PENGARUH KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP FEE AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA.

(1)

DI SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

CHRISTHOFEL LELA 0513010148/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

PENGARUH KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP FEE AUDIT

PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)

DI SURABAYA

yang diajukan :

CHRISTHOFEL LELA 0513010148/FE/EA

disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

Drs. Ec. R. Sjarief Hidajat, MSi Tanggal : ……….

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi NIP. 030.194.437


(3)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Fee Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya” dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak. Drs. Ec. R. Sjarief Hidajat, MSi,, selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan saran untuk penulis.

5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


(4)

sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan, memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.

Surabaya, Juli 2010

Penulis


(5)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan Penelitian... 6

1.4. Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Auditing... 11

2.2.1.1. Pengertian Auditing... 11

2.2.1.2. Tujuan Auditing ... 12

2.2.1.3. Jenis – Jenis Auditing... 15

2.2.1.4. Tahap – Tahap Pelaksanaan Audit... 17

2.2.1.5. Standart Auditing ... 19

2.2.1.6. Standart Profesional Akuntan Publik... 20

2.2.2. Opini Auditor ... 22

2.2.2.1. Pengertian Opini Auditor ... 22


(6)

2.2.3. Kompetensi Auditor... 26

2.2.4. Fee Audit... 29

2.2.5. Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Fee Audit... 30

2.3. Kerangka Pikir ... 31

2.4. Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... 32

3.1.1. Definisi Operasional ... 32

3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel ... 33

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 34

3.2.1. Populasi... 34

3.2.2. Sampel... 35

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.3.1. Jenis Dan Sumber Data ... 36

3.3.2. Metode Pengumpulan Data... 36

3.4. Uji Kualitas Data ... 36

3.4.1. Uji Validitas Data ... 36

3.4.2. Uji Reliabilitas ... 37

3.4.3. Uji Normalitas... 37

3.5. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 38

3.5.1. Teknik Analisis ... 38

3.5.2. Uji Hipotesis ... 38


(7)

4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik ... 40

4.1.2. Fungsi Akuntan Publik ... 41

4.1.3. Ketentuan dan Peraturan ... 41

4.1.4. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya ... 43

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 43

4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 45

4.3.1. Uji Analisis Data... 45

4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 45

4.3.1.1.1. Uji Validitas... 45

4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 46

4.3.1.1.3. Uji Normalitas ... 47

4.3.2. Teknik Analisis Regresi Linier Sederhana... 48

4.3.3. Uji Hipotesis ... 50

4.4. Pembahasan ... 51

4.4.1. Implikasi ... 51

4.4.2. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat... 52

4.4.3. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya... 52

4.4.4. Keterbatasan Penelitian... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 54

5.2. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

Halaman Tabel. 2.1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Sekarang Dengan

Penelitian Sebelumnya ... 11

Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kompetensi Auditor (X1)... 44

Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Fee Audit (Y)... 45

Tabel. 4.3 Hasil Uji Validitas... 46

Tabel. 4.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 47

Tabel. 4.5 Hasil Uji Normalitas ... 48

Tabel. 4.6 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Sederhana ... 49

Tabel. 4.7 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Bebas TerhadapVariabel Terikat ... 50

Tabel. 4.8 Koefisien Determinasi (R square / R2) ... 50

Tabel. 4.9 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Sebelumnya ... 53


(9)

Halaman Gambar. 2.1. Diagram Kerangka Pikir... 31


(10)

viii

DI SURABAYA

Oleh :

CRISTHOFEL LELA

Abstrak

Para pengguna jasa KAP sangat mengharapkan agar para auditor dapat memberikan opini yang tepat, namun dalam praktik masih kerap kali terjadi pemberian opini akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP. Beberapa akuntan secara terbuka mengakui bahwa mereka bisa saja melaksanakan tugasnya dengan benar, namun hal tersebut belum bisa dilakukan sesuai permintaan perusahaan, apabila auditor menolaknya maka KAP tersbut akan kehilangan klien, karena akan berpindah kepada KAP lainnya. Fenomena rebutan klien diantara akuntan publik sebenarnya sejak dulu telah mewarnai perdagangan jasa audit. Dan ini erat sekali hubungannya dengan fee. Seperti diketahui jasa audit yang diberikan KAP tidak pernah ada tarif dasarnya tetapi hanya didasarkan atas negoisasi (Media Akuntansi, 1999: 6-7). Dengan melihat kejadiaan ini, dan bila dihubungkan dengan sikap profesional profesi tentunya berimplikasi terhadap tugas pekerjaan profesi selanjutnya. Dan kalau sudah begitu tentu akan mempengaruhi independensi akuntansi yang bersangkutan. Demikian melemahnya mental akuntan publik apabila menyangkut urusan fee, sehingga sangat mudah melakukan “Window Dressing” meskipun ada standar dan kode etika yang mengatur profesi akuntan publik tetapi faktanya banyak sekali pelanggaran etika profesi yang dilanggar (Media Akuntansi, 1999 : hal 6-7). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya.

Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah 24 orang Akuntan Publik yang terdapat pada 12 KAP di Surabaya (dari 24 KAP yang diberi kuesioner, hanya 12 KAP yang mau mengisi dan mengembalikan kuesioner tersebut). Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 24 responden (auditor) dan kuesioner tersebut terdiri dari 10 pernyataan yang dibagi menjadi 2 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji Regrsei Linier Sederhana dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya, teruji kebenarannya.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Profesi auditor telah dimulai paling tidak sejak abad ke – 15. Asal mula profesi ini berdiri sebenarnya dipertentangkan para ahli. Namun pada awal abad 15 di Inggris, pihak yang bukan pemilik dan bukan pengelola diminta untuk memeriksa apakah ada kecurangan yang terdapat di pembukuan atau pada laporan keuangan yang disampaikan oleh pengelola kekayaan pemilik harta. Keadaan yang membutuhkan pihak ketiga selain dari pemilik dan pengelola yang dipercaya masyarakat untuk memeriksa kelayakan atau kebenaran laporan keuangan atau laporan pertanggungjawaban pengelola dana inilah yang kita kenal saat ini sebagai auditor independen.

Setelah kemajuan satu abad, profesi auditor dapat bangga dan puas dengan prestasi dan kemajuan yang dicapai, bagaimanapun juga prestasi dan kemajuan ini memberikan kekuatan kepada auditor untuk memperbaharui kreativitas yang diperlukan untuk menghadapi perubahan – perubahan yang fundamental

Guna menunjang profesionalisme maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Standar umum bersifat pribadi yang harus dimiliki oleh seorang auditor yang mengharuskan auditor untuk


(12)

memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur auditor. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya.

Namun selain standar audit, auditor juga harus mematuhi kode etika profesi yang mengatur perilaku auditor dalam menjalankan praktik profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Kode etika ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya.

Seorang auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata-mata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk pihak lain yang berkepentingan. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan diri klien, akuntan publik dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

Kompetensi auditor berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki oleh akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntasi. Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang yang ahli dibidang akuntansi dan auditing.

Auditor juga dituntut untuk bisa bersikap dan bertindak profesional dalam segala tindakannya. Keprofesionalan auditor tidak lepas dari kemampuannya melakukan pemeriksaan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Seorang Auditor selain harus ahli di bidang auditing juga harus punya kompetensi yang memadai sehingga ia mampu


(13)

melaksanakan audit dan dapat mengumpulkan bukti kompeten dimana bukti yang kompeten digunakan auditor sebagai dasar dalam pemberian opini audit (Christiawan, 2002). Setiap auditor bertanggung jawab menilai kemampuan mereka, mengevaluasi apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangannya cukup untuk suatu bentuk tanggung jawab yang dimaksudkan.

Dalam pelaksanaan praktik jasa auditing yang dilakukan oleh Akuntan Publik, sebagian masyarakat masih ada yang meragukan tingkat keahlian, kompetensi serta independensi yang dimiliki oleh para auditor KAP yang selanjutnya berdampak pada keraguan masyarakat terhadap pemberian opini akuntan publik. Indikasi dari adanya keraguan ini karena banyak sekali kasus-kasus hukum manipulasi akuntansi yang melibatkan akuntan publik baik di luar maupun di dalam negeri beberapa tahun terakhir. Di luar negeri (AS) terjadi kasus Enron- Arthur Anderson; Word.Com–Arthur Anderson, Xerox dan Merck. Enron, perusahaan raksasa dibidang energi dengan omzet US$ 100 milyar pada tahun 2000, secara mendadak mengalami kebangkrutan dan meninggalkan hutang hampir sebesar US$ 31,2 milyar. Kasus tersebut melibatkan Arthur Anderson, salah satu dari big five Certified Public Accountant (CPA) firm, yang mengaudit laporan keuangan Enron. Bagaimana mereka sampai tidak mengetahui adanya material misstatement dalam laporan keuangan Enron selama bertahun-tahun. Apakah Arthur Anderson ikut terlibat merekayasa laporan keuangan Enron, karena Enron membayar fee sebesar US$ 52 juta pada Arthur Anderson pada tahun 2000, tidak hanya untuk jasa audit tetapi juga jasa konsultasi. Sebetulnya fungsi auditor KAP adalah bukan hanya menentukan bahwa laporan keuangan telah


(14)

disajikan sesuai dengan SAK yang berlaku umum, tetapi juga memberikan gambaran yang objektif dan akurat kepada investor maupun kreditor mengenai apa yang terjadi di perusahaan. Dalam kedua hal ini Arthur Anderson dianggap gagal (Suraida, 2005).

Kasus di dalam negeri dapat terlihat dengan adanya sanksi pembekuan yang diberikan oleh Menteri Keuangan terhadap beberapa KAP dalam beberapa tahun terakhir.. Mereka adalah AP Rutlat Hidayat dan Muhamad Zen, serta KAP Atang Djaelani. Izin AP Rutlat Hidayat dibekukan selama 9 bulan melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 866/KM.1/2008 terhitung mulai tanggal 15 Desember 2008. Rutlat telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA) saat melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Serasi Tunggal Mandiri untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2006, yaitu berupa ketidak jujuran secara pribadi dalam memeriksa fakta yang ditemukan dalam laporan keuangan yang diperiksa dan berkolusi dengan pihak yang laporan keuangannya yang diperiksa .hal tersebut melanggar aturan profesionalitas akuntan publik yang independen (tidak memihak) dan kompeten, sehingga berpengaruh cukup signifikan terhadap laporan auditor independen

Sedangkan Muhamad Zen selaku pemimpin rekan KAP Drs. Muhammad Zen dan Rekan, dikenai pembekuan izin selama 3 bulan melalui KMK Nomor 896/KM.1/2008 terhitung mulai tanggal 22 Desember 2008. Sanksi terhadap Muhamad Zen disebabkan karena yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran yaitu berupa pemberian opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang tidak memenuhi kualifikasi


(15)

tertentu menurut norma pemeriksaan akuntan atau Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT Pura Binaka Mandiri tahun buku 2007, sehingga berpengaruh cukup signifikan terhadap laporan auditor independen.

Sementara KAP Atang Djaelani dikenai pembekuan izin selama 3 bulan melalui KMK Nomor 877/KM.1/2008 terhitung mulai tanggal 17 Desember 2008. KAP tersebut telah dikenai sanksi peringatan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu 48 bulan terakhir dan masih melakukan pelanggaran berikutnya, yaitu tidak menyampaikan laporan kegiatan usaha dan laporan keuangan KAP tahun takwim 2004 dan 2007 (Hukumonline.com).

Kejadian-kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas integritas auditor KAP. Pada sisi lainnya para auditor senantiasa dituntut untuk mentaati standart dan berperilaku sesuai dengan kode etik.

Para pengguna jasa KAP sangat mengharapkan agar para auditor dapat memberikan opini yang tepat, namun dalam praktik masih kerap kali terjadi pemberian opini akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP.

Beberapa akuntan secara terbuka mengakui bahwa mereka bisa saja melaksanakan tugasnya dengan benar, namun hal tersebut belum bisa dilakukan sesuai permintaan perusahaan, apabila auditor menolaknya maka KAP tersbut akan kehilangan klien, karena akan berpindah kepada KAP lainnya.

Fenomena rebutan klien diantara akuntan publik sebenarnya sejak dulu telah mewarnai perdagangan jasa audit. Dan ini erat sekali hubungannya


(16)

dengan fee. Seperti diketahui jasa audit yang diberikan KAP tidak pernah ada tarif dasarnya tetapi hanya didasarkan atas negoisasi (Media Akuntansi, 1999: 6-7).

Dengan melihat kejadiaan ini, dan bila dihubungkan dengan sikap profesional profesi tentunya berimplikasi terhadap tugas pekerjaan profesi selanjutnya. Dan kalau sudah begitu tentu akan mempengaruhi independensi akuntansi yang bersangkutan.

Demikian melemahnya mental akuntan publik apabila menyangkut urusan fee, sehingga sangat mudah melakukan “Window Dressing” meskipun ada standar dan kode etika yang mengatur profesi akuntan publik tetapi faktanya banyak sekali pelanggaran etika profesi yang dilanggar (Media Akuntansi, 1999 : hal 6-7).

Berdasarkan dari latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Fee Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya”.

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu apakah ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya?”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya.


(17)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dapat memberikan suatu masukan yang bermanfaat bagi kantor akuntan publik dalam memahami pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit.

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan khasanah perpustakaan, bahan referensi dan bahan masukan bagi peneliti lebih lanjut, yang berhubungan dengan masalah yang ada. 3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan sekaligus memberi gambaran secara realitas mengenai permasalahan yang dihadapi oleh KAP dalam kaitannya dengan pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan penelitin ini, telah dilakukan oleh

1. Williams (2001) a Judul

“Long-Term Trends in Audit fees” b Permasalahan

Ada suatu badan yang besar dari literatur akademis yang menggunakan crossectional untuk menjelaskan hubungan antara penghasilan audit dan klien/auditor karakteristik.

c Kesimpulan

Dari hasil penelitian membukti bahwa biaya audit telah berubah dari waktu ke waktu. Khususnya kami mengamati penurunan pada koefisien untuk INREC. Variabel dan inventariasasi pada neraca. Penurunan ini menunjukkan bahwa efesiensi produksi mendominasi kenaikan upah audit dan audit harga efek dalam lingkup aset audit ini. Munculnya auditor bahwa ia telah menjadi lebih efesien dalam audit ini dari waktu ke waktu dan aset yang telah lulus pada biaya ke pelanggan mereka. Juga menarik untuk penelitian akademik didaerah ini. Kami tidak


(19)

menemukan bukti untuk mendukung craswall orang australia yang mengemukakan bahwa temuan biaya premi auditor untuk reputasi sebagai spesialis industri. Auditor khusus industri tentu tidak muncul untuk mengatur biaya audit yang berbeda dari sampel

2. Mayangsari (2003) a Judul

“Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit : Sebuah Kuasieksperimen”

b Permasalahan

1) Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki kedua karakteristik tersebut?

2) Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan pendapat antara auditor yang ahli dan auditor yang tidak ahli?

c Kesimpulan

1) Terdapat perbedaan antara auditor yang ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki karakteristik tersebut. Kesimpulan ini diambil karena pada kelompok auditor yang ahli dan independen, rata-rata pendapat yang diberikan lebih mengarah kepada lemahnya kelangsungan hidup perusahaan tersebut sedangkan pada kelompok yang lain cenderung memberikan


(20)

pendapat bahwa perusahaan yang dianalisis tidak mengalami kesulitan dalam kelangsungan hidupnya. Jadi auditor pada kelompok ini mempunyai tingkat prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok lain.

2) Auditor yang ahli ternyata memiliki perbedaan perhatian terhadap jenis informasi yang digunakan sebagai dasar pemberian pendapat audit. Jenis auditor ahli lebih memperhatikan atypical, sebaliknya auditor yang non ahli lebih memperhatikan informasi typical.

3. Himahan (2008) a Judul

“Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor terhadap Kualitas Kinerja Auditor”

b Permasalahan

Apakah Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor berpengaruh terhadap Kualitas Kinerja Auditor ?

c Kesimpulan

1) Model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor terhadap Kualitas Kinerja Auditor

2) Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor berpengaruh terhadap Kualitas Kinerja Auditor


(21)

Dari beberapa penelitian terdahulu diatas, dan untuk memperjelas perbedaan dan persamaannya dengan penelitian sekarang, dapat disajikan pada tabel 2.1, sebagai berikut

Tabel. 2.1 Perbedaan dan Persamaan

Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang

No Nama Judul Penelitian Variabel Teknik Analisis

1 Williams Long-Term Trends in Audit fees

 Penghasilan audit dan klien/auditor karakteristik

Crossectional

2 Mayangsari Pengaruh Keahlian Audit dan

Independensi terhadap Pendapat Audit : Sebuah Kuasieksperimen

Variabel bebas

 Keahlian Audit (X1)

 Independensi (X2) Variabel terikat

 Pendapat Audit (Y)

 Regresi Linier Berganda

3 Himahan Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor terhadap Kualitas Kinerja Auditor Variabel bebas

 Kompetensi (X1)

 Independensi (X2)

 Tingkat Pengetahuan Auditor (X3) Variabel terikat

 Kualitas Kinerja Auditor (Y)

 Regresi Linier Berganda

4 Cristhofel Lela

Pengaruh

Kompetensi Auditor Terhadap Fee Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya.

Variabel bebas

 Kompetensi Auditor (X) Variabel terikat

 Fee Audit (Y)

 Regresi Linier Sederhana

Sumber : Penulis 2.2. Landasan Teori 2.2.1. Auditing

2.2.1.1. Pengertian Auditing

Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan publik dengan mendalam, sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih dahulu.

Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu


(22)

perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut (Mulyadi, 2002 : 11).

Sedangkan Arens dan Loebbecke (1997 : 1) mendefinisikan auditing sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independent untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian

Selanjutnya menurut Alvin A. Arens (2004 : 15) Auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan criteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten dan independent.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa auditing adalah merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi atau menguji kebenaran bukti secara objektif atas informasi laporan keuangan yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan.

2.2.1.2. Tujuan Auditing

Tujuan utama audit menurut Dan M. Guy (2001: 9) adalah menguji pernyataan (sering berupa ukuran akuntansi) dan meningkatkan keyakinan atas pernyataan tersebut.

Mulyadi (2002: 9) menyatakan bahwa tujuan auditing adalah untuk menentukan secara objektif keandalan informasi yang disampaikan oleh manajemen dalam laporan keuangan.


(23)

Holmes dan Burns (1993: 1) mengungkapkan tujuan utama audit yang independen adalah menginvestasikan dan menentukan, apakah laporan keuangan yang diaudit telah disusun sesuai dengan cara-cara pelaporan keuangan yang semestinya oleh pihak yang audit.

Tujuan audit menurut Pedoman Akuntan Publik (PSA 02(SA 110)), dinyatakan bahwa tujuan umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material: posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Menurut Arens dan Loebbecke (Jusuf, 2003: 127) membagi tujuan audit umum secara lebih spesifik yakni 6 (enam) tujuan audit umum berkait-transaksi dan 9 (sembilan) tujuan audit umum berkait-saldo.

Adapun tujuan audit umum berkait-transaksi, diantaranya : 1. Eksistensi

Tujuan ini berkenaan dengan apakah transaksi yang dicatat secara actual memang terjadi. Hal ini merupakan cara auditor untuk memenuhi asersi manajemen mengenai eksistensi atau kejadiannya. 2. Kelengkapan

Tujuan ini menyangkut apakah seluruh transaksi yang seharusnya ada dalam jurnal, secara actual telah dimasukkan. Hal ini merupakan cara auditor untuk memenuhi asersi manajemen mengenai kelengkapan.

3. Akurasi – transaksi yang tercatat disajikan pada nilai yang benar. Tujuan ini menyangkut keakuratan informasi untuk transaksi akuntansi. Akurasi merupakan satu bagian dari asersi penilaian.


(24)

4. Klasifikasi-transaksi yang dicantumkan dalam jurnal diklasifikasikan dengan tepat. Klasifikasi juga merupakan bagian dari asersi penilaian. 5. Saat pencatatan – transaksi dicatat pada tanggal yang benar.

Kesalahan saat pencatatan terjadi jika transaksi tidak dicatat pada tanggal transaksi terjadi. Saat pencatatan juga bagian dari asersi penilaian.

6. Posting Pengikhtisaran. Transaksi yang tercatat secara tepat dimasukkan dalam berkas induk dan diikhtisarkan dengan benar.

Tujuan ini menyangkut apakah keakuratan transfer informasi dari transaksi yang tercatat dalam jurnal ke catatan tambahan dan buku besar. Posting dan pengikhtisaran juga bagian dari asersi penilaian.

Sedangkan tujuan umum audit berkait-saldo terdiri dari : 1. Eksistensi

Tujuan ini menyangkut apakah angka-angka yang dimasukkan dalam laporan keuangan memang seharusnya dimasukkan. Hal ini merupakan cara auditor untuk memenuhi asersi manajemen mengenai keberadaan atau kejadian.

2. Kelengkapan

Tujuan ini menyangkut apakah semua angka yang seharusnya dimasukkan memang diikutsertakan secara lengkap. Hal ini ini merupakan cara auditor untuk memenuhi asersi manajemen mengenai kelengkapan.

3. Akurasi

Tujuan akurasi mengacu ke jumlah yang dimasukkan dengan jumlah yang benar.


(25)

4. Klasifikasi

Angka-angka yang dimasukkan di daftar klien telah diklasifikasikan dengan tepat. Klasifikasi digunakan untuk menunjukkan apakah setiap apakah setiap pos dalam daftar klien telah dimasukkan dalam akun yang benar.

5. Pisah Batas.

Transaksi-transaksi yang dekat dengan tanggal neraca dicatat dalam periode yang tepat. Tujuan menguji pisah batas adalah untuk memutuskan apakah transaksi telah dicatat dalam periode yang tepat. Transaksi yang memiliki kemungkinan besar terjadi salah transaksi yang dicatat mendekati akhir suatu periode akuntansi.

6. Kecocokan Rincian

Saldo akun pada laporan keuangan berasal dari dan didukung oleh rincian dalam buku besar tambahan, dan rincian yang disiapkan oleh Klien. Tujuan kecocokan-rincian adalah untuk meyakinkan bahwa rincian dalam daftar memang dibuat dengan akurat, dijumlahkan secara benar, dan sesuai dengan buku besar.

2.2.1.3. Jenis – Jenis Auditing

Mulyadi (2002 : 30) menyebutkan tiga jenis Auditing yang umum dilaksanakan. Ketiga jenis audit tersebut yaitu :

1 Audit atas Laporan Keuangan (Financial audit)

Merupakan audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk


(26)

menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan. Dalam audit laporan keuangan ini auditor mengevaluasi kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen secara keseluruhan dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Dalam pengertiannya apakah laporan keuangan secara umum merupakan informasi yang dapat diverifikasi lalu telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya kriteria yang dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti prinsip akuntansi yang berterima umum. Hasil audit atas laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit yang kemudian dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan.

2 Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Merupakan audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan..

3 Audit Operasional / Manajemen (Operasional Audit)

Merupakan pemeriksaan atas semua atau sebagian prosedur dan metode operasional perusahaan untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan ekonomisasinya. Audit operasional dapat menjadi alat manajemen yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil dari audit operasional berupa rekomendasi-rekomendasi perbaikan bagi manajemen sehingga audit jenis ini lebih merupakan konsultasi manajemen.


(27)

2.2.1.4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Audit

Proses audit disebut juga tahap-tahap audit adalah merupakan langkah-langkah yang dilakukan auditor mulai dari rencana audit, pelaksanaan sampai pada penerbitan laporan akuntan.

Menurut Mulyadi (2002 : 121) tahap audit atas laporan keuangan meliputi:

1 Penerimaan Perikatan Audit

Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak penugasan audit dari klien. Enam langkah yang perlu ditempuh oleh auditor didalam mempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari calon kliennya, yaitu:

a Mengevaluasi integritas manajemen.

b Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa. c Menilai kompetensi untuk melakukan audit.

d Menilai independensi.

e Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan.

f Membuat surat perikatan audit. 2 Perencanaan Audit

Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah berikutnya adalah perencanaan audit. Ada tujuh tahap yang harus ditempuh, yaitu:


(28)

b Melaksanakan prosedur analitik

c Mempertimbangkan tingkat meterialitas awal d Mempertimbangkan risiko bawaan

e Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama

f Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan g Memahami pengendalian intern klien.

3 Pelaksanaan Pengujian Audit

Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang tujuan utamanya adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien. Secara garis besar pengujian audit dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

a Pengujian analitis (analytical tests). b Pengujian pengendalian (tests of control). c Pungujian substantive (substantive tests). 4 Pelaporan Audit

Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah penerbitan laporan audit. Oleh karena itu, auditor harus menyusun laporan keuangan auditan (audited financial statement), penjelasan laporan keuangan (notes to financial statement) dan pernyataan pendapat auditor.


(29)

2.2.1.5. Standar Auditing

Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik (IAI, 2001 : 150.2) yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia sebagai berikut :

1 Standar Umum

a Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor.

b Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2 Standar Pekerjaan Lapangan

a Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c Bahan bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.


(30)

3 Standar Pelaporan

a Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

b Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.

c Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit. d Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat

mengenai laporan keungan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.

2.2.1.6. Standar Profesional Akuntan Publik

Ada lima macam standar profesional yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik (Mulyadi, 2002 : 34), yaitu :

1 Standar Auditing

Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis yang terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan


(31)

Standar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit.

2 Standar Atestasi

Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertingggi yang lebih rendah dalam jasa non audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).

3 Standar Jasa Akuntansi dan Review

Standar ini memberikan kerangka fungsi non atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar ini dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review. 4 Standar Jasa Konsultasi

Memberikan panduan bagi akuntan publik didalam penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada hakikatnya berbeda dari Jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asseres). Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Umumnya, pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan untuk kepentingan klien.

5 Standar Pengendalian Mutu

Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh


(32)

kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika Kopartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.

2.2.2. Opini Auditor

2.2.2.1. Pengertian Opini Auditor

Opini auditor merupakan pendapat yang diberikan oleh auditor tentang kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan tempat auditor melakukan audit. Ikatan Akuntan Indonesia (2001: 504.01) menyatakan bahwa : “Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

Menurut Arens dan Loebbecke (1997: 38) mendefinisikan pendapat sebagai kesimpulan dari hasil laporan audit dan proses pengambilan keputusan dalam bidang audit. Bagian ini sangat penting sehingga sering kali keseluruhan laporan audit hanya disebut sebagai pendapat auditor. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa kesimpulan tersebut didasarkan atas pertimbangan professional.

Mulyadi (2002 : 19) menjelaskan dalam paragraph ini auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan, dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian


(33)

penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima umum. Jika auditor tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup atau jika hasil pengujian auditor menunjukkan bahwa laporan keuangan yang diauditnya disajikan tidak wajar, maka auditor perlu menerbitkan laporan audit selain laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian.

2.2.2.2. Jenis – Jenis Opini Auditor

Terdapat lima opini yang mungkin diberikan oleh akuntan publik atas laporan keuangan yang diauditnya (Mulyadi, 2002: 19).yaitu sebagai berikut

1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi yang berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.

Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan keuangan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor. Kata wajar dalam paragraph pendapat mempunyai makna:

a Bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran. b Lengkap informasinya.


(34)

2. Laporan yang Berisi Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan (Unqualified Opinion Report with Explanatory Language).

Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan audit bentuk baku.

3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit, jika auditor menjumpai kondisi berikut ini:

a Lingkup audit dibatasi oleh klien.

b Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor. c Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi

berterima umum.

d Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

4. Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion)

Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor juga akan memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup


(35)

auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang terdapat dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya dan tidak dapat digunakan oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

5. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion). Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah:

a Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit. b Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.

2.2.2.3. Jenis – Jenis Auditor

Arens dan Loebbecke (1997 : 6), meyebutkan empat jenis auditor yang paling umum dikenal, yaitu.

1 Akuntan Publik Terdaftar

Auditor ekstern/ independent bekerja untuk kantor akuntan publik yang statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor ekstern menghasilkan laporan atas financial audit yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti: kreditur, investor, calon kreditur, calon investor dan instansi pemerintah.


(36)

2 Auditor Intern

Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit dimana tugas pokok Auditor intern adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi.

3 Auditor Pajak

Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan wajib pajak yang diaudit terhadap undang- undang perpajakan yang berlaku.

4 Auditor Pemerintah

Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi keuangan yang disusun oleh instansi pemerintahan. Disamping itu audit juga dilakukan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik pemerintah. Dan sering juga audit atas ketaatan pada peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Audit yang dilaksanakan oleh pemerintahan dapat dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

2.2.3. Kompetensi Auditor

Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang


(37)

ahli dibidang akuntansi dan auditing. Definisi kompetensi menurut Mitrani (1995) dalam Rahamawati (2004) adalah sebagai suatu sifat dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.

Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Alim (2007) mendefinisikan kompetensi adalah sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, system nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.

Selanjutnya Susanto (2002) mendefinisikan tentang kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang non-rutin.

Adapun Suraida (2005) menyatakan, kompetensi adalah keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium dan lain-lain seperti:

1. Untuk luar negeri (AS) ujian CPA (Certified Public Accountant) 2. Dalam negeri (Indonesia) USAP (Ujian Sertifikat Akuntan Publik) 3. PPB (Pendidikan Profesi Berkelanjutan)

4. Pelatihan-pelatihan intern dan ekstern


(38)

Kompetensi auditor diukur melalui banyaknya sertifikat yang dimiliki serta banyaknya keikutsertaan dalam pelatihan-pelatihan, seminar atau simposium. Semakin banyak sertifikat yang dimiliki dan semakin sering mengikuti pelatihan atau seminar/simposium diharapkan auditor yang bersangkutan akan semakin cakap dalam melaksanakan tugasnya

Berdasarkan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Publik, kompetensi dapat diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Kompetensi professional dapat dibagi menjadi dua fase yang terpisah, yaitu

1. Pencapaian Kompetensi Profesional

Pencapaian kompetensi professional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian professional dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang normal untuk anggota.

2. Pemeliharaan Kompetensi Profesional

a Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan melakukan peningkatan professional secara berkesinambungan selama kehidupan professional anggota.

b Pemeliharaan kompetensi professional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, auditing dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan.

c Anggota harus menetapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa professional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.


(39)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah merupakan kemampuan atau keahlian yang dimiliki oleh akuntan di bidang auditing dan akuntansi yang diperolehnya melalui pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium dan pengalaman praktik dalam auditing. guna memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh kliennya.

2.2.4. Fee Audit

Menurut surat keputusan No. KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang kebijakan penentuan fee audit dijelaskan bahwa panduan ini dimaksudkan untuk membantu anggota dalam menetapkan imbalan jasa yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tuntutan standar profesional akuntan publik yang berlaku.

Imbalan jasa yang terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang dikenakan auditor/akuntan pendahulu atau diajukan oleh auditor/akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan dan kompetensi anggota dalam menerapkan standar teknis dan standar profesional yang berlaku.

Menueurt Holmes dan Burns (1993 : 206) Biaya audit adalah honorarium yang diberikan klien kepada auditor atas jasa yang diberikan. Honorarium yang pantas dan memadai adalah honorarium yang bisa memberikan taraf hidup sebanding dengan taraf hidup profesional lain didalam masyarakat (Holmes dan Burns, 1993:206).


(40)

Sementara audit fee menurut Mulyadi (1998 : 37) menyatakan profesi akuntan publik memperoleh honorium dari kliennya dalam menjalankan keahliannya dengan kata lain akuntan tersebut dibayar oleh kliennya karena jasa yang diberikan tersebut.

Besarnya fee yang diterima oleh anggota KAP dapat bervariasi tergantung penugasan, komplektisitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian dan pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi (Media Akuntansi, 2000 : 54).

.

2.2.5. Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Fee Audit

Seorang Auditor selain harus ahli di bidang auditing juga harus punya kompetensi yang memadai sehingga ia mampu melaksanakan audit dan dapat mengumpulkan bukti kompeten dimana bukti yang kompeten digunakan auditor sebagai dasar dalam pemberian opini audit (Christiawan, 2002). Setiap auditor bertanggung jawab menilai kemampuan mereka, mengevaluasi apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangannya cukup untuk suatu bentuk tanggung jawab yang dimaksudkan.

Besarnya fee anggota KAP tergantung pada penugasan, komplektisitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian dan pertimbangan profesional lainnya. (Media Akuntansi, 2000 : 54). Sebagaimana halnya dengan profesi medis dan hukum, auditor independen bekerja berdasarkan imbalan (fee). Para pengguna mengandalkan jasa auditor independen serta menarik manfaat yang benilai dengan adanya kenyataan bahwa auditor


(41)

tidak memihak klien yang sedang di audit (Boynton, 2002 :8), sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin berkompeten seorang auditor dalam menerima penugasan, maka fee yang akan diterima akan semakin besar, hal ini sesuai dengan Teori dua faktor (two factors) dari Fredrick Herzberg yang mengatakan bahwa sejumlah kondisi intrinsik pekerjaan, yang apabila kondisi tersebut ada dapat berfungsi sebagai motivator yang dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik. (Indriyo dan I Nyoman, 2000 : 28)

2.3. Kerangka Pikir

Untuk memudahkan analisis dan menguji hipotesis, maka dapat digambarkan dalam suatu bagan kerangka pikir, ynag disajikan pada gambar 2.1 sebagai berikut.

Uji Statistik

Regresi Linier Sederhana

Fee Audit (Y) Kompetensi Auditor

(X1)

Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pikir

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Diduga ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak variabel tersebut (Nazir, 2005 : 126)

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 1 (satu) variabel bebas (X) yaitu Kompetensi Auditor dan satu variabel terikat (Y) yaitu Fee Audit

Adapun definisi operasional dari masang – masing variabel tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Variabel bebas (X) Kompetensi Auditor

Merupakan kemahiran auditor dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dengan menerapkan standar, prinsip, prosedur dan teknik pemeriksaan secara tepat sesuai dengan ilmu yang dimilikinya

2. Variabel Terikat (Y) Fee Audit

Fee Audit adalah besar kecilnya imbalan dengan jumlah tertentu yang diterima oleh Kantor Akuntansi Publik dari kliennya atas jasa udit yang diberikan oleh klien.


(43)

3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel

Adapun Teknik pengukuran variabel yang digunakan pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Kompetensi Auditor (X)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Rohana Qudus (2004) dengan 5 item pertanyaan

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, dengan teknik pengukuran semantic defferential. Dalam teknik Semantic Defferential ini responden diminta untuk menilai suatu objek dengan menggunakan skala 7 (tujuh) poin dengan pola sebagai berikut

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti responden cenderung sangat tidak setuju dengan pertanyaan yang diberikan, sedangkan nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dengan sangat setuju terhadap pertanyaan yang diberikan, dan jawaban dengan nilai 5 sampai 7, berarti responden cenderung sangat setuju dengan pertanyaan yang diberikan.

2. Fee Audit (Y)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Umar (2003) dengan 5 item pertanyaan


(44)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, dengan teknik pengukuran semantic defferential. Dalam teknik Semantic Defferential ini responden diminta untuk menilai suatu objek dengan menggunakan skala 7 (tujuh) poin dengan pola sebagai berikut

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti responden cenderung sangat tidak setuju dengan pertanyaan yang diberikan, sedangkan nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dengan sangat setuju terhadap pertanyaan yang diberikan, dan jawaban dengan nilai 5 sampai 7, berarti responden cenderung sangat setuju dengan pertanyaan yang diberikan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002 : 72).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para partner auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya yang berjumlah 45 KAP (sesuai dengan data dari www.iapi.or.id). Dimana dalam penelitian ini diasumsikan bahwa setiap KAP memiliki 2 Akuntan Publik. Jadi jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 90 Akuntan Publik (45 KAP x 2 Akuntan Publik).


(45)

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2002 : 73). Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling

(penarikan sampel secara acak) dengan metode yang digunakan adalah

sampel random sampling yaitu setiap populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai sampel (Sumarsono, 2004 : 46).

Untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampel digunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :

n = 2

1 Ne

N

(Umar, 2001 : 74) Dimana :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sample yang masih dapat ditolelir atau diinginkan (e = 10%).

Cara Perhitungan : n =

2 ) 01 , 0 .( 90 1

90

n = 47,36 = 48 responden

Berdasarkan dari perhitungan di atas, maka jumlah anggota sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 48 orang. (24 KAP x 2 Akuntan Publik).


(46)

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer yaitu merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli pihak pertama (Ikhsan dan Ishak, 2005 : 109). Sedangkan sumber data berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 48 orang partner auditor yang tersebar pada 24 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Surabaya dan dijadikan sampel dalam penelitian.

3.3.2. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, ini yaitu meliputi :

1 Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data (Nazir, 2005 : 203).

2 Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan penelitian langsung pada obyek yang diteliti.(Nazir, 2005 : 212).

3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Validitas Data

Menurut Arikunto dalam Riduwan (2004 : 109) menjelaskan bahwa validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau


(47)

kesahihan suatu alat ukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2002 : 135)

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > rtabel dan nilai

r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah valid (Ghozali, 2002 : 135)

3.4.2. Uji Reliabilitas

Menurut Riduwan (2004 : 128) reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2002 : 132).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah reliabel (Ghozali, 2002 : 133)

3.4.3. Uji Normalitas

Merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji apakah dari variabel – variabel yang digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov

Dasar analisis yang digunakan yaitu nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) > 5%, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah berdistribusi normal(Sumarono, 2004 :40)


(48)

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana dengan model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + e

(Anonim, 2008: L-21) Keterangan :

Y = Fee Audit β0 = Konstanta

X1 = Kompetensi Auditor β1 = Koefisien regresi

e = Standart Error

3.5.2. Uji Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya, digunakan Uji t.

Hipotesis Statistik

1. Ho : β1 = 0, (menunjukkan tidak ada pengaruh Kompetensi Auditor

terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di

Surabaya)

H1 : β1 ≠ 0, (menunjukkan ada pengaruh Kompetensi Auditor

te p Fee Audit pada Kantor Akuntan

(KAP) di

rhada Publik

Surabaya) 2. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05.


(49)

3. Kriteria keputusan

i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak

yang berarti tidak ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya,

ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

yang berarti ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya,


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik

Profesi akuntan di Indonesia ada seiring dengan keluarnya lulusan pertama dalam pendidikan akuntan pada tahun 1957. Akuntan merupakan suatu gelar profesi yang dilindungi oleh Undang – Undang No. 34 Tahun 1954, didalamnya terdapat hal-hal yang perlu diketahui diantaranya, yaitu seperti:

1. Akuntan harus sarjana lulusan fakultas Ekonomi perguruan tinggi negeri atau mempunyai ijazah yang disamakan.

2. Akuntan tersebut harus terdaftar dalam register Negara yang diselenggarakan oleh Departemen Keuangan dan memperoleh ijin mempergunakan gelar Akuntan dari departemen tersebut.

3. Menjalankan pekerjaan akuntan dengan memakai nama kantor akuntan, biro akuntan, atau nama lain yang memuat nama akuntan atau akuntansi hanya diijinkan jika pemimpin kantor atau biro tersebut dipegang oleh seorang atau beberapa orang akuntan.

Profesi akuntan publik timbul, disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga yang tidak memihak untuk menilai keandalan atas pertanggung jawaban laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan didalam menyajikan laporan keuangan.


(51)

4.1.2. Fungsi Akuntan Publik

Akuntan Publik merupakan bagian dari proses pasar dan kegiatan pasar modal. Akuntan diharapkan dapat menjadi penengah antara investor atau calon investor dengan perusahaan.

Investor atau calon investor ini merupakan sebagian dari masyarakat luas yang memerlukan informasi mengenai perusahaan dan fungsi akuntan di sini adalah untuk memberikan pernyataan bahwa informasi yang disediakan oleh pihak perusahaan adalah benar atau tidak menyesatkan investor atau calon investor.

Dengan cara memeriksa laporan keuangan, akuntan menambah kredibilitas (Kepercayaan) terhadap laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan dianggap sudah layak karena telah diperiksa oleh seseorang yang ahli dan professional dan kedudukannya tidak memihak.

4.1.3. Ketentuan dan Peraturan

Pemberian ijin praktek kepada akuntan public di Indonesia yang dikeluarkan pemerintah pada tahun 1986, yang dituangkan dalam kep.Menkeu RI No. 763/ KMK.01/1986 tentang akuntan public, dalam surat keputusan tersebut terdapat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan ijin praktek sebagai akuntan public.

Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut

1. Memiliki ijazah akuntan sebagaimana diatur dalam UU No.34 Tahun 1954 serta memiliki register Negara.


(52)

3. Telah menyelesaikan wajib kerja sarjana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku tanpa cacat, atau dinyatakan bebas dari kewajiban kerja sarjana.

4. Memiliki surat keterangan dari pimpinan instansi, badan usaha yang berwenang yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah menjalani ikatan dinas tanpa cacat apabila yang bersangkutan bekerja atas dasar ikatan dinas.

5. Telah mempunyai pengalaman kerja paling sedikit 3 (tiga) tahun sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang pemeriksaan akuntan, hal ini dibuktikan dengan surat dari pimpinan Kantor Akuntan Publik atau kepala BPKP3 dalam hal pengalaman kerja yang diperoleh dalam lingkungan pemerintahan atau BUMN.

6. Tidak merangkap sebagai pegawai instansi pemerintahan, atau pimpinan/ karyawan Badan Usaha Milik Negara / Daerah maupun Badan Usaha Milik Swasta. Ketentuan ini berlaku bagi akuntan public yang merangkap sebagai dosen tetap pada perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta dan juga sebagai pimpinan pada suatu usaha konsultasi manajemen.

7. Anggota Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) 8. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Ketentuan tentang kewajiban bagi akuntan yang akan membuka praktek akuntan public untuk menyelesaikan wajib kerja sarjana dalam butir ketiga diatas telah dicabut dengan SK Menkeu RI No. 374/KMK.013/1998 tanggal 28 Mei 1998.


(53)

4.1.4. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya

Akuntan tidak diperkenankan untuk menawarkan jasanya secara tertulis kepada calon klien. Akuntan dilarang untuk mengiklankan nama atau jasa yang diberikannya. Hal ini sesuai dengan kode etik akuntan public pasal 20 dan 21.

Adapun cara Kantor Akuntan publik untuk menjual jasanya yaitu dengan cara:

1. Mengikuti seminar yang berhubungan dengan bidang akuntansi. 2. Menjadi pembicara seminar.

3. Menulis hasil audit laporan keuangan suatu perusahaan yang diperiksa dengan mencantumkan nama akuntan akuntan public sebagai auditornya.

4. Menulis suatu analisa atau konsultasi di luar jasa yang diberikannya. 5. Menjadi Dosen di perguruan tinggi.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 orang Akuntan Publik yang terdapat pada 12 KAP di Surabaya (dari 24 KAP yang diberi kuesioner, hanya 12 KAP yang mau mengisi dan mengembalikan kuesioner tersebut).

Sedangkan sumber data berasal dari jawaban kuisioner yang disebarkan pada 24 orang Akuntan Publik yang terdapat pada 12 KAP di Surabaya, dan kuesioner tersebut terdiri dari 10 pernyataan yang dibagi menjadi 2 bagian.


(54)

Untuk memperjelas uraian di atas, maka berikut ini adalah hasil dari jawaban kuisioner untuk masing masing variabel yang digunakan, yaitu sebagai berikut:

1 Bagian I berkaitan dengan pernyataan mengenai “Kompetensi

Auditor (X1)”.

Kompetensi adalah pengetahuan, ketrampilan dan kemahiran auditor dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dengan menerapkan standar, prinsip, prosedur dan teknik pemeriksaan secara tepat sesuai dengan ilmu yang dimilikinya

Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai Kompetensi Auditor, dapat dilihat pada tabel 4.1, sebagai berikut :

Tabel. 4.1. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Kompetensi Auditor (X1)

Jawaban Kuesioner

1 2 3 4 5 6 7 Item

Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp%

1 1 4,17 5 20,83 4 16,67 3 12,50 1 4,17 3 12,50 7 29,17

2 3 12,50 2 8,33 3 12,50 4 16,67 6 25,00 1 4,17 5 20,83

3 1 4,17 6 25,00 2 8,33 2 8,33 3 12,50 2 8,33 8 33,33

4 4 16,67 2 8,33 3 12,50 4 16,67 4 16,67 1 4,17 6 25,00

5 0 - 7 29,17 0 - 4 16,67 2 8,33 3 12,50 8 33,33

Mean 7,50 18,33 10,00 14,17 13,33 8,33 28,33

Sumber : Lampiran. 1

Berdasarkan dari tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi untuk variabel kompetensi berada pada skor 7 atau jawaban ssangat etuju yaitu sebesar 28,33% yang artinya bahwa tingkat sikap Kompetensi yang dimiliki oleh para auditor tersebut adalah tinggi.


(55)

2 Bagian II berkaitan dengan pernyataan mengenai “Fee Audit (Y)”.

Fee Audit adalah besar kecilnya imbalan dengan jumlah tertentu yang diterima oleh Kantor Akuntansi Publik dari kliennya atas jasa udit yang diberikan oleh klien.

Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai Fee Audit, dapat dilihat pada tabel 4.2, sebagai berikut :

Tabel. 4.2. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Fee Audit (Y)

Jawaban Kuesioner

1 2 3 4 5 6 7 Item

Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp%

1 2 8,33 1 4,17 6 25,00 4 16,67 3 12,50 2 8,33 6 25,00

2 3 12,50 2 8,33 5 20,83 5 20,83 5 20,83 2 8,33 2 8,33

3 3 12,50 4 16,67 1 4,17 7 29,17 2 8,33 2 8,33 5 20,83

4 1 4,17 3 12,50 5 20,83 6 25,00 8 33,33 0 - 1 4,17

5 2 8,33 2 8,33 5 20,83 5 20,83 3 12,50 2 8,33 5 20,83

Mean 9,17 10,00 18,33 22,50 17,50 6,67 15,83

Sumber : Lampiran. 2

Berdasarkan dari tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi untuk variabel Fee Audit berada pada skor 4 atau jawaban cukup yaitu sebesar 22,98% yang artinya bahwa tingkat Fee Audit yang diterima oleh para auditor tersebut adalah cukup tinggi.

4.3. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis. 4.3.1. Uji Analisis Data

4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas 4.3.1.1.1. Uji Validitas

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2002 : 135)


(56)

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > rtabel dan

nilai r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut valid (Ghozali, 2002 : 135)

Berdasarkan dari hasil uji validitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.16.0, untuk masing – masing variabel, dapat dilihat pada tabel 4.3, sebagai berikut :

Tabel. 4.3. Hasil Uji Validitas

Nilai r hitung Variabel Item

(Corrected Item - Total Correlation) r tabel Keterangan

Kompetensi Auditor (X) Butir_1 0,867 Valid

Butir_2 0,826 Valid

Butir_3 0,911 Valid

Butir_4 0,890 Valid

Butir_5 0,863 Valid

Fee Audit (Y) Butir_1 0,816 Valid

Butir_2 0,845 Valid

Butir_3 0,836 Valid

Butir_4 0,742 Valid

Butir_5 0,813

0,337

Valid

Sumber : Lampiran. 3 – 4, dan Lampiran. 7

Berdasarkan pada tabel 4.3, di atas dapat diketahui bahwa seluruh butir atau item pertanyaan kuesioner yang terbagi atas 2 bagian dan terdiri dari 10 item pernyataan, mempunyai nilai r hitung lebih besar

dari rtabel, dan sesuai dengan dasar pengambilan keputusan, hal ini

berarti bahwa butir atau item pertanyaan tersebut seluruhnya valid dan dapat digunakan dalam penelitian

4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2002 : 132).


(57)

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka butir atau item pertanyaan tersebut reliabel (Ghozali, 2002 : 133)

Berdasarkan dari hasil uji reliabilitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.16.0 For Windows, untuk masing – masing variabel, dapat dilihat pada tabel 4.4, yaitu sebagai berikut :

Tabel. 4.4. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Nilai Cronbach Alpha Keterangan

Kompetensi Auditor (X1) 0,954 Reliabel

Fee Audit (Y) 0,924

0,60

Reliabel

Sumber : Lampiran 3 - 4

Berdasarkan pada tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa besarnya nilai Cronbach Alpha pada seluruh variabel baik X dan Y lebih besar dari 0,60, dan sesuai dengan dasar pengambilan keputusan, hal ini berarti bahwa butir atau item pertanyaan yang terbagi atas 2 bagian dan terdiri dari 10 item pernyataan tersebut reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian.

4.3.1.1.3. Uji Normalitas

Merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji apakah dari variabel – variabel yang digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak.

Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov


(58)

Dasar analisis yang digunakan yaitu nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) > 5%, maka butir atau item pertanyaan tersebut berdistribusi normal(Sumarsono, 2004 : 40)

Berdasarkan dari hasil uji normalitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.16.0, dapat dilihat pada tabel 4.5. sebagai berikut ::

Tabel. 4.5. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

24 24 20,63 22,29 8,004 9,702 ,163 ,149 ,129 ,149 -,163 -,120 ,800 ,729 ,544 ,662 N Mean Std. Deviation

Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Fee Audit (Y)

Kompetensi Auditor (X1)

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Sumber : Lampiran 5

Berdasarkan pada tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa besarnya nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besara dari 5%, dan sesuai dengan dasar pengambilan keputusan, hal ini berarti bahwa butir atau item pertanyaan yang terbagi atas 2 bagian dan terdiri dari 10 item pernyataan tersebut adalah berdistribusi normal, sehingga dapat digunakan dalam penelitian.

4.3.2. Teknik Analisis Regresi Linier Sederhana

Data yang berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 24 orang Akuntan Publik yang terdapat pada 12 KAP di Surabaya, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana.


(59)

Berdasarkan hasil dari hasil olah data dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.16.0, dapat dilihat pada tabel 4.6, sebagai berikut

Tabel 4.6. Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Sederhana

Unstandardized Coefficients Model

B Std. Error

(Constant) 7,130 2,896

1

Kompetensi Auditor (X) 0,605 0,120

Sumber : Lampiran. 6

Berdasarkan pada 4.6 di atas dapat diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 7,130 + 0,605 X

Dari model persamaan regresi linier tersebut di atas, dapat diinterprestasikan, sebagai berikut :

Konstanta (β0)

Nilai konstanta (β0) sebesar 7,130 menunjukkan bahwa, apabila

variabel kompetensi auditor konstan maka besarnya nilai fee audit yaitu sebesar 7,130 satuan

Koefisien (β1) Untuk Variabel Kompetensi Auditor (X)

Besarnya nilai koefisien regresi (β1) sebesar 0,605, nilai (β1) yang

positif menunjukkan adanya hubungan yang searah antara fee audit (Y) dengan kompetensi auditor (X1) yang artinya jika kompetensi auditor (X1)

naik sebesar satu satuan, maka besarnya nilai fee (Y) akan naik sebesar 0,605 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya bersifat konstan.


(60)

4.3.3. Uji Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya, digunakan Uji t.

Dari hasil pengujian dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS.16.0, For Windows mengenai analisis hubungan secara parsial, dapat dilihat pada tabel 4.7, sebagai berikut :

Tabel 4.7 : Hasil Analisis Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat

Variabel T hitung Sig Keterangan

Kompetensi Auditor (X1) 5,066 0,000 Ada Pengaruh

Sumber ; Lampiran. 6

Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan besarnya nilai nilai t hitung sebesar 5,066, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada

pengaruh kompetensi auditor terhadap fee audit, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa diduga ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya, teruji kebenarannya.

Dari hasil pengujian dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS.16.0, For Windows juga diperoleh nilai R square

dan dapat dilihat pada tabel 4.8, sebagai berikut:

Tabel. 4.8 : Koefisien Determinasi (R square / R2)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 0,734 0,538 0,517 5,560

-Sumber ; Lampiran. 6

Berdasarkan pada tabel 4.8 dapat diketahui besarnya nilai koefisien Determinasi (Adjusted R square) sebesar 0,538, hal ini


(61)

menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel fee audit sebesar 53,8% mampu dijelaskan oleh variabel Kompetensi Auditor, sedangkan sisanya 46,2% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model.

4.4. Pembahasan 4.4.1. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya, hal ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada kompetensi auditor, akan mempengaruhi fee audit, yang artinya semakin tinggi kompetensi yang dimiliki oleh auditor, maka fee audit yang akan mereka terima juga akan semakin tinggi. Fenomena ini membuktikan bahwa besarnya fee anggota KAP tergantung pada penugasan, komplektisitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian dan pertimbangan profesional lainnya. (Media Akuntansi, 2000 : 54). Seorang Auditor selain harus ahli di bidang auditing juga harus punya kompetensi yang memadai sehingga ia mampu melaksanakan audit dan dapat mengumpulkan bukti kompeten dimana bukti yang kompeten digunakan auditor sebagai dasar dalam pemberian opini audit (Christiawan, 2002). Setiap auditor bertanggung jawab menilai kemampuan mereka, mengevaluasi apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangannya cukup untuk suatu bentuk tanggung jawab yang dimaksudkan. Sebagaimana halnya dengan profesi medis dan hukum, auditor independen bekerja berdasarkan imbalan (fee). Para pengguna mengandalkan jasa auditor independen serta menarik


(62)

manfaat yang benilai dengan adanya kenyataan bahwa auditor tidak memihak klien yang sedang di audit (Boynton, 2002 :8), sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin berkompeten seorang auditor dalam menerima penugasan, maka fee yang akan diterima akan semakin besar, hal ini sesuai dengan Teori dua faktor (two factors) dari Fredrick Herzberg yang mengatakan bahwa sejumlah kondisi intrinsik pekerjaan, yang apabila kondisi tersebut ada dapat berfungsi sebagai motivator yang dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik. (Indriyo dan I Nyoman, 2000 : 28), maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi auditor dapat digunakan sebagai dasar untuk mengukur besarnya fee audit yang akan diberikan.

4.4.2. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat

Berdasarkan dari tujuan penelitian yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa tujuan penelitian ini ádalah untuk membuktikan apakah ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya, telah tercapai.

Dari manfaat yang telah dikemukakan, maka hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukkan dan bahan pertimbangan bagi para auditor untuk dapat mempertahankan sikap kompetensi agar dapat memberikan pendapat audit. yang tepat atas kewajaran laporan keuangan, karena ini akan berhubungan dengan fee audit yang akan diterima

4.4.3. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya

Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama membahas mengenai faktor – faktor yang berhubungan


(63)

auditor, sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada objek, jumlah sampel dan periode penelitian, sehingga penelitian ini bukan merupakan replikasi dan untuk memperjelas hasil perbedaan dan persamaan anatar penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang, dapat dilihat pada tabel 4.9, sebagai berikut:

Tabel. 4.9 Perbedaan dan Persamaan

Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang

No Nama Judul Penelitian Variabel Teknik Analisis Hasil Penelitian

1 Williams (2001)

Long-Term Trends in Audit fees

 Penghasilan audit dan klien/auditor karakteristik

Crossectional  Dari hasil penelitian membukti bahwa biaya audit telah berubah dari waktu ke waktu. Khususnya kami mengamati penurunan pada koefisien untuk INREC. 2 Mayangsari (2003) Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit : Sebuah Kuasieksperimen

Variabel bebas

 Keahlian Audit (X1)

 Independensi (X2) Variabel terikat

 Pendapat Audit (Y)

 Regresi Linier Berganda

 Terdapat perbedaan antara auditor yang ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki karakteristik tersebut 3 Himahan (2008) Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor terhadap Kualitas Kinerja Auditor Variabel bebas

 Kompetensi (X1)

 Independensi (X2)

 Tingkat Pengetahuan Auditor (X3) Variabel terikat

 Kualitas Kinerja Auditor (Y)

 Regresi Linier Berganda

 Model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor terhadap Kualitas Kinerja Auditor 4 Cristhofel Lela (2010) Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Fee Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya.

Variabel bebas

 Kompetensi

Auditor (X)

Variabel terikat

 Fee Audit (Y)

 Regresi Linier Sederhana

 Ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya


(1)

auditor, sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada objek, jumlah sampel dan periode penelitian, sehingga penelitian ini bukan merupakan replikasi dan untuk memperjelas hasil perbedaan dan persamaan anatar penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang, dapat dilihat pada tabel 4.9, sebagai berikut:

Tabel. 4.9 Perbedaan dan Persamaan

Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang

No Nama Judul Penelitian Variabel Teknik Analisis Hasil Penelitian 1 Williams

(2001)

Long-Term Trends in Audit fees

 Penghasilan audit dan klien/auditor karakteristik

Crossectional  Dari hasil penelitian membukti bahwa biaya audit telah berubah dari waktu ke waktu. Khususnya kami mengamati penurunan pada koefisien untuk INREC. 2 Mayangsari (2003) Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit : Sebuah Kuasieksperimen

Variabel bebas

 Keahlian Audit (X1)

 Independensi (X2) Variabel terikat

 Pendapat Audit (Y)

 Regresi Linier Berganda

 Terdapat perbedaan antara auditor yang ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki karakteristik tersebut 3 Himahan (2008) Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor terhadap Kualitas Kinerja Auditor Variabel bebas

 Kompetensi (X1)

 Independensi (X2)

 Tingkat Pengetahuan Auditor (X3) Variabel terikat

 Kualitas Kinerja Auditor (Y)

 Regresi Linier Berganda

 Model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor terhadap Kualitas Kinerja Auditor 4 Cristhofel Lela (2010) Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Fee Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya.

Variabel bebas

 Kompetensi Auditor (X) Variabel terikat

 Fee Audit (Y)

 Regresi Linier Sederhana

 Ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya Sumber : Peneliti


(2)

54

4.5. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian ini. Adapun batasan-batasan tersebut yaitu: 1. Adanya perbedaan persepsi di antara masing-masing responden (Para

Akuntan Publik) di dalam memahami konteks pertanyaan yang disajikan dalam kuesioner.

2. Jawaban responden yang disampaikan secara tertulis melalui kuesioner belum tentu mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

3. Populasi yang diambil hanya berasal dari 24 orang Akuntan Publik yang terdapat pada 12 KAP di Surabaya, yang juga akan mempengaruhi pengambilan sampel, sehingga jumlahnya sedikit


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Bardasarkan hasil analisis dan uji hipotesis dengan menggunakan uji t, membuktikan bahwa ada pengaruh kompetensi auditor terhadap fee audit, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa diduga ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya, teruji kebenarannya.

2. Dari hasil pengujian juga membuktikan bahwa perubahan yang terjadi

pada variabel fee audit sebesar 53,8% mampu dijelaskan oleh variabel Kompetensi Auditor, sedangkan sisanya 46,2% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model.

5.2.Saran

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan peningkatan fee audit dimasa yang akan datang, yaitu antara lain :

1. Untuk meningkatkan fee audit diperlukan adanya peningkatan keahlian

audit dan kompetensi para auditor yakni dengan pemberian pelatihan-pelatihan serta diberikan kesempatan kepada para auditor untuk mengikuti kursus-kursus atau peningkatan pendidikan profesi.


(4)

55

2. Auditor yang mendapat tugas dari kliennya diusahakan benar-benar

independen, tidak mendapat tekanan dari klien, tidak memiliki perasaan sungkan sehingga dalam melaksanakan tugas auditnya benar-benar objektif dan dapat memberikan opini yang wajar, hal ini akan meningkatkan fee audit yang akan diterima.

3. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya memperhatikan dari adanya

pengaruh dari variabel – variabel lain yang diteliti, sehingga dalam penelitian yang akan datang hendaknya diperhitungkan variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap fee audit


(5)

Buku Teks

Anonim, 2008, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan Akuntansi. Penerbit Jurusan Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timar.

Arens, Alvin A dan James K. Loebecke, 1997, Auditing: Pendekatan Terpadu., Terjemahan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Boynton, William C, Raymond, N, Johnson n Walter G Kell, 2002, Modern Auditing. Edisi Ketujuh, Jilid 1, Terjemahan Paul A Rajoe Gina Gania, dan Ichsan Setyo Budi, Penerbit Erlangga..

Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Holmes, Burns, 1993, Auditing: Norma Dan Prosedur, Jilid, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2001. Standar Profesional Akuntan Publik Per Januari 2001, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ikhsan, Arfan dan Ishak, Muhammad, 2005, Akuntansi Keprilakuan, Penerbit Salemba Empat

Indriyo, Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita, 2000, Perilaku Keorganisasian, Edisi pertama, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta

Mulyadi, 2002, Auditing, Edisi ke-6, jilid 1. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. ---,dan Kanaka Puradiredja, 1998, Auditing, Edisi ke Lima, Penerbit

Salemba Empat, Jakarta.

Nazir, Moh, 2005, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Riduwan, 2004, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Penerbit Alfabeta, Bandung

Sugiyono. 2002. Metodologi Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta

Sumarsono, 2004, Metodologi Penelitian Akuntansi, UPT Perpustakaan UPN “Veteran” Jawa Timur

Umar, Husein, 2001, Metode Riset Bisnis, Cetakan Pertama, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.


(6)

Jurnal

Alim, M. Nizarul, Trisni Hapsari, Liliek Purwanti, 2007. ”Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”. Simposium Nasional Akuntansi X.

Christiawan, Yulius, Jogi, 2002, “Kompetensi, dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris, Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Volume 4 No.2 November, Hal 79-92.

Mayangsari, Sekar, 2003. “Pengaruh Keahlian dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 6 No.1 Edisi Januari

Suraida, Ida, 2005, “Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit terhadap Risiko Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik”, Sosiohumaniora, Volume 7 No. 3

Williams, Krishnagopal, Davids, Long-term Trend in Audit Fee, A Journal of Practice & Theory, Vol. 2 No.1 March, 2001.

Skripsi

Himawan, Riski, 2008, “Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor terhadap Kualitas Kinerja Auditor”Skripsi Akuntansi, UPN “Veteran” Jawa Timur

Rohana, Qudus, 2004, “Pengaruh Keahlian dan Independensi Auditor Terhadap Pendapat Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)”, Skripsi Akuntansi, UPN “Veteran” Jawa Timur Majalah