I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seringkali kita mendengar istilah “Pailit”, maka yang pertama kali ada di dalam benak kita adalah bangkrut. Bangkrut, diidentikkan dengan keadaan
seseorang yang tidak mampu lagi membayar hutang atau mengalami kegagalan di dalam usahanya.
1
Di Indonesia sendiri, pengaturan tentang kepailitan pertama kali diatur didal Failesement Verooerdening
2
yang kemudian diganti dengan dilahirkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang tentang kepailitan menjadi undang-undang. Dan yang
terakhir adalah diundangkannya Undang-Undang Nomo 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, dimana undang-undang
ini menggantikan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998. Kasus kepailitan yang merupakan perkara perdata khusus menarik untuk
diteliti, bukan hanya karena putusan pailit itu saja yang dapat dianalisa namun juga dampak dari putusan pailit itu .Kasus kepailitan bukan hanya berdampak
pada perusahaan saja, melainkan juga berdampak pada karyawannya, konsumen perusahaan, bahkan berdampak pada masyarakat Indonesia. Kasus pailit
Pengaturan kekepailitanan yang merupakan dasar penerapan hukum dalam kasus kepailitan adalah : 1 Menjamin perkembangan yang sama terhadap harta
kekayaan debitor diantara para kreditornya; 2 Mencegah agar debitor tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan kepentingan para kreditor;
3 Memberikan perlindungan kepada para debitor yang beritikad baik dan para krediturnya, dengan cara memperoleh pembebabasan utang. Sutan Remy
Sjahdeini, 2010 : 28. Seiring dinamisme perekonomian dan berkembangnya perusahaan di
Indonesia, mendorong pada perilaku usaha yang terkadang berujung pada kepailitan perusahaan. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang kepailitan,
1
Jono, “Hukum Kepolitian, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm.1
2
Staatblad 1905 Nomor 217 Juneto Staatblad 1906 Nomor 348
syarat dan ketentuan semuanya sudah jelas, namun adakalanya persoalan itu timbul membutuhkan penyelesaian yang rumit. Sehingga tidak bisa selesai dengan
non-litigasi saja, berlanjut pada penyelesaian litigasi yang kewenangannya pada Pengadilan Niaga.
Umumnya penyelesaian kasus kepailitan memang rumit, apalagi tidak dua pihak bahkan beberapa pihak yang berkepentingan atas kepailitan yang
dimaksud. Pada putusan pengadilan niaga setelahnya dapat pula diajukan mekanisme upaya hukum kasasi di Mahkamah Agung. Sehingga kita bisa
mengakses putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap pada Direktori Putusan Mahkamah Agung disertai dengan analisis terhadap sejumlah
komponen yang ada di dalam putusan hakim. Salah satu Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia dari sekian
banyak putusan-putusan yang ada adalah Putusan MA NO.141KPdt.Sus2010. Pada putusan tersebut dijelaskan para pihak yang bersengketa pada perkara ini
adalah sebagai berikut : PT UE ASSA dahulu bernama PT MAKARYA PROPERTY
3
sebagai Pemohon KasasiTermohon dan 1 Lukman Suriadi dan Liem Shu Siong; 2 Cicilia Sulistiowati; 3 Nadre Rama Wijaya; dan 4 Amin
Thalib sebagai Para Termohon Kasasi Ipara Pemohon, serta PT Bank MANDIRI PERSERO Tbk. sebagai Termohon Kasasi IIKreditur Lain.
Kemudian yang menjadi dasar tuntutangugatan pada kasus ini adalah perkara kepailitan, yang diawali oleh permohonan pailit Para Termohon Kasasi
Ipara Pemohon ke Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya diputus dengan Nomor: 16Pailit2009PN.Niaga.Sby pada tanggal 15 Desember 2009
karena Pemohon asasiTermohon tidak konsisten memenuhi perjanjian kemudian dilanjutkan
pengajuan kasasi
ke Mahkamah
Agung oleh
Pemohon KasasiTermohon yang diputus dengan Nomor 141KPdt.Sus2010 tentang
pembatalan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya. Dari putusan diatas, Fakta hukum yang relevan dan signifikan yang
dimuat dalam putusan Penjabaran dan penelaahan secara mendalam tentang
3
Diwakili oleh Heru Subroto sebagai Direktur PT UE ASSA memberi kuasa kepada Ivan Wijaya, SH., dan kawan-kawan, para Advokat
berbagai fakta hukum yang relevan dan signifikan yang dimuat dalam putusan. Selanjutnya masalah hukum yang dimuat dalam putusan Penjabaran dan
penelaahan secara mendalam tentang berbagai masalah hukum yang dimuat dan dicoba diselesaikan dalam putusan, serta penentuan fokus masalah hukum baik
sebagian atau seluruhnya yang dianalisa. Penerapan peraturan perundang- undangan, yurisprudensi, atau doktrin Penjabaran dan penelaahansecara
mendalam tentangbagaimana majelis hakim menerapkan peraturan perundang- undangan, yurisprudensi, atau doktrin terhadap fakta hukum dan masalah hukum
yang dimuat dalam putusan penerapan hukum. Berdasarkan latar belakang di atas, Peneliti melakukan pendalaman pada
putusan Hakim Mahkamah Agung yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap khususnya pada perkara perdata khusus yaitu tentang kasus kepailitan dengan
mengangkat judul: Kewenangan Pengadilan Niaga Surabaya Terhadap Penyelesaian Kasus Kepailitan Analisis Putusan Mahkamah Agung
NO.141KPdt.Sus2010. 1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kewenangan Pengadilan Niaga Surabaya terhadap penyelesaian
kasus kepailitan
analisis putusan
Mahkamah Agung
NO.141KPdt.Sus2010 ?
2. Bagaimana implikasi hukum pembatalan putusan Mahkamah Agung
terhadap putusan Pengadilan Niaga Surabaya ?
1.3 Metode Penelitian