RELOKASI PASAR WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR.

(1)

RELOKASI PASAR WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Geografi

Oleh

RIZKI YULISTIANI (1100054)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015


(2)

RELOKASI PASAR WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

Oleh Rizki Yulistiani

1100054

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Rizki Yulistiani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis


(3)

(4)

ABSTRAK

RELOKASI PASAR WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

Pembimbing I : Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS. Pembimbing II : Bagja Waluya, S.Pd., M. Pd. Oleh : Rizki Yulistiani (1100054)

Relokasi Pasar Warungkondang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dapat memberikan dampak terhadap keberlangsungan pelayanan bagi pengunjung Pasar Warungkondang. Karena itu, diperlukan analisa kebijakan dilihat dari pelayanan pasar yang akan mempengaruhi respon pengunjung pasar. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pelayanan pasar dan melihat pengaruh pada respon pengunjung, dengan mengacu pada jarak, aksesibiltas, dan sarana prasarana. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling dengan jumlah sampel 98 orang yang terdiri atas pedagang dan pembeli. Analisis data yang digunakan dalam menganalisis lokasi menggunakan teori pusat dari Christaller, sedangkan untuk respon menggunakan skala likert. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasar tidak cukup strategis namun cukup ideal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, namun sulit dijangkau oleh angkutan kota, sehingga berpengaruh kepada minat belanja pengunjung dan pendapatan pedagang. Disisi lain, pengunjung mmerasa nyaman berbelanja di pasar, karena dilengkapi oleh fasilitas. Karena itu, diharapkan dengan adanya relokasi keberadaan angkutan kota akan mempermudah masyarakat untuk menjangkau pasar.


(5)

ABSTRACT

RELOCATON MARKET WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

Adviser I : Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS. Adviser II : Bagja Waluya, S.Pd., M. Pd. By : Rizki Yulistiani (1100054)

Relocation warungkondang market made by local governments to give impact on the sustainability of service for the visitors warungkondang. Because it, required analysis of policy in terms of service markets will affect the visitors response. The purpose of this research to analyze services market and identify the effects in the visitors, with reference to the distance, aksesibiltas, and infrastructure. Methods used is the method descriptive. Using techniques the sample accidental sampling of 98 the sample which consists of traders and buyers. Analysis of data used to analyze the using the center of Christaller theory, while for a use likert scale. The results showed that the market is not quite strategic but only ideal to meet the people needs, but it is hard reached by city transport, so this had an impact on spending visitors and interest income of traders. On the other side, visitors feel comfortable shopping at a market, because it is equipped performed at. Because it, it is expected relocation the city transport it would ease the community to access the market.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

ABTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan ... 6

E. Manfaat ... 6

F. Sistematika Penulisan... 7

G. Acuan Penelitian Sebelumnya... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Pasar dalam Perekonomian ... 13

B. Fasilitas Pasar ... 15

C. Aksesibilitas Menuju Pusat Pelayanan... 19

D. Teori Lokasi untuk Pasar ... 21

E. Respon ... 26

F. Penggunaan Konsep Geografi dalam Kajian Pasar ... 31


(7)

A. Lokasi Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

C. Metode Pendekatan Penelitian ... 34

D. Variabel Penelitian ... 35

E. Definisi Operasional... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 36

G. Teknik Pengolahan Data ... 36

H. Teknik Analisis Data ... 37

I. Alur Penelitian ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

B. Relokasi Pasar Warungkondang ... 57

C. Pembahasan ... 88

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 94

B. Rekomendasi ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Pasar Tradisional di Kabupaten Cianjur ... 2

Tabel 1.2 Acuan Penelitian Sebelumnya ... 9

Tabel 2.1 Jumlah Kamar mandi Sesuai Jumlah Pedagang ... 19

Tabel 2.2. Standar Jarak dalam Kota ... 20

Tabel 3.1 Variabel Penelitian ... 35

Tabel 3.2 Korelasi antara Nilai RCI dengan Kondisi Jalan ... 39

Tabel 3.3 Kategori Jalan Sesuai dengan Nilai IRI ... 39

Tabel 3.4 Kesesuaian Sarana dan Prasaran Pasar ... 40

Tabel 3.5 Persentase Hasil Penelitian ... 41

Tabel 3.6 Alternatif Jawaban Menggunakan Skala Likert (Respon Relokasi) ... 42

Tabel 3.7 Alternatif Jawaban Menggunakan Skala Liker (Respon Fasilitas) 42 Tabel 3.8 Kriteria Interpretasi Skor ... 43

Tabel 4.1 Luas Wilayah Setiap Desa di Kecamatan Warungkondang... 45

Tabel 4.2 Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Warungkondang tahun 2010 (Ha)... 46

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk di Kecamatan Warungkondang ... 49

Tabel 4.4. Komposisi penduduk bedasakan mata pencaharian ... 49

Tabel 4.5 Informan Bedasarkan Jenis Kelamin ... 50

Tabel 4.6 Informan Berdasarkan Usia ... 50


(9)

Tabel 4.8 Informan Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 51

Tabel 4.9 Informan berdasarkan domisili tinggal ... 51

Tabel 4.10 Informan berdasarkan status kependudukan ... 51

Tabel 4.11 Informan Berdasarkan Lama Berdagang ... 52

Tabel 4.12 Informan Berdasarkan Barang yang Dijual ... 52

Tabel 4.13 Informan Berdasarkan Asal Barang yang Dijual ... 52

Tabel 4.14 Informan Bedasarkan Jenis Kelamin ... 53

Tabel 4.15 Informan Berdasarkan Usia ... 53

Tabel 4.16 Informan Berdasarka Tingkat Pendidikan ... 53

Tabel 4.17 Informan Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 54

Tabel 4.18 Informan Berdasarkan Mata Pencaharian ... 54

Tabel 4.19 Informan berdasarkan domisili tinggal ... 54

Tabel 4.20 Informan berdasarkan status kependudukan ... 55

Tabel 4.21 Informan Bedasarkan Tujuan Berbelanja ... 55

Tabel 4.22 Informan Berdasarkan Frekuensi Berbelanja Setiap Bulan ... 55

Tabel 4.23 Informan Berdasarkan Barang yang akan Dibeli ... 55

Tabel 4.24 Informan Berdasarkan Kelengkapan dan Kebutuhan Barang ... 56

Tabel 4.25 Informan Berdasarkan Kisaran Harga... 56

Tabel 4.26 Informasi Berdasarkan Alternatif Berbelanja ... 56

Tabel 4.27 Jarak dan waktu yang Ditempu Menuju Pasar ... 57

Tabel 4.28 Jarak yang Ditempuh Pengunjung ... 57

Tabel 4.29 Waktu Tempu Pengunjung Pasar ... 58 Tabel 4.30 Transportasi yang Digunakan Pengunjung untuk mencapai


(10)

pasar ... 58

Tabel 4.31 Daftar rute angkutan umum dan biaya angkutan yang melintas . Di Kecamatan Warungkondang dan Pasar Warungkondang ... 60

Tabel 4.32 Hasil survey biaya angkutan pengunjung Pasar Warungkondang ... 60

Tabel 4.33 Kondisi Jalan di Sekitar Pasar Warungkondang ... 61

Tabel 4.34 Jarak yang Ditempuh Oleh Responden (Km) ... 63

Tabel 4.35 Jumlah Penduduk yang Terpengaruh Fungsi Pasar ... 64

Tabel 4.36 Komponen Perhitungan Kelayakan TPS... 65

Tabel 4.37 Hasil Kesesuaian Fasilitas Pasar Warungkondang ... 69

Tabel 4.38 Respon Pedagang terhadap Kelayakan Fasilitas ... 70

Tabel 4.39 Persepsi terhadap Sosialisasi Relokasi yang Dilakukan Pemerintah... 71

Tabel 4.40 Persepsi terhadap Jangkauan Pasar ... 72

Tabel 4.41 Persepsi mengenai Kenyamanan Fasilitas Pasar Warungkondang ... 72

Tabel 4.42 Persepsi mengenai Dampak Relokasi Pasar... 74

Tabel 4.43 Rekapitulasi Persepsi Masyarakat Terhadap Relokasi Pasar ... 75

Tabel 4.44 Sikap Pedagang terhadap adanya Penataan Pasar ... 77

Tabel 4.45 Sikap Pedagang terhadap keinginan berdagang di Pasar Warungkondang ... 78

Tabel 4.46 Rekapitulasi Sikap Pedagang terhadap Relokasi Pasar... 78


(11)

Tabel 4.48 Rekapitulasi Respon Pedagang ... 79

Tabel 4.49 Persepsi terhadap Sosialisasi Relokasi Pasar oleh Pemerintah Daerah ... 80

Tabel 4.50 Persepsi terhadap Jangkauan Pasar ... 81

Tabel 4.51 Persepsi mengenai Kenyamanan Fasilitas Pasar Warungkondang ... 81

Tabel 4.52 Persepsi Mengenai Dampak Relokasi Pasar ... 82

Tabel 4.53 Rekapitulasi Persepsi Pembeli Tentang Relokasi Pasar ... 83

Tabel 4.54 Sikap Pembeli Terhadap Adanya Penataan Pasar ... 85

Tabel 4.55 Sikap Pembeli terhadap Keinginan Berbelanja di Pasar Warungkondang ... 86

Tabel 4.56 Rekapitulasi Sikap Pembeli terhadap Relokasi ... 87

Tabel 4.57 Perilaku Pembeli Setelah Adanya Relokasi ... 88


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pembentukan Heksagonal Christaller ... 20

Gambar 2.2 Tempat Sentral Berhierarki K-3 ... 21

Gambar 2.3 Tempat Sentral Berhierarki K-4 ... 21

Gambar 2.4 Tempat Sentral Berhierarki K-7 ... 22

Gambar 3.1 Alur Penelitian... 44

Gambar 4.1 Peta Wilayah Persebaran Pengunjung Pasar ... 47

Gambar 4.2 Peta Kemiringan Lereng Wilayah Sebaran ... 48

Gambar 4.3 Peta Lokasi Pemberhentian Angkutan kota (Angkot) ... 59

Gambar 4.4 Pangkalan Ojek Disekitar Pasar ... 61

Gambar 4.5 Peta Persebaran Pengunjung Pasar ... 62

Gambar 4.6 Tempat Parkir Pasar Warungkondang... 66

Gambar 4.7 Tempat Pembuangan Sampah Sementara ... 67

Gambar 4.8 Tempat Aliran Limbah dan Bak Penampungan Limbah ... 67

Gambar 4.9 Lubang Penyerapan dan Septictank ... 67

Gambar 4.10 Kamar Mandi Didalam Pasar ... 68

Gambar 4.11 Kondisi Air dan Fasilitas Penampungan Air ... 68


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdagangan merupakan proses tukar-menukar barang dan jasa dari penjual kepada pembeli, hal ini menimbulkan interaksi diantara suatu tempat menuju daerah lainnya yang menghasilkan sebuah pergerakan, baik pergerakan barang, hingga mobilitas penduduk menuju pusat perdagangan. Aktivitas perdagangan terus terjadi diakibatkan oleh usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Hingga saat ini pusat perdagangan dan aktivitas ekonomi masyarakat bertumpu di pasar, selaras dengan pernyataan mengenai pasar menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat yang diungkapkan oleh Hidayat (1984, hlm. 14) bahwa

pasar secara sosial ekonomi diartikan sebagai “pusat sosial ekonomi suatu

lingkungan, dimana penduduk dapat memenuhi kebutuhannya, terutama kebutuhan akan barang-barang pokok sehari-hari dan atau kebutuhan akan jasa (service) dalam bentuk pedagang eceran. Dengan besarnya peran pasar bagi aktivitas ekonomi, tentunya berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi, dan perkembangan wilayah setempat”.

Target utama dari sebuah pembangunan adalah masyarakat, pencapaian pembangunan wilayah dapat tercapai dari keberhasilan mengatur dan mengefesiensikan guna tata ruang yang ada. Sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) No. 17 tahun 2002 mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Cianjur, yang bertujuan dalam rangka perwujudan pengembangan daerah yang berorientasi meminimalisasi kesenjangan masyarakat, dengan cara mendorong laju perkembangan perekonomian berbasis pertanian, dan pariwisata yang diperkuat oleh pengembangan industri, perdagangan, dan jasa sesuai dengan potensi sumber daya yang tersedia serta tetap memperhatikan daya tampung dan daya lingkungan, artinya dalam mensukseskan pembangunan wilayah, dan mengembangkan sebuah sektor harus disertai dengan mengembangkan di sektor ekonomi, karena sektor ekonomi merupakan salah satu indikator pembangunan wilayah. Kabupaten Cianjur menurut RTRW memiliki 32 kecamatan, dan


(14)

kawasan pengembangan, artinya setiap kecamatan dijadikan sebagai wilayah pengembangan, seperti pengembangan pertanian, zona perlindungan, aktivitas ekonomi, dan jasa, sehingga setiap kecamatan memiliki kawasan perkotaan yang merupakan pusat pemerintahan, dan pusat aktivitas masyarakat termasuk ekonomi.

Pentingnya aktivitas perdagangan dan jasa bagi masyarakat menjadikan sektor ini menjadi salah satu yang diandalkan oleh masyarakat Kabupaten Cianjur dalam usaha peningkatan ekonomi. Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur tahun 2013 menunjukan sektor ini menempati posisi kedua terbesar penghasil PDRB Kabupaten Cianjur setelah pertanian yaitu sebesar 6.898.115,80. Dengan adanya kawasan perkotaan disetiap kecamatan akan memberikan kesempatan masyarakat untuk mengembangkan potensi ekonomi di suatu wilayah.

Sebagai pusat aktivitas ekonomi masyarakat, pasar ini memiliki fungsi dan peran yang sangat penting bagi masyarakat, terutama pasar tradisional yang berada dekat dengan masyarakat yang menyediakan kebutuhan masyarakat seperti pangan, sandang, dan beberapa kebutuhan lainnya. Keberadaan pasar tradisional ini masih penting bagi masyarakat karena pasar tradisional dapat menjangkau semua kalangan masyarakat.

Kabupaten Cianjur saat ini memiliki 15 pasar tradisional yang dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pemda), dan berikut merupakan pasar di Kabupaten Cianjur.

Tabel 1.1

Daftar No Nama Pasar Rakyat Status Bangunan Pasar

1 Pasar Warungkondang Permanen

2 Pasar Cibeber Permanen

3 Pasar Pagelaran Semi Permanen

4 Pasar Sukanagara Semi Permanen

5 Pasar Sindangbarang Semi Permanen

6 Pasar Cidaun Semi Permanen

7 Pasar Hewan Sanggar/terbuka

8 Pasar Bojongmeron Permanen

9 Pasar Induk/Ampera Permanen

10 Pasar Muka Permanen

11 Pasar Cikalong Permanen

12 Pasar Ciranjang Permanen

13 Pasar Cipanas Permanen

14 Pasar Cibodas Semi Permanen


(15)

Tradisional di Kabupaten Cianjur

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cianjur

keberadaan pasar tradisional ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Cianjur terutama memberikan sumbangan bagi pertumbuhan dan pembangunan kecamatan.

Kota kecamatan yang memiliki perkembangan pesat salah satunya adalah Kecamatan Warungkondang, sebagai salah satu jalur lintas yang menghubungkan dua kabupaten yaitu Kabupaten Cianjur, sebagai salah kecamatan yang berkembang Kecamatan Warungkondang memiliki pasar tradisional yang awalnya berada strategis diantara jalan utama penghubung dua kabupaten tersebut. Kebutuhan akan ruang semakin besar dengan berkembangnya wilayah dan penduduk, didasarkan atas daya dukung yang ada disebuah tempat maka penataan ruang wajib dilakukan agar sebuah ruang dapat dimanfaatkan dengan efisien sesuai dengan acuan penataan ruang, yang diantaranya adalah RTRW dan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) yang dimiliki oleh setiap kawasan perkotaan. Mengacu pada ketidaksesuaian antara RDTR wilayah perkotaan Warungkondang, maka dikeluarkan SK mengenai relokasi pasar No. 272 tahun 2011, keputusan ini dikeluarkan dengan beberapa pertimbangan yang telah dikaji oleh Pemerintah Kabupaten Cianjur.

Selain tidak sesuai dengan RDTR wilayah perkotaan Warungkondang, relokasi ini dilakukan berkaitan dengan lokasi pasar tradisional sebelumnya di persimpangan jalan raya utama Cianjur dan Sukabumi, hal ini memberikan kecenderungan msasalah, terutama berhubungan dengan tidak tersedianya fasilitas lapangan parkir dan bongkar muat barang, menjadikan jalan raya menjadi tempat parkir dan bongkar muat barang dan memberikan kecenderungan penghambatan arus lalu lintas di jalan nasional yang menghubungkan dua kabupaten tersebut, sementara keberadaan fasilitas pasar sangat dibutuhkan untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung, tentunya dengan syarat sarana dan prasarana pasar. Peristiwa kebakaran yang terjadi pada tahun 2010 menjadikan keberadaan kondisi


(16)

menjadi tidak layak, dan tidak memungkinkan penyediaan fasilitas tersebut, karena membutuhkan perluasan pasar, dan akan bersinggungan dengan pemukiman masyarakat.

Relokasi pasar tersebut dibangun di Desa Cikaroya yang terletak ± 600 meter dari lokasi sebelumnya, dan dibangun diatas tanah dengan luas ± 4.548 meter persegi, lokasi ini telah dibangun dengan kelengkapan fasilitas pendukung operasional pasar, pemberian zona barang kebutuhan yang dapat dibeli serta tata bangunan pasar, hal tersebut menjadikan Pasar Warungkondang kini menjadi pasar percontohan Jawa Barat. Pasar Warungkondang termasuk pasar tradisional kelas I menilik syarat-syarat yang dikeluarkan oleh beberapa peraturan pemerintah di beberapa kabupaten, diantaranya Kota Yogyakarka (Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta, 2009, 16), dan Kabupaten Sleman, beberapa syarat tersebut diantaranya pasar memiliki luas ±2.000 meter, dan dilengkapi oleh fasilitas tempat parkir, bongkar muat barang, tempat promosi, sarana pengamanan, sarana pengelola kebersihan, sarana air bersih, instalasi listrik, dan radio pasar. Relokasi yang dilakukan diharapkan akan menambah daya beli masyarakat, baik masyarakat di sekitar Kecamatan Warungkondang, maupun wilayah kecamatan lainnya yang berdekatan dengan Pasar Warungkondang.

Saat sebuah relokasi dilakukan, akan terjadi sebuah transisi bagi masyarakat yang telah biasa berbelanja pada lokasi pasar sebelumnya, hal ini dapat menimbulkan keuntungan maupun kecenderungan masalah. Lokasi pasar saat ini berada cukup jauh dari jalan utama menjadi hambatan untuk menuju lokasi pasar, dan hingga saat ini belum ada trayek angkutan kota untuk menjangkau lokasi pasar tersebut, serta kemudahan akses menuju pusat kota Cianjur untuk menjangkau Pasar Induk Cianjur.

Saat relokasi dilaksanakan, maka terjadilah pengalihan pusat masyarakat. Pasar sebagai pusat ekonomi masyarakat harus bisa menjangkau kegiatan masyarakat sekitarnya, hal ini menjadikan letak pasar dimungkinkan dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat di sekitarnya. Pasar harus ditempatkan pada lokasi yang strategis, agar aktivitas ekonomi masyarakat tetap stabil dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat. Lokasi yang tepat akan mempermudah


(17)

kegiatan masyarakat, terutama aktivitas ekonomi, dikatakan oleh Sirojuzilam (2006, hlm. 22) bahwa “lokasi adalah suat penjelasan yang dikaitkan dengan tata ruang dari suatu kegiatan ekonomi. Hal ini selalu dikaitkan pula dengan alokasi geografis dari sumber daya yang terbatas yang pada gilirannya akan berpengaruh

dan berdampak terhadap lokasi berbagai aktivitas baik ekonomi atau sosial”.

Menurut Christaller dalam Sumaatmadja (1988, hlm. 121) menyatakan

in reality such as points are settlement of different sizes whose strategic central locations allow a maximum number of people to participate in the activities which take place there as well as to consume the goods and services they produce such settlement are reffered to as central place. Thus, theory relating to them is known as central place theory.

Dijelaskan oleh Diana (2003), bahwa faktor-faktor penentu berkembangnya lokasi perdagangan meliputi jumlah penduduk (daerah layanan) yang tergantung pada faktor fisik yang mempengaruhi daya tarik suatu fasilitas perdagangan, aksesibilitas (kemudahan pencapaian lokasi), keterkaitan spasial, jarak (adanya kecenderungan untuk berbelanja pada pusat yang dominan, namun jaraknya dekat), dan kelengkapan fasilitas perdagangan, dengan keadaan itu diperkirakan akan mempengaruhi terhadap minat masyarakat dalam berbelanja. Relokasi yang terjadi dapat berdampak positif maupun negatif, namun lokasi yang dapat dijangkau yang diperlukan oleh masyarakat, karena lokasi yang dapat dijangkau oleh masyarakat akan menimbulkan intensifnya aktivitas dan interaksi masyarakat yang akan membawa pada terpenuhinya setiap kebutuhan masyarakat, dan lokasi yang didatangi oleh banyak masyarakat akan membawa dampak baik bagi penjual yang berada di pasar tersebut.

Pernyataan diatas memberikan asumsi bahwa lokasi strategis dan kelengkapan fasilitas merupakan hal yang penting dari perkembangan lokasi perdagangan, mengingat lokasi perdagangan sangat penting dan memberikan keuntungan bagi penjual dan pembeli yang berada di sekitar Pasar Warungkondang. Saat sebuah kebijakan pemerintah diambil dengan melakukan relokasi maka dibutuhkan suatu evaluasi dari kebijakan yang diambil, karena pasar merupakan bagian penting dari aktivitas ekonomi masyarakat. Oleh karena


(18)

itu peneliti mengambil judul “RELOKASI PASAR WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR”.


(19)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas yang telah diuraikan oleh penulis, maka dari itu penulis melakukan identifikasi terhadap masalah tersebut yang akan dikaji pada penelitian ini. Identifikasi masalah ini disusun sebagai acuan kerja dalam penelitian, adapun identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Pasar Warungkondang yang relative jauh dari jalan utama (±600 meter), dengan belum tersedianya angkutan kota untuk menjangkau lokasi.

2. Kemudahan akses menuju pusat kota Cianjur menimbulkan kecdenderungan untuk lebih memilih berbelanja ke Pasar Induk Cianjur dibandingkan ke Pasar Warungkondang.

3. Pada kenyataannya, pasar rakyat merupakan pusat ekonomi masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat, sehingga harus dapat menjangkau kegiatan masyarakat yang berada di sekitarnya, dan pasar harus ditempatkan di posisi yang strategis dengan jangkauan masyarakat.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelayanan Pasar Warungkondang Kabupaten Cianjur terhadap masyarakat sekitar?

2. Bagaimana pengaruh pelayanan pasar terhadap respon pengunjung pasca relokasi Pasar Warungkondang dilakukan

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pelayanan Pasar Warungkondang Kabupaten Cianjur terhadap masyarakat sekitar

2. Untuk mendeskripsikan pengaruh yang terjadi pada pengunjung dengan pelayanan di Pasar Warungkondang Kabupaten Cianjur

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi pembaca, sebagai pengetahuan mengenai proses relokasi Pasar Warungkondang.


(20)

2. Bagi pemerintah, sebagai bahan informasi, dan masukan bagi penentuan kebijakan relokasi selanjutnya, terutama penentuan jangkauan pasar sebagai aktivitas ekonomi masyarakat.

3. Bagi peneliti, sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai Pasar Warungkondang.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi ini berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab yaitu sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Pada bab I skripsi ini membahas uraian tentang latar belakang penelitian, penelitian ini berdasarkan data-data, fakta-fakta sumber referensi dan permasalahan yang terjadi yaitu relokasi Pasar Warungkondang yang terjadi.

Identifikasi masalah penelitian, dalam penelitian ini terdapat beberapa masalah

yang dapat diidentifikasi sehingga peneliti dapat menentukan batasan masalah mengenai relokasi pasar yang terjadi.

Rumusan masalah, dalam penelitian ini terdapat beberapa rumusan masalah

mengenai hal yang terkait dengan relokasi pasar, yang diantaranya mengenai jangkauan lokasi pasar dengan penduduk, lalu dihubungkan dengan fasilitas yang telah dibangun, sehingga akan tergambarkan minat masyarakat untuk berbelanja pasca relokasi terjadi.

Tujuan penelitian, menjelaskan tentang tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini berdasarkan poin-poin dalam rumusan masalah.

Manfaat penelitian, dalam penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan

manfaat praktis.

Struktur organisasi skripsi, berisi rincian tentang urutan penulisan dari

setiap bab dan bagian bab. 2. Bab II Kajian Pustaka

Pada bab II dalam penelitian ini berisi uraian tentang kajian pustaka mengenai teori-teori yang relevan dan memperkuat penelitian ini.


(21)

Pada bab III menyajikan mengenai metode penelitian yang menjelaskan lokasi, populasi dan sampel penelitian, metode dan pendekatan penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, tahapan penelitian, istrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, dan teknik pengolahan serta analisis data.

4. Bab IV Hasil dan Pembahasan

Pada bab IV, disajikan deskripsi lokasi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengolahan data atau analisis data untuk menghasilkan temuan dari masalah penelitian, jawaban penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran

Pada bab V, dijelasan secara singkat mengenai penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan peneliti dan rekomendasi untuk penelitian berikutnya.

6. Daftar Pustaka

Berisi mengenai semua sumber tertulis yang relevan dalam penelitian ini, berupa buku, jurnal, artikel, dan sumber-sumber lain. Dalam penulisan daftar pustaka ini menggunakan sistem penulisan APA (American Psychological Association) berdasarkan pedoman penulisan karya ilmiah UPI tahun 2014/2015. 7. Lampiran-lampiran

Berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian ini. Setiap lampiran diberi nomor urut sesuai dengan urutan penggunaannya dan diberi judul untuk memudahkan pembaca.


(22)

G. Acuan Penelitian Sebelumnya

Tabel 1.2 Acuan penelitian yang relevan

No Nama Peneliti Tahun

Peneliain Judul Masalah Tujuan Metode Penelitian Hasil Penelitian

1 Diva Sulvianti, Bakaruddin, Erna Juita Studi Kesesuaian Tata Ruang Pasar Tradisional Siteba Kecamatan Nanggalo Kota Padang Penataan pasar harus menjadi pertimbangan demi kenyamanan pengunjung. Bagaimana penataan Pasar Tradisional Siteba mengacu pada Peraturan Presiden No. 112 tahun 2007? 1. Untuk mengetahui penataan pasar yang melingkupi lokasi, fasilitas, sanitasi dan area parkir yang disediakan. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan analisis data persentase,

pengambilan sampel dengan proportional sampling.

Dari segi lokasi pemerintah harus lebih memperhatikan lokasi pasar, sementara dari sarana sudah membuat nyaman pedagang dan pengunjung. Perlu adanya sinergi antara prasarana pasar dengan prasarana lingkungan pasar. 2 Denny

Mulianto, Aras Mulyadi, Yusni Ikhwan Siregar

2013 Persepsi Sikap Pedagang dan Masyarakat Mengenai Kondisi Lingkungan Pasar Terhadap Revitalisasi Pasar Dupa Kencana Pekanbaru

Keberadaan pasar tradisional sudah semakin tertekan, tidak hanya dengan tumbuhnya pasar modern yang menawarkan kenyamanan, namun terjadi peruabahan

paradigma pasar didukung dengan kemajuan

teknologi dan tumbuhnya

Untuk memberikan gambaran

komprehensif kepada pengelola mengenai urgensi pelaksanakan revitalisasi.

Untuk memberikan gambaran mengenai persepsi dan sikap pedagang dan konsumen.

Metode penelitian yang digunakan adalah eksplanatif yang terdiri dari dekriptif, asosiatif, dan kamparatif. Menggunakan analisis dekriptif, regresi linier berganda, uji T,

Kondisi umu di Pasar Dupa kencana dapat dikatakan buruk, persepsi mengenai lingkungan menurut masyarakat buruk, sementara menurut pedagang cukup buruk, sementara keinginan untuk revitalisasi sangat diinginkan oleh masyarakat sekita lingkungan pasar mengingat lingkungan

menjadi kumuh,


(23)

pendapatan masyarakat. Kualitas

lingkungan pasar yang tidak terpelihara

memberikan dampak

ketidaknyamanan masyarakat

konsumen, tidak hanya itu, hal itu memberikan dampak mengganggu ketertiban,

keindahan, dan kebersihan

lingkungan, yang menjadikan

lingkungn pemukiman

sekitarnya menjadi kumuh.

menunjukan sikap netral.

3 Dra. Susilo Endrawati, M. Si dan Dra. Christine Diah Wahyuningsih

Dampak Relokasi Pasar (Studi Kasus di Pasar Sampangan Kota Semarang)

Saat sebuah pusat ekonomi

masyarakat

berpindah, banyak hal yang akan berubah, perubahan terkadang dianggap melakukan

perubahan secara

1.Untuk mengetahui dampak dilihat dari individu pedagang.

2.Untuk mengetahui dampak dilihat dari kelompok pedagang

(Paguyuban

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif,

menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara,

Relokasi yang dilakukan oleh pemerintah

dilakukan agar

lingkungan pasar menjadi nyaman, dan hal ini

dirasakan oleh

pengunjung, dan pasar semi modern yang berada di sekitarnya. Namun para


(24)

besar-besaran, dan dapat berakibat positif maupun negatif.

Bagaimana

dampak relokasi pasar studi kasus di Pasar Sampangan Kota Semarang.

Pedagang). 3.Untuk mengetahui

dampak dilihat dari kelompok masyarakat sekitar pasar.

4.Untuk mengetahui dampak dilihat dari institusi pengelola Pasar Sampangan.

kuisioner, dan documentary

research. Jumlah sampel untuk kuisioner sebanyak 10 orang.

pedagang belum terbiasa

dengan zonasi

penempatan pedagang, dan penempatan dirasakan dampak negatifnya oleh pedagang yang berada di lantai atas.

4 Mariani R.G.O Sakul, Linda Tondobala, Windy Mononimbar

2014 Persepsi Pedagang Terhadap Relokasi Pasar Girian di Kota Bitung

- Bagaimana persepsi masyarakat mengenai relokasi ke pasar Girian? - Bagaimana peran masyarakat dalam upaya relokasi tersebut? 1. Untuk mengetahui persepsi pedagang teradap relokasi Pasar Girian 2. Untuk mengkaji

keinginan pedagang terkait relokasi pasar.

Metode yang digunakan

merupakan metode deskriptif kualitatif. Dengan variabel : luas lokasi, daya tampung, jumlah pedagang, usia, tingkat pendidikan, asal pedagang, dan masyarakat yang setuju, alasan setuju, serta keinginan pedagang dan masyarakat.

5 Isvany Septa Gustiandi

2014 Analisis Lokasi Sekolah di Kecamatan Parompong Kab. Bandung Barat

Semakin tahun jumlah penduduk terus

meningkatkan, maka kebutuhan harus diseuaikan dengan jumlah

1. Mengetahui daya tampung dan persebaran lokasi sekolah di Kec. Parompong 2. Mengetahui aksesibilitas Metode yag digunakan adalah metode dekriptif. Dengan variabel daya tampung, aksesibiltas, dan lokasi sekolah.

1. Daya tampung sekolah SD di Parompong masih mencukupi dan dapat menampung seluruh anak usia SD di Kec. Parompong, SMP sebanyak 7 unit,


(25)

penduduk, termasuk kebutuhan pendidikan. Kebutuhan

pendidikan yang semakin bertambah harus seimbang dengan kondisi sarana dan prasaran yang disediakan.

penduduk pada anak usia sekolah di Kec. Parompong 3. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung pada pemilihan sekolah. Dengan teknis analisis data persentase.

dan 1 unit SMA dan SMK.

2. Aksesibiltas masih tinggi karena masih banyak yang

melakukan mobilitas terutama sekolah, 84 % memilih sekolah yang dekat dengan tempat tinggal, jarak anak-anak sekolah SD dan SMP antara 1-5 km.

3. Motivasi

SD : dekat dengan sekolah karena anak masih butuh

pengawasan, begitupula dengan SMP. Sementaa itu saat tingkat SMA lebih memilih diluar Parompong dengan alasan fasilitas pendidikan yang lebih baik.


(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Warungkondang. Data RDTR Perkotaan Warungkondang Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kabupaten Cianjur tahun 2013 mendeskripsikan Kecamatan Warungkondang terletak secara astronomis di koordinat 1060 55’ 00” – 1070 15’ 00” BT, dan 6055’ 00”, dengan batas administrasi sebagai berikut:

sebelah utara : Kecamatan Cugenang sebelah barat : Kecamatan Gekbrong sebelah timur : Kecamatan Cilaku sebelah selatan : Kecamatan Cibeber

Adapun pertimbangan yang menjadikan dasar wilayah Kecamatan Warungkondang dijadikan sebagai lokasi penelitian karena Kecamatan Warungkondang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Cianjur yang mengalami perkembangan pembangunan yang cukup pesat. Jalur Kecamatan Warungkondang ini menghubungkan dua kabupaten yaitu Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi, yang merupakan jalur lintas provinsi, sementara itu dari sektor perdagangan saat ini Pasar Warungkondang dijadikan sebagai salah satu pasar percontohan yang berada di Jawa Barat

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Sugiyono (2012, hlm. 117) menyatakan “populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu, ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan”. Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa populasi terdiri atas suatu

objek, dan subjek yang berpengaruh pada fenomena geosfer yang terjadi. Pada penelitian ini populasi yang digunakan merupakan populasi wilayah, dan manusia.


(27)

a. Populasi Wilayah

Populasi wilayah dari penelitian ini tidak dibatasi oleh keberadaan batas administrasi selama merupakan pengunjung pasar, maka sejauh itulah batas pelayanan dari Pasar Warungkondang.

b. Populasi Manusia

Populasi manusia dari penelitian ini pengunjung (pembeli ataupun pemilik kios ataupun los) dan penduduk yang berada di Kecamatan Warungkondang. Menurut kepala Pasar Warungkondang menyatakan bahwa setiap harinya, diperkirakan jumlah pengunjung mencapai 5000 orang setiap harinya, dengan jumlah pedagang sebanyak 258.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Cara menentukan sampel yang digunakan adalah menggunakan aksidental sampling, yaitu menanyakan kepada masyarakat mengenai aksesibilitas menuju pasar dan beberapa hal yang ada kaitannya dengan penelitian.

Jumlah sampel yang akan dijadikan responden dapat dihitung dengan rumus Slovin (Sugiyono, 2012, hlm. 81). Rumus Slovin yaitu sebagai berikut.

Keterangan:

n : jumlah elemen/anggota sampel N : jumlah elemen/anggota populasi

e : error level (tingkat kesalahan) dengan catatan umumnya digunakan 1% atau 0,01; 5% atau 0,05; atau 10% atau 0,1)

Dalam penentuan sampel menggunakan tingkat kesalahan (error level) sebesar 10 persen (%).


(28)

 Untuk sampel pengunjung pasar dengan tingkat kesalahan 10 %

= 98, 03 dibulatkan 98 orang

untuk pembagian sampel antara pembeli dan pemilik kios/los menggunakan

proportional random sampling, dengan proporsi 50%, dengan demikian untuk

pembeli 49 orang, dan pemilik kios/los 49 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling.

C. Metode dan pendekatan penelitian 1. Metode Penelitian

Sugiyono (2009, hlm. 2) menyatakan bahwa “Metode penelitian pada

dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena penelitian ini manghasilkan penggambaran pengaruh yang dirasakan oleh pengunjung pasca relokasi pasar yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Cianjur. Adapun pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara survei di lapangan.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan geografi yang digunakan adalah pendekatan wilayah, karena dalam penelitian ini fokus utama adalah lokasi baru untuk relokasi Pasar Warungkondang, yang memiliki karakteristik yang berbeda fungsinya dari wilayah sekitarnya. Dalam penelitian ini terdapat hirarki yang menunjukan kawasan perdagangan sebagai salah satu dari unsur kawasan perkotaan. Dengan konsep geografi yang digunakan, diantaranya konsep lokasi, jarak, dan keterjangkauan


(29)

D. Variable penelitian

Tabel 3.1 Variabel Penelitian Variabel X

(Pelayanan Pasar Warungkondang) 1. Lokasi strategis 2. Jarak

3. Aksesibilitas

4. Sarana dan

Prasarana

E. Definisi Operasional 1. Relokasi

Lokasi merupakan penanda dari suatu tempat. Menurut Sumaatmadja (1988,

hlm.118) “lokasi suatu benda atau suatu gejala dalam ruang dapat menjelaskan

dan dapat memberikan kejelasan pada benda atau gejala geografi yang

bersangkutan secara lebih jauh lagi”. Lokasi disini merupakan tempat yang

menjadi relokasi dari Pasar Warungkondang. Dalam hal ini relokasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu proses pemindahan tempat dari tempa asal ke tujuan ( KBBI, 2002), relokasi disini merupakan relokasi Pasar Warungkondang. Sementara itu menurut Bintarto (1986), analisa geografi menekankan pada tiga aspek yaitu jarak (distance), interaksi (interction), dan movement. Dalam proses relokasi juga pentingnya masyarakat yang akan menjadi pengguna pasar tersebut. Dalam proses relokasi jangkauan, keberadaan fasilitas, dan perubahan minat pasca relokasi harus diperhitungkan agar dapat dievaluasi apakah relokasi itu layak atau tidak.

2. Pasar Warungkondang

Variabel Y (Respon) 1. Persepsi 2. Sikap 3. Perilaku mempengaruhi


(30)

Pasar Warungkondang merupakan salah satu pusat aktivitas ekonomi masyarakat di Kecamatan Warungkondang, yang menjadi jalur utama Sukabumi dan Cianjur sehingga menjadi penyangga perekonomian di Kabupaten Cianjur.

F. Teknik pengumpulan data

Dalam rangka mendapatkan data dan informasi yang sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi Lapangan, yaitu melakukan pengamatan secara langsung untuk mendapatkan data primer yang actual dan secara langsung sesuai dengan yang diharapkan.

2. Studi Literature, studi literature yaitu mempelajari buku, data Monografi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, baik pendapatnya sebagai teori maupun sebagai pembanding dalam pemecahan masalah ini.

3. Angket, Pengumpulan data penelitian menggunakan kuesioner dikemukakan oleh Sugiyono (2009, hlm. 142) bahwa:

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.

4. Dokumentasi, yaitu mencari data berupa catatan, dokumen, foto, sebagai pelengkap data primer yang ditemukan di lapangan.

G. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu dari Pabundu (2005, hlm 91) yaitu :

1. Editing data, data yang terkumpul di baca kembali kemudian diperbaiki jika

ada hal-hal yang masih kurang. Data yang akan diolah lebih lanjut adalah data yang cukup baik dan relevan terhadap tujuan penelitian.

2. Coding, pengklasifikasian atau pengelompokan jawaban menurut macamnya


(31)

diketahui apakah data tersebut sudah memenuhi terhadap pertanyaan peneliti.

3. Entry, dilakukan setelah coding data dimana setelah diklasifikasikan data

dimasukan kedalam kolom-kolom yang terdapat pada Ms Exel 2013.

4. Tabulasi, hasil dari coding dan entry, data-data yang sudah terkumpul didalam tabel kemudian dapat menghasilkan angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah masalah dalam berbagai kategori kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data digunakan untuk menganalisis data yang telah terhimpun sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Analisis Lokasi

Analisis lokasi yang dimaksudkan dilakukan untuk melihat lokasi pasar yang sentral yang dapat digunakan oleh masyarakan Kecamatan Warungkondang, maka digunakan analisis lokasi sentarl dari Christaller. Teori Christaller ini dapat digunakan untuk menganalisis pusat-pusat pelayanan dan kegiatan ekonomi yang sudah ada terhadap daerah sekitarnya, juga dapat digunakan untuk merencanakan suatu lokasi kegiatan, seperti perencanaan lokasi pusat perniagaan, pasar, rumah sakit, sekolah, dan pelayanan sosial lainnya (Sumaatmadja, 1988, hlm. 125-126). Dalam kaitannya pasar menggunakan asas K = 3, artinya sepertiga masyarakat yang ada di sebuah wilayah akan terpengaruh oleh keberadaan pasar.

Perhitungan Christaller tergantung atas Range (jarak yang ditempuh) dan Threshold (ambang penduduk minimum), sehingga dapat disimpulkan jawaban sebuah tempat strategis atau tidak.

a. Range

Daldjoeni (1996, hlm.153) menerangkan range merupakan penggambaran kesanggupan seseorang untuk menjangkau suatu tempat, dalam relokasi ini ange dapat diambil dari rerata jangkauan setiap responden menuju pasar, dengan ketentuan sebagai berikut.


(32)

Jika mayoritas pembeli sangat setuju dengan lokasi baru, maka range pasar > rerata jarak tempuh responden

Jika mayoritas pembeli netral dengan lokasi baru, maka range = rerata jarak tempuh responden

Jika mayoritas pembeli sangat tidak setuju, maka range < rerata jarak yang ditempuh oleh responden.

b. Threshold

Threshold menurut Saraswati (2012) merupakan ambang penduduk minimal yang dibutuhkan untuk mendukung penawaran dan jasa, termasuk agar pasar dapat beroperasi dibandingkan dengan sepertiga jumlah penduduk di sebuah desa karena perdagangan menggunakan asas K=3, dengan ketentuan sebagai berikut.

Jika angka total > angka threshold maka pasar akan terus hidup namun tidak akan mampu melayani kebutuhan semua penduduk. Harus dibuka pasar lain agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut

Jika angka total = angka threshold maka pasar aka terus hidup, dan kebutuhan semua penduduk akan terpenuhi. Ini adalah kondisi yang ideal

Jika angka total < angka threshold maka pasar tidak akan bertahan lama karena pembeli yang dibutuhkan oleh pedagang tidak terpenuhi

2. Analisis Kelayakan Fasilitas

Dalam kelayakan fasilitas, sesuai dengan standar pelayanan umum yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, dapat diukur kelayakan dari jalan, dan sanitasi (meliputi pengelolaan air limbah, pengurangan, dan pengangkutan sampah, serta drainase).

a. Jalan, berhubungan dengan pergerakan dari satu tempat menuju tempat yang lain, termasuk berhubungan dengan jarak, interaksi, dan pergerakan. Semakin besar interaksi dan pergerakan yang terjadi, semakin baik kualitas dan kemudahan dalam akses jalan, semakin baik akses jalan tentunya menjadi daya tarik seseorang untuk melakukan aktivitas di tempat tersebut, dalam penentuan kualitas konektivitas berdasarkan IRI (International

Roughness Index) sesuai dengan standar pelayanan umum Dinas Pekerjaan


(33)

Keterangan :

IRI = nilai tingkat kualitas konektivitas RCI = Road Conditional Index (skala 0-10)

Tabel 3.2 Korelasi antara Nilai RCI dengan Kondisi Jalan No Jenis Permukaan Kondisi yang ditinjau secara

visual Nilai RCI

1

Jalan tanah dengan drainase yang jelek dan semua tipe permukaan yang tidak diperhatikan sama sekali

Tidak bias dilalui 0-2

2

Semua tipe perkerasan yang tidak diperhatikan sejak lama (4-5 tahun atau lebih)

Rusak berat, banyak lubang, dan seluruh daerah perkerasan mengalami kerusakan

2-3

3

Pen. Mac. Lama Latasbum lama, Tanah/Batu Kerkil gravel kondisi baik dan sedang

Rusak, bergelombang,

banyak lubang 3-4

4 Pen.Mac. setelah pemakaian 2 tahun, Lastabum lama

Agak rusak, kadang-kadang ada lubang, permukaan jalan tidak rata

4-5

5 Pen.Mac. baru, lasbutag setelah pemakaian 2 tahun

Cukup, tidak ada atau edikit sekali lubang, permukaan jalan agak tidak rata

5-6

6 Lapis tiopis lama dari hotmix,

latasbum baru, latasbug baru Baik 6-7

7 Hotmix stelah 2 tahun, hotmix

tipis diatas Pen.Mac. Sangat baik umumnya rata 7-8

8

Hotmix baru (lataston, laston) (peningkatan dengan

menggunakan lebih dari 1 lapis).

Sangat rata dan teratur 8-10

Sumber : Silvia Sukirman (1995)

Berdasarkan nilai IRI, yang diambil, maka klasifikasi tingkat kualitas jalan aspal dikategorikan sebagai berikut.


(34)

No Kategori Jalan Nilai IRI

1 Baik ≤ 4

2 Sedang >4 dan ≤8

3 Rusak >8 dan ≤12

4 Rusak Berat >12

Sumber : SPM Dinas PU 2014

b. Persentase pengangkutan sampah menurut SPM Dinas Pekerjaan Umum 2014

Keterangan:

A = jumlah penduduk yang dilayani melalui kegiatan pengangkutan sampah

B = jumlah total penduduk perkotaan (jiwa) Besaran A, dapat dihitung dengan rumus

Keterangan:

C = kapasitas kendaraan pengangkut (m3/unit) D = jumlah ritasi (kali/hari)

E = jumlah truk (unit)

F= timbulan sampah (liter/jiwa/hari), menurut SNI timbulan sampah 2,65/liter/jiwa/hari)

Ketentuan dalam SPM (Standar pelayanan Minimal) dalam Dinas Pekerjaan Umum untuk besaran stnadar pengangkutan sampah di satu wilayah indikator minimal tercapainya adalah 70 %.

c. Sarana dan Prasarana

Dalam analisis ini menggunakan kesesuaian indikator sarana dan prasarana sesuai syarat pasar sehat menurut KMK No. 519 tahun 2008, mencakup area parkir, pengelolaan sampah, selokan/drainase, pengelolaan air limbah, kamar mandi, air bersih, dan tempat ibadah/mushola. Klasifikasi kesesuaian dilakukan


(35)

dengan cara skoring dan dipersentasikan dengan tiga kategori yang yang ditujukan Tabel 3.4, dengan perhitungan sebagai berikut

Tabel 3.4 Kesesuaian Sarana dan Prasarana Pasar No Persentase Kesesuaian Kategori

1 0 – 33 % Tidak Sesuai

2 34 – 67 % Cukup Sesuai

3 68 – 100 % Sesuai

3. Analisis Statistika

Analisis statistik adslah analisis yang digunakan untuk mengaetahui kecenderugan-kecenderungan jawaban responden yang digunakan berdasarkan metode persentase menurut Santoso (2001, hlm 299) dengan rumus sebagai berikut:

Presentasi =�/�� % Keterangan:

P = persentase

F = data yang didapatkan n = Jumlah seluruh data 100% = Bilangan konstanta

Angka yang dimasukan ke dalam rumus diatas merupakan data yang diperoleh dari hasil jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan. Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan.

Kriteria penjabaran mengenai nilai persentase yang akan dihasilkan dari penghitungan yaitu menggunakan persentase hasil penelitian yang dikemukakan oleh Effendi dan Manning (1991, hlm. 263) yang dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Persentase Hasil Penelitian

Persentase Kriteria


(36)

75% - 99% Sebagian besar

51% - 74% Lebih dari setengahnya

50% Setengahnya

25% - 49% Kurang dari setengahnya 1% - 24% Sebagian kecil

0% Tidak ada / tidak seorangpun

Sumber : Effendi dan Manning (dalam Mahardika, 2014, hlm 49)

4. Skala Likert

Skala likert menurut Riduwan (2009, hlm 87) digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian ini menggunakan skala likert untuk menganalisis pendapat dan persepsi pengunjung pasar yang terdiri atas pedagang dan pembeli mengenai kondisi sarana dan prasarana pasar dan relokasi yang terjadi di Pasar Warungkondang. Pengukuran berdasarkan indikator yang telah diturunkan dari variabel menggunakan skala 1-5 dengan keterangan yang dihubungkan sesuai jawaban, adapun skala likert ditampilkan pada Tabel 3.6

Tabel 3.6 Alternatif jawaban menggunakan Skala Likert (Respon Relokasi)

Indikator

Nilai/Kategori Jawaban Sangat

Setuju Setuju Netral

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju Pernyataan

Positif 5 4 3 2 1

Pernyataan

Negatif 1 2 3 4 5

Sumber : Ulber (2009, hal 229)

Tabel 3.7 Alternatif jawaban menggunakan Skala Likert (Respon Fasilitas)

Indikator Nilai/Kategori Jawaban


(37)

Layak Layak Layak Layak Pernyataan

Positif 5 4 3 2 1

Angket yang telah disebar dan diisi oleh pengunjung pasar selanjutnya jawaban di tabulasi dan didapat kecenderungan atas jawaban pengunjung tersebut. Angket yang berisikan tabel dengan item sarana dan prasarana yang kemudian diukur menggunakan skala Likert akan diolah dalam perhitungan yaitu

 Pernyataan Positif

Skor Indeks = ((F1x1)+(F2x2)+(F3x3)+(F4x4)+(F5x5)) Keterangan

F1 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 1 (Sangat Tidak Setuju) F2 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 2 (Tidak Setuju)

F3 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 3 (Netral) F4 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 4 (Setuju)

F5 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 5 (Sangat Setuju)

 Pernyataan Negatif

Skor Indeks = ((F1x1)+(F2x2)+(F3x3)+(F4x4)+(F5x5)) Keterangan

F1 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 1 (Sangat Setuju) F2 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 2 (Setuju)

F3 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 3 (Netral) F4 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 4 (Tidak Setuju)

F5 = Frekuensi jawaban responden yang menjawab 5 (Sangat Tidak Setuju)

Untuk melihat sikap dan persepsi masyarakat secara keseluruhan, dilakukan dengan langkah-langkah berikut :

1) Menentukan total skor maksimal : skor tertinggi x jumlah responden 2) Menentukan total skor minimal : skor terendah x jumlah responden 3) Persentase skor : (total skor : nilai maksimal) x 100

Hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka selanjutnya adalah interpretasi skor yang mencakup hasil dari setiap analisis data yang telah


(38)

dilakukan dalam analisis dari setiap jawaban responden yang dijadikan sampel penelitian, persentase hasil akumulasi skala Likert yang akan ditunjukan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Kriteria Interpretasi Skor

Angka 0%-20% Sangat lemah

Angka 21%-40% Lemah

Angka 41%-60% Cukup

Angka 61%-80% Kuat

Angka 81%-100% Sangat Kuat

Sumber : Riduwan, 2011

I. Alur Penelitian

DATA SEKUNDER DATA

PRIMER :

STUDI LAPANGAN STUDI LITERATUR MENJAWAB

MENGACU

PENGUMP ULAN PENGOLA HAN DAN 1. Analsis Christaller 2. Analisis Kelayakan

Fasilitas

KESIMPULAN MASALAH

DI

OBSERVA SI

RUMUSA N

TUJUAN YANG

1. Kondisi Lokasi Pasar Warungkonda ng

MEMBERI MANFAAT :


(39)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

1. Lokasi Pasar Warungkondang saat ini pasca relokasi berada pada posisi yang tidak cukup strategis sebagai unit pelayanan utama, karena tidak berada posisi sentral diantara unit layanan kecil yang berada di sekitar masyarakat. Letaknya berada di ±600 meter dari lokasi sebelumnya yang berada di dekat jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi. Pasar Warungkondang berada di posisi tidak sentral dengan posisi persebaran pengunjung Pasar Warungkondang, hanya mendekati posisi sentral, sehingga dapat dikatakan tidak cukup strategis bagi pengunjung di sekitarnya, adapun pertimbangan bagi pembeli untuk berbelanja adalah melihat kelengkapan dari barang yang dijual, harga yang relatif sama dengan wilayah lain, dan tentunya dekat dengan tempat tinggal. Saat ini keberadaan pasar dinilai cukup ideal bagi masyarakat Kecamatan Warungkondang.

Jarak yang ditempuh oleh pembeli beragam, dan pembeli tidak keberatan untuk menempuh jarak lebih jauh dari sebelumnya untuk mencapai pasar, dengan catatan akses angkutan kota segera melewati pasar, dengan kemudahan tersebut akan menambah daya tarik masyarakat untuk menuju Pasar Warungkondang, terutama dengan adanya fasilitas yang nyaman bagi pembeli, karena fasilitas yang nyaman akan membawa kenyamanan dan keamanan bagi pembeli mauun pedagang. Hanya saja yang dikeluhkan oleh pedagang adalah tidak tersedianya hydran pemadam kebakaran di pasar tersebut, hydran merupakan komponen penting dalam bangunan terutama bangunan sebesar Pasar Warungkondang, mereka takut bahwa kejadian tahun 2010 akan terulang kembali.

2. Respon masyarakat mengenai relokasi pasar beragam, respon terdiri atas respon pedagang dan pembeli, respon pembeli tergolong cukup, pedagang beranggapan bahwa relokasi ini akan membawa dampak negative bagi mereka, hingga saat ini kondisi pasar yang sepi berdampak pada pendapatan mereka,


(40)

pedagang beanggapan bahwa pembeli lebih banyak berbelanja ke Pasar Induk Cianjur yang memiliki akses angkutan kota. Hingga saat ini mereka masih menunggu perkembangan Pasar Warungkondang, dan belum mengambil keputusan untuk pindah ataupun tidak, hanya saja mereka ingin Pasar Warungkondang terlewati oleh angkutan kota sehngga mempermudah bagi pembeli dan pedagang.

Respon pembeli teradap relokasi, mereka menyambut baik dengan adanya relokasi, karena mereka merasakan lokasi saat ini sangat nyaman dan aman untuk dikunjungi, namun hampir sama dengan pedagang, mereka mengeluhkan akses angkutan kota, mereka tidak keberatan dengan jarak yang ditempuh lebih jauh 600 meter bila kemudahan akses menuju pasar didapat. Kenyamanan fasilitas dan akses yang mendukung akan menambah daya tarik bagi pembeli dan merupakan hal yang penting bagi kemajuan Pasar Warungkondang.

B. Rekomendasi

Adapun rekomendasi dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Pemerintah harus segera bergerak cepat agar pasar dapat ramai kembali, dengan mengubah rute angukutan kota, agar pasar terlewati oleh mobil angkutan kota, sehingga dapat membawa keuntungan bagi pedagang dan pembeli, dan tindak tegas bagi mobil angkutan kota yang tidak ingin melewati pasar.

2. Pihak pengelola pasar segera meminta Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk menyediakan hydran pemadam api sebagai komponen penting dari bangunan pasar.

3. Pedagang harus bekerja sama dengan pemerintah untuk meramaikan suasana pasar, bisa dengan mengadao kan berbagai acara ataupun event dan mengadakan diskon pada waktu tertentu.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Abdurrachman, M. 1988. Geografi perilaku : Suatu Pengantar Studi Tentang

Persepsi Lingkungan. Jakarta : Depdikbud

Adisasmita, R. 2008. Pengembangan Wilayah : Konsep dan Teori. Yogyakarta : Graha Ilmu

Agung S, Mahardika. 2014. Eksistensi Industri Keripik Pisang di Provinsi Lampung. Skripsi UPI. Bandung : Tidak dipublikasikan

Ahmadi, Abu. 1992. Psikologi Umum. Jakarta : Rineka Cipta

Azwar Syarifudin.(1995) Sikap Manusia Teori dan Pengukuranya. Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Adiyandya, Made S. 2015. Thesis : Analisis tingkat efektifitasa dan daya saing

program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Agung Paninjoan. Denpasar :

Universitas Udayana (tidak dipublikasikan)

Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 2011. Kabupaten Cianjur Dalam Angka. Cianjur : BPS Kabupaten Cianjur

Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 2013. Kabupaten Cianjur Dalam Angka. Cianjur : BPS Kabupaten Cianjur

Diana, A dan Tjipto, F. 2003. Total Quality Management. Yogyakarta : Andi Daldjoeni, N. 1992. Geografi Desa dan Kota. Bandung : Alumni

Daldjoeni, N. 1992. Geografi Baru (Organisasi Keruangan dalam Teori dan Praktek. Bandung : Alumni

Hidayat, A. 1986. Pedoman untuk Pembangunan Perumahan Sederhana. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum

Jayadinata, J. 1999. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan,

dan Wilayah. Bandung : ITB Press

Kencanawati, T. 1998. Alih bahasa : Penerjemah berdasar makn. Pedoman untuk

Pemanduan Antarbahasa. Jakarta : Arcan

Kartono, K. 1996. Psikologi Umum. Bandung : Mandar

Maryani, E. 2014 Modul Geografi Pariwisata. Bandung : Tidak dipublikasikan Purwanto, H. 1998. Pwngantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Medan : USU

Press.


(42)

Riduwan. 2011. Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta Sardiman, AM. 1992. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta : CV Rajawali Santoso, Singgih. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta : PT.

Alex Media Komputindo

Sirojulzilam.2006. Teori Lokasi. Medan : USU Press.

Soemanto, W. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Sugiyah. 2001. Partisipasi Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan RSBI di Sekolah

SDN Wates. Thesis Universitas Negeri Yogya.

Sugiyono.2009. Metode Penelitiaan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alpabeta

Sugiyono.2012. Metode Penelitiaan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alpabeta

Sukirman, S.1995.Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung : Nova

Sumaatmadja, Nursyid. 1988. Studi Geografi Suatu pendekatan dan Analisa

Geografi. Bandung: Alumni

Sumaatmadja, Nursyid. 1988. Geografi Pembangunan. Jakarta : Dinas Pendidikan Nasional

Sumaryadi, I Nyoman. 2010. Sosiologi Pemerintahan dan Perspektif Pelayanan

Pemberdayaan, Interaksi,dan Sistem Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia.

Bogor : Ghalia Indonesia

Surastopo Hadisumarno dan Bintarto. (1986). Metode Analisa Geografi. Jakarta : LP3ES

Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Bumi Aksara

Thomas, Richard S. 1974. The Geography of Economic Activity. New York : McGraw-Hill

Tim Penyusun Perda RDTR. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan

Warungkondang. Cianjur: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kabupaten

Cianjur

Triutomo, S. 2001. Pengembangan Wlayah melalaui Pembentukan Kawasan

Ekonomi Terpadu dalam Tiga Pilar Pengembangan Wilayah. Jakarta : BPPT

Ulber, S. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT Refika Aditama Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andioofset Wardiyatmoko, K. 2013. Geografi Kelas X SMA. Bandung : Erlangga


(43)

Wirawan, Sarwono. 1992. Psikologi Lingkungan.Jakarta.Grasindo

Yunus, Hadi S. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta :Pustaka Pelajar

Sumber Jurnal

Friedman dan Alonso. 2008. Regional Development Planning : A READER. New Zealand Geografer. Vol. 23 hlm. 179

Umam, Khairul,dkk. 2012. Pola Distribusi Spasial dan Daya Lahan Fasilitas

Perbankan di Kabupaten Kudus. Geo Image. Vol. 10.

Sumber Peraturan Pemerintahan

Badan Pemerintah Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Cianjur

Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi (Dishubkominfo) Kabupaten Cianjur Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Cianjur

Keputusan Menteri Kesehatan No. 519 tahun 2008

Peraturan Daerah Dinas Pengelolaan Pasar Kota No. 16 Tahun 2009 Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2012 mengenai RTRW Kabupaten Cianjur Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 Tahun 2012

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 mengenai Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 70/M-DAG/PER/12/12013 Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 03-1733-2004 mngenai Tata Cara

Perencanaan Perumahan di Perkotaan. SK Relokasi Pasar No. 272 Tahun 2011

UU Republik Indonesia No. 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan UU Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Sumber Internet :

_________. 2013. Teori Christaller (Central Place Theory. [oline].

www.wikipedia.com ( 5 November 2015)

Anonim. 2012. Bab II : Pengembangan wilayah. [online]. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31697/4/Chapter%20II.pdf. (14 Maret 2015)


(44)

Dewi, Utami dan F. Winarni. 2012. Jurnal : Pengembangan Pasar Tradisional

Menghadapi Gempuran Pasar Modern. [online].

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Utami%20Dewi,%20M.PP/P

ENGEMBANGAN%20PASAR%20TRADISIONAL.pdf (2 April 2015)

Fathir. 2013. Cara Menghitung Skala Likert. [online]. https://fathirphoto.wordpress.com/2013/09/24/cara-menghitung-skala-likert/ (15 Januari 2015)

Hertanto, Henrik Boby. 2012. Penentuan Lokasi Pasar. [online].

http://geoenviron.blogspot.com/2012/10/teori-lokasi-kegiatan-perdagangan.html (2 Februari 2015)

Khoirunnisa, Nurfitri. 2012. Teori Tempat Pusat Christaller. [online].

http://nurfitriekhoirunnisa.blogspot.com/2012/10/teori-tempat-pusat-christaller.html (16 Januari 2015)

Maulani, Puri. 2013. Perencanaan dan Pembangunan Wilayah dan Kota : Konsep,

Teori, Interaksi. [online]. http://perpustakaancyber.blogspot.com (2 April 2015).

Nugraha, S. 2007. Penentuan ukuran sample memakai rumus slovin dan tabel

krejcie-morgan: telaah konsep dan aplikasinya. [online]. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/penentuan

_ukuran_sampel_memakai_rumus_slovin.pdf (3 Mei 2015)

Saraswati, R. 2013. Teori Konsep Metode Teknik Analisis. [online]

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/ratna.saraswati/material/teorikonsepmet odeteknikanalisis.pdf (Diunduh 5 November 2015)

Setiawan, Agnas. 2013. Central Place Theory. [online]. http://agnazgeograph.wordpress.com (5 November 2015)

Suwardo. 2012. Tingkat Kerataan. [online]

http://www.suwardo.staff.ugm.ac.id/artikel/Tingkat_kerataan.pdf (Diunduh 5 November 2015)


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

1. Lokasi Pasar Warungkondang saat ini pasca relokasi berada pada posisi yang tidak cukup strategis sebagai unit pelayanan utama, karena tidak berada posisi sentral diantara unit layanan kecil yang berada di sekitar masyarakat. Letaknya berada di ±600 meter dari lokasi sebelumnya yang berada di dekat jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi. Pasar Warungkondang berada di posisi tidak sentral dengan posisi persebaran pengunjung Pasar Warungkondang, hanya mendekati posisi sentral, sehingga dapat dikatakan tidak cukup strategis bagi pengunjung di sekitarnya, adapun pertimbangan bagi pembeli untuk berbelanja adalah melihat kelengkapan dari barang yang dijual, harga yang relatif sama dengan wilayah lain, dan tentunya dekat dengan tempat tinggal. Saat ini keberadaan pasar dinilai cukup ideal bagi masyarakat Kecamatan Warungkondang.

Jarak yang ditempuh oleh pembeli beragam, dan pembeli tidak keberatan untuk menempuh jarak lebih jauh dari sebelumnya untuk mencapai pasar, dengan catatan akses angkutan kota segera melewati pasar, dengan kemudahan tersebut akan menambah daya tarik masyarakat untuk menuju Pasar Warungkondang, terutama dengan adanya fasilitas yang nyaman bagi pembeli, karena fasilitas yang nyaman akan membawa kenyamanan dan keamanan bagi pembeli mauun pedagang. Hanya saja yang dikeluhkan oleh pedagang adalah tidak tersedianya hydran pemadam kebakaran di pasar tersebut, hydran merupakan komponen penting dalam bangunan terutama bangunan sebesar Pasar Warungkondang, mereka takut bahwa kejadian tahun 2010 akan terulang kembali.

2. Respon masyarakat mengenai relokasi pasar beragam, respon terdiri atas respon pedagang dan pembeli, respon pembeli tergolong cukup, pedagang beranggapan bahwa relokasi ini akan membawa dampak negative bagi mereka, hingga saat ini kondisi pasar yang sepi berdampak pada pendapatan mereka,


(2)

pedagang beanggapan bahwa pembeli lebih banyak berbelanja ke Pasar Induk Cianjur yang memiliki akses angkutan kota. Hingga saat ini mereka masih menunggu perkembangan Pasar Warungkondang, dan belum mengambil keputusan untuk pindah ataupun tidak, hanya saja mereka ingin Pasar Warungkondang terlewati oleh angkutan kota sehngga mempermudah bagi pembeli dan pedagang.

Respon pembeli teradap relokasi, mereka menyambut baik dengan adanya relokasi, karena mereka merasakan lokasi saat ini sangat nyaman dan aman untuk dikunjungi, namun hampir sama dengan pedagang, mereka mengeluhkan akses angkutan kota, mereka tidak keberatan dengan jarak yang ditempuh lebih jauh 600 meter bila kemudahan akses menuju pasar didapat. Kenyamanan fasilitas dan akses yang mendukung akan menambah daya tarik bagi pembeli dan merupakan hal yang penting bagi kemajuan Pasar Warungkondang.

B. Rekomendasi

Adapun rekomendasi dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Pemerintah harus segera bergerak cepat agar pasar dapat ramai kembali, dengan mengubah rute angukutan kota, agar pasar terlewati oleh mobil angkutan kota, sehingga dapat membawa keuntungan bagi pedagang dan pembeli, dan tindak tegas bagi mobil angkutan kota yang tidak ingin melewati pasar.

2. Pihak pengelola pasar segera meminta Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk menyediakan hydran pemadam api sebagai komponen penting dari bangunan pasar.

3. Pedagang harus bekerja sama dengan pemerintah untuk meramaikan suasana pasar, bisa dengan mengadao kan berbagai acara ataupun event dan mengadakan diskon pada waktu tertentu.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Abdurrachman, M. 1988. Geografi perilaku : Suatu Pengantar Studi Tentang

Persepsi Lingkungan. Jakarta : Depdikbud

Adisasmita, R. 2008. Pengembangan Wilayah : Konsep dan Teori. Yogyakarta : Graha Ilmu

Agung S, Mahardika. 2014. Eksistensi Industri Keripik Pisang di Provinsi Lampung. Skripsi UPI. Bandung : Tidak dipublikasikan

Ahmadi, Abu. 1992. Psikologi Umum. Jakarta : Rineka Cipta

Azwar Syarifudin.(1995) Sikap Manusia Teori dan Pengukuranya. Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Adiyandya, Made S. 2015. Thesis : Analisis tingkat efektifitasa dan daya saing

program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Agung Paninjoan. Denpasar :

Universitas Udayana (tidak dipublikasikan)

Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 2011. Kabupaten Cianjur Dalam Angka. Cianjur : BPS Kabupaten Cianjur

Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 2013. Kabupaten Cianjur Dalam Angka. Cianjur : BPS Kabupaten Cianjur

Diana, A dan Tjipto, F. 2003. Total Quality Management. Yogyakarta : Andi Daldjoeni, N. 1992. Geografi Desa dan Kota. Bandung : Alumni

Daldjoeni, N. 1992. Geografi Baru (Organisasi Keruangan dalam Teori dan Praktek. Bandung : Alumni

Hidayat, A. 1986. Pedoman untuk Pembangunan Perumahan Sederhana. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum

Jayadinata, J. 1999. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan,

dan Wilayah. Bandung : ITB Press

Kencanawati, T. 1998. Alih bahasa : Penerjemah berdasar makn. Pedoman untuk

Pemanduan Antarbahasa. Jakarta : Arcan

Kartono, K. 1996. Psikologi Umum. Bandung : Mandar

Maryani, E. 2014 Modul Geografi Pariwisata. Bandung : Tidak dipublikasikan Purwanto, H. 1998. Pwngantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Medan : USU

Press.


(4)

Riduwan. 2011. Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta Sardiman, AM. 1992. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta : CV Rajawali Santoso, Singgih. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta : PT.

Alex Media Komputindo

Sirojulzilam.2006. Teori Lokasi. Medan : USU Press.

Soemanto, W. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Sugiyah. 2001. Partisipasi Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan RSBI di Sekolah

SDN Wates. Thesis Universitas Negeri Yogya.

Sugiyono.2009. Metode Penelitiaan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alpabeta

Sugiyono.2012. Metode Penelitiaan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alpabeta

Sukirman, S.1995.Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung : Nova

Sumaatmadja, Nursyid. 1988. Studi Geografi Suatu pendekatan dan Analisa

Geografi. Bandung: Alumni

Sumaatmadja, Nursyid. 1988. Geografi Pembangunan. Jakarta : Dinas Pendidikan Nasional

Sumaryadi, I Nyoman. 2010. Sosiologi Pemerintahan dan Perspektif Pelayanan

Pemberdayaan, Interaksi,dan Sistem Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia.

Bogor : Ghalia Indonesia

Surastopo Hadisumarno dan Bintarto. (1986). Metode Analisa Geografi. Jakarta : LP3ES

Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Bumi Aksara

Thomas, Richard S. 1974. The Geography of Economic Activity. New York : McGraw-Hill

Tim Penyusun Perda RDTR. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan

Warungkondang. Cianjur: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kabupaten

Cianjur

Triutomo, S. 2001. Pengembangan Wlayah melalaui Pembentukan Kawasan

Ekonomi Terpadu dalam Tiga Pilar Pengembangan Wilayah. Jakarta : BPPT

Ulber, S. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT Refika Aditama Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andioofset Wardiyatmoko, K. 2013. Geografi Kelas X SMA. Bandung : Erlangga


(5)

Wirawan, Sarwono. 1992. Psikologi Lingkungan.Jakarta.Grasindo

Yunus, Hadi S. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta :Pustaka Pelajar

Sumber Jurnal

Friedman dan Alonso. 2008. Regional Development Planning : A READER. New Zealand Geografer. Vol. 23 hlm. 179

Umam, Khairul,dkk. 2012. Pola Distribusi Spasial dan Daya Lahan Fasilitas

Perbankan di Kabupaten Kudus. Geo Image. Vol. 10. Sumber Peraturan Pemerintahan

Badan Pemerintah Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Cianjur

Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi (Dishubkominfo) Kabupaten Cianjur Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Cianjur

Keputusan Menteri Kesehatan No. 519 tahun 2008

Peraturan Daerah Dinas Pengelolaan Pasar Kota No. 16 Tahun 2009 Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2012 mengenai RTRW Kabupaten Cianjur Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 Tahun 2012

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 mengenai Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 70/M-DAG/PER/12/12013 Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 03-1733-2004 mngenai Tata Cara

Perencanaan Perumahan di Perkotaan. SK Relokasi Pasar No. 272 Tahun 2011

UU Republik Indonesia No. 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan UU Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Sumber Internet :

_________. 2013. Teori Christaller (Central Place Theory. [oline].

www.wikipedia.com ( 5 November 2015)

Anonim. 2012. Bab II : Pengembangan wilayah. [online].

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31697/4/Chapter%20II.pdf. (14 Maret 2015)


(6)

Dewi, Utami dan F. Winarni. 2012. Jurnal : Pengembangan Pasar Tradisional

Menghadapi Gempuran Pasar Modern. [online].

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Utami%20Dewi,%20M.PP/P

ENGEMBANGAN%20PASAR%20TRADISIONAL.pdf (2 April 2015)

Fathir. 2013. Cara Menghitung Skala Likert. [online].

https://fathirphoto.wordpress.com/2013/09/24/cara-menghitung-skala-likert/ (15 Januari 2015)

Hertanto, Henrik Boby. 2012. Penentuan Lokasi Pasar. [online].

http://geoenviron.blogspot.com/2012/10/teori-lokasi-kegiatan-perdagangan.html (2 Februari 2015)

Khoirunnisa, Nurfitri. 2012. Teori Tempat Pusat Christaller. [online].

http://nurfitriekhoirunnisa.blogspot.com/2012/10/teori-tempat-pusat-christaller.html (16 Januari 2015)

Maulani, Puri. 2013. Perencanaan dan Pembangunan Wilayah dan Kota : Konsep,

Teori, Interaksi. [online]. http://perpustakaancyber.blogspot.com (2 April 2015).

Nugraha, S. 2007. Penentuan ukuran sample memakai rumus slovin dan tabel

krejcie-morgan: telaah konsep dan aplikasinya. [online].

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/penentuan

_ukuran_sampel_memakai_rumus_slovin.pdf (3 Mei 2015)

Saraswati, R. 2013. Teori Konsep Metode Teknik Analisis. [online]

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/ratna.saraswati/material/teorikonsepmet odeteknikanalisis.pdf (Diunduh 5 November 2015)

Setiawan, Agnas. 2013. Central Place Theory. [online].

http://agnazgeograph.wordpress.com (5 November 2015) Suwardo. 2012. Tingkat Kerataan. [online]

http://www.suwardo.staff.ugm.ac.id/artikel/Tingkat_kerataan.pdf (Diunduh 5 November 2015)