Pengertian Anak Dan Kedudukan Anak Dalam Perkawinan

13

2.1.4 Menurut Kompilasi Hukum Islam

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga ruamah tanggayang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.

2.2 Pengertian Anak Dan Kedudukan Anak Dalam Perkawinan

2.2.1 Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Di dalam KUHPerdata berlaku prinsip bahwa keturunan yang sah didasarkan atas suatu perkawinan yang sah. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 250 yang menyatakan bahwa tiap anak yang dilahirkan atau ditumbuhkan sepanjang perkawinan, memperoleh si suami sebagai bapaknya.

2.2.2 Menurut Hukum Adat

Masyarakat hukum adat berbeda dengan masyarkat yang modern, dimana rumah tangga dari suatu ikatan petkawinan tidak saja terdapat anak kandung, tetapi juga terdapat anak tiri, anak angkat, anak asuh, anak akuan dan sebagainya. Semua anak-anak itu ada sangkut pautnya dengan hak dan kewajiban orang tua yang mengurus dan memeliharanya, begitu pula sebaliknya. Hukum Adat tidak mengenal tenggang waktu sesudah perkawinan dengan dilahirkanya seorang anak, artinya meskipun seorang anak lahir dalam waktu yang amat singkat sesudah pernikahan ibunya, maka suami tersebut tetap dianggap bapaknya. 14

2.2.3 Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Tujuan perkawinan adalah untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini dimaksudkan bahwa kebahagiaan yang diharapkan oleh pasangan yang telah menikah adalah memperoleh anak, yaitu dalam garis keturunan yang didasarkan pada hubungan darah dalm perkawinan. Perkawinan yang sah sebagaimana disebutkan dalam KUHPerdata dan juga dalam Undang- Undang perkawinan menganut prinsip bahwa anak yang dilahirkan dari suatu perkawinan yang sah adalah anak yang sah yang diakui oleh negara dan terdaftar sebagai anak yang lahir dari perkawinan yang sah dengan bukti akta kelahiran yang dikeluarkan oleh lembaga catatan sipil. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, mengenal dua macam status anak, yaitu anak sah dan anak luar kawin. Sebagaimana yang dijelaskan di dalam Pasal 42 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, bahwa anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. Undang-Undang ini tidak menyebutkan adanya suatu tenggang waktu untuk dapat menentukan sahnya seorang anak, seperti halnya dalam hukum adat, tetapi di dalam Hukum Islam maupun Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ada tenggang waktu kehamilan seorang ibu untuk dapat menyatakan sahnya seorang anak.

2.3 Kekuasaan Orang Tua Terhadap Anak Dalam Perkawinan