Pemanfaatan Zeolit dan Karbon aktif dalam Transportasi Tertutup Benih Ikan Nila BEST Oreochromis sp. dengan Kepadatan Tinggi

(1)

ABSTRACT

ASTRI HANDAYANI. Utilization of Zeolite and Active Carbon in a Closed Transportation of Tilapia Seed Strain BEST Oreochromis sp. with a High Density. Supervised by EDDY SUPRIYONO and HARTON ARFAH.

A common method of moving the seeds is a short-distance transport with a limited density of fish. Therefore, it is necessary to have a transport system that can move the seeds to a raising area in a relatively long time, with high density and high survival rate. This study used a combination of zeolite (20 g/ℓ) and active carbon (10 g/ℓ) on tilapia seeds strain BEST with a size of ± 0.22 g/ℓ fish with a high density. Addition of supplement materials such as zeolit and active carbon were aimed to raise and maintain water quality during the transportation process, so the highest density could be attained. This study aimed to determine and find out the effectiveness of zeolite and active carbon in maintaining the quality of water in a closed transportation so as to know the optimal density of tilapia seeds strain BEST transported for 16 hours and to minimize the post-transport of mortality rate. This study consisted of two stages. The preliminary stage was to measure the level of oxygen consumption, ammonia excretion rate, fish fasting ability, and to determine the optimum density of tilapia BEST in a closed transportation. Transport time was 16 hours and the post-transport raising was 14 days for treatments with a density of 300, 500 and 700 fish/ℓ. The study result showed that density of 300 fish/ℓ is more effective compare to other treatment with a survival rate of 96%, highest Specific Growth Rate, namely 5,96%, and survival rate after transportation was 85%. However, when viewed from the profit, the optimum treatment density of 700 fish/ℓ had a profit of Rp 86.280, with a survival rate of 79% for 16 hours.

Keywords: Survival rate (SR), fish transportation, zeolites and active carbon.


(2)

ABSTRAK

ASTRI HANDAYANI. Pemanfaatan zeolit dan karbon aktif dalam transportasi tertutup benih ikan nila BEST Oreochromis sp. dengan kepadatan tinggi. Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan HARTON ARFAH.

Dalam penyelenggaraan usaha pembesaran ikan, seringkali benih-benih yang memenuhi syarat diperoleh dari tempat pembenihan yang letaknya berjauhan dari tempat pembesaran. Sistem pengangkutan yang umum yaitu sistem transportasi tertutup dengan jarak pendek dan kepadatan ikan terbatas. Maka diperlukan suatu sistem pengangkutan yang dapat memindahkan benih ke tempat pembesaran jarak jauh, dengan kepadatan tinggi dan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Penelitian ini menggunakan kombinasi zeolit 20 g/ℓ dan karbon aktif 10 g/ℓ pada benih ikan nila BEST ukuran rata-rata 0,22 g/ekor dengan kepadatan tinggi. Penambahan material zeolit dan karbon aktif ini diharapkan dapat mempertahankan kualitas air selama pengangkutan, sehingga kepadatan tinggi dapat dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektifitas zeolit dan karbon aktif dalam mempertahankan kualitas air pada pengangkutan tertutup sehingga dapat mengetahui kepadatan optimal benih ikan nila BEST yang diangkut selama 16 jam dan meminimalisir tingkat kematian pasca pengangkutan. Tahapan penelitian dimulai dari mengukur tingkat konsumsi oksigen, laju eksresi amoniak, kemampuan puasa ikan, penentuan kepadatan optimum benih ikan nila BEST pada transportasi tertutup. Transportasi dilakukan selama 16 jam dan pemeliharaan pasca transportasi selama 14 hari untuk perlakuan dengan kepadatan 300, 500 dan 700 ekor/ℓ. Hasil penelitian menunjukan perlakuan 300 ekor/ℓ lebih efektif dibandingkan perlakuan lainnya dengan tingkat kelangsungan hidup selama pengangkutan sebesar 96%, LPH paling tinggi 5,96% dan tingkat kelangsungan hidup pascatransportasi sebesar 85%. Namun demikian dilihat dari keuntungan perlakuan 700 ekor/ℓ lebih baik mencapai Rp 86.280 dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 79% selama pengangkutan 16 jam.

Kata kunci : Tingkat Kelangsungan Hidup (SR), transportasi ikan, zeolit dan karbon aktif.


(3)

I.

PENDAHULUAN

Salah satu produk akuakultur yang potensial untuk terus diproduksi adalah ikan nila. Ikan nila merupakan ikan ekonomis penting di dunia karena cara budidaya yang mudah, rasa yang digemari dan memiliki toleransi yang luas terhadap lingkungan. Permintaan ikan nila relatif besar yang ditunjukkan dengan hasil panen yang hampir semuanya terserap oleh pasar, baik untuk memenuhi pasar domestik maupun pasar ekspor. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2005, tingkat konsumsi ikan untuk masyarakat di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 4,51 %, yakni dari 23,95 kg/kapita/tahun menjadi 25,03 kg/kapita/tahun pada tahun 2006. Selain itu, KKP menargetkan produksi ikan nila tahun 2011 sebanyak 639.300 ton jumlah ini naik sekitar 36,26% dari tahun 2010 yang sebanyak 469.173 ton (KKP, 2009). Salah satu ikan nila unggul adalah ikan nila dengan strain BEST. Ikan nila strain BEST memiliki keunggulan dalam kecepatan pertumbuhan, ketahanan terhadap kondisi lingkungan yang buruk, dan tingkat kelangsungan hidup mencapai 90% (Arifin, 2010).

Dalam penyelenggaraan usaha pembesaran ikan, seringkali benih-benih yang memenuhi syarat diperoleh dari tempat pembenihan yang letaknya berjauhan dari tempat pembesaran. Pengangkutan ikan hidup jarak jauh umumnya menggunakan sistem tertutup. Faktor yang menyebabkan kematian ikan pada pengangkutan sistem tertutup, antara lain berkurangnya persediaan oksigen terlarut akibat respirasi, temperatur yang tinggi, dan terakumulasinya metabolit beracun seperti amoniak. Swann (1993) menyatakan bahwa amoniak berbahaya pada ikan pada konsentrasi 0,2 mg/ℓ, dan konsentrasi diatas 1,4 mg/ℓ menyebabkan kematian ikan selama transportasi. Akumulasi amoniak dalam wadah dapat menyebabkan kematian ikan selama transportasi, maka diperlukan cara untuk mengontrol akumulasi amoniak di dalam wadah transportasi ikan.

Penelitian ini menggunakan kombinasi zeolit 20 g/ℓ dan karbon aktif 10 g/ℓ pada benih ikan nila BEST ukuran rata-rata 0,22 g/ekor dengan kepadatan tinggi. Menurut hasil penelitian Ghozali (2007) menambahkan zeolit 20 g/ℓ ke dalam media pengangkutan ikan maanvis ukuran 2 g/ekor dengan kepadatan 20 ekor/ℓ, menghasilkan SR 100% dengan lama pengangkutan 120 jam. Kemudian


(4)

2 Ghozali (2010) juga meneliti kembali tentang penambahan zeolit 20 g/ℓ, karbon aktif 10 g/ℓ, dan garam 4 g/ ke dalam media pengangkutan ikan maanvis ukuran 2 g/ekor dengan kepadatan 20 ekor/ℓ, yang menghasilkan SR 89% dengan lama pengangkutan 120 jam. Penambahan kombinasi zeolit dan karbon aktif diharapkan dapat memperbaiki dan mempertahankan kualitas air selama proses transporatsi sehingga kepadatan tinggi dapat dicapai dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup ikan selama pengangkutan. Zeolit mempunyai kapasitas tinggi sebagai penyerap amoniak, karena zeolit dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukuran dan konfigurasi molekul-molekul (Anwar et al., 1985). Sedangkan karbon aktif berfungsi sebagai pengikat total dissolved solid (TDS) dan total suspended solid (TSS) serta penyerap gas seperti amoniak (NH3).

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektifitas zeolit dan karbon aktif dalam mempertahankan kualitas air pada pengangkutan tertutup sehingga dapat mengetahui kepadatan optimal benih ikan nila BEST yang diangkut selama 16 jam dan meminimalisir tingkat kematian pasca transportasi.


(5)

II. BAHAN DAN METODE

2.1 Tahap Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Metodologi penelitian sesuai dengan Supriyono, et al. (2010) yaitu tahap pendahuluan meliputi penentuan kemampuan puasa ikan, tingkat konsumsi oksigen, laju eksresi amoniak, penentuan kapasitas zeolit dan karbon aktif dalam penyerapan Total Amoniak Nitrogen (TAN). Tahap penelitian utama yaitu pengangkutan dengan penentuan kepadatan optimum benih ikan nila BEST pada transportasi tertutup, kualitas air, kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan harian ikan selama pemeliharaan.

2.2. Prosedur Kerja

2.2.1 Tahap Penelitian Pendahuluan

2.2.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

Penentuan puasa ikan dilakukan dengan tujuan mengetahui tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila BEST tanpa diberi pakan. Hal ini berguna pada saat pengangkutan dilakukan, apabila terjadi kematian bukan karena kelaparan. Penentuan puasa ikan dilakukan dengan cara menyiapkan 3 buah akuarium berukuran 50x30x30 cm3 yang telah dibersihkan dan dikeringkan selama 1 hari kemudian diisi air dengan tinggi air 25 cm yang diaerasi selama 2 hari, lalu dimasukkan ikan uji sebanyak 30 ekor/akuarium. Parameter yang diamati yaitu tingkah laku ikan uji yang dilakukan setiap hari selama tujuh hari dan kualitas air yaitu nilai pH, suhu dan oksigen terlarut.

2.2.1.2 Tingkat Konsumsi Oksigen

Pengukuran tingkat konsumsi oksigen (TKO) dilakukan untuk mengetahui konsumsi oksigen ikan sehingga dapat diketahui jumlah oksigen yang dibutuhkan ikan selama pengangkutan. Pengukuran tingkat konsumsi oksigen dilakukan dalam wadah yang berukuran 3ℓ yang telah dibersihkan dan dikeringkan, kemudian diisi air dan diaerasi selama 3 hari agar kandungan oksigen di dalam air jenuh. Selanjutnya, 6 ekor ikan uji dimasukkan ke dalam wadah, kemudian


(6)

4  ditutup rapat dengan plastik hingga tidak terdapat gelembung udara dan dilakukan pengukuran DO setiap 1 jam selama 6 jam dengan menggunakan DO-meter.

2.2.1.3 Laju Eksresi Amoniak

Penentuan laju eksresi amonia ikan bertujuan untuk menghitung jumlah amoniak yang dieksresikan ikan tiap satuan waktu, sehingga dapat diketahui jumlah akumulasi amoniak pada waktu tertentu. Percobaan ini dilakukan dengan menyiapkan 3 toples bervolume 3 yang telah dibersihkan dan dikeringkan selama satu hari, kemudian diisi air hingga penuh. Ikan uji dimasukkan ke dalam wadah masing-masing 10 ekor/toples. Pengambilan sampel air dilakukan sebanyak 30 mℓ setiap 24 jam selama 48 jam untuk mengukur suhu, pH, dan konsentrasi total amonia nitrogen (TAN).

2.2.1.4 Kapasitas Serap Zeolit Dan Karbon Aktif Terhadap Amoniak

Pengukuran kemampuan serap zeolit dan karbon aktif pada NH3 dapat dilakukan dengan mengukur tingkat serap bahan aktif tersebut dalam larutan TAN. Tahapan pada proses ini diawali dengan penyiapan tiga botol plastik yang salah satu bagian tutup botol dilubangi dengan jarum. Selanjutnya, botol tersebut diisi dengan zeolit sebanyak 20 gram dan karbon aktif sebanyak 10 gram. Selanjutnya air yang mengandung TAN 1 mg/ℓ dengan volume 1 ℓ dialirkan pada masing-masing botol, di bawah botol diletakkan gelas piala untuk menampung aliran air yang mengalir pada botol. Langkah ini dilakukan setiap 1 menit selama 7 menit. Air sampel yang ditampung tersebut kemudian diukur kadar TAN, pH dan suhu.

2.2.2 Penelitian Utama

2.2.2.1 Penentuan Kepadatan Optimum Benih Ikan Nila BEST Pada Pengangkutan Tertutup

Prosedur ini dilakukan dengan pemuasaan ikan uji selama 2 hari, kemudian disiapkan 12 lembar kantong plastik dan karet pengikat, salah satu ujung plastik dipasang stop keran (regulator) untuk mengambil sampel air dan ujung yang lain dipasang kemasan zeolit dan karbon aktif. Selanjutnya kantong plastik diisi dengan air masing-masing 1,3 dan ikan uji dimasukkan kantong plastik dengan kepadatan 300, 500 dan 700 ekor/liter. Masing-masing perlakukan


(7)

5  terdiri dari 2 ulangan. Setiap kantong diisi oksigen dengan perbandingan 1:3 dan diikat dengan karet gelang dan dimasukkan ke dalam kotak Styrofoam. Selanjutnya dimasukkan es batu kedalam kotak Styrofoam agar suhu stabil, kemudian ditutup rapat.

Pengamatan keadaan ikan dilakukan setiap 4 jam dan pengambilan sampel air sebanyak 100 m per kantong setiap 4 jam. Pengamatan dan pengambilan sampel dihentikan hingga 12 jam. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara membuka keran yang sudah dipasang di ujung plastik sehingga air yang ada di dalam plastik dapat keluar tanpa mengalami difusi udara dari luar packing. Proses transportasi dilakukan secara simulasi di laboratorium, yaitu disimpan di boks

Styrofoam yang diguncangkan.

2.2.2.2 Tingkat Kelangsungan Hidup

Derajat kelangsungan hidup (SR) adalah perbandingan jumlah ikan yang hidup sampai akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan awal pemeliharaan. Perhitungan SR digunakan rumus dari Goddart (1996):

% %

Keterangan :

SR = Kelangsungan Hidup Nt = Jumlah ikan akhir (ekor) No = Jumlah ikan awal (ekor)

2.2.2.3 Total Amoniak Nitrogen (TAN) dan Amoniak (NH3)

Nilai TAN didapatkan dari perbandingan nilai absorban sampel dan standar kemudian dilakukan konsentrasi larutan standar yang digunakan

NH3 = nilai TAN dikalikan dengan persentase amoniak yang tidak terionisasi berdasarkan nilai pH dan suhu. Berikut merupakan persentase amoniak tak terionisasi pada suhu dan pH yang berbeda (Tabel 1):


(8)

6  Tabel 1. Persentase amoniak tidak terionisasi (NH3) pada pH dan suhu yang berbeda (Boyd, 1990)

Suhu (0C) pH

6,5 7 7,5 8 8,5 18 0,1 0,3 0,9 2,9 8,5 20 0,1 0,3 1,1 3,3 9,8

22 0,1 0,4 1,2 3,8 11,2

24 0,2 0,5 1,4 4,4 12,7

26 0,2 0,5 1,7 5 14,4

2.2.2.4 Pemeliharaan Ikan Nila BEST Pasca Pengangkutan

Pemeliharaan ikan dilakukan selama 14 hari setelah packing dibongkar. Ikan dipelihara di dalam akuarium dengan dimensi 100x50x50 cm yang telah dicuci dan dikeringkan selama 3 hari. Sumber air yang digunakan berasal dari air tandon laboratorium lingkungan dan diberi perlakuan dengan menggunakan filter fisik melalui sistem pengendapan. Akuarium diisi air dengan ketinggian 30 cm dan diaerasi selama 3 hari.

Ikan dipelihara dengan pemberian pakan berupa pellet secara at satiation. Penyiponan dilakukan setiap pagi dan sore dengan pergantian air sebanyak 20% setiap hari. Pengukuran laju pertumbuhan harian dilakukan dengan mengukur bobot ikan awal dan bobot ikan akhir sedangkan pengamatan kelangsungan hidup ikan selama pemeliharaan dilakukan setiap hari dengan mengamati kondisi ikan.

2.2.2.5 Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Laju pertumbuhan bobot harian (α) ditentukan berdasarkan selisih bobot rata-rata akhir (Wt) dengan bobot rata-rata awal (Wo) pemeliharaan kemudian dibandingkan dengan waktu pemeliharaan (t) dengan rumus dari Huisman (1987):

  %

Keterangan:

Wt = Bobot ikan akhir (ekor) Wo = Bobot ikan awal (ekor) t = Waktu percobaan


(9)

2.2.2.6 Oksigen Terlarut (DO), Karbon Dioksida (CO2), Kesadahan, Derajat

Keasaman, dan Suhu

Parameter kualitas air yang meliputi oksigen terlarut, karbon dioksida, derajat keasaman dan suhu diukur setiap 4 jam selama 12 jam.

2.2.2.7 Rancangan Percobaan

Rancangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu:

A = 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + kepadatan 300 ekor/ℓ B = 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + kepadatan 500 ekor/ℓ C = 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + kepadatan 700 ekor/ℓ

Masing-masing perlakuan terdiri dari 2 ulangan. Model rancangan yang digunakan yaitu: yij = µ + τi + έij (Steel dan Torrie, 1982)

Keterangan:

yij = data pada perlakuan kepadatan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data

τi = pengaruh perlakuan ke-i

έij = kesalahan percobaan pada perlakuan kepadatan ke-j dan ulangan ke-i 2.2.2.8 Pengumpulan Data

Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tingkat kematian ikan, data kualitas air (oksigen terlarut, nilai pH, suhu dan total amoniak nitrogen), bobot ikan. Data tersebut akan digunakan untuk menghitung parameter yang diamati meliputi NH3, derajat kelangsungan hidup dan pertumbuhan bobot harian.

2.2.2.9 Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis ragam (Anova) dengan uji F pada selang kepercayaan 95% menggunakan program Ms.Exel 2007 dan SPSS 16.0. Apabila berpengaruh nyata, untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Tukey. Adapun parameter yang dianalisis adalah tingkat kelangsungan hidup dan nilai kualitas air selama pengangkutan yang meliputi total amoniak nitrogen (TAN), oksigen terlarut (DO), karbon dioksida (CO2), derajat keasaman (pH) dan suhu. Selain itu, laju pertumbuhan harian dan tingkat kelangsungan hidup selama pemeliharaan pasca transportasi.


(10)

 

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1. Penelitian Pendahuluan

3.1.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

Kemampuan puasa benih nila BEST sebanyak 30 ekor dapat bertahan hidup dalam keadaan puasa selama 7 hari dengan SR 100%. Hasil uji dari kemampuan puasa ikan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan nila BEST Selama Pemuasaan Hari

Ke-

∑ ikan hidup

∑ ikan

mati SR (%) pH DO Suhu

Tingkah Laku Ikan

1 30 0 100 7,77 4,76 29,6 Berenang Aktif 2 30 0 100 7,92 4,75 29,4 Berenang Aktif 3 30 0 100 8,00 5,31 29,3 Berenang Aktif 4 30 0 100 7,59 5,03 29,3 Berenang Aktif 5 30 0 100 8,11 5,45 29,3 Berenang Aktif 6 30 0 100 7,82 5,09 29,1 Berenang Aktif 7 30 0 100 8,09 5,49 29,2 Berenang Aktif

Keterangan: dilakukan pergantian air pemeliharaan sebanyak 30-50% untuk menjaga kualitas air.

3.1.1.2 Tingkat Konsumsi Oksigen

Hasil uji TKO diperoleh benih ikan nila BEST memiliki nilai TKO sebesar 0,03±0.077 mgO2g-1 jam-1. Selama waktu pengangkutan yakni 16 jam oksigen yang diperlukan tiap perlakuan adalah masing-masing 288, 480 dan 672 mgO2 (Lampiran 1).

3.1.1.3 Laju Eksresi Total Amoniak Nitrogen (TAN)

Hasil uji laju eksresi TAN yang didapat dari pengujian setiap 12 jam selama 48 jam menunjukan bahwa benih ikan nila BEST mempunyai laju eksresi TAN sebesar 0,050 mgTAN.g-1.jam-1 (lampiran 2). Berdasarkan hasil pengujian laju eksresi TAN maka prediksi TAN ikan nila BEST tiap perlakuan 300 ekor/ℓ, 500 ekor/ℓ dan 700 ekor/ℓ selama 16 jam masing-masing 48, 80 dan 112 mg/ℓ. 


(11)

3.1.1.4 Kapasitas Daya Serap Zeolit dan Karbon Aktif terhadap Amoniak

Pada uji kapasitas serap zeolit terhadap TAN terdapat hasil bahwa air yang mengandung TAN 1 mg/ℓ dapat diturunkan hingga mencapai konsentrasi 0 mg/ℓ dalam waktu 420 detik atau sekitar 7 menit (Lampiran 3). Pada uji karbon aktif didapat hasil bahwa air yang mengandung TAN 1 mg/ℓ dapat diturunkan hingga mencapai konsentrasi 0,114 mg/ℓ dalam waktu 7 menit (Lampiran 4).

3.1.2 Penelitian Utama

3.1.2.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Nila BEST Selama Pengangkutan

Tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila BEST pada media pengangkutan dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara perlakuan pada jam ke-0 sampai jam ke-4, namun terdapat perbedaan nyata pada jam ke-8 sampai jam ke-16.

Ikan pada jam ke-0 sampai jam ke-4 untuk perlakuan 300 ekor/ℓ masih mencapai 100%, hanya saja untuk perlakuan 500 ekor/ℓ dan 700 ekor/ℓ  mengalami kematian sehingga mengakibatkan SR turun masing-masing menjadi 96±5,23% dan 91±1,8%. Nilai SR 100% pada perlakuan 300 ekor/ℓ hanya bertahan sampai jam ke-4, sedangkan untuk perlakuan 500 ekor/ℓ dan 700 ekor/ℓ hanya bertahan sampai jam ke-0.

Tabel 3. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama pengangkutan

jam ke- SR (%)

300 ekor 500 ekor 700 ekor

0 100±0,00 100±0,00 100±0,00

4 100±0,00a 96±5,23a 91±1,8a

8 98±0,40a 93±3,54a 87±1,2a

16 96±1,41a 88±1.98b 79±0,7c

Keterangan: huruf superscrip di belakang nilai standar deviasi adalah berbeda pada setiap baris menunjukan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0.05)

Gambar 1. Menunjukan tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila BEST pada jam ke-16 untuk masing-masing perlakuan. Tingkat kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan dengan kepadatan 300 ekor/ℓ yang mencapai 96±0,47%. Tingkat kelangsunagn terendah adalah perlakuan 700 ekor/ℓ sebesar 79±0,7% selama masa pengangkutan 16 jam. Berdasarkan hasil perhitungan


(12)

10  statistik, peningkatan kepadatan ikan pada transportasi berberda nyata (P<0,05) antara perlakuan satu dengan yang lainnya.

Gambar 1. Tingkat Kelangsungan hidup pada jam ke-16

3.1.5 Kualitas Air Media Pengangkutan

Tabel 4 menunjukan bahwa konsentrasi TAN rata-rata dari setiap perlakuan pada jam ke-0, 4, 8 mengalami peningkatan konsentrasi TAN seiring bertambahnya waktu, namun terjadi penurunan pada jam ke-12. Pada jam ke 12 konsentrasi nilai TAN terendah terjadi pada perlakuan pada perlakuan 300 ekor/ℓ yang mencapai 0,502±0,049 mg/ℓ, kemudian meningkat pada masing-masing perlakuan 500 ekor/ℓ dengan konsentrasi TAN sebesar 0,744±0,047 mg/ℓ dan perlakuan 700 ekor/ℓ dengan konsentrasi TAN sebesar 0,792±,0,006 mg/ℓ.

Tabel 4. Konsentrasi TAN rata-rata pada media air pengangkutan ikan nila BEST

jam ke- TAN (mg/L)

300 ekor 500 ekor 700 ekor

0 0,138±0,000 0,138±0,000 0,138±0,000

4 0,478±0,291a 0,717±0,265a 0,773±0,009a

8 0,814±0,039a 0,883±0,014ab 0,929±0,009c

12 0,502±0,049a 0,744±0,047b 0,792±,0,006b

Keterangan: huruf superscrip di belakang nilai standar deviasi adalah berbeda pada setiap baris menunjukan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,05).

Nilai amoniak tidak terionisasi (NH3) diperoleh dari data TAN dengan memperhitungkan kondisi pH dan suhu pada setiap unit percobaan dengan menggunakan tabel persentase amoniak tidak terionisasi (Tabel 1). Gambar 2 menunjukan konsentrasi NH3 pada media pengangkutan untuk setiap perlakuan

96±0,47%

88±1,98%

79±0,7%

0 20 40 60 80 100

300 ekor 500 ekor 700 ekor

SR

 

(%)

Perlakuan

300 ekor 500 ekor 700 ekor

a

b


(13)

11  dari jam ke-0 sampai jam ke 12 terlihat terjadi peningkatan konsentrasi dari waktu ke waktu. Konsentasi NH3 mulai meningkat pada jam ke-4 dengan nilai terendah pada perlakuan 500 ekor/ℓ sebesar 0,0082+0,016 mg/ℓ dan nilai tertinggi pada perlakuan 700 ekor/ℓ sebesar 0,146±0,016 mg/ℓ. Nilai NH3 pada jam ke-12 untuk semua perlakuan berkisar antara 0,0082+0,016-0,0415+0,003 mg/ℓ. Berdasarkan uji statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan pada jam ke 12.

Gambar 2. Nilai NH3 rata-rata pada media air

Gambar 3. menunjukan suhu selama pengangkutan relatif stabil, diketahui bahwa suhu awal air dalam wadah penampungan yaitu 280C. Suhu kemudian diturunkan dengan penambahan es batu ke dalam boks Styrofoam. Suhu pengangkutan benih ikan nila pada penelitian ini berkisar antara 24-260C

Gambar 3. Suhu media air pengangkutan

Gambar 4. dapat terlihat bahwa nilai oksigen awal sebelum pengangkutan adalah 3,75 mg/ℓ. pada saat ikan ditransportasikan. DO media pada jam ke-4 mengalami kenaikan pada jam ke-4 karena adanya penambahan dan tekanan dari oksigen murni. Pada jam ke-8 kandungan DO mulai menurun, pada jam ke-12

‐0.010 0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050

0 4 8 12

Am

oniak (m

g/

)

Waktu

300 ekor 500 ekor 700 ekor

24 25 26 27

0 8 12

Suhu

0C

Waktu


(14)

12  nilai DO sebesar 3,56 mg/ℓ untuk kepadatan 300 ekor/ℓ, kemudian nilai DO sebesar 2,97 mg/ℓ untuk kepadatan 500 ekor/ℓ, dan nilai DO sebesar 2,92 mg/ℓ untuk kepadatan700 ekor/ℓ. Pengaruh secara nyata antar perlakuan terjadi pada jam ke-4 sampai akhir pengambilan sampel.

Gambar 4. DO media air pengangkutan

Gambar 5. menunjukkan kisaran derajat keasaman (pH) selama pengangkutan masing-masing perlakuan selama pengangkutan, adapun kisaran pH selama pengangkutan adalah berkisar antara 6,84-7,30. Kisaran ini merupakan kisaran optimum pada pengangkutan benih ikan nila BEST. Nilai pH ini tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan dari jam ke-0 sampai ke -12.

Gambar 5. pH media air pengangkutan

Gambar 6. Menunjukan nilai CO2 selama pengangkutan mengalami peningkatan seiring bertambahnya waktu. Nilai CO2 berkisar antara 15,98 sampai 71,91 mg/ℓ. Pada jam ke 12, nilai CO2 relatif berbanding lurus dengan kepadatan. Nilai CO2 tertinggi terjadi padapadat tebar 700 ekor/ℓ dengan nilai konsentrasi

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

0 4 8 12

DO (m

g/l)

Waktu

300 ekor 500 ekor 700 ekor

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

0 4 8 12

pH

Waktu


(15)

13  71,914±5,65 mg/ℓ. Adapun pada perlakuan 300 ekor/ℓ dengan nilai CO2 dari waktu ke waktu relatif stabil.

Gambar 6. Konsentrasi CO2 media air pengangkutan

3.1.6 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila BEST pada Pemeliharaan Pasca Pengangkutan

Tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila BEST yang dipelihara pasca pengangkutan memiliki nilai SR yang beragam. Pada awal pemeliharaan terjadi kematian ikan pada hari ke-3 dan ke-4 pada perlakuan dengan kepadatan 300 ekor/ℓ dan 700 ekor/ℓ.  Tingkat kelangsungan (SR) tertinggi hingga akhir pemeliharaan selama 14 hari terdapat pada perlakuan 300 ekor/  sebesar 85%. Sedangkan tingkat kelangsungan terendah terdapat pada perlakuan 700 ekor/ℓ yaitu sebesar 63%.

Gambar 7. Tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila BEST pada pemeliharaan pasca pengangkutan selama 14 hari

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

0 4 8 12

CO2

 

(mg/l)

Waktu

300 ekor 500 ekor 700 ekor

0 20 40 60 80 100 120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

SR (%)

Hari


(16)

14 

3.1.7 Laju Pertumbuhan Harian pada Pemeliharaan Pasca Pengangkutan

Nilai laju pertumbuhan benih ikan nila BEST dapat dilihat pada Gambar 6. Dari gambar tersebut dapat dilihat Laju pertumbuhan harian (LPH) tertinggi terdapat pada perlakuan 300 ekor/ yaitu sebesar 5,96 %. Laju pertumbuhan harian (LPH) terendah terdapat pada perlakuan 700 ekor/ yaitu sebesar 3,28%. Hasil uji statistik tidak menunjukan adanya perbedaan yang nyata antara masing-masing kepadatan 300 ekor/ , 500 ekor/ dan 700 ekor/

Gambar 8. Laju Pertumbuhan Harian benih ikan nila BEST pasca pengangkutan

3.1.8 Histopatologi insang benih ikan nila BEST selama pengangkutan

Hasil pengamatan penelitian pada jam ke-16, menunjukan bahwa perlakuan dengan kepadatan 300, 500 dan 700 ekor/ menyebabkan perubahan mikroskopis pada organ insang. Pada perlakuan dengan kepadatan 300 ekor/ terdapat kerusakan mikroskopis berupa hiperemi. Perlakuan dengan kepadatan 500 ekor/ terdapat kerusakan insang berupa hiperplasia dan nekrosi. Sedangkan perlakuan dengan kepadatan 700 ekor/ menunjukan adanya kerusakan insang berupa kongesti dan nekrosi.

5,96  0,007

4,69 0,035

3,28 0,056

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

300 ekor 500 ekor 700 ekor

SGR

 

(%)

Perlakuan

a

a


(17)

15  Keterangan: Hp=hiperplasia, K=Kongesti, N=nekrosis, Hi=hiperemi

Gambar 9. Gambaran histolopatologi insang A (ikan kontrol dengan lamela sekunder (LS) dan lamela primer (LP)). B (perlakuan kepadatan 300 ekor/ , C (perlakuan kepadatan 500 ekor/ ) dan D (perlakuan kepadatan 700 ekor/ ).

LS 

LP

  Hi

Hp

N

N

100 µm

50 µm


(18)

16 

3.1.9 Analisa biaya pengangkutan

Tujuan transportasi pada penelitian ini diasumsikan ke Palembang, Sumatra Barat. Pengangkutan dilakukan dengan jalur darat dengan jarak tempuh selama 16 jam. Kantong yang ditransportasikan untuk masing-masing perlakuan berjumlah dua kantong packing. Berikut ini analisa biaya pengangkutan benih ikan nila BEST yang diangkut dengan kepadatan berbeda Tabel 5.

Tabel 5. Biaya pengangkutan benih ikan nila BEST dengan kepadatan berbeda

Komponen Satuan Harga Satuan (Rp)

Perlakuan

300 e/ℓ (Rp) 500 e/ℓ (Rp) 700 e/ℓ (Rp) Oksigen murni perkantong Rp/kantong 1000 2.000 2.000 2.000

Plastik packing Rp/lembar 500 2.000 2.000 2.000

Karet buah 10 40 40 40

Es batu buah 1,000 2.000 2.000 2.000

Karbon Aktif Rp/kantong 150 300 300 300

Zeolit Rp/kantong 50 100 100 100

Harga beli benih nila BEST ekor 50 15.000 25.000 35.000

Transportasi per packing Rp 0 5.000 5.000 5.000

Total Biaya 26.440 36.440 46.440

SR pengangkutan 96% 88% 79%

Jumlah ikan hidup pasca pengangkutan (ekor)

576 880 1106

Penerimaan (harga jual

Rp120/ekor) Rp 69.120 105.600 132.720

Keuntungan Rp 42.680 69.160 86.280

Rata-rata biaya yang dikeluarkan/ekor pasca transportasi

Rp 45,903 41,409 41,989

Berdasarkan hasil perhitungan keuntungan yang didapat pada pengangkutan benih ikan nila BEST berbeda setiap perlakuan Keuntungan yang paling tinggi terdapat pada pengangkutan benih ikan nila BEST perlakuan dengan kepadatan 700 ekor/ℓ sebesar Rp 86.280. Perlakuan dengan kepadatan 500 ekor/ℓ mempunyai keuntungan sebesar Rp. 69.160. Sedangkan keuntungan terendah terdapat pada perlakuan 300 ekor/ℓ sebesar Rp. 42.680. Dari segi biaya yang dikeluarkan setiap ekor benih ikan nila perlakuan 300 ekor/ℓ lebih ekonomis dari semua perlakuan sebesar Rp 45,90 dibandingkan biaya pengangkutan dengan kepadatan 700 ekor/ℓ yang lebih tinggi yaitu sebesar Rp 86.280.


(19)

17 

3.2 Pembahasan

3.2.1 Penelitian Pendahuluan

Hasil penelitian pendahuluan yaitu kemampuan puasa ikan (Tabel 2), menunjukan bahwa benih ikan nila BEST ukuran ±0.22 gram dapat bertahan hidup tanpa diberi pakan selama 7 hari dengan SR 100%. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa ikan yang mati pada saat dilakukan pengangkutan bukan disebabkan karena faktor kelaparan. Jika hasil kemampuan puasa ikan ini dibandingkan dengan kemampuan puasa ikan manvis penelitian Mahbub (2010), hasil uji menunjukan bahwa ikan maanvis ukuran 2 g/ekor sebanyak 30 ekor dapat bertahan hidup dalam keadaan puasa selama 8 hari dengan SR sebesar 100%. Penelitian Maria (2010) menujukan hasil kemampuan puasa ikan gurame ukuran ± 1,7 gram sebanyak 30 ekor dapat bertahan hidup dengan selama 6 hari dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 100%.

Jumlah konsumsi oksigen ditentukan untuk penyesuaian jumlah gas oksigen yang dimasukkan ke dalam kantong pengepakan. Hasil uji TKO menunjukan oksigen yang dimasukkan ke kantong sebesar 0,300 mgO2g-1.jam-1, dengan demikian selama waktu pengangkutan 16 jam oksigen yang diperlukan tiap perlakuan masing-masing adalah 288, 480 dan 672 mgO2. Penentuan laju eksresi TAN dilakukan untuk penggunaan zeolit dan karbon aktif sebagai penyerap TAN. Hasil uji laju eksresi TAN benih ikan nila BEST mempunyai laju eksresi TAN sebesar 0,050 mgTAN.g-1.jam-1. Dengan demikian selama waktu pengangkutan 16 jam dapat diprediksi kandungan TAN pada tiap perlakuan masing-masing 48, 80 dan 112 mg/ℓ. Dalam wadah pengangkutan eksresi TAN penting diketahui karena akumulasinya akan berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup oerganisme dalam media pengangkutan.

Hasil uji kapasitas serap zeolit terhadap TAN menunjukan air yang mengandung TAN 1 mg/ℓ dapat diturunkan hingga mencapai konsentrasi 0 mg/ℓ dalam waktu 420 detik atau sekitar 7 menit (Lampiran 3). Penurunan TAN terjadi karena daya serap dari zeolit masih tinggi serta kandungan NH4+ masih banyak terdapat di air. Sehingga zeolit dapat dengan mudah menukar ion-ion NH4+ dengan ion Ca+ atau ion Na+ yang terkandung dalam zeolit tersebut (Boyd 1990). Hasil uji karbon aktif didapat hasil bahwa air yang mengandung TAN 1 mg/ℓ


(20)

18  dapat diturunkan hingga mencapai konsentrasi 0,114 mg/ℓ dalam waktu 7 menit (Lampiran 4). Kapasitas karbon aktif dalam menyerap TAN tidak sebagus zeolit karena sifat absorpsi dan adsorpsi dari karbon aktif yang lebih lemah dibandingkan dengan zeolit (Sembiring dan Sinaga, 2003).

3.2.2 Penelitian Utama

Penelitian utama saat pengepakan benih ikan nila BEST di dapat hasil tingkat kelangsungan hidup terendah yaitu perlakuan 700 ekor/ℓ sebesar 79%. Tingkat kelangsungan hidup yang rendah dikarenakan kepadatan ikan yang tinggi Selama pengangkutan ikan melakukan berbagai aktivitas seperti respirasi dan metabolisme seperti eksresi feses sehingga terdapat amonia yang dapat membahayakan fisiologi tubuh ikan. Hal ini sesuai pernyataan Bose et al. (1991) beberapa hal penyebab kematian ikan dalam pengangkutan yaitu menipisnya persediaan oksigen terlarut di media pengangkutan, akumulasi dari gas toksik seperti amonia, terjadi gesekan antar ikan yang mengakibatkan luka fisik yang mengakibatkan ikan stres, gerakan ikan yang hiperaktif di awal pengangkutan, fluktuasi suhu air mendadak dan penyakit. Tingkat kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan 300 ekor/ℓ sebesar 96%. Tingkat SR yang tinggi dikarenakan kepadatan ikan yang rendah dan konsentrasi DO, amonia dan CO2 dalam media pengangkutan masih dalam kisaran optimum sehingga ikan masih dapat mentolelir kondisi terebut. Kelangsungan hidup ikan selama pengangkutan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis ikan, ketersediaan oksigen terlarut dalam media, suhu, kandungan zat-zat buangan yang dieksresikan ikan yang bersifat toksik (amonia dan karbon dioksida) dan kepadatan ikan selama pengangkutan (Sendjaja dan Riski, 2002).

Konsentrasi total amoniak nitrogen (TAN) rata-rata (Tabel 4) terjadi fluktuasi dengan konsentrasi meningkat hingga jam ke-8, namun turun pada jam ke-12. Konsentrasi TAN yang menurun dalam hal ini karena penggunaan zeolit sebagai penyerap TAN pada media transportasi terbukti di akhir perlakuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Supendi (2006) salah satu cara mengurangi konsentrasi amoniak adalah menggunakan zeolit dan karbon aktif, dimana zeolit dan karbon aktif ini mampu mengadsorpsi sejumlah amoniak dalam waktu


(21)

19  tertentu. Selain itu peningkatan kandungan TAN disebabkan peningkatan laju eksresi ikan pada media pengangkutan. Hal ini sesuai pernyataan Frose (1985) dalam wadah pengangkutan laju metabolisme ikan lebih cepat sampai tiga kali dari metabolisme rutin, yang menyebabakan laju eksresi hasil metabolisme selama proses pengangkutan meningkat pula.

Amoniak di dalam perairan terdapat dalam dua bentuk yaitu Amonium (NH4+ ) dan Amoniak (NH3). NH3 adalah bentuk amoniak yang lebih beracun bagi organisme perairan (Spotte, 1970). Konsentrasi NH3 tertinggi terdapat pada perlakuan 700 ekor/ℓ yaitu sebesar 0,0415±0,0002 mg/ℓ sehingga kematian ikan dapat dikatakan sebagian besar terjadi karena konsentrasi amonia pada media pengangkutan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan McCarty dalam

Effendi (2003) menyatakan bahwa kadar NH3 pada perairan tawar sebaiknya tidak melebihi 0,02 mg/ℓ, karena kadar NH3 yang melebihi 0,02 mg/ℓ bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan. Konsentrasi NH3 yang melebihi 0,02 mg/ℓ dapat menurunkan kapasitas darah untuk membawa oksigen yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan.

Peningkatan konsumsi oksigen disebabkan karena padatnya jumlah ikan sehingga terjadi stres dan metabolisme meningkat serta penggunaan oksigen semakin meningkat akan menghasilkan gas buangan berupa karbondioksida. Nilai CO2 relatif berbanding lurus dengan kepadatan, Semakin padat ikan, nilai CO2 semakin tinggi. Nilai CO2 selama transportasi berkisar antara 15,98-71,91 mg/ℓ. Konsentrasi CO2 selama transportasi ini masih berada pada kisaran optimal bagi ikan. Dalam hal ini ikan nila termasuk ikan tropis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Boyd (1992) bahwa CO2 tidak begitu toksik, hal ini disebabkan kebanyakan ikan hidup beberapa hari pada air dengan kandungan CO2 lebih dari 60 mg/ℓ. Selanjutnya dikatakan konsentrasi CO2 lebih besar 50-100 mg/ℓ membutuhkan waktu yang realtif lama untuk membunuh ikan. Berka (1986) menambahkan bahwa nilai-nilai kritis untuk karbondioksida selama transportasi tertutup tergantung pada spesies, namun bervariasi antara 40 mg/ℓ untuk spesies ikan di daerah bermusim sampai dengan 140 mg/ℓ untuk ikan tropis. Penurunan nilai CO2 disebabkan penggunaan zeolit pada media yang dapat penyerap karbondioksida namun tidak sekuat terhadap penyerapan TAN. Hal ini sesuai


(22)

20  dengan pernyataan Mumpton (1999) bahwa zeolit dapat menyerap molekul polar dengan selektifitas yang tinggi dan CO2 merupakan salah satu molekul polar.

Parameter kualitas air lainnya yaitu suhu, pH, dan DO selama penelitian masih dalam kisaran yang baik bagi kehidupan organisme. Suhu pengangkutan benih ikan nila pada penelitian ini berfluktuasi, berkisar antara 24-260C. Fluktuasi suhu yang terjadi tidak membahayakan bagi kelangsungan hidup ikan karean menurut Sticney (1979) menyatakan secara umum fluktuasi suhu yang membahayakan bagi ikan adalah 50C. dalam waktu 1 jam. Selain itu Frose (1998)

dalam Emu (2010) mengatakan bahwa ikan tropis dapat bertahan pada saat pengiriman pada suhu yang sama dengan lingkungannya yaitu sekitar 22-300C. . pengangkutan jarak jauh dan lama (lebih dari 24 jam) oksigen harus selalu tersedia dan suhu tidak boleh melebihi 280C, adapun suhu yang ideal untuk pengangkutan ikan tropis adalah 20-240C (Jhingran dan Pullin, 1985).

Nilai pH masih dalam kisaran optimum kehidupan untuk pengangkutan yaitu berkisar antara 7 – 8 (Djarijah, 2001). Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Pescod (1973) bahwa kriteria pH yang ideal adalah 6,5-8,5. Jadi dapat disimpulkan bahwa fluktuasi nilai pH pada media pengepakan tidak berbahaya bagi kelangsungan hidup benih ikan nila BEST. pH yang berfluktuasi selama pengakutan dapat dikarenakan adanya perubahan ion H+ ketika pH naik pada perlakuan 500 ekor/ℓ pada jam ke-8 terjadi perubahan kesetimbangan terhadap reaksi amonia dalam air yaitu ion H+ akan terlepas sehingga NH4+ turun sementara OH+ meningkat maka NH3 meningkat pula. Secara mekanisme pertukaran ion yang dilakukan oleh zeolit mampu menyerap ion selektif yaitu NH4+ terlepas.

Nilai DO pada saat pengangkutan berkisar antara 2,92-4,76 mg/ℓ. Konsentrasi DO dalam media air pengepakan semakin menurun dengan bertambahnya waktu dan padat penebaran. Semakin tinggi kepadatan ikan, pemanfaatan oksigen juga tinggi, sehingga kepadatan yang paling tinggi tidak akan lebih besar menyerap oksigennya daripada kepadatan lebih rendah. Dalam media pengepakan seperti halnya yang dikemukan oleh Pescod (1973) kandungan oksigen terlarut yang baik untuk pengangkutan ikan harus lebih dari 2 mg/ℓ. Dengan demikian, kualitas air (suhu, pH, dan DO) dapat disimpulkan bahwa


(23)

21  selama penelitian, kualitas air tersebut masih layak untuk kehidupan benih ikan nila BEST. Kelayakan kualitas air tersebut digunakan untuk menjaga agar kelangsungan hidup benih ikan nila BEST air tawar tetap tinggi dalam media pengangkutan.

Laju pertumbuhan harian merupakan salah satu data kegiatan produksi yang cukup penting diketahui, selain mengetahui tingkat kelangsungan hidup selama pengangkutan maka diperlukan data untuk mengetahui kelayakan produksi sebagai tahap setelah pengangkutan. Nilai LPH tertinggi adalah perlakuan dengan kepadatan 300 ekor/ℓ yakni 5,96%. Sedangkan nilai LPH terendah adalah perlakuan dengan kepadatan 700 ekor/ℓ yakni 3,28%. Rendahnya nilai LPH pada kepadatan 700 ekor/ℓ disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan batas toleransi ikan sehingga proses fsiologis menjadi terganggu akibat padat tebar yang terlalu tinggi dan berpengaruh pada kematian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wedemeyer (1996) menyatakan bahwa pertumbuhan ikan menurun diduga disebabkan oleh terganggunya proses fisiologis akibat kepadatan yang melewati batas tertentu. Hal ini juga sesuai dengan Goddard (1996) bahwa Pertumbuhan ikan bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis ikan, sifat genetis, kemampuan memanfaatkan makanan, ketahanan terhadap penyakit serta di dukung oleh faktor lingkungan seperti kualitas air, pakan, dan ruang gerak atau padat penebaran. Berdasarkan data LPH dan SR setelah pengangkutan untuk semua perlakuan tidak berbeda nyata yang artinya perlakuan 700 ekor/ℓ pun mampu memberikan hasil produksi yang cukup bagus.

Tingkat kelangsungan hidup pasca pengangkutan tertinggi terdapat pada perlakuan 300 ekor/ℓ yang mencapai 85%. Sedangkan nilai SR untuk perlakuan 500 ekor/ℓ dan 700 ekor/ℓ masing-masing 78% dan 63%. Nilai SR pasca pengangkutan menurun dapat disebabkan ikan mengalami stres pada saat pengangkutan yang diakibatkan guncangan maupun kepadatan yang terlalu tinggi. Pada keadaan packing ikan sudah terbiasa dengan lingkungan amonia dan CO2 yang tinggi serta DO rendah, sedangkan selama masa pemeliharaan ikan dituntut harus menyesuaikan pada lingkungan dengan kisaran DO, amonia dan CO2 yang optimum untuk pemeliharaan ikan normal.


(24)

22  Insang merupakan organ pertama yang bereaksi terhadap perubahan lingkungan. Kualitas air yang tidak sesuai atau melebihi batas toleransi ikan akan menyebabkan kerusakan mikroanatomi pada insang. Perubahan-perubahan yang ditemukan pada insang tersebut merupakan mekanisme pertahanan insang terhadap perubahan atau tekanan dari lingkungan. Pengamatan histologi pada organ insang bertujuan untuk memperlihatkan kondisi insang setelah diberi perlakuan terdapat kerusakan yang dapat menyebabkan terganggunya mekanisme pernafasan pada ikan seperti fusi, hiperplasia, hemoragi, lapisan epitel terangkat, hipertropi, dan neksrosis. Connel dan Miller (1995) dalam Aryanto (2011) menyatakan bahwa kerusakan insang akan mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan ikan budidaya. Perlakuan pada benih ikan nila BEST dengan kepadatan berbeda pada media pengangkutan (Gambar 9) terdapat kerusakan mikronantomi ikan pada masing-masing perlakuan yang berbeda. Perlakuan dengan kepadatan 300 ekor/ℓ terdapat kerusakan berupa hiperemi. Hiperemi adalah kondisi menggenang dari aliran darah arteri. Pada perlakuan dengan kepadatan 500 ekor/ℓ terdapat kerusakan jaringan berupa hiperplasia dan nekrosis. Menurut Takashima dan Hibiya (1995) hiperplasia pada lamela sekunder maupun primer pada umumnya disebabkan oleh adanya pengaruh dari parasit kronis, bakteri, atau iritasi yang dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak sesuai. Hiperplasi adalah pembentukan jaringan secara berlebihan karena bertambahnya jumlah sel. Perlakuan dengan kepadatan 700 ekor/ℓ menunjukan adanya kerusakan jaringan kongesti dan nekrosis. Menurut Ressang (1984), kongesti adalah terjadinya pembendungan darah yang disebabkan adanya gangguan sirkulasi yang dapat mengakibatkan kekurangan oksigen dan zat gizi. Neksrosis adalah kematian yang terjadi secara cepat pada bagian yang terbatas pada suatu jaringan dari individu tertentu saat masih hidup. Gambaran mikroskopis ditandai oleh adanya perubahan warna jaringan (lebih pucat), perubahan konsistensi jaringan (lebih lunak); adanya batas yang jelas antara jaringan nekrosis dan jaringan yang normal serta adanya perubahan sel yang meliputi sitoplasma dan sel secara keseluruhan. Terjadinya kerusakan mikroanantomi pada semua perlakuan diakibatkan karena kondisi media yang melebihi batas toleransi ikan. Sehingga menyebabkan insang mengalami perubahan mikroanatomi sebagai usaha


(25)

23  pertahanan insang terhadap tekanan dari lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardi (2003) reaksi sel, jaringan atau organ terhadap agen perusak dapat berbentuk adaptasi, penyesuaian terhadap rangsangan fisiologik atau patogenik tertentu seperti adanya reaksi berupa hipertropi, hiperplasia, hiperemi dan atropi.

Dari data pada jam ke-16 dapat disimpulkan bahwa perlakuan dengan kepadatan 300 ekor/ℓ lebih bagus dibandingkan dengan perlakuan lainnya baik dilihat dari segi SR maupun kualitas airnya. Perlakuan dengan kepadatan 700/ℓ menunjukan hasil yang paling jelek apabila dilihat dari segi SR maupun kualitas airnya. Tetapi, perlakuan dengan kepadatan 700 ekor/ ℓ menunjukan hasil yang lebih besar diantara semua perlakuan jika dilihat dari segi keuntungan.

Jika hasil penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, mengenai pengangkutan tertutup dengan menggunakan zeolit dan karbon aktif penelitian ini jauh lebih baik, sebagai contoh hasil penelitian Susilawati (1991), pemberian zeolit sebanyak 25 g/ℓ pada pengangkutan udang galah berukuran 2 g/ekor dengan kepadatan 38 ekor/ℓ selama 12 jam hanya mampu menghasilkan SR sebesar 83,34%. Penelitian Supendi (2006), pemberian zeolit sebanyak 20 g/ℓ pada pengangkutan ikan corydoras berukuran 2 g/ekor dengan kepadatan 20 ekor/ℓ selama 120 jam menghasilkan SR sebesar 80%. Penelitian Maria (2010), pemberian zeolit 20 g/ℓ, C-aktif 10 g/ℓ pada pengangkutan ikan gurame berukuran ±1,7 g/ekor dengan kepadatan 20 ekor/ℓ selama 72 jam menghasilkan SR sebesar 91,67%. Penelitian Ghozali (2010), pemberian zeolit 20 g/ℓ, C-aktif 10 g/ℓ dan garam 4 g/ℓ pada pengangkutan ikan maanvis berukuran 2 g/ℓ dengan kepadatan 20 ekor/ℓ selama 120 jam menghasilkan SR sebesar 89%.


(26)

 

 

IV. KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Kepadatan optimum benih ikan nila BEST ukuran rata-rata 0,22 g/ekor dalam pengangkutan benih ikan nila BEST dengan menggunakan penambahan zeolit 20 g/ℓ, karbon aktif 10 g/ℓ adalah perlakuan kepadatan 300 ekor/ℓ. Namun demikian apabila dilihat dari keuntungan kepadatan optimum adalah perlakuan 700 ekor/ℓ oleh karena memiliki keuntungan tertinggi mencapai Rp 86.280 dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 79% selama pengangkutan 16 jam.

4.2 Saran

Disarankan untuk pengepakan sistem tertutup agar menggunakan benih ikan nila BEST ukuran ±0,22 g/ekor dengan kepadatan 700 ekor/ℓ dan penambahan zeolit 20 g/ℓ dan karbon aktif 10 g/ℓ selama 16 jam. Selain itu juga disarankan penelitian lebih lanjut tentang penambahan lama waktu pengangkutan, serta penggunaan zeolit, karbon aktif yang berbeda dengan kepadatan yang lebih tinggi dan sesuai dengan kondisi di lapangan.


(27)

PEMANFAATAN ZEOLIT DAN KARBON AKTIF DALAM

TRANSPORTASI TERTUTUP BENIH IKAN NILA BEST

Oreochromis

sp

DENGAN KEPADATAN TINGGI

ASTRI HANDAYANI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(28)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

PEMANFAATAN ZEOLIT DAN KARBON AKTIF DALAM TRANSPORTASI TERTUTUP BENIH IKAN NILA BEST Oreochromis sp DENGAN KEPADATAN TINGGI

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah di sebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2012

Astri Handayani C14070042


(29)

PEMANFAATAN ZEOLIT DAN KARBON AKTIF DALAM TRANSPORTASI TERTUTUP BENIH IKAN NILA BEST Oreochromis sp

DENGAN KEPADATAN TINGGI

ASTRI HANDAYANI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan Pada Mayor Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(30)

Judul Skripsi : Pemanfaatan Zeolit dan Karbon aktif dalam Transportasi Tertutup

Benih Ikan Nila BEST Oreochromis sp. dengan Kepadatan Tinggi

Nama : Astri Handayani NRP : C14070042

Disetujui Pembimbing 1

Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc NIP. 19630212 198903 1 003

Pembimbing II

Ir. Harton Arfah, M.Si NIP. 19661111199103 1 003

Mengetahui,

Kepala Departemen Budidaya Perairan

Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc NIP. 19591222 198601 1 001

Tanggal Lulus:


(31)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli s.d Agustus 2011 di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dengan judul “Pemanfaatan zeolit dan karbon aktif dalam transportasi tertutup benih ikan nila BEST Oreochromis sp. dengan kepadatan tinggi”. Sholawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rosululloh SAW, para sahabat dan semua yang mengikutinya hingga hari akhir.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang sangat berjasa dalam merawat, membesarkan, mendidik, memberikan motivasi, do’a, dan kasih sayang serta membiayai kehidupan dan pendidikan selama ini. Bapak Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc dan Ir. Harton Arfah, MSi. selaku dosen pembimbing atas arahan dan masukan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini. Bapak Ir. Dadang Shafruddin, MSi selaku dosen penguji dalam ujian skripsi. Penulis juga menyampaikan penghargaan kepada Saudara Zamzam Jamil Mahbub, Spi dan M. Faisol Riza Ghozali M.Si, yang telah memberikan arahan selama penelitian ini berlangsung. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Mia Kristiadewi dan Topan Chandra Negara yang telah motivasi, serta memberikan saran selama penyusunan penelitian ini. Dalam kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada Saudari Mira S. Ginting yang telah bersama-sama menyusun dan mengkonsep usulan penelitian ini. Sahabat saya Linda, Dwi, Kartika, Muntamah, Azis, Yunika, Wildan, Yue, Tyas, ka Fariq, mas Dama, kang Abe, mba Retno, Anggih dan Humairani, serta teman-teman Lab Lingkungan (Rully, icha, Opick, Reky, Ima, Nie, Pheni, Vida dan Feby), mahasiswa BDP angkatan 43, 44, dan 46. Ungkapan terimaksih juga di sampaikan kepada mahasiswa program pasca sarjana IPB atas segala bantuan dan kerjasama selama penelitian ini berlangsung.

Bogor, Maret 2012 Astri Handayani


(32)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Sukabumi, pada tanggal 29 April 1989 dari pasangan Bapak H. Toni dan Ibu Hj. Titi Kartika. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMA N 1 Cisaat dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Melalui program mayor-minor tahun 2007 penulis memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif pada organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) periode 2008/2009. Penulis juga aktif menjadi Koordinator Asisten Praktikum pada mata kuliah yaitu fisika kimia perairan (2010/2011) dan asisten mata kuliah manajemen kualitas air (2011/2012), Asisten Dosen pada program Diploma untuk mata kuliah teknik penanganan lingkungan organisme akuatik (2010/2011) dan kualitas air dan tanah (2011/2012). Penulis juga pernah mendapatkan pendanaan DIKTI pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M).

Untuk meningkatkan pengetahuan di bidang perikanan budidaya, penulis mengikuti kegiatan magang liburan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (2008) dan Praktek Lapang Akuakultur di Balai Sea Farming kepulauan seribu (2009). Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan penulis dengan menulis Skripsi berjudul “Pemanfaatan zeolit dan karbon aktif dalam transportasi tertutup benih ikan nila BEST oreochromis sp. dengan kepadatan tinggi”.


(33)

ABSTRAK

ASTRI HANDAYANI. Pemanfaatan zeolit dan karbon aktif dalam transportasi tertutup benih ikan nila BEST Oreochromis sp. dengan kepadatan tinggi. Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan HARTON ARFAH.

Dalam penyelenggaraan usaha pembesaran ikan, seringkali benih-benih yang memenuhi syarat diperoleh dari tempat pembenihan yang letaknya berjauhan dari tempat pembesaran. Sistem pengangkutan yang umum yaitu sistem transportasi tertutup dengan jarak pendek dan kepadatan ikan terbatas. Maka diperlukan suatu sistem pengangkutan yang dapat memindahkan benih ke tempat pembesaran jarak jauh, dengan kepadatan tinggi dan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Penelitian ini menggunakan kombinasi zeolit 20 g/ℓ dan karbon aktif 10 g/ℓ pada benih ikan nila BEST ukuran rata-rata 0,22 g/ekor dengan kepadatan tinggi. Penambahan material zeolit dan karbon aktif ini diharapkan dapat mempertahankan kualitas air selama pengangkutan, sehingga kepadatan tinggi dapat dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektifitas zeolit dan karbon aktif dalam mempertahankan kualitas air pada pengangkutan tertutup sehingga dapat mengetahui kepadatan optimal benih ikan nila BEST yang diangkut selama 16 jam dan meminimalisir tingkat kematian pasca pengangkutan. Tahapan penelitian dimulai dari mengukur tingkat konsumsi oksigen, laju eksresi amoniak, kemampuan puasa ikan, penentuan kepadatan optimum benih ikan nila BEST pada transportasi tertutup. Transportasi dilakukan selama 16 jam dan pemeliharaan pasca transportasi selama 14 hari untuk perlakuan dengan kepadatan 300, 500 dan 700 ekor/ℓ. Hasil penelitian menunjukan perlakuan 300 ekor/ℓ lebih efektif dibandingkan perlakuan lainnya dengan tingkat kelangsungan hidup selama pengangkutan sebesar 96%, LPH paling tinggi 5,96% dan tingkat kelangsungan hidup pascatransportasi sebesar 85%. Namun demikian dilihat dari keuntungan perlakuan 700 ekor/ℓ lebih baik mencapai Rp 86.280 dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 79% selama pengangkutan 16 jam.

Kata kunci : Tingkat Kelangsungan Hidup (SR), transportasi ikan, zeolit dan karbon aktif.


(34)

ABSTRACT

ASTRI HANDAYANI. Utilization of Zeolite and Active Carbon in a Closed Transportation of Tilapia Seed Strain BEST Oreochromis sp. with a High Density. Supervised by EDDY SUPRIYONO and HARTON ARFAH.

A common method of moving the seeds is a short-distance transport with a limited density of fish. Therefore, it is necessary to have a transport system that can move the seeds to a raising area in a relatively long time, with high density and high survival rate. This study used a combination of zeolite (20 g/ℓ) and active carbon (10 g/ℓ) on tilapia seeds strain BEST with a size of ± 0.22 g/ℓ fish with a high density. Addition of supplement materials such as zeolit and active carbon were aimed to raise and maintain water quality during the transportation process, so the highest density could be attained. This study aimed to determine and find out the effectiveness of zeolite and active carbon in maintaining the quality of water in a closed transportation so as to know the optimal density of tilapia seeds strain BEST transported for 16 hours and to minimize the post-transport of mortality rate. This study consisted of two stages. The preliminary stage was to measure the level of oxygen consumption, ammonia excretion rate, fish fasting ability, and to determine the optimum density of tilapia BEST in a closed transportation. Transport time was 16 hours and the post-transport raising was 14 days for treatments with a density of 300, 500 and 700 fish/ℓ. The study result showed that density of 300 fish/ℓ is more effective compare to other treatment with a survival rate of 96%, highest Specific Growth Rate, namely 5,96%, and survival rate after transportation was 85%. However, when viewed from the profit, the optimum treatment density of 700 fish/ℓ had a profit of Rp 86.280, with a survival rate of 79% for 16 hours.

Keywords: Survival rate (SR), fish transportation, zeolites and active carbon.


(35)

i

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... iii DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v I. PENDAHULUAN ... 1 II. BAHAN DAN METODE ... 3 2.1 Tahapan Penelitian ... 3 2.2 Prosedur Kerja... ... 3

2.2.1 Penelitian Pendahuluan ... ... 3 2.2.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama

Pemuasaan ... ... 3 2.2.1.2 Tingkat Konsumsi Oksigen ... ... 3 2.2.1.3 Laju Eksresi Amonia ... ... 4

2.2.1.4 Kapasitas Serap Zeolit dan Karbon Aktif ... 4 . 2.2.2 Penelitian Utama... ... 4

2.2.2.1 Penentuan kepadatan Optimum Benih Nila BEST

pada Pengangkutan Tertutup ... 4 2.2.2.2 Tingkat Kelangsungan Hidup ... 5 2.2.2.3 Total Amonia Nitrogen (TAN) dan Amonia (NH3) ... 5

2.2.2.4 Pemeliharaan Benih BEST Pasca Transportasi ... 6 2.2.2.5 Laju Pertumbuhan Bobot Harian ... 6 2.2.2.6 Oksigen Terlarut (DO), Karbon Dioksida (CO2),

Derajat keasaman dan suhu ... . 6 2.2.2.7 Rancangan Percobaan ... . 7 2.2.2.8 Pengumpulan Data ... . 7 2.2.2.9 Analisis Data ... . 7 III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8 .

3.1 Hasil ... 8 3.1.1 Penelitian Pendahuluan ... 8 3.1.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup selama Pemuasaan ... 8 3.1.1.2 Tingkat Konsumsi Oksigen Benih Nila BEST ... . 8 3.1.1.3 Laju Eksresi Total Amoniak Nitrogen (TAN) ... . 8 3.1.1.4 Kapasitas Daya Serap Zeolit dan Karbon Aktif ... . 9 3.1.2 Penelitian Utama ... . 9

3.1.2.1 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Pengangkutan

Benih Ikan Nila BEST ... . 9 3.1.2.2 Kualitas Air Media Pengangkutan ... . 10 3.1.2.3 Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila

BEST pada Pemeliharaan Pasca Pengangkutan ... . 13 3.1.2.4 Laju Pertumbuhan Bobot Harian Benih Nila BEST

Pada Pemeliharaan Pasca Pengangkutan ... . 14 3.1.2.5 Histopatologi Insang Benih Nila BEST


(36)

ii Selama Pengangkutan ... . 14

3.1.2.6 Analisa Biaya Pengangkutan ... . 15 3.2 Pembahasan ... 17 3.2.1 Penelitian Pendahuluan ... . 17 3.2.2 Penelitian Utama ... . 18 IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

4.1 Kesimpulan ... . 24 4.2 Saran ... ... 24 DAFTAR PUSTAKA ... . 25 LAMPIRAN ... ... 28


(37)

iii DAFTAR TABEL

Halaman 1. Persentase Amoniak Tidak terionisasi (NH3) pada

pH dan suhu yang berbeda ... . 6 2. Tingkat kelnagsungan Hidup Benih Nila BEST selama

Pemuasaan ... . 8 3. Tingkat Kelangsungan hidup benih nila BEST selama

Pengangkutan ... 9 4. Konsentrasi TAN rata-rata pada media air pengangkutan

Benih nila BEST ... . 10 5. Analisa Biaya pengangkutan ... . 15


(38)

iv DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Tingkat kelangsungan hidup pada jam ke-16 ... . 10 2. Nilai NH3 rata-rata pada media pengangkutan ... . 11

3. Suhu media air pengangkutan ... . 11 4. Konsentrasi DO air media pengangkutan ... . 12 5. Nilai pH media air pengangkutan ... . 12 6. Konsentrasi CO2 air media pengangkutan ... . 13

7. Tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila BEST pada

Pemeliharaan pasca pengangkutan ... . 13 8. Laju pertumbuhan harian benih ikan nila BEST

pasca pengangkutan ... 14 9. Histopatologi insang pascatransportasi ... 15


(39)

v DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Tingkat konsumsi oksigen ikan nila BEST ... 29 2. Eksresi total amoniak (TAN) ikan nila BEST ... 30 3. Kapasitas daya serap zeolit ... 31 4. Kapasitas daya serap karbon aktif ... 31 5. Analisis statistik NH3(mg/ℓ) media transportasi ... 32

6. Konsentrasi NH3 media pengangkutan ... 32

7. Analisis statistik Konsentrasi CO2 media pengangkutan ... 32

8. Konsentrasi CO2 media pengangkutan ... 33

9. Analisis statistik konsentrasi DO media pengangkutan ... 33 10. Konsentrasi DO media pengangkutan ... 33 11. Analisis statistik nilai pH media pengangkutan ... 34 12. Nilai pH media pengangkutan ... 34 13. Analisa statistik nilai suhu media pengangkutan . ... 34 14. Nilai suhu media pengangkutan ... 35 15. Nilai Laju Pertumbuhan Harian ... 35 16. Analisis statistik nilai Laju Pertumbuhan Harian... . 35 17. Data Laju Pertumbuhan aharian ... 36 18. Prosedur histologi. ... 37 19. Analisa statistik data Total Amoniak Nitrogen (TAN). ... 39 20. Analisa statistik data SR selama pengangkutan ... 40 21. Analisis statistik data NH3 media pengangkutan ... 42

22. Analisa statistik data CO2 selama transportasi ... 43

23. Analisis statistik data pH pasca transportasi ... 45 24. Analisis statistik data DO media pengangkutan ... 46 25. Analisis statistik data suhu media pengangkutan. ... 48 26. Analisis statistik data SR pasca transportasi. ... 49 27. Analisis statistik data laju pertumbuhan harian ... 50


(40)

I.

PENDAHULUAN

Salah satu produk akuakultur yang potensial untuk terus diproduksi adalah ikan nila. Ikan nila merupakan ikan ekonomis penting di dunia karena cara budidaya yang mudah, rasa yang digemari dan memiliki toleransi yang luas terhadap lingkungan. Permintaan ikan nila relatif besar yang ditunjukkan dengan hasil panen yang hampir semuanya terserap oleh pasar, baik untuk memenuhi pasar domestik maupun pasar ekspor. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2005, tingkat konsumsi ikan untuk masyarakat di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 4,51 %, yakni dari 23,95 kg/kapita/tahun menjadi 25,03 kg/kapita/tahun pada tahun 2006. Selain itu, KKP menargetkan produksi ikan nila tahun 2011 sebanyak 639.300 ton jumlah ini naik sekitar 36,26% dari tahun 2010 yang sebanyak 469.173 ton (KKP, 2009). Salah satu ikan nila unggul adalah ikan nila dengan strain BEST. Ikan nila strain BEST memiliki keunggulan dalam kecepatan pertumbuhan, ketahanan terhadap kondisi lingkungan yang buruk, dan tingkat kelangsungan hidup mencapai 90% (Arifin, 2010).

Dalam penyelenggaraan usaha pembesaran ikan, seringkali benih-benih yang memenuhi syarat diperoleh dari tempat pembenihan yang letaknya berjauhan dari tempat pembesaran. Pengangkutan ikan hidup jarak jauh umumnya menggunakan sistem tertutup. Faktor yang menyebabkan kematian ikan pada pengangkutan sistem tertutup, antara lain berkurangnya persediaan oksigen terlarut akibat respirasi, temperatur yang tinggi, dan terakumulasinya metabolit beracun seperti amoniak. Swann (1993) menyatakan bahwa amoniak berbahaya pada ikan pada konsentrasi 0,2 mg/ℓ, dan konsentrasi diatas 1,4 mg/ℓ menyebabkan kematian ikan selama transportasi. Akumulasi amoniak dalam wadah dapat menyebabkan kematian ikan selama transportasi, maka diperlukan cara untuk mengontrol akumulasi amoniak di dalam wadah transportasi ikan.

Penelitian ini menggunakan kombinasi zeolit 20 g/ℓ dan karbon aktif 10 g/ℓ pada benih ikan nila BEST ukuran rata-rata 0,22 g/ekor dengan kepadatan tinggi. Menurut hasil penelitian Ghozali (2007) menambahkan zeolit 20 g/ℓ ke dalam media pengangkutan ikan maanvis ukuran 2 g/ekor dengan kepadatan 20 ekor/ℓ, menghasilkan SR 100% dengan lama pengangkutan 120 jam. Kemudian


(41)

2 Ghozali (2010) juga meneliti kembali tentang penambahan zeolit 20 g/ℓ, karbon aktif 10 g/ℓ, dan garam 4 g/ ke dalam media pengangkutan ikan maanvis ukuran 2 g/ekor dengan kepadatan 20 ekor/ℓ, yang menghasilkan SR 89% dengan lama pengangkutan 120 jam. Penambahan kombinasi zeolit dan karbon aktif diharapkan dapat memperbaiki dan mempertahankan kualitas air selama proses transporatsi sehingga kepadatan tinggi dapat dicapai dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup ikan selama pengangkutan. Zeolit mempunyai kapasitas tinggi sebagai penyerap amoniak, karena zeolit dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukuran dan konfigurasi molekul-molekul (Anwar et al., 1985). Sedangkan karbon aktif berfungsi sebagai pengikat total dissolved solid (TDS) dan total suspended solid (TSS) serta penyerap gas seperti amoniak (NH3).

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektifitas zeolit dan karbon aktif dalam mempertahankan kualitas air pada pengangkutan tertutup sehingga dapat mengetahui kepadatan optimal benih ikan nila BEST yang diangkut selama 16 jam dan meminimalisir tingkat kematian pasca transportasi.


(42)

II. BAHAN DAN METODE

2.1 Tahap Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Metodologi penelitian sesuai dengan Supriyono, et al. (2010) yaitu tahap pendahuluan meliputi penentuan kemampuan puasa ikan, tingkat konsumsi oksigen, laju eksresi amoniak, penentuan kapasitas zeolit dan karbon aktif dalam penyerapan Total Amoniak Nitrogen (TAN). Tahap penelitian utama yaitu pengangkutan dengan penentuan kepadatan optimum benih ikan nila BEST pada transportasi tertutup, kualitas air, kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan harian ikan selama pemeliharaan.

2.2. Prosedur Kerja

2.2.1 Tahap Penelitian Pendahuluan

2.2.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

Penentuan puasa ikan dilakukan dengan tujuan mengetahui tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila BEST tanpa diberi pakan. Hal ini berguna pada saat pengangkutan dilakukan, apabila terjadi kematian bukan karena kelaparan. Penentuan puasa ikan dilakukan dengan cara menyiapkan 3 buah akuarium berukuran 50x30x30 cm3 yang telah dibersihkan dan dikeringkan selama 1 hari kemudian diisi air dengan tinggi air 25 cm yang diaerasi selama 2 hari, lalu dimasukkan ikan uji sebanyak 30 ekor/akuarium. Parameter yang diamati yaitu tingkah laku ikan uji yang dilakukan setiap hari selama tujuh hari dan kualitas air yaitu nilai pH, suhu dan oksigen terlarut.

2.2.1.2 Tingkat Konsumsi Oksigen

Pengukuran tingkat konsumsi oksigen (TKO) dilakukan untuk mengetahui konsumsi oksigen ikan sehingga dapat diketahui jumlah oksigen yang dibutuhkan ikan selama pengangkutan. Pengukuran tingkat konsumsi oksigen dilakukan dalam wadah yang berukuran 3ℓ yang telah dibersihkan dan dikeringkan, kemudian diisi air dan diaerasi selama 3 hari agar kandungan oksigen di dalam air jenuh. Selanjutnya, 6 ekor ikan uji dimasukkan ke dalam wadah, kemudian


(43)

4  ditutup rapat dengan plastik hingga tidak terdapat gelembung udara dan dilakukan pengukuran DO setiap 1 jam selama 6 jam dengan menggunakan DO-meter.

2.2.1.3 Laju Eksresi Amoniak

Penentuan laju eksresi amonia ikan bertujuan untuk menghitung jumlah amoniak yang dieksresikan ikan tiap satuan waktu, sehingga dapat diketahui jumlah akumulasi amoniak pada waktu tertentu. Percobaan ini dilakukan dengan menyiapkan 3 toples bervolume 3 yang telah dibersihkan dan dikeringkan selama satu hari, kemudian diisi air hingga penuh. Ikan uji dimasukkan ke dalam wadah masing-masing 10 ekor/toples. Pengambilan sampel air dilakukan sebanyak 30 mℓ setiap 24 jam selama 48 jam untuk mengukur suhu, pH, dan konsentrasi total amonia nitrogen (TAN).

2.2.1.4 Kapasitas Serap Zeolit Dan Karbon Aktif Terhadap Amoniak

Pengukuran kemampuan serap zeolit dan karbon aktif pada NH3 dapat dilakukan dengan mengukur tingkat serap bahan aktif tersebut dalam larutan TAN. Tahapan pada proses ini diawali dengan penyiapan tiga botol plastik yang salah satu bagian tutup botol dilubangi dengan jarum. Selanjutnya, botol tersebut diisi dengan zeolit sebanyak 20 gram dan karbon aktif sebanyak 10 gram. Selanjutnya air yang mengandung TAN 1 mg/ℓ dengan volume 1 ℓ dialirkan pada masing-masing botol, di bawah botol diletakkan gelas piala untuk menampung aliran air yang mengalir pada botol. Langkah ini dilakukan setiap 1 menit selama 7 menit. Air sampel yang ditampung tersebut kemudian diukur kadar TAN, pH dan suhu.

2.2.2 Penelitian Utama

2.2.2.1 Penentuan Kepadatan Optimum Benih Ikan Nila BEST Pada Pengangkutan Tertutup

Prosedur ini dilakukan dengan pemuasaan ikan uji selama 2 hari, kemudian disiapkan 12 lembar kantong plastik dan karet pengikat, salah satu ujung plastik dipasang stop keran (regulator) untuk mengambil sampel air dan ujung yang lain dipasang kemasan zeolit dan karbon aktif. Selanjutnya kantong plastik diisi dengan air masing-masing 1,3 dan ikan uji dimasukkan kantong plastik dengan kepadatan 300, 500 dan 700 ekor/liter. Masing-masing perlakukan


(44)

5  terdiri dari 2 ulangan. Setiap kantong diisi oksigen dengan perbandingan 1:3 dan diikat dengan karet gelang dan dimasukkan ke dalam kotak Styrofoam. Selanjutnya dimasukkan es batu kedalam kotak Styrofoam agar suhu stabil, kemudian ditutup rapat.

Pengamatan keadaan ikan dilakukan setiap 4 jam dan pengambilan sampel air sebanyak 100 m per kantong setiap 4 jam. Pengamatan dan pengambilan sampel dihentikan hingga 12 jam. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara membuka keran yang sudah dipasang di ujung plastik sehingga air yang ada di dalam plastik dapat keluar tanpa mengalami difusi udara dari luar packing. Proses transportasi dilakukan secara simulasi di laboratorium, yaitu disimpan di boks

Styrofoam yang diguncangkan.

2.2.2.2 Tingkat Kelangsungan Hidup

Derajat kelangsungan hidup (SR) adalah perbandingan jumlah ikan yang hidup sampai akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan awal pemeliharaan. Perhitungan SR digunakan rumus dari Goddart (1996):

% %

Keterangan :

SR = Kelangsungan Hidup Nt = Jumlah ikan akhir (ekor) No = Jumlah ikan awal (ekor)

2.2.2.3 Total Amoniak Nitrogen (TAN) dan Amoniak (NH3)

Nilai TAN didapatkan dari perbandingan nilai absorban sampel dan standar kemudian dilakukan konsentrasi larutan standar yang digunakan

NH3 = nilai TAN dikalikan dengan persentase amoniak yang tidak terionisasi berdasarkan nilai pH dan suhu. Berikut merupakan persentase amoniak tak terionisasi pada suhu dan pH yang berbeda (Tabel 1):


(45)

6  Tabel 1. Persentase amoniak tidak terionisasi (NH3) pada pH dan suhu yang berbeda (Boyd, 1990)

Suhu (0C) pH

6,5 7 7,5 8 8,5 18 0,1 0,3 0,9 2,9 8,5 20 0,1 0,3 1,1 3,3 9,8

22 0,1 0,4 1,2 3,8 11,2

24 0,2 0,5 1,4 4,4 12,7

26 0,2 0,5 1,7 5 14,4

2.2.2.4 Pemeliharaan Ikan Nila BEST Pasca Pengangkutan

Pemeliharaan ikan dilakukan selama 14 hari setelah packing dibongkar. Ikan dipelihara di dalam akuarium dengan dimensi 100x50x50 cm yang telah dicuci dan dikeringkan selama 3 hari. Sumber air yang digunakan berasal dari air tandon laboratorium lingkungan dan diberi perlakuan dengan menggunakan filter fisik melalui sistem pengendapan. Akuarium diisi air dengan ketinggian 30 cm dan diaerasi selama 3 hari.

Ikan dipelihara dengan pemberian pakan berupa pellet secara at satiation. Penyiponan dilakukan setiap pagi dan sore dengan pergantian air sebanyak 20% setiap hari. Pengukuran laju pertumbuhan harian dilakukan dengan mengukur bobot ikan awal dan bobot ikan akhir sedangkan pengamatan kelangsungan hidup ikan selama pemeliharaan dilakukan setiap hari dengan mengamati kondisi ikan.

2.2.2.5 Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Laju pertumbuhan bobot harian (α) ditentukan berdasarkan selisih bobot rata-rata akhir (Wt) dengan bobot rata-rata awal (Wo) pemeliharaan kemudian dibandingkan dengan waktu pemeliharaan (t) dengan rumus dari Huisman (1987):

  %

Keterangan:

Wt = Bobot ikan akhir (ekor) Wo = Bobot ikan awal (ekor) t = Waktu percobaan


(46)

2.2.2.6 Oksigen Terlarut (DO), Karbon Dioksida (CO2), Kesadahan, Derajat

Keasaman, dan Suhu

Parameter kualitas air yang meliputi oksigen terlarut, karbon dioksida, derajat keasaman dan suhu diukur setiap 4 jam selama 12 jam.

2.2.2.7 Rancangan Percobaan

Rancangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu:

A = 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + kepadatan 300 ekor/ℓ B = 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + kepadatan 500 ekor/ℓ C = 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + kepadatan 700 ekor/ℓ

Masing-masing perlakuan terdiri dari 2 ulangan. Model rancangan yang digunakan yaitu: yij = µ + τi + έij (Steel dan Torrie, 1982)

Keterangan:

yij = data pada perlakuan kepadatan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data

τi = pengaruh perlakuan ke-i

έij = kesalahan percobaan pada perlakuan kepadatan ke-j dan ulangan ke-i 2.2.2.8 Pengumpulan Data

Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tingkat kematian ikan, data kualitas air (oksigen terlarut, nilai pH, suhu dan total amoniak nitrogen), bobot ikan. Data tersebut akan digunakan untuk menghitung parameter yang diamati meliputi NH3, derajat kelangsungan hidup dan pertumbuhan bobot harian.

2.2.2.9 Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis ragam (Anova) dengan uji F pada selang kepercayaan 95% menggunakan program Ms.Exel 2007 dan SPSS 16.0. Apabila berpengaruh nyata, untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Tukey. Adapun parameter yang dianalisis adalah tingkat kelangsungan hidup dan nilai kualitas air selama pengangkutan yang meliputi total amoniak nitrogen (TAN), oksigen terlarut (DO), karbon dioksida (CO2), derajat keasaman (pH) dan suhu. Selain itu, laju pertumbuhan harian dan tingkat kelangsungan hidup selama pemeliharaan pasca transportasi.


(47)

 

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1. Penelitian Pendahuluan

3.1.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

Kemampuan puasa benih nila BEST sebanyak 30 ekor dapat bertahan hidup dalam keadaan puasa selama 7 hari dengan SR 100%. Hasil uji dari kemampuan puasa ikan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan nila BEST Selama Pemuasaan Hari

Ke-

∑ ikan hidup

∑ ikan

mati SR (%) pH DO Suhu

Tingkah Laku Ikan

1 30 0 100 7,77 4,76 29,6 Berenang Aktif 2 30 0 100 7,92 4,75 29,4 Berenang Aktif 3 30 0 100 8,00 5,31 29,3 Berenang Aktif 4 30 0 100 7,59 5,03 29,3 Berenang Aktif 5 30 0 100 8,11 5,45 29,3 Berenang Aktif 6 30 0 100 7,82 5,09 29,1 Berenang Aktif 7 30 0 100 8,09 5,49 29,2 Berenang Aktif

Keterangan: dilakukan pergantian air pemeliharaan sebanyak 30-50% untuk menjaga kualitas air.

3.1.1.2 Tingkat Konsumsi Oksigen

Hasil uji TKO diperoleh benih ikan nila BEST memiliki nilai TKO sebesar 0,03±0.077 mgO2g-1 jam-1. Selama waktu pengangkutan yakni 16 jam oksigen yang diperlukan tiap perlakuan adalah masing-masing 288, 480 dan 672 mgO2 (Lampiran 1).

3.1.1.3 Laju Eksresi Total Amoniak Nitrogen (TAN)

Hasil uji laju eksresi TAN yang didapat dari pengujian setiap 12 jam selama 48 jam menunjukan bahwa benih ikan nila BEST mempunyai laju eksresi TAN sebesar 0,050 mgTAN.g-1.jam-1 (lampiran 2). Berdasarkan hasil pengujian laju eksresi TAN maka prediksi TAN ikan nila BEST tiap perlakuan 300 ekor/ℓ, 500 ekor/ℓ dan 700 ekor/ℓ selama 16 jam masing-masing 48, 80 dan 112 mg/ℓ. 


(48)

3.1.1.4 Kapasitas Daya Serap Zeolit dan Karbon Aktif terhadap Amoniak

Pada uji kapasitas serap zeolit terhadap TAN terdapat hasil bahwa air yang mengandung TAN 1 mg/ℓ dapat diturunkan hingga mencapai konsentrasi 0 mg/ℓ dalam waktu 420 detik atau sekitar 7 menit (Lampiran 3). Pada uji karbon aktif didapat hasil bahwa air yang mengandung TAN 1 mg/ℓ dapat diturunkan hingga mencapai konsentrasi 0,114 mg/ℓ dalam waktu 7 menit (Lampiran 4).

3.1.2 Penelitian Utama

3.1.2.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Nila BEST Selama Pengangkutan

Tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila BEST pada media pengangkutan dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara perlakuan pada jam ke-0 sampai jam ke-4, namun terdapat perbedaan nyata pada jam ke-8 sampai jam ke-16.

Ikan pada jam ke-0 sampai jam ke-4 untuk perlakuan 300 ekor/ℓ masih mencapai 100%, hanya saja untuk perlakuan 500 ekor/ℓ dan 700 ekor/ℓ  mengalami kematian sehingga mengakibatkan SR turun masing-masing menjadi 96±5,23% dan 91±1,8%. Nilai SR 100% pada perlakuan 300 ekor/ℓ hanya bertahan sampai jam ke-4, sedangkan untuk perlakuan 500 ekor/ℓ dan 700 ekor/ℓ hanya bertahan sampai jam ke-0.

Tabel 3. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama pengangkutan

jam ke- SR (%)

300 ekor 500 ekor 700 ekor

0 100±0,00 100±0,00 100±0,00

4 100±0,00a 96±5,23a 91±1,8a

8 98±0,40a 93±3,54a 87±1,2a

16 96±1,41a 88±1.98b 79±0,7c

Keterangan: huruf superscrip di belakang nilai standar deviasi adalah berbeda pada setiap baris menunjukan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0.05)

Gambar 1. Menunjukan tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila BEST pada jam ke-16 untuk masing-masing perlakuan. Tingkat kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan dengan kepadatan 300 ekor/ℓ yang mencapai 96±0,47%. Tingkat kelangsunagn terendah adalah perlakuan 700 ekor/ℓ sebesar 79±0,7% selama masa pengangkutan 16 jam. Berdasarkan hasil perhitungan


(49)

10  statistik, peningkatan kepadatan ikan pada transportasi berberda nyata (P<0,05) antara perlakuan satu dengan yang lainnya.

Gambar 1. Tingkat Kelangsungan hidup pada jam ke-16

3.1.5 Kualitas Air Media Pengangkutan

Tabel 4 menunjukan bahwa konsentrasi TAN rata-rata dari setiap perlakuan pada jam ke-0, 4, 8 mengalami peningkatan konsentrasi TAN seiring bertambahnya waktu, namun terjadi penurunan pada jam ke-12. Pada jam ke 12 konsentrasi nilai TAN terendah terjadi pada perlakuan pada perlakuan 300 ekor/ℓ yang mencapai 0,502±0,049 mg/ℓ, kemudian meningkat pada masing-masing perlakuan 500 ekor/ℓ dengan konsentrasi TAN sebesar 0,744±0,047 mg/ℓ dan perlakuan 700 ekor/ℓ dengan konsentrasi TAN sebesar 0,792±,0,006 mg/ℓ.

Tabel 4. Konsentrasi TAN rata-rata pada media air pengangkutan ikan nila BEST

jam ke- TAN (mg/L)

300 ekor 500 ekor 700 ekor

0 0,138±0,000 0,138±0,000 0,138±0,000

4 0,478±0,291a 0,717±0,265a 0,773±0,009a

8 0,814±0,039a 0,883±0,014ab 0,929±0,009c

12 0,502±0,049a 0,744±0,047b 0,792±,0,006b

Keterangan: huruf superscrip di belakang nilai standar deviasi adalah berbeda pada setiap baris menunjukan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,05).

Nilai amoniak tidak terionisasi (NH3) diperoleh dari data TAN dengan memperhitungkan kondisi pH dan suhu pada setiap unit percobaan dengan menggunakan tabel persentase amoniak tidak terionisasi (Tabel 1). Gambar 2 menunjukan konsentrasi NH3 pada media pengangkutan untuk setiap perlakuan

96±0,47%

88±1,98%

79±0,7%

0 20 40 60 80 100

300 ekor 500 ekor 700 ekor

SR

 

(%)

Perlakuan

300 ekor 500 ekor 700 ekor

a

b


(50)

11  dari jam ke-0 sampai jam ke 12 terlihat terjadi peningkatan konsentrasi dari waktu ke waktu. Konsentasi NH3 mulai meningkat pada jam ke-4 dengan nilai terendah pada perlakuan 500 ekor/ℓ sebesar 0,0082+0,016 mg/ℓ dan nilai tertinggi pada perlakuan 700 ekor/ℓ sebesar 0,146±0,016 mg/ℓ. Nilai NH3 pada jam ke-12 untuk semua perlakuan berkisar antara 0,0082+0,016-0,0415+0,003 mg/ℓ. Berdasarkan uji statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan pada jam ke 12.

Gambar 2. Nilai NH3 rata-rata pada media air

Gambar 3. menunjukan suhu selama pengangkutan relatif stabil, diketahui bahwa suhu awal air dalam wadah penampungan yaitu 280C. Suhu kemudian diturunkan dengan penambahan es batu ke dalam boks Styrofoam. Suhu pengangkutan benih ikan nila pada penelitian ini berkisar antara 24-260C

Gambar 3. Suhu media air pengangkutan

Gambar 4. dapat terlihat bahwa nilai oksigen awal sebelum pengangkutan adalah 3,75 mg/ℓ. pada saat ikan ditransportasikan. DO media pada jam ke-4 mengalami kenaikan pada jam ke-4 karena adanya penambahan dan tekanan dari oksigen murni. Pada jam ke-8 kandungan DO mulai menurun, pada jam ke-12

‐0.010 0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050

0 4 8 12

Am

oniak (m

g/

)

Waktu

300 ekor 500 ekor 700 ekor

24 25 26 27

0 8 12

Suhu

0C

Waktu


(51)

12  nilai DO sebesar 3,56 mg/ℓ untuk kepadatan 300 ekor/ℓ, kemudian nilai DO sebesar 2,97 mg/ℓ untuk kepadatan 500 ekor/ℓ, dan nilai DO sebesar 2,92 mg/ℓ untuk kepadatan700 ekor/ℓ. Pengaruh secara nyata antar perlakuan terjadi pada jam ke-4 sampai akhir pengambilan sampel.

Gambar 4. DO media air pengangkutan

Gambar 5. menunjukkan kisaran derajat keasaman (pH) selama pengangkutan masing-masing perlakuan selama pengangkutan, adapun kisaran pH selama pengangkutan adalah berkisar antara 6,84-7,30. Kisaran ini merupakan kisaran optimum pada pengangkutan benih ikan nila BEST. Nilai pH ini tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan dari jam ke-0 sampai ke -12.

Gambar 5. pH media air pengangkutan

Gambar 6. Menunjukan nilai CO2 selama pengangkutan mengalami peningkatan seiring bertambahnya waktu. Nilai CO2 berkisar antara 15,98 sampai 71,91 mg/ℓ. Pada jam ke 12, nilai CO2 relatif berbanding lurus dengan kepadatan. Nilai CO2 tertinggi terjadi padapadat tebar 700 ekor/ℓ dengan nilai konsentrasi

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

0 4 8 12

DO (m

g/l)

Waktu

300 ekor 500 ekor 700 ekor

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

0 4 8 12

pH

Waktu


(52)

13  71,914±5,65 mg/ℓ. Adapun pada perlakuan 300 ekor/ℓ dengan nilai CO2 dari waktu ke waktu relatif stabil.

Gambar 6. Konsentrasi CO2 media air pengangkutan

3.1.6 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila BEST pada Pemeliharaan Pasca Pengangkutan

Tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila BEST yang dipelihara pasca pengangkutan memiliki nilai SR yang beragam. Pada awal pemeliharaan terjadi kematian ikan pada hari ke-3 dan ke-4 pada perlakuan dengan kepadatan 300 ekor/ℓ dan 700 ekor/ℓ.  Tingkat kelangsungan (SR) tertinggi hingga akhir pemeliharaan selama 14 hari terdapat pada perlakuan 300 ekor/  sebesar 85%. Sedangkan tingkat kelangsungan terendah terdapat pada perlakuan 700 ekor/ℓ yaitu sebesar 63%.

Gambar 7. Tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila BEST pada pemeliharaan pasca pengangkutan selama 14 hari

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

0 4 8 12

CO2

 

(mg/l)

Waktu

300 ekor 500 ekor 700 ekor

0 20 40 60 80 100 120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

SR (%)

Hari


(53)

14 

3.1.7 Laju Pertumbuhan Harian pada Pemeliharaan Pasca Pengangkutan

Nilai laju pertumbuhan benih ikan nila BEST dapat dilihat pada Gambar 6. Dari gambar tersebut dapat dilihat Laju pertumbuhan harian (LPH) tertinggi terdapat pada perlakuan 300 ekor/ yaitu sebesar 5,96 %. Laju pertumbuhan harian (LPH) terendah terdapat pada perlakuan 700 ekor/ yaitu sebesar 3,28%. Hasil uji statistik tidak menunjukan adanya perbedaan yang nyata antara masing-masing kepadatan 300 ekor/ , 500 ekor/ dan 700 ekor/

Gambar 8. Laju Pertumbuhan Harian benih ikan nila BEST pasca pengangkutan

3.1.8 Histopatologi insang benih ikan nila BEST selama pengangkutan

Hasil pengamatan penelitian pada jam ke-16, menunjukan bahwa perlakuan dengan kepadatan 300, 500 dan 700 ekor/ menyebabkan perubahan mikroskopis pada organ insang. Pada perlakuan dengan kepadatan 300 ekor/ terdapat kerusakan mikroskopis berupa hiperemi. Perlakuan dengan kepadatan 500 ekor/ terdapat kerusakan insang berupa hiperplasia dan nekrosi. Sedangkan perlakuan dengan kepadatan 700 ekor/ menunjukan adanya kerusakan insang berupa kongesti dan nekrosi.

5,96  0,007

4,69 0,035

3,28 0,056

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

300 ekor 500 ekor 700 ekor

SGR

 

(%)

Perlakuan

a

a


(1)

Lampiran 23. Analisa statistik data pH selama transportasi Data pH jam ke-4

ANOVA pH_4

Source of

Variation Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups .037 2 .018 1.020 .459

Within Groups .054 3 .018

Total .090 5

pH_4

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05 1

Tukey HSDa 500 ekor 2 6.7400

700 ekor 2 6.8550

300 ekor 2 6.9300

Sig. .437

ANOVA pH_8

Source of Variation

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups .020 2 .010 .925 .486

Within Groups .032 3 .011

Total .052 5

pH_8

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05 1

Tukey HSDa 700 ekor 2 6.8400

300 ekor 2 6.9200

500 ekor 2 6.9800


(2)

Data pH jam ke-12

ANOVA pH_12

Source of

Variation Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups .137 2 .068 2.456 .234

Within Groups .083 3 .028

Total .220 5

pH_12

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05 1

Tukey HSDa 500 ekor 2 6.5200

300 ekor 2 6.8400

700 ekor 2 6.8400

Sig. .278

Lampiran 24. Analisa statistik data DO selama pengangkutan Data DO jam ke-4

ANOVA DO_4

Source of

Variation Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups .344 2 .172 7.585 .067

Within Groups .068 3 .023

Total .412 5

DO_4

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05 1

Tukey HSDa 500 ekor 2 4.1650

300 ekor 2 4.4200

700 ekor 2 4.7500


(3)

Data DO jam ke-8

ANOVA DO_8

Source of

Variation Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups .399 2 .200 2.325 .246

Within Groups .257 3 .086

Total .657 5

DO_8

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05 1

Tukey HSDa 700 ekor 2 3.2650

500 ekor 2 3.4700

300 ekor 2 3.8850

Sig. .234

Data DO jam ke-12

ANOVA DO_12

Source of

Variation Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups .510 2 .255 7.938 .063

Within Groups .096 3 .032

Total .607 5

DO_12

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05 1

Tukey HSDa 700 ekor 2 2.9200

500 ekor 2 2.9650

300 ekor 2 3.5600


(4)

Lampiran 25. Analisa statistic data suhu selama pengangkutan Data suhu jam ke-4

ANOVA Suhu_4

Source of

Variation Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .333 2 .167 .500 .650

Within Groups 1.000 3 .333

Total 1.333 5

Suhu_4

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05 1

Tukey HSDa 700 ekor 2 26.0000

300 ekor 2 26.5000

500 ekor 2 26.5000

Sig. .695

Data suhu jam ke-8

ANOVA Suhu_8

Source of

Variation Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.000 2 .500 3.000 .192

Within Groups .500 3 .167

Total 1.500 5

Suhu_8

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05 1

Tukey HSDa 700 ekor 2 25.0000

300 ekor 2 25.5000

500 ekor 2 26.0000


(5)

Data suhu jam ke-12

ANOVA Suhu_12

Source of Variation

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups .093 2 .047 7.000 .074

Within Groups .020 3 .007

Total .113 5

Suhu_12

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05 1

Tukey HSDa 500 ekor 2 24.6000

300 ekor 2 24.7000

700 ekor 2 24.9000

Sig. .069

Lampiran 26. Analisa statistik data SR pasca transportasi Data SR hari ke-1

SR_2

Source of Variation Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 49.000 2 24.500 .930 .485

Within Groups 79.000 3 26.333

Total 128.000 5

SR_1

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05 1

Tukey HSDa 700 ekor 2 81.0000

300 ekor 2 86.5000

500 ekor 2 87.5000


(6)

Data SR hari ke-14

ANOVA SR_14

Source of

Variation Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 520.583 2 260.292 11.787 .038

Within Groups 66.250 3 22.083

Total 586.833 5

SR_14

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Tukey HSDa 700 ekor 2 62.7500

500 ekor 2 78.2500 78.2500

300 ekor 2 85.0000

Sig. .090 .430

Lampiran 27. Analisa statistik data Laju Pertumbuhan Harian pasca transportasi

LPH

Source of Variation

Sum of

Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Between Groups

.018

2

.009

6.011

.089

Within Groups

.005

3

.002

Total

.023

5

 

LPH

Perlakuan

N

Subset for alpha = 0.05

1

Tukey HSD

a

700ekor

2

.3300

500ekor

2

.4350

300ekor

2

.4550


Dokumen yang terkait

Potensi bakteri saluran pencernaan ikan nila (Oreochromis niloticus) sebagai kandidat probiotik berbasis enzim

26 240 46

Identifikasi Dan Prevalensi Ektoparasit Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Rawa Dan Tambak Paluh Merbau Percut Sei Tuan

9 144 57

EFEKTIFITAS PEMBERIAN ZEOLIT PADA SISTEM TRANSPORTASI TERTUTUP BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio Linn.) DENGAN KEPADATAN TINGGI

0 2 18

Pemanfaatan zeolit dan karbon aktif pada sistem pengepakan tertutup ikan corydoras Corydoras aenus dengan kepadatan tinggi

0 7 71

Efektivitas Penambahan Zeolit, Karbon Aktif, dan Minyak Cengkeh dalam Transportasi Tertutup Ikan Nila BEST Oreochromis sp. dengan Kepadatan Tinggi.

1 3 268

Pemanfaatan zeolit dan karbon aktif dalam transportasi tertutup benih ikan nila BEST Oreochromis sp. dengan kadar garam berbeda

0 3 169

Efektivitas Penambahan Zeolit 20 g/ℓ, Karbon Aktif 10 g/ℓ dan Garam 5 g/ℓ dalam Transportasi Tertutup Benih Ikan Gurame Osphronemus goramy Lac dengan Kepadatan Berbeda

0 3 47

Efektivitas Zeolit, Karbon Aktif dan Minyak Cengkeh terhadap Fisiologi Benih Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) pada Transportasi Tertutup dengan Kepadatan Tinggi

1 3 55

Efektivitas Minyak Sereh, Garam, Zeolit, Dan Karbon Aktif Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Pangasius Sp Pada Transportasi Tertutup

1 25 52

Pemanfaatan garam pada pengangkutan sistem tertutup benih ikan patin Pangasium sp berkepadatan tinggi dalam media yang mengandung zeolit dan arang aktif

0 2 98