Gambaran Seksio Sesarea Darurat pada Persalinan di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2013
Gambaran Seksio Sesarea Darurat pada Persalinan di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2013
Oleh:
DEBORA ANGELINA 110100106
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
Gambaran Seksio Sesarea Darurat pada Persalinan di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
DEBORA ANGELINA 110100106
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(3)
(4)
ABSTRAK
Seksio sesarea darurat merupakan suatu tindakan yang diputuskan mendadak tanpa perawatan preoperatif yang memadai, dan tanpa direncanakan sebelumnya. Kini insidensi seksio sesarea di dunia semakin meningkat. Tindakan ini memiliki risiko terjadi kesakitan dan kematian maternal dan fetal yang lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam, terlepas prosedur itu elektif atau darurat. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2013.
Ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain potong lintang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik total sampling dimana seluruh ibu yang menjalani seksio sesarea darurat menjadi subjek penelitian. Data penelitian didapatkan melalui data pada rekam medis pasien.
Dari 210 subjek penelitian didapatkan angka terjadinya seksio sesarea darurat tertinggi terdapat pada pasien yang berasal dari rujukan puskesmas di Medan (37.6%), dengan usia antara 20-35 tahun (81.4%), primigravida (40%), usia gestasi aterm (77.1%), dengan indikasi seksio berulang (25.7%) dan hipertensi dalam kehamilan (16.2%), memiliki lama rawat ≤ 7 hari (92.9%). Jumlah kematian ibu 1 orang (0.5%) dan bayi 8 orang (3.7%).
Berdasarkan hasil penelitian, diperlukan adanya penyuluhan kepada tenaga kesehatan serta ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan antenatal yang rutin serta meningkatkan kualitas sistem rujukan.
(5)
ABSTRACT
Emergency cesarean section is a procedure which is decided incidentally without proper preoperative care and plan beforehand. Nowadays the worldwide incidence of cesarean section has increased more. The procedure has higher risk for maternal and fetal morbidity and mortality compare to spontaneous delivery, regardless it is elective or emergency. The aim of this study is to describe the emergency cesarean section among childbirth in dr. Pirngadi General Hospital Medan in 2013.
This was a descriptive study using cross sectional design. This study used total sampling technique where all mothers who underwent emergency cesarean section became the subject of this study. Data of this study were obtained through patient’s medical record.
The 210 subjects of this study showed that emergency cesarean section were highly experienced by patients referred from health center in Medan (37.6%) whose ages between 20-35 years (81.4%), primigravida (40%), aterm (77.1%), with history of previous cesarean section (25.7%) and hipertension in pregnancy (16.2%) as the indication of procedure, had a length of hospital stay ≤ 7 days (92.9%). The number of maternal death is one (0.5%) and the number of fetal death is eight (3.7%).
Based on the result of this study, it is necessary to educate the health care personnels and pregnant women to have a routine antenatal examination and to improve the quality of referral system.
Key words : Emergency cesarean section, description
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan hasil Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Seksio Sesarea Darurat pada Persalinan di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2013”.
Dalam penulisan proposal penelitian ini, penulis menerima bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Kepada dr. Christoffel L. Tobing, Sp.OG (K) selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, serta masukan mulai dari awal penyusunan penelitian, pelaksanaan di lapangan, serta penulisan laporan hasil penelitian ini. Juga kepada dr. Rahmat Syah DMM, SpMK dan dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M.Med.Ed selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.
3. Kepada Direktur RSUD dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan izinnya sehingga dapat dilakukan survei pendahuluan serta pelaksanaan penelitian ini.
4. Teristimewa dan tercinta kedua orang tua, Papa (Leonidas BSL. Tobing) dan Mama (Yanecke Imelda Heydemans), serta adik-adik (Timothy Henry Tobing dan Yoshua Augusta Tobing), yang tidak henti-hentinya mendoakan, dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan laporan penelitian ini.
(7)
5. Sahabatku Evelin Simarmata dan Grace Roseliny Pangaribuan atas kebersamaan serta dukungannya selama perkuliahan dan menjalani proses penelitian ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan laporan penelitian ini.
Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam laporan hasil penelitian ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Terima Kasih.
Medan, Desember 2014 Penulis
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN………...………... i
ABSTRAK... ii
ABSTRACT... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI………... vi
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR SINGKATAN... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah... 3
1.3. Tujuan Penelitian... ... 4
1.3.1.Tujuan Umum... 4
1.3.2.Tujuan Khusus... 4
(9)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 6
2.1. Seksio Sesarea... 6
2.1.1. Definisi Seksio Sesarea... 6
2.1.2. Klasifikasi Seksio Sesarea... 6
2.1.3. Indikasi Seksio Sesarea... 8
2.1.4. Kontraindikasi Seksio Sesarea... 15
2.1.5. Manajemen Preoperatif Seksio Sesarea... 15
2.1.6. Prosedur Operatif Seksio Sesarea... 15
2.1.7. Manajemen Paska Operatif Seksio Sesarea... 16
2.1.8 Komplikasi Seksio Sesarea... 16
2.1.9. Mortalitas dan Morbiditas pada Seksio Sesarea... 17
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….... 19
3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 19
3.2. Definisi Operasional... 19
BAB 4 METODE PENELITIAN... 23
4.1. Rancangan Penelitian ... 23
(10)
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23
4.3.1. Populasi... 23
4.3.2. Sampel... 23
4.4. Metode Pengumpulan Data... 24
4.5. Metode Analisis Data... 24
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 25
5.1. Hasil Penelitian... 25
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 25
5.1.2. Deskripsi Data Penelitian... 25
5.1.4. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Asal Pasien 25
5.1.5. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Usia Ibu... 26
5.1.6. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Status Gravida... 27
5.1.7. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Usia Gestasi 28
5.1.8. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Indikasi.... 28
5.1.9. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Keadaan Ibu 30
5.1.10. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Lama Rawat... 30
(11)
5.1.11. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Keadaan
Bayi... 31
5.2. Pembahasan... 31
5.2.1. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Asal Pasien 31
5.2.2. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Usia Ibu... 32
5.2.3. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Status Gravida... 33
5.2.4. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Usia Gestasi 33 5 .2.5.Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Indikasi... 34
5.2.6 Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Keadaan Ibu 35 5.2.7. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Lama Rawat... 36
5.2.8. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Keadaan Bayi... 36
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 38
6.1. Kesimpulan... 38
(12)
DAFTAR PUSTAKA... 40 LAMPIRAN
(13)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 5.1. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Asal Pasien 26
Tabel 5.2. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Usia Ibu 27
Tabel 5.3. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Status Gravida 27
Tabel 5.4. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Usia Gestasi 28
Tabel 5.5 Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Indikasi 29
Tabel 5.6. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Keadaan Ibu 30
Tabel 5.7. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Lama Rawat 31
Tabel 5.8. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Keadaan Bayi 31
(14)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
(15)
DAFTAR SINGKATAN
DKI : Daerah Khusus Ibukota dr : Dokter
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KJDK : Kematian Janin Dalam Kandungan PEB : Preeklampsia Berat
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah WHO : World Health Organization
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup LAMPIRAN 2 Data Induk
LAMPIRAN 3 Output Data Hasil Penelitian LAMPIRAN 4 Lembar Ethical Clearence LAMPIRAN 5 Surat Tanda Selesai Penelitian
(17)
ABSTRAK
Seksio sesarea darurat merupakan suatu tindakan yang diputuskan mendadak tanpa perawatan preoperatif yang memadai, dan tanpa direncanakan sebelumnya. Kini insidensi seksio sesarea di dunia semakin meningkat. Tindakan ini memiliki risiko terjadi kesakitan dan kematian maternal dan fetal yang lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam, terlepas prosedur itu elektif atau darurat. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2013.
Ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain potong lintang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik total sampling dimana seluruh ibu yang menjalani seksio sesarea darurat menjadi subjek penelitian. Data penelitian didapatkan melalui data pada rekam medis pasien.
Dari 210 subjek penelitian didapatkan angka terjadinya seksio sesarea darurat tertinggi terdapat pada pasien yang berasal dari rujukan puskesmas di Medan (37.6%), dengan usia antara 20-35 tahun (81.4%), primigravida (40%), usia gestasi aterm (77.1%), dengan indikasi seksio berulang (25.7%) dan hipertensi dalam kehamilan (16.2%), memiliki lama rawat ≤ 7 hari (92.9%). Jumlah kematian ibu 1 orang (0.5%) dan bayi 8 orang (3.7%).
Berdasarkan hasil penelitian, diperlukan adanya penyuluhan kepada tenaga kesehatan serta ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan antenatal yang rutin serta meningkatkan kualitas sistem rujukan.
(18)
ABSTRACT
Emergency cesarean section is a procedure which is decided incidentally without proper preoperative care and plan beforehand. Nowadays the worldwide incidence of cesarean section has increased more. The procedure has higher risk for maternal and fetal morbidity and mortality compare to spontaneous delivery, regardless it is elective or emergency. The aim of this study is to describe the emergency cesarean section among childbirth in dr. Pirngadi General Hospital Medan in 2013.
This was a descriptive study using cross sectional design. This study used total sampling technique where all mothers who underwent emergency cesarean section became the subject of this study. Data of this study were obtained through patient’s medical record.
The 210 subjects of this study showed that emergency cesarean section were highly experienced by patients referred from health center in Medan (37.6%) whose ages between 20-35 years (81.4%), primigravida (40%), aterm (77.1%), with history of previous cesarean section (25.7%) and hipertension in pregnancy (16.2%) as the indication of procedure, had a length of hospital stay ≤ 7 days (92.9%). The number of maternal death is one (0.5%) and the number of fetal death is eight (3.7%).
Based on the result of this study, it is necessary to educate the health care personnels and pregnant women to have a routine antenatal examination and to improve the quality of referral system.
Key words : Emergency cesarean section, description
(19)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Seksio sesarea adalah salah satu prosedur operatif tertua di dunia. Sibuea (2007) mengatakan bahwa, “Seksio sesarea yang diputuskan mendadak, tanpa perawatan pre-operatif yang memadai, dan tanpa direncanakan sebelumnya disebut dengan seksio sesarea darurat. Selain itu, seksio sesarea yang dilakukan atas permintaan ibu atau keluarga tanpa indikasi medis atau dengan indikasi medis sebelum timbul tanda-tanda persalinan, atau dengan indikasi medis dan perawatan pre-operatif yang baik disebut dengan seksio sesarea elektif.”
Selama beberapa dekade terakhir ini, seksio sesarea telah menjadi suatu prosedur operatif yang umum dilakukan, dengan proporsi wanita yang melahirkan melalui seksio sesarea meningkat seiring waktu di semua negara berkembang. Estimasi global pada 126 negara di sekitar abad ini menunjukan bahwa rata-rata 15% dari proses kelahiran adalah seksio sesarea, meskipun dengan variasi yang berbeda di setiap wilayah maupun negara (Betran et al., 2007). Dari tahun 1970 sampai tahun 2007, frekuensi kelahiran dengan seksio sesarea di Amerika Serikat meningkat dari 4.5% per kelahiran total menjadi 31.8% per kelahiran total (Hamilton et al., 2009; MacDorman et al., 2008). Pada tahun 2007, 30.9% wanita Australia melahirkan dengan metode seksio sesarea, yang telah meningkat dari 21% pada tahun 1998 (Laws, 2009).
Di Eropa, frekuensi seksio sesarea bervariasi, dengan frekuensi 15% di Norwegia dan Belanda, sekitar 17% di Swedia dan Finlandia, dan 37.8% di Italia (Zeitlin, 2013). Di Inggris, frekuensi seksio sesarea secara keseluruhan sedikit lebih rendah, mendekati 25% per kelahiran total dari tahun 2007 sampai tahun 2008; akan tetapi frekuensi ini meningkat sekitar 50% dari tahun 1995 sampai tahun 1996 (Department
(20)
of Health, 2009). Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013, sebanyak 9.8% persalinan dengan metode seksio sesarea dimana proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19.9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3.3%), sedangkan di Sumatera Utara berkisar 10-15%.
Meningkatnya frekuensi seksio sesarea di negara-negara berkembang dapat dikarenakan oleh adanya penggunaan monitor kardiotokografi secara kontinu selama persalinan, praktik defensif dan seksio sesarea berulang. Di negara berkembang seperti Nigeria, seksio sesarea primer sebagian besar disebabkan oleh disproporsi fetopelvik. (Festin et al., 2009 ; Ikeako et al., 2009) Sedangkan di Indonesia, seksio sesarea umumnya dilakukan bila ada indikasi medis tertentu, sebagai tindakan mengakhiri kehamilan dengan komplikasi.
Sebuah penelitian meninjau prevalensi seksio sesarea serta indikasinya pada sembilan rumah sakit di empat negara Asia Tenggara. Indonesia turut berpartisipasi dalam penelitian ini yaitu dua rumah sakit di Yogyakarta menjadi salah satu sampel penelitian. Hasil penelitian memperlihatkan dari 2.086 persalinan yang dilakukan di dua rumah sakit di Yogyakarta, sebanyak 29,6%, yaitu 617 persalinan dilakukan secara seksio sesarea. Indikasi terbanyak adalah malpresentasi, riwayat seksio sesarea sebelumnya, serta disproporsio fetopelvik (Festin et al., 2009).
Menurut Kasdu (2003) dalam Bintang (2008), “Hasil survei yang dilakukan oleh Gulardi dan Basalamah, terhadap 64 rumah sakit di Jakarta pada tahun 1993, tercatat 17.665 kelahiran, dari angka kelahiran tersebut, sebanyak 35,7-55,3% melahirkan dengan operasi sesarea. Sebanyak 19,5-27,3% diantaranya merupakan operasi sesarea karena adanya komplikasi disproporsi fetopelvik. Berikutnya, operasi sesarea akibat perdarahan hebat yang terjadi selama persalinan sebanyak 11,9-21% dan kelahiran sesarea karena janin sungsang berkisar antara 4,3-8,7%.”
Dalam Sibuea (2007) dipaparkan bahwa, “Lagrew, dkk. melaporkan dari satu rumah sakit di California Amerika Serikat tahun 1998–2004, bahwa ada dua indikasi untuk “seksio sesarea emergensi darurat atau crash cesarean delivery” yang sering
(21)
dijumpai di rumah sakit tersebut, yaitu gawat janin sebesar 78,5% yang didiagnosa pada saat tanda–tanda persalinan belum timbul, dan pada saat persalinan (intrapartum); indikasi kedua adalah tali pusat menumbung sebesar 7,9%; sedangkan untuk “seksio sesarea emergensi” indikasi utamanya adalah partus tak maju atau distosia.”
Dari data statistik yang dipaparkan diatas, kita dapat melihat bahwa frekuensi seksio sesarea semakin meningkat di berbagai belahan dunia meskipun tindakan seksio sesarea memiliki risiko baik selama proses pembedahan, setelah persalinan maupun kehamilan dan persalinan di kemudian hari yang lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Seperti dikatakan Kasdu (2003), bahwa persalinan dengan seksio sesarea lima kali lebih berpotensi untuk mengalami komplikasi dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Komplikasi yang paling sering terjadi oleh karena proses persalinan seksio sesarea adalah perdarahan pasca partus, endometritis, dan infeksi luka (DeCherney et al., 2007).
Oleh karena itu, melihat bahwa masih tingginya risiko terjadi komplikasi paska seksio sesarea maka dirasa perlu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui gambaran seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2013 agar dapat dipahami indikasi-indikasi yang mencetus dilakukannya seksio sesarea darurat beserta karakteristik ibu dan janin demi menuju pelayanan kesehatan ibu dan anak yang lebih baik.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimana gambaran seksio sesarea darurat pada persalinan di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2013?”
(22)
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran seksio sesarea darurat pada persalinan di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui seksio sesarea darurat pada persalinan di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2013 berdasarkan asal pasien.
2. Untuk mengetahui seksio sesarea darurat pada persalinan di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2013 berdasarkan usia ibu.
3. Untuk mengetahui seksio sesarea darurat pada persalinan di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2013 berdasarkan status gravida.
4. Untuk mengetahui seksio sesarea darurat pada persalinan di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2013 berdasarkan usia gestasi.
5. Untuk mengetahui seksio sesarea darurat pada persalinan di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2013 berdasarkan indikasi.
6. Untuk mengetahui seksio sesarea darurat pada persalinan di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2013 berdasarkan luaran ibu.
7. Untuk mengetahui seksio sesarea darurat pada persalinan di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2013 berdasarkan luaran anak.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengalaman akan penelitian serta menerapkan ilmu yang diperoleh selama menempuh perkuliahan di FK USU.
(23)
Memberikan informasi kesehatan kepada para ibu mengenai seksio sesarea khususnya kasus darurat agar dapat lebih memahami kelebihan maupun kekurangan seksio sesarea.
1.4.3. Bagi Instansi Kesehatan
Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan kebijakan Rumah Sakit guna proses peningkatan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak.
1.4.4. Bagi Fakultas
Sebagai salah satu referensi kepustakaan di perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara bagi penelitian-penelitian di masa yang akan datang.
(24)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Seksio Sesarea
2.1.1. Definisi Seksio Sesarea
Seksio sesarea adalah suatu teknik melahirkan janin melalui insisi dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi). Definisi ini tidak mencakup pengangkatan janin dari rongga abdomen pada kasus ruptur uterus atau kasus kehamilan abdominal (Cunningham et al., 2010).
Berdasarkan sejarah, istilah seksio sesarea berasal dari hukum Romawi, yang dibentuk pada abad ke 8 oleh Kaisar Numa Pompilus, yang memerintahkan prosedur tersebut untuk dilakukan pada wanita dalam keadaan sekarat pada beberapa minggu terakhir kehamilan dengan harapan untuk menyelamatkan sang janin. Selain itu, kata caesarean dibentuk di abad pertengahan dari bahasa Latin caedere, yang berarti memotong (Cunningham et al., 2010).
2.1.2. Klasifikasi Seksio Sesarea
Seksio sesarea secara konvensional dibagi ke dalam dua kelompok yaitu seksio sesarea elektif dan seksio sesarea darurat. Seksio sesarea dapat dilakukan sebagai prosedur elektif ketika adanya risiko yang dapat diprediksi terhadap ibu maupun janin selama persalinan atau adanya indikasi yang terdeteksi untuk dilakukannya prosedur tersebut. Selain itu, digolongkan ke dalam prosedur darurat ketika terjadi komplikasi kehamilan maupun persalinan yang membutuhkan intervensi yang cepat dan segera untuk melahirkan janin. (Kwawukume 2002; Jaiyesimi dan Ojo, 2003)
Menurut Lucas et al. (2000), seksio sesarea berdasarkan tingkatan urgensi dibagi menjadi:
(25)
1. Emergency
Seksio sesarea dimana adanya ancaman langsung terhadap nyawa sang ibu maupun janin.
2. Urgent
Seksio sesarea dimana adanya keadaan penyulit maternal maupun fetal namun tidak segera mengancam nyawa.
3. Scheduled
Seksio sesarea dimana keadaan menuntut persalinan segera namun tidak ada penyulit fetal maupun maternal.
4. Elective
Seksio sesarea yang dilakukan pada waktu yang disesuaikan dengan keinginan ibu dan juga kesiapan tim maternal.
Menurut Benson dan Pernoll (2008), jenis-jenis seksio sesarea yang sering dilakukan adalah:
1. Seksio Sesarea Segmen Bawah
Tindakan ini dilakukan dengan insisi melintang pada peritoneum uterus kira-kira 1 cm dari perlekatan kandung kemih. Kemudian dipisahkan ruang yang menghubungkan antara kandung kemih dan segmen bawah rahim sepanjang 3-4 cm dengan diseksi tumpul dan menarik kandung kemih ke arah simfisis pubis sehingga segmen bawah rahim tampak. Lalu insisi vertikal di garis tengah segmen bawah rahim untuk memasuki uterus lebih jauh. Setelah itu pelahiran janin, plasenta, dan selaput ketuban.
2. Seksio Sesarea Klasik
Seksio sesarea klasik merupakan tindakan yang paling sederhana. Indikasi seksio sesarea klasik adalah plasenta previa, letak janin melintang, atau oblik dan jika persalinan cepat sangat dibutuhkan. Tindakan ini dilakukan melalui insisi vertikal pada bagian bawah korpus uteri (di atas lipatan vesikouteri) melalui peritoneum
(26)
viseral ke dalam miometrium. Setelah masuk ke dalam kavum uterus, insisi diperluas ke arah kaudal dan kranial. Lalu pelahiran bayi, plasenta, dan selaput ketuban.
3. Seksio Sesarea Ekstraperitonial
Tindakan seksio sesarea ekstraperitoneal adalah tindakan dimana memasuki uterus tanpa membuka peritoneum.
2.1.3. Indikasi Seksio Sesarea
Seksio sesarea dilakukan pada kasus-kasus dimana persalinan pervaginam tidak dapat dilakukan ataupun akan memaksakan risiko yang tidak semestinya kepada sang ibu ataupun janin. Dalam beberapa kasus, penilaian yang baik dibutuhkan untuk menentukan apakah seksio sesarea atau persalinan pervaginam yang lebih baik untuk dilakukan (DeCherney et al., 2007).
Berbagai indikasi dilakukannya seksio sesarea adalah: 1. Seksio sesarea berulang
Diktum yang berbunyi “once cesarean always a cesarean” telah dipegang selama bertahun-tahun. Walaupun demikian, seiring munculnya publikasi-publikasi yang mendokumentasikan akan keamanan persalinan pervaginam setelah seksio sesarea dalam berbagai literatur, telah banyak tenaga kesehatan berpindah dari kepercayaan ini. Dorongan terbesar yang mengarahkan kepada terjadinya perubahan ini adalah lebih sedikitnya risiko persalinan pervaginam, lebih sedikit diperlukannya anestesi, kurangnya kesakitan pasca persalinan, waktu rawat inap yang lebih singkat, biaya yang lebih rendah, serta pembentukan ikatan batin dan interaksi ibu dan bayi lebih dini. Namun semakin banyaknya persalinan pervaginam setelah seksio sesarea yang dilakukan di tempat-tempat dimana tindakan ini tidak ideal terlaksana maka semakin meningkat angka komplikasi yang terjadi. Oleh karena itu, faktanya muncul kembali tren untuk mengadopsi diktum “once cesarean always a cesarean” kembali. (DeCherney et al., 2007)
(27)
2. Atas Permintaan Ibu
Seksio sesarea yang dilakukan atas keinginan tanpa adanya indikasi maternal maupun fetal untuk dilakukan tindakan seksio sesarea.
Beberapa alasan yang mendasari para ibu menginginkan persalinan dengan cara seksio sesarea adalah nyeri saat bersalin, rasa takut menghadapi persalinan pervaginam, keinginan untuk melahirkan sesuai waktu yang direncanakan, mencegah kesakitan matenal berupa inkontinesia dan prolaps organ pelvis, mencegah luaran bayi yang buruk seperti kematian intrauterin, trauma lahir, infeksio neonatal. (Ecker, 2013)
Namun demikian, seksio sesarea yang dilakukan atas permintaan ibu memiliki beberapa risiko yaitu lama rawatan yang lebih panjang, meningkatnya risiko masalah pernapasan pada bayi, kemungkinan komplikasi pada kehamilan berikut yang lebih tinggi, mencakup ruptur uterus, masalah implantasi plasenta, dan histerektomi. (American Congress of Obstetricians and Gynecologists, 2013)
3. Primigravida Tua
Primigravida tua adalah keadaan dimana seorang wanita mengalami kehamilan pertama di usia 35 tahun keatas (Padubidri dan Anand, 2006).
Risiko primigravida tua terhadap ibu maupun janin adalah:
1. Adanya kemungkinan timbul fibroid uterus, dan kehamilan bisa menjadi sulit karena aborsi, torsio fibroid, serta persalinan prematur.
2. Dapat terjadi aborsi dan intrauterine growth retardation karena tidak adekuatnya perfusi plasenta.
3. Hipertensi dan diabetes dapat mempersulit kehamilan. 4. Tingginya kejadian seksio sesarea.
5. Risiko pada janin yaitu kelainan kongenital janin, seperti sindroma down dan intrauterine growth retardation.
(28)
4. Distosia
Distosia secara harfiah diartikan sebagai persalinan yang sulit. Ini terjadi ketika persalinan mengalami kemajuan dan kemudian berhenti sama sekali atau menjadi berkepanjangan. Ketika situasi ini terjadi saat persalinan, diperlukan penilaian kembali terhadap pasien, menyangkut pola persalinan, pola kontraksi, evaluasi estimasi berat janin dan presentasi janin, serta evaluasi pelvis (DeCherney et al., 2007).
Beberapa penyebab distosia menurut Simkin dan Ancheta (2002) adalah: 1. Kekuatan (kontraksi uterus)
2. Jalan Lahir (ukuran, bentuk, mobilitas sendi panggul, serta daya regang dan kelenturan vagina)
3. Janin (ukuran dan bentuk kepala janin, presentasi dan posisi janin) 4. Nyeri (kemampuan wanita untuk menghadapi nyeri)
5. Psikis (kecemasan, keadaan emosional wanita)
5. Malposisi dan malpresentasi janin
Letak lintang dan presentasi sungsang merupakan indikasi umum dilakukannya seksio sesarea. Metode persalinan seksio sesarea bagi kasus presentasi sungsang disarankan oleh karena luaran bayi yang dicapai lebih baik. Versi sefalik eksternal dapat menjadi alternatif pada beberapa pasien dan dapat diusahakan untuk mengubah janin ke presentasi kepala. Walau demikian, prosedur ini berhasil dalam mentoleransi persalinan pervaginam hanya dalam 50% kasus (DeCherney et al., 2007).
6. Gawat Janin
Sehubungan dengan diagnosis gawat janin , rekomendasi oleh American Academy of Pediatrics and the American College of Obstetricians and Gynecologists (2007) bahwa diharapkan memulai seksio sesarea dalam waktu 30 menit dari saat
(29)
mengambil keputusan dan pelaksanaan operatif. Oleh karena itu, ketika dihadapkan dengan keadaan akut, perburukan kondisi janin, seksio sesarea biasanya diindikasikan secepat mungkin dan penundaan bertujuan dalam jangka waktu tertentu menjadi tidak patut terjadi (Cunningham et al., 2010).
7. Ketuban Pecah dini
Ketuban pecah dini adalah keadaan dimana terjadi ruptur dari selaput ketuban sebelum timbulnya tanda-tanda persalinan pada pasien dengan usia kehamilan diatas 37 minggu (Jazayeri, 2013).
8. Plasenta Previa
Plasenta previa merupakan keadaan dimana plasenta terletak di atau sangat dekat dengan tulang seviks interna (Khrisna et al., 2001).
Menurut Krishna et al. (2001), plasenta previa dikelompok menjadi empat, yaitu: 1. Plasenta previa totalis
Dimana cervical os tertutup seluruhnya oleh plasenta. 2. Plasenta previa parsial
Dimana cervical os tertutup sebagian oleh plasenta. 3. Plasenta previa marginal
Dimana tepi dari plasenta tidak menutupi namun terletak dekat cervical os. 4. Plasenta previa letak rendah
Dimana plasenta terletak di segmen bawah rahim namum tepi plasenta tidak mencapai cervical os hanya mendekati.
9. Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah menetap diatas 140/90 mmHg (DeCherney et al., 2007).
(30)
Dalam Cunningham et al. (2010), Hipertensi dalam kehamilan diklasifikasi menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Hipertensi gestasional
Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pertama kali selama kehamilan Proteinuria (-)
Tekanan darah kembali normal sebelum 12 minggu pasca partus 2. Preeklampsia
Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+dipstik
Serum kreatin > 1.2 mg/dl Platelet < 100.000/ɥL
Laktat Dehidrogenase meningkat Kadar serum transaminase meningkat
Nyeri kepala, gangguan serebral, atau penglihatan yang menetap Nyeri epigastrium menetap
3. Eklampsia
Sindroma preeklampsia dengan adanya kejang tanpa penyebab yang jelas. 4. Superimposed preeklampsia – eklampsia
Onset baru proteinuria ≥ 300mg/24 jam pada wanita dengan hipertensi namun tidak ada proteinuria sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Peningkatan tiba-tiba proteinuria, atau tekanan darah, atau jumlah platelet < 100.000/ɥL pada wanita dengan hipertensi dan proteinuria sebelum usia kehamilan 20 minggu.
5. Hipertensi Kronik
Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau sebelum usia kehamilan 20 minggu, atau hipertensi yang didiagnosis setelah usia kehamilan 20 minggu dan menetap setelah 12 minggu pasca partus.
(31)
10. Ruptur uterus
Ruptur uterus adalah keadaan dimana uterus mengalami disrupsi. Ruptur uteri spontan memanglah jarang. Namun, hal ini dapat membahayakan keadaan ibu oleh karena munculnya perdarahan masif. Menurut DeCherney et al. (2007), ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya ruptur uteri, yaitu: 1. Mapresentasi janin
2. Grande multipara 3. Riwayat operasi uterus
4. Induksi persalinan dengan oksitosin
11. Bayi Besar (Makrosomia)
Makrosomia didefinisikan sebagai berat badan lahir diatas 4000 gram pada persalinan cukup bulan. Ini masih menjadi penyebab penting terjadinya kesakitan perinatal dan kesakitan serta kematian ibu, yang muncul karena cedera lahir, asfiksia, dan frekuensi seksio sesarea yang meningkat (Winn dan Hobbins, 2000).
12. Prolapsus Tali Pusat
Stright (2001) mengatakan bahwa, “Prolapsus tali pusat adalah penurunan tali pusat ke dalam vagina mendahului bagian terendah janin yang mengakibatkan kompresi tali pusat di antara bagian terendah janin dan panggul ibu.”
Prolapsus tali pusat dihubungkan dengan keadaan prematuritas, presentasi abnormal janin, tumor pelvis, multiparitas, plasenta previa, plasenta letak rendah, disproporsi fetopelvik. Selain itu, dapat juga ditemukan kejadian prolapsus tali pusat pada keadaan hidraamnion (cairan ketuban berlebih), kehamilan ganda, ruptur dini selaput plasenta (DeCherney et al., 2007).
(32)
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan jumlah janin dua atau lebih intrauterin. Kehamilan ini dianggap mempunyai risiko tinggi karena beberapa alasan berikut:
1. Kejadian komplikasi pada kehamilan ganda lebih tinggi 2. Dikaitkan dengan kelainan kongenital
3. Memerlukan tindakan operasi persalinan 4. Menimbulkan trauma persalinan
5. Komplikasi paska partus lebih tinggi
6. Selama hamil dikaitkan dengan kejadian anemia tinggi karena nutrisi dan vitamin atau Fe masih kurang (Manuaba et al., 2003)
Menurut DeCherney et al. (2007), kehamilan ganda dikategorikan sebagai salah satu kehamilan dengan risiko tinggi karena meningkatnya insidensi anemia pada ibu hamil, infeksi saluran kemih, preeklampsia maupun eklampsia, perdarahan, serta atoni uterus.
14. Partus Lama
Partus lama didefinisikan sebagai keadaan dimana persalinan memiliki onset yang regular, kontraksi uterus ritmis yang disertai dilatasi serviks namun lama persalinan diatas 24 jam (WHO, 2008).
15. Partus Tak Maju
Tidak adanya kemajuan dalam pembukaan serviks, turunnya kepala janin dan putar paksi dalam selama 2 jam terakhir meskipun adanya his yang adekuat (Tanjung, 1995).
(33)
2.1.4. Kontraindikasi Seksio Sesarea
Beberapa kontraindikasi terhadap tindakan seksio sesarea pada persalinan meliputi janin abnormal yang tidak dapat hidup,infeksi piogenik dinding abdomen, janin mati (kecuali untuk menyelamatkan nyawa ibu), dan kurangnya fasilitas, perlengkapan atau tenaga yang sesuai (Benson dan Pernoll, 2008).
2.1.5. Manajemen Preoperatif Seksio Sesarea
Menurut DeCherney et al. (2007), ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan sebelum pasien menjalani proses operatif persalinan seksio sesarea, diantaranya:
1. Pasien dijelaskan agar paham terhadap indikasi seksio sesarea, tidakan alternatif lain, dan risiko yang mungkin terjadi, serta komplikasi. 2. Pasien menandatangani pernyataan yang menandakan bahwa pasien
telah menerima informasi dan setuju untuk dilakukan prosedur ini (“informed consent”).
3. Memasang kateter intravena berukuran 18 gauge beserta cairan intravena sebelum operasi dimulai.
4. Memasang kateter urin untuk drainase kandung kemih pada saat sebelum, selama, dan setelah operasi.
5. Anestesi diberikan, kemudian abdomen dipersiapkan untuk operasi. 6. Pasien ditutupi kain steril dan operasi segera dimulai.
2.1.6. Prosedur Operatif Seksio Sesarea
Prosedur operatif pada seksio sesarea menurut Cunningham et al. (2010) adalah:
1. Insisi abdomen
Teknik insisi yang biasa digunakan adalah insisi vertikal maupun insisi transversal.
(34)
Segmen bawah rahim diinsisi secara transversal seperti yang dideskripsikan oleh Kerr pada tahun 1921. Adakalanya, dilakukan insisi vertikal segmen bawah seperti dideskripsikan oleh Krönig pada tahun 1921.
3. Pelahiran janin dan plasenta 4. Perbaikan uterus
5. Penutupan kembali abdomen
2.1.7. Manajemen Paska Operatif Seksio Sesarea
Manajemen paska operatif seksio sesarea menurut Joy (2014) adalah: 1. Penilaian paska operasi rutin
2. Monitor tanda-tanda vital, output urin, jumlah perdarahan vaginal. 3. Palpasi fundus uterus.
4. Pemberian cairan intravena.
5. Pemberian analgesik intravena atau intramuskular jika pasien tidak menerima analgesik jangka panjang atau menerima anestesi general. 6. Ambulasi pada hari pertama paska operasi.
7. Jika pasien berencana menyusui bayi, inisiasi dilakukan dalambeberapa jam setelah persalinan.
8. Pasien dapat pulang pada hari ketiga atau empat paska operasi jika tidak ada komplikasi.
2.1.8. Komplikasi Seksio Sesarea
Menurut Sibuea (2007), seksio sesarea memiliki beberapa komplikasi tertentu, yaitu:
1. Komplikasi ibu selama dan setelah persalinan a. Komplikasi berat
(35)
Berupa perlukaan usus, perlukaan kandung kemih, jahitan luka abomen terbuka sampai peritoneum, luka sayatan dinding abdomen bernanah, peritonitis, pneumonia paska operasi, aspirasi saat pembiusan, komplikasi anestesi spinal, hematoma perianal, perlukaan vagina sampai rektum.
b. Operasi ulangan
Berupa pengeluaran plasenta dengan tangan, kuretase paska persalinan, jahitan ulang luka perineum.
c. Perdarahan dan dapat tansfusi darah d. Perihisterektomi
Berupa histerektomi postpartum, histerorafi pada kasus uterus ruptur, seksio sesarea – histerektomi.
e. Kematian ibu
Kematian ibu intrapartum, kematian ibu sewaktu seksio sesarea, kematian ibu postpartum, kematian ibu pasca seksio sesarea.
2. Komplikasi neonatal dini a. Asfiksia ringan dan sedang
Bayi lahir dengan APGAR Score 4-7 pada menit pertama. b. Asfiksia berat
Bayi lahir dengan APGAR Score 3 atau kurang pada menit pertama. c. Kematian neonatal dini
Kematian bayi pada hari ketujuh atau kurang.
2.1.9. Mortalitas dan Morbiditas pada Seksio Sesarea
Sibuea (2007) mengungkapkan bahwa, “Angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak pada seksio sesarea erat kaitannya dengan komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, dan indikasi seksio sesarea; juga erat kaitannya dengan ketersediaannya sarana dan fasilitas, termasuk keterampilan tim operator. Angka
(36)
kematian ibu pada seksio sesarea juga tidak terlepas dari kondisi ibu yang dirujuk ke rumah sakit, kualitas penanganan kehamilan risiko tinggi, kualitas perawatan pre-intra-post seksio sesarea, kecukupan persediaan darah dan antibiotika..”
Selain itu ditinjau dari sisi sang bayi, meskipun, mungkin terlihat bahwa tindakan seksio sesarea pada persalinan merupakan tindakan paling aman bagi sang bayi, ini tidaklah sepenuhnya benar. Transien takipnu pada bayi baru lahir lebih sering muncul pada persalinan seksio sesarea daripada persalinan pervaginam. Risiko perdarahan janin dan hipoksia timbul ketika plasenta ditemukan dibawah insisi uterus dan terpotong, serta adanya risiko terjadi laserasi pada bayi saat insisi uterus dilakukan. Daerah biasanya terjadi laserasi itu di wajah, area pipi, tetapi juga terjadi di daerah pantat, telinga, kepala, atau bagian tubuh lain dibawah tempat insisi. Oleh karena itu, perhatian lebih sangatlah penting ketika dilakukan insisi terhadap uterus. (DeCherney et al., 2007).
(37)
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1.Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
3.2.Definisi Operasional 3.2.1. Seksio Sesarea Darurat
Seksio sesarea darurat adalah tindakan untuk melahirkan janin melalui insisi dinding perut dan dinding rahim yang dilakukan oleh dokter ahli kebidanan dan kandungan dimana membutuhkan tindakan segera karena adanya ancaman nyawa baik terhadap ibu maupun janin.
3.2.2. Asal Pasien
Asal Pasien adalah asal ibu datang ke rumah sakit untuk dilakukan tindakan seksio sesarea darurat yang tercantum pada rekam medis.
Asal pasien dibagi menjadi:
1. Pasien terdaftar, yaitu pasien yang sudah melakukan Antenatal Care di RSUD dr. Pirngadi Medan.
Asal Pasien Usia Ibu Status Gravida Usia Gestasi Indikasi
SEKSIO SESAREA DARURAT
Luaran Ibu
• Keadaan Ibu • Lama Rawat Luaran Anak
• Keadaan Bayi
(38)
2. Pasien rujukan dokter/ bidan/ tidak terdaftar Antenatal Care di RSUD dr. Pirngadi Medan yang berasal dari kota Medan atau luar kota Medan. Cara ukur : melalui pencatatan asal pasien dalam rekam medis
Alat ukur : data rekam medis Skala ukur : nominal
3.2.3. Usia Ibu
Usia ibu adalah usia saat ibu melahirkan dengan seksio sesarea darurat yang tercantum dalam rekam medis. Usia ibu dikategorikan menjadi:
1. Usia risiko tinggi, dimana usia ibu < 20 tahun atau > 35 tahun. 2. Usia risiko rendah, dimana usia ibu 20 tahun - 35 tahun. (Mochtar, 1998)
Cara ukur : melalui pencatatan usia ibu dalam rekam medis Alat ukur : data rekam medis
Skala ukur : ordinal 3.2.4. Status Gravida
Status gravida adalah status kehamilan saat ibu menjalani tindakan seksio sesarea darurat.
Berdasarkan pengertian diatas status gravida dibagi menjadi: 1. Primigravida = kehamilan pertama
2. Sekundigravida = kehamilan kedua
3. Multigravida = kehamilan ketiga atau lebih
Cara ukur : melalui pencatatan status gravida dalam rekam medis Alat ukur : data rekam medis
Skala ukur : ordinal 3.2.5. Usia Gestasi
Usia gestasi adalah usia kehamilan ibu pada saat dilakukan tindakan seksio sesarea darurat yang tercantum pada rekam medis.
(39)
1. Pretem adalah usia gestasi < 37 minggu.
2. Aterm adalah usia gestasi antara 37 sampai < 42 minggu. 3. Postterm adalah usia gestasi ≥ 42 minggu.
(Dorland, 2011)
Cara ukur : melalui pencatatan usia gestasi dalam rekam medis Alat ukur : data rekam medis
Skala ukur : ordinal 3.2.6. Indikasi
Indikasi adalah tanda atau keadaan yang menjadi petunjuk untuk dilakukannya seksio sesarea darurat yang tercantum pada rekam medis.
Indikasi ini dikategorikan menjadi: 1. Faktor Maternal
2. Faktor Fetal
3. Faktor Penyakit Penyerta
Cara ukur : melalui pencatatan indikasi dalam rekam medis Alat ukur : data rekam medis
Skala ukur : nominal 3.2.7. Luaran Ibu
Luaran ibu adalah keadaan ibu yang merupakan hasil setelah dilakukan tindakan seksio sesarea darurat yang tercantum pada rekam medis. Luaran ibu mencakup keadaan ibu apakah hidup atau mati, dan lama rawat.
3.2.7.1. Keadaan Ibu
Keadaan ibu adalah keadaan ibu baik hidup maupun mati setelah dilakukan tindakan seksio sesarea darurat yang tercantum pada rekam medis.
Cara ukur : melalui pencatatan status hidup atau mati ibu dalam rekam medis Alat ukur : data rekam medis
(40)
3.2.7.2. Lama Rawat
Lama rawat adalah jumlah hari perawatan ibu yang melakukan persalinan dengan seksio sesarea darurat yang tercantum pada rekam medis.
Lama rawat dikategorikan menjadi: 1. ≤ 7 hari
2. > 7 hari
Cara ukur : melalui pencatatan lama rawat dalam rekam medis Alat ukur : data rekam medis
Skala ukur : ordinal 3.2.8. Luaran Anak
Luaran anak adalah keadaan pada anak yang menjadi hasil setelah dilakukan tindakan seksio sesarea darurat yang tercantum pada rekam medis. Luaran anak mencakup keadaan bayi apakah hidup atau mati.
3.2.8.1. Keadaan Bayi
Hidup / mati bayi adalah keadaan bayi baik hidup maupun mati yang terjadi setelah dilakukan tindakan seksio sesarea darurat yang tercantum pada rekam medis. Cara ukur : melalui pencatatan status hidup atau mati bayi dalam rekam medis Alat ukur : data rekam medis
(41)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1.Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian berjenis deskriptif dengan desain cross sectional retrospektif yang dilanjutkan dengan analisa statistik terhadap data penelitian.
4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD dr. Pirngadi, Medan. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa RSUD dr. Pirngadi adalah Rumah Sakit tipe B, dimana Rumah Sakit dengan tipe ini memiliki sekurangnya 4 pelayanan medis spesialis dasar yang salah satunya merupakan pelayanan di bidang obstetri dan ginekologi. Oleh karena itu, RSUD dr. Pirngadi memiliki kemampuan serta fasilitas dalam melaksanakan tindakan seksio sesarea. Selain itu, RSUD dr. Pirngadi merupakan salah satu Rumah Sakit Pendidikan yang memiliki data yang cukup dan lengkap mengenai tindakan seksio sesarea.
Penelitian ini dilaksanakan dengan kurun waktu 3 bulan, mulai dari September 2014 sampai dengan November 2014.
4.3.Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua kasus seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi, Medan selama periode Januari hingga Desember 2013.
4.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil menggunakan teknik total sampling dimana seluruh kasus seksio sesarea darurat diikutsertakan sebagai sampel penelitian.
(42)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ketidaktersediaan data lengkap pada rekam medis pasien yang dijadikan subjek penelitian.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data rekam medis semua kasus seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi selama tahun 2013 yang dikumpulkan dengan pencatatan kemudian ditabulasikan sesuai dengan variabel penelitian.
4.5. Metode Analisis Data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dengan program komputer yang sesuai. Data akan dianalisa secara deskriptif. Hasil disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
(43)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi yang terletak di jalan Prof. H.M. Yamin SH No. 47 Medan Sumatera Utara. Rumah Sakit ini berdiri pada tanggal 11 Agustus 1928 oleh pemerintah kolonial Belanda. Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit pendidikan tipe B sesuai dengan akreditasi Dep. Kes. RI No: HK.00.06.3.5.738 tanggal 9 Februari 2007. Data penelitian ini diambil di instalasi rekam medis yang berlokasi di lantai dua.
5.1.2. Deskripsi Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data rekam medis pasien yang menjalani tindakan seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi Medan selama periode 1 januari 2013 sampai 31 Desember 2013.
Jumlah seluruh data penelitian ini adalah 210 data rekam medis yang berisi data-data yang sesuai dengan variabel penelitian yaitu, nomor rekam medis, nama pasien, asal pasien, usia, status gravida, usia gestasi, indikasi, lama rawat, serta status hidup/mati pasien dan bayi.
5.1.3. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Asal Pasien
Distribusi data penelitian berdasarkan asal pasien seksio sesarea darurat selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut.
(44)
Tabel 5.1. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Asal Pasien
Asal Pasien N %
Terdaftar 29 13.8
Rujukan Medan RS 8 3.8
Rujukan Medan Praktik Dokter 22 10.5
Rujukan Medan Rumah Bersalin
(Bidan) 50 23.8
Rujukan Medan Puskesmas 79 37.6
Rujukan Luar Medan RS 6 2.9
Rujukan Luar Medan Puskesmas 16 7.6
Total 210 100
Dari tabel 5.1., dapat dilihat bahwa pasien yang menjalani tindakan seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi selama tahun 2013 paling banyak berasal dari rujukan puskesmas di Medan sebanyak 79 orang (37.6%), kemudian rujukan bidan dari rumah bersalin di Medan sebanyak 50 orang (23.8%), berikutnya rujukan dari praktik dokter spesialis kandungan di Medan sebanyak 22 orang (10.5%). Selain itu, pasien yang terdaftar melakukan pemeriksaan antenatal di RSUD dr Pirngadi sebanyak 29 orang (13.8%), pasien berasal dari rujukan puskesmas di luar Medan sebanyak 16 orang (7.6%), rujukan dari rumah sakit lain di Medan sebanyak 8 orang (3.8%), dan yang paling sedikit jumlahnya merupakan pasien rujukan rumah sakit dari luar Medan.
5.1.4. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Usia Ibu
Distribusi data penelitian berdasarkan usia ibu yang menjalani seksio sesarea darurat selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut.
(45)
Tabel 5.2. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Usia Ibu
Usia Ibu N %
Usia Risiko Rendah
20 – 35 tahun 171 81.4
Usia Risiko Tinggi
< 20 tahun 5 2.4
> 35 tahun 34 16.2
Total 210 100
Dari tabel 5.2., dapat dilihat bahwa distribusi pasien seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi selama tahun 2013 berdasarkan kelompok usia yaitu usia risiko rendah sebanyak 171 orang (81.4%), sedangkan usia risiko tinggi sebanyak 39 orang (18.6%) dimana usia < 20 tahun sebanyak 5 orang (2.4%) dan usia > 35 tahun sebanyak 34 orang (16.2%).
5.1.5. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Status Gravida
Distribusi data penelitian berdasarkan status gravida ibu yang menjalani seksio sesarea darurat selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.3. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Status Gravida
Status Gravida N %
Primigravida 84 40
Sekundigravida 72 34.3
Multigravida 54 25.7
Total 210 100
Dari tabel 5.3., didapati bahwa distribusi ibu yang menjalani seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi selama tahun 2013 berdasarkan status gravida yaitu
(46)
primigravida sebanyak 84 orang (40%), sekundigravida sebanyak 72 orang (34.3%), dan multigravida sebanyak 54 orang (25.7%).
5.1.6. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Usia Gestasi
Distribusi data penelitian berdasarkan usia gestasi ibu yang menjalani seksio sesarea darurat selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.4. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Usia Gestasi
Usia Gestasi N %
Preterm 40 19.1
Aterm 162 77.1
Postterm 8 3.8
Total 210 100
Dari tabel 5.4., dapat dilihat bahwa distribusi usia gestasi ibu yang menjalani seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi selama tahun 2013 yang terbanyak adalah kehamilan aterm dengan jumlah 162 orang (77.1%), kemudian kehamilan
preterm sebanyak 40 orang (19.1%), dan kehamilan postterm sebanyak 8 orang
(3.8%).
5.1.7. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Indikasi
Distribusi data penelitian berdasarkan indikasi seksio sesarea darurat selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut.
(47)
Tabel 5.5. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Indikasi
Indikasi N %
Faktor Maternal Hipertensi Dalam Kehamilan
(PEB,Eklampsia) 34 16.2
Plasenta Previa 12 5.7
Ketuban Pecah Dini 7 3.3
Seksio Berulang 54 25.7
Panggul Sempit 21 10.0
Gagal Induksi 6 2.9
Partus Tak Maju 16 7.6
Primitua 2 1.0
Gangguan Jalan Lahir 4 1.9
Faktor Fetal
Gawat Janin 15 7.1
KJDK 2 1.0
Malpresentasi Janin 20 9.5
•Letak Lintang 7 3.3
•Letak Kaki 1 0.5
•Presentasi Bokong 6 2.9
•Presentasi Wajah 1 0.5
•Gemelli kelainan letak 5 2.4
Makrosomia 15 7.0
Faktor Penyakit Penyerta
DM Gestasional 1 0.5
TB Paru 1 0.5
(48)
Dari tabel 5.5., terlihat bahwa indikasi seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi Medan selama tahun 2013 terbanyak adalah indikasi dari faktor maternal yaitu riwayat seksio sebelumnya 54 orang (25.7%), hipertensi dalam kehamilan sebanyak 34 orang (16.2%), panggul sempit sebanyak 21 orang (10%). Selain itu dilihat dari faktor fetal yang terbanyak adalah malpresentasi janin 20 orang (9.5%) dan indikasi paling sedikit berasal dari faktor penyakit penyerta ibu yaitu DM gestasional sebanyak 1 orang (0.5%), serta TB paru sebanyak 1 orang (0.5%).
5.1.8. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Keadaan Ibu
Distribusi data penelitian berdasarkan keadaan hidup atau mati dari ibu yang menjalani seksio sesarea darurat selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.6. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Keadaan Ibu
Keadaan Ibu N %
Hidup 209 99.5
Mati 1 0.5
Total 210 100
Dari tabel 5.6., didapati jumlah ibu yang menjalani seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi selama tahun 2013 dengan keadaan keluaran hidup sebanyak 209 orang (99.5%) dan 1 orang (0.5%) yang mengalami kematian.
5.1.9.Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Lama Rawat
Distribusi data penelitian berdasarkan lama rawat setelah dilakukan seksio sesarea darurat selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut.
(49)
Tabel 5.7. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Lama Rawat
Lama Rawat N %
≤ 7 hari 195 92.9
> 7 hari 15 7.1
Total 210 100
Dari tabel 5.7., dapat dilihat jumlah lama rawat ibu yang menjalani seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi selama tahun 2013 dengan lama rawat ≤ 7 hari sebanyak 195 orang (92.9%) dan lama rawat > 7 hari sebanyak 15 orang (7.1%).
5.1.10.Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Keadaan Bayi
Distribusi data penelitian berdasarkan keadaan hidup atau mati bayi dari ibu yang menjalani seksio sesarea darurat selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.8. Distribusi Seksio Sesarea Darurat Berdasarkan Keadaan Bayi
Keadaan Bayi N %
Hidup 207 96.3
Meninggal 8 3.7
Total 215 100
Dari tabel 5.8., didapati bahwa bayi dengan keluaran hidup dari ibu yang menjalani seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi selama tahun 2013 sebanyak 207 orang (96.3%) dan yang mengalami kematian sebanyak 8 orang (3.7%).
5.2.Pembahasan
5.2.1. Distribusi Seksio Sesarea Darurat di RSUD dr. Pirngadi Tahun 2013 Berdasarkan Asal Pasien
Kasus Seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi terbanyak berasal dari rujukan yaitu 181 orang (86.2%) dengan asal rujukan tertinggi dari puskesmas Medan
(50)
yaitu 79 orang (37.6%), sedangkan untuk pasien terdaftar melakukan pemeriksaan antenatal di RSUD dr Pirngadi yaitu 29 orang (13.8%). Hal ini sejalan dengan penelitian Sibuea (2007) bahwa dari 449 pasien yang menjalani seksio sesarea darurat ditemukan 239 orang (50.23%) yang merupakan pasien rujukan. Begitu juga, terlihat pada penelitian Bintang (2008) bahwa pasien tersering berasal dari rujukan baik dokter/bidan/tidak terdaftar sebanyak 68 orang (59.1%).
Ditinjau dari banyaknya rujukan puskesmas terlihat bahwa masih kurangnya kedisiplinan tenaga medis lini pertama pelayanan kesehatan akan asuhan antenatal maupun kurangnya kesadaran dan kepatuhan pasien dalam memeriksakan kehamilannya sehingga tidak adanya deteksi dini komplikasi kehamilan yang dapat menyebabkan persalinan secara seksio sesarea.
5.2.2. Distribusi Seksio Sesarea Darurat di RSUD dr. Pirngadi Tahun 2013 Berdasarkan Usia Ibu
Usia tersering dari ibu yang menjalani seksio sesarea di RSUD dr. Pirngadi adalah usia risiko rendah (20–35 tahun) sebanyak 171 orang (81.4%). Hal ini sesuai dengan penelitian Sinaga (2009) yang dilakukan di RSUD Sidikalang terhadap pasien seksio sesarea bahwa usia ibu dengan risiko rendah didapati sebanyak 203 orang (78.7%). Dalam penelitian Prianita (2011) ditemukan juga bahwa dari persalinan spontan, ekstraksi vakum, maupun seksio sesarea frekuensinya cenderung lebih tinggi pada kelompok usia 20 – 35 tahun yaitu suatu kelompok usia risiko rendah. Seperti kita ketahui bahwa kelompok usia tersebut merupakan kelompok usia produktif sehingga tingkat fertilitas seorang wanita lebih tinggi pada usia tersebut yang menyebabkan tingkat kehamilan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua. Selain itu, pada kelompok usia tersebut tingkat perkawinan pada masyarakat cenderung lebih tinggi yang juga mengakibatkan tingginya kehamilan pada kelompok usia tersebut. Dengan ini dapat kita lihat bahwa kesadaran masyarakat sudah timbul untuk mengalami kehamilan pada usia produktif. Namun demikian tingginya kasus seksio sesarea darurat pada kelompok usia tersebut menandakan
(51)
bahwa usia reproduktif yang optimal pun tidak menjamin rendahnya komplikasi kehamilan maupun persalinan.
5.2.3. Distribusi Seksio Sesarea Darurat di RSUD dr. Pirngadi Tahun 2013 Berdasarkan Status Gravida
Berdasarkan gravida, seksio sesarea di RSUD dr. Pirngadi paling sering dilakukan pada primigravida sebanyak 84 orang (40%), disusul sekundigravida sebanyak 72 orang (34.3%), dan multigravida sebanyak 54 orang (25.7%). Pada penelitian Al Rowaily et al (2014) ditemukan kasus seksio sesarea darurat dengan gravida 4 atau lebih sebanyak 1295 orang (44.9%), gravida 1 sebanyak 744 orang (25.8%), gravida 2 sebanyak 507 orang (17.6%), dan gravida 3 sebanyak 340 orang (11.8%).
Menurut Angsar, M.D. (2010), persalinan pada ibu dengan primigravida mempunyai risiko yang tinggi dikarenakan ibu belum mempunyai pengalaman akan kehamilan serta persalinan. Selain itu, primigravida berisiko tinggi terhadap partus tak maju dan hipertensi dalam kehamilan.
5.2.4. Distribusi Seksio Sesarea Darurat di RSUD dr. Pirngadi Tahun 2013 Berdasarkan Usia Gestasi
Seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi ditemukan terbanyak dilakukan pada usia gestasi aterm (cukup bulan) sebanyak 162 orang (77.1%), preterm sebanyak 40 orang (19.1%), dan paling sedikit pada postterm 8 orang (3.8%). Hal ini ditemukan juga pada penelitian di Saudi Arabia oleh Al Rowaily et al (2014) bahwa ditemukan kasus seksio sesarea darurat pada usia gestasi aterm sebanyak 2156 orang (74.7%), preterm sebanyak 610 orang (21.1%), dan postterm sebanyak 120 orang (4.2%). Keadaan ini ditemukan karena umumnya keputusan untuk dilakukan tindakan seksio sesarea darurat diambil setelah munculnya tanda tanda persalinan yang secara normal terjadi pada saat kehamilan sudah cukup bulan.
(52)
5.2.5. Distribusi Seksio Sesarea Darurat di RSUD dr. Pirngadi Tahun 2013 Berdasarkan Indikasi
Indikasi tersering pada seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi adalah riwayat seksio sebelumnya sebanyak 54 orang (25.7%), hipertensi dalam kehamilan sebanyak 34 orang (16.2%), dan panggul sempit sebanyak 21 orang (10%) serta malpresentasi janin sebanyak 20 orang (9.5%). Hal ini sejalan dengan penelitian Sinaga (2009) yang menyatakan bahwa indikasi terbanyak dilakukan seksio sesarea berasal dari faktor ibu sebesar 59.6% dan pada faktor janin ditemukan kelainan letak (letak lintang dan sungsang) sebesar 47.4%. Pada penelitian Al Rowaily et al (2014) ditemukan indikasi terbanyak pada seksio sesarea yaitu seksio sesarea berulang (54.3%). Menurut DeCherney et al. (2007) indikasi seksio sesarea adalah riwayat seksio sesarea sebelumnya, disproporsi fetopelvik, malpresentasi janin, gawat janin, serta kondisi lain seperti plasenta previa, kehamilan ganda, kelainan pada janin.
Dari 54 orang yang memiliki riwayat seksio sesarea sebelumnya didapatkan bahwa sebagian besar indikasi seksio sesarea sebelumnya adalah partus tak maju oleh keadaan panggul ibu yang sempit maupun bayi yang besar. Hal ini seharusnya menjadi indikasi seksio sesarea elektif, tetapi karena kurangnya pemeriksaan antenatal sehingga keadaan penyulit persalinan tidak terdeteksi dini maka kasus-kasus tersebut menjadi kasus darurat dimana pasien datang ketika sudah muncul tanda-tanda persalinan.
Selain itu, kecenderungan seksio sesarea berulang menjadi indikasi terbanyak pada penelitian ini dikarenakan kasus-kasus tersebut tidak memiliki data yang lengkap oleh karena tindakan seksio sesarea sebelumnya tidak dilakukan di RSUD dr. Pirngadi. Begitu tingginya keinginan pasien untuk melahirkan dengan metode seksio sesarea dapat dikarenakan faktor ibu yang ingin persalinannya cepat dan tanpa rasa sakit, maupun untuk kepuasaan seksual agar jalan lahir tetap utuh. Hal inilah yang menyebabkan menurunnya kesadaran masyarakat akan persalinan spontan meskipun seksio sesarea jauh lebih berisiko terhadap ibu maupun bayi.
(53)
Berdasarkan hasil tabulasi silang pada usia gestasi preterm ditemukan indikasi seksio sesarea darurat tersering adalah hipertensi dalam kehamilan sebanyak 18 orang (8.6%), sedangkan pada usia gestasi postterm ditemukan indikasi gagal induksi sebanyak 6 orang (2.9%).
Angsar, M.D. (2010) mengatakan bahwa penanganan hipertensi dalam kehamilan baik preeklampsia maupun eklampsia terdiri dari pengobatan medik dan penanganan obstetrik. Penanganan obstetrik bertujuan untuk melahirkan bayi di saat yang optimal. Umumnya, dilakukan segera terminasi kehamilan setelah keadaan hemodinamik ibu stabil.
Kehamilan lewat waktu (postterm) memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan aterm terhadap morbiditas, mortalitas maternal dan fetal. Mochtar, A.B. dan Herman K. (2010) mengatakan bahwa pada saat usia kehamilan mencapai 42 minggu, sekitar 70% pasien memiliki serviks yang belum matang dengan nilai Bishop rendah sehingga induksi tidak selalu berhasil.
Selain itu, dari hasil tabulasi silang pada primigravida ditemukan indikasi seksio sesarea darurat tersering adalah hipertensi dalam kehamilan sebanyak 17 orang (8.1%). Pada tinjauan sistematis Duckitt (2003) dikatakan bahwa primigravida berisiko hampir tiga kali lebih tinggi mengalami hipertensi dalam kehamilan.
5.2.6. Distribusi Seksio Sesarea Darurat di RSUD dr. Pirngadi Tahun 2013 Berdasarkan Keadaan Ibu
Ibu yang mengalami keadaan hidup setelah menjalani seksio sesarea darurat di RSUD Pirngadi sebanyak 209 orang (99.5%). Sedangkan ibu yang mati pada penelitian ini ditemukan 1 orang (0.5%) yang mengalami komplikasi persalinan akibat eklampsia. Hal ini sejalan dengan penelitian Sibuea (2007) yang mengatakan bahwa kematian ibu yang menjalani seksio sesarea darurat paling sering disebabkan oleh preeklampsia berat/eklampsia, kemudian sepsis dan perdarahan. Ditemukannya angka kematian ibu yang kecil pada seksio sesarea darurat sesuai dengan penelitian
(54)
Nasution (2003) bahwa pada kasus kegawatan obstetri di RSU Asahan didapati 2 kematian ibu (0.6%) dari 280 kasus.
5.2.7. Distribusi Seksio Sesarea Darurat di RSUD dr. Pirngadi Tahun 2013 Berdasarkan Lama Rawat
Berdasarkan lama rawatan ibu yang menjalani seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi, hampir seluruh ibu mendapat perawatan ≤ 7 hari sebanyak 195 orang (92.9%) dan hanya 15 orang (7.1%) yang mendapat perawatan > 7 hari. Pada lama rawat ≥ 7 hari ditemukan indikasi tersering adalah hipertensi dalam kehamilan sebanyak 9 orang (4.3%). Pada penelitian Ramadhani (2004) didapati pasien dengan lama rawat < 7 hari sebanyak 119 orang (76.8%) dan lama rawat ≥ 7 hari sebanyak 36 orang (23.2%).
Hal ini seperti dikatakan Sinaga (2009) bahwa menurut Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi yang dikemukakan oleh POGI, lama rawat yang optimal bagi ibu yang menjalani seksio sesarea adalah 5-7 hari. Lamanya pasien di rumah sakit dapat memberikan gambaran pelayanan perawatan yang diberikan. Hal ini juga dipengaruhi oleh keadaan ibu saat pertama kali masuk ke rumah sakit serta keadaan keluaran ibu setelah tindakan seksio sesarea darurat.
Seperti dikatakan Kee Hak Lim (2014) bahwa eklampsia dapat terjadi setelah persalinan maka pasien yang berisiko mengalami eklampsia harus dipantau ketat paska persalinan. Selain itu, meskipun preeklampsia menghilang setelah persalinan masih ditemukan peningkatan tekanan darah yang menetap. Oleh karena itu pasien mendapatkan perawatan bersama dengan ahli penyakit dalam selain ahli obstetri. 5.2.8. Distribusi Seksio Sesarea Darurat di RSUD dr. Pirngadi Tahun 2013
Berdasarkan Keadaan Bayi
Bayi yang hidup dari ibu yang menjalani seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi ditemukan sebanyak 207 orang (96.3%), sedangkan bayi yang mati sebanyak 8 orang (3.7%). Angka kematian bayi yang kecil juga ditemukan pada penelitian Sari (2008), yaitu 2 kematian (1.7%) dari 117 kasus. Kejadian kematian
(55)
pada bayi umumnya terjadi jika adanya tanda-tanda kegawatan janin yang tidak teratasi. Hal ini dapat dipicu oleh adanya partus tak maju oleh karena malpresentasi janin, panggul ibu yang sempit, bayi yang terlalu besar, maupun keadaan erupsi plasenta seperti pada plasenta previa, atau keadaan bayi itu sendiri seperti berat badan lahir rendah.
(56)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang diperoleh, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan asal pasien, ditemukan seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi tahun 2013 yang terbanyak adalah pasien rujukan Medan puskesmas sebanyak 79 orang (37.6%).
2. Dilihat dari usia ibu yang menjalani seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi tahun 2013 yang tersering adalah ibu dengan kelompok usia 20-35 tahun sebanyak 171 orang (81.4%).
3. Status Gravida yang terbanyak pada seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi tahun 2013 adalah primigravida sebanyak 84 orang (40%).
4. Berdasarkan usia gestasi, ditemukan seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi tahun 2013 terbanyak adalah aterm dengan jumlah 162 orang (77.1%).
5. Indikasi seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi tahun 2013 terbanyak adalah riwayat seksio sebelumnya sebesar 54 orang (25.7%), kemudian hipertensi dalam kehamilan sebesar 34 orang (16.2%).
6. Keadaan ibu setelah tindakan seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi tahun 2013 yang hidup sebanyak 209 orang (99.5%) dan yang mati sebanyak 1 orang (0.5%).
7. Dilihat dari lama rawat, pasien seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi tahun 2013 yang terbanyak yaitu dengan lama rawat ≤ 7 hari sebesar 195 orang (92.9%).
(57)
8. Keadaan bayi setelah tindakan seksio sesarea darurat di RSUD dr. Pirngadi tahun 2013 yang hidup sebanyak 207 orang (96.3%) dan yang mati sebanyak 8 orang (3.7%).
6.2.Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, adalah:
1. Disarankan agar pada pemeriksaan antenatal dilakukan upaya indentifikasi risiko terhadap kehamilan maupun persalinan yang mengakibatkan tindakan seksio sesarea.
2. Disarankan untuk melakukan rujukan yang berkualitas dan tepat waktu.
3. Melakukan komunikasi yang intensif dan berkualitas guna memberikan penjelasan terhadap ibu hamil akan risiko morbiditas dan mortalitas dari tindakan seksio sesarea yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan spontan.
(58)
DAFTAR PUSTAKA
Al Rowaily, Mohammed A., Fahad A Alsalem, Mostafa A Abolfotouh. 2014. Cesarean Section in a high parity community in Saudia Arabia: clinical indications and obstetric outcomes. BMC Pregnancy and Childbirth.
American College of Obstetricians and Gynecologists, 2013. ACOG Committee Opinion No 559: Cesarean Delivery on Maternal Request. USA: Obstet Gynecol, 121:904-7.
American College of Obstetricians and Gynecologists, 2006. ACOG Committee Opinion No 333: The Apgar Score. USA: Obstet Gynecol, 107:1209-12 .
Angsar, M.D., 2010. Hipertensi Kehamilan. Dalam: Wiknjosastro, Gulardi H., Abdul Bari S., Trijatmo R., 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. edisi 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Kementerian Kesehatan RI.
Benson, R.C., Martin, L.P., 1994. Handbook of Obstetrics and Gynecology. 9th ed. USA: McGraw-Hill Companies. Terjemahan Susiani Wijaya, 2008. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. edisi 9. Jakarta: EGC.
Betran, A.P., Merialdi, M., Lauer, J.A., bing-Shun, W., Thomas, J., Van Look, P., et al. 2007. Rates of cesarean section : analysis of global, regional and national estimates. Paediatric and Perinatal Epidemiology, 21(2): 98-113.
Bintang, May R. 2008. Luaran ibu pada persalinan seksio sesarea darurat di RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari – Maret tahun 2008. KTI. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
(59)
Cunningham, F.G., Kenneth J.L.,Steven L.B., John C.H., Dwight J.R., Catherine Y.S., 2010. Williams Obstetrics. 23rd ed. USA: McGraw-Hill Companies.
DeCherney, Alan H, Lauren, N., T Murphy, G., Neri, L., 2007. Current Diagnosis
and Treatments in Obstetrics and Gynecology. USA: McGraw-Hill Companies.
Department of Health, 2009. Method of Delivery, 1980 to 2007-08. NHS Maternity Statistics, England: 2008-09. England: Department of Health.
Dorland, William A. N., 2011. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 32nd ed. USA: Elsevier Health Sciences.
Duckitt, K., Deborah H., 2003. Risk factor for preeclampsia at antenatal booking. UK: Department of Obstetry and Gynaecology, John Radcliffe Hospital.
Ecker, Jeffrey, 2013. Elective Cesarean Delivery on Maternal Request. USA: JAMA, 18, 309.
Festin, M. R., Laopaiboon, M., Patanittum, P., Ewens, M.R., Henderson, D.J., Crowther, C.A., 2009. Caesarean Section in Four South East Asian Countries: Reasons for, Rates, Associated Care Practices and Health Outcomes. BMC Pregnancy and Childbirth.
Hamilton, B. E., Martin, J. A., Ventura, S. J., 2009. Births: Preliminary Data for 2007. In: National Vital Statistics Reports (57):12. USA: National Center for Health Statistics.
Ikeako, L.C., Nwajiaku, L., Ezegwui, H.U., 2009. Caesarean Section in A Secondary Health Hospital in Awka, Nigeria. Nigeria: Nigeria Medical Journal, 3, 50: 64-67.
(60)
Jaiyesimi, R.A.K., Ojo, O.E., 2003. Caesarean Section. In: Okonofua F.E., Odunsi K (Eds) Contemporary Obstetrics and Gynaecology for Developing Countries. Nigeria: Intec Printers Ltd.
Jazayeri, Allahyar, 2013. Premature Rupture of Membranes, Medscape. Available
from
2014].
Joy, Saju, 2014. Cearean Delivery. Medscape. Available from:
2014].
Kasdu D 2003. Operasi caesar: masalah dan solusinya. Jakarta: Puspa Swara.
Kasdu D 2003. Operasi caesar: masalah dan solusinya. Jakarta: Puspa Swara.
Dalam: Bintang, May Rosa. 2008. Luaran ibu pada persalinan seksio sesarea
darurat di RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari – Maret tahun 2008. KTI.
Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Kee, Hak Lim. 2014. Preeclampsia. Medscape. Available from:
2014].
Khrisna, U., D.K., Tank, Shirish, D., 2001. Pregnancy at risk: Current Concept. India: Jaypee Brothers Medical Publishers.
Kwawukume, E.Y., 2002. Caesarean Section in The Tropics. In: Kwawukume, E.Y.,Emuveyan, E.E. (Eds). Comprehensive Obstetrics and in the Tropics. Dansoman. 1st ed. Nigeria: Asante and Hitcher Printing Press Ltd.
Laws P, Sullivan EA., 2009. Australia’s mothers and babies 2007. Sydney: National Perinatal Statistic Unit.
(61)
Lucas, D.N., Yentis, S.M., Kinsella, S.M., Holdcroft, A., May, A.E., Wee, M., Robinson, P.N., 2000. Urgency of Cesarean Section: A New Classification. England: JR Soc Med.
MacDorman, M. F., Menacker, F., Declercq, E., 2008. Cesarean birth in the United States: Epidemiology, trends, and outcomes. USA: Clinics in Perinatology 35(2):293.
Manuaba, I.B.G., Ida Ayu, C.M., Ida Bagus Gede, F.M., 2003. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri. edisi 2. Jakarta: EGC.
Mochtar, A.B., Herman K. 2010. Kehamilan Postterm. Dalam: Wiknjosastro, Gulardi H., Abdul Bari S., Trijatmo R., 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. edisi 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Nasution, Syamsul A., 2003. Gambaran Penanganan Kasus Kegawatdaruratan Obstetri di RSU. Tanjung Pura Kabupaten Langkat dan RSU. Kisaran Kabupaten Asahan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Padubidri, V., Anand, Ela, 2006. Textbook of Obstetrics.India: BI Publications Pvt Ltd.
Prianita, Anna W., 2011. Pengaruh Faktor Usia Ibu Terhadap Keluaran Maternal dan Perinatal pada Persalinan Primigravida di RS DR. Kariadi Semarang Periode Tahun 2010. Semarang: Universitas Diponegoro.
Ramadhani, Juli. 2004. Karakteristik ibu bersalin dengan seksio sesarea di RSU
Lubuk Pakam tahun 2002 – 2003. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan
(62)
Sari, Maya. 2008. Luaran bayi pada kasus seksio sesarea darurat di RSU dr.
Pirngadi Medan periode Januari – Maret 2008. KTI. Medan: Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Sibuea, Daulat H. 2007. Manajemen Seksio Sesarea Emergensi; Masalah dan
Tantangan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan FK USU. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Simkin, P, Ruth, A., 2000. The Labor Progress Handbook. USA: Blackwell Science Ltd. Terjemahan Chrisdiono M Achdiat, 2005. Buku Saku Persalinan. Jakarta: EGC.
Sinaga, Ezra. M.D., 2009. Karakteristik Ibu yang Mengalami Persalinan dengan
Seksio Sesarea yang dirawat Inap di RSUD. Sidikalang Tahun 2007. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Stright, Barbra R. 2001. Lippincott’s Review Series: Maternal Newborn Nursing. 3rd ed. USA: Lippincott’s Williams & Wilkins Inc. Terjemahan Maria A Wijayarini, 2001. Panduan Belajar: Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. edisi 3. Jakarta: EGC.
Tanjung, M. Thamrin, 1995. Soal-soal Ilmu Kebidanan Patologi. Jakarta: EGC. WHO, 2008. Education material for teachers of midwifery: midwifery education
modules - Managing prolong and obstructed labor. 2nd ed. Switzerland: WHO
Press.
Winn, H.N., John, C.H., 2000. ClinicalFetal-Maternal Medicine. England: Parthenon Publishing Group.
Zeitlin J., et al., 2013. Preterm Birth Time Trends in Europe: A Study of 19 Countries. England: BJOG
(63)
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Debora Angelina Tobing Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 6 Februari 1993 Agama : Kristen Protestan
Alamat : A.R. KOST Jl. Pembangunan USU No. 120, Medan Riwayat Pendidikan : 1. TK Santo Lukas Penginjil, Jakarta Utara (1997-1999) 2. SD Santo Lukas Penginjil, Jakarta Utara (1999-2005) 3. SMP Marsudirini, Jakarta Utara (2005-2008)
4. SMA Negeri 13, Jakarta Utara (2008-2011) Riwayat Pelatihan : -
(64)
Lampiran 2 : Data Induk
Gambaran Seksio Sesarea Darurat pada Persalinan di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2013
No. No. RM Asal U G UG Indikasi Keadaan Ibu LR
Keadaan Bayi 1 881560 Terdaftar 29 1 31.5 Preeklampsia Hidup 13 Hidup 2 882960 Terdaftar 33 1 40.0 HELLP
Syndrome Hidup 9 Hidup 3 885200
Rujukan Medan Rumah Bersalin
36 1 40.5 Fetal Distress Hidup 5 Hidup
4 882330
Rujukan Medan Rumah Bersalin
41 5 39.0 PTM Hidup 6 Hidup
5 875219 Terdaftar 31 5 35.0 Prev SC Hidup 4 Hidup Hidup 6 884338
Rujukan Luar Medan RS
29 1 39.0 Panggul
Sempit Hidup 5 Hidup 7 881130
Rujukan Medan Puskesmas
24 1 40.5 Disproporsi
Fetopelvik Hidup 4 Hidup 8 880230
Rujukan Medan Puskesmas
27 2 35.0 Panggul
Sempit Hidup 4 Hidup 9 882303
Rujukan Medan Puskesmas
30 2 33.0 Prev SC Hidup 5 Hidup 10 881103
Rujukan Medan Puskesmas
32 2 37.0 Prev SC Hidup 5 Hidup 11 882601
Rujukan Medan Puskesmas
23 2 33.0 Plasenta
(65)
12 882521
Rujukan Medan Rumah Bersalin
22 4 39.0 Disproporsi
Fetopelvik Hidup 4 Hidup 13 875171
Rujukan Medan Puskesmas
31 2 33.0 Prev SC Hidup 4 Mati 14 872391 Rujukan
Medan RS 20 1 35.0 Preeklampsia Hidup 11 Hidup
15 881931
Rujukan Medan Rumah Bersalin
26 1 40.0 Presentasi
Bokong Hidup 4 Hidup
16 905741
Rujukan Luar Medan RS
35 3 39.5
Hematoma Labium
Mayor
Hidup 7 Hidup 17 881439
Rujukan Medan Puskesmas
32 1 39.0 Fetal Distress Hidup 4 Hidup 18 876244 Terdaftar 28 2 37.0 Presentasi
Bokong Hidup 4 Hidup 19 870215 Terdaftar 29 1 39.0 PTM Hidup 5 Hidup 20 900670
Rujukan Medan Praktik Dokter
24 2 31.0 KJDK Hidup 9 Mati
21 885919
Rujukan Medan Rumah Bersalin
29 3 39.0 Disproporsi
Fetopelvik Hidup 4 Hidup
22 778820
Rujukan Medan Praktik Dokter
34 2 39.0 Prev SC Hidup 5 Hidup 23 902171 Terdaftar 33 1 41.0 Fetal Distress Hidup 7 Hidup 24 910514 Terdaftar 28 4 39.0 Makrosomia Hidup 12 Hidup 25 869452 Terdaftar 29 2 39.0 Prev SC Hidup 7 Hidup 26 818433 Terdaftar 31 2 37.5 Prev SC Hidup 5 Hidup 27 907784 Terdaftar 37 2 37.5 Prev SC Hidup 5 Hidup 28 885009
Rujukan Medan Rumah Bersalin
28 1 29.0 Ketuban
(66)
29 886058
Rujukan Medan Puskesmas
25 2 39.0 Fetal Distress Hidup 5 Hidup 30 901819
Rujukan Medan Puskesmas
30 3 34.5 Plasenta
Previa Hidup 10 Hidup 31 900479
Rujukan Medan Puskesmas
23 1 39.0 Panggul
Sempit Hidup 5 Hidup 32 901371
Rujukan Medan Puskesmas
25 1 39.0 Disproporsi
Fetopelvik Hidup 4 Hidup 33 874861 Rujukan
Medan RS 26 3 39.5 Prev SC Hidup 4 Hidup
34 882511
Rujukan Medan Puskesmas
24 1 39.0 Disproporsi
Fetopelvik Hidup 4 Hidup
35 883613
Rujukan Medan Rumah Bersalin
20 1 40.5 Panggul
Sempit Hidup 4 Hidup
36 882333
Rujukan Medan Puskesmas
35 2 37.5 Prev SC Hidup 5 Hidup 37 853380
Rujukan Medan Puskesmas
39 1 29.0 Plasenta
Previa Hidup 5 Mati
38 881678
Rujukan Medan Rumah Bersalin
18 1 39.0 Panggul
Sempit Hidup 4 Hidup
39 883923
Rujukan Medan Puskesmas
27 2 36.5 PTM Hidup 10 Mati
40 873629
Rujukan Medan Rumah Bersalin
21 1 39.0 Preeklampsia Hidup 8 Hidup
41 885249
Rujukan Medan Rumah Bersalin
(67)
42 788198
Rujukan Medan Puskesmas
23 2 41.0 Prev SC Hidup 5 Hidup
43 873048
Rujukan Medan Rumah Bersalin
23 1 33.0 Preeklampsia Hidup 15 Hidup
44 874478
Rujukan Luar Medan RS
38 4 39.0 PTM Hidup 5 Hidup
45 873989
Rujukan Medan Puskesmas
29 2 38.0 Prev SC Hidup 5 Hidup 46 804598 Terdaftar 20 1 37.0 Kondiloma
Akuminata Hidup 5 Hidup 47 901155
Rujukan Medan Puskesmas
39 2 37.5 Preeklampsia Hidup 5 Hidup
48 881775
Rujukan Luar Medan Puskesmas
27 1 36.5 Preeklampsia Hidup 7 Hidup
49 884354
Rujukan Medan Rumah Bersalin
24 2 41.0 Fetal Distress Hidup 5 Hidup
50 881566
Rujukan Luar Medan Puskesmas
30 4 33.0 HELLP
Syndrome Hidup 8 Hidup
51 880316
Rujukan Medan Puskesmas
42 4 39.0 PTM Hidup 6 Hidup
52 900089
Rujukan Medan Puskesmas
34 2 39.0 Prev SC Hidup 4 Hidup
53 900801
Rujukan Medan Rumah Bersalin
25 1 39.0 Letak Lintang Hidup 4 Hidup
54 900053
Rujukan Medan Puskesmas
30 1 26.5 Plasenta
(68)
55 900953 Terdaftar 30 1 37.5 PTM Hidup 4 Hidup 56 900823
Rujukan Medan Rumah Bersalin
24 1 41.5 Fetal Distress Hidup 6 Hidup
57 898333
Rujukan Luar Medan Puskesmas
28 3 39.0 Prev SC Hidup 5 Hidup
58 898582
Rujukan Medan Rumah Bersalin
36 3 37.0 Plasenta
Previa Hidup 5 Hidup 59 886254
Rujukan Medan Puskesmas
24 1 38.5 Panggul
Sempit Hidup 4 Hidup 60 886204
Rujukan Medan Puskesmas
32 2 39.5 Prev SC Hidup 5 Hidup
61 705828
Rujukan Medan Praktik Dokter
26 1 39.0 Disproporsi
Fetopelvik Hidup 4 Hidup 62 759818 Terdaftar 39 1 39.5 Panggul
Sempit Hidup 6 Hidup 63 769457 Terdaftar 28 2 39.0 Prev SC Hidup 5 Hidup 64 795956
Rujukan Medan Praktik Dokter
31 1 39.0 Plasenta Letak
Rendah Hidup 5 Hidup 65 854527 Terdaftar 38 1 39.0 Panggul
Sempit Hidup 5 Hidup 66 908059
Rujukan Medan Praktik Dokter
23 1 40.5 Ketuban
Pecah Dini Hidup 6 Hidup 67 881147 Rujukan
Medan RS 37 2 26.5 Pecah Dini Ketuban Hidup 18 Hidup
68 787275
Rujukan Medan Puskesmas
29 2 40.5 Presentasi
Bokong Hidup 3 Hidup 69 811087
Rujukan Medan Puskesmas
(69)
70 874819
Rujukan Medan Puskesmas
30 2 39.0 PTM Hidup 5 Hidup
71 884370 Terdaftar 29 1 33.5 KJDK Hidup 3 Mati 72 872895
Rujukan Luar Medan RS
32 4 37.5 Kista
Bartholini Hidup 6 Hidup 73 868329
Rujukan Medan Puskesmas
34 6 39.0 Preeklampsia Hidup 6 Hidup
74 905562
Rujukan Medan Rumah Bersalin
37 3 35.0 Gemelli Hidup 5 Hidup Hidup
75 888780
Rujukan Medan Rumah Bersalin
24 1 39.0 Panggul
Sempit Hidup 4 Hidup
76 906490
Rujukan
Medan
Puskesmas
28 2 37.5 Prev SC Hidup 4 Hidup 77 886840
Rujukan Medan Puskesmas
27 1 37.5 Panggul
Sempit Hidup 5 Hidup 78 885737
Rujukan Medan Puskesmas
27 1 39.0 Panggul
Sempit Hidup 4 Hidup
79 899647
Rujukan Luar Medan Puskesmas
22 2 39.0 Preeklampsia Hidup 5 Hidup
80 873417
Rujukan Medan Puskesmas
17 1 29.0 Preeklampsia Hidup 3 Hidup 81 800857 Rujukan
Medan RS 35 3 38.5 Prev SC Hidup 6 Hidup
82 888798
Rujukan Medan Puskesmas
25 1 37.0 Panggul
Sempit Hidup 4 Hidup
83 910268
Rujukan Medan Puskesmas
17 1 39.0
Persistent Occipital Posterior Position
(1)
Lampiran 3
OUTPUT DATA HASIL PENELITIAN
A.
Frekuensi Data Penelitian
Asal Pasien
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Terdaftar 29 13.8 13.8 13.8
Rujukan Medan RS 8 3.8 3.8 17.6
Rujukan Medan Praktik
Dokter 22 10.5 10.5 28.1
Rujukan Medan Rumah
Bersalin (Bidan) 50 23.8 23.8 51.9
Rujukan Medan Puskesmas 79 37.6 37.6 89.5
Rujukan Luar Medan RS 6 2.9 2.9 92.4
Rujukan Luar Medan
Puskesmas 16 7.6 7.6 100.0
(2)
Usia Ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 20 - 35 tahun 171 81.4 81.4 81.4
< 20 tahun 5 2.4 2.4 83.8
> 35 tahun 34 16.2 16.2 100.0
Total 210 100.0 100.0
Status Gravida Ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Primigravida 84 40.0 40.0 40.0
Sekundigravida 72 34.3 34.3 74.3
Multigravida 54 25.7 25.7 100.0s
Total 210 100.0 100.0
Usia Gestasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Preterm 40 19.0 19.0 19.0
Aterm 162 77.1 77.1 96.2
Postterm 8 3.8 3.8 100.0
(3)
Indikasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Hipertensi Dalam Kehamilan
(PEB, Eklampsia) 34 16.2 16.2 16.2
Gangguan Jalan Lahir 4 1.9 1.9 18.1
Gawat Janin 15 7.1 7.1 25.2
KJDK 2 1.0 1.0 26.2
Malpresentasi Janin 20 9.5 9.5 35.7
Makrosomia 15 7.1 7.1 42.9
DM Gestasional 1 .5 .5 43.3
TB Paru 1 .5 .5 43.8
Plasenta Previa 12 5.7 5.7 49.5
Ketuban Pecah Dini 7 3.3 3.3 52.9
Sc Berulang 54 25.7 25.7 78.6
Panggul Sempit 21 10.0 10.0 88.6
Gagal Induksi 6 2.9 2.9 91.5
Partus Tak Maju 16 7.6 7.6 99.0
Primitua 2 1.0 1.0 100.0
Total 210 100.0 100.0
Keadaan Ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Hidup 209 99.5 99.5 99.5
Mati 1 .5 .5 100.0
(4)
Lama Rawat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid lebih kecil sama dengan 7
hari 195 92.9 92.9 92.9
diatas 7 hari 15 7.1 7.1 100.0
Total 210 100.0 100.0
Keadaan Bayi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Hidup 207 96.3 96.3 96.3
Mati 8 3.7 3.7 100.0
(5)
Lampiran 4
(6)