Tinjauan Empiris DAMPAK PERGERAKAN NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA BI RATES, DAN KESENJANGAN OUTPUT TERHADAP INFLASI DI INDONESIA (2005:07 – 2013:04)

satu, maka nilai koefisiennya dapat underover estimate. Paper ini memberikan pemahaman mengenai threshold effect dari depresiasi nilai tukar dan pertumbuhan uang beredar M1 terhadap inflasi di Indonesia. Dengan menggunakan data bulanan dari 1980:01 sampai 2008:12 model ini memberikan bukti yang kuat bahwa terdapat threshold effect dari pertumbuhan uang beredar terhadap inflasi, namun tidak ditemukan threshold effect antara depresiasi nilai tukar dan inflasi. 2. Weera Prasertnukul , Makoto Kakinaka, dan Donghun Kim Exchange Rates, Price Levels, and Inflation Targeting: Evidence from Asian Countries. 2008. Indek harga bulanan,dan dua variabel dammynilai tukar mengambang dan inflasi targeting it ∆ln P t = β + β 1 ∆ln E t + β 2 ∆ln P t + β 3 ∆ln P t −1 + β 4 ∆ln E t ×FLT+ β 5 ∆ln P t −1 ×FLT + β 6 ∆ln E t ×DIT+ β 7 ∆ln P t −1 ×DIT+ ∑ β 8i x i + Єt Penargetan inflasi dapat memiliki efek yang penting pada nilai tukar pass-through dan volatilitas nilai tukar, dengan menggunakan data dari empat negara Asia krisis menderita: Indonesia, Korea, Filipina, dan Thailand. Satu pelajaran penting yang bisa kita ambil dari pengalaman negara-negara adalah bahwa penargetan inflasi telah membantu mencapai tujuan utama stabilitas harga melalui penurunan nilai tukar pass-through atau volatilitas nilai tukar, pelengkap mungkin untuk penurunan diharapkan inflasi. Hasil lain yang penting adalah bahwa tidak ada bukti bahwa mengadopsi 18 penargetan inflasi kenaikan volatilitas nilai tukar nominal, sedangkan reformasi moneter ke arah rezim mengambang menimbulkan volatilitas nilai tukar. Hasil kami menunjukkan bahwa komitmen bank sentral untuk inflasi yang rendah merupakan faktor penting dalam menentukan nilai tukar pass-through dan volatilitas. Untuk melestarikan kredibilitas rezim penargetan inflasi-, penargetan inflasi bank sentral harus membuat kebijakan moneter mereka lebih akuntabel dan transparan. 3. Taylor The robustness and efficiency of monetary policy rules as guidelines for interest rate setting by the European central bank. 1999 Suku bunga nominal jangka pendek, output gap, inflasi y t = - βi t – π t – r + u t π t = π t-1 + αy t- 1 + et i t = g π π t + g y y t + g Penelitian yang dilaporkan di sini menunjukkan efisiensi dan kekokohan aturan kebijakan sederhana di mana reaksi suku bunga terhadap inflasi berada di atas ambang batas kritis. Hal tersebut terlihat dengan mencakup aturan dengan koefisien yang lebih tinggi dan lebih rendah pada output serta variabel tertinggal. Bahkan, dalam mengusulkan aturan kebijakan patokan pada tahun 1992 agar aturan ini dapat digunakan dalam hubungannya dengan portofolio aturan kebijakan lainnya. 4. Aaron Mehrotra, Tuomas Peltonen and Alvaro Santos Rivera Modelling inflation in China – a regional perspective 2007 Output agregat, pengeluaran agregat,inflas i,dan uang beredar p t = αp t 1 + 1−α p t Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Perkembangan inflasi provinsi di Daratan China Dengan menggunakan data tahunan untuk 29 provinsi untuk periode reformasi 1978-2004, analisis ini menyoroti pentingnya bervariasi dari output gap dan ekspektasi inflasi untuk pembentukan inflasi di seluruh provinsi. Penelitian ini menemukan bahwa komponen inflasi ke depan secara statistik signifikan di 22 dari 29 provinsi, menyoroti pentingnya variabel ini untuk proses pembentukan inflasi China. Namun demikian, beragamnya tingkat signifikansi statistik koefisien yang diperkirakan, terutama untuk output gap, menunjukkan bahwa ada juga perbedaan penting dalam proses inflasi di seluruh provinsi. Khususnya, semua provinsi di mana kedua komponen inflasi ke depan dan output gap yang signifikan secara statistik, yang terletak di pantai China. 5. Jonathan McCarthy pass-through of exchange rates and import prices to domestic inflation in some industrialized economis 2006 the inflation rates of country i in period t at each of the three stages — import, producer PPI, and consumer CPI π m it = E t-1 π m it + α 1i ε s it + α 2i ε d it + α 3i ε e it + ε n it Menggunakan model VAR yang menggabungkan rantai distribusi, saya menemukan bahwa pass-through untuk harga konsumen agregat, yang merupakan perhatian utama untuk kebijakan moneter, tampaknya sederhana di sebagian besar negara-negara ini. Namun, faktor-faktor ini tidak memiliki efek disinflasi selama akhir 1990-an di banyak negara- negara, dengan pengecualian terkemuka dari AS. Ini Hasil yang terakhir bagi AS mungkin yang paling mengejutkan, karena Gordon [1998], Stock [1998], dan Koenig [1998] menemukan bahwa semua faktor eksternal meningkatkan proyeksi inflasi harga konsumen AS pada pertengahan hingga akhir 1990-an. Aku atribut perbedaan ini untuk metodologi yang berbeda. Sebaliknya, perilaku yang tidak biasa setidaknya menurut model terjadi pada harga minyak dan perilaku penentuan harga, sehingga harga minyak, PPI, CPI dan guncangan yang ditemukan menjadi kontributor utama. Dengan demikian, latihan ini menampilkan pentingnya memeriksa pass- through hubungan yang lebih luas dalam sistem daripada melalui satu persamaan. Berdasarkan penemuan-penemuan di atas, maka peneliti mencoba untuk dapat menemukan kesesuaian variabel-variabel yang dapat mempengaruhi inflasi dengan mengambil beberapa variabel yang telah ditemukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian di atas adalah peneliti mengganti atau menambahkan tahun dan bulan yang sedang diteliti.

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari data publikasi Bank Indonesia berupa Statistik Ekonomi Moneter, Laporan Kebijakan Moneter, Laporan Perekonomian Indonesia, Badan Pusat Statistik dan sumber lain baik nasional maupun internasional yang berhubungan dengan bahasan masalah dalam penelitian ini. Untuk pendekatan masalah dalam penelitian ini digunakan data bulanan time series selama periode bulan Juli 2005 hingga bulan April 2013 dan diperoleh 94 observasi, data-data pada tahun tersebut dianggap peneliti sangat berfluktuasi sehingga diharapkan akan mendapat hasil yang signifikan. Tabel 2. Deskripsi data yang digunakan dalam penelitian Nama Data Satuan pengukuran Selang periode runtun waktu Sumber Data Inflasi CPI Persen Bulanan BPS BI Output Gap Persen Bulanan BI Nilai Tukar Rupiah per Dolar AS Bulanan IMF BI BI Rate Persen Bulanan BI

B. Batasan Variabel

Batasan atau definisi variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Inflasi INF Inflasi yang digunakan adalah tingkat inflasi Indonesia dari Indeks Harga Konsumen IHK berupa data bulanan yang berbentuk dalam satuan persen. 2. Nilai Tukar atau Exchange Rate ER Kurs yang digunakan adalah kurs tengah Bank Indonesia dalam mata uang Rupiah terhadap Dolar AS dalam satuan Rupiah per Dolar AS. 3. Tingkat Suku Bunga BI Rate Suku bunga yang digunakan adalah suku bunga nominal Bank Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia berupa data bulanan dalam satuan persen. 4. Output Gap Output Gap adalah selisih antara GDP aktual dengan GDP potensial yang dihitung dengan metode HP Hodrick Prescott filter dalam satuan milyaran Rupiah. Semua data yang digunakan dalam penelitian di-log-kan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan satuan nilai untuk masing-masing variabel tidak sama, maka perumusan model digunakan metode double log. Penggunaan logaritma di sini juga dilakukan untuk mempermudah dalam penyelesaian analisa, dan hasil analisa akan lebih bermakna. Damor Gujarati; 1991. Nilai koefisien yang diperoleh masing-masing variabel bebas juga sudah mencerminkan besaran elastisitas sehingga akan lebih memudahkan dalam melakukan interpretasi hasil perhitungan. Selain dari pada itu, model ini sering digunakan untuk mengatasi problem regresi yang semula diduga linier ternyata tidak terbukti bahwa persamaannya linier, yaitu dengan melakukan transformasi dengan jalan menghitung a maupun b berdasarkan logaritma atas nilai Y.

C. Alat Analisis

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis stokastik yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel atau lebih. Dengan penelitian asosiatif dapat dibangun suatu teori yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejalafenomena. Sedangkan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah ECM Error Correction Model. ECM merupakan teknik untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang yang dikenalkan oleh Sargan dan dipopulerkan oleh Engle dan Granger. Model ekonomi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: INF = f ER, BI, OG Model umum dari ECM adalah sebagai berikut : ΔY = β + β 1 ΔX t + β 2 EC t Model ECM dalam penelitian ini adalah : INF t = β + β 1 Δ ER t + β 2 ΔBI t + β 3 ΔOG t + β 5 EC t Dimana, INF t = Inflasi pada bulan ER t = Nilai Tukar pada bulan BI t = Suku Bunga Bank Indonesia pada bulan OG t =Output Gap pada bulan EC t = Variabel eror pada bulan , , dan, β 3 merupakan parameter.

D. Metode Analisis Data

1. Uji Stationer Unit Root Test Permasalahan yang sering muncul dalam analisis time series adalah permasalahan mengenai stationary data. Hal ini perlu diperhatikan karena variabel yang tidak stasionary akan menghasilkan regresi lancung. Regresi lancung terjadi ketika hasil regresi menunjukkan hubungan yang signifikan antar variabel padahal hal tersebut tidak lain adalah hubungan contemporaneous dan tidak memiliki makna kausal. Analisis diawali dengan pengujian stationary masing-masing variabel dengan menggunakan Uji Phillips-Perron PP yaitu dengan menggunakan pendekatan nonparametrik untuk mengatasi autokorelasi tanpa menambahkan bentuk lag pada model. Ketidakstasioneran data diketahui dengan melihat peluang nilai uji- τ tau