PENGAPLIKASIAN INSTRUMEN PENILAIAN Fullpaper PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA RANTAI PASOK HIJAU PADA PROYEK INFRASTRUKTUR JALAN

Klasifikasi Kinerja Persentase nilai Definisi pencapaian kinerja Emas 50-59 Sebagian besar aspek KPI terpenuhi dengan sangat baik, diperlukan usaha untuk mempertahankan maupun meningkatkan pencapaian kinerja Platinum ≥ 60 Hampir semua aspek KPI terpenuhi dengan sangat baik, diperlukan usaha untuk mempertahankan kinerja

5. PENGAPLIKASIAN INSTRUMEN PENILAIAN

Instrumen penilaian kinerja rantai pasok hijau dapat diaplikasikan pada proyek infrastruktur jalan baik perkerasan kaku maupun perkerasan lentur pada tahap konstruksi oleh pelaku rantai pasok konstruksi mencakup kontraktor, subkontraktor, dan suplier. Gambar 1. menjelaskan langkah-langkah pengaplikasian instrumen. Pembobotan KPI Menggunakan metode AHP Penilaian Kinerja masing-masing KPI Menggunakan formulasi pengukuran kinerja Penilaian Kinerja Total Mengalikan hasil pembobotan dengan persentase kinerja Pengklasifikasian Kinerja Menjumlah hasil persentase kategori proses dan mengklasifikasikannya Gambar 1. Tahapan pengaplikasian instrumen penilaian Langkah pertama dalam mengaplikasikan instrumen penilaian adalah melakukan pembobotan masing-masing KPI dengan metode Analytical Hierarchy Process AHP. Pembobotan ini dinilai melalui perbandingan berpasangan pair comparison antar KPI. Tujuan dari pembobotan ini adalah untuk menentukan tingkat kepentingan masing- masing KPI. Langkah kedua adalah menilai kinerja masing-masing KPI menggunakan formulasi yang telah dijelaskan pada sub bab struktur pemodelan pengukuran kinerja rantai pasok hijau. Langkah ketiga adalah melakukan penilaian kinerja total masing-masing KPI dengan mengalikan bobot dengan persentase kinerja masing- masing KPI bersesuaian. Setelah persentase kinerja total diperoleh, maka langkah terakhir adalah pengklasifikasian kinerja. Contoh Pengaplikasian Instrumen Penilaian Instrumen penilaian diasumsikan diaplikasikan pada proyek infrastruktur jalan perkerasan kaku dengan batasan hanya pada praktik rantai pasok hijau material dan stakeholder yang ditinjau adalah kontraktor, subkontraktor, dan suplier. Proyek konstruksi jalan yang akan ditinjau merupakan jalan nasional dengan pelaksana yaitu kontraktor BUMN yang telah menerapkan konsep green dalam aktivitas konstruksi sehingga diharapkan beberapa atribut terkait praktik rantai pasok hijau telah mereka terapkan. Tahapan pertama yang dilakukan adalah memberikan kuesioner, dan wawancara kepada pelaku konstruksi yang memahami praktik rantai pasok antara lain manajer proyek, kasie teknik, dan bagian logistik. Tujuan dari pemberian kuesioner dan wawancara adalah memperoleh informasi dan data pendukung untuk memudahkan proses analisis. Sebagai contoh, diperoleh nilai perbandingan berpasangan masing-masing KPI untuk selanjutnya diolah menjadi bobot dengan metode AHP, diketahui jumlah volume material lokal untuk selanjutnya diolah menjadi persentase kinerja dengan metode matematis, dan lain-lain. Diasumsikan bahwa sudah terdapat nilai bobot pada masing-masing kategori proses dengan rincian plan 0,1; source 0,25; deliver 0,2; make operational 0,3; return 0,15. Pengamatan langsung juga dapat dilakukan untuk mengetahui sejauh mana praktik rantai pasok hijau material diterapkan. Setelah semua data diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis perhitungan kinerja rantai pasok hijau total material konstruksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Analisis Perhitungan Kinerja Rantai Pasok Hijau Material Konstruksi No Kategori Proses Nilai Bobot Persentase Kinerja Persentase Kinerja Total A B C = A x B 1 Plan 0,1 30 3 2 Source 0,25 50 12,5 3 Deliver 0,2 45 9 4 Make Operational 0,3 60 18 5 Return 0,15 60 9 No Kategori Proses Nilai Bobot Persentase Kinerja Persentase Kinerja Total A B C = A x B Total 51,5 Emas Berdasarkan hasil pada Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa praktik rantai pasok hijau material yang dilaksanakan pada proyek infrastruktur jalan perkerasan kaku oleh kontraktor A meraih klasifikasi Emas dengan perolehan persentase kinerja sebesar 51,5. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar aspek KPI terpenuhi dengan sangat baik, diperlukan usaha untuk mempertahankan maupun meningkatkan pencapaian kinerja

6. KESIMPULAN