Tri Novi Fuji Lestari, 2013 Analisis Persepsi Auditor Mengenai Faktor Penentu Audit Fee Berdasarkan Client Attributes,
Auditor Attributes, Dan Engagement Attributes Survei Pada KAP di Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perkembangan  perusahaan  go  public  di  Indonesia  mengalami  kemajuan yang  sangat  pesat.  Perkembangan  ini  menuntut  setiap  perusahaan  untuk  terus
mempertahankan eksistensinya dalam dunia bisnis. Setiap perusahaan harus selalu melakukan  suatu  perbaikan  dalam  kegiatan  operasi  perusahaan.  Hasil  operasi
suatu perusahaan selama satu periode tertentu tercermin dalam laporan keuangan. Laporan  keuangan  suatu  perusahaan  harus  dievaluasi  dengan  cara  dilakukannya
pemeriksaan  audit  terhadap  laporan  keuangan  perusahaan,  yang  tujuannya adalah  untuk  menilai  apakah  laporan  keuangan  tersebut  telah  disajikan  secara
benar dan wajar. Disinilah peran audit dibutuhkan sebagai suatu jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan dilaksanakan oleh seorang auditor.
Auditing  sendiri  merupakan  suatu  proses  sistematis  untuk  memperoleh dan  mengevaluasi  bukti  secara  objektif  mengenai  informasi  tingkat  kesesuaian
antara  tindakan  atau  peristiwa  ekonomi  dengan  kriteria  yang  telah  ditetapkan, serta  melaporkan  hasilnya  kepada  pihak  yang  membutuhkan,  dimana  auditing
harus  dilakukan  oleh  orang  yang  kompeten  dan  independen  Siti  Kurnia  Rahayu dan Suhayati, 2009 : 1.
Profesi  auditor  merupakan  suatu  profesi  yang  menjadi  kepercayaan masyarakat.  Dalam  menunjang  profesionalismenya,  auditor  melaksanakan  tugas
dan tanggung jawabnya tidak terlepas dari pedoman standar audit yang ditetapkan
Tri Novi Fuji Lestari, 2013 Analisis Persepsi Auditor Mengenai Faktor Penentu Audit Fee Berdasarkan Client Attributes,
Auditor Attributes, Dan Engagement Attributes Survei Pada KAP di Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
oleh  Institut  Akuntan  Publik  Indonesia  IAPI,  yaitu  standar  umum,  standar pekerjaan  lapangan,  dan  standar  pelaporan.  Auditor  melaksanakan  tugas  dan
tanggung  jawabnya  dalam  mengaudit  laporan  keuangan  dituntut  untuk  memiliki kompetensi yang memadai, sehingga ia mampu melaksanakan proses audit sesuai
dengan  prosedur  yang  telah  ditetapkan,  yang  kemudian  sebagai  balasan  atas jasanya akan mendapatkan fee atau imbalan yang sesuai atas jasa profesional yang
telah ia berikan kepada klien. Audit  Fee  sendiri  diartikan  sebagai  besarnya  imbal  jasa  yang  diterima
oleh  auditor  akan  pelaksanaan  jasa  audit.  Imbalan  jasa  dihubungkan  dengan banyaknya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan, nilai jasa yang
diberikan  bagi  klien  atau  bagi  kantor  akuntan  publik  yang  bersangkutan  Al Shammari et al, 2008. Selain itu, Iskak dalam Michell Suharli 2008 mengatakan
bahwa audit fee adalah honorarium yang dibebankan oleh akuntan publik kepada perusahaan  auditee  atas  jasa  audit  yang  dilakukan  akuntan  publik  terhadap
laporan keuangan. Pada  tanggal  2  Juli  2008  Institut  Akuntan  Publik  Indonesia  IAPI
menerbitkan  Surat  Keputusan  No.  KEP.  024IAPIVII2008  tentang  Kebijakan Penentuan  Audit  Fee.  Dalam  surat  keputusan  tersebut  dijelaskan  bahwa  panduan
ini  dikeluarkan  sebagai  panduan  bagi  seluruh  Anggota  Institut  Akuntan  Publik Indonesia  yang  menjalankan  praktek  sebagai  akuntan  publik  dalam  menetapkan
besaran imbal jasa yang wajar sesuai atas jasa profesional yang telah diberikan.
Tri Novi Fuji Lestari, 2013 Analisis Persepsi Auditor Mengenai Faktor Penentu Audit Fee Berdasarkan Client Attributes,
Auditor Attributes, Dan Engagement Attributes Survei Pada KAP di Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Lebih  lanjut  dijelaskan  bahwa  dalam  menetapkan  suatu  imbalan  jasa yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang
pantas  untuk  dapat  memberikan  jasa  sesuai  dengan  tuntutan  standar  profesional akuntan  publik  yang  berlaku.  Imbalan  jasa  yang  terlalu  rendah  atau  secara
signifikan jauh lebih rendah dari  yang dikenakan auditor atau akuntan lain, akan menimbulkan  keraguan  mengenai  kemampuan  dan  kompetensi  anggota  dalam
menerapkan standar teknis dan standar profesional yang berlaku. Audit Fee  sendiri di  Indonesia masih  menjadi  perbincangan  yang  cukup
panjang  sampai  saat  ini,  mengingat  belum  adanya  peraturan  yang  menetapkan standar  minimal  audit  fee  yang  akan  diterima  oleh  auditor  setelah  melakukan
tugasnya.  Seperti  halnya  yang  disebutkan  dalam  jurnal  Michell  Suharli  2008, yang  mengatakan  bahwa  penetapan  audit  fee  selama  ini  masih  dilakukan  secara
subjektif,  yang  artinya  ditentukan  oleh  salah  satu  pihak  atau  atas  dasar  kekuatan tawar-menawar antara akuntan publik dan klien dalam situasi persaingan akuntan
publik.  Hal  ini  memungkinkan  penetapan  fee  yang  terlalu  rendah  atau  terlalu tinggi  atas  jasa  yang  diberikan,  bergantung  kepada  kekuatan  tawar-menawar
tersebut. Selain  masih  terjadi  tawar-menawar  harga,  besarnya  audit  fee  di
Indonesia juga tidak tercantum secara transparan atau terperinci di dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan. Audit fee masuk kedalam pos beban umum dan
administrasi dan ditulis dengan nama akun jasa professional. Terbukti dengan data yang  penulis  peroleh  dari  laporan  keuangan  432  perusahaan  yang  terdaftar  di
Bursa  Efek  Indonesia  BEI  hanya  beberapa  perusahaan  yang  mencantumkan
Tri Novi Fuji Lestari, 2013 Analisis Persepsi Auditor Mengenai Faktor Penentu Audit Fee Berdasarkan Client Attributes,
Auditor Attributes, Dan Engagement Attributes Survei Pada KAP di Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
biaya audit secara terpisah dari akun jasa profesional yang terdapat dalam catatan atas  laporan  keuangan  perusahaan.  Dari  hal  ini,  terlihat  fenomena  belum  adanya
transparansi  mengenai  besaran  audit  fee  di  Indonesia,  karena  pada  dasarnya  di Indonesia  memang  belum  ada  ketentuan  yang  mengharuskan  kantor  akuntan
publik  yang  mempublikasikan  besarnya  fee  audit  yang  diterima  sebagaimana praktek  yang  sudah  berlangsung  di  negara-negara  maju  Basioudis  dan  Fifi,
2004. Penelitian  sebelumnya  mengenai  audit  fee  telah  dilakukan  oleh  David
Hay  2006,  University  of  Auckland  Business  School  dalam  jurnal “The
Accumulated  Weight  of  Evidence  in  Audit  Fee  Research”,  menyebutkan  bahwa faktor  penentu  audit  fee  dapat  dilihat  dari  3  tiga  ciri.  David  Hay  2006
mengatakan  ketiga  ciri  tersebut  adalah  ciri  klien  client  attributes,  ciri  auditor auditor attributes, dan ciri penugasan engagement attributes.
Menurut David Hay 2006,ciri klien client attributes merupakan salah satu  penentu  besarnya  audit  fee  yang  berkenaan  dengan  klien.  Klien  merupakan
orang  yang  memperoleh  layanan  atau  manfaat  atas  jasa  professional  yang diberikan  oleh  auditor.  Ciri  klien  ini  meliputi  ukuran  perusahaan  klien  size,
kompleksitas  operasi  klien  complexity,  resiko  bawaan  inherent  risk, profitabilitas  profitability,  perputaran  utang  leverage  and  liquidity,  dan  jenis
industri yang dimiliki oleh klien. David  Hay  2006  menyebutkan  jika  perusahaan  yang  industrinya
bergerak  di  bidang  industri  manufaktur  akan  membutuhkan  audit  fee  yang  lebih tinggi,  hal  ini  berkaitan  dengan  faktor  lainnya  yaitu  kompleksitas,  ukuran
Tri Novi Fuji Lestari, 2013 Analisis Persepsi Auditor Mengenai Faktor Penentu Audit Fee Berdasarkan Client Attributes,
Auditor Attributes, Dan Engagement Attributes Survei Pada KAP di Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
perusahaan, dan resiko  inhenren  atau bawaan. Dimana ketika ukuran perusahaan semakin  besar,  kegiatan  operasi  perusahaan  akan  semakin  kompleks  serta  resiko
inheren seperti salah saji dalam laporan keuangan bisa saja dapat terjadi sehingga semakin banyak bukti yang harus dikumpulkan, yang menyebabkan auditor harus
lebih ketat dalam melakukan pengujian audit dan membutuhkan biaya yang cukup tinggi.
Selain  itu,  profitabiltas  perusahaan  klien  juga  menjadi  salah  satu faktornya.  Menurut  Toto  Prihadi  2010  :  138  Profitabiltas  adalah  kemampuan
menghasilkan  laba.  Perusahaan  dengan  profit  yang  tinggi  cenderung  akan membayar biaya audit yang tinggi karena keuntungan yang tinggi akan membuat
auditor  melakukan  pengujian  yang  ketat.  Selain  profitabilitas,  yang  harus diperhatikan  adalah  tingkat  ukuran  utang  perusahaan.  Perusahaan  yang  memiliki
utang  banyak  beresiko  lebih  besar  untuk  terjerumus  dalam  kesulitan  keuangan, sehingga  auditor  memerlukan  kehati-hatian  dalam  pengujian  audit  yang  akan
membutuhkan biaya tinggi. Ciri  yang  kedua  yaitu  ciri  auditor  auditor  attributes  merupakan  faktor
penentu  besarnya  audit  fee  yang  berkenaan  dengan  auditor  yang  dilihat  dari spesialisasi specialization, waktu yang diperlukan untuk mengaudit tenure, dan
lokasi  tempat  mengaudit  location.  Hay  2006  mengatakan  bahwa  jika  lokasi atau jarak tempuh antara KAP dengan perusahaan klien berjarak sangat jauh maka
akan membuat biaya audit semakin besar, karena dibutuhkan sarana dan prasarana dalam penugasan tersebut. Selain itu jika perusahaan klien yang diaudit memiliki
kantor cabang di  kota  yang berbeda,  maka  akan  menimbulkan biaya  yang cukup
Tri Novi Fuji Lestari, 2013 Analisis Persepsi Auditor Mengenai Faktor Penentu Audit Fee Berdasarkan Client Attributes,
Auditor Attributes, Dan Engagement Attributes Survei Pada KAP di Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
tinggi  untuk  mengaudit.  Begitu  juga  jika  auditor  memiliki  spesialisasi  dalam mengaudit  dalam  industri  tertentu,  maka  fee  yang  dibayarkan  akan  lebih  tinggi
mengingat  adanya  tambahan  pengetahuan  atau  keahlian  khusus  yang  auditor miliki.  Dalam  melaksanakan  audit,  auditor  juga  tidak  terlepas  dari  audit  tenure
yaitu  lamanya  seorang  auditor  melaksanakan  suatu  audit  di  perusahaan  klien. Semakin lama seorang auditor mengaudit di tempat klien  yang sama, maka akan
semakin paham mengenai lingkungan bisnis klien tersebut. Ciri  yang  ketiga  adalah  ciri  penugasan  engagement  attributes
merupakan  faktor  penentu  besarnya  audit  fee  yang  berkenaan  dengan  penugasan audit  yang  meliputi  masalah  audit  audit  problems,  jarak  waktu  antara  tanggal
neraca  dan  tanggal  laporan  audit  lag,  busy  season,  dan  jumlah  laporan  yang dibuat  number  of  reports.  Penugasan  seorang  auditor  yaitu  untuk  memecahkan
permasalahan  audit  yang  ada  dalam  perusahaan  yang  kemudian  auditor  akan mengungkapkan  dan  memberikan  opini  audit  terhadap  hasil  auditannya.  Dalam
melaksanakan tugasnya auditor membutuhkan waktu dalam penyampaian laporan auditan.  Laporan  auditan  yang  harus  dibuat  auditor  menentukan  berapa  luasnya
penugasan audit dalam keadaan tertentu dan seberapa banyak jumlah laporan yang harus  dibuat.  Semua  hal  ini  tidak  terlepas  dari  fee  yang  diberikan  oleh  klien.
David  Hay 2006 juga mengatakan ketika  penugasan audit  terjadi dalam musim sibuk  seperti  perusahaan  dengan  tanggal  neraca  31  Desember,  maka  auditor
yang  menerima  penugasan  akan  membutuhkan  biaya  yang  lebih  tinggi  karena membutuhkan  konsentrasi  dan  fokus  yang  lebih  besar  terhadap  penugasan
tersebut.
Tri Novi Fuji Lestari, 2013 Analisis Persepsi Auditor Mengenai Faktor Penentu Audit Fee Berdasarkan Client Attributes,
Auditor Attributes, Dan Engagement Attributes Survei Pada KAP di Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Peneliti  lain  yang  mencoba  melakukan  penelitian  yang  sama  mengenai audit  fee,  seperti  Joshi  dan  Al-Bastaki  2000,  melakukan  penelitian  di  Bahrain
yang mana audit fee untuk klien kantor akuntan publik masih belum terpublikasi seperti  halnya  di  negara-negara  maju.  Hasil  penelitiannya  menunjukkan  bahwa
ukuran  perusahaan,  risiko,  profitabilitas,  dan  kompleksitas  operasi  klien merupakan  faktor-faktor  yang  menentukan  besarnya  audit  fee.  Wei  Zhang  dan
Myrteza  1996,  melakukan  penelitian  mengenai  determinan  audit  fee  di Australia.  Sebanyak  243  sampel  perusahaan  yang  terdaftar  di  Bursa  Efek
Australia dijadikan sampel dalam penelian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji  variabel  yang  digunakan  oleh  Simunic  1980,  yaitu  faktor  ukuran
perusahaan, kompleksitas audit, waktu audit, kualitas audit dan risiko audit dapat mempengaruhi  besarnya  audit  fee.  Hasil  penelitiannya  secara  individu  ukuran
perusahaan adalah faktor yang paling menentukan besarnya audit fee. Al-Shammari et al. 2008 melakukan penelitian yang sama yaitu dengan
menguji  faktor-faktor  penentu  biaya  audit  di  Kuwait.  Hasil  penelitiannya  juga menunjukkan  bahwa  ada  kesamaan  faktor-faktor  penentu  biaya  audit  di  Kuwait
dan  negara-negara  lain  yang  sebelumnya  diteliti.  Lebih  lanjut  penelitian  ini menjelaskan bahwa ukuran perusahaan dan kompleksitas klien merupakan faktor
penentu audit fee yang paling penting. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Michell Suharli 2008 yang menyebutkan rasio konsentrasi auditor, ukuran KAP,
ukuran  auditee  perusahaan,  dan  jumlah  anak  perusahaan  sebagai  faktor  yang menentukan besarnya fee audit. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat
dua  variabel  yang  hasilnya  signifikan  yaitu  rasio  konsentrasi  dan  ukuran  auditee
Tri Novi Fuji Lestari, 2013 Analisis Persepsi Auditor Mengenai Faktor Penentu Audit Fee Berdasarkan Client Attributes,
Auditor Attributes, Dan Engagement Attributes Survei Pada KAP di Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
perusahaan, sedangkan dua variabel lainnya hasilnya tidak signifikan yaitu ukuran Kantor Akuntan Publik KAP dan jumlah anak perusahaan.
Dengan melihat penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, penulis merasa perlu untuk meneliti kembali mengenai audit
fee.  Penulis  akan  meneliti  faktor  penentu  audit  fee  berdasarkan  ketiga  ciri  yang dikatakan  oleh  David  Hay  2006    namun  dilihat  dari  persepsi  seorang  auditor,
yang  akan  menetukan  ranking  dari  faktor-faktor  penentu  besarnya  audit  fee.  Hal ini  berbeda  dengan  penelitian  terdahulu  yang  hanya  menguji  seberapa
berpengaruh  faktor-faktor  tersebut  dan  mempunyai  hasil  yang  signifikan  sebagai penentu  besarnya  audit  fee.  Berdasarkan  latar  belakang  tersebut,  penulis  tertarik
untuk  melakukan  penelitian  pada  Kantor  Akuntan  Publik  yang  ada  di  Bandung, dengan judul :
“Analisis Persepsi Auditor Mengenai Faktor Penentu Audit Fee Berdasarkan Client Attributes, Auditor Attributes, dan Engagement Attributes
”.
1.2 Rumusan Masalah