e- MAKSI - PENGARUH MODAL SENDIRI TERHADAP PEROLEHAN SISA HASIL USAHA PADA KPRI DI KABUPATEN MAJALENGKA (Studi Kasus Pada KPRI Di Kabupaten Majalengka)
PENGARUH MODAL SENDIRI TERHADAP PEROLEHAN SISA HASIL USAHA PADA KPRI DI KABUPATEN MAJALENGKA (Studi Kasus Pada KPRI Di Kabupaten Majalengka).
Oleh : R. NENY KUSUMADEWI, SE., MM. (Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Majalengka)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam tata perekonomian nasional kita, sangat diharapkan agar koperasi Indonesia dapat menempati posisi dan kedudukan yang penting. Bahkan koperasi Indonesia diharapkan menjadi soko guru perekonomian nasional Indonesia. Koperasi Indonesia mempunyai dasar konstitusional yang kuat, yakni UUD 1945 pasal 33 ayat 1 berbunyi “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekelua rgaan “ dalam penjelasan dari pasal tersebut dikatakan bahwa “ produksi yang dikerjakan oleh semua, untuk semua, dibawah pimpinan atau kepemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang.”
Oleh karena itu perekonomian disusun bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Penjelasan pasal 33 UUD 1945 ini menempatkan kedudukan koperasi (1) sebagai soko guru perekonomian Indonesia (2) sebagai bagian integral tata perekonomian nasional, menurut kamus lengkap karangan wojowasito (1983) arti dari soko guru adalah pilar atau tiang. Jadi, makna dari istilah koperasi sebagai soko guru perekonomian dapat diartikan koperasi sebagai pilar atau ”penyangga utama” atau „tulang punggung” perekonomian. Dengan demikian, koperasi diperankan dan difungsikan sebagai pilar utama dalam sistem perekonomian nasional.
Menurut Undang-Undang No.25 tahun 1992, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yaitu berdasarkan atas asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan pancasila dan UUD 1945.
Dalam mencapai tujuannya sesuai dengan Undang-Undang No.25 Bab 1 Ayat 1 tahun 1992, Koperasi membutuhkan modal yang dapat menjamin kelancaran usahanya. Modal tersebut dapat dialokasikan secara optimal untuk menghasilkan keuntungan atau SHU yang maksimal. Penambahan modal terjadi dalam koperasi dapat dilakukan setiap saat ketika ada masyarakat yang memenuhi syarat untuk menjadi anggota. Maju dan tidaknya usaha suatu koperasi tergantung pada mampu atau tidaknya koperasi tersebut mempergunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien sehingga tujuan koperasi dapat tercapai. Operasionalnya setiap perusahaan pasti membutuhkan modal demi tercapainya tujuan. Begitu
Sebagai badan usaha koperasi, pendapatan atau hasil usaha sangat menentukan besar kecilnya Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh koperasi. mengingat kegunaan dan fungsi dari penyisihan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang begitu banyak, maka perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) bagi koperasi pada setiap tahunnya menjadi sangat penting. Melalui Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi dapat memupuk modal sendiri yaitu dengan dana cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga akan memperkuat struktur modalnya, selain itu dana-dana yang disisihkan dari Sisa Hasil Usaha (SHU), apabila belum dicairkan atau digunakan, maka akan diperlakukan sebagai tambahan modal yaitu sebagai modal pinjaman tanpa dikenakan biaya modal. Oleh sebab itu apabila koperasi dapat meningkatkan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) dalam setiap tahunnya dengan sendirinya akan memperkuat struktur finansial, semakin besar Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh koperasi akan meningkatkan kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat pada umumnya. Dan untuk meningkatkan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) sangat tergantung dari besarnya modal yang berhasil dihimpun oleh koperasi untuk menjalankan usahanya.
Di Kabupaten Majalengka terdapat banyak jenis koperasi yang fungsinya sesuai dengan bidang geraknya masing-masing sehingga masyarakat dapat dengan leluasa memilih koperasi apa yang mereka butuhkan contohnya Koperasi Pertanian, Koperasi Peternakan, Koperasi Pemasaran, Koperasi Desa, Koperasi Karyawan, Koperasi Jasa, Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Angkatan Darat (KOPAD) dan lain sebagainya. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) adalah koperasi yang anggota- anggotanya terdiri dari para Pegawai Negeri Republik Indonesia dalam suatu daerah kerja (G.Kartasapoetra 1985:17). KPRI merupakan salah satu jenis koperasi yang membutuhkan modal yang cukup untuk menggerakkan dan meningkatkan seluruh bidang usahanya. Sebagian besar KPRI dalam mengelola usahanya lebih mengutamakan menggunakan modal sendiri dari pada modal pinjaman. Hal ini dikarenakan KPRI belum memperhatikan struktur modal yang sesuai, sedangkan struktur modal yang efektif memungkinkan adanya kemudahan dalam pengumpulan modal tambahan bila diperlukan.
KPRI juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotnya melalui kegiatan operasionalnya seperti waserba (warung serba ada) unit simpan pinjam, jasa aula dan lain sebagainya. Untuk meningkatkan dan menjalankan operasionalnya KPRI di Kabupaten Majalengka membutuhkan modal yang cukup untuk menggerakkan dan meningkatkan seluruh bidang usahanya.
Berdasarkan data Keragaan dari Dinas Koperasi usaha kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Majalengka, jumlah Koperasi di Kabupaten Majalengka yang tersebar di 26 Kecamatan di Kabupaten Majalengka sampai pertengahan tahun 2011 yang tercatat sebanyak 626 unit koperasi dengan jumlah keanggotaan sebanyak 63.297 orang. Sedangkan jumlah KPRI di Kabupaten Majalengka sebanyak 67 unit koperasi, sedang yang aktif sebanyak 46 unit koperasi, dan dapat dilihat dari laporan Keuangan pada KPRI di Kabupaten Majalengka seperti tabel 1.1 dibawah ini.
Tabel 1.1 Perkembangan Modal Sendiri dan Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi KPRI di Kabupaten Majalengka Periode Tahun 2007-2011
SISA HASIL USAHA MODAL SENDIRI
25.193.578.000,- 11,88 1.523.393.000,- 14,24
28.396.942.000,- 12,72 1.635.916.000,- 7,39
34.172.478.000,- 20,34 1.937.555.000,- 18,44
37.620.163.000,- 10,09 2.105.726.000,- 6,68
Sumber data Keragaan KPRI di Kabupaten Majalengka
Berdasarkan tabel 1.1 diatas, permasalahan yang terjadi adalah pada KPRI di Kabupaten Majalengka tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2011 keadaan modal sendiri dan sisa hasil usaha mengalami kenaikan tetapi dalam perkembangan modal sendiri dan sisa hasil usaha pada periode tertentu cenderung mengalami fluktuatif. secara umum perkembangan Modal Sendiri yang dimiliki KPRI di Kabupaten Majalengka dari tahun 2007 sampai dengan 2010 mengalami peningkatan, bahkan tahun 2010 ini merupakan perkembangan yang paling tinggi yaitu sebasar 20,34%, tetapi pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 10,09%, dan begitu juga dalam perkembangan sisa hasil usaha terlihat bahwa pada beberapa periode juga mengalami penurunan yaitu tahun 2009 sebesar 7,39% yang semula tahun 2008 mencapai 14,24% , dan 2011 juga mengalami penurunan sebesar 6,68% yang lebih kecil dari tahun 2009 padahal pada tahun 2010 sudah mengalami peningkatan bahkan yang paling tinggi sebesar 18,44%.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh selama kurun waktu lima periode diketahui bahwa modal sendiri dan sisa hasil usaha KPRI di Kabupaten Majalengka mengalami kenaikan setiap tahunnya walaupun jumlah kenaikan setiap periodenya berbeda. Pada tahun 2007 modal sendiri sebesar Rp. 22.519.112.000,- dengan perolehan sisa hasil usaha sebesar Rp. 1.333.529.000,-, pada tahun 2008 modal sendiri mengalami kenaikan sebesar Rp. 25.193.578.000,- atau sebesar 11,88%, begitu juga dengan sisa hasil usahanya mengalami kenaikan sebesar Rp. 1.523.393.000,- atau sebesar 14,24%, pada tahun 2009 modal sendiri mengalami kenaikan sebesar Rp. 28.396.942.000,- atau sebesar 12,72% begitu juga dengan sisa hasil usaha sebesar Rp. 1.635.916.000,- atau sebesar 7,39%, pada tahun 2010 modal sendiri mengalami peningkatan sebesar Rp. 34.172.478.000,- atau sebesar 20,34% dan sisa hasil usaha sebesar Rp. 1.937.555.000,- atau sebesar 18,44%, kemudian untuk tahun 2011 modal sendiri juga mengalami kenaikan sebesar Rp. 37.620.163.000,- atau sebesar 10,09% begitu juga dengan sisa hasil usahanya sebesar Rp. 2.105.726.000,- atau sebesar 6,68%.
Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul PENGARUH MODAL SENDIRI TERHADAP PEROLEHAN
SISA HASIL USAHA PADA KPRI DI KABUPATEN MAJALENGKA (Studi Kasus Pada KPRI Di Kabupaten Majalengka).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat mengidentifikasikan masalah yaitu :
1. Bagaimana perkembangan modal sendiri yang ada pada KPRI di Kabupaten Majalengka dari tahun 2007 sampai dengan 2011.
2. Bagaimana perkembangan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang ada pada KPRI di Kabupaten Majalengka dari tahun 2007 sampai dengan 2011.
3. Seberapa besar pengaruh Modal sendiri terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten Majalengka.
1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian
1.3.1. Maksud Penelitian
Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk Mengumpulkan data dan informasi tentang pengaruh modal sendiri terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten Majalengka.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui perkembangan modal sendiri yang ada pada KPRI di Kabupaten Majalengka dari tahun 2007 sampai dengan 2011.
2. Untuk mengetahui perkembangan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang ada pada KPRI di Kabupaten Majalengka dari tahun 2007 sampai dengan 2011.
3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh modal sendiri terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kabupaten Majalengka.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Koperasi
Koperasi menurut Moh. Hatta adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan berdasarkan gotong- royong. Sedangkan menurut undang-Undang pokok perkoperasian Nomor 25 Tahun 1992 pasal 1 menyatakan bahwa pengertian koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang- seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan.
Menurut Undang-Undang Koperasi Nomor 12 Tahun 1967 bahwa koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha-usaha bersama berdasarkan atas kekeluargaan.
Menurut Dr. Fay dalam buku Hendrojogi (2010: 20) yang menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri atas mereka yang lemah dan diusahakan selalu dengan semangat tidak memikirkan diri sendiri sedemikian rupa, sehingga masing-masing sanggup menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi.
Kata-kata yang tersirat dalam definisi tersebut dapat diterangkan menurut Hendrojogi (2010 : 21) sebagai berikut :
1) Adanya unsur kesukarelaan dalam berkoperasi
2) Bahwa dengan bekerja sama itu, manusia akan lebih mudah mencari apa yang diinginkan.
3) Bahwa pendirian dari suatu koperasi mempunyai pertimbangan- pertimbangan ekonomis.
2.1.1 Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi
2.1.1.1 Landasan
Landasan koperasi Indonesia menjadi pedoman dalam menentukan arah, tujuan, peran serta kedudukan koperasi terhadap pelaku-pelaku ekonomi lainnya. Dalam Undang-Undang Koperasi yang saat ini digunakan di Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 BAB II Pasal 2, dinyatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
a. Pancasila menjadi landasan koperasi Indonesia didasarkan atas pertimbangan bahwa Pancasila adalah pandangan hidup dan ideologi bangsa Indonesia, yang jiwa dan semangat bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta merupakan nilai-nilai luhur yang ingin diwujudkan oleh bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari- hari.
b. Undang-Undang Dasar 1945 menjadi landasan koperasi Indonesia karena didalamnya terdapat berbagai ketentuan yang mengatur berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia dalam bernegara, termasuk dalam aspek ekonomi yang diatur dalam pasal 33 dimana kehidupan perekonomian bangsa Indonesia dalam gerak pelaksanaannya didasarkan pada prinsip demokrasi ekonomi, artinya usaha pemenuhan kebutuhan ekonomi warga Negara Indonesia harus dilakukan melalui usaha bersama diantara para anggota masyarakat untuk mencapai kemakmuran masyarakat yang sebenar-benarnya.
2.1.1.2 Asas Koperasi
Koperasi di Indonesia dijalankan berdasarkan asas kekeluargaan. Semangat kekeluargaan ini yang membedakan koperasi dengan pelaku ekonomi lainnya di negara kita. Asas kekeluargaan ini didasarkan pada kodrat manusia sebagai mahluk pribadi tidak akan dapat berkembang dengan baik apabila tidak melakukan kerja sama dengan anggota masyarakat lainnya. Asas ini juga sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Mengacu pada asas kekeluargaan ini maka dalam menjalankan koperasi segala sesuatunya harus dikerjakan secara bersama-sama dan terus-menerus, dengan terencana, berkesinambungan dan ditujukan untuk kepentingan bersama.
2.1.2 Tujuan Koperasi
Tujuan koperasi menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian pasal 3 disebutkan bahwa, koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945.
Sedangkan tujuan pendirian suatu koperasi menurut Agus Mahfudz (2010 : 176), adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya. Selain itu koperasi juga diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Bahkan sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi diharapkan dapat turut serta menjalankan roda perekonomian nasional, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Tujuan- tujuan tersebut diatas dengan tegas digariskan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, bahwa tujuan koperasi Indonesia adalah :
b. Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat
c. Turut serta membangun tata perekonomian nasional.
2.1.3. Fungsi dan Peran Koperasi
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 secara jelas telah menggariskan fungsi dan peran yang harus diemban oleh koperasi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Tujuannya adalah pengembanan tujuan koperasi memiliki arah yang jelas. Dengan cara itu maka diharapkan koperasi dapat benar-benar mengemban misinya sebagai soko guru perekonomian nasional. Adapun fungsi dan peran koperasi adalah :
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
b. Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.
d. Berusaha mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Dengan fungsi dan peran yang demikian besar maka koperasi sebagai salah satu pelaku ekonomi dalam menjalankan usahanya harus bersungguh-sungguh sehingga menjadi usaha yang sehat dan tangguh serta mampu bersaing dengan pelaku ekonomi lainnya. Usaha koperasi yang sehat dan tangguh akan memberikan dampak pada banyak hal. Diantaranya :
a) Dapat mengurangi pengangguran
b) Dapat mengembangkan kegiatan usaha masyarakat
c) Dapat berperan dalam meningkatkan pendidikan masyarakat, terutama pendidikan perkoperasian dan dunia usaha.
d) Dapat berperan sebagai alat perjuangan ekonomi
e) Dapat berperan menciptakan demokrasi ekonomi. Sedangkan menurut Subandi (2010 : 30) pada dasarnya usaha koperasi memiliki dua fungsi penting yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu fungsi bidang ekonomi dan bidang sosial. Adapun fungsi dalam bidang ekonomi adalah :
a) Menunbuhkan motif berusaha yang lebih berperikemanusian
b) Mengembangkan metode pembagian sisa hasil usaha yang lebih adil
c) Memerangi monopoli dan bentuk-bentuk konsentrasi permodalan lainnya
d) Menawarkan barang-barang dan jasa dengan harga yang lebih murah
e) Meningkatkan penghasilan anggota
f) Menyederhanakan dan mengefisienkan tata niaga
g) Menumbuhkan sikap jujur dan keterbukaan dalam pengelolaan perusahaan
h) Menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran, antara kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan
i) Melatih masyarakat untuk menggunakan pendapatan secara aktif
Sedangkan fungsi dalam bidang sosial adalah :
a) Mendidik para anggotanya untuk memiliki semangat kerjasama, baik dalam kegiatan usaha maupun dalam membangun tatanan sosial masyarakat yang lebih baik.
c) Mendorong terwujudnya satu tatanan sosial yang bersifat demokratis, menjamin dan melindungi hak dan kewajiban setiap orang
d) Mendorong terwujudnya suatu kehidupan masyarakat yang tentram dan damai.
2.1.4 Prinsip Koperasi
Prinsip-prinsip koperasi di Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor
25 Tahun 1992 pasal 5 ayat 1 yaitu :
a. Keanggotaan bersifat Sukarela dan terbuka.
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil dan sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
d. Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal
e. Kemandirian. Selanjutnya agar tujuan, fungsi dan peran koperasi dapat berhasil dengan baik maka usaha yang dijalankan oleh koperasi harus dijalankan pada prinsip-prinsip koperasi yaitu :
1) Keanggotaan terbuka. Artinya yang terbuka, siapa saja tidak peduli dari aliran politik apa, agama dan rasa apa, semua dapat diterima sebagai anggota koperasi.
2) Satu orang satu suara artinya pengelolaan usaha dilaksankan secara demokratis.
3) SHU dibagi berdasarkan jasa masing-masing anggota koperasi, artinya pembagian SHU berdasarkan pada partisipasi anggota yang dapat menimbulkan keuntungan bagi koperasi.
4) Kegiatan harus dilakukan dengan jujur baik itu dari pengurusnya atau anggotanya.
2.2. Pengertian Modal
Setiap usaha sangat memerlukan modal untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tanpa adanya modal aktivitas usaha tidak dapat berjalan dengan baik. Besar kecilnya lapangan usaha termasuk koperasi juga tergantung pada besar kecilnya modal yang dapat dihimpun. Peranan modal tersebut menjadi sedemikian penting, karena tanpa modal yang cukup maka usaha yang dijalankan oleh suatu badan usaha tidak dapat berjalan lancar.
Menurut pendapat S. Munawir (2004: 19) Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukan dalam pos modal (modal saham) surplus dan laba yang ditahan atau kelebihan nilai aktif yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.
Menurut Hendrojogi (2010:190-191) Menyatakan bahwa modal adalah salah satu faktor produksi yang merupakan sarana untuk melaksanakan usaha-usaha, namun modal dapat juga diartikan sebagai hasil produksi yang digunakan untuk produksi lebih lanjut.
Berdasarkan berbagai rumusan modal diatas dapat disimpulkan bahwa modal merupakan semua kekayaan baik berupa uang, harta tetap maupun tidak tetap yang dapat dinilai dengan uang serta dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha. Sama seperti badan usaha lainnya koperasi pun dalam kegiatan usahanya memerlukan modal dan untuk mengelola modal dalam koperasi perlu adanya manajemen keuangan koperasi dimana kegiatan tersebut merupakan aktivitas pencarian dana dengan cara yang paling menguntugkan dan aktivitas penggunaan dana dengan cara yang efektif dan efisien dengan memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi dan prinsip-prinsip koperasi.
Dalam pengertian manajemen keuangan koperasi diatas mengandung beberapa hal penting antara lain :
a. Pelaksanaan fungsi-fungsi
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), implementasi (actuating), dan fungsi pengendalian (controlling).
manajemen,
minimal
b. Kegiatan pencarian dana adalah manajemen aktivitas untuk memperoleh atau mendapatkan dana/modal baik yang berasal dari dalam koperasi maupun dari luar koperasi.
c. Kegiatan penggunaan dana adalah aktivitas untuk mengalokasikan atau menginvestasikan modal.
d. Prinsip ekonomi adalah suatu prinsip yang dijadikan dasar dalam berbagai kegiatan ekonomi yang terdiri dari :
1. Rasionalitas yaitu suatu tindakan yang penuh perhitungan ekonomi sesuai dengan tujuan.
2. Efesiensi yaitu suatu penghematan penggunaan sumber daya ekonomi
3. Produktifitas yaitu suatu pencapaian output atau input yang digunakan
4. Prinsip koperasi dan aturan lainnya, yaitu suatu aturan main yang berlaku dalam koperasi yang dimaksud disini adalah prinsip-prinsip koperasi. Pengertian manajemen keuangan seperti diatas menggambarkan bahwa didalam koperasi juga diperlukan adanya modal walaupun dikatakan koperasi bukan sebagai perkumpulan modal melainkan perkumpulan orang-orang. Akan tetapi tak dapat dipungkiri bahwa modal merupakan faktor utama yang akan dapat mensejahterakan anggota. Dengan demikian modal dalam koperasi merupakan faktor penting dan perlu dikelola dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti disebutkan diatas. ( Neti : www.file.upi.education )
Mengenai permodalan dalam koperasi hampir sama dengan permodalan di badan usaha lain. Modal koperasi dibutuhkan untuk membiayai usaha dan organisasi koperasi. Modal koperasi merupakan kelebihan jumlah harta terhadap jumlah utang dari koperasi. Menurut Ninik Widyanti (2008 : 134), modal dalam koperasi yaitu :
1. Dari anggota-anggota sendiri, berupa simpanan-simpanan
2. Dari sisa hasil usaha koperasi, yaitu bagian yang dimasukan cadangan
3. Dari luar berupa pinjaman. Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 25 Tahun 1992, modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.
2.2.1 Sumber Modal
Sumber modal adalah bagaimana mencari dana dari mana perusahaan memperoleh dana yang dibutuhkan untuk membiayai usahanya guna mencapai tujuan perusahaan. Adapun sumber modal menurut asalnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
a. Sumber Internal, merupakan usaha yang dilakukan dengan efisiensi agar pemenuhan kebutuhan dana guna membiayai operasi perusahaan dapat dipenuhi dari dalam perusahaan itu sendiri.
b. Sumber eksternal, merupakan usaha pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari luar perusahaan. Sumber-sumber eksternal ini dapat berupa modal-modal pinjaman (modal asing) baik yang berupa uang, bahan maupun lainnya. Modal pinjaman ini dapat berupa hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang.
Setiap koperasi, baik koperasi konsumsi, koperasi produksi, koperasi simpan pinjam maupun koperasi serba usaha memiliki sumber modal tertentu untuk menggerakan usahanya.
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, dalam subandi (2010 : 82) modal yang menanggung resiko atau disebut modal ekuiti adalah :
1. Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Dimana simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
2. Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi pada waktu tertentu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
3. Dana cadangan adalah sejumlah dana yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
4. Hibah adalah suatu pemberian harta kekayaan dari seseorang (baik sebagai anggota koperasi maupun bukan anggota koperasi) yang berupa kebendaan, baik benda bergerak maupun benda tetap.
Sedangkan debt capital atau modal pinjaman dapat berasal dari anggota, koperasi lain, seperti Bank atau Lembaga keuangan lainnya dan Penerbitan Obligasi serta Surat hutang lainnya.
2.2.1.1 Modal Sendiri
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 pasal (1) sumber permodalan dan status koperasi meliputi modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah
a. Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.
b. Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi pada waktu tertentu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
c. Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
d. Hibah merupakan pemberian yang tidak disertai dengan ikatan apapun. Hibah sering disebut dengan modal donasi karena sumber dari hibah adalah para donator. Yang dikategorikan sebagai hibah pada koperasi adalah hadiah, penghargaan, dan pemberian atau bantuan lainnya yang tidak disertai dengan ikatan. .
Menurut Ninik Widiyanti (2008: 136-137) menyatakan bahwa : Sebagai badan usaha koperasi, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya sumber permodalan yang utamanya juga berasal dari para anggotanya dalam bentuk simpanan pokok, simpanan wajub, dan simpanan khusus. Hal ini berkaitan dengan beberapa alasan
a) Alasan Kepemilikan Modal yang berasal dari anggota merupakan salah satu wujud kepemilikan anggota koperasi terhadap koperasi beserta usahanya. Anggota yang memodali usaha koperasi akan lebih bertanggung jawab terhadap keberhasilan koperasi.
b) Alasan Ekonomi
Modal yang berasl dari anggota akan dapat dikembangkan secara lebih efisien dan murah, karena tidak disertai dengan beban bunga.
c) Alasan resiko
Bila usaha-usaha dibiayai dengan modal sendiri, maka resiko yang ditanggung koperasi juga akan lebih kecil, khususnya pada saat usaha tidak berjalan dengan lancar.
Secara umum modal sendiri merupakan modal yang berasal dari para anggota koperasi itu sendiri yang terdiri atas simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, dan hibah. Modal sendiri bagi koperasi merupakan modal kerja untuk dapat menghasilkan laba dalam hal ini adalah sisa Hasil Usaha (SHU).
2.2.1.2 Modal Pinjaman
Modal pinjaman atau modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja didalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali (Riyanto, 1999: 227) modal pinjaman koperasi pada umumnya dapat berasal dari anggota, koperasi lainnya dan atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat utang lainnya, sumber lain yang sah.
2.2.2 Jenis-Jenis Modal Sendiri
Menurut Andjar Pachta W, dkk (2005 : 117) tentang modal sendiri adalah modal sendiri adalah modal yang berasal dari dana pendiri atau anggota koperasi yang di setorkan pertama kali, dalam bahas teknis organisasi perusahaan biasanya disebut sebagai modal dasar pendirian koperasi.
Menurut Ninik Widiyanti (2008: 134) menyatakan bahwa : modal sendiri itu diperoleh dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela berjangka.
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 modal sendiri yaitu modal yang ikut menanggung resiko atau modal ekuitas
1. Simpanan Pokok. Menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992 pasal 41 huruf (a). adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
Menurut Ninik Widiyanti (2004 : 141) : Mengatakan bahwa simpanan pokok adalah jumlah nilai uang tertentu yang sama banyaknya yang diwajibkan kepada anggota untuk menyerahkan kepada koperasi pada waktu menjadi anggota .
Menurut Andjar Pachta W, dkk (2005 : 117) : menyatakan bahwa “Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib disetorkan ke dalam kas koperasi
oleh para pendiri atau anggota koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok ini tidak dapat ditarik kembali oleh anggota koperasi tersebut selama yang bersangkutan masih tercatat menjadi anggota koperasi. ”
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dikatakan bahwa simpanan pokok adalah simpanan yang disetor oleh masyarakat untuk menjadi anggota dengan jumlah nominal yang sama, disetor secara terus menerus selama menjadi anggota dan tidak dapat diambil selama menjadi anggota koperasi.
Dalam koperasi, simpanan pokok tersebut akan dicatat sesuai dengan nama penyetor dan berdasarkan ketentuan koperasi dalam anggaran dasar koperasi, masuk atau keluarnya anggota koperasi merupakan kebebasan orang tersebut, koperasi akan lebih baik apabila anggotanya bertambah secara terus menerus sehingga menambah besarnya simpanan pokok,
a. Karena pindah kedudukan, atau minta sendiri keluar karena alasan lain dan simpanan pokok atas namanya diminta kembali dan koperasi dibayar kembali pada yang bersangkutan.
b. Karena anggota koperasi (perorangan) pada koperasi meninggal dunia dan simpanan pokok atas namanya dibayar kepada ahli warisnya yang sah.
c. Karena dipecat dan secara pembukuan simpanan pokoknya harus dikembalikan kepada yang bersangkutan.
Sehingga pada akhirnya lama atau tidaknya seseorang bergabung menjadi anggota akan mempengaruhi besar kecilnya simpanan pokok yang akan diterima, apabila karena sesuatu hal diatas seorang anggota koperasi keluar, karena besarnya yang akan diterima sama besarnya dengan yang sudah disetor.
2. Simpanan Wajib Menurut penjelasan Undang-Undang No.25 Tahun 1992 pasal 41 huruf (b) simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib ini tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.
Menurut Arifin Sitio dan Halomoan Tamba (2001:84) : “Simpanan wajib yaitu sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama banyaknya,
yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada periode tertentu. Simpanan wajib ini tidak dapat di ambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. ”
Ninik Widiyanti (2008;137) berpendapat bahwa : Simpanan wajib adalah sejumlah nilai uang tertentu yang diwajibkan kepada anggota untuk membayar dalam waktu dan kesempatan yang tertentu ( umumnya secara bulanan).
Menurut Andjar Pachta W,dkk (2005:118) : menyatakan bahwa yang di maksud dengan simpanan wajib adalah simpanan yang wajib di setorkan oleh setiap anggota koperasi setiap bulan dengan jumlah yang sama sampai mencapai nilai tertentu.
Mengacu pada penjelasan diatas, maka simpanan wajib adalah simpanan yang harus disetor oleh para anggota koperasi secara terus menurus tanpa batas maksimum nominalnya dan tidak dapat diambil selama orang tersebut masih menjadi anggota koperasi. Oleh karena itu simpanan wajib setiap anggota tidak akan sama jumlahnya, hal ini tergantung seberapa rajin dan seberapa besar para anggota itu menyetorkan uangnya.
3. Dana Cadangan Menurut penjelasan Undang-Undang No.25 Tahun 1992 pasal 41 huruf (c) dana cadangan sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil Usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutupi kerugian koperasi bila diperlukan. Besarnya dana cadangan jarang digunakan untuk menutup kerugian, oleh karena itu peraturan menentukan bahwa dana cadangan dapat juga digunakan sebagai modal usaha
Menurut Andjar Pachta W,dkk (2005 : 117) menyatakan bahwa : “Dana cadangan ialah sejumlah uang yang diperoleh dari sebagian sisa hasil usaha
yan tidak dibagikan kepada anggota; tujuannya adalah untuk memupuk modal sendiri (equty) yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila koperasi membutuhkan dana segar secara mendadak atau dapat digunakan untuk menutupi kerugian dalam menjalankan usaha. ”
4. Hibah Menurut penjelasan Undang-Undang No.25 Tahun 1992 pasal 41 huruf (d). Hibah merupakan pemberian yang tidak disertai dengan ikatan apapun. Hibah sering disebut dengan modal donasi karena sumber dari hibah adalah para donator. Yang dikategorikan sebagai hibah pada koperasi adalah hadiah, penghargaan, dan pemberian atau bantuan lainnya yang tidak disertai dengan ikatan.
Menurut Arifin Sitio dan Halomoan Tamba (2001:84) : menyatakan bahwa Donasi atau hibah, yaitu sejumlah uang atau barang dengan nilai tertentu yang di sumbangkan oleh pihak ketiga, tanpa ada suatu ikatan atau kewajiban untuk mengembalikannya.
Berdasarkan penjelasan di atas maka pengertian hibah adalah modal yang di dapatkan secara cuma-cuma yang besarnya tidak di tentukan dan di masukan ke dalam modal sendiri.
2.2.3 Manfaat Modal sendiri
Modal dalam koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan anggota dan sekedar mencari keuntungan, (penjelasan UU No. 25 Tahun 1992 pasal 1 huruf d) menurut Winardi (1997: 81) modal sendiri dapat dipergunakan untuk :
a. Mempertahankan likuiditas
b. Memberikan kredit khusus
c. Pembelian gedung-gedung kantor
d. Menutup kerugian yang diderita
e. Menimbulkan kepercayaan para pembeli
2.2.4 Tujuan /fungsi Modal
Menurut Ninik Widayanti (2008 : 120) tujuan dari modal adalah untuk memenuhi kebutuhan anggotanya. Sedangkan menurut Riyanto (2001 :3) bagi perusahaan tujuan modal adalah agar perusahaan tersebut dapat menjalankan usahanya.
Fungsi modal adalah sebagai dana operasional pertama bagi perusahaan untuk mengembangkan usaha atau modal digunakan untuk modal kerja pertama. ( Neti : www.file.upi.education )
2.3. Sisa Hasil Usaha
2.3.1 Pengertian Sisa Hasil Usaha
Menurut Andjar Pachta W,dkk (2005:128,133) berpendapat bahwa : “SHU adalah merupakan laba atau keuntungan yang diperoleh dari menjalankan usaha
sebagaimana layaknya sebuah perusahaan bukan koperasi. SHU tersebut merupakan hasil akhir dari komponen-komponen yang menghasilkan dikurangi dengan jumlah komponen-komponen biaya. ”
Menurut Arifin Sitio dan Halomoan Tamba (2001: 87), Ditinjau dari aspek ekonomi manajerial, Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi adalah selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan total (total revenue) dengan biaya-biaya atau biaya total (total cost) dalam satu tahun buku.
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 pasal 45 ayat 1 bahwa :
1. Sisa hasil usaha koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
2. Sisa hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing –masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari koperasi sesuai dengan keputisan Rapat Anggota.
Usaha koperasi yang utama diarahkan pada bidang usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota baik untuk menunjang usaha maupun untuk mensejahterakan anggotanya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pengelolaan usaha koperasi harus dilakukan dengan produktif efektif dan efisien. Dalam arti koperasi harus mempunyai kemampuan mewujudkan pelayanan usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat yang sebesar-besarnya terhadap anggota dan masyarakat pada umumnya dengan tetap mempertimbangkan untuk memperoleh sisa hasil usaha yang wajar.
Pada dasarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada koperasi hakekatnya sama dengan keuntungan pada badan usaha seperti Perseroan Terbatas dan dapat didefinisikan sebagai pendapatan koperasi dalam satu tahun buku setelah dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak. Sisa hasil usaha pada koperasi dapat dibedakan antara Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh dari usaha untuk bukan anggota yang telah di tetapkan dalam anggaran dasar/anggaran rumah tangga koperasi yang bersangkutan.
Menurut Undang-Undang perkoperasian Nomor 25 Tahun1992 pasal 5 ayat 1 menjelaskan bahwa pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota kepada koperasi. Artinya, dalam pembagian Sisa Hasil Usaha Koperasi kepada anggota ini tidak semata-mata melihat besar kecilnya modal yang dimasukan atau disetorkan kepada koperasi melainkan harus pembagian kepada para anggota dan jenis serta besarnya keperluan lain, ditetapkan dalam rapat anggota.
Menurut Undang-Undang perkoperasian nomor 12 Tahun 1967 pasal 34 ayat (1) dalam Ninik Widiyanti (2008 : 157) bahwa sisa hasil usaha adalah pendapatan koperasi yang diperoleh di dalam satu tahun buku setelah dikurangi dengan penyusutan-penyusutan dan biaya-biaya dari tahun buku yang bersangkutan. Sesuai dengan salah satu sendi-sendi dasar koperasi, yang mengatakan bahwa pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing- masing anggota, maka pembagian sisa hasil usaha dibedakan antara yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dan yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk bukan anggota, yaitu :
a. SHU yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dibagi untuk :
1) Cadangan koperasi
2) Anggota sebanding dengan jasa yang diberikan
3) Dana pengurus
4) Dana pegawai/karyawan
5) Dana pendidikan
6) Dana sosial
7) Dana pembangunan daerah kerja
b. Sisa hasil usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk bukan anggota dibagi untuk :
1) Cadangan koperasi
2) Dana pengurus
3) Dana pegawai/karyawan
4) Dana pendidikan
5) Dana sosial
6) Dana pembangunan daerah kerja Secara proposional, pembagian sisa hasil usaha dalam % dibawah ini hanyalah berupa pedoman dan dapat diubah menurut keputusan rapat anggota, dengan mengingat ketentuan- ketentuan yang berlaku, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi adalah sebagai berikut :
1) 25% untuk cadangan
2) 30% untuk anggota menurut perbandingan banyaknya pembelian pada koperasi
3) 20% untuk anggota penyimpan (setinggi-tingginya 8% dari simpanan anggota)
4) 10% untuk dana pengurus
5) 5% untuk dana karyawan
6) 5% untuk dana pendidikan koperasi
7) 2,5% untuk dana sosial dan
8) 2,5% untuk dana pembangunan kerja. Kalau koperasi tersebut juga melayani bukan anggota, maka jumlah Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh dari bukan anggota dibagi sebagi berikut :
1) 30% untuk cadangan
2) 10% untuk dana pengurus
3) 5% untuk karyawan
4) 5% untuk dana sosial dan
5) 50% untuk dana pembangunan daerah kerja. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dana-dana yang berasal dari pembagian Sisa Hsail Usaha (SHU) koperasi selama belum dicairkan atau dimanfaatkan digolongkan sebagai kewajiban lancar koperasi. Sedangkan dana cadangan koperasi sebagai penyisihan dari Sisa Hasil Usaha tergolong kepada modal sendiri koperasi yang tidak dapat dibagikan kepada anggota karena disisihkan untuk tujuan pemupukan modal dan menutupi kerugian koperasi.
2.3.2. Tujuan Sisa Hasil Usaha (SHU)
Menurut UU No. 25 tahun 1992 pasal 45 Sisa Hasil Usaha (SHU) bertujuan untuk mensejahterakan anggota dan disisihkan sebagai dana cadangan yang dipergunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian, keperluan koperasi serta untuk pemupukan modal dana cadangan sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
2.3.3. Hubungan Modal Sendiri Dengan Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU)
Dalam setiap kegiatan operasionalnya setiap perusahaan pasti membutuhkan modal demi tercapainya tujuan perusahaan. Begitu juga dengan koperasi, untuk dapat memenuhi kesejahteraan anggotanya koperasi memerlukan modal yang dapat digunakan seoptimal mungkin sehingga mampu menghasilkan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang maksimal.
Menurut Arifin Sitio dan Halomoan Tamba (2001 :79), mengatakan bahwa semakin tinggi partisipasi anggota maka idealnya semakin tinggi manfaat yang diterima anggota. Partisipasi anggota adalah keterlibatan anggota dalam menanam modal yang berupa modal sendiri dan transaksi yang dilakukan anggota. Apabila semakin besar modal sendiri yang disetor, maka akan semakin besar pula keleluasaan para anggotanya dalam beroperasi untuk meningkatkan volume usahanya sehingga hal ini tentunya akan meningkatkan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dapat diperoleh pihak koperasi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa modal sendiri berpengaruh terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Jika koperasi mampu menghimpun modal yang cukup besar untuk membiayai usahanya dan dapat mengelolanya secara efaktif dan efisien, maka koperasi itu akan tumbuh dan berkembang, sehingga nantinya diperoleh tingkat Sisa Hasil Usaha (SHU) yang relative besar.
2.4. Kerangka Pemikiran
Koperasi didirikan untuk membantu anggotanya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggotanya menuju masyarakat yang adil dan makmur. Peranan koperasi sebagai wadah pusat pelayanan sangat dibutuhkan bagi anggotanya dalam mencukupi kebutuhan. Atas dasar tersebut, KPRI di Kabupaten Majalengka berusaha mengembangkan usaha dalam berbagai unit usaha yang dijalankan. Adapun unit usaha tersebut adalah unit usaha simpan pinjam, unit usaha pertokoan dan lain sebagainya. Semua layanan usaha ini diadakan dalam rangka memenuhi kebutuhan anggota.
Besar kecilnya koperasi atau maju mundurnya usaha koperasi tergantung dari kemampuan koperasi yang bersangkutan untuk menghimpun modal, guna mengembangkan usaha yang ada demi memberikan pelayanan yang maksimal kepada anggotanya. Untuk dapat menjalankan dan meningkatkan kegiatan operasionalnya KPRI di Kabupaten Majalengka memerlukan modal yang mencukupi.
Menurut Undang-Undang Perkoperasian No. 25 Tahun 1992 menyatakan bahwa modal sendiri yang berupa simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah”. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dikatakan bahwa modal sendiri koperasi yang berasal dari simpanan pokok koperasi sangat berperan dalam upaya untuk membiayai sendiri kegiatan usahanya dalam rangka mewujudkan tujuan koperasi. Modal sendiri merupakan modal yang dihimpun dari para anggotanya untuk dapat mencapai tujuan usaha, yaitu untuk mensejahterakan anggotanya. Dengan semakin banyak modal yang dihimpun dari anggotanya diharapkan kegiatan koperasi dapat meningkat sehingga Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh akan semakin bertambah.
Dalam setiap kegiatannya, perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Begitu juga halnya dengan koperasi, keuntungan atau laba koperasi disebut juga dengan Sisa Hasil Usaha (SHU). Pendapatan yang diperoleh dari satu tahun dikurangi penyusutan dan beban-beban dari tahun buku yang bersangkutan disebut Sisa Hasil Usaha (SHU).
Pembagian SHU yang berlaku dalam koperasi telah diatur dengan jelas dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan Undang-Undang. Maka bagian yang tidak menjadi hak koperasi diakui dengan sebagai kewajiban. Sisa hasil usaha yang jenis dan jumlah pembagiannya belum jelas dicatat sebagai sisa hasil usaha belum dibagi dan dijelaskan dalam penjelasan neraca.
Berdasarkan Undang-Undang No.25 Tahun 1992 telah dijelaskan bahwa sisa hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan rapat anggota, sehingga, penetapan besarnya pembagian sisa hasil usaha kepada para anggota dan jenis serta jumlahnya untuk keperluan lain, ditetapkan oleh rapat anggota sesuai dengan AD/ART koperasi. Besarnya sisa hasil usaha yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan
Berdasarkan uraian diatas dan untuk memudahkan alur pembahasan dari penelitian ini disusun kerangka dan paradigma penelitian seperti tampak dalam gambar dibawah ini :
Gambar 2.1 Kerangka berpikir Pengaruh modal sendiri terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha
SIMPANAN POKOK SIMPANAN WAJIB DANA CADANGAN HIBAH SHU
Adapun gambar berikut dibawah ini adalah paradigma penelitian modal sendiri terhadap sisa hasil usaha yang berasal dari Undang-Undang Koperasi No.25 Tahun 1992 adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian Pengaruh Modal Sendiri Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha
MODAL SENDIRI
SHU
Simpanan Pokok
Total Pendapatan
Simpanan Wajib
Total Biaya
Dana Cadangan
Hibah (UU Koperasi No. 25/1992)
(UU Koperasi No.25/1992)
2.6. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2011: 64) menyatakan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh Modal Sendiri terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha pada KPRI di Kabupaten Majalengka. ”
III. METODE PENELITIAN
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian ini akan di ketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti, sehingga menghasilkan simpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti. Adapun yang menjadi variabel independen (variabel X) adalah modal sendiri. Variabel dependen (variabel Y) dalam penelitian ini adalah sisa hasil usaha. Sedangkan yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh koperasi KPRI yang aktif di Kabupaten Majalengka berjumlah 46 unit Koperasi serta populasi yang ditelitinya adalah laporan keuangan pada KPRI di Kabupaten Majalengka periode tahun 2007 sampai dengan 2011. Dan peneliti menggunakan semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data dalam penelitian ini adalah data keragaan koperasi pada Dinas Koperasi Usaha kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Majalengka. Adapun prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dokumentasi, Studi Kepustakaan, Wawancara.
Analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana. Menurut Sugiyono,(2011:188) yaitu analisis regresi linier sederhana digunakan untuk memprediksi variabel dependen (Y) dengan menggunakan satu variabel independen (X) atau merupakan analisis hubungan antara dua variabel.
Sedangkan menurut Sugiyono (2011 : 182), untuk menganalisis data digunakan korelasi Pearson Product Moment (r) yaitu untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Menurut J Sarwono (2006:87) Koefisien Determinasi
digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Modal sendiri sebagai variabel X Terhadap Variabel Sisa Hasil Usaha (SHU) sebagai
variabel Y. Untuk menjawab semua masalah penelitian yang diajukan maka digunakan teknik