UJI KUALITAS BENIH NON SERTIFIKAT DI DAERAH SATGAS BALAI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA MADIUN

UJI KUALITAS BENIH NON SERTIFIKAT DI DAERAH SATGAS BALAI
PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH TANAMAN PANGAN DAN
HORTIKULTURA MADIUN
Oleh: Pury Sulistyo Nindyasari (01710057)
Agronomy
Dibuat: 2006-02-02 , dengan 3 file(s).

Keywords: BENIH NON SERTIFIKAT,BALAI PENGAWASAN,SERTIFIKASI BENIH
TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
Dalam budidaya tanaman, benih merupakan salah satu faktor utama yang menjadi penentu
keberhasilan. Walaupun program perbenihan nasional telah berjalan sekitar 30 tahun, tetapi
ketersediaan benih bersertifikat belum mencukupi kebutuhan potensialnya. Salah satu faktor
masih rendahnya tingkat ketersediaan benih bermutu (bersertifikat) adalah tingkat kesadaran
masyarakat, dalam hal ini petani, untuk menggunakan benih yang berkualitas tinggi atau
bersertifikat masih sangat kurang. Pada umumnya, petani memilih benih non sertifikat karena
harga benih non sertifikat lebih murah daripada yang bersertifikat. Benih tersebut tentu saja tidak
terjamin kualitasnya. Benih non sertifikat banyak dijual di toko benih atau penangkar di daerah daerah. Kualitas benih non sertifikat dapat diketahui dengan pengujian laboratorium. Tugas dan
fungsi BPSB adalah melaksanakan analisis benih di laboratorium dan melakukan pengawasan
pemasaran benih.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas benih non sertifikat di daerah satgas
BPSBTPH Madiun.

Penelitian ini dilakukan di Satgas BPSBTPH Madiun. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis deskriptif kuantitatif yaitu dari hasil pengujian benih masing-masing sampel diambil
reratanya, kemudian rerata hasil pengujian masing-masing sampel dibandingkan dengan standar
pengujian laboratorium benih berkualitas atau bersertifikat berdasarkan komoditi. Dalam
Penentuan sample menggunakan metode purposif sampling yaitu sampel benih diambil dari
Kabupaten Madiun, Ponorogo, Ngawi, dan Magetan. Masing-masing Kabupaten diambil tiga
toko penjual benih atau penangkar. Tiap toko penjual benih atau penangkar diambil benih padi,
jagung, kedelai, kacang hijau, cabai, tomat, terong dan bayam dengan berat secukupnya.
Pengujian dan pengamatan yang dilakukan yaitu kadar Air Benih, kemurnian benih, daya
tumbuh benih dan persentase toko yang menjual benih non sertifikat berkualitas di daerah satgas
BPSBTPH Madiun.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase toko yang menjual benih non sertifikat
berkualitas di daerah satgas BPSBTPH Madiun untuk benih padi sebesar 33,33% (toko benih
Ponorogo A, Ponorogo B, Madiun C dan Ngawi C), benih kedelai sebesar 25,00% (toko benih
Ponorogo A, Ponorogo B dan penangkar Ngawi A), benih kacang hijau sebesar 16,67% (toko
benih Madiun B dan Ngawi B), sedangkan hasil pengujian laboratorium benih jagung dan benih
tanaman hortikultura semua tidak sesuai dengan standar pengujian laboratorium benih
berkualitas sehingga dikatakan tidak berkualitas. Tidak berkualitasnya benih padi sebagian besar
disebabkan oleh kemurnian dan kadar air benih, benih jagung dan kedelai sebagian besar
disebabkan oleh kadar air dan kemurnian benih, benih kacang hijau sebagian besar disebabkan

oleh kadar air benih, sedangkan benih tanaman hortikultura sebagian besar disebabkan oleh daya
tumbuh, kadar air dan kemurnian benih