Latar Belakang Kerja Praktek

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Koperasi merupakan salah satu Badan Hukum yang ada di lingkungan masyarakat, tetapi sampai sekarang Koperasi belum berfungsi sabagaimana mestinya. Dalam hal ini masyarakat dan para pegawai belum begitu paham dan mengerti bagaimana cara kerja Koperasi itu sendiri. Untuk mewujudkan kondisi yang harmonis dalam Koperasi serta agar masyarakat dan para pegawai lebih mengerti, maka perlu diadakannya Program dan Pelatihan yang nantinya dapat menghasilkan para pegawai yang lebih mengerti akan cara kerja dari Koperasi tersebut dan menciptakan kondisi yang lebih harmonis. Berdasarkan kondisi di atas maka salah satu langkah yang dilakukan oleh Koperasi HIKMAH adalah bekerja sama dengan pihak pemerintah untuk melakukan Program Pendidikan dan Pelatihan. Pelatihan atau pendidikan disini adalah suatu usaha untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan pengetahuan umum baik masalah teknis maupun pembahasan. Sedangkan pelatihan adalah suatu usaha untuk memperdalam kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaannya secara sistematisdan terorganisir sesuai tujuannya. Koperasi lebih sering melakukan atau membantu masalah pemerintah yaitu masalah yang menyangkut dengan APBD atau anggaran belanja dari Koperasi itu sendiri. Salah satu komponen pertanggungjawaban APBD menurut Standar Akuntansi Pemerintahan adalah laporan realisasi anggaran belanja. Laporan ini dimaksudkan untuk memberi keterangan tentang belanja yang terealisasi berdasarkan APBD tahun berjalan. Setiap entitas pemerintahan diwajibkan untuk menyusun anggaran realisasi belanja. Anggaran yaitu rencana tentang kegiatan, rencana ini mencakup berbagai kegiatan operasional yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Tujuan anggaran di bidang ekonomi adalah untuk mensejahterakan dan menaikkan taraf hidup masyarakat. Untuk ini diperlukan adanya kegiatan pembangunan secara sektoral maupun territorial. Pembangunan sektoral yang mencakup sektor - sektor pertanian, industry, pertambangan, ekonomi, kesehatan rakyat, pendidikan dan pengajaran dan sebagainya. Untuk masing – masing sector disusun berbagai program dan proyek yang pelaksaannya karena luasnya masalah, terbatasnya dana maupun keahlian harus dibagi – bagi menjadi program dan proyek yang menjadi wewenang Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Tingkat IProvinsi, Pemerintah Daerah Tingkat IIKabupaten dan sebagainya. Dengan demikian untuk sesuatu sector saja terdapat ratusan program dan proyek yang tersebar diseluruh Indonesia yang pelaksanaannya ditangani dan dikendalikan oleh berbagai pihak pada berbagai tingkat administrasi pemerintahan. Oleh sebab itu suatu perencanaan secara terpadu dalam bentuk Repelita yang penjabarannya setiap tahun perlu diperincilagi dalam bentuk RAPBN yang diajukan oleh Presiden dan disahkan oleh DPR RI setiap awal tahun anggaran. Anggaran belanja terdiri dari Anggaran Belanja Rutin, Anggaran Belanja Modal, Anggaran Belanja Pembangunan tapi dalam laporan dikhususkan hanya membahas masalah pembelanjaan rutin. Saya tertarik membahas ini disebabkan dalam instansi ini lebih dititik beratkan pada anggaran belanja ruti. Pada tahun 2002 Mentri Keuangan membentuk Komite Akuntansi Pemerintahan Pusat dan Daerah yang bertugas menyusun konsep Standar Akuntansi Pemerintahan Pusat dan Daerah yang terutang dalam KMK 308KMK.0122002. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa laporan pertanggungjawaban APBNAPBD harus disusun dan disajikan sesuai dengan Standa Akuntansi Pemerintahan, dan Standar tersebut disusun oleh suatu komite Standar yang Independen danditetapkan dengan Peraturan Pmerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan tersebut bertujuan untuk mewujudkan akuntabilitas kinerja pemerintahan dan menciptakan transparansi publik. Berdasarkan hal – hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun sebuah Laporan Kerja Praktek dengan judul “Tinjauan atas Laporan Realisasi Anggaran Belanja Rutin pada Kantor Koperasi Hikmah Kabupaten Majalengka”.

1.2 Tujuan Kerja Praktek