1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Konsep dasar pendidikan adalah sebagai wahana guna meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Hal ini tertuang dalam
Pasal 31 Ayat 3 UUD 1945 yang menyatakan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Pasal 31 Ayat 5
UUD 1945 mengamanatkan bahwa pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia Danim, 2006: 11.
Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang- Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab Tilaar, 2005: 112.
2
Norma-norma tersebut mengharuskan pendidikan menyelenggarakan usaha yang memungkinkan setiap warga negara memiliki ketakwaan pada
Tuhan Yang Maha Esa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Usaha itu diwujudkan melalui pendidikan agama yang memungkinkan
pemeluknya menjadi taat dan beribadat, bermoral dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan tuntutan agama dan kepercayaan masing-masing. Pada
gilirannya berarti juga bahwa pendidikan agama harus diberikan menurut agama dan kepercayaan masing-masing, sebagai perwujudan kebebasan
beragama yang sekaligus memenuhi perlindunga terhadap hak asasi manusia dalam memeluk agama dan kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa.
Makna dari pendidikan tersebut adalah bahwa pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan akan mulai segera setelah anak lahir dan
akan berlangsung sampai manusia meninggal dunia, sepanjang ia mampu menerima pengaruh-pengaruh Sudrajat, 2008: 2. Oleh karena itu, proses
pendidikan akan berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Konsep tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan dilakukan
sepanjang hidup atau pendidikan sepanjang hayat. Menurut konsep pendidikan sepanjang hayat, kegiatan-kegiatan pendidikan dianggap sebagai suatu
keseluruhan. Seluruh sektor pendidikan merupakan suatu sistem yang terpadu. Konsep ini harus disesuaikan dengan kenyataan serta kebutuhan masyarakat
yang bersangkutan Tilaar, 2005: 122. Suatu masyarakat yang telah maju akan memiliki kebutuhan yang
berbeda dengan masyarakat yang belum maju. Apabila sebahagian besar
3
masyarakat suatu bangsa masih yang banyak buta huruf, maka upaya pemeberantasan buta huruf di kalangan orang dewasa mendapat prioritas
dalam sistem pendidikan sepanjang hayat. Tetapi, di negara industri yang telah maju pesat, masalah bagaimana mengisi waktu senggang akan memperoleh
perhatian dalam sistem ini. Konsep pendidikan sepanjang hayat menjadi panduan dalam
meninggikan harkat dan martabat manusia dengan pendidikan, termasuk manusia Indonesia. Pendidikan sepanjang hayat tersebut harus didukung oleh
fondasi yang kokoh sejak usia dini. Hal ini dikemukakan dalam Pasal 5 Deklarasi tentang Pendidikan untuk Semua yang disampaikan di Jomtien,
Thailand pada tahun 1990 yang lalu Anonim, 2007: 2. Dalam deklarasi tersebut disebutkan bahwa pendidikan diawali sejak anak lahir.
Learning begins at birth. Systematic development of basic learning tools and concepts therefore requires that due attention be paid to
the care of young children and their initial education, which can be delivered via arrangements that involve parents, the community or
institutions, depending on requirements Article 5 of World Declaration on Education for All.
Di Indonesia, kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang
mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini PAUD. Hal ini tertuang dalam amanah yang termuat pada pasal 28
ayat 1 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini menunjukkan bahwa secara yuridis formal, PAUD merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari keseluruhan Sistem Pendidikan Nasional. Walaupun pendidikan pra-sekolah bukan merupakan kewajiban dan prasyarat untuk
memasuki Sekolah Dasar Rahman, 2002: 22.
4
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional, Bab I Pasal 1 Ayat 14, dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini PAUD adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam pasal 28
ayat 3 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman
Kanak-kanak TK, Raudathul Athfal, atau bentuk lain yang sederajat. Selanjutnya, guna mengoptimalkan pelayanan pendidikan anak usia
dini, pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 tahun 2009 telah menetapkan Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Peraturan
tersebut menyebutkan bahwa standar PAUD merupakan bagian integral dari Standar Nasional Pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang dirumuskan dengan mempertimbangkan karakteristik penyelenggaraan
PAUD. Standar PAUD terdiri atas empat kelompok, yaitu: 1 Standar tingkat pencapaian perkembangan; 2 Standar pendidik dan tenaga kependidikan;
3 Standar isi, proses, dan penilaian; dan 4 Standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.
Pada tahun 2010, Kemdiknas mengeluarkan Permendiknas Nomor 36 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Pendidikan
Nasional. Hal ini dilakukan untuk mendukung kebijakan pembinaan layanan
5
Pendidikan Anak Usia Dini PAUD yang terarah, terpadu, dan terkoordinasi. Dalam peraturan tersebut ditegaskan bahwa pembinaan PAUD baik formal,
non formal, maupun informal, berada di bawah binaan Dierktorat Jenderal PAUD, Nonformal dan Informal Ditjen PAUDNI, yang secara teknis
dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan PAUD Kemdiknas, 2011: 3. Anak usia dini merupakan anak yang sedang dalam tahap pertumbuhan
dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling pesat. Pertumbuhan dan perkembangan telah dimulai sejak prenatal, yaitu sejak dalam kandungan.
Pembentukan sel syaraf otak, sebagai modal pembentukan kecerdasan, terjadi saat anak dalam kandungan. Setelah lahir tidak terjadi lagi pembentukan sel
syaraf otak, tetapi hubungan antar sel syaraf otak sinap terus berkembang. Begitu pentingnya usia dini, sampai ada teori yang menyatakan bahwa pada
usia empat tahun 50 kecerdasan telah tercapai, dan 80 pada usia delapan tahun. Oleh karena itu usia dini usia 0-8 tahun juga disebut tahun emas atau
golden age Bowman, Donovan, and Burns eds., 2010: 53. Menurut hasil penelitian di bidang neurologi Rahardjo, 2006: 2, pada
usia 4 tahun pertama separuh kapasitas kecerdasan manusia sudah terbentuk. Artinya kalau pada usia tersebut otak anak tidak mendapatkan rangsangan
yang maksimal, maka potensi otak anak tidak akan berkembang secara optimal. Sampai usia 8 tahun, 80 kapasitas kecerdasan manusia sudah
terbentuk, artinya kapasitas kecerdasan anak hanya bertambah 30 setelah usia 4 tahun hingga mencapai usia 8 tahun. Selajutnya kapasitas kecerdasan
anak tersebut akan mencapai 100 setelah berusia sekitar 18 tahun.
6
Adanya karakteristik khusus pada anak usia dini maka pendidikan untuk anak usia dini juga dilakukan dengan cara yang spesifik pula.
Pendidikan Anak Usia Dini PAUD atau Early Childhood Care and Education ECCE mempunyai potensi untuk mengembangkan ketrampilan
sosial, bahasa dan komunikasi serta ketrampilan motorik pada anak-anak usia dini. Hal ini dapat dilakukan apabila lingkungan pendidikan dapat memacu
imajinasi mereka dan lingkungan pendidikan menyenangkan bagi mereka Bowman, et al., 2010: 54.
Kenyataan di lapangan mengindikasikan bahwa pembelajaran Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Boyolali sudah memenuhi persyaratan
pendidikan anak usia dini. Kelebihannya adalah bahwa di sekolah tersebut anak sudah mulai dididik untuk mempunyai karakter tertentu sesuai dengan
tujuan sekolah. Secara umum, perkembangan dunia pendidikan di Negara Indonesia
semakin berkembang pesat, termasuk PAUD. Sesuai dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi, kepercayaan masyarakat kita tidak hanya
mempercayakan pendidikan dan perkembangan anak hanya melalui lembaga pendidikan saja, malainkan telah melibatkan berbagai profesi lain seperti
psikolog, dokter anak, psikiater dan sebagainya. Sehingga pendidikan dan perkembangan jiwa anak semakin mendapatkan perhatian dan pelayanan.
Namun kondisi tersebut baru berlaku bagi masyarakat dari kalangan yang mampu saja, sedangkan masyarakat dari golongan ekonomi lemah kurang
tersentuh dengan program PAUD. Banyak kendala menyertai perkembangan PAUD di Indonesia,
terutama dalam hal pendanaan di sektor pendidikan PAUD. Tingkat
7
Partisipasi Kasar dengan 20 pada Pendidikan, Indonesia menduduki ranking yang rendah di antara Negara-negara yang berpenghasilan rendah.
Pengeluaran biaya pendidikan di Indonesia sangat rendah yaitu 1,3 GDP Gross Domestic Product Produk Domestik Kasar pada tahun 2003. Artinya,
dari semua pengeluaran, jumlah yang diperuntukkan untuk anak usia dini sangat kecil. Jumlah pengeluaran untuk pendidikan dan perawatan anak usia
dini di Departemen Pendidikan Nasional tahun 2010 berjumlah Rp. 124,72 Milyar, yaitu hanya 0,55 dari anggaran pendidikan. Anonim: 2011: 25.
Kondisi tersebut menyadarkan bahwa betapa pentingnya penerapan PAUD bagi anak-anak usia dini di Indonesia. Namun tidak dapat dipungkiri
bahwa masih banyak kendala yang menjadi penghambat penerapan program PAUD di negara ini. Salah satu diantara kendala tersebut yaitu rendahnya
tingkat pendidikan para orang tua khususnya ibu sehingga mengakibatkan pula rendahnya kualitas asuhan terhadap anak usia dini. Selain itu, tinggi
rendahnya tingkat ekonomi masyarakat akan mempengaruhi kualitas pelayanan dari lembagainstitusi PAUD. Hambatan berikutnya yaitu masih
terbatasnya jumlah lembaga PAUD baik dari jalur Formal Taman Kanak- Kanak Radhautul Atfal maupun dari jalur Non Formal Kelompok Bermain
Taman Penitipan Anak dengan tingkat sebaran di suatu wilayah masih belum merata dibanding dengan sasaran PAUD itu sendiri. Hambatan terakhir yaitu
masih rendahnya kualitas guru pendidik PAUD yang belum memenuhi standar minimal yaitu untuk menjadi pendidik PAUD harus berijasah minimal
setara dengan program D-2 PGTK Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak. Semakin meningkat kualitas guru, maka akan meningkat pula kualitas proses
pengajaran dan kualitas peserta didik Rahardjo, 2006: 7.
8
Terkait hal tersebut di atas, tujuan PAUD tidak hanya untuk memenuhi hak asasi anak untuk memperoleh pendidikan sedini mungkin, melainkan juga
untuk memberikan landasan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam segala aspeknya, baik aspek ketrampilan, sosial, akademik, dan moral
Rochaety, 2006: 32. Oleh karena itu pembelajaran PAUD harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan peserta didik.
Perkembangan anak usia TK yang terentang antara usia empat sampai dengan enam tahun merupakan bagian dari perkembangan manusia secara
keseluruhan. Perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan fisik dan motorik, kognitif, sosial emosional, serta bahasa. Dilihat dari tahapan menurut
Piaget, anak usia TK berada pada tahapan praoperasional, yaitu tahapan di mana anak belum menguasai operasi mental secara logis Desmita, 2005: 6.
Periode ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol-
simbol. Melalui kemampuan tersebut anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal.
Prinsip-prinsip perkembangan anak meliputi: 1 anak berkembang secara holistik, 2 perkembangan terjadi dalam urutan yang teratur,
3 perkembangan anak berlangsung pada tingkat yang beragam di dalam dan di antara anak, 4 perkembangan baru didasarkan pada perkembangan
sebelumnya, 5 perkembangan mempunyai pengaruh yang bersifat kumulatif Seefeldt dan Wasik, 2008: 14. Prinsip-prinsip perkembangan anak tersebut
memberikan implikasi bagi pendidik dalam menentukan tujuan, memilih
9
bahan ajar, menentukan strategi, memilih dan menggunakan media, serta mengevaluasi perkembangan dan mendukung belajar anak secara optimal.
Mengacu pada prinsip perkembangan anak tersebut, maka praktik pembelajaran yang berorientasi perkembangan menekankan pada hal-hal
sebagai berikut: 1 anak secara holistik, 2 program pendidikan yang bersifat individual, 3 pentingnya kegiatan yang diprakarsai anak, 4 fleksibel,
lingkungan kelas menstimulasi anak, 5 pentingnya bermain sebagai wahana belajar, 6 kurikulum terpadu, 7 belajar melalui bekerja, 8 memberikan
pilihan kepada anak tentang apa dan bagaimana caranya belajar, 9 penilaian bersifat kontinu, dan 10 bermitra dengan orang tua untuk mendukung
perkembangan dan belajar anak Krogh dan Slentz, 2011: 46. Prinsip lain yang harus menjadi perhatian dalam penyelenggaraan
PAUD adalah bahwa pendidikan anak usia dini harus mampu merangsang munculnya kreativitas dan inovasi. Kreativitas dan inovasi tercermin melalui
kegiatan yang membuat anak tertarik, fokus, serius, dan konsentrasi. Langkah ini menurut Johnson dapat dilakukan dengan cara “Include learning which is
practical and exploratory, with motivating experiences, so that they develop understandings, skills and important attitudes
” Johnson, dalam Krogh dan Slentz, 2011: 59.
Salah satu penyelenggara PAUD yang dipandang memenuhi karakteristik tersebut di atas dalam pembelajarannya adalah TK Negeri
Pembina Boyolali. TK tersebut merupakan TK Negeri pertama yang ada di Boyolali dan berdiri sejak tahun 1995.
10
Sebagai TK Negeri yang pertama berdiri di Boyolali, lembaga ini mempunyai keunggulan dibandingkan dengan lembaga-lembaga sejenis lain
yang ada di Boyolali. Keunggulan yang dimiliki lembaga tersebut menjadi salah satu daya tarik bagi orang tua untuk menitipkan putra-putri mereka
untuk dididik di lembaga tersebut. Perkembangan jumlah peserta didik yang sangat pesat tersebut ternyata
tidak diimbangi dengan jumlah tenaga pendidik yang memadai. Hal tersebut berdampak pada tingginya rasio antara pendidik dengan peserta didik yang
ada, sehingga satu orang pendidik harus mengawasi anak didik yang cukup banyak. Kondisi tersebut pada gilirannya mengakibatkan pendidik tidak dapat
memberikan perhatian terhadap peserta didik secara optimal. Keunggulan lain yang dimiliki oleh TK Negeri Pembina Boyolali
adalah bahwa lembaga ini menerapkan kegiatan pembiasaan yang mendorong peserta didik untuk hidup sehat dan mandiri. Berdasarkan hal ini, maka
pembelajaran yang dilakukan sudah terencana dengan sistematis. Berangkat dari hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengelolaan
pembelajaran di TK Negeri Pembina Boyolali dengan harapan bahwa hasil yang diperoleh dapat dijadikan percontohan bagi lembaga-lembaga PAUD
lainnya.
B. Fokus Penelitian