Respons Fisiologi Benih Udang Galah Terhadap Penambahan Garam Yang Berbeda, Minyak Cengkeh, Zeolit Dan Karbon Aktif Pada Transportasi Tertutup

RESPONS FISIOLOGI BENIH UDANG GALAH TERHADAP
PENAMBAHAN GARAM YANG BERBEDA, MINYAK CENGKEH,
ZEOLIT DAN KARBON AKTIF PADA TRANSPORTASI TERTUTUP

HUMAIRANI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Respons Fisiologi Benih
Udang Galah terhadap Penambahan Garam yang Berbeda, Minyak Cengkeh,
Zeolit dan Karbon Aktif pada Transportasi Tertutup” adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015
Humairani
NIM C151130531

RINGKASAN
HUMAIRANI. Respons Fisiologi Benih Udang Galah terhadap Penambahan
Garam yang Berbeda, Minyak Cengkeh, Zeolit dan Karbon Aktif pada
Transportasi Tertutup. Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan KUKUH
NIRMALA.
Udang galah merupakan spesies yang siklus hidupnya melalui lingkungan
perairan payau atau bersifat euryhaline. Udang galah dewasa bermigrasi ke air
payau untuk melakukan proses pemijahan. Udang galah hidup di air payau saat
stadia telur hingga larva. Kemudian saat stadia juvenil sampai dewasa hidup di air
tawar. Saat ini kegiatan pembenihan udang galah di Indonesia terkonsentrasi di
pulau Jawa, sedangkan kegiatan pembesarannya tersebar di pulau Jawa, Sumatera
dan Kalimantan. Karena adanya jarak antara tempat pembenihan dan pembesaran,
maka transportasi benih udang galah dibutuhkan untuk menunjang kegiatan
produksi.

Pengangkutan benih hidup jarak jauh umumnya menggunakan sistem
tertutup. Akan tetapi masalah yang sering dihadapi oleh pembudidaya Indonesia
dalam pengiriman benih udang galah adalah tingkat kelangsungan hidup yang
rendah akibat udang stres dan perubahan kualitas air selama transportasi. Oleh
karena itu dibutuhkan teknologi yang tepat sehingga dapat mengangkut udang
dalam waktu yang lama, tingkat kelangsungan hidup yang tinggi, serta kondisi
fisiologi udang pascatransportasi tetap baik. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan pengaruh pemberian garam, minyak cengkeh, zeolit dan karbon aktif
dalam mempertahankan kualitas air pada transportasi benih udang dengan
kepadatan tinggi selama 24 jam. sehingga dapat menjaga agar tingkat
kelangsungan hidup benih udang tetap tinggi hingga ke tempat tujuan.
Penelitian dilakukan selama lima bulan terhitung dari bulan Januari 2015
hingga Mei 2015 di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Udang
uji yang digunakan pada percobaan ini adalah benih udang galah dengan bobot
0,45±0,18 g yang diperoleh dari Balai Benih Air Tawar Sukabumi. Penelitian
dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu penelitian pendahuluan, penelitian
transportasi dan penelitian pemeliharaan pascatransportasi selama 30 hari. Pada
penelitian pendahuluan dilakukan penentuan kemampuan udang puasa, tingkat
konsumsi oksigen, laju eksresi amoniak, penentuan kapasitas zeolit dan karbon

aktif dalam penyerapan TAN. Penelitian transportasi adalah tranportasi sistem
tertutup selama 24 jam. Transportasi benih udang galah dengan kepadatan 100
ekor/L dengan setiap perlakuan ditambahkan 4,67 µL/L minyak cengkeh, 20 g
zeolit, 10 g karbon aktif dan garam masing-masing perlakuan K+ (tanpa garam),
4,7 g garam/L, 9,4 g garam/L, 14,1 g garam/L, dan K- (tanpa garam, minyak
cengkeh, zeolit dan karbon aktif). Pada saat transportasi benih udang galah selama
24 jam diamati tingkat kelangsungan hidup (TKH), kualitas air, fisiologi udang
dan penentuan dosis optimum. Sedangkan penelitian pemeliharaan 30 hari
pascatransportasi dilakukan pengamatan TKH, laju pertumbuhan harian (LPH),
kualitas air dan fisiologi udang.
Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan udang uji mampu bertahan
hidup selama tujuh hari tanpa diberikan pakan. Pengujian pengaruh lama

pemberokan menunjukkan pemberokan selama 48 jam memiliki laju ekskresi
TAN sebesar 0,011±0,001 mgTAN/g/jam, TKO benih udang galah sebesar
0,96±0,1 mgO2/g/jam, TKH transportasi sebesar 88±2,0% dan TKH
pascatransportasi sebesar 83±4,2%.
Hasil penelitian utama menunjukkan pemberian 9,4 g garam/L, minyak
cengkeh 4,67 µL/L, zeolit 20 g dan karbon aktif 10 g dalam transportasi sistem
tertutup selama 24 jam memberikan hasil terbaik. Sehingga dapat mengangkut

benih udang dalam waktu yang lama, tingkat kelangsungan hidup yang tinggi,
serta kondisi fisiologi udang pascatransportasi tetap baik. Pengamatan LPH pada
akhir masa pemeliharaan pascatransportasi menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang nyata antar perlakuan.
Kata kunci: Benih udang galah, garam, transportasi tertutup, fisiologi udang,
euryhaline

SUMMARY
HUMAIRANI. Physiologycal Responses of Juvenile Giant Prawn of Adding
Different Salt, Clove Oil, Zeolit and Activated Carbon in Closed Transportation
System. Supervised by EDDY SUPRIYONO and KUKUH NIRMALA
Giant prawns is shrimp species which has life cycle through the brackish
water environments or euryhaline. The Mature prawns migrates into brackish
water for spawning process. Giant prawns live in brackish water at the form of
egg until reach larva stage. After that the juvenile stage live in freshwater until
adult. Nowadays, giant prawn hatcheries in Indonesia are concentrated in Java,
while the rearing activities focused in Java, Sumatra and Borneo. The distance
that exist between the breeding and rearing place, there should be transporting
juvenile giant prawn to support the production activity.
Transportation of juvenile in long distance usually used closed system. The

problems that often faced by Indonesian fisher in juvenile giant prawns
transportation is the low survival rate due to shrimp stress and changes in water
quality during transport. Therefore, it needs proper technology that can transport
the prawn for long time, high value of survival rate, and the physiology condition
of prawn in post transport remains good. This study was to determine the effect of
given salt, clove oil, zeolites and activated carbon for maintaining water quality in
juvenile giant prawn transport with high density for during 24 hours. So that the
juvenile giant prawn survival rate remains high and safely to the destination.
The study was conducted during five months from January 2015 to May
2015 at the Environment Aquaculture Laboratory, Department of Aquaculture,
Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Bogor Agricultural University. Shrimp
samples that used in this experiments were juvenile giant prawn with initial
weight of 0.45±0.18 g obtained from the Balai Benih Air Tawar Sukabumi. The
research was conducted in three stages: a preliminary research, transportation and
post-transport rearing for 30 days. The preliminary research conducted to
determine the prawn fasting ability, level of oxygen consumption, ammonia
excretion rate, zeolites capacity and activated carbon in the absorption of TAN.
Meanwhile, the main research was transporting shrimp with closed system for 24
hours. The transportation of juvenile giant prawn use density of 100 individuals/L
while each treatment was added with 4.67 µL/L clove oil, 20 g of zeolite, 10 g of

activated carbon and salt for each treatment where K+ (without salt), 4.7 g salt/L,
9.4 g salt/L, 14.1 g salt/L, and K- (without salt, clove oil, zeolites and activated
carbon). While transporting juvenile giant prawn for 24 hours the parameters that
observed such as survival rate, water quality, shrimp physiology and
determination of the optimum dose. While in the rearing for 30 days of
transportation, the parameters that observed such as post survival rate, specific
growth rate, water quality and shrimp physiology.
Preliminary research results indicate the shrimp can survive for seven days
without given feed. Shrimp that starving for 48 hours showed oxygen
consumption rates at 0.96±0.1 mgO2/g/hour, TAN excretion rate of 0.011±0.001
mgTAN/g/hour, survival rate transportation at 88±2.0% and after transportation
rearing period at 83±4.2%.
The main research results show the addition of 9.4 g salt/L, 4.67 µL/L clove
oil, 20 g of zeolite and 10 g of activated carbon in the close transport system for
24 hours gave the best results. So it can be said that the juvenile giant prawn

transportation for long time showed high survival rate and post transport
physiology condition remains good. There was no significant difference in growth
rate for all treatment at the end of the rearing period.
Keywords: Juvenile giant prawn, salt, closed transportation system, shrimp

physiology, euryhaline

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

RESPONS FISIOLOGI BENIH UDANG GALAH TERHADAP
PENAMBAHAN GARAM YANG BERBEDA, MINYAK CENGKEH,
ZEOLIT DAN KARBON AKTIF PADA TRANSPORTASI TERTUTUP

HUMAIRANI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr lr Daniel Djokosetiyanto, DEA

iii

Judul Tesis : Respons Fisiologi Benih Udang Galah terhadap Penambahan
Garam yang Berbeda, Minyak Cengkeh, Zeolit dan Karbon Aktif
pada Transportasi Tertutup
Nama
: Humairani

NIM
: C151130531

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Eddy Supriyono, MSc
Ketua

Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Akuakultur

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Widanarni, MSi


Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:

iv

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini bisa diselesaikan. Penelitian dilaksanakan sejak
bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Mei 2015 di Laboratorium Lingkungan
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor, dengan judul “Respons Fisiologi Benih Udang Galah terhadap
Penambahan Garam yang Berbeda, Minyak Cengkeh, Zeolit dan Karbon Aktif
pada Transportasi Tertutup”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan ini, terutama kepada suamiku tercinta Rama
Kurniawan, anakku tersayang Muhammad Azka Al-tharizz, ayahanda Nalhandani
Yahdin dan ibunda Hartini atas doa dan kasih sayangnya. Bapak Dr Ir Eddy

Supriyono, MSc dan Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc selaku pembimbing yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan selama penelitian dan penyusunan tesis.
Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih pada Prof Dr lr Daniel
Djokosetiyanto, DEA sebagai penguji luar komisi dan Dr Ir Mia Setiawati, MSi
sebagai perwakilan dari Program Studi Ilmu Akuakultur yang memberikan saran
dan semangat selama ujian tesis.
Terima kasih disampaikan pada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) atas penyediaan
Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPP-DN) tahun 2013 sehingga
penulis dapat melanjutkan studi di Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Penulis juga menyampaikan terima kasih pada Rudiansyah, Aisyah Lukmini,
Wahyu dan Suhaiba yang ikut membantu selama penelitian, serta semua pihak
yang telah membantu hingga penelitian selesai.
Penyusunan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penyusun
memohon saran yang berguna dan membangun untuk menyempurnakan
penyusunannya. Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2015
Humairani

v

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

v

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Hipotesis

1
1
2
2
2

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Udang Uji
Rancangan Penelitian
Penelitian Pendahuluan
Penelitian Transportasi
Penelitian Pascatransportasi
Parameter yang Diamati
Analisa Data

3
3
3
3
4
5
5
5
7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Pendahuluan
Penelitian Transportasi
Penelitian Pascatransportasi

8
8
10
13

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

20
20
20

DAFTAR PUSTAKA

20

RIWAYAT HIDUP

32

LAMPIRAN

13

RIWAYAT HIDUP

15

vi

DAFTAR TABEL
1.

Tingkat kelangsungan hidup (TKH) benih udang galah selama
pengujian kemampuan puasa
2. Ekskresi TAN benih udang galah setiap 12 jam
3. Parameter kualitas air selama pemeliharaan pascatransportasi benih
udang galah

8
9
18

DAFTAR GAMBAR
1. Kondisi (a) oksigen terlarut dan (b) TKO benih udang galah
2. Kadar amoniak media yang diberikan (a) zeolit dan (b) karbon aktif
terhadap amoniak setiap menit
3. Parameter kualitas air selama transportasi benih udang galah (a)
oksigen terlarut; (b) suhu; (c) konsentrasi NH3; (d) konsentrasi CO2
4. Tingkat kelangsungan hidup benih udang galah saat transportasi.
5. Gradien osmotik benih udang galah dari semua perlakuan
pascatransportasi.
6. Respons glukosa hemolymph benih udang galah dari semua perlakuan
pascatransportasi.
7. Jaringan insang benih udang galah pada awal pemeliharaan
pascatransportasi. (H) hiperplasia.
8. Jaringan insang benih udang galah pada akhir pemeliharaan
pascatransportasi. (H) hiperplasia
9. Laju pertumbuhan harian benih udang galah saat pemeliharaan 30 hari
pascatransportasi.
10. Tingkat kelangsungan hidup benih udang galah pemeliharaan
pascatransportasi.

9
10
11
12
14
15
16
17
19
20

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.

Prosedur histologi
Hasil analisis ragam TKH benih udang galah
Hasil analisis ragam LPH benih udang galah
Hasil analisis ragam gradien osmotik (Go) benih udang galah
Hasil analisis ragam glukosa hemolymph benih udang galah

23
24
27
28
29

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) merupakan salah satu komoditas
perikanan yang bernilai ekonomis tinggi baik untuk konsumsi dalam negeri
maupun ekspor. Permintaan pasarnya pun semakin meningkat, sedangkan
penangkapan udang galah di alam semakin sulit. Sehingga perlu dikembangkan
usaha pembudidayaannya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan
ketersediaan benih dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan pembenihan.
Udang galah merupakan spesies yang siklus hidupnya melalui lingkungan
perairan payau dan bersifat euryhaline (Himawan & Khasani 2010). Udang galah
hidup di air payau saat stadia telur hingga larva. Kemudian saat stadia juvenil
sampai dewasa hidup di air tawar. Saat ini kegiatan pembenihan udang galah di
Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa, sedangkan kegiatan pembesarannya
tersebar di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Karena adanya jarak antara
tempat pembenihan dan pembesaran, maka transportasi benih udang galah
dibutuhkan untuk menunjang kegiatan produksi.
Permasalahan yang sering dihadapi oleh pembudidaya udang dalam
pengiriman benih udang galah adalah tingkat kelangsungan hidup yang rendah
akibat udang stres dan perubahan kualitas air selama transportasi, seperti oksigen
dalam media air yang menurun dan peningkatan total amoniak nitrogen (TAN)
(Anandasari et al. 2015). Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan
penelitian untuk mempertahankan kualitas air selama transportasi dan
meminimalir stres, sehingga dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup.
Oleh karena itu diperlukan teknologi yang sesuai dan tepat dengan tuntutan
komoditi dan kondisi wilayah menggunakan sumberdaya lokal dan perbaikan
teknologi (Suparno et al. 1994). Karena tingkat stres udang yang tinggi dan
kondisi media air transportasi yang menurun, maka dibutuhkan penambahan
bahan penenang dan bahan yang dapat menstabilkan kondisi kualitas air selama
transportasi (Charoendat et al. 2009). Oleh karena itu dalam penelitian ini
digunakan garam, minyak cengkeh, zeolit dan karbon aktif. Garam ditambahkan
untuk menurunkan ketidakseimbangan tekanan osmotik yang disebabkan
perbedaan konsentrasi antara air dan cairan tubuh udang (Swann 1993). Minyak
cengkeh mengandung bahan aktif eugenol yang dapat memperlambat laju
metabolisme (Inoue et al. 2005), sehingga akan menurunkan tingkat keaktifan
udang yang akhirnya dapat menurunkan laju metabolisme udang. Pemberian
zeolit dan karbon aktif untuk menyerap amoniak dan melakukan penukaran ion
(Zhang & Perschbarcher 2003).
Transportasi udang terbagi dua, yakni sistem basah dan sistem kering. Pada
transporasi sistem basah, media dituntut sama dengan tempat hidup udang
sebelumnya yaitu air dan oksigen. Sedangkan transportasi sistem kering
merupakan transportasi yang tidak menggunakan air sebagai media transportasi,
namun demikian bisa membuat lingkungan atau wadah dalam keadaan lembab.
Sistem basah terbagi atas dua metode yakni metode terbuka dan metode tertutup
(Wibowo 1993). Pada penelitian ini digunakan transportasi sistem basah tertutup,

2

karena transportasi udang terutama untuk benih udang biasanya dilakukan dengan
menggunakan kepadatan yang tinggi.
Penelitian tentang transportasi ikan baik ikan konsumsi atau ikan hias sudah
sering dilakukan, akan tetapi penelitian tentang transportasi benih udang galah
belum banyak dilakukan. Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya
yaitu transportasi benih udang galah dengan bobot 0,40±0,02 g/ekor dengan lama
transportasi 24 jam dengan dosis 20 g zeolit, 10 g karbon aktif dan 4,67 µL/L
minyak cengkeh dengan kepadatan benih udang galah 100 ekor/L menghasilkan
tingkat kelangsungan hidup 73% (Anandasari et al. 2015). Hamzah (2004)
melakukan penelitan pertumbuhan juvenil udang galah dengan salinitas media
terbaik yaitu 3,39-4,52 g garam/L. Oleh karena itu perlu diteliti lebih lanjut untuk
transportasi benih udang galah dengan memberikan material tambahan seperti
garam pada media yang telah diberi minyak cengkeh, zeolit dan karbon.
Diharapkan material ini dapat memperbaiki dan mempertahankan kualitas air
selama proses transportasi. Sehingga dapat meningkatkan efisiensi transportasi
dan meminimalisir tingkat kematian udang.
Rumusan Masalah
Pengangkutan benih hidup jarak jauh umumnya menggunakan sistem
tertutup. Akan tetapi masalah yang dihadapi dalam transportasi sistem tertutup
benih udang galah yaitu kualitas air yang memburuk dan tingginya kematian
benih. Permasalahan ini dapat diatasi dengan beberapa cara, diantaranya dengan
penambahan oksigen murni pada kantung pengepakan dengan memperhatikan
tingkat konsumsi oksigen udang yang akan diangkut, penambahan es batu ke
dalam kotak pengangkutan sebagai penstabil suhu, pemberian garam untuk
menurunkan ketidakseimbangan tekanan osmotik yang disebabkan perbedaan
konsentrasi mineral antara air dan cairan tubuh udang, pemberian minyak cengkeh
untuk mengurangi tingkat stress pada udang yang dapat digunakan sebagai
penenang, sehingga akan menurunkan tingkat keaktifan udang yang akhirnya
dapat menurunkan laju metabolisme udang, dan pemberian zeolit dan karbon aktif
untuk menyerap amoniak dan melakukan penukaran ion.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektifitas penambahan garam
pada media yang telah diberi minyak cengkeh, zeolit dan karbon aktif dalam
mempertahankan kualitas air pada pengangkutan tertutup sehingga dapat
meminimalisir stres dan tingkat kematian benih udang galah yang diangkut
selama 24 jam dan pertumbuhan pascatransportasi.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah penambahan garam
pada media yang telah diberi minyak cengkeh, zeolit dan karbon aktif pada
pengangkutan benih udang galah dapat mempertahankan kualitas air tetap baik
dan mengurangi tingkat stres sehingga didapatkan tingkat kelangsungan hidup
yang tinggi.

3

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 sampai Mei 2015.
Tempat packing, pemeliharaan benih pascatransportasi dan uji kualitas air
dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan (BDP),
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Institut Pertanian Bogor (IPB). Uji
fisiologi udang dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan
(FKH) IPB, Uji osmolaritas di Laboratorium Embriologi FKH IPB, Uji histologi
dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan FPIK IPB.
Udang Uji
Udang uji yang digunakan pada percobaan ini adalah benih udang galah
dengan bobot rata-rata 0,45±0,18 g yang diperoleh dari Balai Pengembangan
Budidaya Air Tawar Sukamandi. Benih udang galah dipelihara terlebih dahulu
agar dapat mengurangi stres pascatransportasi dari balai. Sebelum benih diuji
dilakukan pemuasaan selama 24 jam agar dapat mengurangi konsentrasi amoniak
pada saat percobaan.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian transportasi udang dan pemeliharaan pascatransportasi selama 30 hari.
Pada penelitian pendahuluan dilakukan penentuan kemampuan puasa udang,
tingkat konsumsi oksigen, laju eksresi amoniak, penentuan kapasitas zeolit dan
karbon aktif dalam penyerapan TAN. Pada saat transportasi benih udang galah
selama 24 jam diamati tingkat kelangsungan hidup (TKH), kualitas air dan
penentuan dosis optimum. Sedangkan pemeliharaan pascatransportasi dilakukan
pengamatan TKH, laju pertumbuhan harian (LPH), kualitas air dan fisiologi
udang.
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL), setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
Perlakuan yang diujikan yaitu penambahan garam pada media yang telah diberi
minyak cengkeh, zeolit dan karbon aktif. Zeolit yang digunakan pada penelitian
ini berukuran -40/+60 mesh. Ukuran karbon aktif yang digunakan untuk
penelitian ini adalah -40/+60 mesh. Zeolit dan karbon aktif telah diaktivasi
menggunakan NaOH 1% (Ghozali 2010). Minyak cengkeh yang digunakan adalah
minyak cengkeh komersil dengan kandungan eugenol 40,09%. Garam yang
digunakan adalah garam krosok. Dosis garam yang digunakan diperoleh dari LC50
24 jam (18,8 g garam) dikalikan 0%, 25%, 50% dan 75%. Perlakuan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perlakuan tanpa bahan tambahan (K-),
perlakuan yang telah ditambahkan 4,67 µL minyak cengkeh/L, 20 g zeolit dan 10
g karbon aktif dengan penambahan garam 0% (K+), 25% (4,7 g garam/L), 50%
(9,4 g garam/L) dan 75% (14,1 g garam /L).

4

Penelitian Pendahuluan
Prosedur Kemampuan Puasa Udang
Penentuan puasa udang dilakukan dengan tujuan mengetahui tingkat
kelangsungan hidup benih udang galah tanpa diberi pakan. Hal ini berguna pada
saat pengangkutan dilakukan, apabila terjadi kematiaan bukan karena kelaparan.
Penentuan puasa udang dilakukan dengan cara menyiapkan 3 buah akuarium
berukuran 50x40x40 cm yang telah dibersihkan dan dikeringkan selama 1 hari
kemudian diisi air dengan tinggi air 30 cm yang diaerasi selama 2 hari, lalu
dimasukkan udang uji sebanyak 20 ekor/akuarium. Pergantian air sebanyak 520% dilakukan setiap hari, kemudian mengamati dan mencacat tingkah laku benih
udang uji setiap hari. Selama pemuasan dilakukan pengamatan kualitas air yaitu
suhu, pH dan Dissolved Oxygen (DO).
Prosedur Tingkat Konsumsi Oksigen
Pengukuran tingkat konsumsi oksigen (TKO) dilakukan dengan pengukuran
bobot benih udang galah. Benih udang galah dimasukkan ke dalam toples 3 L
yang sebelumnya telah diisi air hingga penuh, kemudian toples ditutup rapat.
Benih udang galah dengan bobot rata-rata 0,45±0,18 g dimasukkan sebanyak 6
ekor. Pengujian dilakukan dengan tiga ulangan. Jumlah oksigen terlarut dalam
toples diukur setiap satu jam selama 6 jam menggunakan DO meter. Tingkat
konsumsi oksigen dihitung dengan menggunakan rumus Liao & Huang (1975).
TKO = {(DOawal – DOakhir)/W x t} x V
Keterangan :
TKO
DO awal
DO akhir
W
t
V

= Tingkat konsumsi oksigen (mg O2/g tubuh/jam)
= Oksigen terlarut pada awal pengamatan (mg/L)
= Oksigen terlarut pada akhir pengamatan (mg/L)
= Berat udang uji (g)
= Periode pengamatan (jam)
= Volume air (L)

Prosedur Laju Eksresi Amoniak
Penentuan laju eksresi amoniak udang bertujuan untuk menghitung jumlah
amoniak yang dieksresikan udang tiap satuan waktu, sehingga dapat diketahui
jumlah akumulasi amoniak pada waktu tertentu. Percobaan ini dilakukan dengan
menyiapkan 3 toples bervolume 3 liter yang telah dibersihkan dan dikeringkan
selama 2 hari, kemudian diisi air hingga penuh. Benih udang galah dengan ukuran
bobot rata-rata 0,45±0,18 g dimasukkan ke dalam wadah masing-masing 6
ekor/toples. Kemudian dilakukan pengambilan sampel air sebanyak 30 ml setiap
12 jam selama 48 jam untuk mengukur suhu, pH, dan konsentrasi amoniak (NH3).
Prosedur Kapasitas Serap Zeolit dan Karbon Aktif terhadap Amoniak
Pengukuran kemampuan serap zeolit dan karbon aktif pada NH3 dapat
dilakukan dengan mengukur tingkat serap bahan aktif tersebut dalam larutan
TAN. Tahapan pada proses ini diawali dengan penyiapan dua botol plastik yang
salah satu bagian tutup botol dilubangi dengan jarum. Bagian leher botol diisi

5

dengan zeolit dan karbon aktif masing-masing sebanyak 20 gram. Larutan TAN
dengan konsentrasi 10 mg/L dialirkan ke dalam botol yang berisi karbon aktif dan
zeolit. Pengambilan sampel air sebanyak 30 ml dilakukan pada setiap menit
selama 8 menit, kemudian dilakukan pengukuran TAN, nilai pH, dan suhu
pengujian ini dilakukan masing-masing 3 ulangan.
Penelitian Transportasi
Penentuan
Galah
Penentuan Dosis
Dosis Optimum
Optimum pada
pada Pengangkutan
Pengangkutan Tertutup
Tertutup Benih
Benih Udang
UdangGalah
Benih udang galah dengan bobot rata-rata 0,45±0,18 g dipuasakan selama 1
hari, kemudian disiapkan 30 lembar kantong plastik dan karet pengikat, salah satu
ujung plastik dipasang keran untuk mengambil sampel air dan ujung yang lain
dipasang kemasan zeolit dan karbon aktif. Selanjutnya kantong plastik diisi
dengan air masing-masing 1,5 L, kemudian setiap perlakuan ditambahkan minyak
cengkeh dan garam sesuai dosis, benih udang galah dengan bobot rata-rata
0,45±0,18 g dimasukkan ke dalam kantong plastik dengan kepadatan 100 ekor/L.
Setiap kantong diisi oksigen dengan perbandingan 1:3 dan diikat dengan karet
gelang dan dimasukkan ke dalam kotak styrofoam. Selanjutnya dimasukkan es
batu ke dalam kotak styrofoam agar suhu stabil sekitar 20oC , kemudian ditutup.
Proses transportasi dilakukan secara simulasi di laboratorium, yaitu disimpan di
kotak styrofoam yang diguncangkan di atas permukaan air. TKH dan uji kualitas
air diamati setiap 4 jam.
Penelitian Pascatransportasi
Pemeliharaan Benih Udang Galah Pascatransportasi
Pemeliharaan benih udang galah dilakukan selama 30 hari setelah packing
dibongkar. Benih udang galah dipelihara sebanyak 50 ekor di dalam akuarium
dengan dimensi 75x50x40 cm yang telah dicuci dan dikeringkan selama 3 hari.
Sumber air yang digunakan yaitu berasal dari air tandon laboratorium lingkungan
dan diberi perlakuan dengan menggunakan filter fisik melalui sistem pengendapan.
Akuarium diisi air dengan ketinggian 30 cm dan diaerasi.
Benih udang galah dipelihara dengan pemberian pakan berupa pelet at
satiation. Kelangsungan hidup udang selama pemeliharaan diamati setiap hari
dengan mengamati kondisi udang sedangkan uji kualitas air dan fisiologi udang
dilakukan pada hari ke-0, hari ke-1 dan setiap 10 hari sampai akhir pemeliharaan.
Pengukuran laju pertumbuhan harian dilakukan setiap 10 hari sampai akhir
pemeliharaan.
Parameter yang Diamati
Pengukuran gradien osmotik dilakukan pada udang normal,
pascatransportasi (0 dan 3 jam) dan akhir pemeliharaan (30 hari). Konsentrasi
glukosa dilakukan pada udang normal, pascatransportasi (0 dan 24 jam),
kemudian dilakukan setiap 10 hari sampai akhir pemeliharaan. Histologi insang
udang galah dilakukan pada udang normal, pascatransportasi (0 jam) dan akhir
pemeliharaan (30 hari). TKH dan uji kualitas air diamati saat transportasi (setiap 4
jam) dan pemeliharaan (hari ke-0, ke-1 dan setiap 10 hari). Pertumbuhan bobot
harian pada saat pemeliharaan dilakukan setiap 10 hari.

6

Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup (TKH) adalah perbandingan jumlah udang
yang hidup dihitung (Nt) dan jumlah udang pada awal tebar dicatat. Perhitungan
TKH digunakan rumus dari Huisman (1987):

TKH 

Nt
x100
N0

Keterangan:
TKH = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt
= Jumlah udang akhir (ekor)
N0
= Jumlah udang awal (ekor)
Laju Pertumbuhan Harian Bobot Harian
Laju pertumbuhan bobot harian ditentukan berdasarkan selisih bobot ratarata akhir (Wt) dengan bobot rata-rata awal (W0) pemeliharaan kemudian
dibandingkan dengan waktu pemeliharaan (t) dengan rumus dari Huisman (1987):

LPH  (t

Wt
 1) x100
W0

Keterangan ;
LPH
= Laju pertumbuhan harian (%)
Wt
= Berat rata-rata pada akhir pemeliharaan (g)
W0
= Berat rata-rata pada awal pemeliharaan (g)
t
= Periode penelitian (hari)
Parameter Kualitas Air
Pengukuran suhu pada media air menggunakan termometer air raksa (Hg)
dengan satuan °C. Oksigen terlarut adalah jumlah mg/L gas oksigen yang terlarut
dalam air. Kadar oksigen dalam air dapat ditentukan dengan menggunakan DOmeter. Nilai pH di lingkungan dipengaruhi oleh kadar CO2 terlarut dan alkalinitas.
Alat yang digunakan adalah pH-meter dengan metode membran elektro.
Amoniak bebas tak terionisasi bersifat toksik terhadap organisme akuatik.
Metode yang digunakan dalam pengukuran amoniak adalah metode Indophenol.
Nilai TAN yang terukur bergantung pada nilai pH dan suhu pada saat pengukuran.
Pengukuran dilakukan dengan metode titrasi. Alkalinitas adalah gambaran
kapasitas air untuk menetralkan asam (Effendi 2003). Pengukuran alkalinitas
menggunakan metode acidimetric.
Gradien Osmotik (GO)
Data gradien osmotik didapatkan dengan cara mengukur osmolaritas media
dan plasma hemolymph. Gradien osmotik dihitung berdasarkan formula yang
digunakan oleh Anggoro (1992):
GO = │Osmolaritas plasma (mOsm/L)–Osmolaritas media (mOsm/L)│

7

Konsentrasi Glukosa
Konsentrasi glukosa diukur dengan metode Wedemeyer & Yasutake (1977).
Sampel hemolymph disentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan putaran 1000
rpm untuk memisahkan plasma hemolymph. Selanjutnya plasma hemolymph
sebanyak 0,5 µL ditambahkan ke dalam 3,5 mL reagen warna ortho-toluidin
dalam asam asetat glasial. Campuran tersebut dimasukkan dalam air mendidih
selama 10 menit. Setelah didinginkan dalam suhu ruang, konsentrasi glukosa
hemolymph diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 635 nm.
Selanjutnya nilai absorbansinya dikonversi menjadi kadar glukosa hemolymph
dalam mg/100 mL. Kadar glukosa hemolymph dihitung berdasarkan persamaan
yang dikemukakan oleh Wedemeyer & Yasutake (1977) yaitu:
GD 

AbsSp
xGSt
AbsSt

Keterangan:
GD
= Konsentrasi glukosa hemolymph (mg/dL)
AbsSp = Absorbansi sampel
AbsSt = Absorbansi standar
GSt
= Konsentrasi glukosa standar (mg/dL)
Histologi
Histologi adalah ilmu yang mempelajari anatomi secara mikroskopis yaitu
dengan menggunakan mikroskopis untuk mengamatinya. Histologi juga
mempelajari suatu organ atau bagian tubuh ikan secara cermat, terinci hingga ke
selnya. Insang merupakan organ respirasi pada ikan. Organ ini mempunyai
peranan yang sangat penting karena berfungsi untuk mengambil oksigen dari
perairan. Tetapi organ ini juga merupakan bagian tubuh yang sangat rentan
terhadap berbagai macam gangguan, baik parasit, mikroorganisme patogen
maupun perubahan lingkungan karena insang ini langsung bersentuhan dengan air.
Prosedur histologi dapat dilihat di lampiran 1.
Analisa Data
Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara statistik menggunakan
analisis ragam dengan uji F pada selang kepercayaan 95% menggunakan MS.
Excel dan SPSS 17 untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh terhadap
parameter yang diamati. Apabila berpengaruh nyata, dilakukan uji lanjut
menggunakan uji Duncan untuk melihat perbedaan antar perlakuan yang diuji. Uji
statistik dilakukan terhadap beberapa parameter, yaitu: GO, Konsentrasi glukosa
TKH dan LPH. Selain dianalisa menggunakan statistik, beberapa data lainnya
dianalisa secara deskriptif menggunakan gambar, grafik dan tabel. Analisa data
secara deskriptif dilakukan pada beberapa parameter, yaitu: penelitian
pendahuluan, histologi dan kualitas air.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Pendahuluan
Hasil penelitian pendahuluan terdiri dari pengujian kemampuan puasa benih
udang galah, tingkat konsumsi oksigen benih udang galah, laju ekskresi TAN
benih udang galah dan kapasitas serap zeolit dan karbon aktif terhadap amoniak.
Kemampuan Puasa Udang Galah
Hasil pengamatan kemampuan puasa menunjukkan benih udang galah dapat
bertahan hidup tanpa diberi pakan hingga akhir pengujian selama 7 hari (Tabel 1).
Nilai kualitas air media pemeliharaan dalam kisaraan baik untuk pemeliharaan
udang galah. Benih udang galah masih berenang aktif sampai hari ke-7. Nilai
TKH pada akhir pengujian sebesar 98,3%. Sehingga apabila terjadi kematiaan
pada saat tranportasi selama 24 jam, maka bukan karena udang kelaparan
.
Tabel 1. Tingkat kelangsungan hidup (TKH) benih udang galah selama pengujian
kemampuan puasa
Hari
ke1
2
3
4
5
6
7

∑ udang ∑ udang
Hidup
Mati
(ekor)
(ekor)
60
60
60
60
60
60
60

0
0
0
0
0
0
1

TKH
Suhu
(100%) (oC)
100
100
100
100
100
100
98,3

25-26
26
26
26
26
26
26

pH
8,5-8,6
8,3-8,6
7,8-7,9
8,1-8,6
8,1-8,2
8,1-8,3
8,2-8,5

DO
Tingkah Laku
(mgO2/L)
Udang
7,7-7,9
7,9-8,0
8,0-8,1
8,0-8,2
7,6-8,1
7,7-8,0
7,6-8,0

Berenang aktif
Berenang aktif
Berenang aktif
Berenang aktif
Berenang aktif
Berenang aktif
Berenang aktif

Tingkat Konsumsi Oksigen Benih Udang Galah
Tingkat Konsumsi Oksigen (TKO) merupakan kemampuan satu individu
dalam menyerap oksigen untuk mendukung proses kehidupannya. Hasil penelitian
ini menyatakan bahwa terjadi penurunan oksigen terlarut dari 8,3±0 mgO2/L pada
awal perlakuan menjadi 3,73±0,21 mgO2/L pada jam ke-6 (Gambar 1a). Nilai
rata-rata tingkat konsumsi oksigen benih udang galah dari tiga ulangan yang
dilakukan sebesar 0,96±0,1 mgO2/g/jam (Gambar 1b).

9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

1,4
1,2
TKO (mgO2/g/jam)

DO (mgO2/L)

9

0

1

2

3

Jam keUlangan 1
Ulangan 3

4

5

6

1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0

Ulangan 2
rata-rata

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 rata-rata

Perlakuan (Ulangan)

(a)
(b)
Gambar 1. Kondisi (a) oksigen terlarut dan (b) TKO benih udang galah
Laju Ekskresi TAN Benih Udang Galah
Ekskresi TAN benih udang galah yang didapatkan dari pengujian setiap 12
jam selama 48 jam didapat nilai TAN yang dihasilkan oleh benih udang galah
dengan bobot 0,45±0,18 g adalah 0,011±0,001 mgTAN/g/jam (Tabel 2).
Tabel 2. Ekskresi TAN benih udang galah setiap 12 jam
Waktu
12
24
36
48
Eksresi/24 jam
Eksresi/jam
Eksresi/ekor

Ulangan
1
0,750
1,860
2,820
3,460
1,743
0,073
0,012

2
0,700
1,950
2,710
3,550
1,500
0,063
0,010

3
0,870
1,960
2,820
3,390
1,430
0,060
0,010

Rata-rata
0,773 ±0,087
1,923 ±0,055
2,783 ±0,064
3,467 ±0,080
1,558 ±0,164
0,065 ±0,007
0,011 ±0,001

Kapasitas Serap Zeolit dan Karbon Aktif terhadap Amoniak
Kapasitas serap zeolit dan karbon aktif terhadap amonia menurun setiap
menitnya. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa zeolit dapat menurunkan
amonia dari 1,107±0 mgNH3/L pada awal perlakuan menjadi 0 mgNH3/L pada
menit ke-7 (Gambar 2a). Berdasarkan data tersebut, zeolit dapat menyerap
amoniak sebesar 1,107 mgNH3/L. Sedangkan karbon aktif dapat menurunkan
amonia dari 1,439±0 mgNH3/L pada awal perlakuan menjadi 0,201±0,04
mgNH3/L (Gambar 2b). Berdasarkan data tersebut, karbon aktif pada menit ke-7
dapat menyerap amoniak sebesar 1,231±0 mgNH3/L. Menurut Supriyono et al.
(2007) bahwa salah satu cara untuk mengurangi konsentrasi amoniak adalah
menggunakan zeolit dan karbon aktif, karena material ini mampu mengadsorbsi
sejumlah amoniak dalam waktu tertentu. Dalam waktu satu jam zeolit berukuran -

10

40/60 mesh dengan berat 10 gram mampu menurunkan kandungan amonia sampai
1,2 mgNH3/L.
1,6
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0

1,0

NH3 (mgNH3/L)

NH3 (mgNH3/L)

1,2

0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
0

1

2

3 4 5
Menit ke-

6

7

0

1

2

3
4
5
Menit ke-

(a)
Ulangan 1

6

7

(b)
Ulangan 2

Ulangan 3

Rata-rata

Gambar 2. Kadar amoniak media yang diberikan (a) zeolit dan (b) karbon aktif
terhadap amoniak setiap menit
Penelitian Transportasi
Hasil penelitian saat transportasi terdiri dari perubahan parameter kualitas
air saat transportasi dan TKH transportasi.
Parameter Kualitas Air Transportasi
Pengamatan parameter kualitas air menunjukkan transportasi menyebabkan
perubahan kualitas air (Gambar 3). Konsentrasi oksigen terlarut pada Gambar 4a
menunjukkan DO semakin menurun seiring bertambahnya waktu, akan tetapi
pada jam ke-8 terjadi kenaikan DO. Hal ini dikarenakan kerasnya goncangan yang
mengakibatkan terjadinya difusi oksigen antara air dan udara di dalam packing.
Konsentrasi DO Pada jam ke-24 tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara
perlakuan, hal ini dapat dilihat pada Gambar 3a bahwa perlakuan 4,7 g garam/L
memiliki konsentrasi DO tertinggi sebesar 5,8±0,15 mgO2/L, diikuti oleh
perlakuan K+ dan 9,4 g garam/L sebesar 5,7±0,1 mgO2/L, perlakuan K- sebesar
5,6±0,15 mgO2/L, sedangkan konsentrasi DO terkecil terdapat pada perlakuan
14,1 g garam/L sebesar 5,4±0,1 mgO2/L. Konsentrasi DO yang terlalu rendah
menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap kesehatan ikan seperti anoreksia,
stres pernafasan, hipoksia jaringan, ketidaksadaran, bahkan kematian (Wedemeyer
1996).
Udang merupakan hewan berdarah dingin, sehingga tingkat metabolisme
udang dipengaruhi oleh suhu lingkungan (Swann 1993). Suhu yang meningkat
akan meningkatkan proses biokimia yang terjadi pada tubuh benih udang galah.
Sebaliknya, saat terjadi penurunan suhu, maka proses metabolisme dalam tubuh
benih udang galah mengalami penurunan. Suhu dalam media pengepakan selama
24 jam berkisar 19-25oC (Gambar 3b). Fluktuasi tersebut masih dalam tidak
membahayakan bagi kelangsungan hidup benih udang galah. Menurut Stickney
(1979) bahwa fluktuasi suhu yang membahayakan bagi ikan adalah 5oC dalam

11

satu jam, sedangkan selama proses pengangkutan fluktuasi suhu hanya sebesar 12oC selama 4 jam.
30

14
12
10
8
6
4
2
0

Suhu (oC)

DO (mgO2/L)

25

15

10
5
0

0

4

8

12 16
Jam ke(a)

20

24

2,0
1,5

CO2 (mgCO2/L)

NH3 (mgNH3/L)

20

1,0
0,5
0,0
0

4

8

12 16
Jam ke(c)

4,7 g garam/L
K+ (Tanpa garam)

20

24

0

4

8

0

4

8

12 16
Jam ke(b)

20

24

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
12

16

20

24

Jam ke(d)

9,4 g garam/L
2,0
1,8
1,5
1,3
1,0
0,8
0,5
0,3
0,0
K- (Tanpa bahan tambahan)

14,1 g garam/L

Gambar 3. Parameter kualitas air selama transportasi benih udang galah (a)
oksigen terlarut; (b) suhu; (c) konsentrasi NH3; (d) konsentrasi CO2
Konsentrasi amoniak (NH3) dalam media pengangkutan pada semua
perlakuan dapat dilihat pada Gambar 3c. Konsentasi NH3 dari setiap perlakuan
mengalami peningkatan konsentrasi seiring dengan bertambahnya waktu. Nilai
NH3 ini didapatkan dari nilai TAN dengan memperhitungkan suhu dan pH pada
masing-masing perlakuan. Peningkatan konsentrasi NH3 di dalam media
pengepakan disebabkan peningkatan laju metabolisme udang pada media
pengepakan. Hal ini dikarenakan laju metabolisme di dalam wadah pengepakan
meningkat tiga kali lipat dari metabolisme rutin (Frose 1985). Konsentrasi NH3
terendah pada jam ke-24 terdapat pada perlakuan 9,4 g garam/L sebesar
0,061±0,005 mgNH3/L, diikuti oleh perlakuan 4,7 g garam/L sebesar 0,062±0,003
mgNH3/L, perlakuan 14,1 g garam/L sebesar 0,064±0,003 mgNH3/L, perlakuan
K+ sebesar 0,446±0,044 mgNH3/L dan perlakuan K- memiliki konsentrasi NH3
tertinggi yaitu sebesar 1,815±0,173 mgNH3/L. Perbedaan konsentrasi NH3 pada
setiap perlakuan disebabkan oleh pengaruh garam, zeolit dan karbon aktif yang
diberikan, perlakuan K+ yang tidak diberikan garam memiliki nilai NH3 yang
cukup tinggi dan perlakuan K- yang tidak diberikan garam, zeolit dan karbon aktif
memiliki nilai NH3 yang sangat tinggi. Salah satu cara untuk mengurangi
konsentrasi amoniak adalah menggunakan zeolit dan karbon aktif, di mana zeolit

12

dan karbon aktif ini mampu mengadsorbsi sejumlah amoniak dalam waktu
tertentu (Supriyono et al. 2007). Selama satu jam zeolit berukuran -40/60 mesh
dengan berat 10 g mampu menurunkan kandungan amoniak sampai 1,2 mgNH3/L.
Sedangkan garam dapat menurunkan gradien osmotic, karena udang dapat
menyerap sejumlah garam dan melepaskan garam tersebut ke aliran darah. Udang
memiliki pompa ion di bagian ginjal yang akan menangkap garam dari air serta
melepaskan amonia dan hasil buangan lainnya (Lantu 2010).
Konsentrasi CO2 dalam media air pengangkutan terus mengalami
peningkatan dari jam ke-0 hingga jam ke-24. Pada jam ke-24 konsentrasi CO2
tertinggi terdapat pada perlakuan 4,7 g garam/L sebesar 45,57±0,07 mgCO2/L,
kemudian diikuti perlakuan K- sebesar 44±0,05 mgCO2/L, perlakuan K+ sebesar
39,6±0 mgCO2/L, perlakuan 9,4 g garam/L sebesar 36,67±0,02 mgCO2/L dan
konsentrasi CO2 terendah terdapat pada perlakuan 14,1 g garam/L sebesar
36,67±0,02 mgCO2/L (Gambar 3d). Hal ini disebabkan pada saat udang berada
pada media pengepakan, udang masih melakukan aktivitas untuk bergerak
sehingga oksigen yang ada pada media pengepakan digunakan oleh udang
(Supriyono et al. 2010). Menurut Boyd (2012), udang dapat merasakan perbedaan
kecil konsentrasi CO2 dan mencoba untuk menghindari daerah memiliki
konsentrasi CO2 tinggi.
Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH) Transportasi
Tingkat kelangsungan hidup saat transportasi dapat dilihat pada Gambar 4,
pada jam ke-4 terdapat kematian pada perlakuan K+ dan K-, sedangkan perlakuan
dengan pemberian garam tidak terdapat kematian. Pengamatan pada jam ke-16
sampai jam ke-24 sudah mulai terjadi kematian yang tinggi pada setiap perlakuan.
Perlakuan 9,4 g garam/L pada jam ke-24 memiliki TKH tertinggi dibandingkan
dengan TKH perlakuan lainnya yaitu sebesar 88±2%, sedangkan TKH terendah
terdapat pada perlakuan K- sebesar 52,67±4,62%. Berdasarkan penelitian
Anandasari et al. (2015), bahwa transportasi benih udang galah dengan kepadatan
100 ekor/L selama 24 jam dengan tanpa diberikan bahan tambahan memiliki TKH
sebesar 41%, sedangkan setelah diberikan bahan tambahan 4,67 µL/L minyak
cengkeh, 20 g zeolit dan 10 g karbon aktif memiliki TKH sebesar 73%.
Penambahan bahan tambahan yang optimum pada saat transportasi dapat
memberikan TKH yang lebih tinggi.
b
a

100

b
ab
a

TKH (%)

80

a
aaa

cbc
bc
aab

c
cc
b
a

60

d
c
c
b
a

40

4,7 g garam/L
9,4 g garam/L
14,1 g garam/L
K+ (Tanpa garam)
2,0
1,8
1,5
1,3
1,0
0,8
0,5
0,3
0,0
K- (Tanpa bahan
tambahan)

20
0
0

4

8

12
16
Jam ke-

20

24

Huruf kecil yang berbeda dalam grafik menunjukkan beda nyata (p

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENAMBAHAN ZEOLIT DAN KARBON AKTIF TERHADAP SINTASAN BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) PADA PENGANGKUTAN SISTEM TERTUTUP

0 35 50

Efektivitas Penambahan Zeolit, Karbon Aktif, dan Minyak Cengkeh dalam Transportasi Tertutup Ikan Nila BEST Oreochromis sp. dengan Kepadatan Tinggi.

1 3 268

Pemanfaatan Zeolit dan Karbon aktif dalam Transportasi Tertutup Benih Ikan Nila BEST Oreochromis sp. dengan Kepadatan Tinggi

0 11 118

Efektivitas penambahan garam dalam media transportasi tertutup benih ikan gurame Osphronemus gouramy Lac.

0 5 140

Pemanfaatan zeolit dan karbon aktif dalam transportasi tertutup benih ikan nila BEST Oreochromis sp. dengan kadar garam berbeda

0 3 169

Efektivitas Penambahan Zeolit 20 g/ℓ, Karbon Aktif 10 g/ℓ dan Garam 5 g/ℓ dalam Transportasi Tertutup Benih Ikan Gurame Osphronemus goramy Lac dengan Kepadatan Berbeda

0 3 47

Efektivitas Zeolit, Karbon Aktif dan Minyak Cengkeh terhadap Fisiologi Benih Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) pada Transportasi Tertutup dengan Kepadatan Tinggi

1 3 55

Efektivitas Minyak Sereh, Garam, Zeolit, Dan Karbon Aktif Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Pangasius Sp Pada Transportasi Tertutup

1 25 52

Pemanfaatan garam pada pengangkutan sistem tertutup benih ikan patin Pangasium sp berkepadatan tinggi dalam media yang mengandung zeolit dan arang aktif

0 2 98

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifisikasi Udang Vaname - PENGARUH DOSIS KARBON AKTIF YANG BERBEDA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN KUALITAS BENUR UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) PADA TRANSPORTASI TERTUTUP - UMG REPOSITORY

0 0 17