Analisis Keberlanjuan Peternakan Sapi Perah Di Wisata Agro Istana Susu Cibugary Pondok Ranggon Cipayung Jakarta Timur

ANALISIS KEBERLANJUTAN PETERNAKAN SAPI PERAH
DI WISATA AGRO ISTANA SUSU CIBUGARY PONDOK
RANGGON CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

ANDINA AVIKA HASDI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Keberlanjutan
Peternakan Sapi Perah di Wisata Agro Istana Susu Cibugary Pondok Ranggon
Cipayung Jakarta Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015
Andina Avika Hasdi
NIM D151130261

RINGKASAN
ANDINA AVIKA HASDI. Analisis Keberlanjuan Peternakan Sapi Perah di
Wisata Agro Istana Susu Cibugary Pondok Ranggon Cipayung Jakarta Timur.
Dibimbing oleh ASNATH MARIA FUAH, SALUNDIK.
Wisata Agro Istana Susu Cibugary adalah salah satu peternakan sapi perah
yang terdapat di kompleks peternakan DKI Jakarta sebagai salah satu cara untuk
mengembangkan peternakan sapi perah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis status keberlanjutan yang dilihat dari 5 dimensi. Analisis ini
menggunakan metode Multi Dimensional Scaling (MDS) yang dikenal dengan
Rapdairy yang akan menghasilkan nilai indeks dan status keberlanjutan. Selain itu
juga dapat diketahui atribut-atribut mana yang sensitif terhadap indeks
keberlanjutan sehingga perlu untuk diperhatikan atau diperbaiki termasuk
pengaruh eror atau kesalahan dalam penelitian yang dihasilkan dari analisis Monte
Carlo.

Hasil analisis menunjukkan dimensi ekologi berada pada status rendah
dengan nilai keberlanjutan (46.01%), dimensi ekonomi cukup berkelanjutan
(67.19%), dimensi sosial budaya cukup berkelanjutan (60%), dimensi
kelembangaan kurang berkelanjutan (43.48%) dan dimensi teknologi kurang
berkelanjutan (46.46%). Dari 52 atribut yang dianalisis, terdapat 15 aspek yang
sensitif terhadap status keberanjutan sehingga perlu untuk diperhatikan dan
diperbaiki. Aspek-aspek tersebut adalah ekologi (sarana pengolah limbah dan
kemiringan kandang, ekonomi (pemasaran produksi, kontribusi terhadap PAD,
permintaan produksi, kepemilikan usaha, penggunaan tenaga kerja, sumber
modal), sosial budaya (respon masyarakat), kelembagaan (lembaga penyedia
kredit dan mata rantai tata niaga susu) dan teknologi (mengikuti penyuluhan,
pengetahuan pengolahan susu, kepemilikan mesin perah dan pemahaman
pengelolaan limbah).

Kata Kunci : indeks keberlanjutan, status keberlanjutan, sapi perah, agrowisata

SUMMARY
ANDINA AVIKA HASDI. Sustainability Analysis of Dairy Farm in Istana Susu
Cibugary Agro Tourism at Pondok Ranggon East Jakarta. Supervised by
ASNATH MARIA FUAH and SALUNDIK.

Istana Susu Cibugary Agro Tourism is a dairy farm in DKI Jakarta’s dairy
site and well known as one of dairy farm for development. Hence, a study on
sustainability level of this dairy farm is required. The first objective of this study
was to analyze the index and status of sustainability based on five sustainable
dimensions. The analysis used Multi Dimensional Scaling (MDS) Method, called
RapDairy and the results were stated in the index and sustainability status. The
second objective was to analyze the attributes that affect sensitively on index and
sustainability status and the effect of error using Laverage and Monte Carlo
Analysis.
The results of the study revealed that ecological dimension was in the
status of less sustainable (46.01%), economical dimension was sufficient
sustainable (67.19%), socio culture dimension was sufficient sustainable (60%), at
the level of institutional dimension was less sustainable (43.48%) and the
technology was less sustainable (46.46%). Out of the 52 attributes analyzed, there
were 15 attributes was very sensitive aspects to be handled and solved properly.
Key words: Sustainability Index, Sustainability Status, Dairy farm, Agro Tourism

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS KEBERLANJUTAN PETERNAKAN SAPI PERAH
DI WISATA AGRO ISTANA SUSU CIBUGARY PONDOK
RANGGON CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

ANDINA AVIKA HASDI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Afton Atabany, MSi

Judul Tesis : Analisis Keberlanjutan Peternakan Sapi Perah di Wisata Agro
Istana Susu Cibugary Pondok Ranggon Cipayung Jakarta Timur
Nama
: Andina Avika Hasdi
NIM
: D151130261

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Asnath Maria Fuah, MS
Ketua

Dr Ir Salundik, MSi

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Salundik, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian : 20 Agustus 2015

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik, semoga dapat

bermanfaat untuk para peternak sapi perah maupun bagi siapapun yang
membacanya. Terima Kasih penulis ucapkan kepada Ibu Asnath dan Bapak
Salundik sebagai pembimbing yang baik sehingga tesis ini dapat diselesaikan dan
juga untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitan. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada papa, mama, seluruh keluarga dan teman-teman.
Terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat
diharapkan demi perbaikan tesis ini dan pelaksanaan penelitian kedepannya.
Semoga tesis ini bermanfaat untuk semua pihak.

Bogor, Agustus 2015

Andina Avika Hasdi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
2

2
2
3

2 MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat
Teknik Penentuan Responden
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Analisis Keberlanjutan

4
4
4
4
4
5
5


4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Tempat Penelitian
Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi
Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi
Status Keberlanjutan Dimensi Sosial Budaya
Status Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan
Status Keberlanutan Dimensi Teknologi
Status Keberlanjutan Multidimensi
Hasil Simulasi Keberlanjutan Multidimensi

7
7
12
14
16
17
18
21
22


5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

25
25
25

DAFTAR PUSTAKA

26

LAMPIRAN

29

RIWAYAT HIDUP

52

DAFTAR TABEL
1. Manajemen produksi dan reproduksi di peternakan sapi perah Wisata
Agro Istana Susu Cibugary
2. Kondisi dan manajemen pemeliharaan sapi perah Wisata Agro Istana
Susu Cibugary
3. Analisis finansial dan status peternak di peternakan sapi perah Wisata
Agro Istana Susu Cibugary
4. Tanggapan pengunjung terhadap Wisata Agro Istana Susu Cibugary
5. Perbedaan nilai indeks keberlanjutan analisis Monte Carlo dengan
analisis Rapdairy
6. Hasil analisis Rapdairy untuk nilai stress dan koefisien determinasi (R2)

8
9
11
12
21
22

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka penelitian
2. Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi serta peran masing-masing
atribut ekologi yang dinyatakan dalam bentuk nilai root mean square
(RMS)
3. Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi serta peran masing-masing
atribut ekonomi yang dinyatakan dalam bentuk nilai root mean square
(RMS)
4. Nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial budaya dan peran masingmasing atribut sosial budaya yang dinyatakan dalam bentuk nilai root
mean square (RMS)
5. Nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan dan peran masingmasing atribut kelembagaan yang dinyatakan dalam bentuk nilai root
mean square (RMS)
6. Nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi serta peran masingmasing atribut teknologi yang dinyatakan dalam bentuk nilai root mean
square (RMS)
7. Diagram layang (Kite Diagram) nilai indeks keberlanjutan peternakan
sapi perah di Wisata Agro Istana Susu Cibugary
8. Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi hasil simulasi beberapa
aspek di Peternakan Sapi Perah Agrowisata Istana Susu Cibugary
9. Nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan hasil simulasi
beberapa aspek di Peternakan Sapi Perah Agrowisata Istana Susu
Cibugary
10. Nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi hasil simulasi beberapa
aspek di Peternakan Sapi Perah Agrowisata Istana Susu Cibugary

3
13

14

16

18

19

23
23
24

24

DAFTAR LAMPIRAN
1. Sumber data atribut dimensi ekologi
2. Sumber data atribut dimensi ekonomi

29
30

3. Sumber data atribut dimensi sosial budaya
4. Sumber data atribut dimensi kelembagaan
5. Sumber data atribut dimensi teknologi
6. Atribut dan skor nilai keberlanjutan dimensi ekologi
7. Atribut dan skor nilai keberlanjutan dimensi ekonomi
8. Atribut dan skor nilai keberlanjutan dimensi sosial budaya
9. Atribut dan skor nilai keberlanjutan dimensi kelembagaan
10. Atribut dan skor nilai keberlanjutan dimensi teknologi
11. Kuesioner untuk Responden Peternak
12. Kuisioner tanggapan masyarakat di AgroWisata Cibugary
13. Kuisioner tanggapan pengunjung di Wisata Agro Cibugary

31
32
33
34
35
36
37
38
39
47
50

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Konsumsi susu di Indonesia tahun 2010 sebesar 11.95 liter susu per kapita
dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 12.85 liter susu per kapita (Direktorat
Jenderal Peternakan 2013). Kesadaran masyarakat terhadap konsumsi susu,
menjadikan susu sebagai komoditas ekonomi yang mempunyai nilai sangat
strategis. Selama 4 tahun terakhir, populasi sapi perah yang merupakan penghasil
susu utama tumbuh < 0.7% per tahun (Deptan 2009). Populasi ternak sapi perah
di Indonesia pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 6% dan mencapai
total populasi 636064 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan 2013). Peningkatan
tersebut menunjukkan bahwa usaha ternak sapi perah memiliki potensi untuk
berkembang. Hal ini tidak terlepas dari beberapa faktor baik dari segi produksi
maupun jumlah usaha yang ada. Sebagaian besar (90%) produsen Susu Segar
Dalam Negeri (SSDN) merupakan peternak rakyat. Produksi susu Indonesia tahun
2012 hanya dapat memenuhi sekitar 30 persen dari kebutuhan susu nasional
sebesar 3120000 ton. Suryahadi dan Despal (2009) menyatakan populasi dan
produktivitas ternak yang rendah diduga menjadi penyebab hal tersebut sehingga
masih sangat berpeluang untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi susu
di Indonesia.
Salah satu daerah peternakan sapi perah berada di komplek peternakan
DKI Jakarta. Daerah ini muncul karena adanya pemindahan peternak sapi dari
Jakarta tepatnya di seputar Kuningan yang kini berkembang menjadi pusat bisnis
dan ekonomi sehingga tidak memungkinkan untuk melanjutkan usaha peternakan
sapi perah di tengah-tengah gedung pencakar langit, perhotelan, perkantoran dan
pemukiman. Sebagai pengganti, pemerintah daerah DKI Jakarta memindahkan
peternakan sapi perah tersebut ke komplek peternakan DKI Jakarta di Pondok
Ranggon Cipayung Jakarta Timur dengan luas area 11 hektar agar peternakpeternak dapat melanjutkan peternakan sapi perahnya. Namun seiring berjalannya
waktu, para peternak dan jumlah sapi semakin berkurang hingga tersisa 35
peternak sapi perah dengan jumlah kepemilikan sapi rata-rata sebanyak 40 ekor.
Total sapi perah yang ada di kompleks ini adalah 1200 ekor. Semakin
berkurangnya minat dan masyarakat yang melanjutkan usaha sapi perah
menimbulkan ide awal konsep ini pada tahun 2006 oleh seorang peternak yang
bernama Bapak Rachmat Albaghory dengan cara mendirikan wahana edukasi
berkonsep peternakan sapi perah yang dikenal dengan Wisata Agro Istana Susu
Cibugary.
Wisata Agro Istana Susu Cibugary didirikan dengan tujuan untuk
mempertahankan dan mengembangkan usaha peternakan sapi perah, membuat
strategi untuk meningkatkan nilai jual produk susu rakyat, meningkatkan nilai
tambah peternakan sapi perah, memfasilitasi sekolah-sekolah yang datang ke
kompleks peternakan. Lokasi tersebut menjadi tempat wisata edukasi bagi anakanak dan masyarakat, upaya melestarikan warisan sejarah salah satu budaya
masyarakat Betawi-Jakarta yang hampir punah, dan memotivasi peternakpeternak sapi perah lainnya untuk berusaha melalui pembuatan unit usaha yang

2

berhubungan dengan susu. Tujuannya adalah meningkatkan jumlah peternak di
Indonesia.
Usaha peternakan sapi perah dapat berlanjut bila seluruh aspek yang
mendukung input produksi dan pemasaran tersedia. Analisis keberlanjutan ini
diperlukan untuk mengetahui status keberlanjutan usahanya. Dengan mengetahui
status keberlanjutan usaha akan memudahkan dalam perbaikan-perbaikan atribut
yang sensitif berpengaruh terhadap peningkatan status keberlanjutan sehingga
usaha peternakan sapi perah ini masih bisa terus berlanjut dengan memperhatikan
atau memperbaiki atribut-atribut yang perlu untuk diperhatikan.

Perumusan Masalah
Wisata Agro Istana Susu Cibugary adalah suatu konsep terpadu yang
terdiri dari peternakan sapi perah, pengolahan susu, pembuatan pupuk, saungsaung, kebun, taman dan kolam dengan pemandangan lepas Bumi Perkemahan
Cibubur yang berada di kawasan Jakarta Timur. Luas lahan adalah 2000 m2,
jumlah sapi perah sebanyak 50 ekor dengan rata-rata produksi susu 10 liter/ekor.
Lokasi wisata ini cukup digemari oleh masyarakat Ibukota, selain memberikan
nilai tambah, juga untuk mempertahankan usaha peternakan sapi perah agar dapat
terus beroperasi. Beberapa permasalahan yang dihadapi adalah kesulitan
mendapatkan tenaga kerja yang terampil, area peternakan yang belum kondusif,
bahan pakan (kosentrat) yang semakin mahal, terbatasnya pakan hijauan ternak,
pasar dan distribusi susu segar yang tidak menentu dan harga susu yang rendah.
Oleh karena itu dalam rangka pengembangan, perlu dianalisis atribut yang
diperlukan agar usaha peternakan sapi perah tersebut dapat berlanjut, serta upaya
yang memungkinkan untuk dilakukan dan diperhatikan. Hasil analisis diharapkan
mampu memberi solusi untuk keberlanjutan usaha peternakan sapi perah Istana
Susu Cibugary, disamping memberi manfaat bagi peternak, masyarakat sekitar
lokasi usaha dan para pengunjung.

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberlanjutan usaha
peternakan sapi perah di Wisata Agro Istana Susu Cibugary dari lima dimensi
yaitu ekologi, ekonomi, kelembagaan, sosial budaya dan teknologi.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi bagi peternak dan
pemilik agro wisata untuk mengetahui aspek yang berpengaruh terhadap
keberlanjutan usaha melalui upaya pengembangan peternakan sapi perah secara
integrasi dengan wisata.

3

Ruang Lingkup Penelitian
Secara keseluruhan ruang lingkup penelitian Analisis keberlanjutan
peternakan sapi perah di Wisata Agro Istana Susu Cibugary Pondok Ranggon
Cipayung Jakarta Timur disajikan pada gambar 1.
Wisata Agro
Istana Susu
Cibugary

Observasi
Profil

Identifikasi
Atribut

Analisis potensi
dan
Analisis Keberlanjutan

Dimensi
ekologi

Dimensi
ekonomi

Dimensi
sosial budaya

Dimensi
kelembagaan

Status keberlanjutan
(MDS, Monte Carlo, Nilai
Stress dan Koefisien
Determinasi)

Gambar 1 Ruang lingkup penelitian

Dimensi
Teknologi

4

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat
Tempat penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Istana Susu Cibugary di
kawasan komplek peternakan DKI Jakarta, di Blok C No.1 RT 01 RW 02 Pondok
Ranggon Cipayung Jakarta Timur. Penetapan lokasi penelitian dilakukan secara
sengaja (purposive) dengan melihat dari beberapa aspek yaitu mempertimbangkan
aksesibilitas, potensi peternakan, jumlah ternak, faktor historis dan merupakan
salah satu mata pencaharian masyarakat setempat secara turun temurun dan masih
dilanjutkan di wilayah DKI Jakarta. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari
2015 sampai April 2015.

Teknik Penentuan Responden
Penentuan responden secara sengaja (purposive sampling), disesuaikan
dengan kondisi lingkungan dan akses dengan total 50 responden yang dapat
mewakili dan memahami permasalahan yang diteliti seperti pemilik ternak,
pekerja, masyarakat di sekitar tempat penelitian dan pengunjung agrowisata.
Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan (gender), usia produktif juga
diperhatikan untuk mendapatkan gambaran dalam penyusunan dan penilaian
atribut. Penetapan atribut pada tiap dimensi dengan memakai metode penilaian
dari pakar yang terkait di Fakultas Peternakan IPB.

Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh hasil pengamatan dan wawancara responden di lapangan. Data sekunder
diperoleh dengan cara mencari dari berbagai sumber seperti penelitian terdahulu,
hasil studi pustaka, dan dokumen dari berbagai instansi yang berhubungan dengan
bidang penelitian. Jenis data yang digunakan untuk analisis keberlanjutan berupa
atribut-atribut yang terkait dengan lima dimensi keberlanjutan yaitu ekologi,
ekonomi, sosial budaya, kelembagaan dan teknologi.

Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, diskusi,
kuisioner, survei lapangan dengan responden maupun analisis persepsi pakar,
berbagai pustaka yang terkait dengan penelitian di review untuk memperoleh
informasi sejenis pada usaha yang berbeda.

5

Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis deskriptif untuk memberikan gambaran
secara komprehensif dan detail tentang usaha peternakan sapi perah Wisata Agro
Istana Susu Cibugary dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peternak.
Analisis Keberlanjutan
Analisis keberlanjutan usaha peternakan sapi perah di Wisata Agro Istana
Susu Cibugary dilakukan menggunakan pendekatan Multidemensional Scaling
(MDS) yang disebut dengan Rapdairy yang merupakan pendekatan yang
dimodifikasi dari program Rapfish. Rapid Appraissal for Fisheries (Rapfish)
dikembangkan oleh University of British Columbia Canada, yang mengevaluasi
sustainability dari perikanan secara multidisipliner (Kavanagh 2001). Metode
MDS merupakan teknik analisis statistik berbasis komputer dengan menggunakan
software Rapfish atau SPSS.
Rapdairy menekankan pada lima dimensi keberlanjutan yaitu teknologi,
lingkungan, ekonomi, sosial budaya dan kelembagaan (Kay dan Alder 1999).
Analisis data metode MDS dilakukan melalui beberapa tahap : pertama, penetapan
atribut-atribut pada setiap dimensi keberlanjutan tersebut sesuai pengamatan di
lapangan serta kajian pustaka. Secara keseluruhan terdapat 52 atribut yang di
analisis. Atribut-atribut tersebut disusun bersama para pakar, mengacu pada
penelitian sebelumnya serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi di tempat
penelitian; kedua, setiap atribut pada masing-masing dimensi diberikan skor
berdasarkan scientific judgment dari pembuat skor. Rentang skor antara 0-4 atau
tergantung pada keadaan setiap atribut yang diartikan mulai dari kategori buruk
(0) sampai baik (4); ketiga, nilai skor dari masing-masing atribut dianalisis secara
multidimensional dengan menggunakan program Rapfish untuk menentukan
status keberlanjutan pada setiap dimensi yang dinyatakan dalam skala indeks
keberlanjutan. Skala indeks keberlanjutan tersebut yaitu 0-25 (buruk atau tidak
bekelanjutan), 26-50 (kurang berkelanjutan), 51-75 (cukup berkelanjutan) dan 76100 (baik atau sangat berkelanjutan). Analisis MDS dilakukan untuk menentukan
keberlanjutan yang disertai dengan analisis Laverage, analisis Monte Carlo,
penentuan nilai stress dan nilai koefisien determinasi (R2).
Analisis Laverage digunakan untuk mengetahui atribut-atribut yang
sensitif ataupun intervensi yang dapat dilakukan terhadap atribut tersebut.
Penentuan atribut sensitif dilakukan berdasarkan urutan prioritas pada hasil
analisis tersebut dengan melihat bentuk perubahan root mean square (RMS)
ordinasi pada sumbu x. Semakin besar nilai perubahan RMS maka semakin besar
pula peranan atribut tersebut dalam peningkatan status keberlanjutan atau semakin
sensitif atribut tersebut dalam suatu keberlanjutan sehingga atribut tersebut perlu
untuk diperhatikan atau diperbaiki.
Analisis Monte Carlo digunakan untuk mengevaluasi pengaruh galat pada
pendugaan nilai ordinasi maupun dalam proses analisis yang dilakukan pada
selang kepercayaan 95%. Pengaruh galat dapat disebabakan seperti kesalahan
dalam pembuatan skor karena kesalahan pemahaman terhadap atribut atau kondisi
lokasi penelitian yang belum sempurna, variasi skor akibat perbedaan opini atau
penelitian peneliti, proses analisis MDS yang berulang-ulang, kesalahan
pemasukan data dan data yang hilang dapat dihindari. Hasil analisis dikatakan

6

baik jika nilai analisis menggunakan MDS tidak berbeda jauh dengan nilai hasil
analisis Monte Carlo.
Nilai stress dan koefisien determinasi (R2) berfungsi untuk menentukan
perlu tidaknya penambahan atribut untuk mencerminkan dimensi yang dikaji
secara akurat (mendekati kondisis sebenarnya). Nilai ini diperoleh dari pemetaan
terhadap dua titik yang berdekatan dimana titik tersebut diupayakan sedekat
mungkin terhadap titik asal dalam skala ordinasi. Nilai stress atau nilai eror yang
dapat diterima jika nilai Rp 2000000
Sapi potong dan kambing perah
>RP 2000000
Rp 1500000–2000000/orang
Ada
Tidak ada

Program penyuluhan

2–3 kali/tahun

Vaksinasi

2–3 kali/tahun

Produk utama peternakan sapi perah tersebut adalah susu segar yang sudah
memiliki pelanggan setiap hari, berasal dari Bekasi, Tanjung Priok, Bintaro,
Lebak Bulus, Cibubur. Selain itu, susu segar yang dihasilkan diolah menjadi susu
pasteurisasi dan yoghurt yang dijual di wisata agro. Kondisi kelembagaan tidak
berjalan dengan semestinya, peran koperasi hanya sebagai penyedia pakan,
kegiatan simpan pinjam tidak berjalan termasuk penyaluran susu. Program
penyuluhan yang diberikan oleh pemerintah atau dinas tidak tepat sasaran dan
efektif baik sumber daya manusia maupun materi penyuluhan.
Peternakan sapi perah Wisata Agro Istana Susu Cibugary berlokasi di
kompleks peternakan sapi perah DKI Jakarta yang kondisi masyarakatnya
heterogen baik yang sudah tinggal selama puluhan tahun di kompleks tersebut
maupun masyarakat pendatang. Pekerjaan masyarakat di lokasi wisata bervariasi
dari peternak, buruh, swasta, pedagang. Tanggapan masyarakat yang tinggal di
kompleks terhadap usaha wisata ternak tersebut adalah adanya manfaat ekonomi
yang dirasakan, yakni muncul usaha yang berhubungan, mudahnya mendapatkan

12

susu segar, adanya kunjungan dari luar, muncul usaha pengolahan susu dan
jajanan lain dan juga kondisi jalan dan akses menjadi jauh lebih baik. Tanggapan
pengunjung di Wisata Agro Istana Susu Cibugary disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Tanggapan pengunjung terhadap Wisata Agro Istana Susu Cibugary
Perihal

Hasil

Pilihan Paket Wisata yang tersedia

Puas

Harga yang ditawarkan untuk setiap paket wisata
Media publikasi yang dimiliki wisata agro
Akses mencapai lokasi kawasan wisata agro

Puas dan terjangkau
Cukup puas
Cukup mudah

Kenyamana, keindahan dan kebersihan pada
wisata agro istana susu cibugary

Baik

Kompetensi atau kemampuan pemandu wisata

Baik

Keramahan, kesigapan dan kesopanan pemandu
wisata maupun pekerja di agrowisata

Baik

Administrasi dan pelayanan saat berkunjung

Baik

Kebisingan, pencemaran air, polusi udara (bau) tidak teralu dirasakan dan
tingkat keamanan bahkan jauh lebih baik. Pengunjung di Wisata Agro Istana Susu
Cibugary berasal dari sekolah-sekolah, instansi ataupun masyarakat umum.
sebagian besar pengunjung puas dengan pelayanan yang diberikan berupa fasilitas
yang ada di lokasi, layanan administrasi dan sumber daya manusia yang tersedia.

Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan untuk
dimensi ekologi sebesar 46.01 %, masuk dalam kategori kurang berkelanjutan
(26-50) karena terdapat 2 faktor krisis atau atribut yang memberikan kontribusi
yang sangat besar yaitu sarana pengolahan limbah dan tingkat kemiringan
kandang yang kurang memadai. Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh
terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi ekologi terdiri atas 11 (sebelas)
atribut, yaitu (1) suhu, (2) kelembaban, (3) curah hujan, (4) space ternak, (5)
ketinggian, (6) kemiringan, (7) pemanfaatan limbah ternak, (8) sarana pengolah
limbah, (9) tingkat pemanfaatan lahan, (10) pengadaan tanaman pelindung, (11)
penyediaan rumput. Atribut yang perlu diperhatikan ataupun diperbaiki adalah
atribut yang memberikan kontribusi yang lebih besar dalam keberlanjutan dimensi
ekologi adalah atribut yang lebih panjang atau nilainya lebih besar pada ordinasi
sumbu x. Hasil analisis MDS dengan Rapdairy dimensi ekologi serta hasil analisis
Leverage dapat dilihat pada Gambar 2.

13

Gambar 2 Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi serta peran masing-masing
atribut ekologi yang dinyatakan dalam bentuk nilai root mean square
(RMS)
Sarana pengolah limbah di peternakan Cibugary masih dilakukan secara
sederhana. Peternakan ini belum memiliki instalasi biogas sementara jumlah
limbah yang dihasilkan setiap hari banyak. Penanganan limbah cair tidak
dilakukan, langsung dialirkan ke saluran air (selokan) kompleks untuk dialirkan
ke kolam penampungan limbah. Penanganan limbah padat seperti feses atau sisa
pakan juga tidak dilakukan secara berkala. Menurut Sudono (2003), penanganan
limbah perlu dilakukan agar sapi perah bebas dari bibit penyakit, menghindari
timbulnya bau yang tidak sedap agar kandang selalu bersih, tidak lembab, tidak
tergenang karena kandang yang ideal untuk sapi perah adalah kandang dengan
lantai kering. Hal tersebut dapat mempengaruhi produksi susu sapi perah baik
secara kuantitas maupun kualitas (Dewi et al. 2011).
Kemiringan lokasi peternakan sapi perah di Cibugary termasuk dalam
kategori datar. Kondisi ini sulit diubah karena komplek peternakan tersebut
merupakan kawasan yang dibangun oleh pemerintah DKI Jakarta. Faktor
kemiringan sangat menentukan dalam usaha peternakan sapi perah karena
berhubungan dengan manajemen limbah dan drainase kandang. Menurut
Kamiludin (2009), dalam pembuatan kandang perlu tingkat kemiringan lantai
beberapa derajat agar feses, urine maupun sisa makanan mudah mengalir ke
saluran yang terdapat di pinggir kandang. Siregar (2001), menyebutkan bahwa
supaya air mudah mengalir atau kering, lantai kandang harus diupayakan miring
dengan kemiringan kurang lebih 2º. Lantai miring ke arah saluran pembuangan
dan tidak licin. Dengan demikian, kotoran kandang mudah dibersihkan dengan air
(Foley et al. 1973).
Kondisi lantai yang miring mempermudah proses pembersihan kandang
karena aspek ini merupakan salah satu faktor penting dalam peternakan sapi perah
untuk menghindari permasalahan sanitasi, penyakit, kualitas susu yang dihasilkan
dan juga bau yang tidak sedap yang akan mengganggu kenyamanan masyarakat
dan pengunjung. Sarana pengolahan limbah dan tingkat kemiringan merupakan
atribut yang sangat perlu diperhatikan dan diperbaiki dalam mendukung status
keberlanjutan usaha peternakan sapi perah karena faktor lingkungan ini

14

diperkirakan berkontribusi sekitar 70% terhadap produksi susu pada sapi perah
(Anggraeni 2009).

Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan yang
diperoleh untuk dimensi ekonomi sebesar 67.19% dan termasuk dalam kategori
cukup berkelanjutan (51-75). Hasil ini menunjukkan bahwa dimensi ekonomi
telah memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan dimensi
ekologi. Jumlah atribut yang memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan
ekonomi adalah 11 (sebelas) atribut yang meliputi (1) keuntungan usaha, (2)
tingkat upah yang diberikan, (3) kontribusi terhadap pendapatan asli daerah
(PAD), (4) sumber modal, (5) kepemilikan usaha, (6) rata-rata kepemilikan sapi
laktasi, (7) penggunaan tenaga kerja, (8) permintaan produksi, (9) besarnya
subsidi, (10) pemasaran produksi, (11) ketersediaan sarana produksi
Berdasarkan hasil analisis Leverage, atribut-atribut yang sensitif atau
faktor kritis yang juga perlu diperhatikan dan diperbaiki karena memiliki
pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan ekonomi adalah (1) pemasaran
produksi, (2) kontribusi terhadap PAD, (3) permintaan produksi, (4) kepemilikan
usaha, (5) penggunaan tenaga kerja, (6) sumber modal. Hasil analisis MDS
dengan Rapdairy dimensi ekonomi serta analisis Leverage dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3

Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi serta peran masingmasing atribut ekonomi yang dinyatakan dalam bentuk nilai root
mean square (RMS)

Pemasaran 90% susu di Wisata Agro Istana Susu Cibugary adalah dengan
cara langsung ke konsumen. Setiap hari sudah ada konsumen tetap (agen) yang
menampung produksi susu Cibugary yang berasal dari Bekasi, Priok, Bintaro,
Lebak Bulus maupun daerah Cibubur. Meskipun berstatus pelanggan tetap, tidak
ada perjanjian yang mengikat antara peternak Cibugary dan agen tesebut. Kondisi
ini sangat berdampak pada kontinuitas pemasaran apabila terjadi pemberhentian
pembelian oleh agen. Untuk mengatasi kemungkinan tersebut, diperlukan suatu

15

bentuk kerjasama pemasaran susu Cibugary untuk menjaga stabilitas produksi.
Dalam jangka panjang, kualitas susu bisa ditingkatkan dan upaya diversifikasi
produk olahanpun pelru dilakukan.
Kontribusi terhadap pendapatan asli daerah belum optimal. Kompleks
peternakan DKI Jakarta adalah kawasan khusus yang dibangun oleh pemerintah
agar usaha peternakan sapi perah di DKI Jakarta tidak punah. Dengan adanya
Agro Wisata Istana Susu Cibugary masyarakat DKI Jakarta bisa berwisata
sekaligus mendapatkan edukasi tentang peternakan sapi perah yang sudah sangat
langka di daerah ibukota sekaligus mempertahankan warisan budaya masyarakat
betawi yang hampir punah seiring dengan pembangunan gedung-gedung
bertingkat. Sehingga perlu perhatian dari pemerintah untuk mengembangkan dan
membuat peternakan rakyat di kompleks peternakan Cibugary ini tetap berlanjut
dan lestari. Pembangunan kawasan agribisnis berbasis peternakan merupakan
salah satu alternatif program terobosan yang diharapkan dapat menjawab
tantangan dan tuntutan pembangunan peternakan yaitu meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat (Mandaka dan Hutagaol 2005; Mukson et al. 2009;
Suryanto 1993).
Permintaan terhadap susu Agro Wisata Istana Susu Cibugary termasuk ke
dalam kategori yang tinggi selain permintaan tetap dari agen. Konsumen lain
berasal dari masyarakat sekitar, pondok pesantren maupun ketika terdapat
kegiatan kunjungan ke agrowisata. Menurut Sumartini (2010), penjualan susu
segar langsung ke wisatawan atau penghuni villa dapat meningkatkan nilai jual
yang cukup tinggi. Hal ini terkait dengan kepercayaan yang baik dari konsumen
terhadap kualitas susu yang dihasilkan sehingga perlu dijaga dan dipertahankan.
Penerimaan yang berasal dari penjualan susu dipengaruhi oleh jumlah ternak yang
dimiliki. Semakin banyak ternak yang dimiliki maka produksi susu yang
dihasilkan semakin banyak dan berpengaruh terhadap penjualan susu. Penjualan
susu yang semakin banyak akan berpengaruh terhadap penerimaan (Londa et al.
2013).
Tenaga kerja di peternakan sapi perah tersebut berjumlah 4 orang dengan
curahan waktu rata-rata 13 jam perhari. Tidak ada kriteria khusus yang dipilih
dalam memilih tenaga kerja namun jika dilihat para pekerja memiliki pengalaman
beternak dan pengetahuan sapi perah yang cukup baik sehingga pemilik
peternakan percaya pada kinerja para pekerja. Hubungan antara pemilik dan
pekerja harus sangat dijaga dan diperhatikan agar para pekerja dapat bekerja
dengan baik dan tetap mempertahankan kinerjanya dan tidak malas-malasan
karena pekerja di peternakan sapi perah dituntut untuk cekatan, bersih dan bekerja
keras karena peternakan sapi perah termasuk usaha yang tetap dan setiap hari
berproduksi sehingga diperlukan tenaga kerja yang tetap pula (tidak musiman).
Suryahadi dan Despal (2009) menyatakan bahwa idealnya peternakan sapi perah
membutuhkan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani ternak karena
kesalahan pada penanganan berpengaruh pada tahapan produksi berikutnya.
Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dan perlu diperhitungkan dalam
proses produksi susu baik dari ketersedian tenaga kerja secara cukup dan juga
kualitas tenaga kerjanya (Soekartawi et al. 2003). Tingkat pendidikan sangat
mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi. Masyarakat dengan tingkat
pendidikan rendah akan lebih memilih mempertahankan tradisi yang berhubungan
dengan daya pikirnya, sehingga sulit menerima informasi baru (Kusumawati

16

2004). Peningkatan kualitas pekerja yang dicerminkan oleh tingkat pendidikan
yang rata-rata semakin baik, akan memberikan dampak positif terhadap
produktifitas tenaga kerja (Mulyadi 2003).
Kepemilikan usaha peternakan sapi perah Cibugary dimiliki oleh keluarga
karena peternakan ini adalah warisan dari orangtua mereka. Sumber modal pun
berasal dari keluarga. Modal diperlukan untuk mengembangkan usaha sapi perah
(Suryahadi dan Despal 2009). Peningkatan kepemilikan sapi laktasi akan mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Dimana pertumbuhan
ekonomi dapat diperoleh dengan jumlah pendapatan yang semakin meningkat.
Sehingga diperlukan sumber modal lain agar usaha peternakan ini lebih
meningkat. Segala keputusan terkait usaha peternakan sapi perah selalu
dimusyawarahkan kecuali untuk hal-hal teknis yang diserahkan oleh Bapak
Rachmat (anak tertua) sekaligus yang langsung menangani untuk menghidupkan
peternakan sapi perah. Kebijakan-kebijakan ataupun masukan-masukan yang
sifatnya mempengaruhi jalannya usaha peternakan tidak bisa langsung diputuskan
dan usaha ini memiliki dukungan yang kuat dari keluarga.

Status Keberlanjutan Dimensi Sosial Budaya
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan untuk
dimensi sosial budaya adalah sebesar 60% dan termasuk dalam kategori cukup
berkelanjutan (51-75). Hal ini menunjukan bahwa dimensi sosial budaya
memberikan manfaat yang cukup baik bagi keberlanjutan usaha peternakan sapi
perah ini. Hasil analisis MDS dengan Rapdairy dimensi sosial budaya serta
analisis Leverage dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial budaya dan peran masingmasing atribut sosial budaya yang dinyatakan dalam bentuk nilai
root mean square (RMS)
Jumlah atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat
keberlanjutan dimensi sosial budaya berjumlah 8 (delapan), yaitu (1) pengalaman
beternak sapi perah, (2) pekerjaan orang tua, (3) respon masyarakat terhadap
peternakan sapi perah, (4) adanya protes masyarakat terhadap keberadaan

17

peternakan sapi perah, (5) jumlah rumah tangga peternakan dibandingkan sektor
lain, (6) adanya kebiasan atau adat yang mengatur pengelolaan alam (7)
partisipasi keluarga dalam peternakan, dan (8) persentase kegiatan masyarakat di
luar peternakan. Atribut yang sensitif atau faktor kritis yang juga perlu
diperhatikan dan diperbaiki yang memberikan pengaruh terhadap nilai indeks
keberlanjutan dimensi sosial budaya berdasarkan analisis Leverage berjumlah 1
(satu) atribut yaitu respon masyarakat terhadap peternakan sapi perah. Respon
masyarakat merupakan hal yang penting dalam suatu keberlanjutan usaha apalagi
jika usaha peternakan tersebut berada dekat dengan kehidupan masyarakat.
Peternakan sapi perah ini berada di kompleks peternakan sapi perah dimana
masyarakatnya beragam ada yang peternak, buruh, pegawai swasta maupun
pedagang, ada yang sudah lama tinggal di kompleks maupun yang masih beberapa
tahun. Masyarakat akan merespon baik jika peternakan sapi perah tersebut
bermanfaat dan berdampak positif bagi mereka. Keberadaan peternakan sapi
perah dapat memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat sekitar dalam
penyediaan souvenir bagi pengunjung agro wisata, menjual aneka makanan dan
minuman serta dapat membuka usaha warung. Ridwan (2006) menyarankan agar
pengelolaan limbah yang baik serta menjaga kebersihan areal peternakan
merupakan salah satu hal yang bisa dilakukan untuk menghindari protes dari
masyarakat. Respon positif masyarakat perlu dipertahankan dengan menciptakan
manfaat bagi masyarakat di lingkungan peternaka