Analisis karakteristik wirausaha petani tanaman indigenous (leunca) di desa tegallega, kecamatan warungkondang, kabupaten cianjur

ANALISIS KARAKTERISTIK WIRAUSAHA PETANI
SAYURAN INDIGENOUS (LEUNCA) DI DESA
TEGALLEGA, KECAMATAN WARUNGKONDANG,
KABUPATEN CIANJUR

NESYA MULIA PINASTI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Karakteristik
Wirausaha Petani Sayuran Indigenous (Leunca) di Desa Tegallega, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Nesya Mulia Pinasti
NIM H34090066

ABSTRAK
NESYA MULIA PINASTI. Analisis Karakteristik Wirausaha Petani Tanaman
Indigenous (Leunca) di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten
Cianjur. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.
Pengembangan potensi suatu bangsa tergantung pada bagaimana keinginan
dan kemampuan sumber daya manusianya sebagai aset utama, karena itulah
kewirausahaan memiliki peranan penting dalam pembangunan. Karakteristik
wirausaha, salah satunya dibutuhkan oleh petani sayuran indigenous khususnya
leunca. Usahatani leunca salah satunya terdapat di Cianjur. Petani tersebut
tergabung dalam anggota kelompok tani dan bertindak sebagai pengelola utama
usaha pertaniannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik
wirausaha petani leunca di Desa Tegallega dengan menggunakan analisis
deskriptif dan statistik deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa petani leunca

termasuk kategori petani sedang dan karakteristik wirausaha utama adalah
orientasi masa depan.
Kata kunci: wirausaha, kewirausahaan, leunca, analisis deskriptif

ABSTRACT
NESYA MULIA PINASTI. Analysis of Entrepreneur Characteristics of
Indigenous Vegetables (Leunca) Farmers at Tegallega, Warungkondang, Cianjur).
Supervised by ANNA FARIYANTI.
Potential development of a nation depends on the desire and ability of
human resources as a key asset, that make entrepreneurship has an important
role in development. Entrepreneur characteristic also needed by indigenous
vegetables farmers, specialy leunca farmers. One of leunca farming is located in
Cianjur. Leunca farmers are the member of farmer group and act as main
administrator of their farm. The porpose of this study was to analyse farmer
entrepreneur characteristic at Tegallega village using description analysis and
descriptive statistic. Based on the excisting parameters, the result showed that
leunca farmers included in middle farmer category and main entrepreneur
characteristic was future orientation.
Keywords: entrepreneur, entrepreneurship, leunca, description analysis


ANALISIS KARAKTERISTIK WIRAUSAHA
PETANI SAYURAN INDIGENOUS (LEUNCA) DI DESA
TEGALLEGA, KECAMATAN WARUNGKONDANG,
KABUPATEN CIANJUR

NESYA MULIA PINASTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANEJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Analisis Karakteristik Wirausaha Petani Sayuran Indigenous (Leunca) di
Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Anna Fariyanti, M.Si
selaku dosen pembimbing, Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, M. Si dan Dr. Amzul
Rifin, SP. MA. selaku dosen penguji. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Bapak Ujang selaku ketua Koperasi Mitra Tani Parahyangan
yang telah membantu selama pengumpulan data.
Selanjutnya terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dwi Rachmina
selaku wali akademik selama menjalani perkuliahan. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Papa, Mama, Nenek, serta seluruh keluarga atas segala doa
dan kasih sayangnya. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada orangorang spesial, Putri L. Widhiasih, Nurul Saqinah, Nurul Hayati, Mangarissan
Sidabutar, Josa Adrian, Ramly Mulyo D. Putro, Alfa Ryanda. yang selalu
memberi semangat dan dukungan selama penulisan skripsi ini. Terakhir penulis
sampaikan salam semangat dan terima kasih atas segala dukungan dari rekanrekan Agribisnis 46.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2014
Nesya Mulia Pinasti


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Wirausaha Petani Agribisnis
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Metode Pengumpulan Data

Metode Penentuan Sampel
Metode Pengolahan Data
Definisi Operasional
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Karakteristik Umum Lokasi Penelitian
Gambaran Umum Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Petani
Karakteristik Wirausaha Petani dalam Menjalankan Usaha Pertanian
Leunca
Karakteristik Wirausaha Utama Petani dalam Menjalankan Usaha
Pertanian Leunca
Karakteristik Utama yang Diperlukan untuk Menjalankan Usaha
Pertanian Leunca
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP


x
xi
xi
1
1
3
4
4
4
5
5
7
7
11
12
12
12
13
14

15
16
16
19
20
20
27
32
39
41
41
41
42
43
50

DAFTAR TABEL
1

2

3
4
5
6
7
8
9
10

11
12

13
14
15
16
17
18

19


20

21

Responden Penelitian Analisis Karakteristik Wirausaha Petani
Leunca di Desa Tgallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur
tahun 2014
Kriteria Penilaian Skor Kuesioner
Luas Wilayah Menurut Penggunaannya
di Kecamatan
Warungkondang, Cianjur Tahun 2010
Tingkat Pendidikan Warga Desa Tegallega, Kecamatan
Warungkondang, Cianjur Tahun 2010
Mata Pencaharian Pokok Warga Desa Tegallega, Kecamatan
Warungkondang, Cianjur Tahun 2010
Kategori Kelompok Usia
Karakteristik Petani Leunca Berdasarkan Usia di Desa Tegallega,
Kecamatan Warungkondang, Cianjur
Karakteristik

Wirausaha
Petani
Leunca
di
Kecamatan
Warungkondang, Cianjur Berdasarkan Usia
Tingkat Pendidikan Petani Leunca di Kecamatan Warungkondang,
Cianjur
Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tegallega,
Kecamatan Warungkondang, Cianjur Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Pengalaman Bertani Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan
Warungkondang, Cianjur
Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tegallega,
Kecamatan Warungkondang, Cianjur Berdasarkan Pengalaman
Bertani
Skor Karakteristik Wirausaha Petani I
Skor Karakteristik Wirausaha Petani II
Skor Karakteristik Wirausaha Petani III
Skor Karakteristik Wirausaha Petani IV
Karakteristik Wirausaha Utama Petani Leunca di Desa Tegallega,
Kecamatan Warungkondang, Cianjur
Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Berorientasi Masa Depan
pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan
Warungkondang, Cianjur
Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Pengambilan Risiko pada
Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang,
Cianjur
Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Berorientasi Tugas dan Hasil
pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan
Warungkondang, Cianjur
Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Percaya Diri pada Diri
Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang,
Cianjur

13
15
17
18
18
20
21
22
24

25
26

27
28
29
30
31
32

33

34

35

36

22

23

Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Kepemimpinan pada Diri
Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang,
Cianjur
Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Keorisinilan pada Diri Petani
Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur

37
39

DAFTAR GAMBAR
1
2

Grafik Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian
Kerangka Pemikiran Operasional

2
12

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Jawaban Skor Kuesioner Petani Leunca di Desa Tegallega
Perhitungan Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di
Tegallega Berdasarkan Kategori Usia
Perhitungan Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di
Tegallega Berdasarkan Kategori Tingkat Pendidikan
Perhitungan Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di
Tegallega Berdasarkan Pengalaman
Perhitungan Karakteristik Wirausaha Utama Petani Leunca di
Tegallega
Gambaran Usaha Petani Leunca di Desa Tegallega
Dokumentasi penelitian

43
Desa
44
Desa
45
Desa
46
Desa
47
48
49

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan potensi suatu bangsa tergantung pada bagaimana keinginan
dan kemampuan sumber daya manusianya sebagai aset utama. Dalam era
globalisasi ekonomi, tuntutan kemampuan dalam membentuk kompetisi semakin
ketat. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang kreatif serta dapat bertahan
dalam era globalisasi ekonomi diperlukan karakter kuat dalam bidang
kewirausahaan seorang individu dalam mengembangkan kemampuan yang ada
pada diri masing-masing individu serta mengimplementasikan jiwa wirausaha
dalam bentuk manajemen internal yang fleksibel terhadap perubahan lingkungan.
Suatu pernyataan yang bersumber dari PBB menyatakan bahwa suatu negara akan
mampu membangun pertumbuhan ekonomi apabila memiliki wirausahawan
sebanyak 2 persen dari jumlah penduduknya. Apabila Indonesia memiliki jumlah
penduduk 200 juta jiwa, maka wirausahawannya harus lebih kurang sebanyak 4
juta jiwa (Alma 2011).
Tingkat wirausaha di Indonesia masih rendah bila dibandingkan dengan
negara-negara di kawasan Asia Pasific. Rasio kewirausahaan dibandingkan
penduduk di Indonesia hanya 1: 83, sedangkan di Filipina 1: 66, Jepang 1: 25
bahkan di Korea kurang dari 20. Berdasarkan rasio secara internasional, rasio unit
usaha ideal adalah 1: 20 (Suryana 2011). Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang
diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja akan menyebabkan tingkat
kesempatan kerja cenderung menurun. Di sisi lain, jumlah penduduk yang bekerja
tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang ada. Hal ini
dikarenakan sering terjadinya mismatch dalam pasar kerja, dan juga
kecenderungan orang memiliki pekerjaan rangkap1. Pemerintah menargetkan
pada tahun 2015 diharapkan ada tambahan 500 000 wirausaha baru di Indonesia,
dan pada tahun 2025 akan ada 5 juta wirausaha baru yang kreatif, inovatif, dan
berdaya saing global. Untuk itu pemerintah mencanangkan Gerakan
Kewirausahaan Nasional (GKN) yang dilakukan langsung oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada 2 Februari 2011 Jakarta2.
Rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013 (Gambar 1) mengalami
penurunan sebanyak 5.10 juta rumah tangga dari 31.23 juta rumah tangga pada
tahun 2003 menjadi 26.14 juta rumah tangga. Hortikultura merupakan subsektor
pertanian yang mengalami penurunan paling besar selama 10 tahun terakhir, yaitu
sebesar 37.40 persen. Jumlah rumah tangga pada usaha pertanian hortikultura
tahun 2013 mengalami penurunan terbesar yaitu sebanyak 6.34 juta rumah
tangga3.

1

BPS. 2012. Data Strategis BPS. Hlm 36, 37, dan 39. www.bps.go.id. [2 Februari 2013]

2

Wirausahaan Pahlawan Ekonomi Rakyat, Majalah Gema Industri Kecil Edisi XXXII/Maret 2011

3

BPS.2013. Berita Resmi Statistik No. 90/12/Th. XVI, 2 Desember 2013 [19 Oktober 2014]

2

Sumber : BPS 2013 (diolah)

Gambar 1 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Tahun 2013
Kesenjangan antara jumlah permintaan dan penawaran tenaga kerja ini perlu
dipikirkan, terutama untuk tenaga kerja yang tidak terdidik, tidak trampil, dan atau
tenaga kerja berpendidikan rendah. Bila tidak tertampung di lapangan kerja
formal, jalan satu-satunya adalah membekali ketrampilan berwirausaha agar
memperoleh penghasilan dan mencapai kesejahteraan sehingga golongan ekonomi
bawah dapat berpindah kelas ke lapisan ekonomi menengah atau bahkan ekonomi
atas (Suryana dan Bayu 2011). Ini adalah suatu peluang besar yang menantang
generasi muda untuk `berkreasi, mengadu keterampilan membina wirausahawan
dalam rangka turut berpartisipasi membangun negara (Alma 2011).
Telah diketahui bahwa jumlah rumah tangga pada sektor pertanian
hortikultura menurun, padahal dewasa ini sayuran indigenous atau yang biasa
disebut sayuran pribumi maupun sayuran lokal sedang menjadi kajian yang
hangat dibicarakan. Namun, sampai saat ini perhatian masyarakat terhadap
sayuran indigenous yang merupakan sayuran asli daerah masih sangat kurang,
bahkan cenderung ditinggalkan. Akibatnya, keberadaan kelompok sayuran
indigenous ini kurang dikenal dan mulai terancam kepunahan, jumlah petani
sayuran indigenous pun tidak sebanyak jumlah petani sayuran lainnya. Tanaman
indigenous menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi kasus gizi buruk, karena
sayuran ini dapat menjadi sumber nutrisi bagi tubuh dan harganya juga relatif
murah. Macam-macam sayuran indigenous yaitu : leunca, labu siam, daun
kemangi, daun katuk, gambas atau oyong, kecipir, paria, koro, selada air. Leunca
(Solanum nigrum L) yang merupakan salah satu sayuran indigenous bagi
masyarakart Sunda biasa dikonsumsi sebagai lalap, baik buah maupun daunnya.
Sayuran leunca ditanam secara tumpang sari, para petani tertarik menanam leunca
karena biaya produksinya rendah, mudah dalam perawatannya, mudah tumbuh,
serta kemudahan akses penjualan sehingga sayuran leunca cukup memiliki nilai
ekonomi tinggi untuk menambah pendapatan para petani.

3

Berdasarkan fakta tersebut maka kewirausahaan (entrepreneurship)
memiliki peranan yang sangat penting. Menurut Alma (2011), kewirausahaan
memiliki peranan untuk menambah daya tampung tenaga kerja, generator
pembangunan lingkungan, contoh bagi masyarakat lain sebagai pribadi unggul
yang patut dicontoh, menghormati hukum dan peraturan yang berlaku, berusaha
memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial, memberdayakan
karyawan, memberi contoh kerja keras tanpa melupakan perintah-perintah agama,
hidup efisien, dan memelihara keserasian lingkungan.
Penelitian analisis karakteristik wirausaha petani sayuran indigenous
penting dilakukan karena kajian mengenai karakteristik wirausaha petani masih
jarang ditemukan terutama tentang karakteristik wirausaha petani sayuran
indigenous khususnya leunca. Penelitian mengenai karakteristik wirausaha petani
diharapkan dapat mendorong pertumbuhan petani wirausaha, serta membentuk
karakter wirausaha yang handal agar masyarakat secara sadar dengan segala
potensi dan kemampuan yang dimilikinya dapat menciptakan lapangan kerja
sendiri secara mandiri.
Perumusan Masalah
Cianjur, Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk
pengembangan sektor pertanian, khususnya hortikultura. Luas lahan pertanian
yang sangat memadai dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi, serta didukung
iklim yang cocok untuk mengembangkan usaha pertanian hortikultur (khususnya
leunca). Produk tersebut berasal dari kekayaan alam khas Jawa Barat yaitu pada
lingkungan masyarakat Sunda, sehingga produk leunca (sayuran indigenous)
sangat potensial untuk dikembangkan dan disukai oleh konsumen, baik konsumen
dalam maupun luar negeri. Didukung kekayaan alam dan sumberdaya yang
terampil dibidangnya, maka produk leunca sangat menunjang bagi kehidupan
masyarakat setempat.
Usaha leunca (sayuran indigenous) mulai dikembangkan para petani
hortikultura di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur.
Para petani leunca di Desa Tegallega saat ini masih memerlukan bantuan
kelompok tani sebagai media penjualan produknya. Manajemen yang dilakukan
oleh petani juga masih bersifat sederhana, padahal bila jeli dalam berwirausaha,
para petani akan mengetahui bahwa harga produk lokal berupa sayuran
indigenous bisa sama atau bahkan lebih tinggi dari sayuran organik sehingga bisa
fokus dalam mengembangkan usaha sayuran indigenous secara mandiri.
Kewirausahaan sudah melekat secara alamiah dalam diri setiap individu.
Masalahnya adalah bagaimana cara seseorang sebagai individu membuat
kemampuan itu muncul, terealisasikan, berjalan optimal, dan berkembang. Ukuran
keberhasilan para petani leunca tentunya tidak terlepas dari karakteristik
wirausaha yang dimiliki oleh para petani tersebut. Karakteristik wirausaha
merupakan bagian yang penting dalam aspek kewirausahaan. Karakteristik
wirausaha akan menentukan keberhasilan dalam mempertahankan dan
mengembangkan usaha. Kegiatan wirausaha banyak bergerak dalam bidang bisnis
termasuk kegiatan perdagangan sehingga penulis mengambil kajian mengenai
kewirausahaan petani leunca. Setiap petani memiliki karakteristik berbeda-beda

4

sehingga perlu adanya kajian mengenai karakteristik wirausaha petani leunca agar
dapat diketahui karakteristik wirausaha utama yang dibutuhkan dalam
menjalankan usaha sayuran leunca.
Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah yang akan diteliti adalah
sebagai berikut :
1
A
pa saja karakteristik wirausaha para petani leunca di Desa Tegallega,
Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur?
2
B
agaimana karakteristik wirausaha utama dalam usaha sayuran leunca di Desa
Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1
M
engidentifikasi karakteristik wirausaha para petani leunca di Desa Tegallega,
Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur.
2
M
enganalisis karakteristik wirausaha utama dalam perkembangan usaha
sayuran leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten
Cianjur.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi dunia
pendidikan dan pertanian terutama mengenai kewirausahaan, sebagai bahan
pertimbangan bagi pihak yang berkeinginan untuk memulai dan mengembangkan
usaha sayuran indigenous (umum) dan usaha leunca (khusus), sebagai media
untuk menumbuhkan keinginan generasi muda agar menjadi petani wirausaha,
serta sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan pengisian kuesioner
kepada petani dari salah satu sayuran indigenous, yaitu leunca di Desa Tegallega.
Petani yang menjadi responden yaitu petani hortikultura yang mengusahakan
leunca dan juga mengusahakan sayuran lainnya. Jumlah petani responden yaitu 4
orang. Fokus penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik wirausaha yang
dimiliki oleh masing-masing petani dan merumuskan karakteristik wirausaha
utama petani leunca di Desa Tegallega.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Wirausaha Petani Agribisnis
Kewirausahaan merupakan proses dinamik untuk menciptakan tambahan
kemakmuran. Tambahan kemakmuran ini diciptakan oleh individu wirausaha
yang menanggung risiko, menghabiskan waktu, dan menyediakan berbagai
produk barang dan jasa. Barang dan jasa yang dihasilkannya boleh saja bukan
merupakan barang baru tetapi mempunyai nilai yang baru dan berguna dengan
memanfaatkan skills dan resources yang ada. Dalam pengertian wirausaha di atas
tersimpul konsep-konsep seperti situasi baru, mengorganisir, menciptakan,
kemakmuran, dan menanggung risiko (Alma 2011).
Menurut Pasaribu (2012), wirausaha adalah seseorang yang memiliki ide
cemerlang dalam mengelola sumber daya untuk mendapat keuntungan yang
maksimum. Secara agribisnis, wirausaha adalah mereka yang bekerja dalam
bidang perdagangan hasil-hasil pertanian dalam arti baik produk primer maupun
hasil akhir agroindustri di dalam negeri maupun ekspor. Termasuk di dalamnya
kegiatan distribusi untuk memperlancar arus barang dari sentra produksi ke sentra
pusat pasar (konsumen/ promosi, informasi pasar dan intelejen pasar (marketing
inteligence).
Menurut Suryana dan Bayu (2011), membangun karakter (character
building) ialah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga
“berbentuk” unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain,
tetapi diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi kebiasaan
dan membentuk watak atau tabiat seseorang. Kesuksesan tergantung kepada cara
seseorang berunding dalam hubungan dengan orang lain tanpa perselisihan dan
pertentangan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang pandai berunding adalah
orang yang mengerti seni menjual. Adapun seni menjual merupakan salah satu
perwujudan dari jiwa dan karakter wirausaha.
Petani sebagai wirausaha agribisnis tentunya harus memiliki karakter dan
sifat dalam berwirausaha, karena petani harus dapat melihat kondisi masa depan,
apa saja yang akan terjadi dan bagaimana menangkap peluang serta menentukan
solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Karakter dan sifat yang perlu
dimiliki wirausaha antara lain adalah percaya diri, berorientasi tugas dan hasil,
pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan, berorientasi ke masa depan.
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dan telah banyak
dilakukan yaitu mengenai karakteristik wirausaha, tetapi kajian tentang sayuran
indigenous khususnya leunca, masih jarang ditemukan terutama dalam hal
kewirausahaan petaninya.
Handayani (2007), tentang identifikasi karakter hortikultura beberapa
sayuran indigenous. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakter
hortikultura sayuran indigenous dengan cara mengidentifikasi morfologi dan
pengamatan data agronomis sayuran indigenous. Hasil dari penelitian ini adalah
masing-masing jenis sayuran indigenous memiliki karakter hortikultura yang
khas, baik sifat morfologi maupun data agronomis. Perbedaan parameter panjang
batang, diameter batang, panjang daun, dan lebar daun terjadi pada awal
pertumbuhan sampai 12MST.

6

Prawati (2011), tentang evaluasi beberapa karakter agronomi, nilai gizi dan
persepsi masyarakat terhadap sayuran indigenous di Jawa Barat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi dan agronomi, serta faktor-faktor
pemanfaatan sayuran indigenous di Jawa Barat. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah sayuran indigenous memiliki nilai ekonomi yang relatif rendah. Hal
tersebut ditunjukkan oleh teknologi agronomi yang masih sederhana, produsen
yang terbatas, dan pola konsumsi yang bersifat sebagai selingan. Ketersediaan
yang terbatas, adanya persepsi negatif, keterbatasan anggota keluarga yang
mengkonsumsi, dan banyak masyarakat yang belum mengenal sayuran indigenous
menjadi alasan utama preferensi pada sayuran indigenous yang masih rendah.
Perlu perhatian khusus kandungan zat anti gizi seperti oksalat dan zat lain yang
berpotensi mempengaruhi kesehatan termasuk potensinya sebagai obat. Faktorfaktor yang mendorong konsumsi sayuran indigenous yaitu harga murah,
kesukaan konsumen, kemudahan memperoleh sayuran indigenous, serta cara
untuk mengkonsumsi.
Pakpahan (2010), melakukan penelitian dengan judul Modernitas Sikap
Kewirausahaan Pengurus Koperasi (Studi Kasus pada Koperasi Karyawan di
Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Tujuan penelitian ini adalah
untuk menjelaskan: (1) Modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi; (2)
Hubungan antara modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi dengan
keberhasilan koperasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah rata-rata responden
mengetahui prioritas utama dalam memanfaatkan peluang kredit, dana, maupun
informasi. Melalui Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman diketahui bahwa
variabel modernitas sikap kewirausahaan pengurus tidak memiliki korelasi dengan
keberhasilan koperasi.
Seftian (2012), tentang analisis faktor yang mempengaruhi tingkat inovasi
petani sebagai pendekatan kewirausahaan (kasus petani sayur Kecamatan
Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat). Tujuan penelitian ini
adalah: (1) menganalisis hubungan antara adopsi inovasi, inovasi hasil sendiri,
lingkup percobaan, dan tingkat inovasi ditingkat petani Kecamatan Pangalengan;
(2) Mengidentifikasi sejauh mana sumber-sumber inovasi memberikan kebaruan
inovasi terhadap petani sayur di Kecamatan Pangalengan; (3) Mengidentifikasi
hubungan antara karakteristik petani dengan tingkat adopsi inovasi petani sayur di
Kecamatan Pangalengan. Kesimpulan penelitian ini yaitu ada pengaruh signifikan
berasal dari adopsi inovasi yang secara langsung mempengaruhi lingkup
percobaan dan tingkat inovasi, perusahaan penyedia input berpengaruh secara
signifikan terhadap kebaruan inovasi petani responden, faktor karakteristik petani
yang berhubungan nyata pada tingkat adopsi inovasi adalah usia dan pengalaman
usahatani.
Penelitian mengenai aspek sosial ekonomi sayuran indigenous masih
terbatas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu mengenai sayuran
indigenous, khususnya leunca ialah penelitian terdahulu telah membahas sayuran
indigenous dari segi agronomi dan hortikultura.
Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya, yaitu mengidentifikasi
karakteristik wirausaha dan menganalisis karakteristik wirausaha utama dari
petani sayuran indigenous, khususnya leunca. Metode yang digunakan berupa
survey untuk menghasilkan data kualitatif yang diolah secara deskriptif. Metode
analisis deskriptif digunakan untuk memberi gambaran mengenai karakteristik

7

wirausaha yang dimiliki oleh petani responden dan statistik deskriptif digunakan
untuk menganalisis karakteristik wirausaha utama petani responden.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Wirausaha
Menurut Suryana dan Bayu (2011), wirausaha (entrepreneur) adalah orang
yang mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melambangkan perusahaan
miliknya sendiri. Konsep wirausaha lebih merujuk pada sifat, watak, dan ciri–ciri
yang melekat pada seseorang yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan
gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata serta dapat
mengembangkannya dengan tangguh dan mengacu pada orang yang
melaksanakan proses gagasan serta memadukan sumber daya agar dapat
terealisasi.
Beberapa keuntungan menjadi wirausaha menurut Alma (2011), adalah :
1. Terbuka peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri.
2. Terbuka peluang untuk mendemonstrasikan kemampuan serta potensi
seseorang secara penuh.
3. Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara
maksimal.
4. Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha–usaha konkrit.
5. Terbuka kesempatan untuk menjadi bos.
Sementara itu, Kelemahan menjadi wirausaha menurut Alma (2011), adalah
:
1.

2.
3.
4.

memperoleh pendapatan yang tidak pasti, dan memikul berbagai resiko. Jika
resiko ini telah diantisipasi secara baik, maka berarti wirausaha telah
menggeser resiko tersebut.
Bekerja keras dan waktu/ jam kerjanya panjang.
Kualitas kehidupannya masih rendah sampai usahanya berhasil, sebab dia
harus berhemat.
Tanggung jawabnya sangat besar, banyak keputusan yang harus dia buat
walaupun dia kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya.

Pengertian karakter menurut Suryana dan Bayu (2011) yaitu (1) suatu
kualitas positif yang dimiliki seseorang, sehingga membuatnya menarik dan
atraktif; (2) reputasi seseorang; dan (3) seseorang yang memiliki kepribadian yang
eksentrik.
Berdasarkan pengertian karakteristik, maka dapat disimpulkan definisi
karakteristik wirausaha sebagai ciri khas atau bentuk watak atau karakter, corak
tingkah laku, atau tanda khusus yang melekat pada diri setiap wirausaha dalam
mengelola usahanya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Karakteristik
wirausaha petani berarti ciri khas atau bentuk-bentuk watak atau karakter, corak

8

tingkah laku, atau tanda khusus yang melekat pada diri setiap petani dalam
mengelola usaha pertaniannya untuk mencapai tujuan yang diharapkannya.
Proses membangun karakter memerlukan disiplin tinggi karena tidak pernah
mudah dan seketika. Diperlukan refleksi mendalam untuk membuat keputusan
moral serta ditindaklanjuti oleh aksi nyata sehingga menjadi praktis, refleksi, dan
praktik. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi kebiasaan
dan membentuk watak seseorang (Suryana dan Bayu 2011).
Karakteristik wirausaha menurut BN. Marbun (1993: 63) diacu dalam Alma
(2011) adalah sebagai berikut :
1. Percaya diri. Memiliki watak kepercayaan, ketidaktergantungan, kepribadian
mantap, dan optimis.
2. Berorientasi tugas dan hasil. Memiliki watak kebutuhan atau haus akan
prestasi, berorientasi laba atau hasil, tekun dan tabah, tekad, kerja keras,
motivasi, energik, penuh inisiatif.
3. Pengambil risiko. Memiliki watak mampu mengambil risiko dan menyukai
tantangan.
4. Kepemimpinan. Memiliki watak mampu memimpin, dapat bergaul dengan
orang lain, menanggapi saran dan kritik.
5. Keorisinilan. Memiliki watak inovatif, kreatif, fleksibel, banyak sumber, serba
bisa, dan memiliki banyak pengetahuan.
6. Berorientasi ke masa depan. Memiliki watak pandangan ke depan dan
perspektif.
Karakter wirausaha merupakan tabiat, watak, sifat–sifat kejiwaan, akhlak,
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain. Memerlukan waktu
dan disiplin tinggi untuk membentuk karakter wirausaha yang unik, menarik, dan
berbeda dari orang lain. Pentingnya karakter dalam kewirausahaan yaitu bahwa
karakter harus menjadi fondasi bagi kecerdasan dan pengetahuan seorang
wirausaha Suryana dan Bayu (2011). Karakteristik wirausaha yang dijadikan
fokus penelitian yaitu beradasarkan pendapat BN. Marbun (1993: 63) diacu dalam
Alma (2011), yang meliputi: percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, pengambil
risiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan.
Percaya Diri
Orang yang percaya diri memiliki watak teguh, tidak tergantung oleh orang
lain, kepribadiannya mantap, dan optimis. Dalam praktek, kepercayaan diri
terlihat dari sikap memulai, melakukan, dan meyelesaikan tugas atau pekerjaan
yang dihadapi. Orang yang tinggi percaya dirinya adalah orang yang sudah
matang jasmani dan rohaninya. Karakteristik kematangan seseorang adalah ia
tidak tergantung pada orang lain, memiliki tanggung jawab yang tinggi, obyektif,
dan kritis. Dia selalu mempertimbangkan pendapat dan opini orang lain, sehingga
dapat dikatakan emosionalnya stabil serta tingkat sosialnya tinggi (Alma 2011).
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang di
antaranya kesuksesan dan kegagalan, kemampuan dalam menyelesaikan
pekerjaan, tingkat kemandirian dan kemampuan untuk berdiri sendiri, serta
keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT (Soesarsono 2002). Kepercayaan
diri berpengaruh pada gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan,
semangat kerja, dan kegairahan berkarya (Sunarya 2003).

9

Berorientasi Tugas dan Hasil
Orang yang berorientasikan tugas dan hasil adalah orang yang memiliki
watak haus akan prestasi, berorientasi laba atau hasil, tekun dan tabah, tekad,
kerja keras, motivasi, energik, serta penuh dengan inisiatif. Orientasi akan tugas
dan hasil sangat erat kaitannya dengan motivasi seorang wirausaha. Orang ini
tidak mengutamakan prestise melainkan prestasi karena setelah berhasil, prestise
akan naik dengan sendirinya. Orientasi akan tugas dan hasil juga sangat erat
kaitannya dengan motivasi seorang wirausaha. Berbagai motivasi akan muncul
dalam bisnis jika wirausaha berusaha menyingkirkan prestisenya. Dengan adanya
motivasi dalam berusaha, seorang wirausaha akan mampu bekerja keras, enerjik,
tanpa malu dilihat teman, asal yang dikerjakan merupakan pekerjaan halal (Alma
2003).
Alma (2003) mengemukakan bahwa motivasi adalah kemauan untuk
berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan, dorongan atau
impuls. Motivasi seseorang tergantung kekuatan motifnya. Motif dengan kekuatan
yang sangat besarlah yang akan menentukan perilaku seseorang.
Petani sayuran indigenous khususnya leunca dalam memulai dan
mengembangkan usaha juga memiliki motivasi tersendiri. Dengan adanya
motivasi tersebut, petani akan bekerja keras dan mampu produktif menghasilkan
produk yang dibutuhkan oleh konsumen.
Pengambil Risiko
Robison dan Barry (1987), menyatakan bahwa semakin tinggi risiko
semakin tinggi pengembalian (return) yang didapat. Kondisi ini memunculkan
tiga keputusan seseorang dalam menghadapi risiko, yaitu :
1. Risk averter, yaitu sikap seseorang yang cenderung menghindari risiko.
2. Risk neutral atau indefferent to risk, yaitu sikap seseorang yang netral atau
biasa-biasa saja dalam menghadapi risiko.
3. Risk taker, yaitu sikap seseorang yang berani mengambil risiko.
Keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan
adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistik.
Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas–
tugasnya secara realistik. Situasi risiko kecil dan tinggi dihindari karena sumber
kepuasan tidak mungkin didapat pada masing–masing situasi ini.
Kepemimpinan
Menurut Kartono (1991), Seorang pemimpin memiliki tipe kepemimpinan
tertentu, yaitu :
1. Tipe kharismatis, pemimpin memiliki kekuatan energi, daya tarik dan wibawa
yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai
banyak pengikut dan pengawal yang bisa dipercaya.
2. Tipe paternalistis, yaitu tipe kebapaan, dengan sifat-sifat antara lain :
a. Menganggap bawahannya sebagai anak sendiri yang belum dewasa
sehingga perlu dikembangkan.
b. Bersikap terlalu melindungi.

10

3.

4.

5.

6.

7.

8.

c. Jarang memberi kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan
sendiri, untuk berinisiatif, dan untuk mengembangkan daya kreativitas
mereka sendiri.
d. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Tipe militeristis, yaitu tipe yang sifatnya kemiliter-militeran dengan sifat
antara lain :
a. Lebih banyak menggunakan perintah, keras, kaku, dan kurang bijaksana.
b. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.
c. Sangat menyenangi formalitas dan upacara ritual yang berlebihan.
d. Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya.
e. Tidak menghendaki saran dan kritik dari bawahannya.
f. Komunikasi hanya berlangsung searah saja.
Tipe otokratis, yaitu tipe pemimpin yang mendasarkan diri pada kekuatan dan
paksaan mutlak yang harus dipatuhi. Pemimpin tipe ini memiliki sifat
diantaranya selalu berperan sebagai pemain tunggal, berambisi untuk merajai
situasi, berdiri jauh dari bawahannya, keras mempertahankan prinsip, serta
setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan
bawahannya.
Tipe laissez faire, yaitu tipe pemimpin yang bersifat tidak praktis memimpin
dan membiarkan bawahannya berbuat sesuai dengan keinginannya sendiri.
Pemimpin tipe ini tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan
kelompoknya, tidak mempunyai wibawa serta tidak mampu menciptakan
kondisi kerja yang kondusif.
Tipe populistis, yaitu pemimpin yang berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat yang tradisional dan kurang mempercayai terhadap kekuatan
asing.
Tipe administratif atau eksekutif, yaitu pemimpin yang mampu
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif sehingga dapat
dibangun sistem administrasi dan birokrasi yang efisien.
Tipe demokratis, yaitu pemimpin yang berorientasi pada manusia dan
memberikan bimbingan yang efisien kepada bawahannya. Pemimpin
demokratis menghargai setiap potensi individu, mau mendengar nasihat, dan
mampu memanfaatkan kapasitas bawahannya.

Berdasarkan hal diatas, maka fungsi pemimpin adalah mengarahkan,
membina, mengatur, dan menunjukan orang–orang yang dipimpin agar orangorang tersebut senang, sehaluan, serta terbina dan menuruti kehendak dan tujuan
pemimpin. Seorang petani tidak bekerja sendiri, melainkan memerlukan bantuan
dari tenaga kerja atau bawahan untuk mengelola usaha pertaniannya.
Kepemimpinan seorang petani sangat diperlukan untuk menciptakan kondisi kerja
yang kondusif dan memutuskan suatu kebijakan atau ketetapan demi mencapai
tujuan yang diinginkan. Setiap petani memiliki persamaan dan perbedaan dalam
memimpin yang dapat dilihat dari tipe kepemimpinannya.
Keorisinilan
Sifat orisinal tidak selalu ada pada diri seseorang. Orisinal yang dimaksud
adalah seseorang yang tidak hanya mengekor pada orang lain, tetapi memiliki
pendapat sendiri, ada ide yang orisinal, dan mampu untuk melaksanakan sesuatu.

11

Orisinal tidak berarti baru sama sekali, tetapi produk tersebut mencerminkan hasil
kombinasi baru atau reintegrasi dari komponen-komponen yang sudah ada,
sehingga melahirkan sesuatu yang baru (Alma 2011).
Kesimpulannya, untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa diperlukan
penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan permasalahan dan meraih
peluang yang dihadapi setiap hari. Berinisiatif adalah mengerjakan sesuatu tanpa
menunggu perintah. Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan kreativitas setelah
biasa diulang–ulang sehingga melahirkan inovasi.
Berorientasi Masa Depan
Seorang wirausaha haruslah perspektif, mempunyai visi ke depan, apa yang
hendak ia lakukan, dan apa yang hendak dicapai. Purwanto (2006) menjelaskan
tentang visi, misi, dan tujuan. Visi adalah citra nilai dan kepercayaan ideal.
Dengan kata lain, visi merupakan wawasan luas ke masa depan dan merupakan
kondisi ideal yang hendak dicapai di masa yang akan datang. Misi adalah dasar
kegiatan atau peranan yang diharapkan masyarakat dari suatu usaha, misi
merupakan hal-hal yang melegitimasi keberadaan badan usaha. Tujuan merupakan
pernyataan tentang keinginan yang akan dijadikan pedoman untuk meraih hasil
tertentu atas kegiatan yang dilakukan dengan dimensi waktu tertentu. Baik visi
maupun misi mempengaruhi tujuan badan usaha karena hal-hal terebut merupakan
karakteristik khas dari suatu badan usaha.
Sebuah usaha bukan didirikan hanya untuk sementara, tapi untuk
selamanya. Oleh sebab itu, faktor kontinuitasnya harus dijaga dan pandangan
harus ditujukan jauh ke depan, seorang wirausahawan akan menyusun
perencanaan dan strategi yang matang, agar jelas langkah–langkah yang akan
dilaksanakan.
Kerangka Pemikiran Operasional
Tingginya tingkat pengangguran yang terdapat di Indonesia menimbulkan
banyak permasalahan karena dapat meningkatkan tingkat kriminalitas dan
kemiskinan. Untuk itulah peran kewirausahaan sangat penting sebagai salah satu
solusi untuk mengurangi angka pengangguran dan membuka kesempatan kerja.
Salah satu bidang usaha yang memiliki prospek cerah untuk dikelola dan
dikembangkan adalah usaha agribisnis sayuran indigenous. Selain menjadi menu
lalapan dan olahan masakan di rumah makan, sayuran indigenous menjadi salah
satu alternatif dalam mengatasi kasus gizi buruk, karena sayuran ini dapat menjadi
sumber nutrisi bagi tubuh dan harganya juga relatif murah. Leunca juga memiliki
keunggulan lainnya yaitu sebagai tanaman obat.
Walaupun memiliki banyak keistimewaan, jumlah petani sayuran
indigenous masih terbatas, termasuk di Cianjur. Salah satu faktor yang
menghambat seseorang untuk memulai usaha sayuran indigenous adalah
kurangnya kesiapan mental, yaitu berpandangan sempit mengenai potensi pasar
sayuran indigenous. Untuk itu, diperlukan karakteristik wirausaha yang tangguh
untuk menjalankan bisnis sayuran indigenous yang berhasil.
Petani sebagai pelaku wirausaha agribisnis perlu memiliki karakter dan sifat
tertentu yang sesuai dengan konsep karakteristik kewirausahaan agar dapat

12

melihat kondisi masa depan, menangkap peluang yang ada, berpikir dengan penuh
perhitungan, serta menentukan solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi
demi kesuksesan usahanya. Untuk itu, diperlukan analisis karakteristik wirausaha
petani sayuran indigenous, khususnya leunca di Desa Tegallega. Karakteristik
wirausaha yang diteliti terdiri dari percaya diri, berorientasi tugas dan hasil,
pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi masa depan.
Kajian akhir adalah menganalisis karakteristik wirausaha utama yang diperlukan
dalam mengelola usaha sayuran indigenous.
Sayuran indigenous (Leunca) di Desa Tegallega, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur

Analisis Karakteristik Wirausaha Petani Leunca
-

Percaya diri
Berorientasi tugas dan hasil
Kepemimpinan
Keorisinilan
Berorientasi masa depan

Karakteristik Wirausaha Utama Petani Leunca (tanaman
indigenous) dalam Menjalankan Usaha Sayuran Leunca
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang,
Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan
pertimbangan adanya Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan yang bergerak
dibidang usaha hortikultura. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2014.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014.
Teknik pengumpulan data berupa observasi, serta pengisian angket dan kuesioner
kepada petani responden. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk melihat
aktivitas usaha yang dilakukan di Desa Tegallega sekaligus mengecek jawaban

13

dari responden. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mendapatkan data
mengenai gambaran usaha dan karakteristik umum para petani responden.
Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data mengenai karakteristik wirausaha
dan karakteristik wirausaha utama petani responden.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari
observasi langsung, serta pengisian angket dan kuesioner dengan petani leunca.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan literaturliteratur yang relevan dengan tujuan penelitian baik media cetak maupun media
elektronik. Daftar pertanyaan dan pernyataan, alat pencatat, dan alat dokumentasi
digunakan untuk mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan terdiri dari :
1
D
ata primer berupa gambaran usaha, karakteristik umum petani responden, dan
karakteristik wirausaha petani responden. Karakteristik umum petani
responden yaitu usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman bertani.
Karakteristik wirausaha petani yang diteliti terdiri dari percaya diri,
berorientasi tugas dan hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan
berorientasi masa depan.
2
D
ata sekunder berupa gambaran umum pertanian di Desa Tegallega, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur.
Metode Penentuan Sampel
Petani leunca yang dijadikan sampel merupakan petani yang memenuhi
pertimbangan peneliti, yaitu :
1. Petani leunca yang tergabung dalam anggota Kelompok Tani Mitra Tani
Parahyangan di Desa Tegallega.
2. Petani bertindak sebagai pengelola utama usaha pertaniannya sehingga
mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan usaha.
Berdasarkan hasil wawancara, didapat 4 orang petani leunca di Desa
Tegallega yang merupakan seluruh anggota populasi dan bersedia bekerja sama
dengan peneliti (Tabel 1).
Tabel 1

Responden Penelitian Analisis Karakteristik Wirausaha Petani Leunca
di Desa Tgallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur
tahun 2014
Kode Responden

I
II
III
IV

Nama Responden
Sabar
Iwan
U. Majudin
Diat

14

Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan diolah agar dapat disajikan dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Pengolahan data untuk penelitian ini
menggunakan metode :
1
A
nalisis deskriptif.
Menurut Natzir (1999), analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Analisis deskriptif
bertujuan untuk memberikan gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan
akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk memberi
gambaran mengenai karakteristik wirausaha yang dimiliki oleh petani sayuran
indigenous (leunca) di Desa Tegallega.
2
S
tatistik Deskriptif.
Statistik deskriptif merupakan salah satu metode pengolahan data yang
hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keteranganketerangan mengenai suatu data, keadaan, atau fenomena. Penarikan kesimpulan
pada statistik deskriptif hanya ditujukan pada kumpulan data yang ada (Hasan
2003). Pada penelitian ini, metode statistik deskriptif digunakan untuk
menganalisis karakteristik wirausaha utama petani responden. Karakteristik
wirausaha utama petani sayuran indigenous (leunca) diketahui dari skor jawaban
kuesioner yang diisi oleh responden berdasarkan rentang skala Likert (1-5), yaitu
menjadi lima kriteria penilaian berdasarkan tinggi rendahnya dengan skor
terendah (1) dan skor tertinggi (5). Untuk mewakili keseluruhan skor yang
terdapat dalam data, digunakan ukuran nilai pusat. Jenis ukuran nilai pusat yang
dipakai adalah rata-rata hitung (mean). Rata-rata hitung adalah nilai rata-rata dari
data yang ada. Rata-rata hitung secara umum dapat ditentukan dengan rumus :

Berdasarkan hasil perhitungan nilai tengah, karakteristik wirausaha dapat
diklasifikasikan ke dalam lima kriteria (Tabel 2). Pembagian klasifikasi penilaian
dapat dilakukan dengan formulasi sebagai berikut :

15

Tabel 2
1 – 1.8
1.8 – 2.6
2.6 – 3.4
3.4 – 4.2
4.2 – 5

Kriteria Penilaian Skor Kuesioner
Range

Kriteria
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi

Kesesuaian karakteristik wirausaha yang diteliti pada petani ditentukan
berdasarkan proporsi kesesuaian, dengan nilai tertinggi yaitu 100 persen. Rumus
berikut ini digunakan untuk menentukan proporsi kesesuaian karakteristik
wirausaha petani:

Definisi Operasional
1
2

3
4
5
6

7

8

9

10

Usaha pertanian sayuran indigenous (leunca) yaitu budidaya sayuran
lokal/ indigenous terutama leunca dengan tujuan utama produksi leunca.
Petani sayuran indigenous (leunca) yaitu orang yang bertindak sebagai
pengelola utama dalam usaha sayuran indigenous khususnya leunca, mata
pencahariannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pertanian.
Usia adalah rentang kehidupan individu yang diukur dengan tahun, dihitung
sejak dilahirkan.
Tingkat pendidikan yaitu kondisi yang menggambarkan tingkat
pendidikan formal yang ditempuh oleh responden penelitian.
Pengalaman bertani yaitu kondisi berapa lama petani responden
melakukan usaha bertani.
Karakteristik Wirausaha yaitu ciri khas atau watak atau karakter, tingkah
laku, atau sifat khusus yang melekat pada diri setiap wirausaha dalam
mengelola usahanya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Karakteristik Wirausaha yang diteliti berupa : percaya diri, berorientasi
tugas dan hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan
berorientasi ke masa depan.
Percaya diri yaitu keyakinan atas kemampuan diri sendiri. Kepercayaan
diri dapat diukur dari tanggung jawab, obyektif, emosi, sosialisasi,
keyakinan terhadap agama yang ditekuni, serta sikap yang tidak selalu
bergantung pada orang lain.
Berorientasi tugas dan hasil yaitu karakteristik wirausaha yang mencakup
nilai motivasi, orientasi laba atau hasil, ketekunan dan ketabahan, kerja
keras, serta inisiatif.berorientasi tugas dapat diukur dari sikap inisiatif,
berorientasi laba atau hasil, bekerja keras, ketekunan dan ketabahan, motif
berprestasi, dan motif berhubungan dengan orang lain.
Pengambil risiko yaitu sikap kemampuan dan keinginan untuk mengambil
risiko yang dapat diukur dari sikap menyukai tantangan, keberanian dalam

16

11

12

13
14

menghadapi risiko, keyakinan pada diri sendiri, dan kemampuan dalam
mencari peluang.
Kepemimpinan yaitu tindakan dalam melakukan aktivitas tertentu dengan
tujuan tertentu sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk bersamasama melakukannya. Kepemimpinan dapat diukur dari sikap yang
konsekuen, dapat dipercaya, terbuka pada kritik, memelihara kesehatan,
memanfaatkan perbedaan, serta ahli dalam bidang usaha yang dikerjakan.
Keorisinilan yaitu sikap atau ide yang orisinil, inisiatif kreatif untuk tidak
selalu mengikuti orang lain, memiliki pendapat sendiri, mampu
melaksanakan sesuatu, mampu memecahkan masalah.
Berorientasi masa depan yaitu sikap memiliki visi, misi, tujuan, serta
pandangan ke masa depan.
Karakteristik wirausaha utama yaitu karakteristik wirausaha yang paling
menonjol yang dimiliki oleh para petani responden. Karakteristik wirausaha
utama diukur berdasarkan mean skor kuesioner yang tertinggi.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Karakteristik Umum Lokasi Penelitian
Letak Geografis dan Pembagian Administratif
Secara geografis, Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan berada di
Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Kecamatan ini terletak kurang
lebih 9 km dari pusat pemerintahan Kabupaten/Kota Cianjur, 90 Km dari Ibukota
Provinsi Jawa Barat dan 120 Km dari pusat pemerintahan Negara. Kecamatan
Warungkondang memiliki batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Cugenang
Sebelah Selatan : Kecamatan Gekbrong
Sebelah Barat : Kabupaten Sukabumi
Sebelah Timur : Kecamatan Cilaku
Kecamatan Warungkondang memiliki wilayah seluas 4.893.96 ha, terletak
di arah barat daya ibukota Kabupaten Cianjur, dengan ketinggian berkisar antara
450 sampai dengan 1 000 meter diatas permukaan air laut, dan dengan kemiringan
antara 1 derajat sampai dengan 15 derajat. Jenis tanah di Kecamatan
Warungkondang yaitu tanah latosol, aluvial berada pada ketinggian 300 – 900
meter diatas permukaan laut dengan pH tanah 5 – 6. Suhu rara-rata di Kecamatan
Warungkondang yaitu 25ºC dan memiliki rata-rata 2000 – 2500 mm/ tahun (BPS
Cianjur, 2011). Luas wilayah Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur,
yaitu 4 894 hektar, yang terdiri atas pemukiman, persawahan, tegal/ladang,
perkebunan, hutan lindung, kolam, dan lain-lain. Secara rinci luas wilayah
Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur yang dilihat menurut
penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 3.

17

Tabel 3

Luas Wilayah Menurut Penggunaannya di Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun 2010

Jenis Penggunaan
Pemukiman
Persawahan
Tegal/ Ladang
Perkebunan
Hutan Lindung
Kolam
Lain – lain
Total

Luas (Ha)
788
1 664
270
555
1 120
121
376
4 894

Persentase (%)
16.10
34.00
5.51
11.34
22.88
2.47
7.68
100

Sumber: BPS Kabupaten Cianjur 2008

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar luas wilayah
Kecamatan Warungkondang digunakan untuk persawahan, yaitu sebesar 1 664
hektar atau mencapai 34.00 persen dari total luas wilayah Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Hal tersebut menunjukkan bahwa lahan
Kecamatan Warungkondang diprioritaskan untuk lahan persawahan atau
menanam padi. Penggunaan lahan terbesar setelah lahan persawahan adalah untuk
hutan lindung yaitu sekitar 1 120 hektar, pemukiman sekitar 788 hektar,
perkebunan sekitar 555 hektar, lain-lain seperti sarana dan prasaran