Hubungan antara Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food dan Soft Drink pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI FAST FOOD
DAN SOFT DRINK PADA ANAK OBESITAS DI USIA
SEKOLAH DASAR

YULI DWI SETYOWATI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Aktivitas
Fisik, Konsumsi Fast Food dan Soft Drink dengan Anak Obesitas di Usia Sekolah
Dasar benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Yuli Dwi Setyowati
NIM I14100066

3

4

ABSTRAK
YULI DWI SETYOWATI. Hubungan aktivitas fisik, konsumsi fast food dan soft
drink pada anak obesitas di usia sekolah dasar. Dibimbing oleh RIMBAWAN.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara aktifitas fisik,
konsumsi fast food dan soft drink pada anak yang mengalami obesitas di sekolah
dasar. Penelitian dilakukan di SD Eka Wijaya Cibinong. Total keseluruhan sampel
umur 9-12 tahun yang terdiri 289 anak. Berdasarkan IMT, 70 murid mengalami

obesitas dan selanjutnya dipilih 60 orang anak dipilih menjadi subyek penelitian.
Frekuensi konsumsi fast food dan soft drink berhubungan secara signifikan
dengan tingkat pendapatan orang tua pada anak. Meskipun demikian tidak
ditemukan adanya hubungan antara aktifitas fisik, konsumsi fast food dan soft
drink pada anak obesitas dilokasi penelitian. Akan tetapi terdapat kecenderungan
peningkatan status gizi jika konsumsi fast food dan soft drink yang meningkat
juga.
Kata kunci: aktivitas fisik, fast food, soft drink, obesitas

ABSTRACT
Yuli Dwi Setyowati. The relationship between physical activity, fast food and
soft drink consumption among primary school children with obesity. Supervised
by RIMBAWAN.
This study aims to analyze the relationship between physical activity,
consumption of fast food and soft drinks to the incidence of obesity in primary
school children. The study was conducted in SD Eka Wijaya Cibinong. The total
sample in this study was 289 pupils aged 9-12 years old. Based on BMI, a total of
70 pupils from the school are obese and 60 of them were selected as subjects of
this study, comprising 42 boys and 18 girls. Frequency of fast foodand soft drink
significantly associated with the level of fathers education and income of the

parents. However, there is no relationship between physical activity, consumption
of fast food and soft drink on the nutritional and obesity in children. Morever,
samples have trend positive to increased consumpted fast food and soft drink
between BMI among children obesity.

Keywords: fast food, obesity, physical activity, soft drink

5

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI FAST FOOD
DAN SOFT DRINK PADA ANAK OBESITAS DI USIA
SEKOLAH DASAR

YULI DWI SETYOWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat


DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

6

Judul Skripsi : Hubungan antara Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food dan Soft
Drink pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar
Nama
: Yuli Dwi Setyowati
NIM
: I14100066

Disetujui oleh

Dr Rimbawan
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Rimbawan
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

7

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah gizi lebih,
dengan judul Hubungan Aktifitas Fisik, Konsumsi Fast Food dan Soft Drink pada
Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar.
Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Dr. Rimbawan selaku dosen pembimbing skripsi dan Prof. Dr. Ir. Siti
Madanijah selaku dosen pembimbing akademik atas waktu, bimbingan,
motivasi, serta saran/masukannya dalam membantu proses penyelesaian

penyusunan karya ilmiah ini.
2. Keluarga tercinta: Ayahanda (Bapak Satal), Ibunda (Ibu Sri Susilowati,
SPd), Devy Ika Lismawati, Amd.Per. (kakak), Handy Cahyono, SEc
(kakak), serta seluruh keluarga besar atas segala doa, dukungan moril,
dan kasih sayang yang telah diberikan.
3. Kepala SD Eka Wijaya Cibinong yang telah memberikan izin lokasi
penelitian, kepada para staf dewan guru yang telah membantu dan
mendampingi selama proses pengambilan data, serta siswa-siswi yang
telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
4. Teman-teman tercinta: Hayu Ning Dewi, Mellia Aghnie Anggita,
Yosep Andrew Tao, Putri Monicha, Nana Rodiana, Elok Nalurita,
Kharisma Tamimi yang telah memberi doa dan semangat yang luar
biasa.
5. Teman-teman enumerator: Elok Nalurita, Imelda Saputri, Yazid,
Nurrahma Sri Fitayani, dan Reyfan Ambrian yang banyak membantu
dalam proses pengambilan data.
6. Teman-teman Gizi Masyarakat 47, teman-teman KKP Desa
Sukamakmur Bogor 2013 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas
segala perhatian, dukungan, semangat, dan motivasi yang selalu
diberikan kepada penulis.

Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan
karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014
Yuli Dwi Setyowati

8

DAFTAR ISI

Daftar Tabel

viii

Daftar Gambar

ix

Daftar Lampiran


ix

Pendahuluan

1

Latar Belakang

1

Tujuan

2

Hipotesis

2

Manfaat Penelitian


2

Kerangka Pemikiran

3

Metode Penelitian

5

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

5

Teknik Penarikan Contoh

5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data


5

Pengolahan dan Analisis Data

6

Definisi Operasional

8

Hasil dan Pembahasan

9

Keadaan Umum Lokasi

9

Karakteristik Contoh


9

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga

12

Kebiasaan Makan

15

Kebiasaan Konsumsi Fast Food

20

Kebiasaan Konsumsi Soft Drink

26

Konsumsi Energi dan Zat Gizi

30

Aktifitas Fisik

33

Hubungan dengan Frekuensi Konsumsi Fast Food

35

Hubungan dengan Frekuensi Konsumsi Soft Drink

36

Hubungan dengan Status Gizi Anak

37

Simpulan dan Saran

38

Simpulan

38

Saran

39

Daftar Pustaka

39

Lampiran

43

9

DAFTAR TABEL
1. Jenis dan cara pengumpulan data
2. Kategori data yang dilakukan scoring
3. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status gizi
4. Sebaran anak menurut umur
5. Sebaran data uang saku menurut jenis kelamin
6. Sebaran keluarga contoh berdasarkan besar keluarga
7. Sebaran keluarga contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua
8. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua
9. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua
10. Sebaran contoh berdasarkan status gizi orang tua
11. Frekuensi makan dalam sehari
12. Kebiasaan sarapan
13. Waktu saat mengemil
14. Fast food yang dibeli di sekolah
15. Fast food yang dikonsumsi di rumah
16. Ukuran soft drink yang sering dibeli
17. Tingkat kesukaan terhadap fast food
18. Waktu mengunjungi restoran fast food
19. Informasi menganai fast food
20. Sebaran data alasan konsumsi fast food
21. Restoran fast food yang paling sering dikunjungi
22. Jenis fast foodyang paling sering dikonsumsi
23. Frekuensi konsumsi fast Food
24. Sebaran frekuensi konsumsi fast food dan jenis kelamin
25. Tingkat kesukaan terhadap fast food
26. Waktu membeli soft drink
27. Informasi menganai soft drink
28. Faktor kesukaan terhdap soft drink
29. Jenis soft drink yang paling disukai
30. Frekuensi konsumsi soft drink
31. Sebaran frekuensi konsumsi soft drink dan jenis kelamin
32. Sebaran rata-rata konsumsi energi dan zat gizi berdasarkan
Status gizi
33. Rata-rata konsumsi hari libur dan hari sekolah
34. Kontribusi energi fast food terhadap total konsumsi energi contoh
35. Kontribusi energi soft drink terhadap total konsumsi energi contoh
36. Tingkat kecukupan energi anak obesitas
37. Tingkat kecukupan protein anak obesitas
38. Tingkat kecukupan lemak anak obesitas
39. Tingkat aktifitas fisik berdasarkan jenis kelamin pada hari sekolah
40. Tingkat aktifitas fisik berdasarkan jenis kelamin pada hari libur
41. Tingkat rata-rata aktifitas fisik berdasarkan jenis kelamin

6
7
10
10
11
12
12
13
14
15
15
16
17
18
19
19
20
20
21
22
22
23
23
24
26
26
27
27
28
28
29
30
31
32
32
32
33
33
34
34
35

10

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangkan pemikiran konsumsi fast food dan soft drink serta sosial
ekonomi keluarga yang berhubungan dengan obesitas
2. Jenis makanan yang dikonsumsi untuk camilan di sekolah

4
17

DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian
Data Status Gizi Anak

43

11

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Keadaan gizi dan kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh tingkat
konsumsi. Masalah kekurangan dan kelebihan konsumsi zat gizi membawa
pengaruh pada timbulnya masalah gizi ganda di Indonesia, yakni masalah gizi
kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi lebih terjadi bersamaan dengan
kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu, seperti masyarakat di daerah
perkotaan. Salah satu masalah gizi yang sering terjadi bersamaan dengan
kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu, seperti masyarakat di daerah
perkotaan. Salah satu masalah gizi yang sering terjadi dan perlu mendapat
perhatian adalah obesitas.
Obesitas terjadi sebagai akibat adanya ketidakseimbangan antara jumlah
energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi
biologis seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan
kesehatan. Perkembangan teknologi yang tinggi juga dapat menyebabkan anakanak SD cenderung kurang melakukan aktivitas fisik dan lebih memilih menonton
televisi, bermain game, maupun bermain komputer yang membutuhkan sedikit
energi. Ketidakseimbangan yang tejadi akibat jumlah energi yang masuk lebih
tinggi dibandingkan dengan yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas fisik
menyebabkan masalah kegemukan (Heird 2002). Status gizi lebih pada anak akan
menyebabkan pertambahan jumlah sel lemak di dalam tubuh, apabila hal ini
berlanjut secara terus menerus akan menyebabkan anak cenderung mengalami
obesitas ketika mereka dewasa.
Daya beli masyarakat yang meningkat berdampak pula kepada sikap orang
tua yang memanjakan anak-anaknya dalam hal pemberian makanan, khususnya
makanan berenergi tinggi dan dapat diartikan sebagai makanan tinggi lemak dan
karbohidrat namun rendah serat sperti fast food dan soft drink (Do Wendt 2009).
Umumnya fast food disajikan dalam jumlah besar dengan frekuesi yang lebih
sering sehingga berkontribusi pada terjadinya kegemukan dan obesitas. Makanan
olahan yang serba instan tersebut misalnya fast food (burger, pizza, hot dog, fried
chicken, kentang goreng, nugget dan spagheti) dan soft drink serta makanan siap
saji lainnya yang tersedia di gerai makanan (Suryaalamsah 2009). Menurut
Prancis (2001), di Amerika Serikat konsumsi harian rata-rata minuman ringan
adalah hampir dua kaleng standar (24 oz/700ml) untuk anak laki-laki dan lebih
dari satu kaleng standar bisa dikonsumsi anak perempuan (12 oz/350 ml),
sedangkan rata-rata konsumsi soft drink Indonesia pada tahun 2010 adalah 2,4
liter per minggunya (Riskesdas 2010).
St-Onge et al. (2003) menyatakan bahwa asupan energi yang besar pada
anak-anak yang mengkonsumsi fast food dan soft drink dalam jumlah yang
banyak tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup dapat menyebabkan
terjadinya obesitas. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2010, prevalensi berat badan lebih pada anak di Provinsi Jawa Barat adalah 8,5%.
Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian yang mendalam
terkait hubungan antara aktivitas fisik, konsumsi fast food dan soft drink pada
anak obesitas.

12

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian: 1) Adakah hubungan antara konsumsi fast
food dengan risiko obesitas; 2) Adakah hubungan antara konsumsi soft drink
terhadap peningkatan resiko obesitas; 3) Adakah hubungan konsumsi fast food
dan soft drink terhadap perbedaan jenis kelamin pada usia yang 9-12 tahun dalam
peningkatan resiko obesitas.
Tujuan
Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara aktivitas fisik,
konsumsi fast food dan soft drink pada anak obesitas di usia sekolah dasar.
Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui kebiasaan konsumsi fast food dan soft drink usia 9-12 tahun.
2. Untuk mengukur adakah perbedaan dan hubungan kebiasaan makan,
karakteristik sosial ekonomi keluarga dan contoh dengan konsumsi fast food
dan soft drink usia 9-12 tahun.
3. Untuk mengukur hubungan obesitas dengan aktivitas fisik, frekuensi konsumsi
fast food dan soft drink, dan aktivitas fisik anak usia 9-12 tahun.
4. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan konsumsi fast food dan soft
drink usia 9-12 tahun.
Hipotesis
1.

2.
3.
4.

Terdapat perbedaan antara konsumsi karbohidrat, protein, lemak, fast food,
soft drink, jajanan, dan aktivitas fisik siswa gizi obesitas pada status jenis
kelamin berbeda.
Terdapat perbedaan antara frekuensi konsumsi fast food dan soft drink
siswa obesitas jenis kelamin yang berbeda.
Terdapat hubungan antara karakteristik sosial-ekonomi, tingkat kesukaan
dan sumber informasi terhadap frekuensi konsumsi fast food dan soft drink.
Terdapat hubungan antara aktivitas fisik, frekuensi konsumsi fast food dan
soft drink terhadap status gizi siswa obesitas.
Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk masyarakat,
dan pemerintah. Bagi masyarakat dapat memberikan gambaran dan informasi
mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, dan gaya hidup anak gizi lebih baik di
sekolah maupun di rumah. Bagi pihak orang tua diharapkan dapat menjadi
masukan mengenai evaluasi konsumsi pangan anak yang aman, bergizi, beragam,
dan berimbang. Selanjutnya bagi pemerintah diharapkan dapat digunakan dalam
mengambil kebijakan dalam pemerintahan guna mewujudkan generasi muda
Indonesia yang sehat dan berkualitas.

13

KERANGKA PEMIKIRAN
Prevalensi anak yang menderita obesitas di Indonesia semakin meningkat.
Banyak faktor yang memicu semakin meningkatnya angka obesitas pada anak, di
antaranya adalah pengaruh parental fatness, karakteristik anak, karakteristik
keluarga, aktivitas fisik dan kebiasaan makan pada anak. Apabila tidak segera
diterapi, maka di masa yang akan datang, dunia ini akan dipenuhi olehorangorang berberat badan lebih atau orang-orang yang memiliki kandungan lemak
yang berlebih.
Seseorang mengalami obesitas dapat terjadi karena salah satu atau kedua
orang tuanya mengalami obesitas pula. Menurut Effendi (2003) faktor keturunan
berpengaruh terhadap gangguan keseimbangan energi. Bila kedua orang tua tidak
gemuk, maka kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 9 persen. Bila salah satu
orang tua gemuk, maka kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 41-51persen,
sedangkan bila kedua orang tua gemuk, maka kemungkinan anak menjadi gemuk
sebesar 66-80 persen. Faktor timbulnya kegemukan juga disebabkan oleh asupan
energi yang tinggi, contoh makanan berenergi tinggi adalah fast food dan soft
drink.
Fast Food merupakan salah satu jenis makanan yang disukai oleh anakanak, kaum muda sampai orang dewasa. Makanan ini merupakan makanan cepat
saji yang mengandung energi tinggi. Biasanya konsumsi fast food dibarengi oleh
konsumsi soft drink, karena restaurant cepat saji menjual dalam satu paket
bersamaan. Soft drink merupakan salah satu jenis minuman yang mengandung
energi yang tinggi karena didalamnya terdapat gula sebagai pemanis. Saat ini fast
food dan soft drink telah menjadi bagian perilaku konsumsi sebagian anak dan
remaja di luar rumah di berbagai kota dan diperkirakan cenderung akan semakin
meningkat (Bowman 2004).
Konsumsi fast food dan soft drink dipengerauhi oleh keadaan sosial
ekonomi keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak semakin besar. Jenis pekerjaan orang tua akan
mempengaruhi pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga yang tinggi
meningkatkan kemampuan untuk membeli fast food dan soft drink yang harganya
relatif mahal. Sedangkan pengetahuan gizi ibu berpengaruh terhadap pemilihan
makanan dan penentuan jumlah makanan yang diberikan untuk memenuhi
kebutuhan gizi anak. Kecenderungan anak sekolah dalam mengkonsumsi fast food
dan soft drink semakin meningkat seiring dengan perubahan pola konsumsi
keluarga. Hal ini terjadi karena keluarga merupakan sumber informasi pangan
yang penting berkaitan dengan kebiasaan makan dan sikap pemilihan makanan.
Anak-anak biasanya meniru bagaimana ayah, ibu dan anggota keluarganya
makan.
Karakteristik anak meliputi jenis kelamin, berat badan lahir, berat badan
sekarang, dan tinggi badan sekarang. Karakteristik keluarga meliputi pendidikan
orang tua, pendapatan keluarga, pengetahuan gizi ibu, dan pola konsumsi
keluarga. Pengetahuan gizi ibu diukur dengan memberikan pertanyaan pada
kuesioner yang ditujukan untuk ibu. Kebiasaan makan mencakup riwayat makan
anak dan konsumsi pangan. Konsumsi pangan yang diteliti adalah konsumsi
cemilan, konsumsi makanan berlemak, konsumsi fast food, dan konsumsi soft
drink. Konsumsi cemilan, soft drink, fast food, dan makanan berlemak

14

diperkirakan dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat konsumsi energi pada
anak yang nantinya berhubungan dengan terjadinya obesitas pada anak. Kerangka
pemikiran penelitian ini dapat digambarkan dalam skema berikut:
Sosial ekonomi:
- Pendidikan orang tua
- Pendapatan keluarga
- Besar keluarga

Informasi pangan:
- Sumber Informasi
Kebiasaan makan:
- Frekuensi makan sehari
- Kebiasaan jajan, mengemil
- Konsumsi makanan berlemak

Konsumsi Fast Food dan
Soft drink
- Frekuensi

Konsumsi Pangan

Status Gizi Orang Tua

- Metabolisme
- Enzim dan Hormon
- Obat-obatan

Status Gizi:
- Normal
- Kegemukan
- Obesitas

Aktivitas fisik

Infeksi Penyakit

Keterangan :
Diteliti
Tidak diteliti
Gambar 1. Kerangkan pemikiran konsumsi fast food dan soft drink serta sosial
ekonomi keluarga yang berhubungan dengan obesitas

Kesukaan

15

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Desain penelitian ini adalah cross sectional study dengan menggunakan
metode survey. Penelitian dilakukan di SD Eka Wijaya Cibinong, dengan
pertimbangan status ekonomi orang tua siswa sebagian besar tergolong menengah
keatas dan banyaknya jumlah anak yang mengalami obesitas. Penelitian dilakukan
selama 3 bulan yaitu pada bulan Mei-Juli 2014 yang disesuaikan dengan kalender
akademik SD Eka Wijaya Cibinong agar tidak menganggu kegiatan belajar
mengajar.
Teknik Penarikan Contoh
Populasi contoh penelitian ini adalah siswa-siswi SD Eka Wijaya
Cibinong yang duduk di kelas 4 sampai 6. Pemilihan populasi contoh dilakukan
secara purposive. Seluruh anak kelas 4 hingga 6 diukur berat dan tingginya secara
langsung, sehingga dapat diperoleh nilai z-score masing-masing. Selanjutnya
sampel ditentukan berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan peneliti,
yaitu siswa kelas 4 hingga 6 sekolah dasar di lokasi penelitian dengan status gizi
lebih (nilai Z-Score>+2 SD menurut Riskesdas 2013), bersedia, dan hadir pada
saat penelitian dilaksanakan. Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini
menggunakan rumus (Chandra 1996):
n = Z2(1-α/2) P(1-P)
d2
keterangan:
n
= jumlah contoh
Z
= nilai sebaran baku pada taraf nyata 0.95 = 1.96
P
= proporsi kejadian gemukdi Provinsi Jawa Barat menurut Atmarita
RISKESDAS (2013) = 8.8%
d
= kesalahan yang dapat ditaksir = 0.1 (10%)
Jumlah minimal contoh sebanyak 30.83 orang yang digenapi menjadi 31
anak dan tersebar dari semua kelas. Jumlah sampel yang obese di SD Eka Wijaya
sebanyak 70 anak namun terdapat 10 anak yang datanya yang datanya tidak
lengkap dan selanjutnya dikeluarkan dari kriteria sampel, sehingga sampel yang
diteliti sebanyak 60 orang. Contoh yang masuk kedalam kriteria inklusi, dengan
jumlah laki-laki sebanyak 42 anak dan perempuan sebanyak 18 anak.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data penelitian yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer
meliputi data karakteristik anak (usia, jenis kelamin dan uang saku), karakteristik
sosial ekonomi keluarga (pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, dan besar
keluarga), sumber informasi pangan, tingkat kesukaan, konsumsi fast food dan
soft drink, kebiasaan makan, konsumsi pangan dan status gizi orang tua.

16

Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan
menggunakan kuisioner. Data frekuensi konsumsi fast food dan soft drink
dikumpulkan dengan menggunakan food frequency questionnaire (FFQ). Untuk
data konsumsi pangan digunakan metode recall 2 x 24 jam pada 1 hari sekolah
dan 1 hari libur.
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
No

Variabel

Data Primer
1.
Karakteristik
contoh

Alat dan cara
pengumpulan
Wawancara dengan langsung
contoh menggunakan
kuisioner

2.

Karakteristik
keluarga (ayah
dan ibu)

Wawancara dengan ibu
contoh menggunakan
kuisioner

3.

Status gizi contoh

4.

Frekuensi dan
jumlah konsumsi
pangan contoh

5.

Kesukaan dan
kebiasaan makan

Pengukuran TB
menggunakan stature meter ,
dan BB menggunakan
timbangan injak dan
Software WHO Anthroplus
Wawancara dengan contoh
menggunakan Semi
Quantitative FFQ (Food
Frequency Questionaire)
Wawancara dengan kuisioner

Jenis data yang
dikumpulkan
Nama
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Urutan kelahiran
Uang saku
Umur (tahun)
Umur (tahun)
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan (bulan)
Besar keluarga
BB dan TB sekarang

Jumlah dan jenis bahan
pangan yang dikonsumsi
Frekuensi konsumsi bahan
pangan
Sangat suka sampai tidak
suka fast food dan soft drink
Frekuensi makan fast food
dan soft drink

Pengukuran antropometri (IMT/U) dilakukan dengan menggunakan
standar Kemenkes (2013), diawali dengan penentuan umur anak dalam bulan.
Menimbang umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi,
kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah.
Selanjutnya berat badan anak ditimbang menggunakan timbangan injak (kapasitas
200 kg dengan ketelitian 1 kg). Tinggi badan diukur menggunakan Microtoise
(panjang 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm). Data sekunder meliputi gambaran
umum sekolah tempat penelitian berlangsung. Frekuensi konsumsi fast food dan
soft drink dikelompokkan menjadi tidak pernah, 1-2x/hari, 1-2x/minggu, 35x/minggu, dan 1-2x/bulan (Gibson 2005).

Pengolahan dan Analisis Data
Proses pengolahan data yang dilakukan terhadap data primer meliputi
coding, entry, cleaning, grouping dan dilanjutkan dengan analisis data. Data
diolah menggunakan Microsoft Excel 2010 dan dianalisis menggunakan perangkat
lunak SPSS 16.0 for Windows.

17

Tabel 2 Kategori data yang dilakukan scoring
No
I.

Variabel
Karakteristik Keluarga
1 Usia
(Depkes 2009)

2 Besar keluarga
(BKKBN 1998)
3 Pendapatan
(BPS Jawa Barat 2014)
4 Status gizi
(WHO 2005)

II.

Karakteristik Contoh
1 Usia

2
3

4

III.
1
2

IV.
1
2
3

V.
1

Kategori Pengukuran














Remaja (60 tahun)
Kecil (≤ 4 orang)
Sedang (5-6 orang)
Besar (> 6 orang)
Miskin (≤ Rp 302 735/ bulan/kapita)
Tidak miskin (> Rp 302 735/ bulan/kapita)
Underweight
Normal
Overweight
Obesitas

 9 tahun
 10 tahun
 11 tahun
 12 tahun
Jenis kelamin
 Laki-laki
 Perempuan
Uang saku
 Rendah ( +2 SD)
Kebiasaan Konsumsi Pangan Contoh
Fast food
 Tidak pernah
Soft Drink
 6-7x/bulan
(Modifikasi Gibson 2005)
 1-2x/minggu
 3-5x/minggu
 1-2x/hari
Kecukupan Gizi Contoh
Tingkat kecukupan energi
 Defisit berat (0.05) baik tingkat pendidikan
ayah maupun ibu pada kedua anak.
Tabel 7 Sebaran keluarga contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua
Tingkat pendidikan
Tidak tamat SD
SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Diploma
Sarjana
S2/S3
Total

Ayah
n
0
0
2
21
11
20
2
54*

%
0.00
0.00
3.70
38.89
20.37
37.04
3.73
100.00

*Keterangan : Anak laki-laki yang Ayahnya meninggal berjumlah empat orang

Ibu
n
0
1
3
29
14
11
2
60

%
0.00
1.70
5.00
48.30
23.33
18.33
3.33
100.00

23

Menurut Yudesti (2012) dan Ernawati (2006) semakin tinggi tingkat
pendidikan orang tua semakin baik pertumbuhan anaknya. Setidaknya ada lima
upaya yang merupakan imbas dari pendidikan ibu dan ayah yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu pendidikan akan
meningkatkan sumberdaya keluarga, pendapatan keluarga, alokasi waktu untuk
pemeliharaan kesehatan anak, produktivitas dan efektivitas pemeliharaan
kesehatan, dan referensi kehidupan keluarga. Tingkat pendidikan orang tua contoh
tidak terlalu berpengaruh dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan oleh jumlah
pendapatan perkapita yang tergolong tinggi, sehingga asumsinya setiap kebutuhan
setiap anggota keluarga akan terpenuhi dengan baik.
Pekerjaan Orang Tua
Ayah anak obesitas yaitu sebanyak empat orang tidak diketahui jenis
pekerjaannya disebabkan mereka sudah meninggal sehingga jumlah Ayah anak
menjadi 54 orang. Jenis pekerjaan ayah yang paling banyak pada kedua jenis
kelamin siswa obesitas adalah sebagai wiraswasta. Jenis pekerjaan orang tua anak
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua
Umur (tahun)
Ayah
Tidak bekerja
Sekolah/Guru
Wiraswasta
Petani
Pedagang
Buruh
Pegawai Swasta
Pegawai Negeri
Jumlah
Ibu
Tidak bekerja
Sekolah/Guru
Wiraswasta
Petani
Pedagang
Buruh
Pegawai Swasta
Pegawai Negeri
Jumlah

Laki-laki
n
%

Perempuan
n
%

Jumlah

%

0
0
20
0
3
0
13
3
38*

0.00
0.00
51.28
0.00
7.69
0.00
33.33
7.69
100

0
0
7
0
1
0
7
2
17*

0.00
0.00
38.89
0.00
5.56
0.00
38.89
11.111
100

0
0
27
0
4
0
20
5
54*

0.00
0.00
50.00
0.00
7.41
0.00
37.04
9.26
100

23
0
5
0
3
2
4
5
42

54.76
0.00
11.90
0.00
7.14
4.76
9.52
11.90
100

10
1
2
0
1
1
0
3
18

0.00
55.56
5.56
0.00
5.56
5.56
0.00
16.67
100

33
1
7
0
4
3
4
5
60

54.76
1.67
11.67
0.00
6.67
5.00
6.67
8.33
100

*Keterangan : Anak yang Ayahnya meninggal berjumlah empat orang

Pekerjaan Ayah pada anak laki-laki obesitas terbesar kedua pada jenis
pekerjaan pegawai swasta (33.33%). Sebagian besar pekerjaan ibu pada kedua
jenis kelamin siswa obesitas adalah sebagai ibu rumah tangga (IRT) yakni 54.76%
pada ibu siswa laki-laki obesitas dan 55.56% pada ibu siswa perempuan obesitas.
Jenis pekerjaan akan mempengaruhi pendapatan seseorang. Tidak terdapat
perbedaan (p>0.05) yang nyata baik jenis pekerjaan ayah maupun ibu pada kedua
jenis kelamin siswa obesitas. Tingkat pendapatan keluarga sangat berpengaruh
terhadap konsumsi energi keluarganya. Holman (1987) yang diacu dalam

24

Novitasari (2005) menyatakan bahwa sesuai dengan hukum Bennet konsumsi
pangan akan bergeser ke arah konsumsi pangan dengan harga kalori yang lebih
mahal ketika semakin meningkatnya pendapatan seseorang, seperti pangan
hewani yang kandungan lemaknya lebih tinggi.
Pendapatan Orang Tua
Pendapatan orang tua siswa laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada
Tabel 9. Data tersebut merupakan jumlah dari pendapatan ayah dan ibu setiap
bulannya. Persentase tingkat pendapatan orang tua dengan kategori sangat tinggi
(> Rp 5 000 000/bulan) pada anak laki-laki obesitas 41.67% dan perempuan
obesitas 66.67%. Hal ini sama dengan hasil penelitian Padmiari dan Hadi (2003),
yang menunjukkan bahwa kejadian obesitas terdapat pada keluarga yang
mempunyai pendapatan yang tinggi atau golongan ekonomi menengah keatas.
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua
Pendapatan orang tua (Bulan)
Rp 2 000 000-Rp 3 000 000
Rp 3 000 001-Rp 4 000 000
Rp 4 000 001-Rp 5 000 000
> Rp 5 000 000
Total

Laki-laki
n
%
6
14.29
4
6.67
7
11.67
25
41.67
42
100.00

Perempuan
n
%
2
11.11
0
0.00
4
22.22
12
66.67
18
100.00

Total
n
8
4
11
37
60

%
13.33
6.67
18.33
61.67
100.00

Dengan menggunakan standar BPS Jawa Barat (2014) seluruh orang tua
anak laki-laki dan perempuan (100%) termasuk dalam kategori tidak miskin
dimana pendapatannya melebihi Rp 302 735/perkapita/bulan. Tidak terdapat
perbedaan yang nyata antara pendapatan orang tua anak laki-laki obesitas dan
perempuan obesitas. Menurut Madanijah (2004) meningkatnya pendapatan berarti
memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang
lebih baik dibandingkan dengan keluarga dengan tingkat pendapatan rendah.
Status Gizi Orang Tua
Ayah anak laki-laki dan perempuan obesitas paling banyak berstatus gizi
lebih (48.34%) sedangkan ibu anak obesitas juga paling banyak berstatus gizi
lebih (56.67). Tidak ada perbedaan yang nyata (p>0.05) diantara status gizi Ayah
dari anak laki-laki dan perempuan obesitas. Hal yang sama juga ditemukan pada
Ibu anak laki-laki dan perempuan yang tidak terdapat perbedaan yang nyata status
gizinya. Sebaran contoh status gizi orang tua contoh dapat dilihat pada Tabel 10.
Tidak ada hubungan yang nyata (p>0.05) antara status gizi Ayah dengan
status gizi anak laki-laki dan perempuan obesitas. Sama dengan status gizi Ibu
yang tidak memiliki hubungan yang nyata dengan anak laki-laki dan perempuan
obesitas. Hal yang sama juga diperoleh dari uji hubungan antara status gizi orang
tua dengan status gizi anak laki-laki dan perempuan obesitas yang tidak memiliki
hubungan nyata (p>0.05). Hasil penelitian Sartika (2011) menunjukkan bahwa
riwayat obese ayah memberikan hubungan terhadap peluang obese pada anak.
Penelitian Haines et al. (2007) juga menunjukkan kelebihan berat badan pada
orangtua memiliki hubungan positif dengan kelebihan berat badan anak.

25

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan status gizi orang tua
Status Gizi

Laki-laki
n
%

Perempuan
n
%

Total
n

%

Ayah
Underweight
Normal
Overweight
Obesitas
Jumlah

2
19
7
14
42

4.76
45.24
16.67
33.33
100
p= 0.654

1
9
6
2
18

5.56
50.00
33.33
11.11
100

3
28
13
16
60

5.00
46.67
21.67
26.67
100

Ibu
Underweight
Normal
Overweight
Obesitas
Total

0
18
13
11
60

0.00
42.86
30.95
26.19
100.00
p= 0.425

0
8
3
7
60

0.00
44.44
16.67
38.89
100.00

0
26
16
18
60

0.00
43.33
26.67
30.00
100

Salah satu faktor predisposisi terjadinya obesitas pada anak-anak adalah
adanya faktor herediter dari keluarganya. Apabila ayah atau ibu gemuk, maka
kemungkinan anak menjadi gemuk 41-50%. Apabila kedua orang tua gemuk
maka kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 66-80% (Yueniwati dan
Rahmawati 2002).
Kebiasaan Makan
Frekuensi Makan Anak
Kebiasaan makan anak merupakan perilaku makan anak setiap harinya,
baik di rumah maupun di luar rumah seperti di sekolah. Frekuensi makan anak
dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Frekuensi makan dalam sehari
Frekuensi makan sehari
1
2
3
4
Total

Laki-laki
n
%
0
0.00
1
2.38
36
85.71
5
11.90
42
100.00
p= 0.105

Perempuan
n
%
0
0.00
1
5.56
17
94.44
0
0.00
18
100.00

Total
n
0
2
53
5
60

%
0.00
3.33
88.33
8.33
100.00

Sebagian besar anak laki-laki dan perempuan obesitas biasa makan 3 kali
sehari dengan masing-masing persentase 85.71% dan 94.44%. Khomsan (2006)
menyatakan bahwa frekuensi makan sebaiknya adalah 3 kali sehari untuk
menghindari kekosongan lambung. Berdasarkan hasil uji beda (Mann Whitney)
antara anak laki-laki dan perempuan obesitas tidak memiliki perbedaan yang
nyata (p>0.05) dengan frekuensi makannya. Hal ini disebabkan karena frekuensi
makan anak laki-laki maupun perempuan yang obesitas sama yakni lebih dari
85% makan sebanyak tiga kali sehari.
Frekuensi makan anak yang 3 kali sehari juga ditemukan pada penelitian
Suryalamsah (2009) di sekolah dasar Bogor, dimana sebagian besar anak gemuk

26

terbiasa makan 3 kali sehari. Menurut Purwati et al. (2005) dalam Suryaalamsah
(2009), untuk menghindari kegemukan maka biasakan makan secara teratur dan
hanya pada waktu tertentu saja, yakni 3 kali sehari. Jika diantara dua waktu
makan merasa lapar, makanan rendah kalori tetapi mengenyangkan seperti buahbuahan dapat dikonsumsi.
Kebiasaan Sarapan
Sarapan merupakan suatu kegiatan makan pada pagi hari, biasanya waktu
untuk sarapan pada pukul 06.00-08.00. Kegiatan ini sangat penting dilakukan
pada pagi hari karena akan menunjang produktivitas dan konsentrasi belajar anak
(Khomsan 2006).Selain itu, sarapan akan mencegah terjadinya obesitas pada anak.
Tabel 12 di bawah ini menampilkan jumlah siswa yang sarapan dan tidak sarapan.
Tabel 12 Kebiasaan sarapan
Kebiasaan sarapan
Laki-laki
Perempuan
Total
n
%
n
%
n
%
Tidak sarapan
2
4.76
1
5.56
14
23.33
Nasi,sayur,lauk
1
2.38
4
22.22
5
8.33
Nasi,lauk
11
26.19
7
38.89
18
30.00
Roti dan susu
10
23.81
3
16.67
13
21.67
Nasi goreng
2
4.76
1
5.56
3
5.00
Nasi uduk
0
0.00
1
5.56
1
1.67
Mie
2
4.76
0
0.00
2
3.33
Kue
1
2.38
0
0.00
1
1.67
Sereal dan susu
1
2.38
0
0.00
1
1.67
Bubur ayam
2
4.76
0
0.00
2
3.33
Total
42
100.00
18
100.00
60
100.00
p=0.961
Jenis makanan yang biasa dikonsumsi contoh saat sarapan adalah nasi,
sayur bayam, telur goreng, nugget,nasi uduk, mie, kue, sereal, bubur ayam dan
susu. Sebagian besar anak laki-laki maupun perempuan obesitas melakukan
kegiatan sarapan (76.67%) sedangkan anak laki-laki dan perempuan obesitas yang
tidak sarapan sebesar 23.33%. Jenis sarapan yang biasa mereka konsumsi berupa
pangan sumber karbohidrat (nasi, roti, mie, bubur) dengan pangan sumber protein
saja (chicken nugget dan telur ayam goreng) tanpa ada sayur dan buah. Menurut
Khomsan (2006), sarapan hendaknya memenuhi minimal empat pangan sumber
zat gizi (karbohidrat, lemak, protein dan vitamin) dengan kuantitas dan kualitas
yang cukup. Ada sebanyak 9.33% anak laki-laki dan perempuan yang memenuhi
kriteria tersebut, namun buah masih jarang dikonsumsi oleh anak. Umumnya
menu sarapan yang diberikan kepada anak merupakan makanan praktis, mudah
dan cepat dalam penyajiannya. Jenis chicken nugget yang biasa dikonsumsi anak
pagi hari berupa panganan kemasan yang dibeli orang tua dalam keadaan mentah
kemudian dimasak di rumah.
Hasil penelitian Suryaalamsah (2009) menunjukkan hal yang sama, bahwa
sebagian besar anak gemuk melakukan kegiatan sarapan sebelum mereka
berangkat sekolah. Sebagian besar anak laki-laki maupun perempuan yang
obesitas memilih sarapan dengan nasi dan lauk (telur goreng/nugget) saja.
Berdasarkan hasil uji beda (Mann Whitney) tidak terdapat perbedaan yang nyata

27

(p>0,05) antara jenis sarapan yang dikonsumsi anak laki-laki maupun perempuan
obesitas. Hasil uji Spearman juga tidak menunjukkan adanya hubungan antara
kebiasaan sarapan dengan jenis kelamin maupun dengan status gizi anak yang
obesitas (p>0.05). Tidak adanya hubungan dan perbedaan antara kedua jenis
kelamin disebabkan karena sebagian besar contoh memiliki kebiasaan sarapan dan
menu yang hampir sama.
Kebiasaan Mengemil
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak laki-laki mapun
perempuan yang obesitas memiliki kebiasaan mengemil, dimana persentase
mengemil di sekolah lebih besar dibandingkan dengan di rumah dengan total
persentasenya. Tabel 13 berikut berisi informasi mengenai waktu anak laki-laki
dan perempuan mengemil.
Waktu mengemil
Menonton tv
Belajar dirumah
Saat santai
Jalan-jalan di luar
Total

Tabel 13 Waktu saat mengemil
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
19
45.24
8
44.44
2
4.76
4
22.22
20
47.62
5
27.78
1
2.38
1
5.56
42
100.00
18
100.00

Total
n
27
6
25
2
60

%
45.00
10.00
41.67
3.33
100.00

Anak laki-laki obesitas terbiasa mengemil ketika santai dirumah dengan
persentase sebesar 47.62%, sedangkan anak perempuan obesitas lebih sering
mengemil saat menonton televisi dengan persentase 44.44%. Tidak terdapat
perbedaan (p>0,05) antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang obesitas
terhadap waktu mengemil. Selain waktu mengemil kebiasan makan anak juga bisa
dilihat dari jenis camilan yang biasa dikonsumsi. Jenis camilan yang biasa
dikonsumsi anak laki-laki maupun perempuan yang obesitas adalah nasi goreng,
siomay, kentang goreng, pastel, mie goreng, mie ayam, jamur crispy, batagor,
chiki, nasi kuning, kacang, permen, gorengan, nugget, roti dan sebagainya.
Gambar 2 di bawah ini menampilkan jenis makanan yang dikonsumsi untuk
camilan di sekolah dan di rumah.

nasi goreng
siomay
kentang goreng
pastel
mie goreng
mie ayam
jamur crispy
batagor
chiki
nasi kuning
kacang
permen
gorengan
nugget
roti
fried chichken
pop ice
soda
teh manis
es krim
biskuit
Es jeruk kemasan
otak otak
susu
ketoprak
soto ayam
kue
Lain-lain

30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%

Sekolah

Rumah

Gambar 2 Jenis makanan yang dikonsumsi untuk camilan di sekolah

28

Pengambilan data jenis camilan yang biasa dikonsumsi anak laki-laki dan
perempuan obesitas terdiri dari tiga jenis camilan. Jenis camilan yang paling
banyak dikonsumsi anak laki-laki obesitas adalah gorengan (9.62%), sedangkan
anak perempuan lebih banyak mengkonsumsi siomay (14.29%) sebagai camilan
di sekolah. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antara jenis kelamin
dengan jenis camilan yang biasa dikonsumsi di sekolah. Selain di sekolah anak
obesitas juga biasa