Studi Perbandingan : Konsep URF Antara Hizbut Tahrir dan Mazhab Fiqh

STUDI PERBANDINGAN :
KONSEP ‘URF ANTARA HIZBUT TAHRIR DAN MAZHAB FIQH
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk Memenuhi Salahsatu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Disusun Oleh:

Iwan Kurniawan
NIM : 1111043100012

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIKIH
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1437 H

i


ii

iii

ABSTRAK
Iwan Kurniawan (111103100012), Studi Perbandingan : Konsep ‘Urf antara
Hizbut Tahrir dan Mazhab Fikih (Empat Mazhab). Konsentrasi
Perbandingan Mazhab Fikih Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kajian ushul fiqh, ijtihad merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk menggali kandungan makna, maksud, dan hukum-hukum yang
terkandung dalam al Qur’an dan as Sunnah. Sehingga ijtihad memiliki berbagai
macam pendekatan yang digunakan dalam pembentukan hukum, salah satunya
ialah ur’f yang banyak digunakan dalam pembentukan hukum terutama
dikalangan mazhab yang empat. Namun, seiring perkembangan waktu muncul
gerakan dan pemikiran yang menjadikan ideologi Islam sebagai cara pandang
organisasinya, yaitu Hizbut Tahrir. Dalam ijtihadnya Hizbut Tahrir beristidlal
dengan empat sumber yaitu al-Qur’an, Hadis, Ijma’ Sahabat, dan Qiyas,
disamping keempat sumber atau dalil tersebut tidak dipakai oleh Hizbut Tahrir
seperti ‘Urf, Maslaha Mursalah, dan sebagainya. Hizbut Tahrir memandang

bahwa dalil selain empat dalil yang dipahami Hizbut Tahrir di atas sebagai
metode yang menyerupai dalil dan tidak dapat berhujjah dengannya. Sedangkan
mazhab fikih mengjadikan ‘urf sebagai dalil serta banyak hukum yang dihasilkan
akannya. Lalu, Bagaimana konsep ‘Urf yang dipahami Hizbut Tahrir di tinjau dari
Mazhab Fikih (empat mazhab) ? untuk itu perlu pembahasan yang terperinci
mengenai konsep ‘urf antara Hizbut Tahrir dan Mazhab Fikih (empat mazhab).
Metode penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan normatif serta metode perbandingan hukum. Adapun teknik
pengumpulan data dilakukan dengan kajian kepustakaan yang kitab ushul fikih
Hizbut Tahrir dan kitab-kitab mazhab fiqih.
Setelah dilakukan penelitian dan analisis, maka dapat disimpulkan bahwa
Hizbut Tahrir membagi persoalan tersebut kedalam tiga hal yaitu Taqdiraat,
Istilah, dan ‘Urf, sedangkan madzhab fiqh (empat mazhab) tidak memberikan
pembagian dalam persoalan tersebut. Sehingga Hizbut tahrir tidak menerima
kaidah ‫اﻟﻌ ﺎدة ﻣﺤﻜﻤﺔ‬, mereka menganggap bahwa kaidah tersebut sesuatu kaidah
yang salah dan tidak dapat dijadikan sebagai sandaran dalam menetapkan hukum.
Begitu pula sebaliknya bahwa ulama’ mazhab menjadikan kaidah tersebut pada
banyak permasalahan hukum, dengan batasan-batasan yang telah mereka rinci.
Meskipun keduanya berbeda dalam memahami ‘urf, akan tetapi keduanya samasama mengedepankan memahami bahwa hukum yang dihasilkan oleh ‘urf tidak
boleh bertentangan dengan nash. Adapun terkait dengan persamaan dan perbedaan

antara Hizbut Tahrir dan madzhab fiqh (empat madzhab) dalam memahami urf
dan adat sebagai sebuah metodologi dalam menemukan hukum merupakan sebuah
kehati-hatian dalam menghasilkan sebuah hukum yang mana hukum tersebut akan
dijadikan sebagai sebuah panduan dalam kehidupan. Hal tersebut juga menjadi
iv

poin positif dalam Islam sebagai wawasan dan pengetahuan tetapi tetap pada
batasan nash yang shahih.
Kata kunci : ‘Urf, Hizbut Tahrir, dan Mazhab Fikih (empat mazhab)
Pembimbing : Dr. A. Sudirman Abbas, MA. dan Hj. Siti Hanna, S. Ag, Lc.,
MA.

v

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam karya ilmiah ini
adalah sebagai berikut:
A. Konsonan
b


=

‫ب‬

z

=

‫ز‬

f

=

‫ف‬

t

=


‫ت‬

s

=

‫س‬

q

=

‫ق‬

th

=

‫ث‬


sh

=

‫ش‬

k

=

‫ك‬

j

=

‫ج‬

s{


=

‫ص‬

l

=

‫ل‬

h{

=

‫ح‬

d{

=


‫ض‬

m

=

‫م‬

kh

=

‫خ‬

t{

=

‫ط‬


n

=

‫ن‬

d

=

‫د‬

z{

=

h

=


=



=

‫ع‬

‫ه‬

dh

‫ذ‬

‫ظ‬

w

=


‫و‬

r

=

‫ر‬

gh

=

‫غ‬

y

=

‫ي‬

B. Vokal
1. Vokal Tunggal
Tanda

Nama

َ◌
ِ◌◌ِ

Fath}ah
Kasrah
D}amah

ُ◌

Huruf Latin
A
I
U

Nama
A
I
U

2. Vokal Rangkap
Tanda

Nama

GabunganHuruf

Nama

‫َى‬...

Fath}ah danya
Fath}ahdanwau

Ai

a dan i

Au

a dan w

‫َو‬...
Contoh:
‫ُﺣ َﺴﲔ‬

: H}usain

‫َﺣ ْﻮل‬

: h}aul
vi

C. Maddah
Tanda Nama
‫ ـ ـَـﺎ‬Fathah danalif
‫ ـ ـِﻲ‬Kasrah danya

‫ ـ ـُﻮ‬D}amah danwau

Huruf Latin
a>

Nama
a dangaris di atas

i>

i dangaris di atas

u>

u dangaris di atas

D. Ta’Marbu>t}ah (‫)ة‬
Transliterasi ta’ marbu>t}ah ditulis dengan “h” baik dirangkai dengan kata
sesudahnya maupun tidak contoh mar’ah (‫ )ﻣرأة‬madrasah (‫)ﻣدرﺳﺔ‬
Contoh:
‫اﳌﺪﻳﻨﺔاﳌﻨﻮرة‬

: al-Madi>nat al-Munawwarah

E .Shaddah

Shaddah tashdi>d pada transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah itu.
Contoh:
‫ّﻧﺰل‬

: nazzala

F. Kata Sandang
Kata sandang “‫ ”اﻟـ‬dilambangkan berdasarkan huruf yang mengikutinya,
jika diikuti huruf shamsiyah maka ditulis sesuai huruf yang bersangkutan, dan
ditulis “al” jika diikuti dengan huruf qamariyah. Selanjutnya ‫ ال‬ditulis lengkap
baik menghadapi al-Qamariyah, contoh kata al-Qamar (‫ )اﻟﻘﻣر‬maupun alShamsiyah seperti kata al-Rajulu (‫)اﻟرﺟل‬
Contoh:
‫اﻟﺸﻤﺲ‬

‫اﻟﻘﻠﻢ‬

: al-Shams
vii

: al-Qalam

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang telah memberikan limpahan nikmat, karunia, dan hidayah-Nya
sehingga dengan izin-Nya, skripsi dengan judul : “Studi Perbandingan : Konsep
‘Urf antara Hizbut Tahrir dan Mazhab Fiqh” dapat terselesaikan.
Shalawat teriring salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad

Saw,

seorang

pelopor

ilmu

pengetahuan

dan

pendobrak

kejahiliyyahan, yang telah membawa umatnya dari zaman Jahiliyyah menuju
zaman Islamiyyah, kepada keluarga besar-Nya, sahabat-sahabat-Nya, tabi’in,
tabi’it tabi’in, dan kita umat-Nya semoga mendapat syafa’at-Nya kelak.
Dalam proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan, pengorbanan, dan
kesulitan penulis hadapi. Namun tidak terlepas dari petunjuk dan pertolongan
Allah SWT, do’a dan semngat yang senantiasa diberikan oleh kedua orang tua
penulis. Serta tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak tidaklah
mungkin skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing,
membantu, dan memotivasi penulis, terutama :
1.

Bapak Dr. H. Asep Saepudin Jahar, MA, Ph. D. Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si, ketua Program Studi Perbandingan
Mazhab dan Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum. Juga kepada Ibu Hj. Siti
Hanna, S.Ag, Lc., MA, Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab dan
Hukum. Merekalah yang telah memberikan bimbingan dan juga masukan
viii

serta meluangkan waktunya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
3.

Bapak Dr. H. Mujar Ibn Syarif, M. Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang selama ini telah memberikan nasehat serta bimbingannya selama masih
dalam masa perkuliahan.

4.

Bapak Dr. A. Sudirman Abbas, MA. dan Ibu Hj. Siti Hanna, S. Ag, Lc., MA.
Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak membantu meluangkan waktu,
tenaga, dan pikirannya disela-sela kesibukan, serta banyak memberikan
bimbingan, pengarahan, dan dorongan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.

5.

Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah membekali dengan
ilmu yang berharga, nasehat-nasehat yang memotivasi, serta kesabaran dalam
mendidik dan membimbing penulis selama masa studi.

6.

Bagian administrasi dan tata usaha yang telah banyak membantu memberikan
kelancaran

kepada

penulis

dalam

proses

penyelesaian

prosedur

kemahasiswaan, serta pemimpin dan segenap karyawan Perpustakaan Utama
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan khususnya Perpustakaan Fakultas
Syariah dan Hukum, yang telah berkenan memberikan kelancaran dalam
peminjamaan buku-buku penunjang sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
7.

Kepada guruku Ust Cipta Bakti Gama dan Ust Ade Sudiana yang telah
memberikan bimbingan dan waktu untuk mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
ix

8.

Orang tua tercinta, Ayahanda Al Imron dan Ibunda Holiba yang sangat
berperan dalam mengasuh, mendidik, dan membimbing penulis dengan penuh
kesabaran dan pengertian. Serta tiada henti memberikan do’a dan dukungan
baik moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9.

Adik-adikku tersayang Al Hafiz dan Al Hady yang senantiasa mendo’akan
dan memberikan dukungan serta semngat selama proses penulisan skripsi ini.
Keluarga yang telah memberikan motivasi dan dukungannya, Endek Jawar
dan keluarga, Koneng Kopek dan keluarga, Itam Ziroh dan keluarga.

10. Teman-teman organisasi Ikatan Alumni Pondok Pesantren al-Ittifaqiah
(IKAPPI Jakarta) yang memberikan suasana kekeluargaan selama penulis di
Jakarta. Teman-teman KAMSRI (Kesatuan Angkatan Muda Sriwijaya) yang
memberikan semngat dan pembelajaran kepada penulis di tanah rantau.
Teman-teman PMII cabang Ciputat, khususnya KOMFAKSYAHUM
(Komisariat Fakultas Syariah dan Hukum) yang telah memberikan semangat
dan dukungannya kepada penulis. Adik-adik dan rekan-rekan di MootCourt
Community (MCC) yang selalu menghibur dan memberikan semngat dalam
penulisan skripsi ini, serta sahabat-sahabatku THE LEGEND OF MCC 2014
yang saling memotivasi dalam penyelesaian skripsi.
11. Teman-teman PMF dan PH ankatan 2011 yang selalu membantu,
mendukung, dan menemani selama penulisan skripsi ini.
12. Sahabat-sahabatku tercinta, Muhammad Fadil, Ahmad Hafizul Wahyudin,
Muslim Bahori, Aidil Fitriansyah yang telah menemani dan memberikan
canda dan tawa dalam penyelesaian skripsi ini.
x

13. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan nasehat sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
Akhirnya penulis hanya bias berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca, dan semoga mereka yang telah
membantu diberi ganjalan yang setimpal. Amiiin

Jakarta, 10 Oktober 2015

Penulis

xi

DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING

i

LEMBAR PERNYATAAN

iii

ABSTRAK

iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

vi

KATA PENGANTAR

viii

DAFTAR ISI

xii

BAB I

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

8

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

9

D. Kajian Terdahulu

10

E. Metodologi dan Tekhnik Penelitian

13

F. Sistematika Penulisan

15

EKSISTENSI ‘URF DALAM HUKUM ISLAM
A. Pengertian ‘Urf

17

B. Macam-macam ‘Urf

22

C. Syarat-syarat ‘Urf

27

D. Kehujjahan ‘Urf

28

GAMBARAN UMUM HIZBUT TAHRIR (HT) DAN
MAZHAB FIKIH
A. Gambaran Umum Hizbut Tahrir
a. Sejarah Singkat Hizbut Tahrir
xii

31
31

b. Metode Dakwah Hizbut Tahrir

35

c. Tujuan dan Aktivitas Hizbut Tahrir

38

B. Gambaran Umum Mazhab Fikih

BAB IV

43

a. Mazhab Hanafi

43

b. Mazhab Maliki

45

c. Mazhab Syafi’i

47

d. Mazhab Hambali

52

ANALISI PERBANDINGAN KONSEP ‘URF ANTARA
HIZBUT TAHRIR (HT) DAN MAZHAB FIKIH
A. Konsep ‘Urf dalam Pandangan Hizbut Tahrir

55

B. Konsep ‘Urf dalam Pandangan Mazhab Fikih

61

C. Persamaan dan Perbedaan Konsep ‘Urf antara Hizbut Tahrir
69

dan Mazhab Fikih
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

74

B. Saran

75

DAFTAR PUSTAKA

77

LAMPIRAN

xiii

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw bersifat universal, tidak
terbatas waktu dan tempat tertentu. Ajaran Islam juga berlaku untuk seluruh
manusia, dimanapun mereka berada. Keuniversalan ajaran Islam membawa
konsekwensi komprehensifnya kandungan ajarannya dalam menjawab setiap
permasalahan yang muncul dari waktu ke waktu .1 Perubahan masyarakat
merupakan sebuah penomena alamiah yang terjadi di tengah-tengah kehidupan
bermasyarakat sejalan dengan perputaran waktu, sehingga kehidupan manusia
secara teratur bergerak menuju kepada kesempurnaan. Tidak ada masyarakat yang
hidup dalam kondisi stabil dan tetap pada waktu yang berbeda, semua bergerak,
mengalir menuju sebuah peradaban yang kian sempurna, sehingga memahami
perubahan masyarakat adalah perlu untuk mencermati serta mengantisipasi
pembaharuan dimasa yang akan datang.2 Menurut Harun Nasution bahwa
perubahan itu identik dengan modernisme yang ada di Barat. Sedangkan
modernism memiliki makna pikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk merubah
paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya untuk
disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.3

1

Ma’ruf Amin, Fatwa dalam Sistem Hukum Islam.(Jakarta : ElSAS Jakarta,2008).hlm.3.
Junaidi Lubis, Islam Dinamis Model Ijtihad al-Khulafa al-Rasyidun dalam Konteks
Perubahan Masyarakat.(Jakarta : PT DIAN RAKYAT, 2010).hlm.1.
3
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam,Sejarah,Pemikiran,dan Gerakan.(Jakarta :
Bulan Bintang,1975).hlm.11.
2

1

2

Konsensus menuju kepada perubahan yang telah digagas oleh para
founding father Bangsa Indonesia salah satunya merestorasi budaya hukum yang
berkembang dengan tidak melepaskan pada dasar-dasar pancasila yaitu sila
pertama “Ketuhanan yang Maha Esa” sehingga ide dalam mengaktualisasikan
hukum Islam terus tertanam dalam diri kaum muslimin. Dalam mengakomoodir
permasalahan kontemporer yang belum tercakup hukumnya dalam kajian ulama
terdahulu sehingga perlu adanya formulasi hukum yang mampu menjawab setiap
persoalan masyarakat, dalam hal ini ada berbagai golongan/ormas Islam yang
memiliki kewenangan untuk memberikan jawaban atas persoalan hukum bagi
anggotanya dengan menggunakan metodologi yang berbeda antara satu ormas
dengan ormas lainnya.
Pada dasarnya ilmu syariah mengandung dua hal pokok. Pertama tentang
materi perangkat ketentuan yang harus dilakukan oleh seorang muslim dalam
usaha mencari kebahagiaan dunia dan akherat yang disebut sebagai fikih produk
utuh dari formulasi hukum Islam. Kedua tentang cara, usaha, ketentuan dalam
menghasilkan materi tersebut yang disebut dengan ushul fikih yang bertujuan
memberikan kemampuan kepada para mujtahid untuk menerapkan kaidah ushul
fikih guna memperoleh hukum syara’ amali dari dalil-dalil yang terperinci.
Dengan demikian, seorang mujtahid akan mampu memahami nash-nash syariah
baik yang bersifat jali> (jelas) dan khafi> (tersembunyi) serta mampu menyimpulkan
hukum yang dikandungnya sebagaimana ia mampu memberlakukan qiyas,

3

istih}san, maslah}ah, istish}ab, ’urf 4 dan lain sebagainya untuk memperoleh hukum
dari kejadian

yang baru.5

Sedangkan usaha

pemahaman,penggalian,dan

perumusan hukum yang digali dari al-Qur’an dan as-Sunnah dikalangan ulama
disebut istinbat} yaitu usaha dan cara mengeluarkan hukum dari sumbernya6 (alQur’an dan as-Sunnah)7.
Formulasi hukum yang dilakukan oleh para ulama yang tergabung dalam
ormas-ormas di Indonesia melalui Ijtihad8 seperti yang dilakukan oleh Hizbut

4
Qiyas yaitu mempersamakan suatu peristiwa hukum yang tidak ditentukan hukumnya
oleh nash, dengan peristiwa hukum yang ditentikan oleh nash bahwa ketentuan hukumnya sama
dengan hukum yang ditentukan nash atau menyamakan cabang dengan asal terhadap suatu
peristiwa hukum berdasarkan illat yang terkandung didalam keduanya, Abu al-Munzir Mahmud
bin Muhammad bin Mustafa> bin Abdul at-T{ayafa al-Munyawi, al-Tamhi>d (Syarah Mukhtas}ar alUs}ul min ‘Ilmu Us}ul (Mesir:Maktabah Syamilah, 1432 H/2011 M). Hlm. 100. Istih}san yaitu
berpindah dari suatu ketentuan terhadap beberapa peristiwa hukum, kepada ketentuan hukum yang
lain, mendahulukan suatu ketentuan hukum dari ketentuan hukum lain, menyisihkan atau
meninggalkan ketentuan hukum, mengecualikan sebagian ketentuan hukum umum yang
mencakupnya ,ataupun mentakhsiskan sebagian suatu hukum dari hukum umum, Iyad bin Naami
bin audi al-Sulamii, Us}ul al-Fiqh alladzi la> Yasa’u al-Faqi>h Jahlahu (Riyad:Dar al-Tadmariya,
1426 H/2005 M). Hlm. 194. Maslah}ah yaitu mensifati sesuatu hukum untuk memperbaiki
perubahan hukum dan tujuannya, akan tetapi tidak berdasarkan kepada dalil yang telah ditetapkan
dengan perhitungan syara’ atau yang telah dibatalkan oleh syara’, yang mana hukum yang
dihasilkan tersebut berdasarkan kepada kemaslahatan manusia dan menolak kemafsadatan,
Wahbah Zuhaili, al-Wajiz fi> Us}ul al-Fiqh (Beirut:Dar al-Fikr, 1435 H/ 2014 M). Hlm.92. Istish{ab
yaitu menjadikan lestari keadaan sesuatu yang sudah ditetapkan pada masa lalu sebelum ada dalil
yang mengubahnya, apabila sudah ditetapkan suatu perkara pada suatu waktu maka ketentuan
hukumnya tetap seperti itu sebelum ada dalil baru yang mengubahnya, Wahbah Zuhaili, al-Wajiz fi>
Us}ul al-Fiqh, Hlm.113. ‘Urf yaitu kebiasaan yang melekat berjalan secara terus menerus dalam
suatu masyarakat, Wahbah Zuhaili, al-Wajiz fi> Us}ul al-Fiqh, Hlm. 97.
5
Wahbah Zuhaili, al-Wajiz fi> Us}ul al-Fiqh, Cet.ke-2. (Damaskus : Daar al-Fikr,1999).
Hlm.15.
6
Sumber hukum Islam sesungguhnya bagaikan mata air yang tak pernah kering bahkan
memiliki deposit yang mampu menyirami setiap perkembangan hukum yang memenuhi tuntutan
keadilan dan kepentingan/maslahat umat sepanjang masa yang berbeda dan seputar tempat yang
berlaianan budaya. Semua kaum muslimin dapat mengikuti perkembangan peradaban dan
peningkatan kepentingan/kemaslahatan dan mereka tidak menemui hambatan dalam mencari
hukumnya, asal saja mereka menemukan dan memanfaatkan cahaya yang menunjukkan
hukumnya, cahaya yang mampu menembus batas ruang dan waktu.
7
Amir Syarifuddin, Us}ul Fikih Jilid 2.Cet.4.(Jakarta:Kencana Prenada Media
Group,2008).hlm.1.
8
Ijtihad adalah usaha yang gigih dan sungguh-sungguh. Dalam kajian ushul fikih ijtihad
diartikan dengan mencurahkan segala daya dan upaya serta kemampuan yang dilakukan oleh
seseorang untuk memformulasikan hukum-hukum syara’ yang bersifat praksis,dengan jalan
melakukan istinbath dari dalil-dalil yang terperinci.sedangkan dalam kamus besar bahasa
Indonesia Ijtihad merupakan usaha penyelidikan tentang sesuatu hal yang merupakan pengerahan

4

Tahrir Indonesia (HTI) merupakan upaya formulasi hukum dalam merespon setiap
persoalan yang muncul. Metodologi istinbath hukum yang dilakukan oleh setiap
ormas dalam menghasilkan sebuah hukum itu berbeda-beda. Seorang mujtahid
bebas berijtihad asal tidak membatalkan hasil ijtihad yang telah disepakati
sebelumnya oleh para ulama, begitupun ulama setiap ormas yang memiliki ijtihad
masing-masing dalam menetapkan suatu hukum. Berbeda halnya bila seorang
mujtahid membatalkan hasil ijtihadnya sendiri karena situasi dan kundisi yang
berbeda atau menemukan dalil yang lebih kuat. Bahkan dalam menetapkan hukum
tidak jarang terjadi perbedaan pendapat diantara imam mazhab, walaupun mereka
sama-sama merujuk kepada al-Quran dan al-Sunnah disamping sumber hukum
lainnya yang muttafaq’alaih maupun yang mukhtalaf fih.9 Ia diperlukan bukan
saja pada masa sekarang akan tetapi dibutuhkan juga pada masa Rasulullah.
Ijtihad sebagai suatu prinsip gerak dinamis dalam ajaran Islam yang merupakan
aktivitas daya nalar yang dilakukan oleh seorang mujtahid dalam menggali dan
menerapkan hukum Islam.10
Dalam kajian ushul fikih, ijtihad merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk menggali kandungan makna, maksud, dan hukum-hukum yang
terkandung dalam al Qur’an dan as Sunnah.11 Sehingga ijtihad memiliki berbagai
macam pendekatan yang digunakan dalam pembentukan hukum, salah satunya
segala tenaga dan pikiran untuk menyelidiki dan menggali hukum-hukum yang terkandung
didalam al-quran dengan syarat-syarat tertentu.(Kamus Besar Bahasa Indonesia ,Tim Penyusun
Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.Balai Pustaka.hlm.321.)
9
Fuad Thohari, Pedoman Penetapan Fatwa Bagi Da’i. (Jakarta : MUI Provinsi Jakarta,
2012). Hlm. 54-55.
10
Afifi Fauzi Abbas, Baik dan Buruk dalam Perspektif Us}ul Fiqh.(Ciputat : Adelina
Bersaudara, 2010).hlm.2.
11
Beni Ahmad Saebani, Ilmu Us}ul Fiqh.(Bandung : Pustaka Setia,2008).hlm.187.

5

ialah ‘urf yang banyak digunakan dalam pembentukan hukum terutama Indonesia
yang mengadopsi kebiasaan sebagai sumber hukum disamping hukum Islam
dalam pembentukan hukum Nasional. Kebiasaan merupakan suatu tata cara hidup
yang dianut oleh masyarakat atau suatu bangsa dalam waktu yang lama, pada
hakikatnya memberikan pedoman bagi masyarakat atau bangsa yang bersangkutan
untuk berpikir dan bersikap dalam menghadapi berbagai hal kehidupan.12 Hukum
adat/’urf di Indonesia tidak mengenal sistem peraturan yang statis. Tiap-tiap
hukum adat timbul, berkembang, dan selanjutnya lenyap dengan lahirnya
peraturan baru, peraturan baru tersebut akan berkembang juga tetapi kemudian
akan lenyap dengan adanya perubahan rasa keadilan yang menimbulkan
perubahan peraturan.13

Tidak semua kebiasaan yang mengandung hukum

(adat/’urf) yang baik dan adil. Oleh karenanya belum tentu kebiasaan tersebut
menjadi sumber hukum. Jadi kebiasaan-kebiasaan yang baik dan diterima
masyarakat sesuai dengan kepribadian masyarakat yang kemudian berkembang
menjadi hukum kebiasaan (adat/’urf).14
Dewasa ini ’urf /adat sering kali digunakan dalam menentukan hukum
untuk mengakomodir setiap persoalan yang berkembang saat ini. ‘Urf sebagai
sebuah metode pendekatan dalam menghasilkan sebuah hukum yang mampu
memberikan maslahat bagi umat diadopsi oleh berbagai ormas di Indonesia salah
satunya adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Ormas tersebut muncul sejak tahun
1980-an sampai setelah reformasi, Ormas tersebut sebagai actor baru yang sering
12
Mujar Ibnu Syarif dan Kamarusdiana, Pengantar Ilmu Hukum.(Ciputat : Lembaga
Penelitian UIN Jakarta,2009).hlm.48.
13
Iman Sudiyat, Hukum Adat : Sketsa Asas.Cet.II.(Yogyakarta : Liberty,1981).hlm.176177.
14
R. Soeroso, S., Pengantar Ilmu Hukum.Cet.10. (Jakarta : Sinar Grafika,2008).hlm.151.

6

disebut “Gerakan Islam Baru” (new Islamic movement). Kemunculan gerakan
tersebut sejalan dengan munculnya beberapa ormas diantaranya adalah Majelis
Mujahidin Indonesia (MMI),Kelompok-kelompok Tarbiyah (yang kemudian
menjadi Partai Keadilan Sejahtera),Laskar Jihad (LJ) dan sebagainya yang
merupakan representasi baru gerakan Islam di Indonesia. Organisasi baru ini
memiliki basis ideologi, pemikiran, dan strategi gerakan yang berbeda dengan
ormas-ormas islam yang ada sebelumnya. Mereka ditenggarai berhaluan
puritan,memiliki karakter yang lebih militant, radikal, skripturalis, dan eksklusif.
Berbagai ormas baru tersebut memang memiliki platform yang beragam, tetapi
pada umumnya memiliki kesamaan visi, yakni pembentukan “Negara Islam” dan
mewujudkan penerapan syariat islam,baik dalam wilayah masyarakat maupun
Negara.15
Hizbut Tahrir (HT) merupakan sebuah ormas yang memiliki basis masa
yang mapan dalam menyokong kegiatan-kegiatan serta visi dan misi ormas
tersebut. HT yang berideologi Islam. Bercita-cita untuk melanjutkan kembali
kehidupan Islam melalui tegaknya daulah Islam yang akan menerapkan sistem
Islam serta mengembangkan dakwah ke seluruh dunia.16 Karena ormas ini
memandang bahwa Islam sebagai Ideologi diemban oleh Negara, Sehingga dalam
pelaksanaan hukum tidak dapat terlepas dari kekuasaan Negara. Hukum islam
tidak dapat di terapkan secara sempurna dalam sistem Demokrasi sehingga

15

Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal : Transmisi Revivalisme Islam Timur
Tengah Ke Indonesia. (Jakarta : Erlangga,2005). Hlm. 14.
16
Taqiyuddin an-Nabhani, Mafahim Hizbut Tahri>r .Cet.ke-6. (Jakarta : Hizbut Tahrir
Indonesia,2001). Hlm. 84.

7

Daulah Islam dalam bentuk Khilafah Islamiyyah yang mampu menerapkan Islam
secara kaffah.
Hizbut Tahrir memiliki pandangan yang berbeda tentang ‘urf dari
pandangan ulama mazhab Fikih, Sehingga hal tersebut patut dan perlu untuk
dikaji. Dalam kitab Mafahim Hizbut Tahri>r17 disebutkan :
“Merupakan suatu keharusan bagi aktivis pembaharuan untuk menerapkan
hukum-hukum Islam sesuai dengan makna ajaran yang sebenarnya, tanpa
memperhatikan keadaan masyarakat, waktu, maupun tempat. Namun
kenyataannya mereka tidak berbuat demikian. Mereka malah melangkah lebih
jauh dengan menginterpretasikan hukum-hukum islam agar sesuai dengan kondisi
sekarang. Bahkan kesalahan yang mereka lakukan baik dalam masalah umum
maupun dalam hal-hal yang terperinci. Mereka mengeluarkan kaidah-kaidah
kulliyat dan hukum-hukum yang terperinci sesuai dengan pandangan tersebut”.
Misalnya dengan membuat kaidah umum yang salah, seperti :
Adat Istiadat dapat dijadikan patokan hukum

‫اﻟﻌﺎ دة ﳏﻜﻤﺔ‬

‫ﻻ ﻳﻨﻜﺮﺗﻐﲑاﻻﺣﻜﺎم ﺑﺘﻐﲑاﻟﺰﻣﺎن‬

Tidak ditolak adanya perubahan hukum dengan adanya perubahan zaman”

Hizbut Tahrir memandang bahwa penggunaan kaidah fikih tentang adat istiadat
dapat dijadikan sebagai hukum adalah salah, di dalam kitab Syakhsiyah Islamiyah
jilid 3 yang merupakan kitab mu’tabanah Hizbut Tahrir yang menerangkan lebih
jauh tentang pembatasan terhadap ‘urf yang dibagi menjadi 3 Istilah yaitu Taqdir,
Istilah, dan ‘Urf. Selain itu juga dalam kitab tersebut membahas tentang
kehujjahan ’urf sebagai dalil syar’i, dalam hal ini Hizbut Tahrir berpendapat
bahwa tidak ada posisi bagi ’urf secara syar’i. Sedangkan dalam pandangan
mazhab fikih ’urf merupakan salah satu metode istinbat} hukum, ‘Urf merupakan
salah satu istidlal dalam menemukan hukum yang disepakati oleh mazhab fikih

17

Taqiyuddin an-Nabhani, Mafahim Hizbut Tahri>r .Cet.ke-6. (Jakarta : Hizbut Tahrir
Indonesia,2001). Hlm. 11.

8

terutama mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafi’i, dan mazhab Hambali.
Sehingga menarik untuk dikaji lebih dalam bagaimana mengenai perbandingan
konsep ‘Urf antara Hizbut Tahrir dan Mazhab Fikih yang meliputi empat mazhab
yaitu Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi’i, dan Mazhab Hambali.
Dari uraian diatas timbul pemikiran yang menggelitik untuk mengkaji
bagaimana pandangan Hizbut Tahrir terkait dengan penggunaan ur’f sebagai salah
satu bentuk ijtihad yang didasarkan pada adat/kebiasaan yang berkembang di
Masyarakat serta bagaiaman korelasinya terhadap pandangan mazhab fikih yaitu
mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafi’i, dan mazhab Hambali. Untuk itu
penulis menuangkan gagasan tersebut dalam bentuk skripsi yang berjudul “
STUDI PERBANDINGAN : KONSEP ‘URF ANTARA HIZBUT TAHRIR
DAN MAZHAB FIQH “.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.

Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan banyaknya permasalahan yang timbul dalam penelitian
ini, maka penulis perlu membatasi masalahnya. Hal ini dimaksudkan agar
pembahasannya mengenai sasaran dan tidak mengambang. Dalam penelitian
ini penulis membatasi permasalahannya pada konsep ’urf sebagai metode
istinbath hukum antara Hizbut Tahrir dan Mazhab Fikih yang meliputi pada
empat mazhab yaitu mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafi’i, dan
mazhab Hambali.

9

2.

Rumusan Masalah
Perumusan maslaah adalah salah satu upaya untuk mempermudah
pembatasan dalam penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di
atas, Maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimana konsep ‘urf sebagai metode istinbath hukum Hizbut Tahrir ?
b. Bagaimana konsep ‘urf sebagai metode istinbath hukum Mazhab Fikih ?
c. Apakah ada persamaan dan perbedaan antara ‘Urf Hizbut Tahrir dengan
mazhab fikih ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.

Tujuan Penulisan
Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka
tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :
a. Untuk mengenal dan memahami lebih mendalam Hizbut Tahrir (HT) baik
secara Fikrah maupun T{ariqah.
b. Untuk mengetahui lebih jauh metode istinbath hukum Hizbut Tahrir (HT).
c. Untuk mengetahui konsep ‘urf sebagai metode istinbath hukum Hizbut
Tahrir (HT) dan Mazhab Fikih.
d. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan ‘urf antara Hizbut Tahrir
dan Mazhab Fikih.

2.

Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan skripsi ini ada 2 diantaranya ada manfaat secara akademis
dan manfaat secara praktis,Yaitu :

10

a. Secara Akademis
Manfaaf penulisan skripsi ini secara akademis adalah untuk
menambah pengetahuan dan penjelasan kepada masyarakat pada
umumnya serta bagi para intelektual muslim khususnya dalam mengkaji
metode istinbath hukum berbagai ormas yang ada di Indonesia khususnya
dalam kajian ini ialah memahami konsep ‘urf sebagai metode istinbath
hukum Hizbut Tahrir (HT). Selain itu juga sebagai sarana untuk mengenal
lebih

mendalam

konsep

pemikiran

ormas

tersebut

agar

tidak

menimbulkan gejolak diantara kaum intelektual saling tuding bahwa
kebenaran itu milik ormas tertentu.
b. Secara Praktis
Manfaat penulisan skripsi ini secara praktis adalah memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang konsep ‘urf sebagai metode
istinbath hukum Hizbut Tahrir serta hubungannya dengan dengan ‘urf
dalam pandangan mazhab fikih agar masyarakat dapat memahami dengan
baik hasil dari produk hukum ormas tersebut yang pada akhirnya tidak
menjudjge bahwa ormas tersebut salah atau tidak sesuai dengan metode
yang dipakai ormas pada umumnya.
D. Kajian Terdahulu
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, Peneliti melakukan penelitian
terhadap beberapa skripsi sebelumnya yang memiliki kaitan dengan skripsi ini
sebagai sebuah sarana pemahaman dan pembelajaran bagi penulis, Ini dilakukan

11

untuk mencapai hasil yang lebih baik. Berikut beberapa buku dan skripsi sebagai
bahan tinjauan pustaka penulis diantaranya :
Karya Khairul Hamim (299-S-104) yang berjudul ‘Urf dan Pengaruhnya
Terhadap Hukum Islam karya (Tesis) ini adalah karya mahasiswa Jurusan Syariah
Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Fokus kajian pada tesis
ini adalah pada posisi ‘urf dalam penemuan hukum islam yang mana wilayah
pertemuan antara mazhab Maliki, mazhab Syafi’i, dan mazhab Hambali dan fikih
sangat luas dan tidak mungkin dibatasi karena ‘urf atau adat istiadat memasuki
setiap bab dalam pembahasan fikih. ‘Urf tidak dapat mempengaruhi atau merubah
ketentuan hukum Islam yang berkaitan dengan masalah ‘ubudiyah dan i’tiqadiyah
yang sudah jelas nashnya secara Qath’i. ‘Urf yang masuk dalam pembahasan
ibadah hanya berlaku pada hal-hal yang berkaitan dengan alat-alat ibadah saja
(wasa>ilul ibadah) sebab ibadah hakekatnya merupakan ketentuan-ketentuan yang
telah baku dan tidak menjadi wilayah perdebatan logika manusia. Pokok-pokok
ibadah tunduk dan taat mutlak kepada tuhan. Adapun dalam bidang muamalah
‘urf telah banyak berperan dan dijadikan pertimbangan oleh para sahabat dalam
merubah fatwa yang dilandaskan atas nash yang dzanni seperti qiyas yang tidak
dilandaskan pada nash qath’i.
Sedangkan kajian yang membahas tentang HTI ialah karya Tesis Rihlah
Nur Aulia (01.2.00.1.02.01.0102) yang berjudul Fundamentalisme Islam
Indonesia Studi Atas Gerakan dan Pemikiran Hizbut Tahrir. Karya ini adalah
karya mahasiswa jurusan Pemikiran Islam Program Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2004. Fokus pada kajian ini terletak pada sisi

12

fundamentalisme Hizbut Tahrir dari sudut pandang ide dan pemikiran, dapat
dilihat bahwa Hizbut Tahrir berkeyakinan bahwa Islam adalah agama yang
komprehensif dan sempurna, didalamnya tercakup aspek kehidupan yang harus
dilaksanakan dan dijalani oleh setiap umatnya, baik itu dalam kehidupan pribadi,
masyarakat, maupun dalam kehidupan bernegara. Karena itulah bagi HT
mendirikan daulah khilafah islamiyah adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim.
Bagi HT sistem daulah khilafah islamiyyah dengan sistem khilafah adalah sistem
pemerintahan yang harus dijalani, oleh karena itu mereka menolak setiap bentuk
sistem yang bertentangan dengan mereka, termasuk didalamnya sistem demokrasi
yang dianggap sebagai sistem kufur yang berbeda dengan Islam, sehingga mereka
menolak demokrasi sebagai sistem politik Negara.
Penelitian selanjutnya yaitu Tsaqafah dan Metode Hizbut Tahris dalam
Mendirikan Negara Khilafah, yang ditulis oleh Muhammad Muhsin Rodhi. Buku
ini menyimpulkan bahwa diantara sejumlah partai dan gerakan Islam, hanya
Hizbut Tahrir yang melakukan pergolakan pemikiran, perjuangan politik, dan
yang telah menghubungkan fikrah dan thariqah dengan sangat baik. Disamping
Hizbut Tharir memiliki kecermatan pengorganisasian, kedalam pemikiran, dan
keterpaduan yang baik antara agama dan politik sehingga keduanya seperti dua
sisi mata uang.Meskipun Hizbut Tahrir telah didirikan lebih dari setengah abad,
namun peneliti mendapati Hizbut Tahrir masih tetap menjaga asas seperti pertama
berdirinya. Dan kalaupun ada beberapa perubahan dan revisi, maka itupun hanya
menyangkut hal-hal furu’ yang dilakukan berdasarkan apa yang menurutnya
paling kuat dengan tetap bersandarkan pada kekuatan dalil.

13

Berdasarkan literatur di atas, penulis menilai saat ini belum ditemukan
karya ilmiah yang mengulas secara khusus mengenai metode istinbat} hukum
ormas transnasional yang ada di Indonesia terutama studi perbandingan : Konsep
‘Urf antara Hizbut Tahrir dan Mazhab Fikih. Oleh karena itu, maka penulis
mencoba secara khusus menganalisis bagaimana penggunaan ‘urf sebagai metode
istinbath hukum Hizbut Tahrir yang ditinjau berdasarkan penggunaan ‘urf yang
dijadikan sebagai istidlal hukum mazhab fikih.
E. Metodologi dan Tekhnik Penelitian
1.

Jenis Penelitian
Dalam

menghimpun

bahan

yang

dijadikan

skripsi

ini

penulis

menggunakan jenis penelitian yuridis normative (penelitian hukum normatif)18
adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data
sekunder belaka.19 Sesuai dengan karakteristik kajiannya, berdasar pada penelitian
kepustakaan (library research) dengan mengutamakan pendekatan kualitatif20
18

Mengenai istilah penelitian hukum normatif, tidak terdapat keseragaman diantara para
ahli hukum. Diantara pendapat beberapa ahli hukum dimaksud, yakni : Soerjono Soekanto & Sri
Mamudji, menyebutkan dengan istilah metode penelitian hukum normatif atau metode penelitian
hukum kepustakaan ( Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu
Tinjauan Singkat), Rajawali Pers, Jakarta, 2001, hlm. 13-14.); Soetandyo Wignjosoebroto,
menyebutkan dengan istilah metode penelitian hukum doktrinal (Soetandyo Wignjosoebroto,
Hukum, Paradigma Metode dan Dinamika Masalahnya, Editor : Ifdhal Kasim et.al., Elsam dan
Huma, Jakarta, 2002, hlm. 147); Sunaryati Hartono, menyebutkan dengan istilah metode penelitian
hukum normatif (C.F.G. Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke20, Alumni, Bandung, 1994, hlm. 139); dan Ronny Hanitjo Soemitro (Almarhum), menyebutkan
dengan istilah metode penelitian hukum yang normatif atau metode penelitian hukum yang
doktrinal (Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Cetakan
Kelima, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994, hlm. 10).
19
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), (Jakarta :Rajawali Pers, 2001), hlm. 13-14.
20
Bognan dan tailor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulisatau lisan dari orang-orang dan prilaku
yang dapat diamati .menurut mereka ,pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut
secara holostik.Lihat J.Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif.(Bandung : Remaja Rosda

14

berdasarkan pada bahan kepustakaan dan literature yang ada relevansinya dengan
judul skripsi ini. Penelitian ini juga menggunakan metode perbandingan hukum,
dalam hal ini penulis membandingkan antara Hizbut Tahrir dan Mazhab Fikih.21
2.

Sumber Data Penelitian
Peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data, yakni menggunakan

study pustaka (library research) dan studi lapangan22. Data-data tersebut
menyangkut tentang ‘Urf sebagai metode istinbath hukum dalam hal ini terkait
dengan Hizbut Tahrir yang di lihat dalam aspek mazhab fikih. Studi pustaka
dalam penelitian ini dilakukan guna mengeskplorasi teori-teori tentang konsep dan
pemahaman yang terjadi khususnya terkait dengan tema penelitian yakni konsep
‘urf antara Hizbut Tahrir dan mazhab fikih. Ini diperoleh dengan menghimpun
data yang diperoleh melalui sumber data Primer dan sumber data sekunder.23
Studi lapangan dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan
wawancara kepada juru bizara Hizbut Tahri yang ada di Indonesia serta diskusi
Karya,1991),Cet keIII.Lebih lanjut ,bugin menjelaskan bahwa penelitian kualitatif memusatkan
perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan dari satuan-satuan gejala
yang ada dalam kehidupan manusia.pendekatan ini menggunakan paradigma interpretatif
,bertujuan memahami fenomena social,focus pada alasan tindakan social,mengacu pada moralitas
dan pola piker rasionalitas.Burhan Bungin,Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian
Kontemporer.(Jakarta : Raja Grafindo,2001). Hlm. 46.
21
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,
2008). Hlm. 100.
22
Data lapangan yang diperlukan sebagai data penunjang diperoleh melalui imformasi
dan pendapat-pendapat dari responden yang ditentukan secara purposive sampling (ditentukan
oleh peneliti berdasarkan kemauannya)dan random sampling (ditentukan peneliti secara acak).
23
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik
melalui wawancara,observasi,maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang diolah
oleh peneliti. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen –dokumen resmi,
buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk skripsi, tesis,
disertasi dan peraturan perundang-undangan. data sekunder tersebut dapat dibagi menjadi dua
yaitu : pertama,bahan hukum primer :bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan objek penelitian. Kedua, bahan hukum sekunder yang
terdiri dari buku-buku dan tulisan-tulisan ilmiah hukum yang terkait dengan objek penelitian ini.
Ketiga, bahan hukum tertier, petunjuk atau penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan
hukum sekunderyang berasal dari kamus,ensiklopedia,majalah,surat kabar dan sebagainya. J.
Moelang, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung:Remaja Rosada Karya, 1997). Hlm.112-116.

15

yang penulis lakukan dengan beberapa tokoh Hizbut Tahrir. Ini sekaligus menjadi
sumber utama penelitian yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan
key informan secara langsung karena hal ini diperlukan dalam memperluas
cakrawala dan mempertajam analisis persoalan.
3.

Teknik Analisa Data
Semua data diperoleh dari kepustakaan, setelah itu penulis melakukan

klasifikasi data. Setelah diklasifikasi lalu dianalisis dengan menggunakan metode
kualitatif yaitu analisis dengan menggunakan penafsiran hukum, penalaran hukum
dan argumentasi rasional.24
4.

Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk pada buku pedoman penulisan

skripsi yang di terbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012.
F. Sistematika Penulisan
Dalam upaya untuk memudahkan penyusunan skripsi ini serta agar lebih
sistematik, Maka dibuat sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I : Bab ini membahas tentang Pendahuluan, yang meliputi : Latar
Belakang Permasalahan, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penulisan, Metode Penelitian dan Teknik Penulisan, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II : Eksistensi ‘Urf dalam Hukum Islam, yang meliputi Pengertian ‘Urf,
Macam-macam ‘Urf, Syarat-syarat ‘Urf, dan Kehujjahan ‘urf.
24

Tommy Hendra Purwaka, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta : Universitas Atma
Jaya,2007). Hlm. 29.

16

BAB III : Gambaran Umum tentang Pergerakan Hizbut Tahrir dan Mazhab
Fikih, yang meliputi Gambaran Umum Hizbut Tahrir yaitu Latar Belakang
Terbentuknya Hizbut Tahrir, Tujuan dan Kegiatan Hizbut Tahrir, Landasan
Pemikiran dan Metode Dakwah Hizbut Tahrir. Gambaran Umum tentang Mazhab
Fikih yaitu Mazhab Hanafi, Mazhab Malliki, Mazhab Syafi’i, dan Mazhab
Hambali.
BAB IV : Analisis Perbandingan Konsep ‘Urf antara Hizbut Tahrir dan
Mazhab Fikih, yang meliputi Konsep ‘Urf dalam Pandangan Hizbut Tahrir (HT),
Konsep ‘Urf dalam Pandangan Mazhab Fikih, dan Persamaan serta Perbedaan
konsep ‘Urf antara Hizbut Tahrir (HT) dan Mazhab Fikih.
BAB V : Penutup, yang meliputi Kesimpulan dan saran

BAB II
Eksistensi ‘Urf dalam Hukum Islam
A. Pengertian ‘Urf
‘Urf secara etimologis berasal dari kata ‫ ﻋﺮف – ﯾﻌﺮف‬sering diartikan
1

‫ اﻟﻤﻌﺮوف‬berarti yang dikenal atau sesuatu yang dipandang baik. Kalau dikatakan

sebagai berikut ‫ ﻓﻼن اوﻟﻰ ﻓﻼﻧﺎ ﻋﺮﻓﺎ‬artinya si fulan lebih dari yang lain dari segi
‘urf-nya. Maksudnya bahwa seseorang lebih dikenal dibandingkan dengan yang
lain. Pengertian ini lebih dekat kepada pengertian diakui oleh orang lain.2 Dalam
kitab lisan al-Arab ‘urf ialah

ُ‫اﻟﺮاﺋِ َﺤﺔُ اﻟﻄﱠﻴﱢﺒَﺔ‬
‫ﱠ‬

3

suatu bau yang harum maksudnya

adalah perbuatan yang menghasilkan kebaikan. Didalam kitab Mu’jam al-Wasi>t}
4

ِ
‫ﻳﺴﺘَـ ْﻌﻤﻞ ﻓِﻲ اﻟﻄّﻴﺒَﺔ ِﻣ ْﻨـ َﻬﺎ‬
ْ ‫اﻟ ﱠﺮاﺋ َﺤﺔ ُﻣﻄﻠ ًﻘﺎ َوأ ْﻛﺜﺮ َﻣﺎ‬

yang maksudnya ialah sesuatu yang

terkumpul didalamnya suatu kebaikan. Kata ‘urf juga terdapat di dalam al-Qur’an
surat al-‘Ara>f ayat 199 :

 

 
    
 
 
  
   
           
    
 

Artinya : “Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf,
serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (al-‘ Ara>f : 199)

1

Su’di Abu Habi>bi, al-Qa>mus al-Fiqh Lughatan wa Istilah}an (Suriah : Dar al-Fikr, 1408
H/1988 M). Hlm. 249.
2
Samsul Munir Amin dan Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fikih ( Jakarta :
AMZAH,2005). Hlm. 333.
3
Jamaluddin Ibnu Manz}ur, Lisan al-‘Arabi (Beirut : Dar S{o>dir,1414 H) Jilid IX. Hlm.
240.
4
Ibrahim Must}afa, dkk (Majma’ al-Lughah al-Arabiyyah), al-Mu’jam al-Wa>sit}
(Kairo:Dar al-Dkawah, t.t) Juz II. Hlm. 595.

17

18

Selain itu juga ‘urf dapat juga berarti setiap yang terangkat dari permukaan.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al- ‘Ara>f ayat 46 :

      
Artinya : “Dan diatas ‘Ara>f 5 itu ada orang yang mengenal masing-masing dari
dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka”.
Menurut kebanyakan ulama, ’urf dinamakan juga adat atau kebiasaan6
sebab perkara yang sudah dikenal itu berulang kali dilakukan oleh manusia.
Namun, sebenarnya adat itu lebih luas dari pada ‘urf sebab adat kadang-kadang
terdiri atas adat perseorangan atau bagi orang tertentu, Sehingga hal ini tidak bisa
dinamakan ‘urf. Dan kadang-kadang terdiri atas adat masyarakat, Maka inilah

5

Kata al-‘Araf merupakan suatu pembatas diantara pintu surga dan neraka. Sebagaimana
yang dikatakan oleh ibnu jarir, bahwa kata al-‘Ara>f merupakan bentuk jama’ yang mengandung
makna tempat tertinggi, dan menurut orang arab al-‘Ara>f adalah tanah yang tinggi, dan
sesungguhnya jegger ayam jago itu dinamakan ‫ ﻋﺮﻓﺎ‬karena ia berada pada tempat yang tertinggi.
Menurut riwayat lain dari Ibnu Abbas, al-‘Araf ialah tembok yang tinggi antara surga dan neraka.
As-Saddi mengatakan, dinamakan al-‘Ara>f karena para penduduknya mengenal semua orang.
Ungkapan yang dikatakan oleh para mufassir berbeda-beda, sehubungan dengan penduduk al‘Ara>f ini siapakah mereka itu sebenarnya ? Namun, semua pendapat yang mereka ungkapkan
memiliki pengertian yang saling berdekatan dan bermuara pada satu pendapat yaitu mereka adalah
kaum-kaum yang memiliki amal kebaikan dan keburukan yang sama. Demikianlah apa yang telah
dikatakan oleh Huzaifah, ibn Abbas, ibnu Mas’ud, serta yang lainnya dan bukan hanya dari
golongan ulama’ salaf. Dan telah disebutkan didalam sebuah hadis marfu’ yang diriwayatkan oleh
al-Ha>fiz{ ibn Murdawaih :

ِ ُ ‫ ﺳﺌِﻞ رﺳ‬:‫ﺎل‬
ِ ِ
:‫ ﻗﺎل‬،‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠ َْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻋ ﱠﻤ ِﻦ اﺳﺘﻮت ﺣﺴﻨﺎﺗﻪ وﺳﻴﺌﺎﺗﻪ‬
َ ‫ﻮل اﻟﻠﱠﻪ‬
ُ َ َ ُ َ َ‫َﻋ ْﻦ َﺟﺎﺑِ ِﺮ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﺒﺪ اﻟﻠﱠﻪ ﻗ‬
ِ
«‫ﻮﻫﺎ َو ُﻫ ْﻢ ﻳَﻄ َْﻤﻌُﻮ َن‬
َ ِ‫»أُوﻟَﺌ‬
ْ ‫ﻚأ‬
َ ُ‫َﻢ ﻳَ ْﺪ ُﺧﻠ‬
ُ ‫َﺻ َﺤ‬
ْ ‫ﺎب ْاﻷَ ْﻋ َﺮاف ﻟ‬

Dari jabir ibn Abdullah mengatakan bahwa Rasulullah Saw pernah ditanya mengenai orang yang
amal kebaikannya dan amal keburukannya sama. Maka Rasulullah Saw menjawab melalui
sabdanya: Mereka adalah penghuni al-‘Ara>f mereka tidak dapat memasuki surga padahal mereka
sangat ingin memasukinya. Muhammad Ali as-S{a>bu>ni>, Mukhtas}ar Tafsi>r ibn Katsir (Beirut:Dar
al-Qur’an al-Kari>m, 1402 H/1981 M). Juz II. Hlm. 156.
6
Atabik Ali dan A. Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia (Yogyakarta :
Multi Karya Grafika, 1998). Hlm. 1284.

19

yang disebut sebagai ‘urf.7 Para ulama ushul fikih membedakan antara adat dan
‘urf dalam membahas kedudukannya sebagai salah satu dalil untuk menetapkan
hukum syara’. Adat didefinisikan dengan :
8

‫ وﻋﺎدوا إﻟﻴﻪ ﻣﺮة ﺑﻌﺪ أﺧﺮى‬،‫ﻣﺎ اﺳﺘﻤﺮ اﻟﻨﺎس ﻓﻴﻪ ﻋﻠﻰ ﺣﻜﻢ اﻟﻤﻌﻘﻮل‬

“ Sesuatu yang dikehendaki manusia dan mereka kembali terus menerus”
9

‫اﻷﻣﺮ اﻟﻤﺘﻜﺮر ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﻋﻼﻗﺔ ﻋﻘﻠﻴﺔ‬

“Sesuatu yang dikerjakan secara berulang-ulang tanpa adanya hubungan
rasional.”10

7

Menurut banyak studi, Islam di Indonesia adalah Islam yang akomodatif dan cenderung
elastis dalam berkompromi dengan situasi dan kondisi yang berkembang. Dalam sebuah hadis
yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abdullah ibn Mas’ud disebutkan “Apa yang dipandang baik
oleh umat Islam, maka disisi Allah pun baik”. Hadis ini oleh para ahli ushul fikih dijadikan dasar
bahwa tradisi masyarakat (‘urf) yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat Islam dapat
dijadikan dasar pertimbangan dalam menetapkan hukum Islam (fiqih). Islam sangat
memperhatikan tradisi dan konvensi masyarakat untuk dijadikan sumber bagi jurisprudensi hukum
islam dengan penyempurnaan dan batasan-batasan tertentu. Prinsip demikian terus dijalankan oleh
Nabi Muhammad. Kebijaksanaan beliau yang terkait dengan hukum yang tertuang dalam
sunnahnya banyak mencerminkan kearifan beliau terhadap tradisi-tradisi para sahabat atau
masyarakat. Ansori, Hukum Islam dan Tradisi Masyarakat,Jurnal Studi Islam dan Budaya
(Ibda’).Vol.5 No.1 Januari-Juni 2007,P3M STAIN Purwekerto,2007.hlm.1. dan S. Waqar Ahmad
Husaini, Sistem Pembinaan Masyarakat Islam (tru Terj), Cet.1,(Bandung : Pustaka,1983).hlm.7374.
8
Muhammad Abdul Wahab, dkk, al-Madkhul ila Dirasati al-Maza>hib al-Fiqhiyyah
(Qahira:Dar as-Salam, 1422 H/2001 M). Hlm. 70. Lihat juga, Muhammad Amim al-Ihsan alMajdudi al-Barkati, Qawa>id al-Fiqh (Karatisyi:al-Shadaf Bibaltiraz, 1407 H/1986 M). Hlm. 369.
9
Ibnu Amir al-Hajj, al-Taqri>r wa al-Tahbir (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Cet Ke-III
1983). Hlm. 282.
10
Hal ini menunjukkan bahwa suatu perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang
menurut hukum akal, tidak dinamakan adat. Definisi ini juga menunjukkan bahwa adat itu
mencakup persoalan yang amat luas , yang menyangkut permasalahan pribadi, seperti kebiasaan
seseorang dalam tidur atau permasalahan yang menyangkut orang banyak, yaitu sesuatu yang
menyangkut hasil pemikiran yang baik dan yang buruk. Adat juga bisa muncul dari sebab alami,
seperti cepatnya seorang anak menjadi baligh di daerah tropis atau cepatnya tanaman berbuah
didaerah tropis ,dan sebaliknya lambatnya seseorang menjadi baligh untuk daerah dingin dan
kelambatan tanaman berbuah. Disamping itu adat juga bisa muncul dari hawa nafsu dan kerusakan

20

Adapun ‘Urf menurut ulama ushul fikih ialah :
11

‫ﻣﺎ اﺳﺘﻘﺮ ﻓﻲ اﻟﻨﻔﻮس ﻣﻦ ﺟﻬﺔ اﻟﻌﻘﻮل وﺗﻠﻘﺘﻪ اﻟﻄﺒﺎع اﻟﺴﻠﻴﻤﺔ ﺑﺎﻟﻘﺒﻮل‬

“Keadaan yang sudah tetap pada jiwa manusia, dibenarkan oleh akal dan
diterima pula oleh tabiat yang sejahtera.”12
13

‫ﻋﺎدة ﺟﻤﻬﻮر ﻗﻮم ﻓﻰ ﻗﻮل او ﻓﻌﻞ‬

“Kebiasaan mayoritas kaum baik dalam perkataan atau perbuatan.”14
Sedangkan Dr Wahbah Zuhaily mendefinisikan ‘urf sebagai berikut :

‫اﻟﻌﺮف ﻫﻮ ﻣﺎاﻋﺘﺎدﻩ اﻟﻨﺎس وﺳﺎروا ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﻛﻞ ﻓﻌﻞ ﺷﺎع ﺑﻴﻨﻬﻢ اوﻟﻔﻆ ﺗﻌﺎرﻓﻮا اﻃﻼ ﻗﻪ ﻋﻠﻰ‬
15

.‫اﻟﺠﻤﺎﻋﻴﺔ‬

‫ﻣﻌﻨﻰ ﺧﺎص ﻻﺗﺆﻟﻔﻪ اﻟﻠﻐﺔ وﻻﻳﺘﺒﺎدر ﻏﻴﺮﻩ ﻋﻨﺪ ﺳﻤﺎﻋﻪ وﻫﻲ ﺑﻤﻌﻨﻰ اﻟﻌﺎدة‬

"Sesuatu yang biasa dikerjakan dan dijalankan atau dilakukan dan diikuti oleh
manusia dari setiap perbuatan yang yang telah diketahui diantara mereka, atau
berupa lafadz yang keumumannya diakui mengandung arti khusus yang tidak
tersusun dalam suatu kaedah bahasa dan juga tidak terlintas arti lain saat
mendengarnya. Urf ini juga dapat dinamakan juga al-Adat al-Jamaiyyah (adat
kolektif)”.

akhlak, Seperti Korupsi, sebagaimana adat bisa muncul dari kasus-kasus tertentu seperti perubahan
budaya suatu daerah yang disebabkan pengaruh budaya asing.
11
Muhammad Sidqi bin Ahmad bin Muhammad Ali Burnu al-Harits al