. Kesengajaan dan Kelalaian . Kodifikasi

69 pidana bagi pelakunya tidak dipermasalahkan, sehingga strict liability juga disebut sebagai absolute liability atau “pertanggungjawaban mutlak” 49 Sedangkan Pasal 38 ayat 2 merupakan adopsi dari ajaran pertanggungjawaban pidana korporasi vicarious liability. Menurut ajaran atau doktrin ini, pembebanan pertanggungjawaban pidana dari tindak pidana yang dilakukan, misalnya oleh A kepada B. Doktrin ini sendiri sebenarnya diambil dari pertanggungjawaban dalam hukum perdata. Dalam perbuatan-perbuatan perdata, seorang pemberi kerja bertanggung-jawab atas kesalahan- kesalahan yang dilakukan oleh bawahannya sepanjang hal itu terjadi dalam rangka pekerjaannya. Hal ini memberikan kemungkinan kepada pihak yang dirugikan untuk menggugat pemberi kerjanya agar membayar ganti rugi sepanjang dapat dibuktikan pertanggungjawabannya. Apabila teori ini diterapkan pada korporasi, berarti korporasi dimungkinkan harus bertanggung-jawab atas perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh para pegawainya, kuasanya, atau mandatarisnya, atau siapa saja yang bertanggung-jawab kepada korporasi tersebut. 50

a. . Kesengajaan dan Kelalaian

Salah satu hal mendasar yang perlu dikaji adalah rumusan pasal-pasal tindak pidana lingkungan hidup dalam RKUHP masih berkutat dengan kategori delik konvensional kesengajaan dan kelalaian. Kategori ini untuk kasus-kasus perusakan dan pencemaran lingkungan hidup berimplikasi pada pembuktian dan beratringannya sanksi. Dari segi pembuktian, untuk menentukan sengaja dan tidak sengaja memang cukup sulit. Banyak kasus pencemaran yang secara kasat mata seperti kelalaian karena secara logika sangat jarang orang melakukan pencemaranperusakan lingkungan secara sengaja sebagai tindak pidana. Dari konsep yang berkembang di negara lain, misalnya di Belanda, WED atau tindak pidana ekonomi Belanda tidak saja mengatur delik lingkungan secara konvensional dalam klasifikasi berupa kesengajaan maupun kealpaan, tetapi juga didasarkan pada potensi dampak yang ditimbulkan dari delik tersebut: 1 berbahaya atau serious, 2 sedang atau moderate, 3 ringan atau little, atau 4 tidak berdampak sama sekali atau no impact. 51 49 Sutan Remy Sjahdeini, op. Cit., hlm. 78. 50 Sutan Remy Sjahdeini, ibid., hlm. 84-86. 51 Suparto Wijoyo, Refleksi Matarantai Pengaturan Hukum Pengelolaan Lingkungan Secara Terpadu studi kasus pencemaran udara, Airlangga University Press, Surabaya, 2005, hlm. 533. 70

a. . Kodifikasi

Tindak pidana lingkungan hidup dalam RKUHP hampir sama dengan yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Undang-Undang No 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. Kesamaan rumusan yang terdapat dalam ketiga undang-undang ini dengan rumusan yang terdapat dalam RKUHP dapat dilihat dalam Tabel 17 berikut. 71 Tabel 17 UU Sektoral RKUHP Nama Rumusan Rumusan Pasal Pasal 41 1 Barangsiapa yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 lima