Tujuan Bangsa Inggris Masuk ke Indonesia

Tujuan Bangsa Inggris Masuk ke Indonesia
A. Latar Belakang bangsa Inggris masuk ke Indonesia
Setelah

kekalahan

pihak

Jepang,

rakyat

serta

pejuang

Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Dari
situlah

maka


timbullah

pertempuran-pertempuran

yang

memakan

korban di banyak daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan
Jepang

sedang

berkobar,

tanggal

15

September


1945,

tentara

Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada
tanggal 25 Oktober 1945. Tentara Inggris datang ke Indonesia
tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies)
atas keputusan dan atas nama Blok Sekutu, dengan tugas untuk
melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang
ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya.
Namun selain itu tentara Inggris yang datang juga membawa
misi

mengembalikan

Indonesia

kepada


administrasi

pemerintahan

Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda. NICA (Netherlands
Indies Civil Administration) ikut membonceng bersama rombongan
tentara Inggris untuk tujuan tersebut. Hal ini memicu gejolak
rakyat Indonesia dan memunculkan pergerakan perlawanan rakyat
Indonesia di mana-mana melawan tentara AFNEI dan pemerintahan
NICA.
Sejak

abad

ke-17,

para

pedagang


Inggris

sudah

berdagang

sampai di daerah India. Di India timur, para pedagang Inggris
mendirikan kongsi dagang yakni East India Company (EIC) pada
tahun 1600, dengan daerah operasinya adalah India. Pusat kekuatan
EIC

adalah

Kalkuta

(India),

dan

dari


kota

inilah

Inggris

meluaskan wilayahnya ke Asia Tenggara. Di bawah Gubernur Jenderal
Lord

Minto

yang

berkedudukan

di

Kalkuta


dibentuk

ekspedisi

Inggris untuk merebut daerah-daerah kekuasaan Belanda yang ada di
wilayah Indonesia. Pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffes telah

berhasil merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia.
Berdasarkan

perjanjian

London

tahun

1815,

Inggris


diharuskan

mengembalikan kekuasaannya di Indonesia kepada Belanda. Dan pada
tahun 1816 Inggris melaksanakan kewajibannya itu.
B. Sebab dan Tujuan Kedatangan Bangsa Inggris
Hindia

Timur

atau

Indonesia

telah

lama

dikenal

sebagai


daerah penghasil rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh.
Rempah-rempah
masakan,

ini

bahkan

digunakan

obat.

Karena

untuk

mengawet

kegunaannya,


makanan,

bumbu

rempah-rempah

ini

sangat laku di pasaran dan harganya pun mahal. Hal ini mendorong
para

pedagang

Asia

Barat

datang


dan

memonopoli

perdagangan

rempah-rempah. Mereka membeli bahan-bahan ini dari para petani di
Indonesia
jatuhnya

dan

menjualnya

Konstantinopel

kepada
pada

para


tahun

pedagang
1453

ke

Eropa.
Turki

Namun,
Utsmani

mengakibatkan pasokan rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus.
Hal ini dikarenakan boikot yang dilakukan oleh Turki Utsmani.
Situasi ini mendorong orang-orang Eropa menjelajahi jalur
pelayaran ke wilayah yang banyak memiliki bahan rempah-rempah,
termasuk kepulauan Nusantara (Indonesia) dalam perkembangannya,
mereka tidak saja berdagang, tetapi juga menguasai sumber rempahrempah di negara penghasil. Dimulailah era kolonialisasi Barat di
Asia . pada bab ini akan diuraikan tentang kedatangan bangsa
Eropa hingga terbentuknya kekuasaan kolonial Barat di Indonesia.
Secara

umum,

kedatangan

bangsa

Eropa

ke

Asia

termasuk

ke

Indonesia dilandasi keinginan mereka untuk berdagang, menyalurkan
jiwa penjelajah, dan menyebarkan agama. Adapun sebab dan tujuan
bangsa Eropa ke dunia Timur adalah sebagai berikut :


Mencari kekayaan termasuk berdagang



Menyalurkan jiwa penjelajah



Meyakini Keberadaan Prester John



Menyebarkan agama



Mencari kemuliaan bangsa
Sejak

abad

ke

-13,

rempah-rempah

memang

merupakan

bahan

dagang yang sangat menguntungkan. Hal ini mendorong orang-orang
Eropa berusaha mencari harta kekayaan ini sekalipun menjelajah
semudera. Keinginan ini diperkuat dengan adanya jiwa penjelajah.
Bangsa Eropa dikenal sebagai bangsa penjelajah, terutama untuk
menemukan daerah-daerah baru. Mereka berlomba-lomba meninggalkan
Eropa. Mereka yakin bahwa jika berlayar ke satu arah, maka mereka
akan kembali ke tempat semula. Selain itu, orang-orang Eropa
terutama Protugis dan Spanyol yakin bahwa di luar Eropa ada
Prestor John (kerajaan dan penduduknya beragama Kristen). Oleh
karena

itu,

mereka

berani

berlayar

jauh.

Mereka

yakin

akan

bertemu dengan orang-orang seagama.
Di luar faktor yang disebutkan di atas, orang-orang Eropa
yang sebagian besar beragama Kristen terdorong pula untuk pergi
ke mana pun guna mewartakan Injil atau dalam hal ini Keinginan
bangsa eropa menyebarkan agama Nasrani (Gospel). Mereka percaya
bahwa mewartakan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal
Tuhan adalah salah satu panggilan hidupnya. Selain menyebarkan
Injil,

mereka

juga

berusaha

mencari

kekayaan

(gold)

dan

kebanggaan serta kejayaan (glory) bagi negaranya. Pada awalnya,
tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk membeli
rempah-rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan semakin
meningkatnya
mereka

kebutuhan

kemudian

industri

mengklaim

di

Eropa

daerah-daerah

akan
yang

rempah-rempah,
mereka

kunjungi

sebagai daerah kekuasaannya.
Di tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli perdagangan
rempah-rempah dan mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan
memonopoli perdagangan rempah-rempah, bangsa Eropa menjadi satusatunya pembeli bahan-bahan ini. Akibatnya, harga bahan-bahan ini
pun sangat ditentukan oleh mereka. Untuk memperoleh hak monopoli
perdagangan ini, bangsa Eropa tidak jarang melakukan pemaksaan.

Penguasaan

sering

dilakukan

terhadap

para

penguasa

setempat

melalui suatu perjanjian yang umumnya menguntungkan bangsa Eropa.
Selain itu, mereka selalu turut campur dalam urusan politik suatu
daerah. Bangsa Eropa tidak jarang mengadu domba berbagai kelompok
masyarakat
seperti

dan

ini,

kemudian

mereka

mendukung

dengan

mudah

salah

satunya.

Dengan

dapat

mempengaruhi

cara

penguasa

untuk memberikan hak-hak istimewa dalam berdagang.

C. Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesia
Seperti

tercatat

dalam

sejarah,

Indonesia

pernah

berada

dalam jajahan Inggris. Inggris secara resmi menjajah Indonesia
lewat perjanjian Tuntang (1811) dimana perjanjian Tuntang memuat
tentang kekuasaan belanda atas Indonesia diserahkan oleh Janssens
(gubernur Jenderal Hindia Belanda) kepada Inggris Namun, sebelum
perjanjian

Tuntang

ini,

sebenarnya

Inggris

telah

datang

ke

Indonesia jauh sebelumnya. Perhatian terhadap Indonesia dimulai
sewaktu penjelajah F. Drake singgah di Ternate pada tahun 1579.
Selanjutnya

ekspedisi

lainnya

dikirim

pada

akhir

abad

ke-16

melalui kongsi dagang yang diberi nama East Indies Company (EIC).
EIC mengemban misi untuk hubungan dagang dengan Indonesia. Pada
tahun

1602,

mendirikan

armada

Loji

Inggris

disana.

Pada

sampai
tahun

di

Banten

1904,

dan

Inggris

berhasil
mengadakan

perdagangan dengan Ambon dan Banda, tahun 1909 mendirikan pos di
Sukadana

Kalimantan,

tahun

1613

berdagang

dengan

Makassar

(kerajaan Gowa), dan pada tahun 1614 mendirikan loji di Batavia
(jakarta).
Dalam usaha perdagangan itu, Inggris mendapat perlawanan
kuat

dari

Belanda.

Belanda

tidak

segan-segan

menggunakan

kekerasan untuk mengusir orang Inggris dari Indonesia. Setelah
terjadi

tragedi

Ambon

Massacre,

EIC

mengundurkan

diri

dari

Indonesia dan mengarahkan perhatiannya ke daerah lainnya di Asia

tenggara, seperti Singapura,
sampai

memperoleh

kekuasaan

di

Malaysia, dan Brunei Darussalam

kesuksesan.

Indonesia

Inggris

melalui

kembali

keberhasilannya

memperoleh
memenangkan

perjanjian Tuntang pada tahun 1811. Selama lima tahun (1811 –
1816), Inggris memegang kendali pemerintahan dan kekuasaanya di
Indonesia.

Sejak

saat

itu

kedatangan

Inggris

ke

Indonesia

dirintis oleh Francis Drake dan Thomas CavendishDengan mengikuti
jalur

yang

dilalui

Magellan,

pada

tahun

1579

Francis

Drake

berlayar ke Indonesia.
Armadanya berhasil membawa rempah-rempah dari Ternate dan
kembali ke Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan beriktunya
dilakukan pada tahun 1586 oleh Thomas Cavendish melewati jalur
yang

sama.

Elizabeth
dilakukan

Pengalaman
I

kedua

meningkatkan

dalam

rangka

pelaut

pelayaran

tersebut

mendorong

internasioalnya.

menggalakan

ekspor

wol,

Ratu

Hal

ini

menyaingi

perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-rempah. Ratu Elizabeth I
kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East Indian Company)
untuk mengurus perdagangan dengan Asia. EIC kemudian mengirim
armadanya ke Indonesia. Armada EIC yang dipimpin James Lancestor
berhasil melewati jalan Portugis (lewat Afrika). Namun, mereka
gagal mencapai Indonesia karena diserang Portugis dan bajak laut
Melayu di selat Malaka. Awal abad ke 17, Inggris telah memiliki
jajahan di India dan terus berusaha mengembangkan pengaruhnya di
Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia.
Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604.
menurut catatan sejarah, sejak pertama kali tiba di Indonesia
tahun 1604, EIC mendirikan kantor-kantor dagangnya. Di antaranya
di Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar, Japara, dan Makassar. Walaupun
demikian,

armada

Inggris

tidak

mampu

menyaingi

armada

dagang

barat lainnya di Indonesia dagang Barat lainnya di Indonesia,
seperti

Belanda.

perdagangannya

di

Mereka
India.

akhirnya

Mereka

memusatkan

berhasil

membangun

aktivitas
kota-kota

perdagangan
baca

juga

seperti
tujuan

Madras,

bangsa

inggris

Kalkuta,
masuk

dan
ke

Bombay.

indonesia

(2)

http://umieee008.blogspot.com/2013/11/tujuan-bangsa-inggrismasuk-ke.html

Tujuan Bangsa Inggris Masuk ke Indonesia (2)
D. Perkembangan Sosial, Politik&Ekonomi sebagai dampak kedatangan Inggris ke Indonesia
 Dampak di Bidang Sosial
a. Penggolongan Sosial
Penggolongan Sosial merupakan pembedaan anggota masyarakat, golongan secara
horizontal atas dasar perbedaan ras, jenis kelamin, agama, profesi, dsb. Pada masa kolonial
penggolongan masyarakat didasarkan pada perbedaan ras. Golongan Eropa Terdiri dari orang
Belanda, Inggris, Amerika, Belgia, Swiss, dan Perancis. Golongan Eropa merupakan golongan
pendatang yang sangat minoritas. Mereka memiliki kekuasaan yang besar di Indonesia. Status
sosial mereka lebih tinggi dibandingkan dengan golongan-golongan lain yang ada. Mereka
adalah para pemilik modal yang menanamkan modalnya di perusahaan perkebunan Indonesia.
Perkawinan antara orang Eropa orang Indonesia disebut golongan Indo-Eropa. Golongan Asia
dan Timar Asing Terdiri dari bangsa Cina, India, dan Arab. Mereka memiliki kedudukan sosial
yang lebih tinggi dan istimewa daripada kaum pribumi. Status ekonomi merekapun tinggi
sehingga membuat pemerintah Belanda memberikan banyak kemudahan bagi golongan tersebut
dalam sektor perdagangan. Sebagai pedagang, mereka menguasai perdagangan eceran, tekstil,
dan mesin elektronik. Perkawinan antara kaum Timur Asing dengan orang Indonesia disebut
golongan Indo Timur Asing/ Peranakan golongan pribumi Golongan Pribumi merupakan
kelompok mayoritas dan merupakan pemilik negeri ini, mereka merupakan penduduk asli
Indonesia tetapi merupakan orang yang tertindas dan terjajah kedudukannya adalah yang paling
rendah (lapisan terbawah) dan dibebankan banyak kewajiban tetapi hanya kurang diperhatikan.
b. Stratifikasi/Pelapisan Sosial

Stratifikasi Sosial merupakan struktur sosial atau susunan masyarakat yang dibedakan ke
dalam lapisan-lapisan secara bertingkat. Sebelum pemerintahan kolonial di Indonesia telah
mengenal 4 lapisan masyarakat, yaitu:


Golongan Raja dan keluarganya
Golongan raja memiliki pengaruh yang sangat besar dalam masyarakat pada suatu wilayah. Hal
ini disebabkan karena kkedudukannya ssebagai penguasa dalam suatu wilayah. Golongan ini
sangat dihormati dan disegani oleh rakyatnya. Raja memerintah secara turun-temurun.



Golongan Elite
Golongan elite merupakan sekelompok masyarakat yang mempunyai kedudukan terkemuka di
masyarakat maupun di lingkungan kerajaan. Terdiri dari golongan bangsawan, tentara, kaum
keagamaan, serta golongan pedagang. Merreka memiliki kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya
yang berbeda dengan masyarakat non elite. Mereka hidup seperti keluarga kerajaan yang
dilengkapi dengan pegawai dan Hamba Sahaya.



Golongan Non Elite
Golongan non Elite merupakan gologan masyarakat kebanyakan dengan jumlahnya paling besar.
Mereka memiliki berbagai keahlian seperti dalam bidang pertanian, pertukangan, pedagang kecil
atau kelontong sebagian besar mereka tinggal di desa. Sedangkan masyarakat non elite yang
tinggal di kota adalah para seniman.



Golongan Hamba Sahaya
Golongan Hamba Sahaya merupakan masyarakat lapisan paling bawah. Mereka mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan yang paling berat. Mereka dapat menjadi golongan Hamba Sahaya jika
mereka tidak dapat membayar hutang, tawanan perang, serta mereka yang diperoleh dengan
membeli (Budak Belian). Perlakuan terhadap mereka tergantung kepada orang yang menjadi
majikannya mereka dapat membebaskan diri jika majikannya memberikan kebebasan padanya.
Adapun Sistem Pelapisan Sosial masa Pemerintahan Kolonial sebagai berikut:



Golongan Penjajah dan Terjajah
Golongan penjajah merupakan golongan bangsa asing yang menguasai Indonesia dan memiliki
peran yang penting dalam menentukan arah kekuasaan dan jalannya pemerintahan. Mereka
sekedar menjajah untuk mendapatkan keuntungan dan menghalalkan segala cara. Golongan
terjajah merupakan golongan yang menjadi tempat penindasan dan pemerasan yang dilakukan

oleh penjajah. Mereka yang mengalami penderitaan dan kesengsaraan akibat penindasan dan
pemerasan selalu dialaminya.


Golongan Majikan dan Buruh
Golongan majikan terdiri dari para pengusaha swasta asing (Pemilik Perusahaan).
Golongan buruh terdiri dari masyarakat yang bekerja pada perusahaan-perusahaan dari
perkebunan-perkebunan tersebut dalam hal ini hanya kaum pemilik modal yang memperoleh
keuntungan sedangkan kaum buruh memperoleh upah yang kecil.

E. Mobilitas Sosial Penduduk dan Perubahan Demografi
Mobilitas sosial merupakan gerakan masyarakat atau perpindahan penduduk atau masyarakat
dari satu daerah ke daerah lain. Mobilitas sosial yang terbesar di Indonesia terjadi karena :


Pada masa tanam paksa orang melakukan mobilitas sosial untuk menghindari berbagai

kewajiban yang harus mereka jalani seperti kewajiban kerja paksa dan tanam paksa. Mereka
berpindah ke daerah-daerah yang tidak ada kewajiban tanam paksanya.
 Pada masa tanam paksa mereka melakukan mobilitas penduduk juga untuk menghindari diri
dari bahaya kelaparan dan kekeringan yang melanda desa mereka. Sehingga mereka pergi ke
daerah yang tidak terkena kekeringan.
Berkembangnya perkebunan-perkebunan besar di Indonesia menyebabkan munculnya



tuntutan akan pemenuhan tenaga kerja.


Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja tersebut maka pemerintah melakukan mobilitas

sosial yaitu dengan mendatangkan para pekerja dari daerah ke pusat-pusat perkebunan.
Contohnya sejak tahun 1870 terjadi pengiriman buruh secara besar-besaran dari Jawa ke
perkebunan di Sumatra Timur. Sehingga banyak penduduk Pulau Jawa yang bekerja ke luar
Jawa.
 Para pekerja Indonesia dibayar dengan harga murah sehingga para pengusaha perkebunan
bersedia mengikat mereka dengan Koeli Ordonatie (kuli kontrak) yang disertai denagn Poenale
Sanctie(ancaman hukuman bagi yang tidak mau bekerja dan meninggalkan perkebunan), ini
merupakan kebijakan dari pemerintah.
 Mobilitas sosial terjadi juga karena lahan-lahan pertanian di desa digunakan untuk industri
dan perkebunan besar sehingga penduduk yang awalnya bekerja sebagai petani beralih profesi
menjadi buruh. Mereka meninggalkan desanya menuju ke tempat-tempat industri.

 Munculnya kota-kota baru yang mendukung berbagai aktivitas masyarakat memungkinkan
berbagai sarana prasarana ada di kota tersebut sehingga masyarakat pergi kekota untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Seperti kebutuhan akan pendidikan yang hanya ada di kota.


Banyaknya orang Indonesia yang mengenyam pendidikan pada akhirnya memunculkan

golongan cendekiawan yang bekerja pada kantor-kantor milik pemerintah yang letaknya di kota.
Hal ini menyebabkan mereka meninggalkan desa untuk bekerja menjadi pejabat di kota.
Hal-hal yang mempercepat terjadinya mobilitas sosial adalah sebagai berikut.
1. Dibangunnya jaringan infrastruktur seperti jalan raya, jalan kereta api, pelabuhan, kapal,
kereta apai,dsb. Semua itu ditujukan untuk menunjang kegiatan perkebunan, pengangkutan
barang, serta tenaga kerja dari satu tempat ke tempat yang lain.
2. Munculnya kota-kota baru yang lahir sebagai dampak munculnya kota-kota perkebunan. Kotakota dipesisr contohnya: Tuban, Gresik,Batavia, Surabaya, Semarang, Banten, dsb. Kota-kota di
Pedalaman, seperti Bandung, Malang, Sukabumi.
3. Munculnya kebangkitan Nasional Indonesia dan lahirnya kesadaran kebangsaan dan bernegara
di kalangan penduduk menimbulkan mobilitas sosial penduduk sebagai upaya untuk melakukan
perlawanan menentang penjajahan.
Perubahan

Demografi,

merupakan

perkembangan

perubahan

jumlah

penduduk.

Pola kependudukan di Indonesia mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan ekonomi di
Indonesia. Pola kependudukan tersebut mengikuti pola kependudukan modern. Hal ini terliaht
dengan:


Lahirnya desa-desa dan kota-kota modern menggantikan ibu kota kerajaan sebagai pusat

aktivitas masyarakat Indonesia. Kota-kota baru yang muncul merupakan pusat pemerintahan,


Kantor-kantor dagang, dan pusat-pusat perkebunan sedangkan, Desa merupakan daerah

pertanian yang mendukung aktivitas di daerah perkotaan. Hubungan desa dan kota pada masa
Belanda merupakan hubungan yang berdasarkan kepentingan ekonomi. Pejabat pemerintahan
merupakan kaki tangan Belanda dalam memperlancar urusan perdagangan.
 Masalah kependudukan selalu berkaitan dengan masalah tanah serta perubahan fungsinya.
Hal ini terlihat pada:
Masa Tanam Paksa, perubahan tampak dengan tanah-tanah yang semula adalah milik rakyat
selanjutnya menjadi tanah perkebunan milik pemerintah dengan ditanami tanaman yang laku

dipasaran Eropa. Tanah-tanah tersebut harus dikerjakan secara paksa oleh rakyat sehingga tentu
saja menimbulkan penderitaan bagi rakyat.
Masa Liberalisme, tanah-tanah milik penduduk dijadikan perkebunan-perkebunan besar yang
ditanami tanaman yang menguntungkan, seperti gula, tembakau. Tanah milik petani menjadi
objek kapitalisme, seiring berjalannya waktu muncullah perkebunan-perkebunan swasta asing.
Perkebunan tersebut kemudian dijadikan tempat/tujuan untuk bekerja dan mendapatkan upah
sehingga muncul mobilitas penduduk yang akhirnya memunculkan lahirnya kota-kota baru
sebagai tempat perkembangan perekonomian penduduk.
F. Kedudukan dan Peran Perempuan.
Berkembangnya pendidikan di Indonesia mampu merubah keadaan bangsa Indonesia
demikian pula dengan kondisi kaum perempuan pada masa itu. Perempuan Indonesia pada
zaman dulu memiliki peran:
 Hanya sebagai ibu rumah tangga, ibu untuk anak-anak mereka dan istri serta pelayan suami.
 Kaum perempuan Indonesia dibelenggu oleh aturan-aturan tradisi dan adat yang membatasi
perannya dalam kehidupan masyarakat.


Mereka tidak boleh mengenyam pendidikan, pendidikan yang boleh mereka peroleh

terbatas pada usaha untuk persiapan menjadi ibu rumah tangga.
 Mereka hanya dapat pasrah menunggu serta menerima apa yang ditentukan oleh adat yang
didominasi oleh kaum laki-laki.
 Mereka tidak boleh menentukan jodohnya sebab jodoh telah ditentukan oleh orang tuanya.
Kedudukan perempuan zaman dulu:
 Perempuan selalu dipandang rendah, dianggap tidak berguna apa-apa.


Kedudukannya dipandang dibawah laki-laki sehingga perempuan selalu diperlakukan

kurang sopan.
 Perempuan tidak mempunyai hak tetapi mempunyai banyak sekali kewajiban.
 Perempuan adalah kaum yang terbelakang, tidak perlu diperhitungkan.
Masuknya budaya barat dengan kemodernisasiannya mampu membukakan pikiran bagi
kaum wanita Indonesia yang dipelopori oleh R.A Kartini (21 April 1879-13 September 1904). Ia
sadar bahwa perempuan pribumi terlalu terikat dengan tradisi dan adat istiadat. Perempuan selalu
terbelakang dan terlalu berpandangan sempit. Kartini ingin menampilkan sebuah perubahan bagi

kaum perempuan Indonesia. Karena pergaulannya ketika sekolah di E.L.S. (Europese Lagere
School) atau tingkat sekolah dasar dan ilmu yang dia peroleh selama sekolah maka Kartini
berkeinginan untuk mengangkat kedudukan kaumnya. Ia mulai mendirikan sekolah khusus
perempuan di kota Jepara dan di Rembang (tempat tinggal suaminya, Raden Adipati
Joyodiningrat). Kartini sendiri yang menjadi guru disekolah tersebut. Apa yang dilakukan
Kartini tersebut akhirnya diikuti oleh teman-temannya yang mendirikan Sekolah Wanita di
Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Perkembangan
pendidikan untuk kaum wanita semakin berkembang dengan diberlakukannya Politik Etis oleh
pemerintah Belanda (1900-1922).
G. Pengaruh Westernisasi
Westernisasi (Pembaratan) merupakan proses pemasukkan pengaruh budaya Barat bagi
rakyat.Masuknya pengaruh budaya Barat tersebut tentu saja berbeda dengan nilai-nilai dari
kebudayan asli bangsa Indonesia. Westernisasi masuk melalui jalur pemerintahan dan
pendidikan. Pengaruh Westernisasi bagi bangsa Indonesia tampak pada:
1. Penggunaan bahas Belanda dalam pergaulan sehari-hari di kalangan rakyat Indonesia.
2. Gaya berpakaian rakyat Indonesia meniru cara berpakaian model barat, tampak dengan
dikenalnya rok, jas, dasi, topi,dsb.
3. Tata cara pergaulan dan lingkungan pergaulan yang meniru cara barat dimana telah lebih
terbuka dan bebas.
4. Sistem jabatan dan kepangkatan, dimana orang Indonesia mulai menduduki jabatan
tertentu dan menyandang pangkat tertentu.
5. Adanya Pendidikan model Eropa/Barat menjadi prioritas utama bagi rakyat Indonesia
yang ingin mengenyam pendidikan.
6. Model bangunan dan arsitektur serta sarana penunjang kehidupan meniru model Eropa
sehingga lebih modern bahkan tata kotapun meniru model barat.
Pengaruh Westernisasi sangat terlihat bagi kalangan bangsawan dan birokrat kolonial, sedangkan
bagi sebagian besar rakyat Indonesia masih tetap menjalankan dengan cara lama (feodaltradisional).
 Dampak di Bidang Politik
a. Sistem Pemerintahan

 Pemerintahan Kolonial :
Gubernur Jenderal didampingi oleh Raad van Indie (beranggota 4 orang) yang disebut sebagai
Pemerintah Agung di Hindia Belanda dibantu oleh :
-Sekretaris Umum (Generale Secretarie) untuk membantu Commisaris General
-Sekretaris Pemerintah (Gouvernement Secretarie) untuk membantu Gubernur Jenderal.
Pada tahun 1819 keduanya diganti oleh Algemene Secretarie yang bertugas membantu Gubernur
Jenderal (terutama memberikan pertimbangan keputusan). Pemerintahan kolonial pada dasarnya
sama dengan masa VOC perbedaanya terletak pada:
Kewenangan gubernur jenderal.
-VOC: tidak ada aturan khusus yang mengatur kewenangan gubernur jenderal
-Hindia Belanda :terdapat peraturan yang mengatur kewenangan gubernur jenderal yang
tertuang dalam Regeering Reglement Laporan Peranggungjawaban.
VOC: Gubernur Jenderal memberikan laporan pada Heeren XVII Hindia Belanda:
bertanggungjawab langsung pada raja melalui menteri jajahan. Laporan diberikan pada parlemen
Belanda (Staten Generaal).


Sistem Hukum pada Masa Kolonial
di Hindia Belanda diterapkan 2 jenis hukum, yaitu:

1. Hukum Pidana dan acara pidana
2. Hukum Perdata dan acara perdata
Hukum Pidana (Strafrecht) Seluruh penduduk Hindia Belanda mesti tunduk pada hukum pidana
seperti termuat dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (Wetboek van Strafrecht). Kitab
Undang-undang Hukum Pidana memuat semua fakta yang dapat dikenakan pidana. Tindak
Pidana mencakup kejahatan dan pelanggaran. Hukum Acara Pidana (Strafprocesrecht)
Mengatur :
a. Bagaimana atau apa yang harus diperbuat polisi yang bertugas menyidik dan menerangkan
kejahatan.
b. Kepala hakim mana terdakwa dihadapkan
c. Bagaimana berlangsungnya acara pidana
d. Bagaimana keputusan pengadilan harus dilaksanakan
Hukum Perdata

Kitab Undang-undang Hukum Perdata memuat hukum kekayaan, harta benda dan perjanjian.
Pada masa kolonial dibuat disebabkan karena kegiatan perdagangan sebagian besar dilakukan
dengan perantaraan orang-orang Cina. Tujuan dibuat Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada
masa kolonial adalah untuk:
1. Mempermudah pembuatan kontrak
2. Menjamin kepastian hukum bagi perdagangan orang-orang Belanda
3. Menundudukkan orang Cina terhadap hukum Eropa.
Selain KUH Perdata terdapat pula Kitab Undang-undang Hukum Dagang (yang dibuat khusus
untuk orang-orang Cina) Untuk orang Indonesia awalnya berlaku Hukum Adat setempat tetapi
setelah terjadi kontak dengan Belanda melalui perkebunan-perkebunan Belanda maka dibuat
Kitab Undang-undang Hukum untuk orang pribumi tanpa memperhatikan hukum adat yang
berlaku di masyarakat. Tujuan di buat Undang-undang tersebut adalah:
a. Menundukkan orang-orang Indonesia kepada hukum Eropa.
b. Membuat kitab Undang-undang tersendiri untuk orang Indonesia.
Untuk selanjutnya ketika pemerintah kolonial Belanda membentuk kitab undang-undang untuk
orang Indonesia maka hukum adat selalu menjadi bahan pertibangan dalam mengambil sebuah
keputusan. Pada perkembangannya berdiri sekolah-sekolah sebagai berikut:
-Sekolah Hakim (Rechtsschool) tahun 1908 di Jakarta
-Sekolah Tinggi Hukum (Rechtsshoge School) tahun 1924 di Jakarta.
b. Sistem Peradilan pada masa Kolonial
Peradilan dibedakan antara:


Pengadilan Gubernemen :
a. Pengadilan Eropa, dilaksanakan oleh Pengadilan Karisidenan, Dewan Yustisi, Hakim

Polisi dan Pengadilan Tinggi.
b. Pengadilan Pribumi, dilaksanakan oleh Landraad (pengadilan negeri)
c. Pengadilan untuk segala bangsa dilaksanakan oleh landgerecht


Pengadilan Eropa :
a. Pengadilan Karisidenan, terdapat di kota yang ada Pengadilan Negeri (Landraad)
b. Raad van Justitie hanya ada 6 buah (Jakarta, Semarang, Surabaya, Makasar, Medan

dan Padang).

c. Hakim Polisi (Politierecht) dibentuk dibeberapa tempat dan merupakan pengganti Raad
van Justitie.
d. Pengadilan Tinggi (Hoogsgerechtshof ) hanya ada di Jakarta.


Pengadilan Pribumi Pengadilan pribumi (landraad) terdapat di kota atau kota yang agak

besar, misalnya di ibu kota kabupaten.


Pengadilan untuk semua bangsa (Landgerecht) Pengadilan ini dimaksudkan untuk

menangani perkara bangsa Eropa, pribumi maupun orang Timur Asing.
 Dampak di Bidang Ekonomi


Komersialisme, dan Industrialisasi
Komersialisme yang terjadi di Indonesia awalnya disebabkan karena Kemerosotan VOC,

kekosongan kas negara Belanda serta hutang yang sangat besar dengan saldo kerugian sebesar
134,7 juta Gulden. Untuk mengatasi masalah tersebut maka diberlakukanlah tanam paksa
dibawah pimpinan Van den Bosh pada 1830-1870.
a. Masa Tanam Paksa
Pada masa Tanam Paksa yang dikomersilkan dari Indonesia oleh Belanda adalah : Tanah
rakyat yang awalnya milik pribadi diambil dan dikuasai oleh pemerintah Belanda untuk
dijadikan sebagai lahan tanam paksa. Dimana tanah rakyat tersebut wajib ditanami tanaman yang
laku dipasaran Eropa (Ekspor) yang jenisnya telah ditentukan oleh pemerintah Belanda, seperti
kopi, gula, teh, tembakau, kapas, nila (indigo). Hasil dari tanam paksa tersebut diserahkan lepada
pemerintah Belanda dan hanya dihargai sangat rendah sehingga segala hasil keuntungan
sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah. Tanah rakyat yang bebas dari tanam paksa hanya 1/5
itupun rakyat masih dibebankan membayar pajak perorangan. Selain tanahnya diambil, rakyat
masih harus bekerja di lahan tanam paksa tersebut dengan jangka waktu yang tidak terbatas
bahkan hampir seluruh waktu digunakan untuk bekerja dilahan tanam paksa. Sehingga rakyat
tidak sempat untuk mengerjakan tanahnya sendiri. Akibat dari tanam paksa tersebut:
· Tanah rakyat dieksploitasi
· Rakyat harus menanggung beban berat akibat tanam paksa.
· Selain itu rakyat masih dibebankan kerja rodi/ kerja paksa untuk pemerintah.
Yang terberat adalah rodi untuk membangun dan memelihara benteng pertahanan.
· Kemiskinan dan daya tahan rakyat dalam menghadapi berbagai bencana yang terlalu kecil
menyebabkan ketika terjadi musim kekeringan berarti bencana yang besar bagi rakyat.

Akibatnya terjadi kelaparan dimana-mana dan kematian, sehingga jumlah penduduk mengalami
penurunan yang tajam. Contohnya:
tahun 1843 daerah Demak tercatat sebelum bencana ada 336.000 juta/jiwa namun setelah
bencana ada sekitar 120.000 dan di daerah Grobogan pada tahun 1849-1850 sebelum bencana
ada 89.500 juta/jiwa namun setelah bencana ada 9000 jiwa
· Tanam Paksa memang membawa keuntungan bagi Belanda tetapi rakyat Indonesia benar-benar
tenderita. Oleh karena itu dilakukan upaya penghapusan tanam paksa diawali dengan
penghapusan tanam paksa lada (1860) .Tahun 1870, secara resma tanam paksa dihapuskan di
Indonesia dengan dikeluarkan Undang-undang Gula, tetapi baru pada 1917 tanam paksa kopi
dapat

dihapuskan.

· Saldo untung untuk Belanda mulai mengalami penurunan Sejas tahun 1867, dan pada 1870
benar-benar lenyap. Saldo keuntungan tersebut disebabkan karena pemerintah terlalu berhemat.
b. Masa Liberalisme (1870-1900)
Penghapusan tanam paksa menyebabkan munculnya sistem ekonomi liberal, dimana
Indonesia dijadikan sebagai tempat untuk menanamkan modal mereka. Pada masa Liberalisme,
komersialisme terhadap bangsa Indonesia tampak dengan: Indonesia dijadikan tempat untuk
mencari bahan mentah untuk kepentingan Industri orang-orang Eropa Indonesia dijadikan
sebagai tempat untuk menanamkan modal bagi para pengusaha swasta asing. Dengan cara
menyewa tanah rakyat untuk dijadikan perkebunan-perkebuan besar. Indonesia juga dijadikan
sebagai tempat untuk memasarkan hasil-hasil Industri Eropa. Pada masa Liberalisme ini pulalah
merupakan awal munculnya industrialisasi di Indonesia. Munculnya Industrialisasi ditandai
dengan: Dikeluarkannya Undang-undang Agraria (Agrarische Wet) tahun 1870 ,yang
memberikan peluang bagi pengusaha asing (pengusaha dari Inggris, Belgia, Perancis, Amerika
Serikat, Cina, dan Jepang) untuk menyewa tanah dari rakyat Indonesia tetapi tidak boleh
menjualnya. Mereka mulai datang ke Indonesia untuk menanamkan modal dan untuk
memperoleh keuntungan yang besar. Tanah penduduk Indonesia yang awalnya merupakan milik
pribadi tersebut harus disewa untuk jangka waktu tertentu (25 tahun untuk tanah pertanian, 75
tahun untuk tanah ladang) oleh para pemilik modal swasta asing. Penduduk hanya mendapatkan
uang sebagai uang sewa tanah tersebut. Tanah yang disewa kemudian dijadikan `perkebunanperkebunan besar yang dilengkapi dengan pabrik-pabrik untuk mengolah hasil perkebunan
tersebut. Perkebunan-perkebunan tersebut diantaranya Perkebunan Kopi, Teh, Gula, Kina dan

Tembakau. Di Deli, Sumatra Timar. Industri di Indonesia awalnya memang hanya industri
perkebunan tetapi perkembangannya di Indonesia terdapat industri mesin, industri tambang, dsb.
Para pengusaha Indonesia tidak mampu mengalah pengusaha swasta asing. Pelaksanaan
Industrialisasi di Indonesia berkembang pesat didukung dengan:


Dibukanya Terusan Suez (1869) yang berfungsi untuk memperpendek jarak tempuh antara

Eropa ke Indonesia.


Di Indonesia dibangun pelabuhan, seperti Tanjung Prior (1886),dilengkapi dengan jalan

raya, jalan kereta api, jembatan, serta sarana telekomonilasi.
Dengan sarana transportasi tersebut proses industrialisasi di Indonesia berjalan semakin pesat.
Selain itu dibangun saluran irigasi dan waduk-waduk.
Selama masa Industrialisasi selain perkebunan besar di Indonesia berkembang pula:
Nederlandsch Handels Maatschappij (NHM) Bank Perkebunan (Cultuur Banker), Pusat
perkreditan, dan Kantor pegadaian. Perkembangan tanaman perkebunan mulai mengalami
kemunduran karena jatuhnya harga kopi dan gula di dunia pada 1885 dikarenakan di Eropa mulai
ditanam Gula Bit. Selain itu pada 1891 harga tembakau mengalami penuruan. Krisis 1885
mengakibatkan perubahan yang cukup besar bagi kehidupan ekonomi Hindia Belanda.
H. Upaya-Upaya berakhirnya kekuasaan Inggris di Indonesia.
 Adanya Kapitulasi Tuntang
Pada tahun 1602, armada Inggris sampai di Banten dan berhasil mendirikan Loji disana.
Pada tahun 1904, Inggris mengadakan perdagangan dengan Ambon dan Banda, tahun 1909
mendirikan pos di Sukadana Kalimantan, tahun 1613 berdagang dengan Makassar (kerajaan
Gowa), dan pada tahun 1614 mendirikan loji di Batavia (jakarta). Dalam usaha perdagangan itu,
Inggris mendapat perlawanan kuat dari Belanda. Belanda tidak segan-segan menggunakan
kekerasan untuk mengusir orang Inggris dari Indonesia. Setelah terjadi tragedi Ambon Massacre,
EIC mengundurkan diri dari Indonesia dan mengarahkan perhatiannya ke daerah lainnya di Asia
tenggara, seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam sampai memperoleh kesuksesan.
Inggris kembali memperoleh kekuasaan di Indonesia melalui keberhasilannya memenangkan
perjanjian Tuntang pada tahun 1811. Selama lima tahun (1811 – 1816), Inggris memegang
kendali pemerintahan dan kekuasaanya di Indonesia yang isinya:
o Daerah jajahan belanda diserahkan kepada Inggris
o Tentara belanda menjadi tawanan inggris

o Orang-orang belanda dapat menjadi pegawai Inggris
 Jasa-jasa Raffles
Indonesia mulai tahun 1811 berada dibawah kekuasaan Inggris dan Inggris menunjuk
Thomas Stanford Raffles sebagai Letnan Gubernur jenderal di Indonesia dan juga berdasarkan
kapitulasi tuntang tahun 1811, inggris secara resmi menguasai Indonesia, maka gubernur jendral
eic, lord minto menunjuk Stanford raffles untuk membentuk pemerintahan di Indonesia. Jasa2
raffles selama memerintah Indonesia antara lain:


Mendukung lembaga kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang bernama bataviaasch

genootschop di harmoni
 Menulis buku the history of java
 Menemukan bunga “rafflesia arnoldi”
 Istrinya Raffles, Olivia Marianne, “merintis kebun raya bogor”
 Mengembalikan sultan sepuh menjadi sultan yogyakarta
Adapun kebijakan Raffles yang dilakukan di Indonesia antara lain:


Jenis penyerahan wajib pajak dan rodi harus dihapuskan;



Rakyat diberi kebebasan untuk menentukan tanaman yang ditanam;



Tanah merupakan milik pemerintah dan petani dianggap sebagai penggarap tanah tersebut;



Bupati diangkat sebagai pegawai pemerintah.

Akibat dari kebijakan diatas, maka penggarap tanah harus membayar pajak kepada pemerintah
sebagai ganti uang sewa. Sistem tersebut disebut Lnadrent atau sewa tanah. Sistem tersebut
memiliki ketentuan, antara lain:


Petani harusmenyewa tanah meskipun dia adalah pemilik tanah tersebut;



Harga sewa tanah tergantung kepada kondisi tanah;



Pembayaran sewa tanah dilakukan dengan uang tunai;



Bagi yang tidak memiliki tanah dikenakan pajak kepala.
Sistem landrent ini diberlakukan terhadap daerah-daerah di Pulau jawa, kecuali daerah-daerah
sekitar Batavia dan parahyangan. Hal itu disebabkan daerah-daerah Batavia pada umumnya telah
menjadi milik swasta dan daerah-daerah sekitar Parahyangan merupakan daerah wajib tanam
kopi yang memberikan keuntungan yang besar kepada pemerintah. Selama sistem tersebut
dijalankan, kekuasaan Bupati sebagai pejabat tradisional semakin tersisihkan karena trgantikan

oleh pejabat berbangsa Eropa yang semakin banyak berdatangan. Raffles berkuasa dalam waktu
yang cukup singkat. Sebab sejak tahun 1816 kerajaan Belanda kembali berkuasa di Indonesia.
Pada tahun 1813, terjadi prang Lipzig antar Inggris melawan Prancis. Perang itu dimenangkan
oleh Inggris dan kekaisaran Napoleon di Prancis jatuh pada tahun 1814. Kekalahan Prancis itu
membawa dampak pada pemerintahan di negeri Belanda yaitu dengan berakhirnya pemerintahan
Louis Napoleon di negeri Belanda. Pada tahun itu juga terjadi perundingan perdamaian antara
Inggris dan Belanda.
 Perjanjian London (Konvensi London)
Pada tahun 1813 terjadi koalisi antara belanda dengan inggris untuk menghadapi napoleon
Bonaparte. Pada tahun 1814 antara inggris dan belanda menandatangani konvensi London yang
isinya :
-inggris mengembalikan wilayah Indonesia kepada belanda
-inggris berkuasa di India
penyerahan Indonesia dari inggris ke tangan belanda pada tahun 1816. sejak itu, kekuasaan
inggris berakhir di Indonesia.