Konflik antara Undang-Undang Sektoral

83 daya alam maka RKUHP menambah luas dan lebar konflik yang sudah terjadi antara berbagai undang-undang sektoral yang selama ini belum terselesaikan lihat uraian Bab II.

4.3. Konflik antara Undang-Undang Sektoral

Undang-undang lingkungan hidup dan sumber daya alam telah terbagi habis dalam berbagai sektor manajemen. Kehutanan memiliki undang-undang kehutanan, agraria dipegang oleh departemen pertanahan, kelautan oleh departemen kelautan, dan sekat-sekat sektoral lain yang sudah menyebar rata ke semua departemen pemerintah yang ada. Secara definitif pendekatan sektor adalah pendekatan spesialisasi cara kerja dan bidang tugas yang diharapkan dapat menghasilkan efisiensi karena di masing-masing sektor ada keahlian yang spesialis. Dalam pendekatan ini, hal-hal yang ingin dicapai dan langkah-langkah yang ingin ditempuh diuraikan mulai dari yang umum sampai pada langkah opersional. 58 Pendekatan sektor disebut bersifat reduksionis karena masing-masing sektor mempunyai kapasitas, misi dan tujuan maupun motivasi dan perilaku yang tidak selaras satu sama lain dengan perencanaan dan anggaran yang diatur terpisah-pisah. Hariadi dan Jhamtani menegaskan bahwa akibat pendekatan sektoral, masing-masing sektor juga mengeluarkan kebijakan dan peraturan yang saling bertentangan. 59 Konflik antar-kaidah hukum yang dimaksud di sini terutama untuk memperlihatkan konflik antara berbagai kewenangan sektoral yang mengeluarkan kebijakan agraria dan sumber daya alam. Inisiatif sektoral dalam pembentukan undang-undang memicu tidak bertemunya berbagai kepentingan yang saling berbeda antar-sektor tersebut. Di sana terjadi konflik antar-kaidah hukum antara satu norma hukum dengan norma lainnya. Konflik hukum secara terminologis sebetulnya mengacu pada istilah yang dipakai dalam hukum perdata internasional untuk menunjuk pada beberapa hal: pertama, adanya pilihan hukum; kedua, adanya pilihan jurisdiksi; dan ketiga, pengakuan dan penegakkan putusan pengadilan luar negeri. Selanjutnya, secara historis juga terjadi konflik teori yang memberi penjelasan atas berbagai konflik hukum. Konflik teori tersebut mengacu pada empat 58 Hariadi Kartodiharjo dan Hira Jhamtani eds., Politik Lingkungan dan Kekuasaan di Indonesia, Equinox, Jakarta, 2006, hlm. 58. 59 Hariadi dan Jhamtani, op. cit., hlm. 58-59. 84 pendekatan: pertama, konsep tunggal tertentu; kedua, aturan yang jamak; ketiga, teks-teks yang berlaku umum; keempat, hukum nasional dan kebiasaan internasional. 60 Selama ini, pemerintah sering kali mengacu pada asas lex specialis derogat lex generalis, 61 untuk menunjukkan bahwa undang-undang sektoral-lah yang berlaku. Namun pertanyaannya adalah apakah asas tersebut masih berlaku jika masing-masing aturan tentang sumber daya alam bertentangan satu sama lain, bahkan di dalam satu aturan juga terjadi pertentangan. Asas tersebut juga memiliki kelemahan karena sistem hukum di Indonesia tidak pernah menunjuk lembaga mana yang menentukan satu aturan tertentu bersifat khusus ketika eksekutif akan melaksanakan aturan tersebut. 62

a. Konflik antara UU No. 41 Tahun 1999 dengan UU No. 5 Tahun 1960