Perumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Manfaat Penelitian

Di Indonesia, survei sederhana juga pernah dilakukan oleh Prof. Dr. Gulardi dan dr. A. Basalamah, terhadap 64 rumah sakit di Jakarta pada tahun 1993. Hasilnya tercatat dari 17.665 kelahiran sebanyak 35.7 – 55.3 melahirkan dengan operasi sesarea. Sementara data lain dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, persalinan sebanyak 404 perbulan, 30 diantaranya merupakan persalinan sesarea, 13,7 disebabkan oleh gawat janin Kasdu, 2003. Tindakan seksio sesarea darurat di RSU Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2006 sebanyak 642. RSU Dr. Pirngadi Medan adalah salah satu unit pelayanan kesehatan yang banyak dikunjungi oleh masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan dibidang kebidanan. Dimana setelah diadakan studi kasus di RSU Dr. Pirngadi Medan masih banyak ditemui pertolongan persalinan dengan menggunakan seksio sesarea. Melihat keadaan tersebut maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui dan mengkaji lebih jauh tentang luaran ibu dengan persalinan seksio sesarea darurat di RSU Dr. Pirngadi Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah luaran ibu pada persalinan seksio sesarea darurat di RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari – Maret tahun 2008. Universitas Sumatera Utara 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran luaran ibu pada persalinan seksio sesarea darurat di RSU Dr. Pirngadi Medan periode Januari-Maret 2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran ibu yang melahirkan secara seksio sesarea berdasarkan jumlah kematian ibu. 2. Mengetahui gambaran ibu yang melahirkan secara seksio sesarea berdasarkan jumlah kesakitan ibu 3. Mengetahui gambaran ibu yang melahirkan secara seksio sesarea berdasarkan lamanya rawatan. 4. Mengetahui gambaran ibu yang melahirkan secara seksio sesarea berdasarkan indikasi operasi 5. Mengetahui gambaran ibu yang melahirkan secara seksio sesarea berdasarkan asal rujukan

1.4. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana luaran ibu pada persalinan dengan seksio sesarea di RSU Dr. Pirngadi Medan berdasarkan angka mortalitas ibu, angka kesakitan ibu, indikasi, lama rawatan dan asal rujukan. Universitas Sumatera Utara

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Penulis 1. Menambah wawasan pengetahuan penulis dalam penerapan ilmu yang didapatkan selama mengikuti pendidikan. 2. Menambah wawasan penulis tentang seksio sesarea. 1.5.2. Bagi Pendidikan Kebidanan Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran USU tentang luaran ibu pada persalinan. 1.5.3. Bagi RSU Dr. Pirngadi Medan Sebagai bahan masukan bagi RSU Dr. Pirngadi Medan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya bagi ibu hamil, bersalin khususnya pada seksio seksio sesarea darurat. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi janin + uri yang dapat hidup ke dunia dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Partus persalinan menurut cara persalinan : 1. Partus biasa normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. 2. Partus luar biasa abnormal ialah pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi sesarea Mochtar, 1993. Istilah sesarea sendiri berasal dari bahasa Latin Caedere yang artinya memotong atau menyayat. Tindakan yang dilakukan tersebut bertujuan untuk melahirkan bayi melalui tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim. Menurut sejarah seksio sesarea, bayi terpaksa dilahirkan melalui cara ini apabila persalinan alami sudah dianggap tidak efektif Kasdu, 2003. Seksio sesarea yang diputuskan mendadak, tanpa perawatan pre-operatif yang memadai, dan tanpa direncanakan sebelumnya disebut seksio sesarea emergensi Hasiholan, 2007. Universitas Sumatera Utara 2.2. Indikasi Melahirkan dengan cara bedah atau seksio sesarea tidak bisa diputuskan begitu saja oleh dokter karena resiko yang mungkin dialami akibat pembedahan harus dipertimbangkan, baik dari segi kesehatan ibu maupun bayinya. Seksio sesarea ini seharusnya dilakukan jika keadaan medis memerlukannya. Artinya janin atau ibu dalam keadaan gawat darurat dan hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan seksio sesarea. Itu sebabnya harus ada alasan yang jelas untuk melakukan tindakan pembedahan. Hal ini karena bentuk operasi apapun selalu mengandung resiko sehingga harus ada indikasi yang jelas. Tindakan operasi diputuskan oleh penolong persalinan, bertujuan untuk memperkecil terjadinya resiko yang membahayakan jiwa ibu atau bayinya. Namun, dalam kehamilan sehat, persalinan secara alami jauh lebih aman. Meskipun demikian kini banyak pasien yang dengan sengaja meminta persalinan dengan jalan operasi walaupun tanpa alasan medis yang tepat. Pada keadaan ini semuanya memang kembali pada etika profesi kedokteran. Pada umumnya dokter akan menilai dan mengambil keputusan yang terbaik dalam membantu suatu proses persalinan Kasdu, 2003. Mengenai kontraindikasi, perlu diingat bahwa seksio sesarea dilakukan baik untuk kepentingan ibu maupun untuk kepentingan anak, oleh sebab itu seksio sesarea tidak dilakukan kecuali dalam keadaan terpaksa. Universitas Sumatera Utara Adapun indikasi seksio sesarea adalah : 1. Indikasi Ibu : • Panggul sempit absolut • Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi • Stenosis serviks vagina • Plasenta previa • Disproporsi sefalopelvik • Ruptura uteri membakat • Pre eklamsi dan eklamsi • Partus lama • Partus tak maju Hanifa, 2001. 2. Indikasi Janin : • Kelainan letak • Letak Lintang • Letak Sungsang • Letak Defleksi • Gawat janin • Gemelli Hanifa, 2001. Universitas Sumatera Utara Lagrew, dkk. melaporkan dari satu rumah sakit di California Amerika Serikat tahun 1998–2004, bahwa ada dua indikasi untuk “seksio sesarea emergensi darurat atau crash cesarean delivery” yang sering dijumpai di rumah sakit tersebut, yaitu gawat janin sebesar 78,5 yang didiagnosa pada saat tanda–tanda persalinan belum timbul, dan pada saat persalinan intrapartum; indikasi kedua adalah talipusat menumbung sebesar 7,9; sedangkan untuk “seksio sesarea emergensi” indikasi utamanya adalah partus tak maju atau distosia. Kelompok ibu yang mengalami seksio sesarea emergensi pada penelitian i, sebanyak 336 81,51 orang, tidak pernah mendapat perawatan antenatal di RSHAM atau di RSPM. Diagnosa partus tak maju atau distosia sebanyak 226 50,33 kasus adalah merupakan indikasi seksio sesarea emergensi yang paling sering pada penelitian ini Hasiholan, 2007 2.3. J enis-jenis Seksio Sesarea Beberapa jenis seksio sesarea : • Seksio sesarea transperitonealis profunda dengan insisi di bawah segmen bawah uterus. • Seksio sesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri. • Seksio sesarea ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum perietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal. Universitas Sumatera Utara Menurut jurusan sayatan pada rahim seksio sesarea dilakukan dengan sebagai berikut: 1. Sayatan memanjang longitudinal menurut Kronig. 2. Sayatan melintang transversal menurut Kerr. 3. Sayatan huruf T T-incision. Seksio sesarea klasik Dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. Keuntungannya : • Mengeluarkan janin lebih cepat • Tidak dijumpai kompliksi kandung kemih tertarik • Sayatan bisa diperpanjang atau distal Kerugiannya : Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri spontan. Seksio sesarea isthmika profunda Dengan sayatan melintang konkaf pada segman bawah rahim low cervical transversal kira-kira 10 cm. Keuntungannya : • Menjahit luka dengan lebih mudah Menurut Evidance Medicine sekarang tidak dilakukan penjahitan peritoneum reperitonealisasi karena peritoneum tumbuh sendiri dari bawah keatas tertutup sendiri. Universitas Sumatera Utara • Pendarahan kurang Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan kurang lebih kecil. Kerugiannya : • Luka bisa melebar kiri dan kanan dan ke bawah sehingga dapat menyebabkan arteri uterine putus menyebabkan pendarahan yang banyak. • keluhan pada kandung kemih pasca operasi tinggi Hanifa,2001. 2.4. Morbiditas dan Mortalitas pada Seksio Sesarea Kurang lebih 90 dari morbiditas pascaoperasi disebabkan oleh infeksi infeksi pada rahimendometritis, alat-alat berkemih, usus, dan luka operasi. Tanda-tanda infeksi antara lain demam tinggi, perut nyeri, kadang-kadang disertai lokia berbau, nyeri bila buang air kecil, luka operasi bernanah, luka operasi terbuka dan sepsis infeksi yang sangat berat. Bila mencapai keadaan sepsis, risiko kematian ibu akan tinggi sekali. Hal-hal yang memudahkan terjadinya faktor predisposisi komplikasi antara lain persalinan dengan ketuban pecah lama, ibu menderita anemia, hipertensi, sangat gemuk, gizi buruk, sudah menderita infeksi saat persalinan, dan dapat juga disebabkan oleh penyakit lain pada ibu seperti ibu penderita diabetes mellitus sakit gula. Antibiotik profilaksis dapat menurunkan terjadinya risiko infeksi pada operasi. FRIGOLETTO, dkk 1980 melaporkan, di Boston Hospital for Women angka kematian ibunya nol pada 10.231 kasus. Tetapi mereka juga mengemukakan bahwa angka kematian dan kesakitan lebih tinggi pada persalinan dengan operasi Universitas Sumatera Utara caesar dibanding persalinan per vaginam, karena ada peningkatan risiko yang berhubungan dengan proses persalinan sampai pada keputusan dilakukan operasi caesar. Misalnya pada ibu yang dioperasi caesar karena eklampsia keracunan kehamilan yang mengakibatkan kejang, risiko kematian akan tinggi karena risikonya meningkat, baik akibat kejang ataupun operasinya sendiri. Kematian ibu akibat risiko operasi caesar itu sendiri menunjukkan angka 1 per 1.000 persalinan Adjie, 2002. Angka kematian ibu pada seksio sesarea juga tidak terlepas dari kondisi ibu yang dirujuk ke rumah sakit, kualitas penanganan kehamilan risiko tinggi, kualitas perawatan pre-intra-post seksio sesarea, kecukupan persediaan darah dan antibiotika. Pada tahun 1975–1979, urutan penyebab utama kematian ibu di RSPM adalah infeksi, perdarahan, dan preeklampsia berateklampsia. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hasiholan 1997 , persentase kelompok komplikasi berat atau operasi ulangan, perdarahan dan dapat transfusi darah, secara bermakna terbanyak pada kelompok seksio sesarea emergensi dibanding kelompok persalinan pervaginam dan kelompok seksio sesarea elektif Hasiholan, 2007. 2.5. Pascaoperasi Seksio Sesarea 2.5.1 Perawatan Pascaoperasi Setelah dari ruang operasi, pasien akan dibawa ke ruang pemulihan. Di ruang ini, berbagai pemeriksaan akan dilakukan, meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran, sirkulasi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, jumlah urin yang Universitas Sumatera Utara tertampung di kantong urin, jumlah darah dalam tubuh, serta jumlah dan bentuk cairan lokhia. Ini untuk memastikan tidak ditemukannya gumpalan darah yang abnormal atau perdarahan yang berlebihan. Kondisi rahimrahim dan leher rahim serviks juga akan diperiksa untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi normal. Selain itu, dokter juga akan memantau keadaan emosional secara umum. Semua pemantauan ini untuk mengetahui kesehatan ibu dan bayinya. Ketidaknormalan atau gangguan kesehatan tubuh dapat diketahui melalui tanda- tanda tubuh yang muncul, serta semua alat monitoring tadi, termasuk apakah ibu dapat menyusui bayinya atau tidak. Oleh karena itu pemeriksaan dan monitoring akan dilakukan beberapa kali sampai tubuh ibu dinyatakan dalam keadaan sehat. Biasanya pemeriksaan akan dilakukan setiap empat jam sekali pada hari pertama dan kedua, dan dua kali sehari pada hari ketiga sampai saatnya pulang kembali ke rumah. Setelah operasi, ibu juga tidak langsung minum atau makan. Kedua hal itu baru boleh dilakukan jika fungsi organ sudah kembali normal. Umumnya fungsi gastrointestinal organ pencernaan akan kembali normal 12 jam setelah operasi. Awalnya, pasien dapat diberikan diet cair sedikit demi sedikit, baru kemudian makanan padat beberapa saat kemudian Kasdu, 2003. 2.5.2. Ruang Perawatan Setelah melewati tahap kritis di ruang pemulihan, biasanya pasien dipindahkan ke ruang rawat inap. Persalinan yang dilakukan dengan operasi membutuhkan rawat inap yang lebih lama di rumah sakit. Hal ini tergantung dari Universitas Sumatera Utara cepat lambatnya kesembuhan ibu akibat proses pembedahan. Biasanya hal ini membutuhkan waktu sekitar 3-5 hari setelah operasi. Pada hari ke-5, apabila tidak ada komplikasi, ibu diperbolehkan pulang ke rumah. Bekas Luka Selama masih dalam perawatan di rumah sakit, luka bekas irisan operasi akan terus dipantau oleh perawat karena dikhawatirkan terjadinya perdarahan atau infeksi pada bekas luka tersebut. Jahitan bekas luka di perut ibu akan ditutupi oleh kain kasa lembut. Kasa perut harus dilihat satu hari pasca bedah. Apabila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti. Umumnya, kasa perut dapat diganti pada hari ke 3-4 sebelum pulang dan seterusnya pasien menggantinya setiap hari. Luka dapat diberi salep betadin sedikit. Apabila jahitan luka tidak terserap otomatis, jahitan perlu dibuka. Hal ini patut dilakukan lima hari pascabedah dengan menimbulkan sedikit rasa tidak enak Kasdu, 2003. 2.6. Komplikasi Seksio Sesar ea Resiko operasi seksio sesarea banyak dan serius, sehingga jauh lebih berbahaya dibanding persalinan normal. Dan yang harus memikul resiko itu tak cuma ibu, bayi juga. 2.6.1.Resiko operasi sesarea. Resiko pada Ibu : A. Resiko J angka Pendek Universitas Sumatera Utara 1. Infeksi pada bekas jahitan Infeksi luka akibat persalinan sesarea beda dengan luka persalinan normal. Luka persalinan normal sedikit dan mudah terlihat, sedangkan luka sesarea lebih besar dan berlapis-lapis. Bila penyembuhan tak sempurna, kuma lebih mudah menginfeksi sehingga luka menjadi lebih parah. Bukan tak mungkin dilakukan jahitan ulang. 2. Infeksi rahim Infeksi rahim terjadi jika ibu sudah kena infeksi sebelumnya, missal mengalami pecah ketuban. Saat dilakukan operasi, rahimpun terinfeksi. Apalagi jika antibiotik 3. Keloid Keloid atau jaringan parut muncul pada organ tertentukarena pertumbuhan berlebihan sel-sel pembentuk organ tersebut. Ukuran sel meningkat dan terjadilah tonjolan jaringan parut. Perempuan yang punya kecenderungan keloid tiap mengalami luka niscaya mengalami keloid pada sayatan bekas operasinya. 4. Cedera pembuluh darah Pisau atau gunting yang dipakai dalam operasi berisiko mencederai pembuluh darah. Misalnya tersayat. Kadang cedera terjadi pada penguraian pembuluh darah yang melengket. Ini adalah salah satu sebab mengapa darah yang keluar pada persalinan sesarea lebih banyak dibandingkan persalinan normal. Universitas Sumatera Utara 5. Cedera pada kandung kemih Kandung kemih melekat pada dinding rahim. Saat operasi sesarea dilakukan, organ ini bisa saja terpotong. Perlu dilakukan operasi lanjutan untuk memperbaiki kandung kemih yang cedera tersebut. 6. Perdarahan Perdarahan tak bisa dihindari dalam proses persalinan. Namun, darah yang hilang lewat operasi sesarea dua kali lipat dibanding lewat persalinan normal. 7. Air Ketuban Masuk ke Pembuluh Darah Selama operasi sesarea berlangsung pembuluh darah terbuka. Ini memungkinkan komplikasi berupa masuknya air ketuban ke dalam pembuluh darah embolus. Bila embolus mencapai paru-paru, terjadilah apa yang disebut pulmonary embolism. Jantung dan pernapasan ibu bisa terhenti secara tiba-tiba. Terjadilah kematian mendadak. 8. Pembekuan Darah Pembekuan darah bisa terjadi pada urat darah halus di bagian kaki atau organ panggul. Jika bekuan ini mengalir ke paru-paru, terjadilah embolus. Universitas Sumatera Utara 9. Kematian Saat Persalinan Beberapa penelitian menunjukkan, angka kematian ibu pada operasi sesarea lebih tinggi dibanding persalinan normal. Kematian umumnya disebabkan kesalahan pembiusan, atau perdarahan yang tak ditangani dengan cepat. 10. Kelumpuhan Kandung Kemih Usai operasi sesarea, ada kemungkinan ibu tak bisa buang air kecil karena kandung kemihnya kehilangan daya gerak lumpuh. Ini terjadi karena saat proses pembedahan berlangsung, kandung kemih terpotong 11. Hematoma Hematoma adalah perdarahan dalam rongga tertentu. Jika ini terjadi, selaput di samping rahim akan membesar membentuk kantung akibat pengumpulan darah terus-menerus. Akibatnya fatal -- kematian ibu. Sebenarnya, kasus ini juga bisa terjadi pada persalinan normal. Tapi mengingat risiko perdarahan pada operasi sesarea lebih tinggi, risiko hematoma pun lebih besar. 12. Usus Terpilin Operasi sesarea mengakibatkan gerak peristaltik usus tak bagus. Kemungkinan karena penanganan yang salah akibat manipulasi usus, atau perlengketan usus saat mengembalikannya ke posisi semula. Akibatnya ibu sulit buang air besar dan buang angin karena ususnya seperti terpilin. Rasanya sakit sekali dan harus dilakukan operasi ulang. Universitas Sumatera Utara 13. Keracunan Darah Keracunan darah pada operasi sesarea dapat terjadi karena sebelumnya ibu sudah mengalami infeksi. Ibu yang di awal kehamilan mengalami infeksi rahim bagian bawah, berarti air ketubannya sudah mengandung kuman. Jika ketuban pecah dan didiamkan, kuman akan aktif sehingga vagina berbau busuk karena bernanah. Selanjutnya, kuman masuk ke pembuluh darah ketika operasi berlangsung, dan menyebar ke seluruh tubuh. Keracunan darah yang berat menyebabkan kematian. Resiko J angka Panjang 14. Masalah Psikologis Berdasarkan penelitian, perempuan yang mengalami operasi sesarea punya perasaan negatif usai menjalaninya tanpa memperhatikan kepuasan atas hasil operasi. Depresi pascapersalinan juga merupakan masalah yang sering muncul. Beberapa mengalami reaksi stres pascatrauma berupa mimpi buruk, kilas balik, atau ketakutan luar biasa terhadap kehamilan. Masalah psilokogis ini lama-lama akan mengganggu kehidupan rumah tangga atau menyulitkan pendekatan terhadap bayi. Hal ini bisa muncul jika ibu tak siap menghadapi operasi. 15. Pelekatan Organ Bagian Dalam Penyebab pelekatan organ bagian dalam pascaoperasi sesarea adalah tak bersihnya lapisan permukaan dari noda darah. Terjadilah pelengketan yang Universitas Sumatera Utara menyebabkan rasa sakit pada panggul, masalah pada usus besar, serta nyeri saat melakukan hubungan seksual. Jika kelak dilakukan operasi sesarea lagi, pelekatan bisa menimbulkan kesulitan teknis sehingga melukai organ lain, seperti kandung kemih atau usus. 16. Pembatasan Kehamilan Dulu, perempuan yang pernah menjalani operasi sesarea hanya boleh melahirkan tiga kali. Kini, dengan teknik operasi yang lebih baik, ibu memang boleh melahirkan lebih dari itu, bahkan sampai lima kali. Tapi risiko dan komplikasinya makin berat. C. Resiko Persalinan Berikutnya 17. Sobeknya Jahitan Rahim Ada tujuh lapis jahitan yang dibuat saat operasi sesarea. Yaitu jahitan pada kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim. Jahitan rahim ini bisa sobek pada persalinan berikutnya. Makin sering menjalani operasi sesarea, makin tinggi risiko terjadinya sobekan Somad, 2005. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan studi kepustakaan, maka dapat disusun kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Bagan 3.1 Kerangka Konsep

3.2. Defenisi Operasional

1. Angka kematian ibu adalah jumlah ibu yang meninggal mulai selama ibu dirawat di rumah sakit sampai setelah seksio sesarea darurat. Cara mengukur : mencatat jumlah ibu post operasi seksio sesarea yang meninggal melalui medical record Skala : Numerik LUARAN IBU : - Angka Kematian Ibu - Angka Kesakitan Ibu - Indikasi - Lama Rawatan - Asal Rujukan PERSALINAN SEKSIO SESAREA DARURAT Universitas Sumatera Utara