Keanekaragaman jenis Burung pada beberapa tipe Habitat di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA
TIPE HABITAT DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA,
BOGOR, JAWA BARAT

ASEP SAEFULLAH

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Jenis
Burung Pada Beberapa Tipe Habitat Di Hutan Penelitan Dramaga, Bogor, Jawa
Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Asep Saefullah
NIM E34100141

ABSTRAK
ASEP SAEFULLAH. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat
di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh ABDUL
HARIS MUSTARI dan ANI MARDIASTUTI.
Hutan Penelitian Dramaga terletak di pinggiran Kota Bogor yang menyediakan
habitat baik bagi burung. Penelitian ini bertujuan mempelajari keanekaragaman
jenis burung, mengidentifikasi karakteristik habitat (sekitar jalan hutan, tepian
rumah, tepian sungai dan daerah interior) dan mencatat aktivitas masyarakat
sekitar hutan. Metode yang digunakan ialah metode titik hitung, daftar jenis
MacKinnon, pembuatan profil habitat dan wawancara. Menghitung indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks kesamaan jenis. Indeks
keanekaragaman jenis burung tertinggi terdapat pada habitat daerah interior
(2,34), diikuti habitat sekitar jalan hutan (2,21), habitat tepian rumah (1,87) dan
habitat tepian sungai (1,86). Kekayaan jenis burung tertinggi terdapat pada habitat

tepian sungai yaitu 27, diikuti sekitar jalan hutan 21 jenis, tepian rumah memiliki
26 jenis, sedangkan daerah interior adalah rumah bagi 21 jenis burung. Kesamaan
jenis burung tertinggi pada habitat sekitar jalan hutan dengan daerah interior yaitu
0,81. Masyarakat sekitar hutan paling sering ialah memanfaatkan kayu bakar.
Kegiatan lainnya ialah menangkap burung, mengambil pakis, mengambil buah
dan mengambil kroto. Kegiatan yang akan mengganggu populasi burung adalah
menangkap burung.
Kata kunci: aktivitas masyarakat, hutan penelitian Dramaga, keanaekaragaman.

ABSTRACT
ASEP SAEFULLAH. Bird Diversity in Various Habitat Types in Dramaga
Research Forest, Bogor, West Java. Supervised by ABDUL HARIS MUSTARI
and ANI MARDIASTUTI.
Dramaga Research Forest, located in the outskirt of Bogor, provides a good
habitat for birds. This research was aimed to study bird diversity, identifying
habitat characteristics (around the forest path, along house edge, riparian habitat
and the interior area) and recorded the activities of the local people around the
forest. Point count, MacKinnon list, habitat profiling and interviews were
conducted. Shannon-Wiener diversity indices and similarity level were calculated.
The highest index of species diversity was in the interior area (2.34), followed by

around the forest path (2.21), along house edge (1.97) and riparian habitat (1.86).
The highest species richness, however, was in the riparian habitat (27 species), the
forest path had 21 species, along house edge had 26 species, while the interior
area was a home for 21 bird species. The highest similarity (0.81) was between
forest path and interior area. On the activities of the local people, the most often
was firewood harvesting. Other activities were hunting for cage birds, harvesting
ferns, harvesting wild fruit and harvesting ant larvae. Activity that might disrupt
the bird population was hunting.
Keywords: diversity, Dramaga research forest, human activities.

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA
TIPE HABITAT DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA,
BOGOR, JAWA BARAT

ASEP SAEFULLAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di
Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat
Nama
: Asep Saefullah
NIM
: E34100141

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Haris Mustari, MSc.F.
Pembimbing I


Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc.
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul skripsi yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni, Juli, Agustus dan
Desember 2014 ini ialah keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe habitat
di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Haris Mustari,
MSc.F. dan Ibu Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc. selaku pembimbing, serta tim
peneliti dan teknisi kelompok peneliti Konservasi Biodiversitas Satwa, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi yang telah

memberikan berbagai saran. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Zaenal, Bapak Ano, Bapak Rinto beserta tim lapangan Hutan Penelitian Dramaga
maupun tim penangkaran rusa Hutan Penelitian Dramaga. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya. Selain itu, ungkapan terima kasih kepada sahabat, teman, rekanrekan yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu
maupun mendukung hingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2015
Asep Saefullah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

1

Manfaat

2

METODE

2


Lokasi dan Waktu Penelitian

2

Alat dan Obyek

3

Metode Penelitian

3

Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN


5
5
13
13

Simpulan

19

Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN


22

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Tingkat kelimpahan burung
Jenis burung di habitat sekitar jalan hutan
Jenis burung di habitat tepian rumah
Jenis burung di habitat tepian sungai
Jenis burung di habitat daerah interior
Rekapitulasi data dengan metode titik hitung dan daftar jenis
MacKinnon, indeks keanekaragaman (H’) dan indeks kemerataan jenis
(E)
7 Indeks kesamaan jenis burung (IS) pada empat tipe habitat di Hutan
Penelitian Dramaga

8 Jenis burung dilindungi pada areal penelitian
9 Karakteristik masyarakat yang memanfaatkan HPD

5
6
8
9
10

11
11
11
12

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Lokasi penelitian
Pengamatan metode titik hitung
Kondisi dan profil habitat sekitar jalan hutan
Kondisi dan profil habitat tepian rumah
Kondisi dan profil habitat tepian sungai
Kondisi dan profil habitat daerah interior
Kurva penemuan jenis burung dengan metode daftar jenis MacKinnon
di empat tipe habitat

2
4
7
7
8
9
10

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Burung merupakan satwa yang mempunyai mobilitas tinggi dan menyebar
ke berbagai wilayah serta jumlahnya mencapai 9.000 jenis (Perrins dan Birkhead
1983). Jumlah jenis burung di Indonesia tercatat 1.666 jenis (Susanti 2014) yang
mampu hidup di hutan yang lebat hingga ke perkotaan padat penduduk.
Penelitian mengenai burung penting dilakukan karena jika suatu areal
tersebut memiliki kelimpahan burung yang tinggi, maka bisa menjadi salah satu
indikator lingkungan yang baik (Sujatnika et al. 1995). Hal ini dikarenakan
burung memiliki kemampuan untuk menyebarkan biji, membantu penyerbukan,
predator alami satwa lain, dan lain-lain. Salah satu habitat yang diduga baik untuk
burung adalah Hutan Penelitian Dramaga (HPD) karena memiliki beragam jenis
tanaman yang mampu mendukung perkembangbiakan burung.
Hutan Penelitian Dramaga seluas 60 ha berada di Kelurahan Situ Gede dan
Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kotamadya Bogor yang dikelola oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) sejak
tahun 1956. Kawasan HPD ditanami beragam jenis pohon dan berbatasan dengan
permukiman serta sungai sehingga memungkinkan tingkat keanekaragaman
burungnya melimpah karena terdapat vegetasi untuk tempat bersarang, tempat
mencari makan dan minum. Namun pihak pengelola belum mempunyai kegiatan
pengelolaan berupa monitoring burung, karena pengelolaan HPD masih terbatas
pada penelitian tanaman. Kurangnya monitoring burung menyebabkan tidak
adanya data aktual untuk pengelolaan burung dalam rangka menunjang kelestarian
ekosistem HPD.
Penelitian burung di HPD telah dilakukan oleh Solihati (2007) yang berhasil
mendapatkan informasi mengenai keanekaragaman jenis burung sebanyak 29 jenis.
Namun, tidak ada tindak lanjut untuk kegiatan monitoring dari pihak pengelola
sehingga diduga akan terjadi perubahan data jumlah jenis burung. Oleh sebab itu,
penelitian mengenai keanekaragaman jenis burung di HPD perlu dikaji kembali
agar mendapatkan informasi terkini. Selain itu, pembagian HPD menjadi beberapa
tipe habitat diharapkan bisa mengetahui perbedaan jenis burung antar tipe habitat
serta penambahan data mengenai karakteristik habitat maupun aktivitas
masyarakat sekitar HPD diharapkan bisa menambah informasi untuk pengelolaan
burung kedepannya.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk: 1. menghitung keanekaragaman jenis burung
pada beberapa tipe habitat Hutan Penelitian Dramaga; 2. mengidentifikasi
karakteristik beberapa tipe habitat Hutan Penelitian Dramaga; 3. mengidentifikasi
aktivitas masyarakat sekitar hutan dalam memanfaatkan Hutan Penelitian
Dramaga.

2
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data aktual mengenai
keanekaragaman jenis burung dan menjadi salah satu pedoman dalam pengelolaan
burung di HPD.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat
(Gambar 1). Hutan Penelitian Dramaga secara administrasi termasuk dalam
Kelurahan Situ Gede dan Bubulak, Kotamadya Bogor, Provinsi Jawa Barat,
sedangkan secara geografis terletak pada 6o33’08” - 6o33’35” LS dan 106o44’50”
- 106o45’19” BT. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus dan Desember
2014.

Gambar 1 Lokasi penelitian

3
Alat dan Obyek
Alat yang digunakan untuk penelitian adalah binokular, kompas, kamera,
alat tulis, jam tangan, meteran, pita ukur, walking stick dan tally sheet. Obyek
yang digunakan untuk penelitian ini adalah burung, komponen habitat dan
responden masyarakat sekitar Hutan Penelitian Dramaga (HPD).

Metode Penelitian
Pemilihan lokasi
Lokasi penelitian dibagi menjadi empat tipe habitat yang dijadikan
pengamatan yaitu sekitar jalan hutan, tepian rumah, tepian sungai dan daerah
interior. Lokasi ini dipilih karena untuk mengetahui perbedaan tipe habitat, selain
itu HPD berbatasan langsung dengan permukiman maupun sungai serta hutan
yang di batasi oleh jalan umum. Sekitar jalan hutan merupakan areal di dalam
hutan yang dilewati oleh jalanan besar yang mempunyai lebar jalan 7 m. Tepian
rumah merupakan peralihan antara Hutan Penelitian Dramaga dengan perumahan
warga. Tepian sungai merupakan peralihan antara Hutan Penelitian Dramaga
dengan Sungai Cisadane. Daerah interior merupakan areal Hutan Penelitian
Dramaga yang berada di bagian dekat sungai dan berjarak sekitar 200 m dari jalan
hutan.
Profil habitat
Pengamatan terhadap pohon yang menempati setiap tipe lokasi yang dipilih
untuk melihat struktur pohon dan habitat sekitarnya dengan ukuran 10 m x 50 m.
Data yang diambil adalah pohon yang ada di plot tersebut dengan pengukuran
terhadap diameter, tinggi total pohon, tinggi bebas cabang, arah tajuk dan posisi
pohon serta pengukuran jarak pohon dengan garis absis dan jarak pohon dengan
garis ordinat.
Keanekaragaman burung
Metode yang digunakan untuk mendapatkan nilai keanekaragaman jenis
burung adalah observasi langsung dengan metode titik hitung (Bibby et al. 2000).
Titik hitung ditempatkan di areal yang mewakili setiap tipe habitat sehingga
menghasilkan data burung secara kuantitatif. Jumlah titik hitung pengamatan
berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi lapang tiap tipe habitat.
Pengambilan data burung dilakukan selama 10 menit dalam setiap titik
hitung yang beradius 50 m (Gambar 2). Pengamatan dilakukan pada pagi hari
(06:00 – 09:00), karena pagi hari adalah waktu yang terbaik untuk pengamatan
burung (Bibby et al. 2000; MacKinnon et al. 2010). Identifikasi burung
menggunakan buku MacKinnon et al. (2010). Penempatan titik hitung pada
habitat sekitar jalan hutan sebanyak 6 titik hitung menyesuaikan jalur dari jalan
hutan, habitat tepian rumah ditempatkan 10 titik hitung pada wilayah yang
mewakili bagian tepian rumah, habitat tepian sungai ditempatkan 6 titik hitung
sepanjang aliran Sungai Cisadane, habitat daerah interior ditempatkan 3 titik
hitung mengikuti jalur setapak. Pengamatan burung diulangi sebanyak 3 kali pada
hari yang berbeda.

4

Gambar 2 Pengamatan metode titik hitung
Informasi mengenai kekayaan jenis burung pada penelitian ini menggunakan
metode daftar jenis MacKinnon (MacKinnon et al. 2010). Setiap daftar berisikan
10 jenis burung yang berbeda. Setelah daftar pertama terisi sepuluh jenis berbeda,
maka dilanjutkan pada daftar selanjutnya. Pada daftar selanjutnya diperbolehkan
sama dengan jenis yang terdapat pada daftar sebelumnya.
Aktivitas masyarakat sekitar hutan
Pengamatan aktivitas masyarakat sekitar HPD dilakukan dengan metode
wawancara dengan pemilihan responden menggunakan teknik snowball sampling.
Responden yang dipilih merupakan masyarakat sekitar yang melakukan aktivitas
di hutan. Responden pada awalnya ditentukan berdasarkan arahan dari pengelola
kemudian bertambah dari referensi responden yang telah diwawancarai. Jumlah
responden yang diwawancarai sebanyak 30 orang. Bentuk-bentuk aktivitas
masyarakat sekitar hutan yang diamati berupa pemanfaatan hasil hutan secara
langsung.

Analisis Data
Pengolahan data mengenai diagram profil pohon dengan cara membuat
posisi absis dan ordinat serta diameter, tinggi total pohon, tinggi bebas cabang dan
arah tajuk.
Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (Magurran 2004) yang digunakan
yaitu:


H =−
Keterangan :

H′
pi
ln

:
:
:



pi ln pi

�=1

indeks keanekaragaman jenis burung
nilai kelimpahan burung (ni/N)
logaritma natural

Indeks kemerataan (Ludwig dan Reynolds 1988) yang digunakan yaitu:
E=
Keterangan :

E
H′
ln
S

:
:
:
:

H′
ln (S)

indeks kemerataan jenis
indeks keanekaragaman jenis
logaritma natural
jumlah jeseluruhan jenis

5
Perbandingan kesamaan jenis burung pada dua habitat yang berbeda
digunakan indeks kesamaan jenis (Krebs 1978) dengan rumus:
IS =
Keterangan :

IS
A
B
C

:
:
:
:

2C
A+B

indeks kesamaan jenis
jumlah jenis yang ada di tempat A
jumlah jenis yang ada di tempat B
jumlah jenis yang sama di kedua tempat

Informasi mengenai tingkat kemudahan dalam melihat burung digunakan
data dari daftar jenis MacKinnon. Tingkat pertemuan tersebut dianalisis menurut
beberapa kategori kelimpahan yaitu jarang, sedang, umum dan melimpah yang
dimodifikasi dari klasifikasi kelimpahan sederhana (Bibby et al. 2000) (Tabel 1).
Tabel 1 Tingkat kelimpahan burung
No
1
2
3
4

Jumlah Daftar Jenis MacKinnon
16 – 20
10 – 15
6 – 10
1–5

Kategori Kelimpahan
Melimpah
Umum
Sering
Jarang

Data hasil wawancara masyarakat disajikan dalam bentuk tabulasi dan
persentase. Hasil tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi umum lokasi penelitian
Hutan Penelitian Dramaga merupakan salah satu hutan yang berada di Kota
Bogor. Hutan ini termasuk kategori hutan yang berada di perkotaan dan berada
pada ketinggian 244 mdpl. Akses menuju hutan ini bisa menggunakan angkutan
umum. Akses jalan bisa digunakan untuk jalur alternatif menuju kampus IPB
Dramaga. Hutan Penelitian Dramaga Bogor mulai ditanam pada tahun 1956 seluas
60 ha oleh Balai Penyelidikan Kehutanan. Secara administrasi pemerintahan, HPD
termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Situ Gede dan Bubulak, Kecamatan Bogor
Barat, Kotamadya Bogor. Sejak tahun 1956 sampai 1998 di HPD telah
diintroduksi sebanyak 130 jenis tanaman. Berdasarkan daerah penyebaran
alaminya, jenis tanaman tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu jenis
asing (penyebaran alaminya di luar Indonesia) sebanyak 42 jenis dan jenis asli
(penyebaran alaminya di Indonesia) sebanyak 88 jenis (Fahutan IPB 1999).
Kawasan di dalam hutan beberapa luasannya digunakan untuk kantor
CIFOR (Center for International Forestry Research) dan penangkaran rusa.
Kawasan yang dijadikan perkantoran CIFOR mulai digunakan sekitar tahun 1970-

6
an, sedangkan penangkaran rusa pada tahun 2008. Akses menuju kedua tempat ini
mudah, karena terdapat jalan yang bisa dilalui oleh kendaraan roda empat pribadi
dan angkutan umum.
Keadaan iklim selama periode 10 tahun (1989-1998), suhu rata-rata tertinggi
pada bulan Mei sebesar 26,08oC dan terrendah pada bulan Januari sebesar 24,99oC
dengan kelembaban relatif rata-rata tertinggi pada bulan Januari dan Februari
sebesar 89,2% dan terrendah pada bulan Agustus 79,8%. Curah hujan tertinggi
pada bulan Januari sebesar 444 mm dan terrendah pada bulan Juli sebesar 163 mm,
sedangkan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3.940 mm. Berdasarkan
klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, tipe curah hujan di HPD termasuk tipe A
dan tidak memiliki bulan kering (Fahutan IPB 1999).
Tipe habitat sekitar jalan hutan
Habitat sekitar jalan hutan merupakan areal di dalam hutan yang dilewati
oleh jalanan besar yang mempunyai lebar 7 m (Gambar 3). Jalan hutan ini
menghubungkan dari Kelurahan Situ Gede menuju Kelurahan Bubulak serta
digunakan untuk jalur alternatif menuju kampus Institut Pertanian Bogor (IPB)
Dramaga. Jalan hutan dilewati oleh kendaraan pribadi dan tidak digunakan oleh
angkutan umum. Jalannya berlubang sehingga saat hujan akan tergenang dengan
air. Jalan hutan tidak diperbaiki agar kendaraan tidak menggunakan jalur ini.
Meskipun jalan ini rusak dan tidak diperbaiki, tapi masih banyak kendaraan
melewati jalur ini.
Jenis burung yang ditemukan di tipe habitat sekitar jalan hutan sebanyak 21
jenis burung dari 17 suku (Tabel 2). Jenis burung yang melimpah pada habitat
sekitar jalah hutan yaitu Streptopelia chinensis, Cacomantis merulinus,
Cacomantis sepulcralis, Halcyon chloris dan Orthotomus sepium.
Tabel 2 Jenis burung di habitat sekitar jalan hutan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Nama Indonesia
Tekukur biasa
Wiwik kelabu
Wiwik uncuing
Walet linci
Rajaudang meninting
Cekakak jawa
Cekakak sungai
Takur Tulungtumpuk
Layanglayang batu
Jingjing batu
Cipoh kacat
Cucak kutilang
Anis merah
Pelanduk topi-hitam
Cinenen pisang
Cinenen jawa
Kipasan belang
Munguk beledu
Cabai jawa
Burungmadu sriganti
Kacamata biasa

Nama Ilmiah
Streptopelia chinensis
Cacomantis merulinus
Cacomantis sepulcralis
Collocalia linchi
Alcedo meninting
Halcyon cyanoventris
Halcyon chloris
Megalaima javensis
Hirundo tahitica
Hemipus hirundinaceus
Aegithina tiphia
Pycnonotus aurigaster
Zoothera citrina
Pellorneum capistratum
Orthotomus sutorius
Orthotomus sepium
Rhipidura javanica
Sitta frontalis
Dicaeum trochileum
Nectarinia jugularis
Zosterops palpebrosus

Famili
Columbidae
Cuculidae
Cuculidae
Apodidae
Alcedinidae
Alcedinidae
Alcedinidae
Capitonidae
Hirundinidae
Campephagidae
Aegithinidae
Pycnonotidae
Turdidae
Timaliidae
Sylviidae
Sylviidae
Rhipiduridae
Sittidae
Dicaeidae
Nectariniidae
Zosteropidae

Kelimpahan
Melimpah
Melimpah
Melimpah
Umum
Sering
Umum
Melimpah
Jarang
Jarang
Jarang
Sering
Jarang
Jarang
Umum
Umum
Melimpah
Jarang
Jarang
Sering
Jarang
Umum

7
Tipe habitat sekitar jalan hutan memiliki kerapatan tajuk yang cukup rapat.
Jenis tanaman yang ditemukan adalah Litsea sp., Tracy lobium, Calophyllum
soulatri, Melia excelsa, Dracontomelon dao, Khaya grandifolia, Strombosia
zeylanica, Maesopsis eminii, Terminalia superba, Delonix regia dan Pinus
merkusii (Gambar 3).

Gambar 3 Kondisi dan profil habitat sekitar jalan hutan
Tipe habitat tepian rumah
Tepian rumah merupakan peralihan antara HPD dengan perumahan warga
(Gambar 4). Peralihan ini dibatasi jalan beraspal yang mempunyai lebar 5 m. Jalan
ini cukup baik untuk dilalui oleh kendaraan. Kendaraan umum yang melewati
jalan ini ialah angkutan perkotaan jurusan Merdeka-Sindang Barang Jero.
Perumahan yang terdapat di kawasan ini merupakan rumah permanen yang
menggunakan tembok dan atapnya memakai genting. Selain itu, terdapat tambak
milik warga yang berada dekat dengan perumahan.
Peralihan hutan ini dipisahkan oleh jalan sehingga tajuk pohon masih cukup
menutupi jalan. Namun karena dekat dengan perumahan, tajuk yang lebar
dipangkas agar tidak terjadi patah ranting yang bisa merusak perumahan warga.
Jenis tanaman yang ditemukan ialah Delonix regia, Ceiba pentandra, Alstonia
scholaris, Melia excelsa, Shorea leprosula dan Nephelium lappaceum (Gambar 4).
Jenis burung yang ditemukan di habitat tepian rumah sebanyak 26 jenis dari
18 suku (Tabel 3). Jenis yang hanya ditemukan di habitat tepian rumah yaitu
Dendrocopos moluccensis, Dicaeum trigonostigma, Passer montanus dan
Artamus leucorhynchus. Jenis yang melimpah pada habitat tepian rumah ialah
Streptopelia chinensis, Collocalia linchi, Orthotomus sepium dan Zosterops
palpebrosus.

Gambar 4 Kondisi dan profil habitat tepian rumah

8
Tabel 3 Jenis burung di habitat tepian rumah
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Nama Indonesia
Kareo padi
Tekukur biasa
Wiwik kelabu
Wiwik uncuing
Kedasi hitam
Walet linci
Rajaudang meninting
Cekakak jawa
Cekakak sungai
Caladi tilik
Layanglayang batu
Layanglayang loreng
Jingjing batu
Cipoh kacat
Cucak kutilang
Pelanduk topi-hitam
Cinenen pisang
Cinenen jawa
Cabai bunga-api
Cabai jawa
Burungmadu sriganti
Kacamata biasa
Bondol jawa
Bondol peking
Burunggereja erasia
Kekep babi

Nama Ilmiah
Amaurornis phoenicurus
Streptopelia chinensis
Cacomantis merulinus
Cacomantis sepulcralis
Surniculus lugubris
Collocalia linchi
Alcedo meninting
Halcyon cyanoventris
Halcyon chloris
Dendrocopos moluccensis
Hirundo tahitica
Hirundo striolata
Hemipus hirundinaceus
Aegithina tiphia
Pycnonotus aurigaster
Pellorneum capistratum
Orthotomus sutorius
Orthotomus sepium
Dicaeum trigonostigma
Dicaeum trochileum
Nectarinia jugularis
Zosterops palpebrosus
Lonchura leucogastroides
Lonchura punctulata
Passer montanus
Artamus leucorhynchus

Famili
Rallidae
Columbidae
Cuculidae
Cuculidae
Cuculidae
Apodidae
Alcedinidae
Alcedinidae
Alcedinidae
Picidae
Hirundinidae
Hirundinidae
Campephagidae
Aegithinidae
Pycnonotidae
Timaliidae
Sylviidae
Sylviidae
Dicaeidae
Dicaeidae
Nectariniidae
Zosteropidae
Estrildidae
Estrildidae
Ploceidae
Artamidae

Kelimpahan
Jarang
Melimpah
Umum
Umum
Jarang
Melimpah
Jarang
Sering
Umum
Jarang
Jarang
Jarang
Jarang
Jarang
Umum
Umum
Jarang
Melimpah
Jarang
Umum
Jarang
Melimpah
Jarang
Jarang
Jarang
Jarang

Tipe habitat tepian sungai
Tepian sungai merupakan peralihan antara HPD dengan Sungai Cisadane.
Lebar sungai mencapai 25 m dan di seberang sungai merupakan kebun
masyarakat yang ditanami pisang, singkong dan lain-lain. Jenis yang ditemukan
ialah Pinus merkuisii, Evodia aromatic, Bambusa sp. dan Paraserianthes
falcataria (Gambar 5).
Jenis burung yang ditemukan di tepian sungai sebanyak 27 jenis dari 20
suku (Tabel 4). Jenis yang hanya ditemukan di tepian sungai yaitu Centropus
bengalensis dan Lonchura maja. Jenis yang melimpah ialah Streptopelia
chinensis, Collocalia linchi dan Orthotomus sepium.

Gambar 5 Kondisi dan profil habitat tepian sungai

9
Tabel 4 Jenis burung di habitat tepian sungai
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Nama Indonesia
Kareo padi
Tekukur biasa
Wiwik kelabu
Wiwik uncuing
Kedasi hitam
Bubut alang-Alang
Walet linci
Rajaudang meninting
Cekakak jawa
Cekakak sungai
Takur tulungtumpuk
Takur tenggeret
Layanglayang batu
Layanglayang loreng
Cipoh kacat
Cucak kutilang
Merbah cerukcuk
Pelanduk topi-hitam
Cinenen pisang
Cinenen jawa
Kipasan belang
Cabai jawa
Burungmadu sriganti
Kacamata biasa
Bondol jawa
Bondol peking
Bondol haji

Nama Ilmiah
Amaurornis phoenicurus
Streptopelia chinensis
Cacomantis merulinus
Cacomantis sepulcralis
Surniculus lugubris
Centropus bengalensis
Collocalia linchi
Alcedo meninting
Halcyon cyanoventris
Halcyon chloris
Megalaima javensis
Megalaima australis
Hirundo tahitica
Hirundo striolata
Aegithina tiphia
Pycnonotus aurigaster
Pycnonotus goiavier
Pellorneum capistratum
Orthotomus sutorius
Orthotomus sepium
Rhipidura javanica
Dicaeum trochileum
Nectarinia jugularis
Zosterops palpebrosus
Lonchura leucogastroides
Lonchura punctulata
Lonchura maja

Famili
Rallidae
Columbidae
Cuculidae
Cuculidae
Cuculidae
Cuculidae
Apodidae
Alcedinidae
Alcedinidae
Alcedinidae
Capitonidae
Capitonidae
Hirundinidae
Hirundinidae
Aegithinidae
Pycnonotidae
Pycnonotidae
Timaliidae
Sylviidae
Sylviidae
Rhipiduridae
Dicaeidae
Nectariniidae
Zosteropidae
Estrildidae
Estrildidae
Estrildidae

Kelimpahan
Jarang
Melimpah
Sering
Umum
Jarang
Jarang
Melimpah
Sering
Umum
Umum
Jarang
Jarang
Jarang
Jarang
Jarang
Umum
Jarang
Sering
Jarang
Melimpah
Jarang
Sering
Jarang
Umum
Umum
Jarang
Jarang

Tipe habitat daerah interior
Habitat daerah interior merupakan areal hutan yang berada di dalam hutan
yang berdekatan dengan sungai dan sekitar 200 m dari jalan hutan. Areal ini
didominasi oleh Pinus merkusii yang ditanami pada tahun 1978 (Gambar 6).
Terdapat jalan setapak yang tertutupi oleh semak-semak.

Gambar 6 Kondisi dan profil habitat daerah interior
Jenis burung yang ditemukan sebanyak 21 jenis dari 15 suku (Tabel 5). Jenis
burung yang melimpah ialah Streptopelia chinensis, Halcyon cyanoventris,
Orthotomus sepium dan Zosterops palpebrosus. Terdapat jenis unik yang

10
ditemukan pada habitat daerah interior yang biasa ditemukan di areal lahan basah
yaitu Amaurornis phoenicurus. Hal ini dikarenakan habitat yang berdekatan
dengan sungai sehingga memungkinkan untuk dikunjungi Amaurornis
phoenicurus.
Tabel 5 Jenis burung di habitat daerah interior
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Nama Indonesia
Kareo padi
Tekukur biasa
Wiwik kelabu
Wiwik uncuing
Kedasi hitam
Walet linci
Rajaudang meninting
Cekakak jawa
Cekakak sungai
Cipoh kacat
Cucak kutilang
Anis merah
Pelanduk topi-hitam
Perenjak jawa
Cinenen pisang
Cinenen jawa
Kipasan belang
Cabai jawa
Burungmadu sriganti
Kacamata biasa
Bondol jawa

Nama Ilmiah
Amaurornis phoenicurus
Streptopelia chinensis
Cacomantis merulinus
Cacomantis sepulcralis
Surniculus lugubris
Collocalia linchi
Alcedo meninting
Halcyon cyanoventris
Halcyon chloris
Aegithina tiphia
Pycnonotus aurigaster
Zoothera citrina
Pellorneum capistratum
Prinia familiaris
Orthotomus sutorius
Orthotomus sepium
Rhipidura javanica
Dicaeum trochileum
Nectarinia jugularis
Zosterops palpebrosus
Lonchura leucogastroides

Famili
Rallidae
Columbidae
Cuculidae
Cuculidae
Cuculidae
Apodidae
Alcedinidae
Alcedinidae
Alcedinidae
Aegithinidae
Pycnonotidae
Turdidae
Timaliidae
Sylviidae
Sylviidae
Sylviidae
Rhipiduridae
Dicaeidae
Nectariniidae
Zosteropidae
Estrildidae

Kelimpahan
Jarang
Melimpah
Sering
Umum
Jarang
Umum
Umum
Melimpah
Sering
Jarang
Umum
Jarang
Sering
Jarang
Sering
Melimpah
Jarang
Sering
Sering
Melimpah
Jarang

Kekayaan dan keanekaragaman jenis burung
Total jenis burung yang dijumpai selama penelitian adalah 35 jenis yang
terdiri atas 22 suku. Kurva penemuan jenis burung yang diperoleh dengan
menggunakan metode daftar jenis MacKinnon dari empat tipe habitat pada areal
penelitian tersaji dalam Gambar 7. Kurva penemuan jenis pada habitat tepian
sungai menempati jenis tertinggi yaitu 27 jenis. Jumlah jenis terkecil ada dua tipe
habitat yaitu sekitar jalan hutan dan daerah interior sebanyak 21 jenis. Sedangkan
tepian rumah sebanyak 26 jenis burung.
Hutan Penelitian Dramaga

40

Jumlah jenis

35

Tepian Sungai
Tepian Rumah
Sekitar Jalan Hutan
Daerah Interior

30
25
20
15
10
5
0
0

5

10

15

20

25

Daftar keGambar 7 Kurva penemuan jenis burung dengan metode daftar jenis MacKinnon di
empat tipe habitat

11
Indeks keanekaragaman jenis burung tertinggi pada tipe habitat daerah
interior yaitu sebesar 2,34 (Tabel 6). Indeks keanekaragaman jenis burung
Shannon-Wiener terrendah pada tipe habitat tepian sungai yaitu sebesar 1,86.
Indeks kemerataan jenis burung tertinggi pada tipe habitat daerah interior yaitu
sebesar 0,84 (Tabel 6). Indeks kemerataan jenis burung terrendah pada tipe habitat
tepian sungai yaitu sebesar 0,62.
Indeks kesamaan jenis burung
Indeks kesamaan jenis merupakan indeks yang menunjukkan kesamaan
suatu komunitas dengan komunitas lainnya di areal penelitian (Tabel 7). Indeks
kesamaan jenis tertinggi adalah jalan hutan dengan daerah interior sebesar 0,81.
Indeks kesamaan jenis terrendah ialah antara habitat sekitar jalan hutan dengan
habitat tepian rumah sebesar 0,72.
Jenis burung dilindungi
Jenis burung pada areal penelitian beberapa diantaranya dilindungi oleh
Peraturan Pemerintan Nomor 7 Tahun 1999. Jumlah jenis burung yang dilindungi
sebanyak 6 jenis yang terdiri dari 4 famili (Tabel 8). Tipe habitat sekitar jalan
hutan dan tepian sungai ditemukan 6 jenis burung yang dilindungi. Tepian rumah
memiliki jumlah jenis dilindungi terrendah yaitu 4 jenis.
Tabel 6 Rekapitulasi data dengan metode titik hitung dan daftar jenis MacKinnon,
indeks keanekaragaman (H′) dan indeks kemerataan jenis (E)
Tipe Habitat
Sekitar jalan hutan
Tepian rumah
Tepian sungai
Daerah interior
Total

Jumlah Famili
IPA MacKinnon
12
17
16
18
15
16
10
15
18
22

Jumlah Jenis
IPA MacKinnon
15
21
20
26
20
27
16
21
26
35

H′

E

2,21
1,97
1,86
2,34
2,14

0,81
0,66
0,62
0,84
0,66

Tabel 7 Indeks kesamaan jenis (IS) burung pada empat tipe habitat di Hutan
Penelitian Dramaga
Lokasi
Sekitar jalan hutan
Tepian rumah
Tepian sungai
Daerah Interior

Sekitar Jalan
Hutan
-

Tepian
Rumah
0,72
-

Tepian
Sungai
0,75
0,79
-

Daerah Interior
0,81
0,77
0,79
-

Tabel 8 Jenis burung dilindungi pada areal penelitian
Jenis
Alcedo meninting
Halcyon cyanoventris
Halcyon chloris
Megalaima javensis
Rhipidura javanica
Nectarinia jugularis

Famili
Alcedinidae
Alcedinidae
Alcedinidae
Capitonidae
Rhipiduridae
Nectariniidae

PP No. 7
Th 1999

IUCN









-

CITES
I
-

II
-

12
Aktifitas masyarakat sekitar hutan
Hutan Penelitian Dramaga selain menjadi habitat bagi burung tapi juga
menjadi tempat aktivitas masyarakat sekitar. Aktivitas tersebut dibatasi mengenai
pemanfaatan sumberdaya hutan berupa penangkapan burung, mengambil kayu,
mengambil pakis dan kegiatan lainnya.
Kelompok umur tertinggi yang memanfaatkan HPD adalah kelompok umur
>61 tahun dan kelompok umur 41-50 tahun dengan jumlah 10 orang (33,33%)
(Tabel 9). Kemudian pada urutan berikutnya pada kelompok umur 51-60 tahun.
Persentase jenis kelamin yang melakukan kegiatan pemanfaatan dilakukan
oleh laki-laki sebanyak 23 orang (76,67%), sedangkan perempuan hanya 7 orang
(23,33%). Aktivitas di hutan biasanya menggunakan fisik yang kuat sehingga
jenis kelamin laki-laki yang banyak beraktivitas di hutan seperti mengambil kayu.
Pengambilan kayu ini bisa satu ikat dan dipanggul sehingga aktivitas fisiknya
cukup tinggi.
Tingkat pendidikan masyarakat yang memanfaatkan hutan ialah 20 orang
atau 66,67% memiliki tingkat pendidikan SD (Tabel 9). Pendidikan SD
menempati persentase tertinggi dari pendidikan masyarakat sekitar hutan yang
melakukan pemanfaatan terhadap HPD. Persentase tingkat pendidikan terrendah
ialah tidak sekolah.
Tabel 9 Karakteristik masyarakat yang memanfaatkan HPD
No

Jumlah
Responden
4
1
10
5
10

Kriteria

Kategori

1

Kelompok Umur

21 – 30
31 – 40
41 – 50
51 – 60
> 61

2

Tingkat
Pendidikan

Tidak sekolah
SD
SMP
SMA

2
20
4
4

6,67
66,67
13,33
13,33

Pekerjaan

Buruh
Wiraswasta
Pegawai/karyawan
Tidak bekerja

18
6
4
2

60,00
20,00
13,33
6,67

Bentuk
Pemanfaatan

Mengambil kayu bakar
Menanam tanaman
Menangkap burung
Mengambil pakis
Mengunduh buah
Mengambil kroto

22
5
4
3
2
1

59,46
13,51
10,81
8,11
5,41
2,70

3

4

Persentase (%)
13,33
3,33
33,33
16,67
33,33

Responden yang memiliki pekerjaan sebagai buruh sebanyak 18 orang atau
60%. Persentase urutan berikutnya sebanyak 6 orang mempunyai pekerjaan
sebagai wiraswasta. Responden yang tidak bekerja menempati urutan terrendah
sebanyak 2 orang atau 6,67% (Tabel 9).

13
Bentuk pemanfaatan masyarakat terdapat 6 tipe (Tabel 9). Pemanfaatan
tertinggi ialah mengambil kayu bakar sebesar 59,46%. Bentuk pemanfaatan
berikutnya ialah menanam tanaman sebanyak 5 orang (13,51%).

Pembahasan
Keanekaragaman jenis burung
Jumlah jenis burung yang ditemukan di HPD secara keseluruhan sebanyak
35 jenis burung. Jumlah jenis burung menggunakan metode daftar jenis burung
MacKinnon dengan metode titik hitung terdapat perbedaan. Daftar jenis burung
MacKinnon menghasilkan jumlah jenis burung lebih tinggi yaitu sebanyak 35
jenis, sedangkan metode titik hitung menghasilkan 26 jenis. Perbedaan ini
dikarenakan metode daftar jenis MacKinnon tidak dibatasi oleh waktu dan batasan
jangkauan areal penelitian. Jenis burung yang ditemui dengan metode MacKinnon,
tetapi tidak ditemukan dengan metode titik hitung sebanyak 9 jenis, yaitu
Megalaima javensis, Hirundo striolata, Hemipus hirundinaceus, Pycnonotus
goiavier, Zoothera citrina, Sitta frontalis, Dicaeum trigonostigma, Lonchura maja
dan Passer montanus.
Jumlah jenis burung pada penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan
penelitian sebelumnya (Solihati 2007) yang menemukan jenis burung sebanyak 29
jenis. Terdapat 17 jenis burung yang ditemukan sama dengan penelitian
sebelumnya, diantaranya yaitu Streptopelia chinensis, Cacomantis merulinus,
Aegithina tiphia dan Prinia familiaris. Perbedaan jenis burung yang ditemukan
diduga karena penggunaan metode yang digunakan. Penelitian Solihati (2007)
hanya menggunakan metode titik hitung sedangkan pada penelitian ini
menggunakan metode titik hitung dan daftar jenis MacKinnon. Penggunaan daftar
jenis MacKinnon mampu menghasilkan data jumlah jenis burung lebih banyak
dibandingkan dengan menggunakan metode titik hitung.
Terdapat beberapa jenis burung yang ditemukan pada penelitian ini, namun
tidak ditemukan pada penelitian sebelumnya. Jenis burung tersebut diantaranya
Amaurornis phoenicurus, Surniculus lugubris dan Alcedo meninting. Amaurornis
phoenicurus hidup di dekat air dan lantai hutan sehingga terkadang sulit dilihat
saat berjalan karena tertutup oleh tumbuhan bawah atau rerumputan. Alcedo
meninting hidup di dekat air dan terbang di atas air serta memiliki ukuran yang
kecil.
Terdapat beberapa jenis burung pada penelitian sebelumnya ditemukan,
namun pada penelitian ini tidak ditemukan seperti elang jawa (Nisaetus bartelsi).
Pada hasil pengamatan yang tidak ditemukannya elang jawa dikarenakan habitat
HPD banyak aktivitas manusia. Elang jawa sensitif terhadap gangguan manusia
sehingga populasi di alam terbatas.
Kekayaan jenis burung di HPD lebih kecil dibandingkan dengan areal
terdekat seperti Kampus IPB Dramaga yang mempunyai kekayaan jenis burung
sebanyak 85 jenis burung (HIMAKOVA 2011) dan Kebun Raya Bogor yang
memiliki kekayaan jenis burung sebanyak 46 jenis burung (Hermawan 2001). Hal
ini diduga karena habitat HPD memiliki luas yang lebih kecil dibandingkan
dengan Kampus IPB Dramaga dan Kebun Raya Bogor. Tersedianya habitat yang

14
luas memungkinkan memiliki keanekaragaman jenis burung yang tinggi (Kurni et
al. 2005).
Habitat yang memiliki kekayaan jenis burung paling tinggi dibandingkan
ketiga habitat lainnya ialah pada habitat tepian sungai. Hal ini diduga karena
habitat tepian sungai memiliki tutupan tajuk yang terbuka sehingga burung lebih
sering terlihat. Aktivitas burung yang bisa terlihat pada tutupan tajuk yang terbuka
diantaranya terbang dan mencari makan. Menurut Wisnubudi (2009) keterbukaan
tajuk mempengaruhi banyaknya jenis burung yang ditemukan, semakin terbuka
tutupan tajuknya maka semakin banyak burung yang akan ditemukan
dibandingkan dengan habitat yang tajuknya rapat dan tertutup. Hal ini juga
dibuktikan pada habitat sekitar jalan hutan yang memiliki tajuk yang rapat
sehingga menghasilkan jumlah jenis burung lebih kecil dibandingkan dengan
habitat tepian sungai. Selain itu, pengaruh dari efek tepi membuat habitat tepian
sungai lebih banyak ditemukan jumlah jenis burung (Odum 1993).
Jenis burung di habitat dengan gangguan rendah seperti habitat daerah
interior mempunyai jumlah jenis burung lebih kecil dibandingkan dengan habitat
yang banyak aktivitas masyarakat seperti habitat tepian sungai dan habitat tepian
rumah. Termasuk penelitian Ahmadi (2014) dan Sayogo (2009) yang
mendapatkan informasi jumlah jenis burung lebih banyak pada habitat terganggu
dibandingkan tidak terganggu.
Habitat daerah interior memiliki indeks keanekaragaman jenis (H′) tertinggi
yaitu 2,34 dan memiliki indeks kemerataan (E′) 0,84. Padahal jumlah jenis burung
yang ditemukan sebanyak 16 jenis menggunakan metode IPA sedangkan
menggunakan daftar jenis MacKinnon sebanyak 21 jenis. Adanya jenis burung
yang mendominasi di habitat ini menyebabkan indeks keanekaragamannya tinggi
tapi jumlah jenis burungnya rendah. Nilai H′ dan E′ di habitat daerah interior yang
didominasi oleh pinus lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian di Gunung
Merbabu oleh Sawitri et al. (2010) yang memiliki nilai H′ 0,9153 dan E′ 0,3167.
Hal ini dikarenakan habitat di Gunung Merbabu banyak aktivitas masyarakat yang
mengganggu seperti pengambilan rumput, pengambilan kayu bakar dan konversi
lahan.
Habitat sekitar jalan hutan memiliki indeks keaneragaman jenis (H′) urutan
kedua yaitu 2,21 dan indeks kemerataan jenisnya (E′) 0,81. Hal ini didukung
dengan berbagai tanaman yang berada di kanan kiri jalan hutan untuk
keberlangsungan hidup burung. Tutupan tajuk yang cukup rapat dan adanya
kendaraan yang sering melewati jalan hutan mempengaruhi pertemuan dengan
burung.
Indeks kesamaan jenis
Seluruh indeks kesamaan jenis pada empat habitat berada pada rentangan
0,72-0,81. Indeks kesamaan jenis tertinggi antara habitat sekitar jalan hutan
dengan habitat daerah interior sebesar 0,81. Indeks kesamaan jenis yang tinggi
berikutnya ialah antara habitat tepian rumah dengan habitat tepian sungai dan
antara habitat tepian sungai dengan habitat daerah interior.
Nilai indeks kesamaan jenis yang tinggi ini karena habitat yang memililiki
karakteristik yang sama. Sama halnya dengan Ahmadi (2014) yang memiliki
indeks kesamaan komunitas yang sama antar habitat lokasi penelitian dikarenakan
vegetasi penyusun habitatnya hampir sama. Selain itu, luasan Hutan Penelitian

15
Dramaga sebesar 60 ha tidak mempengaruhi penyebaran jenis burung sehingga
tidak terlihat perbedaan jenis yang signifikan antara empat habitat yang diteliti.
Hal ini didukung oleh penelitian Purnomo (2010) di Stasiun Penelitian Pondok
Ambung, Taman Nasional Tanjung Putting, Kalimantan Tengah yang
menghasilkan data indeks keanekaragaman jenis yang sama karena luasan yang
sempit dan plot contoh yang kecil.
Kelimpahan jenis
Tingkat kelimpahan tiap jenis berbeda-beda pada setiap tipe habitat.
Terdapat jenis yang melimpah pada salah satu habitat, namun menjadi tidak
melimpah pada habitat lainnya. Selain itu, terdapat jenis yang hanya ditemukan di
salah satu habitat dan termasuk kategori jarang.
Jenis Streptopelia chinensis merupakan jenis yang melimpah di empat tipe
habitat. Hal ini dikarenakan ukuran tubuhnya yang berukuran agak besar sehingga
mudah untuk dilihat. Kebiasaan bertengger di bagian tajuk luar memudahkan
dalam penemuan jenis ini. Selain itu, jenis ini menyukai habitat yang sedikit
terbuka dan memiliki suara yang khas berupa “tekukkur” yang cukup keras.
Jenis burung yang kategori kelimpahannya jarang, bahkan hanya ditemukan
pada satu habitat yaitu Dicaeum trigonostigma yang hanya ditemukan di habitat
tepian rumah. Jenis Dicaeum trigonostigma ditemukan di pekarangan rumah,
sama halnya menurut MacKinnon et al. yang menyebutkan kebiasaan burung
Dicaeum trigonostigma menyukai pekarangan dan beraktivitas di tajuk pohon
kecil (MacKinnon et al. 2010). Jenis Dicaeum trigonostigma ini juga ditemukan
di Kampus IPB Dramaga pada penelitian Dewi (2014), padahal penelitian
sebelumnya pada tahun 1986-2012 belum pernah ditemukan.
Collocalia linchi termasuk jenis umum pada habitat sekitar jalan hutan dan
habitat daerah interior, namun jenis melimpah pada habitat tepian rumah dan
habitat tepian sungai. Jenis ini mudah ditemukan pada habitat yang terbuka seperti
habitat tepian rumah dan habitat tepian sungai dibandingkan pada habitat sekitar
jalan hutan dan daerah interior yang tertutup tajuk sehingga tidak mudah
mendeteksi Collocalia linchi. Kelimpahan jenis ini lebih mudah dideteksi pada
habitat yang terbuka dibandingkan dengan tutupan tajuk tertutup karena
perilakunya yang aktif terbang (Ahmadi 2014).
Jenis burung khas lainnya yang hanya menempati satu habitat ialah Passer
montanus pada habitat tepian rumah. Jenis ini sudah mampu beradaptasi dengan
manusia sehingga sering ditemukan di permukiman (Sawitri et al. 2012). Oleh
sebab itu, jenis ini bisa ditemukan di permukiman jarang penduduk maupun padat
penduduk.
Jenis burung dilindungi
Kelimpahan jenis burung yang ditemukan di Hutan Penelitian Dramaga
terdapat enam jenis burung dari empat famili yang termasuk kategori dilindungi
menurut PP No. 7 Tahun 1999 dan salah satu jenis tersebut termasuk kategori
daftar merah IUCN. Suku Alcedinidae dan Nectarinidae secara keseluruhan
jenisnya dilindungi oleh PP No. 7 Tahun 1999, sedangkan Capitonidae dan
Rhipiduridae dilindungi berdasarkan jenisnya. Satu jenis yang termasuk kategori
NT (Near Threatened) daftar merah IUCN ialah Megalaima javensis.

16
Empat jenis burung menempati seluruh tipe habitat, sedangkan dua jenis
lainnya menempati dua dan tiga tipe habitat. Megalaima javensis yang merupakan
jenis burung endemik di Jawa dan Bali hanya menempati dua tipe habitat di Hutan
Penelitian Dramaga yaitu habitat sekitar jalan hutan dan habitat tepian sungai.
Jenis ini sulit dilihat karena bentuknya yang menyerupai warna daun sehingga
lebih mudah diketahui dengan suaranya.
Jenis Nectarinia jugularis termasuk kategori burung yang dilindungi oleh
PP No 7 Tahun 1999 tapi tidak termasuk kategori daftar merah IUCN. Peranan
burung madu yang membantu penyerbukan di alam menjadi salah satu alasan
dilindunginya jenis ini. Burung ini menyukai habitat dataran rendah terbuka
(MacKinnon et al. 2010), hutan sekunder, sungai dan lahan budidaya (Coates et al.
1997) sehingga Hutan Penelitian Dramaga menjadi habitat yang cocok untuk
Nectarinia jugularis.
Aktivitas masyarakat sekitar hutan
Masyarakat sekitar Hutan Penelitian Dramaga sampai saat ini masih terdapat
yang memanfaatkan hasil hutan kayu maupun non kayu. Hasil hutan kayu yang
dimanfaatkan adalah kayu bakar, sedangkan hasil hutan non kayu berupa pakis,
buah, burung dan kroto. Selain itu, terdapat lahan yang dimanfaatkan masyarakat
sekitar hutan untuk ditanami tanaman. Pada umumnya, masyarakat sekitar hutan
seringkali memanfaatkan hasil hutan untuk kebutuhan sehari-hari (Indrawan et al.
2012).
Pemanfaatan masyarakat sekitar hutan tertinggi ialah pada pengambilan
kayu bakar sebanyak 22 orang (59,46%) (Tabel 11). Hal ini dikarenakan Hutan
Penelitian Dramaga merupakan hutan tanaman berupa kayu yang mulai ditanam
sejak tahun 1956 sehingga saat ini pohonnya memiliki diameter besar dan tajuk
yang lebar. Pohon berkayu inilah yang menghasilkan ranting kayu. Rantingranting kayu tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk digunakan sebagai
kayu bakar. Teknik pengambilan ranting kayu oleh masyarakat yaitu dengan cara
memungut di lantai hutan. Penggunaan ranting kayu untuk kayu bakar yang
dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan merupakan hal umum yang dilakukan
oleh masyarakat sekitar hutan lainnya di Indonesia (Noerdjito et al. 2005).
Ranting kayu yang diambil memiliki ukuran diameter 10 cm tidak
diambil karena ranting tersebut dibiarkan membusuk. Kegiatan pengambilan kayu
bakar masyarakat sekitar Hutan Penelitian Dramaga termasuk kegiatan yang tidak
merusak habitat karena tetap memperhatikan keberlangsungan ekosistem hutan.
Keberlangsungan ekosistem ini penting untuk mendukung habitat burung agar
terus berkembangbiak. Pemanfaatan hutan yang memperhatikan kelestarian hutan
akan tetap lestari dan memberikan hasil yang berkelanjutan (Hidayatullah dan
Saragih 2013).
Kegiatan pengambilan kayu tidak termasuk gangguan terhadap burung,
karena tidak secara langsung mempengaruhi populasi burung. Kegiatan
masyarakat hutan yang diduga mengganggu langsung pada burung adalah
penangkapan burung. Hal ini dikarenakan penangkapan burung mampu
mempengaruhi keberadaan burung. Penangkapan burung di Hutan Penelitian

17
Dramaga mempunyai motif untuk menangkap burung yang memiliki suara burung
yang indah diantaranya cipoh kacat (Aegithina tiphia).
Penangkapan burung di Hutan Penelitian Dramaga dilakukan 3 cara yaitu
jaring, kandang pemikat dan tenggeran berlem. Teknik penangkapan
menggunakan jaring yaitu dengan membentangkan jaring di areal hutan kemudian
didiamkan hingga burung tersebut terkena jaring. Penangkap menunggu seharian
agar saat burung tertangkap bisa langsung diambil kemudian dikandangkan.
Kandang pemikat merupakan teknik penangkapan burung yang menggunakan
kandang. Kandang sebelumnya telah diisi oleh burung yang sama jenisnya dengan
burung buruan. Bagian luar kandang dibuat tenggeran sehingga saat burung liar
menghampiri burung yang berada di kandang dan kemudian bertengger maka
burung liar tersebut masuk ke dalam kandang, karena tenggeran tersebut dibuat
rapuh sehingga pada saat burung bertengger maka akan jatuh ke dalam kandang.
Penangkapan burung menggunakan tenggeran berlem hampir sama dengan
kandang pemikat, namun bedanya tenggeran yang digunakan diberikan lem
sehingga saat burung bertengger tidak bisa terbang lagi karena terkena lem.
Kegiatan penangkapan dilakukan diantaranya di daerah interior yang sedikit
aktivitas manusia sehingga lebih leluasa melakukan penangkapan burung.
Penangkapan burung di daerah interior bisa menggunakan jaring. Jaring ini bisa
menangkap burung yang sedang terbang. Setelah diketahui terdapat burung yang
terkena perangkap maka segera dilepaskan agar tidak terjadi kematian pada
burung. Penangkapan ini bisa sesuai dengan harapan bahkan bisa juga tidak,
karena perangkap berbentuk jaring membuat burung yang sedang terbang bisa
terkena jaring tersebut. Penangkapan jenis burung ditentukan dari awal. Burung
yang ditangkap biasanya burung peliharaan yang lepas. Hal ini sangat mungkin
menjadi tempat habitat burung peliharaan yang lepas, karena areal hutannya dekat
dengan permukiman.
Penangkapan burung bisa terjadi di areal Hutan Penelitian Dramaga. Areal
hutan yang berbatasan langsung dengan permukiman dan tidak ada pembatas
sehingga masyarakat bisa keluar masuk dengan mudah. Akses yang mudah
membuat kelonggaran dalam melakukan pemburuan. Hal ini sesuai dengan
Indrawan et al. (2012) yang menyatakan akses masuk hutan yang mudah membuat
para pemburu lebih leluasa dalam berburu.
Kegiatan penanaman tanaman yang dilakukan merupakan salah satu
aktivitas masyarakat sekitar hutan. Tanaman yang ditanam yaitu singkong, buah
mangga, buah pepaya, sirsak dan lain-lain. Kegiatan penanaman ini bisa
menimbulkan dampak menguntungkan dan merugikan bagi kelestarian burung
yang terdapat di HPD. Hal yang menguntungkan dalam kegiatan penanaman oleh
masyarakat yaitu tersedianya pakan burung berupa buah. Namun, kegiatan ini bisa
menjadi hal merugikan yang mengganggu burung karena aktivitas manusia yang
tinggi seperti penanaman singkong yang dimulai dari persiapan penanaman,
proses penanaman, pembersihan rumput hingga panen. Hal ini dikarenakan
burung merupakan satwaliar yang jika ada kedatangan manusia maka akan pergi.
Sama halnya dengan Warsito dan Yuliana (2007) menyatakan bahwa aktivitas
manusia mampu mempengaruhi jumlah jenis burung yang ditemui.
Upaya konservasi
Secara umum, habitat Hutan Penelitian Dramaga termasuk cukup baik untuk
mendukung kehidupan burung. Hal ini ditunjukkan dengan masih terjaganya

18
habitat Hutan Penelitian Dramaga. Habitat yang terjaga ini bisa terlihat secara
visual seperti pohon yang menempati areal hutan masih lebat, tajuk yang lebar dan
diameter pohon yang besar.
Pengelolaan yang dilakukan oleh pihak pengelola dalam mengelola
keanekaragaman burung belum dilakukan dengan intensif. Pengelola masih
terbatas penjagaan habitat diantaranya inventarisasi pohon. Terkait bertambah
atau berkurangnya burung yang menghuni Hutan Penelitian Dramaga belum
dilakukan, bahkan kebijakan dalam pengelolaan burung belum ada. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, beberapa kegiatan konservasi yang
memungkinkan untuk dilakukan oleh pihak pengelola adalah sebagai berikut:
1.

Monitoring burung
Kegiatan monitoring burung merupakan kegiatan untuk mengetahui
populasi, kelimpahan jenis burung, penyebaran burung, potensi dan manfaat
burung, dan sebagainya. Kegiatan monitoring ini sebaiknya dilakukan sebulan
sekali yang dilaksanakan oleh pengelola HPD yang dibantu lembaga swadaya
masyarakat (LSM) maupun bekerja sama dengan organisasi mahasiswa dari
perguruan tinggi terdekat. Perubahan data burung tiap tahun diduga akan berubah,
hal ini terlihat pada perbandingan pada penelitian ini menghasilkan data jumlah
jenis burung sebanyak 35 jenis, sedangkan oleh Solihati (2007) menghasilkan data
sebanyak 29 jenis burung. Adanya monitoring burung bermanfaat untuk
mengetahui jenis burung aktual.
2.

Pengamanan HPD
Kegiatan pengamanan HPD ini penting dilakukan agar habitat yang ada bisa
terjaga dengan baik. Pengamanan ini juga bisa mencegah orang-orang yang
melakukan kegiatan ilegal seperti perburuan burung. Hal ini dikarenakan
mudahnya akses ke dalam hutan sehingga sulit terkontrol orang yang masuk
maupun keluar dari dalam hutan. Pengamanan tersebut diantaranya adalah patroli
hari