BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri peleburan aluminium mulai berkembang sejak Charless Hall dan Paul Heroult yang secara terpisah menemukan proses produksi aluminium yang lebih
sederhana pada tahun 1886, yaitu dengan cara mereduksi aluminium Al dari bahan baku alumina Al
2
O
3
dengan proses elektrolisis. Dalam proses ini, bahan karbon C dipakai sebagai elektroda, kriolit Na
3
AlF
6
sebagai larutan elektrolit, dan arus listrik searah DC sebagai sumber energi pemisah Al dari senyawa Al
2
O
3
dan menjaga agar elektrolit maupun metal cair yang terbentuk tetap terjaga dalam fase cair di dalam
tungku reduksi Austin,1996. Di dalam bahan baku alumina terdapat senyawa-senyawa selain Al
2
O
3
dalam keadaan kering itu sendiri yang dapat mempengaruhi proses produksi aluminium
tersebut. Masing-masing senyawa tersebut memiliki spesifikasi tertentu yang disesuaikan dengan atandar dalam peleburan aluminium di PT INALUM. Senyawa-
senyawa tersebut antara lain : SiO
2
, Fe
2
O
3
, TiO
2,
Na
2
O dan CaO. Na
2
O merupakan senyawa yang terdapat dalam bahan baku alumina. Na
2
O berperan langsung dalam pembentukan kriolit Na
3
AlF
6
. Kriolit adalah salah satu bahan baku penunjang yang sangat penting yang
digunakan sebagai elektrolit dalam proses elektrolisa peleburan aluminium.Kriolit dapat melarutkan alumina dalam jumlah besar. Kriolit ditambahkan ke dalam pot
reduksi pada saat pengoperasian awal start-up pot reduksi dengan banyak yang telah
Universitas Sumatera Utara
ditentukan dengan standar pada pengoperasian awal start-up pot reduksi. Pada saat pot beroperasi secara normal akan terjadi pembentukan kriolit yang dipengaruhi oleh
reaksi tertentu yang tetrjadi di dalam pot reduksi. Pembentukan kriolit dipengaruhi oleh reaksi antara Na
2
O dengan aluminium flourida AlF
3
. Senyawa AlF
3
juga termasuk bahan baku penunjang yang ditambahkan ke dalam pot reduksi dengan
tujuan untuk menjaga keasaman bath dan merupakan bahan yang dituangkan secara manual jika AlF
3
kurang di dalam bath. Oleh karena itu, bahan baku alumina secara langsung mempengaruhi reaksi
yang terjadi antara Na
2
O dengan AlF
3
. Melalui reaksi tersebut akan diperoleh perbandingan serta perhitungan untuk mrengetahui berapa banyak AlF
3
yang bereaksi dengan asumsi Na
2
O yang terdapat dalam alumina. Untuk spesifikasi Na
2
O sendiri memiliki persentase konsentrasi yang berbeda-beda pada setiap bahan baku yang
masuk ke dalam pabrik reduksi, meskipun demikian standar Na
2
O harus tetap sesuai dengan yang diinginkan untuk proses elektrolisa di tungku reduksi agar pembentukan
kriolit di dalam pot tetap stabil Kelvin,1994. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat menjadi suatu alasan bagi penulis
untuk menentukan : “Pengaruh Konsentrasi Natrium Dioksida Dalam Alumina Terhadap Konsumsi Aluminium Fluorida pada Bath Tungku Reduksi Di PT
Inalum.
1.2 Permasalahan