Tahap Perancangan Tahap Pengembangan

39

2. Tahap Perancangan

Design Tujuan tahap ini adalah untuk merancang suatu instrumen asesmen yang mampu mengases penguasaan konsep fisika pada mata kuliah Fisika Dasar bagi mahasiswa program studi Pendidikan Biologi dan Pendidikan Kimia. Instrumen asesmen dirancang sesuai dengan latar belakang program studi mahasiswa, sehingga dihasilkan draf I dari instrumen asesmen. Rancangan instrumen asesmen meliputi pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang dipilih, tipe soal yang dipilih untuk mengembangkan instrumen asesmen, tabel spesifikasi instrumen asesmen. Rancangan instrumen asesmen dibuat dalam dua versi, yaitu versi ”kontekstual” dan versi ”tidak kontekstual” untuk masing-masing program studi. Instrumen asesmen “kontekstual” penguasaan konsep fisika merupakan instrumen asesmen penguasaan konsep fisika yang disesuaikan dengan materi biologi atau kimia, sedangkan instrumen asesmen “tidak kontekstual” penguasaan konsep fisika merupakan instrumen asesmen penguasaan konsep fisika sebagaimana yang diberikan pada mahasiswa program Pendidikan Fisika. Panduan pengembangan instrumen asesmen penguasaan konsep fisika disajikan pada Lampiran 1. Kisi-kisi instrumen asesmen penguasaan konsep fisika disajikan pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.

3. Tahap Pengembangan

Develop Asesmen merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan untuk mengetahui perkembangan dan tingkat pencapaian hasil belajar mahasiswa. Untuk melakukan asesmen diperlukan data yang diperoleh melalui hasil pengukuran. Dalam proses pengukuran sangat diperlukan instrumen tes yang baik, karena baik-buruknya mutu tes akan menentukan mutu data yang dihasilkan. Mutu data ini akan menentukan rumusan hasil asesmen, dan selanjutnya akan 40 menentukan mutu berbagai keputusan dan kebijakan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan hasil penilaian itu Depdiknas, 2007. Untuk memperoleh instrumen asesmen yang baik, penyusunan dan pengembangan instrumen dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut Crocker Algina, 1986: 66. a. Identifikasi tujuan utama penggunaan skor tes. b. Identifikasi dimensi yang mewakili perilaku dalam perangkat tes yang dikonstruksi. c. Menyiapkan spesifikasi tes, yang berisi jumlah dan penyebarannya butir tes untuk masing-masing dimensi. d. Menyusun draf awal butir-butir tes. e. Melakukan penelaahan oleh ahli expert judgement terhadap butir tes dan melakukan revisi bila diperlukan. f. Melaksanaakan uji coba pendahuluan terhadap butir tes dengan responden yang terbatas. g. Melakukan analisis butir, uji validitas dan reliabilitas, dan melakukan revisi seperlunya. h. Melakukan uji coba kembali di lapangan dengan responden yang representatif dalam jumlah besar dan melakukan analisis terhadap persyaratan butir tes yang baik. i. Menentukan atau memilih butir tes, jika perlu mengurangi butir yang tidak sesuai dengan kriteria pada penyusunan awal, sehingga diperoleh perangkat tes yang memenuhi ketentuan. j. Mengembangkan petunjuk secara administrasi tentang pelaksanaan tes, cara penskoran, dan interpretasi skor. Dalam penelitian ini instrumen asesmen dikembangkan dalam bentuk tes pilihan ganda. Tes objektif jenis pilihan ganda merupakan jenis tes objektif yang 41 paling banyak digunakan. Konstruksi tes pilihan ganda terdiri atas dua bagian, yaitu pokok soal stem dan alternatif jawaban option. Satu di antara alternatif jawaban tersebut adalah jawaban yang benar atau yang paling benar kunci jawaban, sedangkan alternatif jawaban yang lain berfungsi sebagai pengecoh distractor. Pokok soal dapat dibuat dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk pernyataan tidak selesai atau dalam bentuk kalimat tanya. Jumlah alternatif jawaban yang dibuat biasanya empat atau lima. Semakin banyak alternatif jawaban yang dibuat, maka probabilitas mahasiswa untuk menebak jawaban semakin kecil. Tata tulis tes pilihan ganda diatur sebagai berikut. a. Jika pokok soal stem ditulis dengan kalimat tidak selesai, maka awal kalimat ditulis dengan huruf besar dan awal option ditulis dengan huruf kecil kecuali untuk nama diri atau nama tempat. Karena pokok soal ditulis dengan kalimat tidak selesai, maka pada akhir kalimat disertai dengan empat buah titik. Tiga buah titik yang pertama adalah titik-titik untuk pokok soal yang ditulis dengan kalimat tidak selesai dan satu titik yang terakhir merupakan titik akhir alternatif jawaban. Dengan demikian akhir setiap alternatif jawaban tidak perlu diberi tanda titik. b. Jika pokok kalimat ditulis dengan kalimat tanya, maka awal kalimat ditulis dengan huruf kapital dan akhir kalimat diberi tanda tanya. Setiap awal option dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Dalam menulis soal pilihan ganda harus diperhatikan kaidah-kaidah penulisan soal dilihat dari segi materi, konstruksi dan bahasa. Persyaratan penulisan soal pilihan ganda disajikan pada Tabel 3.1. 42 Tabel 3.1. Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda Aspek Prinsip Materi 1. Soal harus sesuai dengan indikator. 2. Soal harus menyebar pada hampir keseluruhan materi. Konstruksi 1. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. 2. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja. 3. Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawan benar. 4. Pokok soal tidak mengandung penafsiran yang bersifat ganda. 5. Panjang pernyataan pilihan jawaban harus relatif sama. 6. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. 7. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau paling benar. 8. Pilihan jawaban tidak mengandung pernyataan, “Semua pilihan jawaban di atas salah” atau “semua pilihan jawaban di atas benar”. 9. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, atau kronologisnya. 10. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. 11. Butir soal tidak bergantung pada pada jawaban soal sebelumnya. Bahasa 1. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia 2. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional. 3. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif. 4. Pilihan jawaban tidak mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. 5. Tidak bias kultural 6. Mempunyai tingkat keterbacaan tinggi. Penelaahan judgement terhadap instrumen asesmen versi ”kontekstual” dan versi ”tidak kontekstual” untuk mengukur penguasaan konsep fisika pada mata kuliah Fisika Dasar bagi mahasiswa Pendidikan Biologi dan Pendidikan Kimia yang dikembangkan berdasarkan design draft I dilakukan oleh kelompok pakar expert. Pertimbangan profesional oleh kelompok expert untuk menentukan 43 validasi isi butir soal baik dari segi materi, konstruksi soal maupun kejelasan bahasa instrumen asesmen penguasaan konsep yang disusun, agar butir soal yang diujikan merupakan sampel yang representatif dari penguasaan konsep fisika yang harus dikuasai. Kelompok expert harus dipilih orang yang berkompeten di bidang sains danatau asesmen dengan latar belakang pendidikan S3 doktor. Jumlah expert harus ganjil untuk memudahkan mengambil keputusan ketika menganalisis hasil penilaian dari expert. Judgement dilaksanakan oleh tiga orang pakar pendidikan biologi dua orang dosen tetap Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan seorang dosen tetap Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, tiga orang pakar Pendidikan Kimia dua orang dosen tetap Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan satu orang dosen tetap Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, dan tiga orang pakar pendidikan fisika satu orang dosen tetap Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, satu orang dosen tetap Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Tadulako, dan seorang dosen tetap Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Lembar expert judgement instrumen penguasaan konsep fisika disajikan pada Lampiran 4. Saran-saran dari expert tersebut digunakan untuk merevisi naskah, sehingga dihasilkan naskah yang memenuhi kriteria validitas isi content validity. Naskah asesmen yang dikembangkan merupakan draft II yang diujicoba secara terbatas. Uji coba terbatas terhadap model asesmen ini dilaksanakan pada satu kelas dari salah satu kelas pada Program Studi Pendidikan Biologi dan Pendidikan Kimia, FMIPA, salah satu universitas negeri di Yogyakarta. Berdasarkan hasil uji coba terbatas dilakukan uji validitas dan revisi terhadap draft asesmen II sehingga 44 menghasilkan prototipe asesmen yang dikembangkan draf III. Analisis uji coba terbatas instrumen asesmen penguasaan konsep fisika disajikan pada Lampiran 5.

4. Tahap Diseminasi