saran
48
DAFTAR PUSTAKA
48
LAMPIRAN
51
RIWAYAT HIDUP
83
DAFTAR TABEL
1. Perbandingan kuat tekan beton pada berbagai umur (PBI-1971)
2. Typical confinement ties pada shear wall
21
40
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Diagram hubungan antar pekerjaan konstruksi (Tekla, 2011)
Gambar 2 Lokasi proyek Chase Tower (Google Maps 2014)
Gambar 3 Grid Chase Tower
Gambar 4 Permodelan kolom Chase Tower
Gambar 5 Permodelan balok Chase Tower
Gambar 6 Permodelan slab Chase Tower
Gambar 7 Permodelan shear wall chase tower
Gambar 8 Penggunaan Component Catalog
Gambar 9 Tampilan Component Catalog
Gambar 10 Tampilan Precast stairs (65)
Gambar 11 Hasil penampang tangga beton
Gambar 12 Permodelan balok yang terdeteksi oleh CCM
Gambar 13 Model organizer pemodelan chase tower
Gambar 14 Tampilan Round column reinforcement (82)
Gambar 15 Tampilan Pilecap reinforcement (76)
Gambar 16 Tampilan Slab bars (18)
Gambar 17 Tampilan Rectangular calomn reinforcement (83)
Gambar 18 Tampilan Rectangular calomn reinforcement (83)
Gambar 19 Tampilan Wall panel (64)
Gambar 20 Diagram alir pelaksanaan penelitian
Gambar 21 Bagan hubungan fungsi dan tugas manajemen konstruksi
(Dipohusodo 1996)
Gambar 22 Pembagian zona pada pembangunan lantai (Arkonin 2013)
Gambar 23 Denah kolom berdasarkan tipe kolom (Arkonin, 2012)
Gambar 24 Denah balok penopang lantai B03-17 (Arkonin, 2012)
Gambar 25 Denah balok pengikat kolom MFB1 (Arkonin, 2012)
Gambar 26 Denah balok pengikat shear wall tipe LB1 (Arkonin, 2012)
Gambar 27 Hasil pemodelan pembesian/penulangan bore pile
Gambar 28 Hasil pemodelan pembesian/penulangan pile cap utama
Gambar 29 Hasil pemodelan pembesian/penulangan pile cap tunggal
Gambar 30 Typical one-way slab reinforcement slab (Arkonin, 2012)
6
7
9
9
10
10
11
12
12
12
13
13
14
15
15
16
16
17
17
18
19
20
24
25
26
26
29
31
31
32
Gambar 31 Hasil pemodelan pembesian/penulangan slab
Gambar 32 Detail pembesian lantai khusus pada lubang pipa (Arkonin,
2012)
Gambar 33 Hasil pemodelan pembesian lantai khusus pada lubang pipa1
Gambar 34 Hasil pemodelan pembesian lantai khusus pada lubang pipa2
Gambar 35 Format halaman input data pada Tekla Structures v17 (Tekla,
2014)
Gambar 36 Hasil pemodelan pembesian kolom awal pada Tekla Structures
v17
Gambar 37 Detail pembesian sambungan kolom b/h ≥ 1/6 (Arkonin, 2012)
Gambar 38 Detail pembesian sambungan kolom b/h < 1/6 (Arkonin, 2012)
Gambar 39 Hasil memodelkan penulangan pada kolom sambungan syarat
b/h ≥ 1/6
Gambar 40 Hasil memodelkan penulangan pada kolom sambungan syarat
b/h < 1/6
Gambar 41 Hasil memodelkan lap splices kolom C1
Gambar 42 Hasil implementasi kolom di lapangan (Dokumentasi pribadi)
Gambar 43 Hasil memodelkan pembesian/penulangan shear wall
Gambar 44 Hasil memodelkan pembesian/penulangan GB-01
Gambar 45 Hasil memodelkan pembesian/penulangan MFB1
Gambar 46 Hasil memodelkan pembesian/penulangan LB1
Gambar 47 Skema hubungan BIM pada suatu proyek konstruksi (Dublin
Institute of Technology 2013)
Gambar 48 BIM proyek Chase Tower, Jakarta Selatan
Gambar 49 BIM pembesian proyek Chase Tower, Jakarta Selatan
Gambar 50 Explode component tulangan kolom
Gambar 51 Membuat tampilan terhadap sumbu X dan Z
Gambar 52 Memilih titik-titik poin acuan terhadap sumbu X
Gambar 53 Tampilan kolom terhadap sumbu X dan Z
Gambar 54 Ikon Add points any position
Gambar 55 Hasil tulangan modifikasi.
Gambar 56 Proses memindahkan titik point tulangan.
Gambar 57 Hasil Pemodelan seluruh bagian tulangan kolom modifikasi
32
33
33
33
34
34
35
35
36
37
38
38
40
41
43
44
45
46
46
78
78
79
79
79
80
80
81
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Umum Proyek (Arkonin, 2013)
Lampiran 2 Tabel Acuan Perencanaan Pembesian Struktur Bangunan
(Arkonin 2012)
Lampiran 3 Denah Foundation Plan Gedung Chase Tower (Arkonin 2012)
Lampiran 4 Denah Level 35-36 Gedung Chase Tower (Arkonin 2012)
51
53
54
55
Lampiran 5 Bored Pile (Arkonin 2012)
Lampiran 6 Pile cap (Arkonin 2012)
Lampiran 7 Tabel Spesifikasi Lantai (Slab) (Arkonin 2012)
Lampiran 8 Tabel Spesifikasi Kolom (Column) (Arkonin 2012)
Lampiran 9 Denah Shear Wall (Arkonin 2012)
Lampiran 10 Tabel Spesifikasi Shear Wall Tipe P1 (Arkonin 2012)
Lampiran 11 Tabel Spesifikasi Shear Wall Tipe P4 (Arkonin 2012)
Lampiran 12 Tabel Spesifikasi Shear Wall Tipe P7 (Arkonin 2012)
Lampiran 13 Tabel Spesifikasi Shear Wall Tipe P9 (Arkonin 2012)
Lampiran 14 Tabel Spesifikasi Shear Wall Tipe P12 (Arkonin 2012)
Lampiran 15 Tabel Spesifikasi Balok Tipe Grade Beam (Arkonin 2012)
Lampiran 16 Tabel Spesifikasi Balok Tipe Moment Frame Beam (Arkonin
2012)
Lampiran 17 Tabel Spesifikasi Balok Tipe Link Beam 1 (Arkonin 2012)
Lampiran 18 Tabel Spesifikasi Balok Tipe Beam (Arkonin 2012)
Lampiran 19 Shop Drawing Lantai (Slab) Level 35.
Lampiran 20 Shop Drawing Balok MFB1 Level 35.
Lampiran 21 Skema Loading Test (Uji Beban)
Lampiran 22 Metode Konversi Diameter Tulangan Baja
Lampiran 23 Menghitung Panjang Rebar Tension Lenght
Lampiran 24 Tahapan Memodifikasi Tulangan pada Kolom (Column)
Lampiran 25 Hasil Memodelkan Seluruh Bagian Konstruksi Gedung
Chase Tower.
56
57
58
59
61
61
63
64
65
66
67
68
70
71
72
73
74
76
77
78
82
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terletak di Asia
Tenggara. Negara sedang berkembang memiliki ciri identik pada proses
pembangunan yang terus meningkat dalam berbagai sektor, sebagai contoh yaitu
pada sektor konstruksi. Pembangunan sektor konstruksi meningkat pesat setiap
hari. Pembangunan konstruksi antara lain gedung bertingkat, rumah, jembatan, dan
jalan. Pembangunan sektor konstruksi meningkat sebagai akibat melonjaknya
kebutuhan sarana dan prasarana yang memadai.
Pembangunan pada sektor konstruksi melibatkan pekerjaan konstruksi.
Pekerjaan konstruksi mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan. Dasar pekerjaan konstruksi yaitu perencanaan. Proses perencanaan
adalah merencanakan setiap rinci pekerjaan mulai dari dasar bangunan hingga
puncak bangunan. Proses perencanaan pun menunjukkan kesesuaian bangunan
terhadap keadaan lingkungan. Pekerjaan pada perencanaan konstruksi
membutuhkan ketelitian, keterampilan, etika, serta pengalaman dalam menghadapi
setiap pekerjaan konstruksi.
Para ahli konstruksi telah menggunakan alat bantu dalam proses perencanaan
sejak lama. Mereka memanfaatkan alat bantu untuk mempermudah dan
mempercepat kinerja perencanaan desain suatu konstruksi. Mereka pun
menggunakan alat bantu untuk menekan tingkat kegagalan desain suatu konstruksi.
Pada awalnya, para ahli konstruksi menggambar rancangan secara manual. Berkat
kemajuan teknologi gambar rancangan dapat tersimulasikan secara komputasi
untuk saat ini. Hasil rancangan komputasi dapat menampilkan seluruh bentuk
bangunan serta rincian setiap pekerjaan konstruksi secara virtual. Para ahli
konstruksi menggunakan alat bantu yang telah banyak berkembang hingga saat ini.
Tekla Structures merupakan salah satu perangkat lunak (software) yang populer
untuk merancang suatu konstruksi.
Tekla Structures merupakan sebuah terobosan terbaru sebagai perangkat
lunak (software) desain grafis untuk rancang bangun suatu bangunan dalam dunia
konstruksi. Tekla Structures memiliki banyak kelebihan, diantaranya memodelkan
elemen-elemen struktur, menggambarkan detail penulangan struktur, dan
menyajikan volume material dari elemen struktur dengan tampilan yang lebih
menarik dan cara yang lebih mudah. Perangkat lunak ini pun mampu terintegrasi
dengan berbagai kegiatan pemodelan, analisis serta desain struktur dengan hasil
gambar yang lebih jelas, estimasi harga pekerjaan konstruksi, urutan/rangkaian
pekerjaan, hingga kegiatan penjadwalan yang terbaru (real time/up to date).
Perangkat lunak ini sangat menghemat biaya, waktu dan sumber daya manusia.
Tekla Structures lebih unggul dalam merencanakan bangunan baja serta
pabrikasi-nya dan beton cetak maupun pra-cetak serta pabrikasi-nya, sebab tekla
mampu mevisualisasikan rancangan (desain) secara tiga dimensi (3D). Tampilan
secara tiga dimensi (3D) mempermudah perbaikan kesalahan pada rancangan,
selain itu bentuk tersebut mampu menampilkan pemodelan setiap bagian kontruksi
secara rinci. Menurut Erlina (2011), Tekla Structures adalah software pemodelan
multi-material dan multi-proses yang dapat menentukan dan menganalisa dalam
2
suatu model 3D, serta dapat memperbaiki secara akurat semua pekerjaan struktur
dan memiliki kemampuan mengoperasikan penjadwalan pekerjaan yang
memberikan hasil manajemen proyek yang efisien.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan pada
objek dari penelitian ini, yaitu:
1.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi suatu rancangan (desain)
penulangan beton?
2.
Bagaimana perlakuan tulangan/pembesian pada setiap komponen struktur
beton berdasarkan ketentuan (standart) yang digunakan?
3.
Apa saja kelebihan dan kekurangan Tekla Structures dalam proses
perancangan tulangan/pembesian beton?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Memodelkan seluruh komponen struktur rancangan gedung Chase Tower di
Jakarta Selatan menggunakan Tekla Structures secara tiga dimensi (3D).
2.
Mempresentasikan dalam bentuk tiga dimensi (3D) rancangan (desain) dan
rincian komponen penulangan/pembesian beton dalam struktur beton.
3.
Mengeksplorasi keunggulan dan kekurangan Building Information Modeling
(BIM) pada software Tekla Structures v17.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi pemodelan pada konstruksi bangunan gedung Chase Tower,
menampilkan bentuk rincian (detail) pembesian/penulangan pada struktur
bangunan gedung dengan memanfaatkan software Tekla Structures, dan bagi
penulis dapat menambah ilmu pengetahuan dalam hal perencanaan khususnya
perancangan pembesian/tulangan beton serta pengorganisasian komponen struktur .
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup atau batasan masalah penelitian ini yaitu:
a.
Penelitian ini hanya dilakukan terhadap pemodelan seluruh komponen
struktur beton secara 3D pada proyek pembangunan Chase Tower, Jakarta
Selatan.
b.
Pemodelan rancangan pembesian/tulangan beton memanfaatkan component
catalog serta modifikasi bentuknya pada software Tekla Structures v17.
c.
Tidak melakukan analisis struktur bangunan gedung Chase Tower, Jakarta
Selatan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Bangunan
Bangunan berasal dari kata dasar “bangun”, yang memiliki arti susunan yang
merupakan suatu wujud. Bangunan berdasarkan kamus Bahasa Indonesia memiliki
definisi sesuatu yang didirikan. Bangunan menjelaskan adanya sesuatu yang
dibangun seperti rumah, gedung bertingkat, menara, dan mencakup sarana dan
prasarana antara lain jalan, jembatan, bendungan, irigasi, dan lain-lain. Bangunan
merupakan bentuk nyata/riil dari rancangan suatu gambar.
Bangunan merupakan suatu lingkungan buatan. Bangunan memiliki fungsi
untuk melindungi dan menjaga penghuninya dari berbagai macam bahaya dan
kondisi (alam) yang tidak menyenangkan (Matondang dan Mulyana 2012).
Manusia secara sengaja membuat suatu lingkungan binaan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti tempat istirahat, berkumpul, rekreasi, maupun tempat
untuk bekerja.
Bangunan berdasarkan komponen penyusun merupakan perpaduan beberapa
bahan dan konstruksi sehingga dapat berfungsi sesuai dengan rencana. Bangunan
memiliki susunan bagian yang kontinu dan kompleks. Susunan elemen penyusun
gedung disebut juga struktur bangunan. Setiap elemen struktur bangunan saling
memberikan dampak terhadap komponen lainnya, jika salah satu komponen
mendapatkan perlakuan (beban). Struktur bangunan merupakan bagian dari
bangunan yang tersusun dari tiap komponen struktur yang dapat bekerja sama satu
kesatuan. Koordinasi tiap komponen struktur bangunan memiliki fungsi menjamin
kekuatan, kekakuan, stabilitas, keselamatan dan kenyamanan gedung terhadap
segala macam beban dan terhadap bahaya lain dari kondisi sekitarnya.
Bangunan secara fisik (umumnya) berbahan dasar beton, baja, maupun
kombinasi antara beton dan baja. Bangunan gedung merupakan wujud fisik hasil
pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian
dan/atau seluruhnya berada di atas maupun di dalam tanah dan/atau air yang
berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau
tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya
maupun kegiatan khusus (UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung).
Beton
Beton merupakan komponen utama dalam sebuah konstruksi bangunan pada
umumnya dalam bidang konstruksi di dunia. Persentase pemanfaatan beton sebagai
material utama konstruksi bangunan mencapai 60% di Indonesia. Konstruksi beton
dapat terlihat dalam pembuatan gedung-gedung, rumah, jalan, bendungan, saluran
air, dan lain-lainnya (Mulyono 2005).
Manusia memanfaatkan beton sejak zaman dahulu. Sejarah mencatat bahwa
pemanfaatan beton untuk konstruksi bangunan sejak tahun 3000 SM oleh bangsa
Mesir kuno. Orang-orang Mesir kuno memanfaatkan gips (mengandung kalsium)
dengan penambahan air, pasir, split untuk membuat beton. John Smeaton
menemukan beton dengan campuran semen dan air pada tahun 1756 yang kemudian
4
disebut beton/mortar. Semen tesebut mengandung campuran antara pozzolanic
cement dan batuan kapur.
Beton merupakan bahan campuran antara semen, pasir, agregat (kasar dan
halus), air, serta zat aditif. Campuran bahan-bahan tersebut mengering dan
mengeras, sehingga menjadi benda padat (Gunawan dan Margaret 1987). Beton
adalah campuran semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat
kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (SNI-287 2013).
Komposisi beton mengandung rongga udara sekitar 1% - 2%, pasta semen
(semen dan air) sekitar 25% - 40%, dan agregat (halus dan kasar) sekitar 60% 75%. Untuk mendapatkan kekuatan yang baik, sifat dan karakteristik dari masingmasing bahan penyusun tersebut perlu dipelajari (Mulyono 2005). Beton
mendapatkan bahan campuran tambahan (admixture) pada campurannya
berdasarkan keadaan tertentu atau khusus, misalnya untuk memperlambat atau
mempercepat proses pengeringan maupun akibat adanya pengaruh pH dan suhu
lingkungan sekitarnya.
Keunggulan beton antara lain mudah diaduk, disalurkan, dicor, dipadatkan
dan diselesaikan, tanpa menimbulkan pemisahan bahan sususnan pada adukan dan
mutu beton yang disyaratkan oleh konstruksi tetap dipenuhi (Daryanto 1994).
Keunggulan beton lainnya yaitu kuat tekan tinggi, stabilitas volume yang baik dan
biaya perawatan murah. Beton pun lebih tahan terhadap pengaruh lingkungan, tidak
mudah terbakar, dan lebih tahan terhadap suhu tinggi, sehingga banyak digunakan
sebagai pelindung struktur baja terhadap pengaruh kebakaran pada bangunan
gedung (Hidayat 2009).
Kekurangan material beton sebagai bahan konstruksi bangunan yaitu
memiliki gaya tarik yang rendah. Sifat dan karakteristik beton secara mekanik yaitu
mampu menahan gaya tekan yang tinggi namun lemah terhadap gaya tarik.
Kekuatan beton terhadap gaya tarik hanya 9% - 15% dari kekuatan gaya tekan.
Beton pun lemah untuk menahan gaya tegangan yang tinggi, sebab nilai elastisitas
beton yang rendah.
Fakta kekurangan beton tersebut menyebabkan perlu adanya penambahan
material lainnya untuk menutupi kekurangannya. Material tambahan lainnya yaitu
batang tulangan baja. Batang tulangan baja memiliki fungsi untuk memperkuat dan
menahan gaya tarik, sedangkan beton untuk menahan gaya tekan. Beton
bertulangan baja kemudian lazim disebut beton bertulang (Dipohusodo 1996).
Pemberian perkuatan pada elemen beton bertulang, berupa penambahan tulangan
tekan (compression steel) merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan
kekuatan, kekakuan dan daktilitas beton bertulang (Nur 2009).
Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan
yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau tanpa
prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja
bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja (SNI 03-2847 2002). Beton
bertulang merupakan kombinasi antara campuran beton dan batang tulangan baja
(polos maupun ulir) yang bekerja untuk saling menguatkan terhadap adanya
perlakuan gaya (beban) berupa gaya tekan dan gaya tarik.
5
Pembesian
Pekerjaan struktur bangunan merupakan pekerjaan dasar dan utama pada
pelaksanaan pembangunan suatu bangunan. Struktur bangunan berhubungan
dengan beton bertulang, khususnya untuk bangunan gedung tinggi. Beton bertulang
merupakan kombinasi campuran beton (semen, agregat dan air) dan batang
tulangan baja. Tulangan pada beton tersusun sedemikian rupa membentuk rangka
tulangan dalam beton. Beton bertulang hampir mencakup seluruh bagian pada
konstruksi bangunan, seperti: lantai, balok, kolom, dinding geser (shear wall),
tangga, dan pondasi. Hal ini menyebabkan pembesian sebagai pekerjaan penting
dalam perencaan struktur bangunan.
Pembesian (penulangan) merupakan tahap pekerjaan awal pada beton
bertulang. Pekerjaan pembesian mempunyai peranan sangat penting dari aspek
kualitas pelaksanaan, sebab fungsi tulangan yang penting dalam kekuatan struktur
gedung. Pembesian merupakan faktor terpenting dalam beton bertulang selain mutu
beton itu sendiri. Fungsi tulangan sebagai tendon (urat) dalam beton. Besi baja
sebagai tulangan bertujuan untuk meningkatkan kuat tarik beton yang pada
dasarnya beton sangat lemah untuk menerima gaya tarik namun kuat untuk
menerima gaya tekan.
Pekerjaan ini terbagi menjadi dua berdasarkan lokasi perakitan, yaitu pada
area pabrikasi (workshop) dan area pengecoran (cast in place). Tahapan kerja
perakitan besi tulangan yaitu penyediaan material baja tulangan, pemotongan,
pembengkokan, dan perakitan.
Tekla Structures
Tekla Structures merupakan sebuah terobosan terbaru sebagai perangkat
lunak (software) desain grafis untuk rancang bangun suatu bangunan dalam dunia
konstruksi. Tekla Structures awalnya dikenal sebagai Tekla X-Steel di pertengahan
tahun 1990 (Jiang Xinan 2011). Program ini merupakan aplikasi BIM (Building
Information Modeling). Tekla corporation merupakan perusahaan pengembang
Tekla Structures berbasis BIM. Tekla Corporation mendirikan perusahaan di
Finlandia pada tahun 1966 dan memiliki kantor pusat di Espoo, Finlandia,
sedangkan kantor cabang dari Tekla Corporation berada di Swedia, Denmark,
Jerman dan Amerika Serikat. Perusahaan ini memperkenalkan empat jenis
perangkat lunak (software), antara lain Tekla Structures untuk pekerjaan struktur,
Tekla Xpower untuk bagian elektrikal, Tekla Xpipe untuk perpipaan, dan Tekla
Xcity untuk arsitektur.
NIBS (2008) menjelaskan BIM is a digital representation of physical and
functional characteristics of a facility. As such it serves as a shared knowledge
resource for information about a facility forming a reliable basis for decisions
during its life-cycle from inception onward. Secara implisit, BIM merupakan proses
yang melibatkan generasi dan pengelolaan representasi digital dari karakteristik
fisik dan fungsional fasilitas yang ada. BIM merupakan sebuah pendekatan dalam
mendesain bangunan, konstruksi, serta manajemen saat pelaksanaan. BIM itu
meliputi lebih dari sekedar geometri. BIM mencakup hubungan spasial, analisis
cahaya, informasi geografis, jumlah dan sifat dari komponen bangunan. Selain itu,
BIM berisi informasi-informasi tentang desain bangunan dan konstruksi. Model
6
suatu objek tidak hanya geometris tetapi model tersebut juga berisi informasi
tentang bahan yang digunakan, berat, biaya, waktu dan bagaimana bagian dipasang,
dan lain-lain. (Janni Tjell 2010).
Tekla adalah aplikasi Building Information Modeling yang dikembangkan
oleh Tekla Corporation untuk keperluan menghitung dan merekayasa struktur
termasuk juga fitur-fitur komprehensif yang bisa digunakan bagi para detailer,
fabricator, manufactor dan constructor. Modul untuk keperluan manajemen
konstruksi juga sudah ditambahkan pada software ini. (Khemlani 2008). Tekla
Structures adalah sebuah software pemodelan dengan konsep BIM tiga dimensi
(3D) dengan seluruh obyek struktur terpresentasi lengkap dengan segala
informasinya.
Gambar 1 Diagram hubungan antar pekerjaan konstruksi (Tekla, 2011)
Tekla Structures merupakan program yang dapat membantu penyelesaian
suatu proyek mulai dari proses perencanaan (pemodelan, analisa struktur,
pendetailan), hingga proses pelaksanaan (fabrikasi, dan manajemen kontruksi)
(Erlina 2011). Menurut Hergunsel Mehmet (2011), prinsip dasar dari pemodelan
Tekla Structures adalah dapat menggunakan model bangunan 3D untuk
mendapatkan semua gambar proyek yang diperlukan, termasuk tampak, potongan,
gambar presentasi, gambar detail konstruksi, perhitungan kuantitas, estimasi harga,
dan kinerja waktu.
Keuntungan menggunakan Tekla Structures pada konstruksi adalah kualitas
tinggi dan dokumentasi akurat dari proses konstruksi, perbaikan manajemen
konstruksi, meningkatkan interaksi antara arsitek, insinyur dan kontraktor,
memungkinkan pra-fabrikasi dari berbagai komponen konstruksi untuk
meminimalkan kesalahan (Roginski 2011). Keuntungan lain menggunakan Tekla
adalah dapat menampilkan gambar dalam bentuk sebuah model secara 3D, 4D
(penjadwalan), dan 5D (estimasi biaya) dengan ribuan jenis profil, bentuk dan
sambungan. Perencanaan modeling dalam tekla untuk mengerjakannya dengan
7
sangat mudah dan cepat, menggurangi kesalahan dan mengurangi biaya pada
akhirnya.
Tekla Structures dapat menggabungkan kemampuan pemodelan, analisa, dan
desain struktur lengkap dengan detail dan gambar perencanaannya. Tekla
Structures mampu terintegrasi dengan beberapa software analisis struktur seperti
SAP, STAAD, S-Frame, GTStrudl, Robot. Para perencana dapat merasakan
lingkungan kerja yang tidak terputus antara model, gambar dan analisis sehingga
mengurangi kesalahan dan meningkatkan produktivitas.
Tekla Corporation mengembangkan server multiuser, sehingga dapat
mendukung maksimum 40 pengguna beroperasi secara bersamaan. Format yang
didukung oleh Tekla Structures adalah IFC, DWG, CIS/2, DSTV, SNDF, DGN dan
DXF, sehingga Tekla Structures dapat digabungkan dengan aplikasi-aplikasi yang
sudah ada. Software ini terhubung dengan berbagai jenis sistem melewati Tekla
Open API. IFC, CIS/2, DSTV dan SDNF merupakan contoh format biasa yang
didukung oleh Tekla Structures, sedangkan DWG, DGN dan DXF merupakan
contoh dari format yang sudah jadi hak milik yang didukung oleh Tekla Structures
(Jian Xinan 2011).
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-September 2014 yang bertempat
di Proyek Pembangunan Chase Tower di Jalan Sudirman Kavling 21 Setiabudi,
Jakarta Selatan, Jakarta. Pengolahan data penelitian dan pelaksanaan pemodelan
dilakukan di sekitar kampus IPB Dramaga.
Gambar 2 Lokasi proyek Chase Tower (Google Maps 2014)
8
Bahan
Bahan penelitian yang digunakan merupakan data sekunder. Data penelitian
yang digunakan berasal dari proyek pembangunan gedung Chase Tower, Jakarta
Selatan oleh PT. Arkonin sebagai Manajemen Konstruksi. Data sekunder yang
diterima berupa softcopy dokumen DED (Detailed Engineering Design) dan shop
drawing.
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1.
Notebook dengan spesifikasi Intel® Core™ i3 3217U Processor 1,8 GHz,
grafis NVIDIA® GeForce® GT 635M dengan 2GB DDR3 VRAM, RAM
4GB DDR3, Operating System Windows 8.1 32-bit.
2.
Mouse
3.
Kalkulator
4.
Program Tekla Structures v17
5.
Program BIMSight Tekla Structures
Prosedur Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, antara lain:
1. Persiapan penelitian
Persiapan penelitian pertama yang dilakukan adalah penentuan lokasi
penelitian dan data-data yang dibutuhkan agar mempermudah dalam
pelaksanaan penelitian. Pada tahap ini juga dilakukan penginstalan Tekla
Structures 17.
2.
Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan langkah kedua setelah tahap persiapan
dalam pemodelan gedung chase tower. Dalam pengumpulan data peranan
instansi yang terkait sangat diperlukan sebagai pendukung dalam
memperoleh data-data yang diperlukan.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yaitu
berupa data Detail Engineering Design (DED) dan shop drawing pada
pembangunan gedung Chase Tower, Jakarta Selatan. Data ini diperoleh dari
PT. Arkonin pada proyek pembangunan Chase Tower. PT. Arkonin bertindak
sebagai Manajemen Konstruksi pada proyek ini.
3.
Pemodelan 3D menggunakan Tekla Structures
a. Pembuatan grid
Sebelum dilakukan pemodelan objek kolom, balok, dan objek struktur
lainnya di Tekla Structures, hal yang perlu dilakukan pertama kali adalah
pembuatan garis grid. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
Pada tab modeling, kemudian dipilih create grid.
Diklik dua kali pada grid untuk memunculkan kotak dialog properties
yang berfungsi untuk memodifikasi karakteristik grid.
9
Koordinat X, Y, dan Z didefinisikan sesuai shop drawing dan DED.
Perlu diketahui bahwa koordinat X dan Y bersifat relatif dan Z bersifat
mutlak. Gambar grid chase tower disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Grid Chase Tower
b.
Pemodelan kolom
Tahap-tahap pemodelan kolom beton yaitu :
Pada tab modeling, kemudian dipilih create concrete column.
Ditentukan column pada posisi yang diinginkan.
Kemudian dirubah karakteristik kolom, klik dua kali pada kolom agar
muncul kotak dialog concrete column properties. Gambar permodelan
kolom beton chase tower disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Permodelan kolom Chase Tower
c.
Pemodelan balok
Tahap-tahap pemodelan balok beton yaitu:
Pada tab modeling, kemudian dipilih create concrete beam.
Pada grid ditentukan titik awal dan titik akhir.
10
Kemudian dirubah karakteristik balok, klik 2 kali pada balok agar
muncul kotak dialog concrete beam properties. Gambar permodelan
balok beton chase tower disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5 Permodelan balok Chase Tower
d.
Pemodelan slab
Tahap-tahap pemodelan balok beton yaitu:
Pada tab modeling, kemudian dipilih create concrete slab.
Dilakukan pemilihan titik awal slab.
Ditentukan titik-titik pojok slab.
Setelah itu dipilih titik awal lagi, atau diklik tombol tengah mouse
untuk menyelesaikannya.
Kemudian dirubah karakteristik slab, klik 2 kali pada slab agar
muncul kotak dialog concrete slab properties. Gambar permodelan
slab chase tower disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6 Permodelan slab Chase Tower
e.
Pemodelan shear wall
Tahap-tahap pemodelan shear wall yaitu:
Pada tab modeling, kemudian dipilih create concrete panel.
11
Pada grid ditentukan titik awal dan titik akhir shear wall.
Dirubah karakteristik shear wall, klik 2 kali pada shear wall agar
muncul kotak dialog Concrete Panel Properties. Gambar permodelan
shear wall chase tower disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7 Permodelan shear wall chase tower
f.
Pemodelan tangga
Tipe tangga yang terdapat dalam pembangunan chase tower adalah
tangga beton sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam
pemodelan yaitu:
Tangga beton digunakan pada situasi menghubungkan dua slab beton.
Sebelum dimulai, dibuat terlebih dahulu dua slab beton yang agar
dihubungkan oleh tangga dengan elevasi yang telah ditentukan.
Pada menu bar diklik Detailing, kemudian dipilih Component, dan
diklik kiri pada Component Catalog. Cara lain yaitu pada keyboard
ditekan Ctrl+F.
Precast Stairs (65) dicari pada pilihan Search – All – Precast Stairs
(65).
Data dimensi setiap ukuran rancangan tangga dimasukkan dalam
setting tangga tersebut. Contoh dapat dilihat di Gambar 10.
Ditentukan pemilihan titik awal dan akhir. Titik awal yang
mengindikasikan level dari pijakan terendah dari tangga dan titik akhir
yang mengindikasikan level dari pijakan teratas dari tangga.
Diklik tombol tengah dari mouse untuk menyelesaikannya. Contoh
gambar tangga beton disajikan pada Gambar 11.
12
Gambar 8 Penggunaan Component Catalog
Gambar 9 Tampilan Component Catalog
Gambar 10 Tampilan Precast stairs (65)
13
Gambar 11 Hasil penampang tangga beton
g.
Clash and Check
Untuk menemukan clash and check objek diperlukan beberapa langkah
yaitu:
Pada tab tools, kemudian dipilih Clash Check Manager (CCM).
Pada model, dipilih objek-objek yang ingin dicek.
Atau pilihan lainnya bisa dengan memilih objek-objek dalam model
organizer. Diklik kanan dan pilih dalam model.
Sebagai peringatan, sebaiknya tidak dilakukan pengecekan untuk
seluruh objek dalam model. Untuk hasil yang maksimal hanya dipilih
objek-objek tertentu.
Setelah diklik objek, pilih Run dalam CCM.
Setelah dilakukan running dan jika pada hasilnya ada beberapa objek
yang clash maka untuk melihat objek tersebut pada model, klik nama
objek pada CCM.
Kemudian dilakukan perbaikan pada model, gambar permodelan
CCM disajikan pada Gambar 12.
Gambar 12 Permodelan balok yang terdeteksi oleh CCM
14
h.
Penggunaan model organizer.
Model organizer digunakan agar seluruh komponen yang telah dibuat
dapat digabungkan berdasarkan klasifikasi yang diinginkan.
Pada tab tools, kemudian dipilih model organizer.
Kemudian terdapat menu object types dan dipilih new object types.
Dibuat kategori tiap objek dengan memilih pada object types.
Dikelompokkan semua objek berdasarkan elevasi atau per lantai
bangunan gedung. Model organizer pada chase tower disajikan pada
Gambar 13.
Gambar 13 Model organizer pemodelan chase tower
4.
Pemodelan pembesian pada struktur konstruksi bangunan.
Untuk pembesian dimanfaatkan fitur dalam software Tekla Structures yaitu
component catalog. Component catalog tersimpan berbagai macam jenis
sambungan, bentuk pembesian, kombinasi pembesian, serta banyak lagi fitur
yang dapat dimanfaatkan. Contohnya dapat dilihat pada Gambar 9.
a.
Membuka Component catalog.
Langkah pertama diklik Detailing pada menu
Kursor mouse diarahkan pada Component,
Langkah terakhir diklik satu kali Component catalog.
b.
Pembesian (penulangan) bore pile
Dilihat dan diikuti Tahap 4. a.
Dicari pada Concrete detailing, double klik pada Reinforcement, klik
kiri pada Column, dan double klik pada Round column reinforcement
(82).
Pada jendela Round column reinforcement (82) data pembesian
dimasukkan dan disesuaikan berdasarkan data DED atau shop
drawing. Dapat dilihat pada gambar 14.
Data yang telah selesai dimasukkan kemudian diklik Apply dan Ok.
Lantai yang ingin diberikan pembesian diklik sekali, kemudian
ditekan tombol Esc pada keyboard jika sudah selesai.
15
Gambar 14 Tampilan Round column reinforcement (82)
c.
Pembesian (penulangan) pile cap
Dilihat dan diikuti Tahap 4. a.
Dicari pada Concrete detailing, double klik pada Reinforcement, klik
kiri pada Foundation, dan double klik pada Pilecap reinforcement
(76).
Pada jendela Pilecap reinforcement (76) data pembesian dimasukkan
dan disesuaikan berdasarkan data DED atau shop drawing. Dapat
dilihat pada gambar 15.
Data yang telah selesai dimasukkan kemudian diklik Apply dan Ok.
Lantai yang ingin diberikan pembesian diklik sekali, kemudian
ditekan tombol Esc pada keyboard jika sudah selesai.
Gambar 15 Tampilan Pilecap reinforcement (76)
d.
Pembesian (penulangan) lantai (slab).
Dilihat dan diikuti Tahap 4. a.
Dicari pada Concrete detailing, double klik pada Reinforcement, klik
kiri pada Slab, dan double klik pada Slab bars (18).
Pada jendela Slab bars (18) data pembesian dimasukkan dan
disesuaikan berdasarkan data DED atau shop drawing. Dapat dilihat
pada Gambar 16.
Data yang telah selesai dimasukkan kemudian diklik Apply dan Ok.
Lantai yang ingin diberikan pembesian diklik sekali, kemudian
ditekan tombol Esc pada keyboard jika sudah selesai.
16
Gambar 16 Tampilan Slab bars (18)
e.
Pembesian (penulangan) kolom (column).
Dilihat dan diikuti Tahap 4. a.
Dicari pada Concrete detailing, double klik pada Reinforcement, klik
kiri pada Column, dan double klik pada Rectangular column
reinforcement (83).
Pada jendela Rectangular column reinforcement (83) data pembesian
dimasukkan dan disesuaikan berdasarkan data DED atau shop
drawing. Dapat dilihat pada Gambar 17.
Data yang telah selesai dimasukkan kemudian diklik Apply dan Ok.
Kolom yang ingin diberikan pembesian diklik sekali, kemudian
ditekan tombol Esc pada keyboard jika sudah selesai.
Gambar 17 Tampilan Rectangular calomn reinforcement (83)
f.
Pembesian (penulangan) balok (beam).
Dilihat dan diikuti Tahap 4. a.
Dicari pada Concrete detailing, double klik pada Reinforcement, klik
kiri pada Column, dan double klik pada Rebar in beam (90).
17
Pada jendela Rebar in beam (90) data pembesian dimasukkan dan
disesuaikan berdasarkan data DED atau shop drawing. Dapat dilihat
pada Gambar 18.
Data yang telah selesai dimasukkan kemudian diklik Apply dan Ok.
Kolom yang ingin diberikan pembesian diklik sekali,
Titik awal ujung balok diklik sekali dan titik akhir balok diklik sekali
Kemudian ditekan tombol Esc pada keyboard jika sudah selesai.
Gambar 18 Tampilan Rectangular calomn reinforcement (83)
g.
Pembesian (penulangan) dinding (wall/panel).
Dilihat dan diikuti Tahap 4. a.
Dicari pada Concrete detailing, double klik pada Reinforcement, klik
kiri pada Panel, dan double klik pada Wall panel (64).
Pada jendela Wall panel (64) data pembesian dimasukkan dan
disesuaikan berdasarkan data DED atau shop drawing. Dapat dilihat
pada Gambar 19.
Data yang telah selesai dimasukkan kemudian diklik Apply dan Ok.
Kolom yang ingin diberikan pembesian diklik sekali, kemudian
ditekan tombol Esc pada keyboard jika sudah selesai.
Gambar 19 Tampilan Wall panel (64)
18
5.
Modifikasi bagian desain berdasarkan kesesuaian terhadap DED maupun
shop drawing
Penelitian ini difokuskan pada perlakuan khusus terhadap tahapan bagian
pembesian yang akan dimodifikasi dan disesuaikan berdasarkan ketentuan
gambar detailed engineer drawing (DED) serta shop drawing. Pembesian
pada bagian-bagian khusus tersebut dijabarkan berdasarkan ketentuan dasar
perhitungan struktur bangunan yang digunakan oleh perusahaan perencana.
Selain itu, diberikan penjelasan terhadap kelebihan dan kekurangan selama
proses pemodelan menggunakan Tekla Structures dilaksanakan.
6.
Penyusunan laporan akhir
Tahapan terakhir, dilakukan penyusunan laporan akhir yang berisi
keseluruhan proses yang sudah dikerjakan.
Diagram alir tahapan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada gambar 20.
Gambar 20 Diagram alir pelaksanaan penelitian
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Proyek Chase Tower, Jakarta Selatan
Gedung Chase Tower merupakan sebuah bangunan gedung bertingkat tinggi
di Jakarta Selatan. Tujuan pembangunan gedung ini sebagai gedung perkantoran.
Pembangunan gedung Chase Tower bertempat di daerah Jl. Sudirman Kavling 21
Setiabudi, Jakarta Selatan, Jakarta. Kawasan ini merupakan jalan protokol/utama
Ibukota Jakarta dengan berdirinya gedung-gedung perkantoran di sepanjang jalan
ini.
Chase Tower memiliki jumlah total lantai sebanyak 50 lantai. Urutan pada
lantai dasar hingga puncak adalah basement, ground level, level 2 hingga level 47,
main roof, mechanical penthouse, dan penthouse. Total ketinggian gedung ini
mencapai 227.05 meter dari lantai basement hingga pucuk bangunan. Luas area
gedung ini mencapai 4823.47 m2 dan luas bangunan gedung ini mencapai 82503.24
m2. Keterangan lebih jelasnya berada di Lampiran 1.
Pembangunan gedung ini melibatkan beberapa perusahaan dalam proses
pelaksanaan. Perusahaan-perusahaan tersebut terbagi menjadi tiga bagian
pekerjaan, yaitu perencana, konsultan dan kontraktor (lihat Lampiran 1). PT.
Arkonin merupakan sebuah perusahaan yang secara khusus berperan sebagai
perusahaan konsultan manajemen konstruksi dalam proyek pembangunan gedung
ini. Perusahaan konsultan manajemen konstruksi memiliki tugas mengelola sumber
daya yang terlibat dalam proyek dapat teraplikasikan secara tepat. Sumber daya
dalam proyek konstruksi dikelompokkan dalam 5M diantaranya: manpower,
material, mechines, money and method. Manajemen konstruksi memiliki fungsi
mampu mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan seluruh pihak antara owner,
kontraktor, suplier, dan semua pihak yang terlibat dalam proyek yang dikerjakan
ini sehingga dapat mencapai tujuan dengan tepat waktu dan mutu yang diharapkan.
Gambar 21 Bagan hubungan fungsi dan tugas manajemen konstruksi (Dipohusodo
1996)
Standar acuan merupakan sebuah bagian utama dalam merencanakan suatu
kegiatan terutama pada pekerjaan konstruksi. Standar acuan memiliki fungsi
sebagai dasar hukum dalam melaksanakan maupun merancang suatu rancangan
20
bangunan. Buku spesifikasi konstruksi untuk proyek Chase Tower merujuk pada
standar ACI (American Concrete Institute), ASTM (American Society for Testing
and Material), AWS (American Welding Society) dan CRSI (Concrete Reinforcing
Steel Institute) sebagai acuan untuk merancang struktur beton konstruksi bangunan.
Spesifikasi bagian struktur beton ini mengatur semua pekerjaan beton untuk
menyelesaikan proyek ini, kecuali terdapat persyaratan yang lebih ketat atau perlu
adanya perlakuan khusus. Seluruh pekerjaan beton harus sesuai dengan spesifikasi
agar mendapatkan hasil kekuatan beton yang homogen pada seluruh struktur. ACI
serta CRSI merupakan spesifikasi yang mengatur dasar-dasar perencanaan beton
maupun beton bertulang untuk struktur beton. ASTM untuk mengatur dasar-dasar
tahapan pengujian dan penggunaan bahan material sesuai dengan spesifikasi
standar material. AWS merupakan standar pengembangan ilmu, teknologi, dan
aplikasi pada proses pengelasan baja dalam proses penyambungan maupun
pemotongan baja.
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi proyek ini secara teknis terbagi menjadi
empat tahapan pekerjaan konstruksi dan tiga zona pekerjaan pada setiap lantai.
Tahapan pekerjaan konstruksi antara lain membuat cetakan (bekisting),
pembesian/perakitan besi tulangan, pengecoran (menuangkan beton) dalam cetakan
(bekisting), dan perawatan beton bertulang. Tiga zona pekerjaan konstruksi
memotong bagian struktur gedung menjadi tiga bagian. Pembagian tiga zona ini
memiliki tujuan untuk mendapatkan kekuatan struktur beton tertinggi dengan
meminimasi jumlah peralatan penunjang pekerjaan konstruksi.
Pekerjaan struktur konstruksi gedung ini berurutan secara teknis yaitu saat
zona satu telah selesai mengerjakan proses merakit cetakan (bekisting) dan merakit
tulangan, selanjutnya pada zona dua melaksanakan proses persiapan merakit
cetakan. Zona satu melaksanakan proses menuangkan beton, maka zona dua sedang
dalam proses merakit tulangan beton dan zona tiga persiapan merakit cetakan
(bekisting). Zona satu mulai melepaskan cetakan setelah usia beton tujuh hari dan
memasuki proses perawatan beton, maka zona dua telah selesai proses percetakan
dan pembesian serta siap untuk proses pengecoran dan zona tiga dalam tahap
pembesian/perakitan besi tulangan. Proses ini berlanjut hingga proses pada lantai
di atasnya.
Gambar 22 Pembagian zona pada pembangunan lantai (Arkonin 2013)
21
Beton struktur lantai dan balok dapat melepaskan cetakan pada umur tujuh
hari pada tiap zona, namun tidak dapat melepaskan peralatan penunjang struktur
seperti penyangga/perancah (scaffolding) hingga umur beton mencapai 28 hari.
Alasan waktu melepaskan alat penyangga (scaffolding) sebelum umur beton 28 hari
adalah kekuatan beton belum mencapai maksimum dengan nilai koefisien kuat
tekan beton adalah satu (100%) (lihat Tabel 1).
Terdapat dua tipe teknik memasang scaffolding berdasarkan lokasi
pemasangan yang disebut shoring dan reshoring. Shoring merupakan teknik
memasang scaffolding yang berada tepat di bawah lokasi pengecoran namun
memasangnya harus rapat dengan jarak maksimum antar-scaffolding 30 cm.
Reshoring merupakan teknik memasang scaffolding yang berada pada level kedua
dan ketiga di bawah lokasi pengecoran dengan syarat jarak maksimum antarscaffolding adalah 2 meter. Reshoring mengijinkan melepaskan beberapa bagian
bekisting selain struktur utama (contoh: balok dan kolom).
Fungsi shoring dan reshoring yaitu membantu menyalurkan beban pada
kolom, balok, shear wall, dan slab (lantai) ke seluruh bagian dengan merata pada
struktur bagian bawah karena kondisi beton belum mencapai kering sempurna dan
mencapai kuat tekan beton maksimum (umumnya usia beton 28 hari). Selain itu
untuk mempercepat waktu pekerjaan konstruksi tanpa menghilangkan kekakuan
struktur.
Tabel 1 Perbandingan kuat tekan beton pada berbagai umur (PBI-1971)
Umur beton
Semen Portland biasa
Semen
Portland
dengan
kekuatan awal yang tinggi
3
0.40
7
0.65
14
0.88
21
0.95
28
1.00
90
1.20
365
1.35
0.55
0.75
0.90
0.95
1.00
1.15
1.20
Tekla Structures v17
Tekla Structures merupakan sebuah perangkat lunak rancang bangun suatu
bangunan secara virtual. Program (software) ini mampu menggambarkan dan/atau
memodelkan bentuk rancangan suatu bangunan secara rinci (detail), serta mampu
memberikan informasi bangunan dengan jelas. Tekla menggunakan media
komputasi sebagai tahapan pemodelan dalam proses perencanaan. Tekla dapat
menampilkan suatu pemodelan dalam bentuk 3D, 4D (model dan jadwal
pekerjaan), maupun 5D (model, jadwal pekerjaan dan estimasi biaya).
Tekla adalah aplikasi Building Information Model (BIM) yang dikembangkan
oleh Tekla Corporation untuk keperluan perhitungan dan rekayasa struktur
termasuk juga fitur-fitur komprehensif yang bisa digunakan bagi para detailer,
fabricator, manufaktur dan constructor. Tekla Corporation berdiri di kota Espoo,
Finlandia pada tahun 1966. Tekla Structures merupakan program yang dapat
membantu penyelesaian suatu proyek mulai dari proses perencanaan (pemodelan,
analisa struktur, pendetailan), hingga proses pelaksanaan (fabrikasi dan manajemen
kontruksi) (Erlina 2011).
Tekla Structures adalah sebuah software pemodelan dengan konsep BIM tiga
dimensi (3D) dengan seluruh objek struktur terpresentasi lengkap dengan segala
informasinya. Tekla Structures dapat menggabungkan kemampuan pemodelan,
22
analisa, dan desain struktur lengkap dengan detil dan gambar perencanaannya.
Keuntungan menggunakan Tekla Structures pada konstruksi adalah kualitas tinggi
dan dokumentasi akurat dari proses konstruksi, perbaikan manajemen konstruksi,
meningkatkan interaksi antara arsitek, insinyur dan kontraktor, memungkinkan prafabrikasi dari berbagai komponen konstruksi untuk meminimalkan kesalahan
(Roginski 2011). Para perencana (engineer) dapat merasakan kenyamanan serta
kemudahan sebab terjadinya kesatuan antara model, analisis, dan gambar. Hasilnya
yaitu mengurangi persentase kesalahan yang terjadi dan meningkatkan
produktivitas. Tekla Structures dapat merevisi kesalahan saat perencanaan dengan
mudah dan cepat.
Fasilitas Tekla Structures yaitu mampu terintegrasi dengan beberapa software
perancanaan konstruksi lai