10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Penyuluhan Penyuluhan merupakan salah satu contoh cara pendidikan kelingkungan.
Penyuluhan termasuk dalam bentuk pendidikan kelingkungan yang bertujuan menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan SP3K, tertulis bahwa
Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dalam mengakses
informasi-informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Penyuluhan konservasi mangrove diselenggarakan untuk
mengubah perilaku seseorang atau kelompok masyarakat agar menjaga dan melestarikan ekosistem mangrove
2.1.2 Lembaga Swadaya Masyarakat LSM Biota Foundation Menurut Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Nomor 32 Tahun 2009, Lembaga swadaya masyarakat adalah organisasi yang tumbuh secara swadaya, atas kehendak dan keinginan sendiri, ditengah
masyarakat, dan berminat serta bergerak dalam bidang lingkungan hidup.
2.1.2.1 Latar Belakang Pembentukan Biota Foundation Biota Foundation adalah organisasi lingkungan hidup independen yang
bersifat nonprofit yang merupakan lembaga yang peduli terhadap lingkungan pesisir dan pengembangan masyarakat dalam rangka meningkatkan kemajuan
dalam memanfaatkan sumber daya pesisir. Biota Foundation didirikan tanggal 5 Pebruari 2007 sebagai reaksi atas permasalahan rusaknya lingkungan pesisir
akibat dari dampak abrasi pantai yang terjadi sejak tahun 1986 di wilayah Kecamatan Tugu bagian barat Kota Semarang serta punahnya ekosistem
mangrove, yang mengancam perekonomian masyarakat khusus petani tambak dan para nelayan. Lembaga Swadaya masyarakat ini telah terdaftar di Kepanitiaan
Pengadilan Negeri Semarang pada tanggal 16 Juni 2011 dan juga telah terdaftar di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang pada tanggal 25 Agustus
2014. Biota Foundation berlokasi di Kota Semarang tepatnya di jalan Laut Mangunharjo RT 03 RW 1 Kecamatan Tugu Kota Semarang.
2.1.2.2 Kegiatan Biota Foundation Kegiatan Biota Foundation tidak hanya pada wilayah Semarang saja namun
juga mencangkup seluruh wilayah pesisir di Jawa Tengah. Telah banyak pelatihan, penyuluhan, sosialisasi, pemberdayaan masyarakat baik dewasa
maupun remaja yang telah dilakukan. Dimulai pada tahun 2005 hingga 2011 Biota Foundation fokus mengkonservasi pantai melalui penanaman mangrove dan
penyuluhan di Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, yang sekarang ini mencapai 1,7 juta bibit mangrove telah ditanam. Biota Foundation juga
mengembangkan dan memberdayakan masyarakat di daerah lain seperti di Pantai Surodadi Demak, di Pantai Kartika Jaya Kendal, Pantai Sigandu Batang, dan
Purwodadi. Biota Foundation juga sering mengadakan pelatihan dan penyuluhan kepada siswa-siswi maupun mahasiswa se-Jawa Tengah dengan acara bertema
Kemah Bakti Lingkungan.
2.1.3 Pengertian Konservasi Mangrove Pengertian konservasi dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 53 Tahun
2006 tentang Lembaga Konservasi, Konservasi adalah langkah-langkah pengelolaan tumbuhan dan atau satwa liar yang diambil secara bijaksana dalam
rangka memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan generasi masa mendatang. Kegiatan konservasi melalui pemeliharaan, pemanfaatan dan perlindungan
ekosistem mangrove, antara lain dapat dilakukan dengan menghindari proses erosi dan pengendapan yang berlebihan yang dapat mengganggu pertumbuhan,
memelihara dan menjaga kadar garam air permukaan dan air tanah, menjaga keseimbangan alamiah antara pertambahan tanah, erosi dan sedimentasi dari
kegiatan-kegiatan konstruksi di wilayah pesisir, melindungi kawasan mangrove dari tumpahan minyak dan bahan beracun lainnya, memanfaatkan hasil hutan
mangrove seperti kayu bakau dengan menetapkan batas maksimum produksinya untuk menjamin kelangsungan ekosistem. Kegiatan yang mengakibatkan
pengurangan areal hutan mangrove harus dihindari Dahuri, 1996 . Konservasi mangrove, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah dengan
menjadikan masyarakat sebagai komponen utama dalam pengelolaan dan
pelestarian hutan mangrove. Oleh karena itu, persepsi atau sudut pandang masyarakat mengenai keberadaan hutan mangrove perlu untuk diarahkan kepada
cara pandang betapa pentingnya sumberdaya hutan mangrove tersebut. Konservasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat serta
dapat mengelola dan memanfaatkan potensi mangrove secara terpadu dan berkelanjutan. Pengembangan sumber daya manusia sangat penting karena untuk
mengelola sumber daya alam harus dimulai dengan mengelola sumber daya manusia yang ada.
2.1.4 Materi Konservasi Mangrove Pengetahuan yang komprehensif diperlukan untuk mampu mencapai
kesadaran melestarian lingkungan hidup khususnya ekosistem mangrove secara optimal. Konservasi mangrove mencakup pemahaman tentang potensi mangrove
yang termasuk karakteristik serta manfaat dan fungsi mangrove, kerusakan dan upaya konservasi mangrove dan perundangan dan peraturan mengenai konservasi
mangrove. Berikut ini akan dibahas beberapa materi yang berkaitan dengan pengetahuan mangrove untuk masyarakat.
2.1.4.1 Potensi dan Manfaat Mangrove Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya yang dapat dipulihkan
renewable resources atau flow recources yang mempunyai manfaat ganda yaitu manfaat bio-ekologi dan sosio-ekonomis. Manfaat bio-ekologi berkaitan dengan
fungsi lingkungan dan habitat berbagai jenis fauna. Sedangkan manfaat sosio-
ekonomis berkaitan dengan aktivitas masyarakat dalam pemanfaatannya Harahab, 2010.
Hutan mangrove merupakan suatu ekosistem yang kompleks dan khas, serta memiliki daya dukung cukup besar terhadap lingkungan di sekitarnya. Oleh
karenanya ekosistem mangrove dikatakan produktif dan memberikan manfaat tinggi terutama dari fungsi yang dikandungnya. Secara garis besar, manfaat
ekonomis dan ekologis mangrove adalah : a. Manfaat ekonomis, terdiri atas :
Hasil berupa kayu kayu konstruksi, tiangpacang, kayu bakar, arang, serpihan kayu chips untuk bubur kayu.
Hasil bahan kayu Hasil hutan ikutan tanin, madu, alkohol, makanan, obat-obatan.
Jasa lingkungan ekowisata. b. Manfaat ekologis, yang terdiri atas berbagai fungsi lindung lingkungan, baik
lingkungan ekosistem daratan dan lautan maupun habitat berbagai jenis fauna, diantaranya :
Sebagai proteksi dari abrasierosi, gelombang atau angin kencang. Pengendali intrusi air laut.
Habitat berbagai jenis fauna. Sebagai tempat mencari makan, memijah dan berkembang biak berbagai
jenis ikan, udang dan biota laut lainnya. Pembangunan lahan melalui proses sedimentasi.
Memelihara kualitas air mereduksi polutan, pencemar air.
Penyerap CO
2
dan penghasil O
2
yang relatif tinggi dibandingkan tipe hutan lain.
Ekosistem mangrove sangat peka terhadap gangguan dari luar terutama melalui kegiatan reklamasi dan polusi. Waryono 1973; Saenger et al. 1983 dan
Kusmana 1993 melaporkan bahwa ada tiga sumber utama penyebab kerusakan ekosistem mangrove yaitu: pencemaran, penebangan yang berlebihantidak
terkontrol, dan konversi ekosistem mangrove yang kurang mempertimbangkan factor lingkungan menjadi bentuk lahan yang berfungsi non-ekosistem seperti
pemukiman, pertanian, pertambangan, dan pertambakan Harahab, 2010.
2.1.4.2 Upaya Penanganan Konservasi Mangrove Hilangnya ekosistem mangrove karena dikonversikan untuk penggunaan
lain sudah pasti akan berpengaruh negatif terhadap keanekaragaman hayati di daerah tersebut. Untuk menghindari hal tersebut yang perlu dilakukan adalah:
1 Mengupayakan luasan kawasan konservasi mangrove 20 dengan dasar pertimbangan terhadap rasionalisasi penggunaan terbesar dari pemanfaatan
lahan mangrove diperuntukan pertanian, pertambakan, dan permukiman. 2 Keberadaan dan kondisi mangrove yang sebenarnya perlu diketahui, sebagai
dasar untuk perencanaan dan penetapan kebijakan selanjutnya. 3 Perlu ditingkatkan pengetahuan tentang peraturan-peraturan.
4 Pengkajian tentang peralihan mangrove menjadi pertambakan atau penggunaan lain harus didasarkan pada:
a Kesesuaian lahan untuk tambak masalah tanah sulfat masam, gambut, pasir atau penggunaan lain.
b Pasang surut dan sumber air tawar. c Pensyaratan jalur hijau.
d Sistem perlindungan kawasan dan kawasan ekosistem lindung. e Dampak terhadap lingkungan.
f Infra struktur seperti pasar, ketersedian bibit dan lain-lain. g Pengenaan pajak untuk areal tambak, agar keinginan membuat tambak
berkurang. h Penetapan beberapa areal mangrove sebagai kawasan lindung.
2.1.4.3 Peraturan tentang Perlindungan Mangrove Kelestarian mangrove yang merupakan bagian penting dalam menjaga
keberlangsungan wilayah pesisir, terus terancam. Beberapa undang-undang yang terkait mangrove antara lain Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan, Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataaan Ruang, Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil, serta Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pada Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, diantaranya diatur larangan penebangan pohon di wilayah 130 kali jarak pasang
laut terendah dan pasang laut tertinggi. Larangan pembabatan pohon di pinggir laut atau mangrove itu tertuang dalam pasal 50 Undang-undang UU Kehutanan,
dan diatur masalah pidananya pada pasal 78 dengan ancaman 10 tahun penjara dan denda Rp 5 miliar. Dijabarkan juga dalam Undang-undang Nomor 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang telah menempatkan hutan mangrove sebagai Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil pasal 1 angka 4 dan terdapat ancaman pidana penjara dua hingga sepuluh tahun terhadap penebangan dan perusakan hutan mangrove di pesisir.
2.1.5 Pengetahuan Konservasi Mangrove Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan
pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya Keraf, 2010:22.
Pengetahuan merupakan hasil dan tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manuisa diperoleh melalui mata dan
telinga Notoatmodjo, 2007:139. Pengetahuan knowledge merupakan perilaku mengingat atau mengenali
informasi materi pembelajaran yang telah dipelajarai sebelumnya. Pengetahuan ini meliputi pengingatan kembali tentang rentangan materi yang luas, mulai dari
fakta spesifik sampai teori yang kompleks. Pengetahuan mencerminkan tingkat hasil belajar paling rendah pada ranah kognitif Anni, 2006:7.
Peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan merupakan proses mengerti atau memahami tentang suatu objek melalui indra yang dimilikinya. Pengetahuan
merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang. Sukmadinata 2007:41 mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki
seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini: 1 Faktor internal
Faktor internal meliputi jasmani dan rohani. Faktor jasmani adalah tubuh orang itu sendiri, sedangkan faktor rohani adalah psikis, intelektual, psikomotor,
serta kondisi afektif dan kognitifnya.
2 Faktor eksternal a. Tingkat pendidikan
Pendidikan berpengaruh dalam memberi respon yang datang dari luar. Orang berpendidikan tinggi akan memberi respon lebih rasional terhadap
informasi yang datang.
b. Papan Media Masa Media masa, baik cetak maupun elektronik merupakan sumber informasi
yang dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering mendengar atau melihat media masa tv, radio, dan majalah akan memperoleh
informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah mendapat informasi dari media masa.
c. Ekonomi pendapatan Keluarga dengan status ekonomi tinggi lebih mudah mencukupi kebutuhan
primer maupun kebutuhan sekunder dibandingkan dengan keluarga status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang
termasuk kebutuhan sekunder.
d. Lingkungan sosial ekonomi Manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam kehidupan saling berinteraksi
antara satu dengan yang lain. Individu yang berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi. Faktor hubungan sosial juga mempengaruhi
kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi.
e. Pengalaman Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal diperoleh dari
lingkungan kehidupan
dalam proses
perkembangannya. Orang
yang berpengalaman mudah menerima informasi dari lingkungan sekitar sehingga lebih
baik dalam mengambil keputusan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh faktor tersebut di atas merupakan hal
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengaruh dari intelektual, afektif, kognitif dan pengalaman manusia sebagai subjek akan
mempengaruhi pengetahuannya terhadap suatu objek yang terjadi melalui pengindraan.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu hal. Pengetahuan seseorang terhadap
objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya ada 6 tingkatan pengetahuan yakni:
a. Tahu know, adalah pengingatan materi yang telah dipelajari dalam bentuk mengulangi definisi, atau mengingat kembali recalling. Tahu merupakan
tingkat pengetahuan paling rendah. Contoh: dapat menyebutkan fungsi dan manfaat mangrove.
b. Memahami comprehension, merupakan kemampuan untuk menjelaskan sebuah objek dengan baik dan benar, dengan bentuk interpretasi maupun
kesimpulan. Misalnya, dapat menjelaskan mengapa mangrove perlu di konservasi.
c. Aplikasi application, adalah kemampuan untuk menerapkan hal yang telah dipelajari ke dalam situasi nyata atau kasus tertentu.
d. Analisis analysis, diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan suatu objek ke dalam komponen tertentu yang saling berkaitan.
e. Sintesis synthesis, merupakan kemampuan untuk menghubungkan materi- materi yang telah dipelajari ke dalam bentuk atau formulasi yang baru.
f. Evaluasi evaluation, adalah kemampuan menilai dan memeriksa objek yang
telah didapatkan dengan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Notoatmodjo, 2007:146.
Konsep tentang konservasi mangrove merupakan suatu obyek. Informasi tentang obyek ini dapat diperoleh seseorang melalui interaksinya dengan
lingkungan laut dan pesisir, maupun dari informasi yang diperoleh akibat komunikasinya dengan orang lain.
2.1.6 Tahun Sukses Pendidikan Tahun sukses pendidikan merupakan ukuran lamanya waktu yang ditempuh
oleh seseorang untuk mencapai pendidikan formal, terakhirnya dalam ilmu demografi dinyatakan dengan istilah tahun sukses. Tahun sukses dihitung
berdasarkan lamanya waktu yang ditempuh oleh seseorang untuk mencapai pendidikan terakhir. Di Indonesia program wajib belajar yang berlaku saat ini
adalah 12 tahun, yakni Sekolah Dasar SDsederajat selama 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama SMPsederajat selama 3 tahun dan Sekolah Menengah Atas
SMAsederajat selama 3 tahun. Maka jika seseorang telah menempuh pendidikan sampai SMAsederajat maka tahun suksesnya adalah 12 tahun, jika
hanya sampai tingkat SMPsederajat maka tahun suksesnya adalah 9 tahun dan jika hanya sampai tingkat SDsederajat maka tahun suksesnya adalah 6 tahun.
2.2 Kerangka Berfikir