Alur masuknya agama Islam di Nusantara

6. MASUKNYA ISLAM di INDONESIA dan METODE PENYEBARAN ISLAM

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang asing seperti Lamuri Aceh, Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa. Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur Tengah. Mereka tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, agama Islam telah ada di Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut. Meskipun belum tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana alur masuknya agama Islam di Nusantara? 2. Bagaimana sistem pelajaran dalam proses masuknya Islam? 3. Bagaimana model dakwah Islamiyah, terutama pada abad pertengahan? PEMBAHASAN

A. Alur masuknya agama Islam di Nusantara

Sejarah membuktikan bahwa Islam telah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M1H, tetapi baru meluas pada abad ke-13 M. Perluasan Islam ditandai adanya kerajaan Islam tertua di Indonesia, seperti Perlak pada tahun 1292 dan Samudra Pasai di Aceh pada tahun 1292. Melalui pusat-pusat perdagangan didaerah pantai samudra utara dan urat nadi perdagangan di Malaka, agama Islam kemudian menyebar ke pulau Jawa dan seterusnya ke Indonesia bagian Timur. Walaupun disana terjadi peperangan, masuknya Islam ke Indonesia dan peralihan dari agama Hindhu ke agama Islam, pada umumnya berlangsung secara damai.[1] Kedatangan agama Islam di Indonesia umumnya dihubungkan dengan masalah perdagangan dan pelayaran. Hubungan perdagangan dan pelayaran antar bangsa-bangsa yang mendiami Asia, baik bagian barat, bagian timur maupun bagian tenggara, sudah ada sejak abad pertengahan Masehi.[2] Disisi lain konversi massal masyarakat Nusantara kepada Islam pada masa perdagangan terjadi karena beberapa sebab,[3] yaitu: 1. Portalitas siap pakai sistem keimanan Islam. 2. Asosoasi Islam dengan kekayaan. Ketika penduduk pribumi Nusantara bertemu dan berinteraksi dengan orang muslim pendatang dipelabuhan, mereka adalah pedagang yang kaya raya. Karena kekayaan dan kekuatan ekonomi, mereka bisa memainkan peranan penting dalam bidang politik dan diplomatik. 3. Kejayaan militer 4. Memperkenalkan tulisan 5. Mengajarkan penghapalan Al-Qur’an 6. Kepandaian dan penyembuhan 7. Pengajaran tentang moral. Disisi lain Mahmud Yunus merinci beberapa faktor yang memungknkan agama Islam tersebar dengan cepat di seluruh Indonesia pada masa permulaan,[4] yaitu sebagai berikut: 1. Agama Islam tidak sempit dan aturan-aturannya pun tidak memberatkan, bahkan mudah dituruti oleh segala golongan umat manusia, bahkan untuk masuk Islam cukup dengan mengucapkan dua kalimat syahadat saja. 2. Tugas dan kewajiban dalam Islam itu sedikit. 3. Penyiaran Islam itu dilakukan dengan perkataan yang mudah dipahami umum, dapat dimengerti oleh segala golongan, dari golongan bawah sampai golongan atas. Adapun mengenai cara pembawa agama Islam ke Indonesia pada masa permulaan, para pengamat sejarah bebbeda pendapat. Ahmad Mansyur Suryanegara menguraikan tiga teori tentang masuknya Islam ke Indonesia yaitu:

1. Teori Gujarat