Sistem Pendukung Keputusan Sertifikasi Benih Tanaman Perkebunan Pada balai Pengembangan Benih Tanaman Perkembangan

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Akhir Sarjana Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

KAHFI GUMELAR

10104272

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur milik Allah SWT dan Rasullnya Muhammad SAW yang telah memberikan karunia serta hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir

yang berjudul “Sistem Pendukung Keputusan Sertifikasi Benih Pada Balai

Pengembangan Benih Tanaman dan Perkebunan“ dapat selesai tepat pada

waktunya.

Tugas Akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan pada program

Strata 1 Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Program Studi Teknik Informatika

di Universitas Komputer Indonesia. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini

masih jauh dari sempurna baik dalam isi, program maupun penulisan dan tata

bahasa yang dipergunakan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih yang

sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu terutama kepada :

1. Ibu Tati Harihayati M., S.T., M.T., selaku sebagai Dosen wali dan sebagai

reviewer yang telah memberikan waktu dan kesempatan, serta bantuan

kepada penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

2. Ibu Mira Kania Sabariah, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik

Informatika dan sebagai reviewer yang telah meluangkan waktu,

terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan serta bantuan dalam


(3)

iv

4. Seluruh Staff sekretariat Jurusan Teknik Informatika.

5. Bapak Anton Nurcholis, SP. selaku pembimbing pada saat melakukan

penelitian di Balai Pengembangan Benih Tanaman dan Perkebunan

Bandung.

6. Ibu dan Ayahku tercinta yang telah memberikan dukungan serta kasih

sayang, perhatian dan doa-doa nya yang begitu besar sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini sekaligus menyelesaikan

pendidikan Program Sarjana yang di tempuh selama ini.

7. Adik-adikku Fikriyah Rahyuni dan Rachmi Poetri mauludi, terimakasih

atas dukungan dan bantuan doanya, sehingga membuat hati kakakmu ini

tenang dan selalu terhibur berkat ada kalian.

8. Belahan Jiwaku Nopi Yulianti yang selalu memberikan dukungan dan

doanya setiap saat, yang telah begitu sabarnya membantu dan memberikan

semua yang bisa diberikan demi menyelesaikan tugas akhir ini. I Love U

9. Sahabatku Diki Wibisana terima kasih atas do’a dan bantuannya, yang

telah membantu sepenuh hati tanpa ada kata lelah sedikitpun,

10.Seluruh saudara seperjuanganku di IF yang berjuang bersama dalam tugas

akhir ini. Ari thanks ri sudah jadi bahan ledekan kita (piss)....Mass Very

thanks for sharing everything....Yogi nyebelin tapi bisa diandalkan


(4)

v

malam..mohon maaf apabila ada teman-teman yang tidak dapat disebutkan

satu persatu saya hanya bisa mengucapkan terima kasih.

11.Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini,

mohon maaf tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari juga bahwa pada Laporan Tugas Akhir ini masih banyak

terdapat kekurangan, baik dalam cara penyajian laporan maupun kelengkapan

data. Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca akan sangat penulis hargai dan

harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga hasil Tugas Akhir ini bermanfaat

bagi kita semua, khususnya bagi yang membacanya. Amien.

Bandung, Mei 2010


(5)

v

ABSTRAK………...…...……….….. ABSTRACT………...………….……… KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SIMBOL…...…………... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN………..

1.1 Latar Belakang…………..…………..……… 1.2 Identifikasi Masalah…...……….. 1.3 Maksud dan Tujuan………..……….…

1.4 Batasan Masalah….………

1.5 Metode Penelitian……….………..……… 1.6 Sistematika Penulisan...……...….……….… BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….…

2. 1. Tinjauan Umum UPTD BPBTP Jawa Barat...…….. 2. 1.1 Sejarah Berdirinya UPTD BPBTP... 2. 1.2 Struktur Organisasi UPTD BPBTP... 2. 1.3 Asset... 2. 1.4 Sumber Daya Manusia... 2. 2. Landasan Teori………...

2.2.1 Sistem Pendukung Keputusan...……….. 2.2.1.1 Metode Keputusan...

2.2.1.2 Tahapan Pemodelan... 2.2.1.3 Pengambilan Keputusan Kriteria Maejemuk... 2.2.1.3 Penentuan Kriteria...

i ii iii v ix x xvii xx 1 1 3 3 4 5 8 9 9 9 10 11 12 13 13 13 13 15 15


(6)

vi

2.2.2 Jenis Metode Pengambilan Keputusan... 2.2.2.1 Analytic Hierarchy Process(AHP)... 2.2.1.2 Kelebihan dan Kelemahan AHP... 2.2.2.3 Prinsip Kerja AHP... 2.2.2.4 Langkah-langkah Perhitungan AHP... 2.3 Basis Data...

2.3.1 Pengertian Basis Data... 2.3.1.1 Definisi Basis Data... 2.3.1.2 Sistem Pengelola Basis Data... 2.3.1.3 Bahasa Basis Data... 2.3.2 Pemodelan Sistem... 2.3.2.1 Diagram Konteks... 2.3.2.2 Entity Relation Diagram... 2.3.2.3 Data Flow Diagram... 2.3.2.4 Kamus Data... 2.3.3 Peraangkat Lunak Pendukung... ... 2.3.3.1 Delphi 7.0...

2.3.3.2 My SQL... BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN...

3.1 Analisis Sistem... 3.1.1 Analisis Masalah... 3.1.2 Analisis Prosedur Sistem yang sedang Berjalan... 3.1.3 Analisis Pengkodean... 3.1.4 Analisis Metode AHP... 3.1.5 Analisis Kebutuhan Non Fungsional...

3.1.5.1 Analisis Pengguna / User... 3.1.5.2 Analisis Kebutuhan Perangkat Keras... 3.1.5.3 Analisis Perangkat Lunak... 3.1.6 Analisis Basis Data... 3.1.7 Analisis Kebutuhan Fungsional... 3.1.7.1 Diagram Konteks...

17 17 19 21 22 27 27 27 28 28 29 30 30 32 34 34 34 36 38 38 38 39 50 51 64 64 65 66 66 68 68


(7)

vii

3.2.1 Skema Relasi... 3.2.2 Struktur Tabel... 3.2.3 Perancangan Pengkodean... 3.2.4 Perancangan Menu... 3.2.2.1 Perancangan Antar Muka... 3.2.2.3 Perancangan Konfirmasi... 3.2.2.4 Jaringan Semantik... 3.2.2.5 Perancangan Prosedural dengan Menggunakan

Flowchart... BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM...

4.1 Implementasi... 4.1.1 Implementasi Perangkat Keras... 4.1.2 Implementasi Perangkat Lunak ... 4.1.3 Implementasi Data... 4.1.4 Implementasi Form... 4.1.5 Implementasi Antar Muka... 4.2 Pengujian Sistem... 4.2.1 Rencana Pengujian... 4.2.2 Kasus dan Hasil Pengujian Alpha... 4.3 Pengujian Beta...

4.3.1 Kesimpulan Hasil Pengujian Beta... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...

5.1 Kesimpulan... 5.2 Saran... DAFTAR PUSTAKA………...….. 89 91 95 96 97 102 105 106 109 109 109 110 110 114 115 124 124 126 130 134 146 146 147 148


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Model Sekuensial Linear (Waterfall)...6

Gambar 2.1 Struktur Organisasi UPTD BPBTP...11

Gambar 2.2 Tahapan pemodelan sistem...14

Gambar 2.3 Struktur Hierarki AHP...22

Gambar 3.1 Flowmap permohonan...41

Gambar 3.2 Flowmap Permohonan (lanjutan)...42

Gambar 3.3 Flowmap Pemeriksaan Administrasi...44

Gambar 3.4 Flowmap Pemeriksaan Lapangan...45

Gambar 3.5 Flowmap Pengolahan Data Benih...47

Gambar 3.6 Flowmap Pengesahan Sertifikat...49

Gambar 3.7 Contoh Hierarki untuk memutuskan Sertifikasi Benih...57

Gambar 3.8 Entity Relationship Diagram sistem pendukung keputusan sertifikasi di UPTD BPBPT...67

Gambar 3.9 Diagram Konteks Aplikasi Pendukung Keputusan Sertifikasi...68

Gambar 3.10 DFD Level 0 Pada Aplikasi Sistem Pendukung keputusan Sertifikasi Benih...69

Gambar 3.11 DFD Level 1 Proses pengolahan Data Master...70

Gambar 3.12 DFD Level 1 Proses 2.1 Pengolahan Data Benih...71

Gambar 3.13 DFD Level 1 Proses 2.2 Pengolahan Data Varietas...71

Gambar 3.14 DFD Level 1 Proses 2.3 Pengolahan Data Petani...72

Gambar 3.15 DFD Level 1 Proses 2.4 Pengolahan Data Kriteria...72

Gambar 3.16 DFD Level 1 Proses 2.5 Pengolahan Data User...73

Gambar 3.17 DFD Level 1 Proses 2.6 Pengolahan Data petugas...73

Gambar 3.18 DFD Level 3 Proses pengolahan Sertifikasi...74


(9)

tanaman Perkebunan...96

Gambar 3.23 Perancangan Form Login...97

Gambar 3.24 Perancangan Menu Utama...98

Gambar 3.25 Perancangan Tambah Data Benih...98

Gambar 3.26 Perancangan tambah Data Varietas...99

Gambar 3.27 Perancangan tambah Data Kriteria...99

Gambar 3.28 Perancangan tambah User...100

Gambar 3.29 Perancangan tambah Petugas ...100

Gambar 3.30 Perancangan data Pengajuan...101

Gambar 3.31 Perancangan data pemeriksaan...101

Gambar 3.32 Perancangan data perhitungan Bobot...102

Gambar 3.33 Konfirmasi Login Di Tolak...102

Gambar 3.34 Konfirmasi Data Yang Di masukan Belum Lengkap...103

Gambar 3.35 Konfirmasi Data yang akan diubah...103

Gambar 3.36 Konfirmasi NIP dan nama sudah ada...103

Gambar 3.37 Konfirmasi Data kriteria telah selesai ditambahkan...103

Gambar 3.38 Konfirmasi data Kriteria telah selesai ditambah...103

Gambar 3.39 Konfirmasi Data kriteria benih yang akan diubah...104

Gambar 3.40 Konfirmasi tambah data pengajuan...104

Gambar 3.41 Konfirmasi proses pemeriksaan...104

Gambar 3.42 Konfirmasi proses pemeriksaan telah selesai...104

Gambar 3.43 Konfirmasi proses perhitungan Bobot...104

Gambar 3.44 Jaringan Semantik...105


(10)

Gambar 3.46 Perancangan Prosedural Tambah Data...107

Gambar 3.47 Perancangan Prosedural Ubah Data...107

Gambar 3.48 Perancangan Prosedural Hapus data...108

Gambar 3.49 Perancangan Prosedural Flowchart Cari Data...108

Gambar 4.1 Menu login...115

Gambar 4.2 Menu Utama...116

Gambar 4.3 Pengolahan data Benih...116

Gambar 4.4 Pengolahan Tambah Data Benih...117

Gambar 4.5 Pengelohan data kriteria...117

Gambar 4.6 Pengolahan Tambah Data Kriteria...118

Gambar 4.7 Pengolahan Tambah Tahun...118

Gambar 4.8 Pengolahan Varietas...119

Gambar 4.9 Tambah Data varietas...119

Gambar 4.10 Pengolahan Petani...120

Gambar 4.11 Pengolahan data User...120

Gambar 4.12 Pengolahan Data Petugas...121

Gambar 4.13 Pengolahan data pengajuan...121

Gambar 4.14 Pengolahan Data Pemeriksaan...122

Gambar 4.15 Pengolahan Pemeriksaan Kriteria...122

Gambar 4.16 Perhitungan Bobot...123

Gambar 4.17 History hasil Penilaian...123


(11)

Tabel 2.2 Penjumlahan Kolom...23

Tabel 2.3 Penjumlahan Baris...23

Tabel 2.4 Perkalian TVP dengan elemen Matriks...24

Tabel 2.5 Penjumlahan Baris setelah Perkalian...24

Tabel 2.6 Ketentuan Random Index...26

Tabel 2.7 Perhitungan Vi...27

Tabel 3.1 Skala penilaian Perbandingan Berpasangan...52

Tabel 3.2 Contoh Matriks Perbandingan Kriteria pada benih jenis tanaman Kopi...53

Tabel 3.3 Contoh menjumlahkan Nilai perbandingan dengan jumlah kolom ( kolom)...55

Tabel 3.4 Contoh Pembagian nilai perbandingan dengan jumlah kolom (nilai kriteria/ kolom)...55

Tabel 3.5 Contoh Penjumlahan dan pembagian baris untuk mendapatkan TPV Kriteria Sertifikasi ( baris/n)...56

Tabel 3.6 Total Periority Value (TPV) kriteria...57

Tabel 3.7 Matriks perbandingan Subkriteria Keterangan Genetis...58

Tabel 3.8 kolom Subkriteria Keterangan Genetis...58

Tabel 3.9 baris / n subkriteria Keterangan Genetis...58

Tabel 3.10 TPV Subkriteria Keterangan Genetis...59

Tabel 3.11 Perkalian antara Nilai perbandingan dengan TPV Subkriteria Keterangan Genetis dan Penjumlahan setiap baris...59

Tabel 3.12 Matriks perbandingan Subkriteria Sertifikat Mutu Benih...60

Tabel 3.13 kolom Subkriteria Sertifikat Mutu Benih...60

Tabel 3.14 baris / n subkriteria Sertifikat Mutu Benih...60


(12)

Tabel 3.16 Perkalian antara Nilai perbandingan dengan TPV Subkriteria Sertifikat Mutu

Benih dan Penjumlahan setiap baris...60

Tabel 3.17 Matriks Perbandingan Subkriteria Umur...62

Tabel 3.18 kolom Subkriteria Umur...62

Tabel 3.19 baris / n subkriteria Umur...62

Tabel 3.20 TPV Subkriteria Umur...62

Tabel 3.21 Perkalian antara Nilai perbandingan dengan TPV Subkriteria Umur dan Penjumlahan setiap baris...63

Tabel 3.22 Spesifikasi Proses Pengambilan Keputusan Pada sertifikasi Benih...76

Tabel 3.23 Kamus Data...84

Tabel 3.24 Tabel Benih...91

Tabel 3.25 Tabel Varietas...91

Tabel 3.26 Tabel Kriteria...91

Tabel 3.27 Tabel Petani...92

Tabel 3.28 Tabel Standar Nilai...92

Tabel 3.29 Tabel Petugas...93

Tabel 3.30 Tabel User...93

Tabel 3.31 Tabel Tahun...93

Tabel 3.32 Tabel Pengajuan...94

Tabel 3.33 Tabel Pemeriksaan...94

Tabel 3.34 Tabel Perhitungan Bobot...95

Tabel 4.1 Tabel Implementasi Form...114

Tabel 4.2 Rencana Pengujian Sistem...125

Tabel 4.3 Pengujian Login User...126

Tabel 4.4 Pengujian Pengolahan Data User...126

Tabel 4.5 Pengujian Pengolahan Petani...127


(13)

(14)

xvii

DAFTAR SIMBOL

1. Diagram Alir Dokumen (Flowmap)

No Simbol Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

Dokumen

Menunjukan dokumen sebagai masukan/ keluaran baik secara manual/melaui kompuiter

Proses Manual

menunjukan proses yang dikerjakan secara manual

Operasi Komputerisasi Menunjukan proses yang dikerjakan oleh komputer

Manual Input

Menunjukan operasi input secara manual melalui keyboard

Magnetic Disk Menunjukan penyimpanan data dalam hardisk

Penyimpanan Dokumen

Digunakan untuk penyimpanan data sebagai arsip secara manual

Penghubung / Konektor

Digunakan sebagai penghubung ke dalam halaman berbeda

Aliran Data Menunjukan aliran data antar proses


(15)

xviii

menjadi hanya satu keluaran ataupun sebaliknya

Terminator

Mewakilii entitas luar dimana sistem berkomunikasi

Penyimpanan

Untuk memodelkan kumpulan data/paket data

Aliran

Menggambarkan gerakan paket data atau informasi dari suatu bagian lain dari sistem dimana sistem penyimpanan mewakili lokasi penyimpanan data 2

3

4

5

storage

Menunjukan penyimpanan data dalam sebuah database


(16)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A Tampilan Antar Muka... A-1 Lampiran B Listing Program... B-1 Lampiran C Hasil Kuesioner………. C-1 Lampiran D Dokumen Manual Sistem Lama...………..……….. D-1 Lampiran E Surat Penelitian……….. E-1


(17)

142

[1] Abdul Kadir, 2004, Dasar Aplikasi Database MySql Delphi, Andi,

Yogyakarta.

[2] Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc., 2004, Pengambilan Keputusan Kriteria

Majemuk, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

[3] Husni, 2004, Pemrograman Database dengan Delphi, Graha Ilmu,

Yogyakarta.

[4] Jogianto H M, 1999, Pengenalan Komputer , Andi, Yogyakarta.

[5] Nugroho, Adi, 2004, Konsep Pengembangan Sistem Basis Data, Informatika, Bandung.

[6] Panduan Praktis PEMROGRAMAN Borland Delphi 7.0, Andi, Yogyakarta.

[7] Pressman, Roger S., 2002, Rekayasa Perangkat Lunak: Pendekatan Praktisi

(Buku I), Andi, Yogyakarta.

[8] Al-Bahra, Lajamudin, 2005, Analisis Dan Desain Sistem Informasi, Graha Ilmu, Yogyakarta.


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan adalah sebuah Badan pemerintah yang bergerak dibidang perkebunan. Dalam sistem perbenihan nasional,Unit PelaksanaTeknis Dinas (UPTD) Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan (BPBTP) Jawa Barat melaksanakan fungsi Subsistem pengendalian Mutu Benih (sertifikasi dan pengawasan Mutu Benih) dan sebagian fungsi Subsistem Produksi dan Distribusi tanaman Perkebunan.

UPTD BPBTP melaksanakan tugas subsistem pengendalian mutu benih (sertifikasi dan pengawasan mutu benih) tanaman perkebunan dalam rangka mengoptimalkan penggunaan benih bermutu. Sertifikasi benih adalah pemberian sertifikat benih tanaman setelah melalui proses pemeriksaan, pengujian dan pengawasan serta memenuhi persyaratan untuk diedarkan dan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Tujuan dalam sertifikasi benih itu sendiri adalah menjaga kemurnian varietas, memelihara mutu benih, memberi jaminan kepada pengguna dan memberikan legalitas kepada produsen benih.

Masalah yang dihadapi UPTD BPBTP dalam proses sertifikasi adalah masih kurang akurat dalam mekanisme perhitungan nilai yang telah diambil dari masing-masing Kriteriabenih atau bibit, serta bagaimana mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan sertifikasi, selain itu masalah yang dihadapi dalam


(19)

proses sertifikasi yaitu kurangnya efisiensi waktu dalam melakukan proses pengolahan data yang telah didapat dari hasil pemeriksaan lapangan.

Kesalahan dalam melakukan sertifikasi benih atau bibit akan berdampak negatif dalam menjaga kemurnian varietas dan berdampak negatif juga dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil tanaman perkebunan. Oleh karena itu di perlukan metode yang dapat membantu dalam menentukan keputusan dalam proses sertifikasi benih atau. Jika sumber kerumitan itu adalah beragamnya kriteria, maka metode Analytical Hierarchy Proses (AHP) merupakan metode yang dapat membantu menyelesaikan masalah ini. Dalam perkembangannya, AHP tidak saja digunakan untuk menentukan prioritas pilihan-pilihan dengan banyak kriteria, tetapi penerapannya telah meluas sebagai model alternatif untuk menyelesaikan bermacam-macam masalah, seperti memilih portfolio, analisis manfaat biaya, peramalan dan lain-lain.

Berdasarkan masalah yang dihadapi oleh UPTD BPBPT adalah bagaimana mengambil keputusan yang tepat dalam proses sertifikasi benih. Dengan ini penulis akan mencoba mengembangkan proses pendukung keputusan, dengan cara membuat perangkat lunak dengan judul “Sistem Pendukung Keputusan sertifikasi benih tanaman perkebunan. Menggunakan metode Analytical Hierarchy Proses (AHP)”.


(20)

3

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang akan diindentifikasikan oleh penulis adalah bagaimana membangun sebuah Sistem Pendukung Keputusan

Sertifikasi Benih Tanaman Perkebunan dengan menggunakan metode AHP pada

studi kasus di UPTD BPBTP Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian tugas akhir ini adalah untuk membangun sebuah sistem pendukung keputusan sertifikasi benih tanaman perkebunan di UPTD Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan pada studi kasus di UPTD BPBTP Bandung.

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah :

1. Untuk mempermudah pegawai BPBTP bagian sertifikasi dalam

membuat keputusan untuk benih (bibit) yang diperiksa layak atau tidak mendapatkan sertifikat.

2. Untuk menimalisir kesalahan dalam melakukan proses sertifikasi sehingga menghasilkan informasi yang lebih akurat.

3. Mengahemat waktu dalam melakukan proses sertifikasi.

4. Menghasilkan sertifikat yang sesuai dengan standar sertifikasi yang telah ditentukan.


(21)

1.4 Batasan Masalah

Adapun ruang lingkup yang akan dibahas akan sangat luas, untuk itu diperlukan batasan masalah sebagai berikut :

1. Sistem pendukung Keputusan yang dibuat ditujukan untuk bagian

sertifikasi Benih dan bibit.

2. Sistem pendukung keputusan untuk sertifikasi ini mengunakan metode Analytical Hierarchy Proses (AHP)

3. Sistem Pendukung Keputusan untuk sertifikasi ini dirancang untuk Dinamis.

4. Dalam menggunakan Metode AHP ini, kriteria maksimal sampai lima belas kriteria.

5. Proses yang terdapat dalam aplikasi sistem pendukung keputusan ini adalah pengolahan data hasil pemeriksaan lapangan dan pengolahan data perhitungan nilai-nilai dari kriteria dan subkriteria benih atau bibit.

6. Benih yang akan disertifikasi adalah benih yang telah diperiksa dan dihitung secara kolektif dari benih yang normal.

7. Keluaran yang dihasilkan apilkasi ini berupa sertifikat yang berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan.

8. Dalam memodelkan data akan digunakan ERD dan model proses akan menggunakan model terstruktur yaitu Diagram Context dan Data Flow


(22)

5

9. Sistem Pendukung Keputusan ini adalah bersifat Stand Alone yang digunakan oleh petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT) bagian sertifikasi.

10.Aplikasi pembangunan datanya menggunakan bahasa pemrograman yang digunakan adalah Borland Delphi 7.0 dan My SQL.

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan untuk membangun aplikasi sistem Pendukung keputusan sertifikasi benih tanaman perkebunan ini menggunakan metode analisis deskriptif yaitu suatu metode yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diperlukan, melalui tahapan sebagai berikut:

1. Tahap pengumpulan data

Metodologi yang digunakan dalam tahap mengumpulkan data yang berkaitan dengan penyusunan laporan dan pembuatan aplikasi adalah sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan

Tahap ini digunakan untuk mencari informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dengan bersumber pada buku-buku, serta bacaan lain yang kiranya dapat membantu dapat menyelesaikan pembangunan aplikasi ini.


(23)

b. Studi Lapangan b1. Observasi.

Observasi yang dilakukan berupa pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung di UPTD BPBTP.

b2. Interview.

Tahap ini digunakan untuk memperoleh data dengan cara komunikasi langsung dengan pihak terkait yaitu petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT) yang mengetahui seluk beluk tentang sertifikasi benih dan bibit. 2. Tahap pembuatan perangkat lunak.

Teknik analisis data dalam pembuatan perangkat lunak menggunakan model waterfall. Seperti terdapat pada gambar 1.1.

Umpan Balik

Gambar 1.1 Model Waterfall


(24)

7

1. Rekayasa Sistem

Tahap ini merupakan kegiatan pengumpulan data sebagai pendukung pembangunan sistem serta menentukan ke arah mana aplikasi ini akan dibangun.

2. Analisis Sistem

Mengumpulkan kebutuhan secara lengkap kemudian dianalisis dan didefinisikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh aplikasi yang akan dibangun. Tahap ini harus dikerjakan secara lengkap untuk bisa menghasilkan desain yang lengkap.

3. Perancangan

Perancangan antar muka dari hasil kebutuhan yang telah selesai dikumpulkan secara lengkap.

4. Pemograman (Coding)

Hasil perancangan sistem diterjemahkan kedalam kode – kode dengan menggunakan bahasa pemograman yang sudah ditentukan. Aplikasi yang dibangun langsung diuji baik secara unit.

5. Pengujian Sistem

Penyatuan unit-unit perogram kemudian diuji secara keseluruhan. 6. Pemeliharaan

Pada tahap pemeliharaan akan dilakukan penyesuaian apabila perangkat lunak mengalami perubahan seperti lingkungan eksternal yang berubah. Misalnya perangkat keras yang digunakan berubah ataupun system operasi yang berubah.

7. Umpan Balik

Merupakan respon dari pengguna sistem yang bisa digunakan utuk mengetahui sejauh mana aplikasi yang dibangun diterima oleh penggunanya.


(25)

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, penyusunan dibuat dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini dijelaskan tentang teori-teori dasar yang berhubungan dengan sistem yang dibangun, seperti pengertian akademik, pengertian sistem informasi, Borland Delphi 7 dan My SQL serta sekilas tentang profil UPTD BPBTP Prorivinsi Jawa Barat.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini menguraikan mengenai analisa dan perancangan sistem yang mencakup perancangan basis data, diagram ERD, diagram konteks dan data flow diagram dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

Bab ini menguraikan mengenai implementasi dan antarmuka sistem yang telah dirancang serta pengujiannya.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian dan laporan.


(26)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum UPTD BPBTP Jawa Barat

2.1.1 Sejarah Berdirinya UPTD BPBTP Jawa Barat (Profil BPBTP[1])

Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan adalah sebuah Badan pemerintah yang bergerak dibidang perkebunan. Dalam sistem perbenihan nasional, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan (BPBTP) Jawa Barat melaksanakan fungsi Subsistem pengendalian Mutu Benih (sertifikasi dan pengawasan Mutu Benih) dan sebagian fungsi Subsistem Produksi dan Distribusi tanaman Perkebunan.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan keberhasilan pelaksanaan fungsi dinas-dinas daerah Provinsi Jawa Barat, maka dipandang perlu ada kelembagaan dibawah dinas yaitu Unit Pelaksana Teknis (UPTD). Berdasarkan hal tersebut maka pada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat salah satunya dibentuk UPTD Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan (BPBTP) Jawa Barat yang menangani bidang perbenihan, UPTD ini merupakan pengukuhan dari instalasi pengawasan dan pengujian mutu benih(IP2MB) Tanaman Perkebunan yang dibentuk dari UPT pusat yaitu BP2MP (Direktorat Jenderal Perkebunan) sejalan dengan Pelimpahan kewenangan Pusat ke daerah (Otonomi Daerah).

Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan (BPBTP) dibentuk tanggal 12 April 2002 melalui Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2002


(27)

tentang perubahan atas peraturan daerah Provinsi Jawa Barat. Dengan lokasi Kantor dijalan Arcamanik No.106 Sindanglaya Kota Bandung. Dengan Keputusan Gubernur Nomor 25 Tahun 2003 tentang pembentukan instalasi Unit Pelaksana Teknis Dinas(UPTD)pada dinas perkebunan Provinsi Jawa Barat, dibentuk 6 instalasi pelayan perbenihan tanaman perkebunan sebagai perpenjangan tangan dari balai di lintas kabupaten/kota.

2.1.2 Struktur Organisasi UPTD BPBTP Jawa Barat

Struktur Organisasi UPTD BPBTP berdasarkan Peraturan Faerah No 15 Tahun 2000 Peraturan Daerah No 5 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan daerah No 15 Tahun 2000 tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat dan keputusan Gubernur No. 57 Tahun 2002 Tentang tugas pokok, Fungsi dan Rincian tugas pada UPTD dilingkungan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.

Untuk lebih jelasnya struktur organisasi UPTD BPBTP Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 2.1


(28)

11

Gambar 2.1 Struktur Organisasi UPTD BPBTP Jawa Barat

2.1.3 Asset

Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan Jawa Barat dalam melaksanakan tugas subsistem Pengendalian Mutu Benih (Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih) dan sebagian tugas Subsistem Produksi dan Distribusi Tanaman Perkebunan dilengkapi dengan Asset yaitu :

1. Kantor Balai : 1 Unit

2. Laboratorium : 2 Unit

3. Rumah Kassa : 2 Unit

4. Kantor Instalasi : 3 Unit

No. 1 s/d 3 berlokasi di Sindanglaya Ujungberung Bandung dan No 4Tersebar di kebun dinas Cipeo Subang, Cisarungga dan Sukahurip Ciamis, 3 instalasi lainnya


(29)

belum definitif lokasi kantornya. Selain itu dilengkapi dengan asset berupa 12 kebun dinas yang tersebar di 10 kabupaten yang berfungsi sebagai kebun sumber benih, kebun percobaan, kebun produksi dan kebun koleksi.

2.1.4 Sumber Daya Manusia

1. Jumlah Personil di Balai Sebanyak 23 Orang yang terdiri dari :

a. Tenaga Struktural :17 Orang

b. Tenaga Fungsional PBT : 2 Orang

c. Tenaga Honorer/TKK : 1 Orang

d. Tenaga Petunggu : 3 Orang

2. Latar Belakang Pendidikan :

a. S2 Agronomi : 1 Orang

b. S2 Manajemen : 1 Orang

c. S1 Agronomi : 4 Orang

d. S1 Sosial Ekonomi Pertanian : 2 Orang

e. S1 Ekonomi : 3 Orang

f. D3 Pertanian : 2 Orang

g. D3 Admnistrasi : 1 Orang

h. SLA : 4 Orang

i. SLTP : 2 Orang

3. Pangkat/Golongan :

a. Golongan IV : 2 Orang


(30)

13

c. Golongan II : 3 Orang

d. Honorarium : 4 Orang

2.2 Landasan Teori

Pada landasan teori ini akan menerangkan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan aplikasi sistem pendukung keputusan Sertifikasi Benih di UPTD BPBTP Jawa Barat baik mengenai sistem pendukung keputusan, database dan aplikasi membangun aplikasi.

2.2.1 Sistem Pendukung Keputusan

Seperti yang dijelaskan diatas, sistem didefinisikan sebagai kumpulan objek yang memiliki keterkaitan fungsi dan prosedur untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem pengambilan keputusan berkaitan dengan elemen-elemen keputusan seperti pengambilan keputusan, tool pengambilan keputusan, aturan dan ide atau prinsip dengan tujuan mencari solusi atas permasalahan keputusan yang dihadapi.

2.2.1.1 Metode Keputusan

Model keputusan relevan dengan model secara umum. Model didefinisikan sebagai representasi sederhana dari suatu keadaan nyata (Ramdhani [2]).

2.2.1.2 Tahapan Pemodelan

Pemodelan pada dasarnya merupakan proses membangun atau membentuk sebuah model, dalam bahasa formal tertentu, dari suatu system nyata berdasarkan sudut pandang tertentu menurut Ramdhani. Sistem nyata akan dilihat


(31)

dan dibaca oleh pemodelan dan bentuk citra atau gambaran tertentu dalam pikirannya.

Pemodelan dilakukan dalam beberapa tahapan seprti yang ditujukan oleh gambar 2.2 tahapan ini menjadi arah bagi pemodelan untuk membuat model yang memiliki karate dengan tingkat generalisasi tinggi, mekanisme transparan, berpotensi untuk dikembangkan peneliti lain, dan peka terhadap perubahan asumsi.

Gambar 2.2 Tahapan Pemodelan Sistem

Tahapan ini mengisyaratkan pemodelan untuk memasukkan komponen pada suatu sistem yang benar-benar menentukan prilaku sistem untuk suatu persoalan yang diamati dan mengisyaratkan bahwa pengguna model harus tetap memperhatikan validitasnya dan asumsinya.


(32)

15

Pengambilan kriteria majemuk pada prinsipnya menurut Ramdhani adalah sebagai berikut:

“Model pengambilan keputusan untuk penentuan prioritas alternatife dengan menggunakan dua atau lebih kriteria atau atribut, yang satu sama lain terkadang memiliki konflik dan kriteria yang tidak sepadan untuk beberapa kepentingan kelompok”.

Lebih lanjut lagi, menurut Ramdhani menyatakan penggunaan model untuk pengambilan keputusan kriteria majemuk untuk satu keputusan tergantung pada saat pemilihan kriteria satu analisis. Pada saat pembuatan kriteria, pengambilan keputusan harus mencoba untuk menggambarkan dalam bentuk kuantifikasi jika hal ini memungkinkan, karena akan selalu ada fakor yang tidak dapat dikuantufikasikan yang juga tidak dapat diabaikan. Bila diabaikan hal ini dapat mengakibatkan kriteria tersebut, karena kriteria yang kemungkinan sangat penting, tetapi sulit dikuantifikasikan adalah seperti faktor-faktor sosial (seperti gangguan lingkungan), estetika, keadilan, faktor-faktor politis, serta kelayakan pelaksanaan, akan tetapi jika suatu kriteria dapat dikuantifikasikan tanpa merubah pengertiannya, maka hal ini dapat dilakukan.

2.2.1.4 Penentuan Kriteria

Sifat-sifat yang harus diperhatikan dalam memilih kriteria pada setiap persoalan pengambilan keputusan adalah sebagi berikut menurut Ramdhani :


(33)

Kriteria yang dipilih harus dapat mencakup seluruh aspek penting dalam persoalan tersebut. Suatu set kriteria disebut lengkap apabila set ini dapat menunjukkan seberapa jauh seluruh tujuan dapat dicapai.

2. Operasional

Kriteria yang baik harus dapat digunakan dalam analisis. Sifat operasional ini mencakup beberapa pengertian, antara lain bahwa set kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambilan keputusan, sehingga ia dapat benar-benar menghayat implikasinya terhadapalternatif yang ada. Selain itu, jika tujuan pengambilan keputusan ini harus dapat digunakan sebagai sarana untuk meyakinkan pihak lain, maka set kriteria ini harus dapat digunakan sebagai sarana untuk memberikan penjelasan atau untuk berkomunikasi.

3. Tidak Berlebihan

Kriteria yang dipilih tidak berlebihan untuk menghindari perhitungan yang berulang. Proses menentukan set kriteria diusahakan menghindari kriteria yang mengandung pengertian yang sama.

4. Minimum

Jumlah kriteria harus minimum dengan tujuan agar lebih

mengkonprehensifkan persoalan. Semakin banyak kriteria yang dilibatkan maka semakin sukar pula untuk dapat menghayati permasalahan dengan bai,lebih jauh lagi, jumlah perhitungan yang diperlukan dalam analisis akan semakin banyak.


(34)

17

2.2.2 JenisMetode Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk

Menurut Saaty [4] ada beberapa metode standar yang umum digunakan untuk pengambilan keputusan kriteria majemuk adalah Multi Attribute Utility Theory (MAUT) (Edward, W, 1997), Simple Multi Attribute Rating Tecnique (SMART) (Edward, W dan Barron, FH, 1994), dan Analytical Hierarchy Process (AHP) (saaty, TL, 1980). Perkembangan ilmu pengambilan keputusan kriteria majemuk juga telah meluas dengan diperkenalkan metode yang lebih kompleks seperti Analytic Network Process (ANP).

Penelitian ini mengambila basis metode AHP sebagai metode untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pemilihan penjurusan.

2.2.2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP)

Menurut Saaty [4] metode AHP atau Proses Hirarki Analitik merupakan salah satu metode pengambilan keputusan dimana faktor-faktor logika, intuisi, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan rasa dicoba untuk dioptimasikan dalam suatu proses yang sistematis. Metode AHP ini mulai dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika Unversity Of Pittsburgh di Amerika Serikat, pada awal tahun 1980-an.

AHP yang dikembangkan oleh saaty ini memecahkan yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak kompleksitas ini desebabkan oleh banyak hal diantaranya struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi pengambilan keputusan serta ketidakpastian tersedia dan statistik yang akurat atau bahkan tidak ada sama sekali. Adakalanya timbul


(35)

masalah keputusan yang dirasakan dan diamati perlu diambil secepatnya, tetapi variasinya rumit sehingga datanya tidak dapat dicatat secara numerik (kuantitatif), namaun secara kualitatif, yaitu berdasarkan persepsi pengalaman dan intuisi. Namun, tidak menutup kemungkinan, bahwa model-model lainya ikut dipertimbangkan pada saat proses pengambilan keputusan dengan pendekatan AHP, khususnya dalam memahami para keputusan individual pada saat proses penerapan pendekatan ini.

Peralatan utama pada model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Jadi perbedaan yang mencolok model AHP dengan model lainnya terletak pada jenis inputnya. Terdapat empat aksioma-aksioma yang terkandung dalam model AHP yaitu:

1. Reciprocal Comparison adalah pengambilan keputusan harus dapat membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensi tersebut harus memenuhi syarat reciprokal yaitu apabila A lebih disukai daripada B dengan sekala x, maka B lebih disukai daripada A dengan sekala 1/x. 2. Homogeneity adalah preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam

sekala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemenya dapat dibandingkan satu sama lainnya. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi maka elemen-elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogen dan harus dibentuk cluster (kelompok elemen) yang baru.

3. Independence adalah preferensi dinyatakan dengan mengamsusikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatife-alternatif yang ada melainkan oleh objektif keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola


(36)

19

ketergantungan dalam AHP adalah searah, maksudnya perbandingan antara elemen-elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen pada tingkat diatasnya.

4. Expectation adalah untuk tujuan pengambilan keputusan. Struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambilan keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau objektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.

Selanjutnya Saaty menyatakan bahwa proses hirarki analitik (AHP) menyediakan kerangka yang memungkinkan untuk membuat suatu keputusan efektif atau isu kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pendukung keputusan. Pada dasarnya AHP adalah suatu metode dalam merinci suatu situasi yang kompleks, yang terstruktur kedalam suatu komponen-komponennya. Artinya dengan mengunkan metode AHP kita dapat memecahkan suatu masalah dalam membuat suatu keputusan.

2.2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan AHP

Metode AHP telah banyak penggunaannya dalam berbagai skala bidang keidupan. Kelebihan metode AHP ini dibandingan dengan pengambilan keputusan kriteria majemuk lainmya adalah:

1. Struktur yang berhierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam.


(37)

2. Memperhitungkan validitas sampai batas toleransi inkosistensi berbagai kriteria dan alternatife yang dipilih oleh para pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.

4. Metode AHP memiliki keunggulan dari segi proses pengambilan

keputusan dan akomodasi untuk atribut-atribut baik kuantitatif maupun kualitatif.

5. Metode AHP juga mampu menghasilkan hasil lebih konsisten

dibandingkan dengan metode-metode lainnya.

6. Metode pengambilan keputusan AHP memilki sistem yang mudah

dipahami dan digunakan.

Kelemahan-kelemahan penggunaan metode AHP yaitu:

1. Responden yang dilibatkan harus memiliki pengetahuaan yang cukup dalam (expert) mengenai permasalahan dan tentang AHP itu sendiri. 2. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandangyang

sangat tajam atau ekstrim dikalangan responden.

Secara naluriah manusia dapat mengestimasi besaran sederhana melalui inderanya. Proses paling mudah adalah membandingkan dua hal dengan keakuratan perbandingan yang dapat dipertanggungjawabkan, untuk itu Saaty menetapkan skala kuantitatif 1 sampai 9 untuk menilai secara perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen dengan elemen lain (Lihat tabel 2.1).


(38)

21

Tabel 2.1 Skala penilaian Perbandingan Berpasangan

Intensitas Kepentingan

Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama

pentingnya

Dua elemen mempunyai

pengaruh yang sama besar terhadap tujuan

3 Elemen yang satu sedikit

lebih penting dari pada

elemen yang lain.

Pengalaman dan penilaian

sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya.

5 Elemen yang satu sedikit

lebih cukup dari pada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian

sangat kuat menyokong satu

elemen dibandingkan atas

elemen lainnya

7 Satu elemen jelas lebih

penting dari pada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak penting

dari pada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain

memiliki tingkat penegasan

tertinggi yang mungkin

menguatkan. 2,4,6,8 Nilai – nilai antara dua nilai

perbandingan yang

berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan. Kebalikan Jika untuk aktivitas I mendapat satu angka bila dibandingkan

dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.

2.2.2.3 Prinsip Kerja AHP

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik serta subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relative dibanding dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian


(39)

dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada system tersebut. (Marimin, 2004).

2.2.2.4 Langkah-langkah Perhitungan AHP

Untuk mendukung pengambilan keputusan yang akan dibuat ini,maka digunakan perhitungan bobot dengan metode AHP. Adapun tahap-tahap dalam proses perhitungan bobot antara lain:

a. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hirarki seperti gambar dibawah ini :

Goal

Objectives

Sub-Objectives

Alternatives


(40)

23

b. Perhitungan bobot kriteria dengan cara:

1. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang bersumber pada

tabel 2.2 yang menggambarkan kontribusi relative atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing kriteria dengan kriteria lainnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan diskusi dan pendapat dari narasaumber yang bergerak dibidang yang berhubungan bagian Sertifikasi dengan menilai tingkat kepentingan suatu kriteria dibandingkan kriteria lainnya.

2. Menghitung Total Prioritas Value untuk mendapatkan bobot kriteria dengan cara seperti yang terlihat pada tabel 2.2 dan tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.2 Penjumlahan Kolom

K1 K2 … Kn

K1 Nilai perbandingan K11 +… … +…

K2 Nilai perbandingan K12 +… … +…

K3 Nilai perbandingan K13 +… … +…

: : : : :

Kn Nilai perbandingan K1n +… … +…

Kolom

Tabel 2.3 Penjumlahan Baris

K1 K2 … Kn TPV

K1 Nilai perbandingan K11 /

kolom

+… … +… baris1n/n

K2 Nilai perbandingan K12 /

kolom

+… … +… baris2n/n

K3 Nilai perbandingan K13 /

kolom

+… … +… baris3n/n

: : : : : :

Kn Nilai perbandingan K1n /

kolom


(41)

Keterangan :

K = Kriteria

n = Banyaknya Kriteria

TPV = Total Priority Value

Nilai TPV yang didapat merupakan nilai bobot untuk setiap kriteria. c. Memeriksa konsitensimatriks perbandingan suatu kriteria.

Adapun langkah-langkah dalam memeriksa konsistensi adalah sebagai berikut:

1. Pertama bobot yang didapat dari nilai TVP dikalikan dengan nilai-nilai elemen matriks perbandingan yang telah diubah menjadi bentuk desimal, dan dilanjutkan dengan menjumlahkan entri-entri pada setiap baris, dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah ini :

Tabel 2.4 Perkalian TVP dengan elemen matriks

K TPV K1 TPV K2 TPV Kn

K1 Nilai perbandingan K11 * TPV K1 … Nilai perbandingan K1n * TPV Kn

K2 … … …

K3 … … …

: : : :

Kn Nilai perbandingan Kn1 * TPV Kn … Nilai perbandingan Knn * TPV Knn

2. Kemudian jumlah setiap barisnya, dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut:

Tabel 2.5 Penjumlahan Baris Setelah Perkalian

K TPV K1 TPV K2 … TPV Kn baris

K1 Nilai perbandingan K11 * TPV K1 +… … +… barisk1

K2 … +… … +… …

K3 … +… … +… …


(42)

25

Kn Nilai perbandingan Kn1 * TPV Kn +… … +… bariskn

3. Kemudian mencari maks, pertama-tama mencari nilai rata-rata setiap

kriteria atau subkriteria yaitu jumlah hasil pada langkah no. 2 diatas yaitu baris dibagi dengan TVP dari setiap kriteria.

baris K1 TPV K1 maks K1

… ÷ … = …

baris Kn TPV Kn maks Kn

Kemudian akan diperoleh maks dengan cara sebagai berikut : maks = maks K1 + … + … + maks Kn ÷ n

Keterangan :

maks = nilai rata – rata dari keseluruhan kriteria

n = jumlah matriks perbandingan suatu kriteria

4. Setelah mendapatkan maks, kemudian mencari Consistency Index ( CI

), yaitu dengan persamaan : CI = max – n

n – 1

5. Kemudian mencari Consistency Ratio ( CR ) dengan mengacu pada Nilai Indeks Random atau Random Index ( RI ) yang dapat di ambil


(43)

dengan ketentuan sesuai dengan jumlah kriteria yang di ambil,dapat di lihat pada tabel 2.6, yaitu dengan persamaan :

Tabel 2.6 Ketentuan Random Index (RI)

Orde Matrik

s

1 2 3 4 5 6 7 8 9

RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45

Orde Matrik

s

10 11 12 13 14 15

RI 1.49 1.51 1.48 1.56 1.57 1.59

CR = CI

RI

6 Matriks perbandingan dapat diterima jika Nilai Rasio Konsistensi 0.1, jika nilai CR > 0.1 maka pertimbangan yang dibuat perlu diperbaiki.

7. Perhitungan nilai alternatif subkriteria.

Melakukan perhitungan nilai keseluruhan dari alternatif pilihan suatu subkriteria, yaitu dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP), seperti pada tabel 2.7 perhitungan Vi, yang mengacu pada persamaan di bawah ini:

Vi = wj * xij

Dimana:

Vi = Nilai keseluruhan dari alternatif pilihan suatu subkriteria.

Wj = TPV (bobot prioritas)subkriteria yang di dapat dengan menggunakan metode (AHP).


(44)

27

i = Alternatif pilihan j = Subkriteria.

Tabel 2.7 Perhitungan Vi

No Subkriteria wj Alternatif

Pilihan

xij Wj *

xij

1 J1 Wj1 I1 Xij1 Wj1 *

xij1

... .... .... .... ... ...

N Jn Wjn in xijn Wjn *

xijn

Vi= wj * xij j

2.3 Basis Data

2.3.1.1 Pengertian Basis Data

Basis data terdiri dari dua kata, yaitu Basis dan Data. Basis kurang lebih dapat diartikan sebagai markas atau gudang, tempat berkumpul, sedangkan data representasi fakata dunia nyata yang mewakili sauatu objek seperti manusia (pegawai, siswa, pembeli, pelanggan), barang dan sebagainya, yang direkam dalam bentuk angka, huruf, symbol, teks, gambar, bunyi atau kombinasinya.

Basis data sendiri dapat didefinisikan dalam sejumlah sudut pandang seperti Fansyah :

1. Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang

diorganisasi sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah.

2. Kumpulan file / tabel / arsip yang saling berhubungan yang disimpan dalam media penyimpanan elektronis.


(45)

2.3.1.2 Sistem Pengelola Basis Data (Database Managemnet System /

DBMS)

Pengolahan basis data secara fisik tidak dilakukan oleh pemakai secara langsung, tetapi ditangani oleh sebuah perangkat lunak (sistem) yang khusus / spesifik. Perangkat lunak inilah ( disebut DBMS) yang akan menentukan bagaimana data diorganisasi, disimpan, diubah dan diambil kembali. Ia juga menerapkan mekanisme pengamanan data, pemakaian data secara bersama, keakuratan data dan sebagainya. Jogianto.

Perangkat lunak yang termasuk DBMS seperti dBase III+, dBase IV, FoxBase, MS-Access, Paradoks, MS-SQLServer, Orecle Borland-Interbase. Salah satu tujuan DBMS adalah untuk menyediakan fasilitas atau antar muka ( interfase ) dalam melihat data ( yang lebih ramah / userfriendly ) kepada pemakai.

2.3.1.3 Bahasa Basis Data (Database Language)

DBMS merupakan perantara bagi pemakai dengan basis data dalam disk. Cara berinterkasi atau berkomunikasi antara pemakai dengan basis data tersebut diatur dalam suatu bahasa khususnya yang diterapkan oleh perusahaan pembuat DBMS. Bahasa itu dapat ita sebut sebagai Bahasa Basis Data yang terdiri atas sejumlah perintah yang diformulasikan dan dapat diberikan user dan dikenali atau diproses oleh DBMS untuk melakukan suatu aksi atau pekerjaan tertentu.

Sebuah Bahasa Basis Data ada dua bentuk yaitu: 1. Data Definition Language (DDL)


(46)

29

Struktur atau skema basis data yang menggambarkan desain basis data secara keseluruhan dispesifikasikan dengan bahasa khusus yang disebut Data Definition Language (DDL), dengan bahasa inilah dapat dibuat tabel baru, membuat indeks, mengubah tabel, menentukan struktur penyimpanan tabel, dan sebagainya. Yang mana hasil dari kompilasi perintah DDL adalah kumpulan tabel yang disimpan dalam file khusus yang disebut kamus data ( Data Dictionary ).

Sedangkan Data Manipulation Language (DML) merupakan bentuk

bahasa basis data yang berguna untuk melakukan manipulasi dan pengambilan data pada suatu basis data. Manipulasi data dapat berupa:

1. Penyisipan atau penambahan data baru dari suatu basis data 2. Penghapusan data dari suatu basis data

3. Pengubahan data dari suatu basis data

Data Manipulation Language (DML) merupakan bahasa yang bertujuna memudahkan pemakai untuk mengakses data sebagaimana direprentasikan oleh model data.

2.3.2 Pemodelan Sistem

Pada tingkat teknik, rekayasa perangkat lunak dimulai dengan serangkaian tugas pemodelan yang membawanya kepada suatu spesifikasi lengkap dari persyaratan representasi desain yang komprehensif bagi perangkat lunak yang akan dibangun. Model analisis, yang sebenarnya merupakan serangkaian model representasi teknis dari sistem. Saat ini ada dua yang mendominasi landscap pemodelan analisis. Yang pertama analisis terstruktur, adalah pemodelan klasik dan yang kedua adalah analisis berorientasi objek.


(47)

2.3.2.1 Diagram Konteks

Diagram Konteks adalah diagram tingkat tinggi dari Diagram Alir Data yang merupakan gambaran global dari sistem informasi yang menggambarkan aliran-aliran data ke dalam maupun keluar suatu sistem dan merupakan alat yang digunakan untuk melihat batasan antara sistem dengan eksternal entity.

2.3.2.2 Entity Relationship Diagram (ERD)

ERD merupakan notasi grafis dalam pemodelan data konseptual yang mendeskripsikan hubungan antara penyimpanan. ERD digunakan untuk memodelkan struktur data dan hubungan antara data, karena hal ini relatife kompleks. Dengan ERD kita dapat menguji model dengan mengabaikan proses yang harus dilakukan. ERD menggunakan sejumlah notasi dan simbol untuk menggambarkan struktur yaitu :

1. Entity

Adalah suatu objek yang dapat diidentifikasi dalam lingkungan pemakai, sesuatu yang penting bagi pemakai dalam konteks sistem yang akan dibuat.

2. Atribut

Entiti mempunyai elemen yang disebut atribut, dan berfungsi mendeskripsikan karakter entity.


(48)

31

Relationship sebagaimana halnyaentiti maka dalam hubungan pun harus dibedakan antara hubungan atau bentuk hubungan anatara entity dengan isi dari hubungan itu sendiri.

Relasi anatar dua file atau dua tabel dapat dikatagorikan menjadi tiga macam, yaitu:

1. One to One Relationship

Yang berarti entitas pada himpunan entitas A berhubungan paling banyak entitas pada entitas B, dan begitu juga sebaliknya setiap entitas pada himpunan entitas B berhubungan paling banyak dengan satu entitas pada himpunan entitas A.

2. One to Many Relationship

Yang berarti entitas pada himpunan entitas A berhubungan dengan banyak entitas pada satu himpunan entitas B, tetapi tidak sebaliknya setiap entitas pada himpunan entitas B nerhubungan paling banayk dengan satu entitas pada himpunan entitas A.

3. Manu yo Many Relationship

Yag berarti entitas pada himpunan entitas A berhubungan dengan banyak entitas pada satu himpunan entitas B dan begitu juaga sebaliknya setiap entitas pada himpunan entitas B berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas A.


(49)

2.3.2.3 Data Flow Diagram (DFD)

DFD adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk menggambarkan darimana asal data dan kemana tujuan data yang keluar sistem, dimana data disimpan, proses apa yang mengahasilkan data tersebut dan interaksi antara data yang tersimpan dan proses yang akan dikenakan pada data tersebut.

DFD sering digunkan untuk mengambarkan suatu sistem yang telah ada

atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa

mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir (misalnya lewat telepon, surat, dan sebagainya). Atau lingkungan fisik dimana data tersebut akan disimpan (misalnya file kartu, hard disk, tape, disket dan sebaginya).

DFD merupakan alat yang cukup popular saat ini, karena dapat menggambarkan arus data didalam sistem dengan terstruktur dan jelas. Lebih lanjut DFD merupakan dokumentasi dari sistem dengan terstruktur dan jelas. Lebih lanjut DFD merupakan dokumentasi dari sistem yang baik.

Beberapa symbol yang akan digunaka di dalam DFD anatara lain menurut Jogianto adalah sebagai berikut:

1. Kesatuan luar ( External Entity )

Setiap sistem mempunyai batas sistem yang memisahkan suatu system

dengan lingkungan luarnya. Sistem akan menerima input dan

menghasilkan output kepada lingkungan luarnya. Kesatuan luar (external entity) merupakan kesatuan dilingkungan luar sistem dapat berupa orang, organisasi atau system lainnya yang berada dilingkungan luarnya yan akan


(50)

33

memberikan input atau menerima output dari sistem. Kesatuan luar ini kebanyakan adalah salah satu dariberikut ini:

a. Suatu kantor, departemen atau devisi dalam perusahaan tetapi di luar sistem yang sedang dikembangkan.

b. Orang atau sekelompok orang di organisasi tetapi di luar sistem yang sedang dikembangkan.

c. Suatu organisasi atau orang di luar organisasi.

d. Sistem informasi yang lain di luar sistem yang sedang dikembangkan. e. Sumber asli dari suatu transaksi.

f. Penerimaan akhir dari suatu laporan yang dihasilkan oleh sistem. 2. Aliran Data (Data Flow)

Aliran data di DFD diberi symbol suatu panah. Aliran data ini mengalirdiabtara proes (process) , simpan data (data store) dan kesatuan luar (external entity). Aliran data ini menunjukan aliran dari data yang dapat berupa masukkan untuk sistem atau hasil dari proses sistem.

3. Proses

Proses adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh orang, mesin atau komputer dari hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk dihasilkan arus data yang akan keluar dari proses yang digambarkan secara umum. Suatu proses dapat ditunjukkan dengan simbol lingkaran atau simbol empat persegi panjang tegak dengan sudut-sudutnya tumpul.


(51)

Berkas atau simpanan data merupkan simpanan dari data yang dapat berupa:

1. Suatu file atau database di sistem computer. 2. Suatu arsip atau catatan manual.

3. Suatu kotak tempat data di meja seseorang. 4. Suatu tabel acuan manual.

5. Suatu agenda atau buku.

2.3.2.4 Kamus Data

Kamus data dapat mendefinisikan dengan lengkap data yang mengalir diantara proses, penyimpanan data, dan entitas. Data yang mengalir tersebut dapat berupa masukan untuk sistem atau hasil dip roses sistem. Kamus data dibuat berdasarkan arus data yang mengalir pada konteks diagram dan DFD.

2.3.3 Perangkat Lunak pendukung

Berisi tentang teori singkat mengenai software pembangun sistem yang dipergunakan.

2.3.3.1 Delphi 7.0

Delphi adalah compiler (penterjemah) bahasa Delphi (awalnya dari pascal) yang merupakan bahasa tingkat tinggi sekelas dengan basic, C. Bahasa pemrograman di Delphi disebut bahasa procedural yaitu bahasa atau sintaknya mengikuti urutan tertentu. Delphi disebut juga Visual Programming artinya


(52)

35

komponen – komponen yang ada tidak hanya berupa teks tetapi muncul berupa gambar – gambar.

Delphi memiliki sarana untuk pembuatan aplikasi, mulai dari sarana untuk pembuatan form, menu, toolbar, hingga kemampuan untuk menangani pengelolaan basis data yang besar. Kelebihan – kelebihan yang dimiliki Delphi antara lain karena pada Delphi, form dan komponen – komponennya dapat dipakai ulang dan dikembangkan, tersedia template aplikasi dan template form, memiliki lingkungan pengembangan visual yang dapat diatur sesuai kebutuhan, menghasilkan file terkompilasi yang berjalan lebih cepat, serta kemampuan mengakses data dari bermacam – macam format.

Delphi menggunakan bahasa objek pascal didalam lingkungan pemrograman visual. Kombinasi ini menghasilkan sebuah lingkungan pengembangan aplikasi yang berorientasi objek (Object Oriented Programming). Dengan konsep seperti ini, maka pembuatan aplikasi menggunakan Delphi dapat dilakukan dengan cepat dan menghasilkan aplikasi yang tangguh. Form dan komponen yang ada didalamnya, misalnya, dapat disimpan dalam suatu paket komponen yang dapat digunakan kembali, atau dimodifikasi seperlunya saja.

Khususnya untuk pemrograman database, Delphi menyediakan object yang sangat kuat, canggih dan lengkap, sehingga memudahkan pemrograman dalam merancang, membuat dan menyelesaikan aplikasi database yang diinginkan. Selain itu, Delphi juga dapat menangani data dalam berbagai format database, misalnya format MS.Access, Oracle, Foxro, Informix dan lain – lain. Format database yang dianggap asli dari Delphi adalah Paradox dan dBase.


(53)

Keunggulan yang dimiliki oleh Borland Delphi yaitu : 1. Memiliki banyak fitur

2. Dapat merancang dan membuat tampilan aplikasi yang bagus

3. Mudah dalam penulisan coding

4. Kompatible dengan berbagai macam jenis database

2.3.3.2 My SQL

MySQL adalah Relational Database Management System (RDMS) yang didistribusikan secara gratis disebuah lisensi GPL (General Public License). Dimana setiap orang bebas untuk menggunakan MySQL, namun tidak boleh dijadikan produk turunan yang bersifat close source atau komersial. MySQL sebenarnya merupakan turunan salah satu konsep utama dalam database sejak lama, SQL (Structured Query Language) adalah sebuah konsep pengoperasian database, terutama untuk pemilihan (seleksi) dan pemasukan data yang memungkinkan pengoperasian data dikerjakan dengan mudah secara otomatis. Keandalan suatu sistem database (DBMS) dapat diketahui dengan cara kerja optimizernya dalam melakukan proses perintah-perintah SQL yang dibuat oleh user maupun program-program aplikasinya sebagai database server lainnya dalam query data. MySQL adalah satu dari sekian banyak sistem database yang merupakan solusi tepat dalam aplikasi database.

Menurut ANSI (American National Standards Institute), bahasa ini merupakan standar untuk relational database menagement sistems (RDBMS).


(54)

37

Pernyataan-pernyataan SQL digunakan untuk melakukan beberapa tugas seperti : update data pada database, atau menampilkan data dari database. Beberapa software RDBMS dapat menggunakan SQL, seperti : Oracle, Sybase, Microsoft Access, Ingres, dsb. Setiap software database mempunyai bahasa perintah / sintaks yang berbeda, namun pada prinsipnya mempunyai arti dan fungsi yang sama.


(55)

38

Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai analisa masalah yang ada pada bagian sertifikasi benih untuk mempermudahkan mengetahui kelemahan sistem informasi yang sedang berjalan. Setelah itu akan dibahas mengenai perancangan sistem yang akan dibangun sebagai usulan sistem baru untuk memperbaiki sistem yang sudah ada sekaligus untuk memenuhi permintaan dari pihak UPTD BPBPT.

3.1 Analisis Sistem

Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.

Sebagai analisi sistem yang sedang berjalan, akan dibahas bagaimana prosedur dan aliran dokumen yang sedang berjalan yang digambarkan dalam bentuk flowmap, pengkodean dan analisi sistem non fungsional yang meliputi perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan, serta analisis user yang terlibat.

3.1.1 Analisis Masalah

Analisis masalah merupakan sebuah asumsi dari masalah yang akan diuraikan dalam prosedur-prosedur pengolahan data pada program Sistem Pendukung Keputusan yang berada pada UPTD BPBPT. Analisis masalah dari prosedur yang ada, yaitu:


(56)

39

1. Masih kurang akurat dalam mekanisme perhitungan nilai dari masing-masing kriteria benih atau bibit.

2. Bagaimana menentukan keputusan yang tepat dalam melakukan sertifikasi. 3. Kurangnya efisiensi waktu dalam melakukan proses pengolahan data hasil

pemeriksaan lapangan

3.1.2 Analisis Prosedur Sistem yang Sedang Berjalan

Setelah diadakan pengamatan sistem yang sedang berjalan, diperoleh empat prosedur sebagai prosedur sistem manual yang sedang berjalan di UPTD BPBPT, diantaranya yaitu :

1. Prosedur Permohonan Sertifikasi

Prosedur permohonan sertifikasi ini merupakan proses dimana terjadinya pengajuan surat permohonan. Prosedur dari permohonan sertifikasi ini melibatkan 5 entitas yaitu Petani, Petugas Tata Usaha, Kepala Balai, Kepala Seksi Sertifikasi dan petugas Pengawas benih Tanaman (PBT).

a. Petani mengajukan surat permohonan beserta Syarat umum dan Syarat Teknis. Persyaratan umum itu sendiri adalah:

- Memiliki TRUP (Tanda Registrasi Usaha Perkebunan) - Menyertakan faktur pembelian asal benih

- Memiliki lahan yang dikuasai untuk memperoduksi benih - Tersedia fasilitas pengolahan dan penyimpanan benih.

- Memiliki SDM yang menguasai/memiliki kemampuan teknis perbenihan tanaman

Persyaratan teknis itu sendiri adalah:

- Benih yang diproduksi adalah benih bina.

- Benih yang digunakan selain benih bina, benih itu harus berasal dari benih yang lebih tinggi tingkatannya (unggul lokal)

b. Petugas administrasi menerima surat permohonan dan syarat umum serta Syarat Teknis. Petugas Tata Usaha memeriksa syarat umum Syarat Teknis, apabila syarat umum dan teknis tidak lengkap maka akan di kembalikan lagi


(57)

proses sertifikasi benih/bibit.

c. Kepala balai menerima surat permohonan dari petugas Tata Usaha, dan memberikan kartu disposisi kepada kepala seksi Sertifikasi untuk dikaji kembali dan melakukan pembuatan jadwal pelaksanaan pemeriksaan atau pengujian lapangan .

d. Kepala seksi menerima surat permohonan beserta kartu disposisi dari kepala balai, kepala seksi melakukan pengakajian surat permohonan, setelah itu melakukan pembuatan jadwal pelaksanaan pemeriksaan lapangan. Surat permohonan serta kartu disposisi dikembalikan ke petugas administrasi sedangkan jadwal yang telah dibuat dijadikan acuan untuk pembuatan surat tugas pelaksanaan pemeriksaan/pengujian lapangan untuk petugas PBT. Setelah pembuatan surat tugas, jadwal pelaksanaan pemeriksaan/pengujian lapangan diberikan ke petugas Tata Usaha, yang akan dijadikan sebagai acuan untuk konfirmasi jadwal pelaksanaan pemeriksaan/pengujian lapangan.

e. Surat tugas diberikan kepada petugas (Petugas Benih Tanaman).

f. Surat permohonan dan kartu disposisi yang telah diberikan oleh kepala seksi selanjutnya diarsipkan.

g. Jadwal pelaksanaan pemeriksaan/pengujian lapangan digandakan untuk diberikan kepada petani sebagai konfirmasi pelaksanaan jadwal pelaksanaan pemeriksaan/pengujian lapangan, sedangkan yang asli diarsipkan.


(58)

41


(59)

!

" #

# $ %$ & ' $ " $ ( $


(60)

43

2. Prosedur Pemeriksaan Lapangan

Prosedur Pemeriksaan lapangan dilakukan terhadap benih yang akan diuji dengan Proses pengujian sebagai berikut:

a. Petugas datang ke lapangan dengan membawa surat tugas, petugas memberikan surat tugas kepada petani untuk diperiksa, apabila sesuai maka pemeriksaan/pengujian benih akan dilakukan , jika tidak sesuai maka Petugas akan kembali lagi ke Balai untuk memeriksa Surat Tugas yang sesuai.

b. Petugas melakukan Pemeriksaan Administrasi yaitu pemeriksaan ada tidaknya dokumen/surat asal usul Benih seperti Surat Keterangan Genetis, Faktur pembelian, dan Sebagainya.

c. Petugas melakukan pemeriksaan keragaan terhadap bibit yang normal sesuai dengan Standar Operasional Pemeriksaan (SOP) yang telah ditentukan yaitu mengukur tinggi bibit, menghitung jumlah daun, melihat warna daun, mengukur daun, mengukur diameter batang dan memeriksa kesehatan bibit.

d. Setelah pemeriksaan administrasi dan pemeriksaan teknis selesai, maka hasil yang didapat dicatat kedalam formulir pemeriksaan lapangan bibit/benih.

e. Petugas menandatangani formulir pemeriksaan lapangan f. Petani menandatangani formulir pemeriksaan lapangan


(61)

(62)

45

) *

)

+

+

, $ *

-+

,

* %


(63)

Prosedur perhitungan data benih/bibit dilakukan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pemeriksaan dilapangan, adapun proses perhitungan itu sendiri adalah sebagai berikut:

a. Data yang didapat dari hasil pemeriksaan dari lapangan selanjutnya dilakukan penghitungan jumlah total benih yang oleh petugas dengan cara manual menggunakan kalkulator.

b. Petugas melakukan penghitungan rata-rata dari seluruh data keragaan bibit atau benih

c. Petugas melakukan pencatatan data dari hasil perhitungan

d. Data hasil perhitungan yang diperoleh akan menghasilkan sebuah keputusan dari hasil pemeriksaan di lapangan

e. Data hasil perhitungan yang diperoleh selanjutnya dimasukan ke dalam Microsoft Office Excel


(64)

47

Gambar 3.5 Flowmap Perhitungan Data hasil pemeriksaan benih/bibit dilapangan


(65)

Prosuder Pembuatan dan penyerahan Sertifikat dilakukan setelah perhitungan data hasil pemeriksaan lapangan dilakukan, setelah mendapat hasil dari pemeriksaan lapangan selanjutnya petugas membuat sertifikat mutu benih untuk benih kualitas bina, Proses pembuatan dan penyerahan itu sendiri adalah sebagai berikut:

1. Data yang didapat dari hasil perhitungan hasil pemeriksaan lapangan selanjutnya akan menjadi acuan untuk pembuatan Sertifikat.

2. Setelah Sertifikat dibuat selanjutnya ditanda tangan oleh kepala seksi Sertifikasi.

3. Setelah ditanda tangan oleh Seksi Sertifikasi sertifikat selanjutnya ditanda tangan oleh kepala balai.

4. Sertifikat Selanjutnya di serahkan kembali kepada Petugas PBT, kemudian Sertifikat diserahkan kepada Petani selaku Pemohon sertifikasi.


(66)

49


(67)

Pada bagian ini akan dibahas tentang system pengkodean yang ada di UPTD BPBPT Bandung, yang terdiri dari No Induk Pegawai (NIP) , pengkodean Benih/Bibit.

1. Pengkodean Petugas

Pengkodean Petugas di BPBTP ini terdiri dari delapan belas digit yaitu: Format :

Contohnya : 1980.28.08.2007.02.1.007, menerangkan bahwa nhpegawai tersebut lahir pada tahun 1980 tanggal 28 bulan agustus (08), tahun pengangkatan pada tahun 2007 bulan pengangkatan februari (02), berjenis kelamin laki-laki dan urutan pegawai ke tujuh (007).


(68)

51

3.1.4 Analisis Metode AHP Prinsip Kerja AHP

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak

terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.

Prosedur AHP

Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi: 1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi.

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki.

2. Penilaian Kriteria dan alternativ.

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 3.1


(69)

Intensitas

Kepentingan

Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang

sama besar terhadap tujuan

3 Elemen yang satu sedikit lebih

penting dari pada elemen yang lain.

Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya.

5 Elemen yang satu sedikit lebih

cukup dari pada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyoong satu elemen dibandingkan atas elemen lainnya

7 Satu elemen jelas lebih penting dari

pada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan

dominannya telah terlihat dalam

praktek

9 Satu elemen mutlak penting dari

pada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki

tingkat penegasan tertinggi yang

mungkin menguatkan.

2,4,6,8 Nilai – nilai antara dua nilai

perbandingan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan.

Kebalikan Jika untuk aktivitas I mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas

j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.

Setelah melakukan wawancara dengan pihak UPTD BPBPT khususnya bagian sertifikasi benih/bibit, dalam menentukan sertifikasi benih/bibit ada beberapa standar sertifikasi didalamnya, disini akan diambil contoh bibit tanaman jenis Kopi yang memiliki beberapa kriteria. Disini akan diambil beberapa contoh kriteria yang terdapat pada tanaman jenis Kopi, yaitu Keterangan Genetis (KG), Sertifikat Mutu Benih (SMB) dan Umur Bibit. Yang mana kriteria dan nilainya telah ditetapkan oleh bagian sertifikasi benih tanaman perkebunan di BPBTP dan nilai tersebut mempunyai pengaruh yang sama penting terhadap nilai rata-rata menurut ketentuan dari pihak BPBTP Bandung. Nilai-nilai perbandingan untuk kriteria-kriteria tersebut adalah.


(70)

53

Keterangan Genetis (KG) adalah 1, untuk Sertifikat Mutu Benih nilainya 3 dan untuk Umur Bibit nilainya 5. Keterangan Genetis (KG) bernilai 1 dikarenakan sedikit lebih penting daripada kriteria Sertifikat Mutu Benih (SMB) maka SMB bernilai 3, sedangkan Keterangan Genetis (KG) sedikit lebih cukup daripada kriteria Umur Bibit maka Umur Bibit bernilai 5. Sedangkan untuk lebih jelasnya dalam perhitungan AHP maka langkah selanjutnya adalah Membuat matriks perbandingan berpasangan yang bersumber pada tabel 3.2 yang menggambarkan kontribusi relative atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing kriteria dengan kriteria lainnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan diskusi dan pendapat dari narasumber yang bergerak dibidang yang berhubungan bagian Sertifikasi dengan menilai tingkat kepentingan suatu kriteria dibandingkan kriteria lainnya.Dengan cara seperti yang terlihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Contoh Matriks Perbandingan Kriteria pada benih jenis tanaman Kopi

KG SMB Umur

KG 1 3 5

SMB 1/3 1 3

Umur 1/5 1/3 1

Keterangan :

1. Baris 2 kolom 2, KG – KG nilai perbandingannya 1, berarti kedua elemen sama pentingnya. Ini dikarenakan apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1.

2. Baris 2 kolom 3, KG – SMB nilai perbandingannya 3, berarti elemen KG sedikit lebih penting dari pada elemen SMB. Penilaian elemen KG sedikit


(71)

dengan elemen lain akan mendapatkan nilai tertentu.

3. Baris 2 kolom 4 KG – Umur nilai perbandingannya 5, berarti elemen KG sedikit lebih cukup dari pada elemen Umur

4. Baris 3 kolom 2, SMB – KG nilai perbandingannya 1/3, berarti elemen KG sedikit lebih penting dari pada elemen SMB. Penilaian elemen KG sedikit menyongkong elemen SMB

5. Baris 3 kolom 3, SMB – SMB nilai perbandingannya 1, berarti kedua elemen sama pentingnya. Dua elemen tersebut mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan

6. Baris 3 kolom 4, SMB – Umur nilai perbandingannya 3, berarti elemen SMB sedikit lebih penting dari pada elemen Umur. Penilaian elemen SMB sedikit menyongkong elemen Umur

7. Baris 4 kolom 2, Umur – KG nilai perbandingannya 1/5, berarti elemen KG sedikit lebih cukup dari pada elemen Umur

8. Baris 4 kolom 3, Umur – SMB nilai perbandingannya 1/3, berarti elemen SMB sedikit lebih penting dari pada elemen Umur. Penilaian elemen SMB sedikit menyongkong elemen Umur

9. Baris 4 kolom 4, Umur – Umur nilai perbandingannya 1, berarti kedua elemen sama pentingnya. Dua elemen tersebut mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan


(72)

55

Langkah selanjutnya melakukan normalisasi nilai perbandingan yaitu 1/3= 0,3 dan 1/5=02 setelah normalisasi nilai perbandingan langkah selanjutnya menjumlahkan nilai perbandingan tiap kolom ( kolom). Dapat dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.3 Contoh menjumlahkan Nilai perbandingan dengan jumlah kolom ( kolom)

KG SMB Umur

KG 1 3 5

SMB 0.3 1 3

Umur 0.2 0.3 1

kolom 1.5 4.3 9

Penjumlah kolom untuk kolom 2 yaitu 1+0.3+0.2=1.5 selanjutnya untuk kolom 3 3+1+0.3=4.3 dan umtuk kolom 4 yaitu 5+3+1=9. Dapat dilihat hasilnya pada baris yang paling bawah berwarna abu-abu.

Tabel 3.4 Contoh Pembagian nilai perbandingan dengan jumlah kolom (nilai kriteria/ kolom)

KG SMB Umur

KG (1)/(1.5) (3)/( 4.3) (5)/ (9) SMB (0,33)/(1.5) (1)/( 4.3) (3)/ (9)

Umur (0,2)/(1.5) (0,33)/(4.3) (1)/ (9)

Langkah selanjutnya setelah melakukan pembagian nilai kriteria dengan hasil jumlah kolom (nilai kriteria/ kolom). Kolom 2 yaitu 1/1.5=0.67 0.33/1.5=0.22 0.2/1.5=0.13. kolom 3 yaitu 3/4,3=0.70 1/4,3=0.23 0.33/4.3=0.07 kolom 4 yaitu 5/9=0.56 3/9=0.33 1/9=0.11 setelah itu hasil dari pembagian dijumlahkan perbaris


(73)

tersebut dibagi dengan jumlah kriteria yang mana disini terdapat 3 kriteria,setelah itu dilakukan pembagian dengan jumlah baris ( baris/n) untuk mendapatkan nilai TPV. Dapat dilihat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5 Contoh Penjumlahan dan pembagian baris untuk mendapatkan TPV Kriteria Sertifikasi ( baris/n)

KG SMB Umur baris/n TPV

KG 0.67 0.70 0.56 1.93/3 0.64

SMB 0.22 0.23 0.33 0.78/3 0.26

Umur 0.13 0.07 0.11 0.31/3 0.10

Langkah selanjutnya menjumlahkan perbaris hasil dari pembagian nilai perbandingan dengan hasil jumlah kolom dan setelah itu dibagi dengan jumlah matriks maka akan mengasilkan nilai total prioritas (TPV). baris 2 yaitu 0,67+0,70+0,56=1,93/3=0,64 untuk total nilai proritas kriteria Keterangan Genetis. Baris 3 yaitu 0,22+0,23+0,33=0,78/3=0,31 untuk total nilai prioritas kriteria Sertifikat Mutu Benih. Baris 4 yaitu 0,13+0,07+0,11=0,31/3=0,10 untuk total nilai prioritas kriteria Umur. Untuk hasil jumlah baris dapat dilihat pada kolom 5 dengan berwarna abu-abu dan untuk total nilai prioritas dapat dilihat pada kolom 6 yang berhuruf tebal dan miring.

Total nilai prioritas (TPV) digunakan untuk mendapatkan bobot Kriteria seperti terlihat pada tabel 3.6


(74)

57

Tabel 3.6 Total Periority Value (TPV) kriteria

Kriteria Bobot

KG 0.64

SMB 0.26

Umur 0.10

Berikut dibawah adalah struktur hirarki dalam sistem pendukung keputusan Sertifikasi Benih. Ini dapat dapat dilihat seperti yang ditunjukan pada gambar 3.7.

Gambar 3.7 Contoh Hierarki untuk memutuskan Sertifikasi Benih

Keterangan Kriteria:

Keterangan Genetis merupakan salah satu contoh kriteria dalam sertifikasi Benih,memiliki standar penilaian ada dan tidak ada. Standar penilaian tersebut memiliki nilai,yaitu

Ada : sangat Baik,

Tidak Ada : Kurang Baik = 9

Yang dimana dalam contoh kasus ini sangat baik mempunyai nilai =1, sedangkan untuk kurang baik mempunyai nilai = 9, hal ini menunjukan ada mutlak lebih penting dari pada tidak ada.

Sertifikat Mutu Benih juga merupakan salah satu contoh kriteria dalam sertifikasi Benih, memiliki satandar penilaian ada dan tidak. Standar penilaian tersebut memiliki nilai,yaitu


(75)

Tidak Ada : Kurang Baik

Yang dimana dalam contoh kasus ini sangat baik mempunyai nilai =1, sedangkan untuk kurang baik mempunyai nilai = 9, hal ini menunjukan ada mutlak lebih penting dari pada tidak ada.

Umur Bibit Sama halnya dengan dua contoh kriteria diatas umur juga mempunyai standar penilaian untuk melakukan proses sertifikasi yang telah ditetapkan oleh balai pengembangan benih tanaman dan perkebunan. Untuk kriteria umur satndar penilaiannya adalah

>5 bulan : sangat baik 5 bulan : baik

<5bulan : Kurang baik

3.1.4.1Contoh Matrik Perbandingan Subkriteria

Proses perhitungan untuk masing-masing sub kriteria Keterangan genetis,Sertifikat mutu Benih, dan Faktur adalah sebagai berikut:

1. Subkriteria Keterangan Genetis

Tabel 3.7 Matriks perbandingan Subkriteria Keterangan Genetis

Subkriteria Ada Tidak Ada

Ada 1 9

Tidak Ada 1/9 1

Tabel 3.8 kolom Subkriteria Keterangan Genetis

Subkriteria Ada Tidak Ada

Ada 1 9

Tidak Ada 0,111111 1 kolom 1,111111 10

Tabel 3.9 baris / n subkriteria Keterangan Genetis

Subkriteria Ada Tidak Ada baris baris / n

Ada 0,9 1 1,9 0,95


(76)

59

Tabel 3.10 TPV Subkriteria Keterangan Genetis

No Subkriteria TPV Subkriteria

1 Ada 0.95

2 Tidak Ada 0.1

Tabel 3.11 Perkalian antara Nilai perbandingan dengan TPV Subkriteria Keterangan

Genetis dan Penjumlahan setiap baris Subkriteria Ada Tidak Ada baris

Ada 0.95 0.9 1.85

Tidak Ada 0.10 0.1 0.20

Langkah selanjutnya menghitung konsistensi rasio, ini dimaksudkan untuk mmeriksa apakah bobot nilai yang kita dapatkan apakah konsisten atau tidak konsisten. Berikut dibawah ini contoh perhitungan konsistensi rasio pada subkriteria Keterangan Genetis (KG)

Menghitung maks

1.85 0.95 1.947

0.205

÷

0.1

=

2.05

maks = 1.947 + 2.05 2 = 4.447 2 = 2.223 CI = 2.223 – 2 2 – 1 = 0.223 1 = 0.223 CR = 0.223

0.00 = 0


(1)

134

Berdasarkan hasil presentase diatas, maka dapat disimpulkan bahwa 3 orang atau sekitar 60% menyatakan bahwa aplikasi ini sangat sesuai dalam proses sertifikasi benih, sedangkat sisanya 40% menyatakan cukup layak.

8. Apakah Anda setuju bahwa aplikasi ini mudah digunakan ?

Berdasarkan hasil presentase diatas, maka dapat disimpulkan bahwa 4 orang atau sekitar 80% menyatakan bahwa aplikasi ini sangat memudahkan dalam proses sertifikasi benih, sedangkat sisanya 20% menyatakan membantu.

4.3.1 Kesimpulan Pengujian Beta

Dari pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa aplikasi yang dibangun memiliki tampilan yang bagus, mudah digunakan, cukup akurat dalam menyeleksi nilai hasil pemeriksaan lapangan sehingga memudahkan dalam mendapatkan informasi benih yang diterima ataupun tidak diterima serta memudahkan dalam proses sertifikasi benih. Hasil pengujian ini baru secara presentase statistik saja, dan mungkin kurang akurat. Untuk itu, apabila ingin mengetahui jawaban dengan kedalaman akurasi, maka perlu adanya suatu pengolahan data statistik dengan acuan dari hasil kuesioner yang sama.

No Keterangan Responden Presentase

1 Setuju 4 80%

2 Kurang Setuju 1 20%


(2)

146 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan analisis, perancangan, implementasi beserta pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan terhadap sistem pendukung keputusan untuk menentukan sertifikasi benih (bibit) tanaman perkebunan di Balai Pengembangan Benih Tanaman perkebunan (BPBTP) Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat sebagai berikut :

1. Sistem yang dibangun dapat membantu kerja petugas pengawas benih tanaman dalam melakukan penyeleksian Benih.

2. Sistem yang dibangun dapat mempercepat proses penyeleksian benih

3. Sistem yang dibangun dapat mengurangi kesalahan dalam menentukan sertifikasi benih.

4. Sistem yang dibangun dapat mempermudah tim penyeleksi dalam menentukan penerima sertifikat.

5. Metode AHP (Analitical Hiraercy Process) dapat diterapkan untuk menentukan sertifikasi benih.

Jadi perancangan sistem pengambilan keputusan untuk menentukan sertifikasi benih di BPBTP ini telah sesuai prosedur yang diharapkan.


(3)

147

5.2 Saran

Adapun saran-saran bagi pihak penyeleksi beasiswa agar aplikasi ini dapat berguna dengan baik adalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan bilangan AHP dibuat jadi lebih dinamis.

2. Jika hasil akhir dari penjumlahan data sama, maka di diperlukan kebijakan dari BPBTP bagian sertifikasi benih.

3. Data yang dimasukan kedalam program diharapkan menggunakan data yang benar.

4. Pengguna (user) diharapkan mampu terus melakukan pemeliharaan sistem secara teratur.


(4)

BIODATA

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Kahfi Gumelar

NIM : 10104272

Fakultas : Teknik Dan Ilmu Komputer

Jurusan : Teknik Informatika

Tempat /Tanggal lahir : Bogor 15 Juli 1986

Jenis kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat Lengkap : Kp. Pamoyanan RT 03/02 Kelurahan Cicurug

Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi

No Telp / Hp : 085659113928

Email : kahfigumelar@yahoo.co.id

PENDIDIKAN

TEMPAT TAHUN MASUK TAHUN LULUS

SDN Karawang Kulon II 1992 1998

SLTP Negeri 1 Karawang 1998 2001

SMA Negeri 1 Parungkuda 2001 2004


(5)

(6)