Pengaruh Penambahan Minyak Ikan pada Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Komposisi Asam Lemak Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844)

PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK IKAN PADA PAKAN
TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN DAN KOMPOSISI
ASAM LEMAK IKAN SIDAT (Anguilla bicolor bicolor
McClelland, 1844)

RETNO CAHYA MUKTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Penambahan Minyak
Ikan pada Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Komposisi Asam Lemak Ikan
Sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844) adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014

Retno Cahya Mukti
C151120161

RINGKASAN
RETNO CAHYA MUKTI. Pengaruh Penambahan Minyak Ikan pada Pakan
terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Komposisi Asam Lemak Ikan Sidat (Anguilla
bicolor bicolor McClelland, 1844). Dibimbing oleh NUR BAMBANG PRIYO
UTOMO dan RIDWAN AFFANDI.
Ikan sidat (Anguilla sp.) merupakan komoditas ekspor dari sektor
perikanan. Ikan sidat memiliki kandungan gizi tinggi diantaranya kandungan EPA
dan DHA. Permasalahan utama pada budidaya ikan sidat adalah pertumbuhan
lambat dan konversi pakan yang tinggi. Aspek pakan merupakan aspek utama
yang paling mempengaruhi kinerja pertumbuhan. Keterbatasan pakan khusus ikan
sidat di Indonesia menyebabkan para pembudidaya menggunakan alternatif pakan
ikan lain yang mengandung protein sesuai dengan kebutuhan ikan sidat dengan

penambahan beberapa bahan yang bertujuan untuk melengkapi kebutuhan nutrisi
ikan sidat. Salah satu bahan yang ditambahkan yaitu minyak ikan sebagai salah
satu sumber lemak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar penambahan
minyak ikan terhadap kinerja pertumbuhan dan komposisi asam lemak ikan sidat
Anguilla bicolor bicolor.
Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap terdiri atas empat
perlakuan penambahan kadar minyak ikan pada pakan buatan yaitu 0%, 5%, 10%,
dan 15% masing-masing perlakuan memakai 3 ulangan. Pakan buatan yang
digunakan adalah pakan ikan kerapu dengan kandungan protein dan lemak sebesar
43% dan 9%. Pakan buatan yang telah ditepungkan kemudian ditambahkan
minyak ikan dengan kadar tertentu sehingga kandungan dalam pakan sesuai
perlakuan. Ikan sidat dengan bobot 9,9±0,05 g dipelihara dalam akuarium dengan
volume 120 L dengan padat tebar 1 g/L (15 ekor/akuarium) selama 40 hari. Ikan
diberikan pakan perlakuan sebanyak 4 kali sehari pada pukul 06.00, 11.00, 16.00
dan 21.00 sebesar 3% bobot biomassa. Setiap pagi dan sore hari dilakukan
pengukuran suhu dan pH air, serta pergantian air sebanyak 20% dari volume
media pemeliharaan. Parameter yang diuji adalah spesific growth rate, efisiensi
pakan, retensi protein, retensi lemak, retensi energi, indeks hepatosomatik (HSI),
tingkat kelangsungan hidup serta komposisi asam lemak tubuh akhir ikan sidat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak ikan dalam

pakan memberikan pengaruh yang berbeda (p0,05) yaitu sebesar 100%. Pada komposisi
asam lemak dihasilkan total komposisi asam lemak tidak jenuh (30,91%-40,95%),
asam lemak n-3 (6,10%-8,19%), dan asam lemak n-6 (6,18%-8,19%)
Kesimpulannya, penambahan minyak ikan dalam pakan ikan sidat Anguilla
bicolor bicolor dapat dilakukan sampai dengan 5% (kadar lemak pakan 13%).
Kata kunci: Anguilla bicolor bicolor, minyak ikan, kinerja pertumbuhan dan
komposisi asam lemak tubuh

SUMMARY
RETNO CAHYA MUKTI. Effect of Fish Oil Addition in the Diet on the Growth
Performance and Fatty Acid Composition of Freshwater Eel (Anguilla bicolor
bicolor McClelland, 1844). Supervised by NUR BAMBANG PRIYO UTOMO
and RIDWAN AFFANDI.
Freshwater eel (Anguilla sp.) is an export commodity from the fisheries.
Freshwater eel has a high nutrient content including EPA and DHA. The main
problem in eel farming is slow growth and high feed conversion. Feed is a major
aspect that most affect growth performance. Limitations of special feed eel in
Indonesia, make farmers to the use of other alternative fish feed containing protein
in accordance with the requirements eel with the addition of a few ingredients that
aim to complement the nutritional needs of eels. One of the ingredients are added

to the fish oil as a source of fat. This study aimed to determine the levels of
addition of fish oil on growth performance and fatty acid composition of eel
Anguilla bicolor bicolor.
Experiment using a completely randomized design consisting of four
treatments the addition of fish oil levels on commercial feed at 0%, 5%, 10%, and
15%, respectively with 3 replications. Commercial feed that has been crushed and
then added fish oil with a certain level so that the content in the feed according to
treatment. Commercial feed used is grouper feed with protein content by 43% and
fat content by 9%. Initial weighs is 9,9±0,05 g maintained in an aquarium with a
volume of 120 L with a stocking density of 1g/L (15 fish/aquarium) for 40 days.
Fish feed treatment given 4 times a day at 06:00, 11:00, 16:00 and 21:00 at 3%
weight biomass. Every morning and evening measurements of water temperature
and pH, as well as the water changes as much as 20% of the water volume. The
parameters are tested are spesific growth rate, feed efficiency, protein retention,
lipid retention, energy retention, hepatosomatic index (HSI), survival rate, and the
fatty acid composition of the eel’s body.
The results showed that the addition of fish oil in the diet have different
effects (p0.05) amounting to 100%. In
the fatty acid composition is produced total of unsaturated fatty acid composition
(30.91%-40.95%), n-3 fatty acids (6.10% -8.19%), and n-6 fatty acids (6.18%8.19%). In conclusion, the addition of fish oil in the diet of freshwater eel

Anguilla bicolor bicolor can be done up to 5% (13% fat content of diet).

Key words: Anguilla bicolor bicolor, fish oil, growth performance and body
composition of fatty acids

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

v

PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK IKAN PADA PAKAN
TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN DAN KOMPOSISI
ASAM LEMAK IKAN SIDAT (Anguilla bicolor bicolor

McClelland, 1844)

RETNO CAHYA MUKTI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

vi

Penguji luar komisi pada ujian tesis : Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi, MSi

v

Judul Tesis :aPengaruh Penambahan Minyak Ikan pada Pakan terhadap Kinerja
Pertumbuhan dan Komposisi Asam Lemak Ikan Sidat (Anguilla
bicolor bicolor McClelland, 1844)
Nama
: Retno Cahya Mukti
NIM
: C151120161

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo, MSi
Ketua

Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Akuakultur

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Widanarni, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 25 Agustus 2014

Tanggal Lulus:

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah
nutrisi pakan ikan, dengan judul Pengaruh Penambahan Minyak Ikan pada Pakan
terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Komposisi Asam Lemak Ikan Sidat (Anguilla

bicolor bicolor McClelland, 1844).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Nur Bambang Priyo
Utomo, MSi dan Bapak Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA selaku pembimbing
yang telah memberikan pengarahan dan motivasi selama penelitian dan
penyusunan tesis, ibu Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi, MSi selaku dosen
penguji dan ibu Dr Ir Widanarni, MSi selaku kepala Program Studi Ilmu
Akuakultur. Penghargaan penulis ditujukan kepada kepada DIKTI atas dana
bantuan pendidikan yang diberikan kepada penulis, CV Mitra Bina Usaha yang
telah memberikan izin pelaksanaan penelitian.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda Kaminudin, SE,
ibunda Siti Noor Jannah, SPd, adik Zulhijariyanto dan Ridha Auliya serta seluruh
keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya, kepada teman-teman SQUAD,
Ilmu Akuakultur 2012, Bogor Science Club (BSC) dan Himmpunan Mahasiswa
Muslim Pascasarjana (HIMMPAS) IPB, Eko Harianto, Sufal Diansyah, Amalia
Safitri, Cyntia Agustin, Elvani Nur Ilmiah, Sahesti Fitria atas kerja samanya
beserta seluruh staf Laboratorium Nutrisi Pakan Ikan, yang telah membantu
selama penelitian ini berjalan atas semua dukungan yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

Retno Cahya Mukti

v

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI

v

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
1
2
3

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Rancangan Penelitian
Prosedur Penelitian
Ikan Uji
Persiapan Wadah dan Media
Pakan Uji
Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data
Analisis Kimia
Parameter Pengamatan
Analisis Statistika

3
3
4
4
4
4
5
5
6
6
8

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan

8
8
11

5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

14
14
14

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

27

vi

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Hasil proksimat pakan (% bobot kering) ............................................................. 5
2. Spesific growth rate (SGR), efisiensi pakan (EP), retensi protein (RP),
retensi lemak (RL), retensi energi (RE), hepatosomatik indeks (HSI), dan
tingkat kelangsungan hidup (TKH) ikan sidat selama percobaan ...................... 9
3. Hasil analisis proksimat tubuh ikan sidat (% bobot kering) ................................ 9
4. Komposisi asam lemak tubuh ikan sidat pada akhir percobaan (%) ................. 10

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Bobot rata-rata individu ikan sidat selama percobaan. ................................. 8

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Prosedur Analisis Proksimat (Takeuchi 1988) ............................................. 18
2. Prosedur pengukuran asam lemak (AACC 1983)......................................... 20
3. Data bobot biomassa ikan sidat pada awal dan akhir percobaan .................. 21
4. Komposisi asam lemak minyak ikan ............................................................ 22
5. Spesific growth rate (SGR), efisiensi pakan (EP), retensi protein (RP),
retensi lemak (RL), retensi energi (RE), HSI ............................................. 22
6. Analisis statistika .......................................................................................... 24
7. Data perameter fisika kimia air ..................................................................... 25

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan sidat (Anguilla sp.) merupakan komoditas ekspor dari sektor
perikanan yang memiliki kandungan gizi tinggi. Suitha (2008) menyatakan bahwa
dalam 100 gram daging ikan sidat mengandung vitamin A, asam lemak
eikosapentanoat (EPA) dan dikosaheksanoat (DHA) masing-masing sebesar 4700
IU, 1337 mg dan 742 mg. Harga ikan sidat konsumsi mencapai Rp 100.000,00 Rp 125.000,00/kg (KKP 2013). Menurut Affandi (2005), Indonesia memiliki
sumber daya ikan sidat yang cukup melimpah baik dalam ukuran benih maupun
ukuran konsumsi yang tersebar di wilayah yang berbatasan dengan laut dalam.
Sutrisno (2008) menambahkan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar
untuk pengembangan budidaya ikan sidat karena memiliki ketersediaan benih di
alam, kondisi geografis, serta iklim yang sesuai dengan habitat aslinya. Akan
tetapi potensi benih alam ikan sidat ini belum banyak dimanfaatkan secara optimal
untuk dibudidayakan.
Budidaya ikan sidat di Indonesia sudah dilakukan, akan tetapi produksinya
masih rendah dibandingkan dengan jenis ikan lainnya. Permasalahan utama pada
budidaya ikan sidat adalah pertumbuhan lambat dan konversi pakan yang tinggi.
Yudiarto et al. (2012) menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan ikan sidat
ukuran 10-20 g untuk mencapai ukuran konsumsi yaitu sekitar 120 g/ekor adalah
8-9 bulan. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi ikan sidat yang
dibudidayakan adalah dengan mempercepat pertumbuhannya melalui pemberian
pakan buatan. Indonesia belum memproduksi pakan buatan khusus untuk ikan
sidat. Pakan buatan untuk ikan sidat baru diproduksi di luar negeri. Oleh karena
itu, banyak pembudidaya ikan sidat di Indonesia menggunakan pakan dengan
kadar protein tinggi yang diperuntukan untuk ikan lain, seperti ikan kerapu, ikan
kakap, serta udang. Akan tetapi kandungan nutrien pada pakan tersebut belum
semua memenuhi nutrien yang dibututuhkan ikan sidat. Salah satunya adalah
kandungan lemak yang belum mencukupi kebutuhan lemak ikan sidat.
Lemak merupakan komponen nutrien penyusun tubuh yang juga
digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai aktivitas. Lemak berfungsi untuk
memelihara struktur dan fungsi membran, membantu dalam penyerapan vitamin
yang larut dalam lemak dan untuk mempertahankan daya apung tubuh. Lemak
mengandung energi 8-9 kkal/g (NRC 1993). Lemak dapat menyediakan energi
untuk katabolisme, sehingga sebagian besar protein dapat dimanfaatkan untuk
mendukung pertumbuhan. Lemak juga merupakan sumber asam lemak esensial
(essential fatty acid = EFA) yang mempengaruhi pertumbuhan ikan. Ikan tidak
mampu mensintesis asam lemak esensial di dalam tubuhnya, sehingga asam
lemak esensial ini harus diperoleh dari pakan.
Salah satu bahan yang digunakan sebagai sumber lemak adalah minyak
ikan. Minyak ikan mengandung sekitar 25% asam lemak jenuh dan 75% asam
lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh berupa asam lemak kelompok highly
unsaturated fatty acids (HUFA) dan poly unsaturated fatty acids (PUFA). Asam
lemak tak jenuh kelompok PUFA yang banyak terdapat pada minyak ikan adalah
asam lemak omega-3, terutama EPA (C20:5n-3) dan DHA (C22:6n-3) (Hepher

2
1990). Asam lemak tersebut memiliki peranan penting dalam metabolisme,
komponen membran, senyawa awal prostaglandin, tromboksan, prostasiklin dan
leukotrin (Bhagavan 1992). Selain itu, minyak ikan juga mengandung vitamin A
dan D, dua jenis vitamin ini larut dalam lemak dalam jumlah tinggi. Kadar
vitamin A dalam minyak ikan berkisar antara 1.000-1.000.000 IU/g sementara
vitamin D sekitar 50-30.000 IU/g.
Beberapa informasi kebutuhan nutrien pada beberapa jenis ikan sidat yang
telah dilaporkan antara lain kebutuhan lemak ikan sidat Jepang Anguilla japonica
sebesar 4-10% (Arai et al. 1971), pengaruh asam lemak esensial terhadap
metabolisme ikan A. japonica (Takeuchi et al. 1980), ikan sidat Eropa Anguilla
anguilla (Pacolet et al. 1991) serta ikan sidat Amerika Anguilla rostrata
(Gallagher et al. 1984). Informasi tentang pengaruh lemak terhadap kadar lemak
tubuh dan kinerja pertumbuhan juga sudah dilaporkan oleh Watanabe (1980)
bahwa kadar lemak 16% dapat mengurangi penggunaan protein dari 52% menjadi
41% pada ikan A. japonica. Degani et al. (1986) melaporkan bahwa ikan A.
anguilla ukuran glass eel (0,3 g), mencapai tingkat pertumbuhan terbaik pada
kadar lemak sebesar 20% dan menghasilkan kadar lemak tubuh paling tinggi dan
Tibbets et al. (2000) melaporkan bahwa kadar lemak sebesar 16% dapat
mengurangi penggunaan protein dari 51% menjadi 48% pada ikan A. rostrata
ukuran 8 g dan menghasilkan kinerja pertumbuhan yang terbaik. Agradi et al.
(1995) menyatakan bahwa ikan A. anguilla yang ditambahkan minyak ikan
sebesar 15% menghasilkan komposisi asam lemak tak jenuh lebih tinggi
dibandingkan ikan sidat yang diberikan pakan dengan penambahan minyak
kelapa.
Informasi kebutuhan nutrien pada ikan sidat Anguilla bicolor bicolor
masih sangat terbatas. Kamil (2000) melaporkan bahwa ikan A. bicolor bicolor
ukuran 1,45 g membutuhkan asam lemak n-6 sebesar 0,8-1,2% pada kadar lemak
pakan sebesar 7%. Mahi (2000) menambahkan bahwa ikan A. bicolor bicolor
ukuran 0,45 g mencapai pertumbuhan optimal pada kadar protein 50% dan rasio
energi protein sebesar 8,0 kkal DE/kg. Dari pemahaman tentang pentingnya
peranan lemak terhadap pertumbuhan ikan sidat dan masih terbatasnya informasi
tentang kebutuhan nutrien ikan A. bicolor bicolor, maka perlu dilakukan
penelitian. Dari penelitian tersebut diharapkan diperoleh informasi tentang kadar
lemak yang tepat dalam pakan dengan cara menambahkan minyak ikan dalam
rangka meningkatkan kinerja pertumbuhan dan komposisi asam lemak tubuh ikan
sidat Anguilla bicolor bicolor.
Perumusan Masalah
Salah satu permasalahan dalam budidaya ikan sidat adalah masa
pemeliharaan ikan yang lama yaitu untuk menghasilkan ikan sidat ukuran
konsumsi 120 g/ekor membutuhkan waktu pemeliharaan selama 8-9 bulan dari
ukuran benih 10-20 g. Selain itu, penggunaan pakan berkualitas dan lingkungan
pemeliharaan yang sesuai juga dapat mempengaruhi budidaya ikan sidat. Pakan
khusus ikan sidat sudah diproduksi di luar negeri untuk berbagai stadia serta
ukuran, namun di Indonesia belum terdapat pabrik pakan yang memproduksinya.

3
Kalaupun ada di Indonesia, pakan tersebut memiliki harga yang cukup tinggi.
Oleh karena itu, pembudidaya menggunakan alternatif pakan komersil berprotein
tinggi yang diperuntukan bagi ikan lain seperti pakan komersil untuk ikan laut
(ikan kerapu atau ikan kakap). Kandungan protein pakan kerapu sesuai dengan
kebutuhan protein ikan sidat akan tetapi kandungan lemaknya belum mencukupi
kebutuhan lemak ikan sidat. Oleh karena perlu dilakukan penambahan kadar
lemak pakan menggunakan sumber lemak yang mengandung asam lemak
esesnsial yang diperlukan oleh ikan sidat. Sumber lemak yang biasa digunakan
adalah minyak ikan. Beberapa nutrisi yang terkandung dalam minyak ikan antara
lain EPA dan DHA akan mempengaruhi jumlah pakan yang dimakan oleh ikan,
komposisi asam lemak tubuh ikan, serta meningkatkan kandungan protein dan
lemak yang dapat disimpan oleh tubuh sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan. Dengan demikian, perlu dilakukan uji pada berbagai tingkat
penambahan kadar minyak ikan dalam pakan guna meningkatkan kadar lemak
pakan. Selanjutnya juga perlu dilihat respon ikan sidat terhadap pertumbuhan,
sintasan dan efisiensi pakan. Informasi yang dihasilkan ini diharapkan ikut
berperan dalam peningkatan produksi dan efisiensi produksi ikan sidat.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar penambahan minyak
ikan yang tepat pada pakan yang dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan dan
komposisi asam lemak tubuh ikan sidat Anguilla bicolor bicolor.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan pada budidaya ikan
sidat untuk meningkatkan pertumbuhan dan komposisi asam lemak tubuh ikan
sidat Anguilla bicolor bicolor.

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2013 sampai Februari 2014.
Pemeliharaan ikan dilakukan di Farm CV Mitra Bina Usaha, Cibanteng, Bogor.
Analisis proksimat bahan pakan, pakan, dan ikan dilakukan di Laboratorium
Nutrisi Ikan sedangkan pembuatan pakan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan.
Analisis fisika kimia perairan dilakukan di Laboratorium Lingkungan,
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

4
Pertanian Bogor. Sedangkan analisis asam lemak pakan serta ikan dilakukan di
Laboratorium Kimia Terpadu, Institut Pertanian Bogor.

Rancangan Penelitian
Penelitian ini terdiri atas empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan
yang dilakukan adalah penambahan kadar minyak ikan yang berbeda dalam pakan
buatan, yaitu:
1. Perlakuan A : Tanpa penambahan minyak ikan
2. Perlakuan B : Penambahan minyak ikan 5%
3. Perlakuan C : Penambahan minyak ikan 10%
4. Perlakuan D : Penambahan minyak ikan 15%
Prosedur Penelitian
Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan adalah ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan
bobot rata-rata ikan awal 9,9±0,05 g/ekor. Ikan ini berasal dari hasil budidaya CV.
Mitra Bina Usaha, Cimanggu, Bogor.
Persiapan Wadah dan Media
Wadah yang digunakan berupa akuarium berukuran 90x50x40 cm3
sebanyak 12 buah. Akuarium terdiri atas dua bagian yang dipisahkan dengan sekat
untuk sistem resirkulasi. Sekat ini berfungsi untuk memisahkan bagian filter dan
bagian untuk pemeliharaan. Bagian untuk filter berukuran 10x50x40 cm3 dan
bagian untuk pemeliharaan adalah 80x50x30 cm3. Volume air yang digunakan
untuk pemeliharaan sebesar 120 L. Tahapan persiapan wadah penelitian meliputi
pembuatan konstruksi sistem resirkulasi, pembersihan wadah, penempatan wadah,
pengisian wadah, dan stabilisasi air.
Pada sistem resirkulasi digunakan filter yang terdiri atas komponen filter
fisik, kimia, dan biologi. Bahan filter yang digunakan terdiri dari kapas sintetis,
karbon aktif, zeolit, karang jahe dan bioball. Air dari akuarium pemeliharaan
masuk ke dalam filter melalui pipa serapan yang dialirkan secara gravitasi. Air
yang keluar tersebut memasuki media filter secara berurutan, yaitu kapas, karbon
aktif, zeolit, karang jahe dan bioball. Air yang telah melewati filter akan mengalir
ke dalam sekat penampungan air. Selanjutnya, air tersebut dipompa ke dalam
akuarium pemeliharaan melalui pipa inlet.
Sebelum digunakan, akuarium pemeliharaan dicuci, dibilas dan
dikeringkan. Akuarium ditempatkan di dalam ruangan bercahaya redup sesuai
dengan sifat ikan sidat yang beraktivitas mencari makan pada malam hari
(nokturnal). Akuarium yang telah siap digunakan kemudian diisi air sampai
ketinggian 30 cm sehingga volume air media pemeliharaan 120 liter. Air yang
digunakan berasal dari air sumur yang diendapkan terlebih dahulu dalam tandon
yang dilengkapi dengan sistem aerasi. Suhu air dalam wadah pemeliharaan
berkisar 28-30 oC. Air dalam akuarium terlebih dahulu diendapkan selama tiga

5
hari dengan kondisi resirkulasi aktif. Kemudian ditambahkan garam sebanyak 360
g kedalam 120 liter air untuk mendapatkan salinitas air 3 ppt. Masing-masing
akuarium dilengkapi dengan shalter yang terbuat dari rafia sebagai tempat
persembunyian dan berkumpulnya ikan.

Pakan Uji
Pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah pakan buatan untuk ikan
kerapu dengan kandungan protein 43% dan lemak 9%. Pakan komersil digrinding
(ditepungkan) menggunakan mesin penepung. Setelah ditepungkan, pakan
kemudian ditambahkan minyak ikan dengan kadar tertentu sehingga kandungan
dalam pakan sesuai perlakuan. Pada perlakuan A (kontrol) dirancang sebagai
pakan kontrol yaitu tidak ditambahkan minyak ikan, perlakuan B, C dan D pakan
dirancang dengan ditambahkan minyak ikan masing-masing sebesar 5%, 10%,
dan 15%. Pakan dianalisa proksimat sesudah ditambahkan minyak ikan. Hasil
analisa proksimat pakan ditampilkan dalam Tabel 1. Pakan disimpan dalam wadah
tertutup untuk mencegah terjadinya oksidasi.
Tabel 1 Hasil analisis proksimat pakan (% bobot kering)(1)
Perlakuan penambahan minyak ikan (%)
Analisis proksimat
A (0)
B (5)
C (10)
D (15)
Protein (%)
43,56
43,26
43,25
43,50
Lemak (%)
9,29
13,38
18,91
23,58
Abu (%)
17,71
14,37
13,79
13,36
Serat kasar (%)
1,66
1,63
1,03
1,71
(2)
BETN (%)
27,79
26,37
23,01
18,51
(3)
GE (kkal/kg)
4451,39
4802,04
5143,55
5368,11
(4)
C/P
10,22
11,10
11,89
12,34
Keterangan : (1) kadar air ; A (3,41%), B (3,14%), C (2,95%), D (2,58%)
(2) BETN : bahan ekstrak tanpa nitrogen
(3) GE : Gross energy 1 g protein = 5,6 kkal GE, 1 g lemak= 9,4 kkal GE, 1 g
BETN= 4,1 kkal GE (NRC 1993)
(4) C/P = energi protein rasio

Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data
Sebelum diberi pakan perlakuan, ikan sidat diadaptasikan terlebih dahulu
dengan pakan komersil selama 7 hari. Setelah masa adaptasi ini berakhir, ikan
dipuasakan selama 24 jam untuk menghilangkan sisa pakan dalam saluran
pencernaan ikan, kemudian ikan ditimbang dalam bobot kering tubuhnya
selanjutnya dimasukkan ke dalam akuarium dengan padat tebar sebanyak 15
ekor/akuarium (1 g/L). Perlakuan ditempatkan secara acak mengikuti kaidah
statistika. Kemudian ikan diberikan pakan perlakuan. Frekuensi pemberian pakan
adalah 4 kali sehari pada pukul 06.00, 11.00, 16.00 dan 21.00 sebesar 3% bobot
biomassa. Pergantian air dilakukan setiap dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari
masing-masing sebanyak 20% dari volume media pemeliharaan.

6
Pemeliharaan ikan sidat dilakukan selama 40 hari. Sampling dilakukan
setiap 10 hari sekali untuk mengukur pertumbuhan bobot, jumlah ikan hidup dan
penyesuaian terhadap jumlah pakan yang diberikan. Pengukuran parameter fisika
kimia air berupa suhu dan pH dilakukan setiap pagi dan sore hari, sedangkan
pengukuran dissolved oxygen (DO), total amonia nitrogen (TAN), dan alkalinitas
dilakukan pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan. Untuk analisis proksimat
tubuh ikan, indeks hepatosomatik (HSI) dan kompsosisi asam lemak tubuh ikan,
dilakukan pengambilan sample ikan sebanyak 3 ekor di awal dan akhir penelitian.

Analisis Kimia
Analisis proksimat yang dilakukan meliputi analisis proksimat bahan
pakan, pakan uji, tubuh ikan awal dan akhir percobaan, serta analisis beberapa
parameter fisika kimia air. Analisis proksimat bahan pakan, pakan uji, dan tubuh
ikan terdiri dari pengukuran protein, lemak, kadar abu, kadar air, BETN serta serat
kasar. Analisis proksimat ini dilakukan dengan metode AOAC (1984) dalam
Takeuchi (1988). Analisis asam lemak pakan dilakukan pada akhir percobaan.
Analisis asam lemak dilakukan menggunakan metode Gas Chromatography (GC)
(AACC 1983). Prosedur analisis proksimat dan asam lemak dapat dilihat pada
Lampiran 1 dan 2. Pengukuran parameter fisika kimia air yang diukur seperti DO,
TAN, dan alkalinitas dilakukan pada awal, tengah dan akhir percobaan.
Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati selama penelitian meliputi spesific growth rate
(SGR), efisiensi pakan, retensi protein, retensi lemak, retensi energi, HSI, tingkat
kelangsungan hidup, serta komposisi asam lemak tubuh ikan.
Spesific Growth Rate (SGR)
Spesific growth rate ikan uji dihitung dengan menggunakan persamaan
yang dikemukakan oleh Steffens (1989), yaitu:
SGR

=

ln Wt – ln W0
T

x 100

Keterangan :
SGR = Spesific growth rate (%)
Wt
= Bobot rata-rata individu pada akhir pemeliharaan (g)
W0
= Bobot rata-rata individu pada awal pemeliharaan (g)
t
= Lama waktu pemeliharaan (hari)
Efisiensi Pakan (EP)
Efisiensi pakan dihitung menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh
Steffens (1989), yaitu:
(Wt + Wd) – W0
EP (%)
=
x 100
F

7
Keterangan :
EP
= Efisiensi pakan (%)
F
= Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (g)
Wt
= Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (g)
W0
= Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g)
Wd
= Biomassa ikan yang mati selama pemeliharaan (g)
Retensi Protein (RP)
Retensi protein dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh
Watanabe (1988), yaitu:
(Pt – P0)
RP (%)
=
x 100
Pp
Keterangan :
RP
= Retensi protein (%)
Pt
= Jumlah protein tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g)
P0
= Jumlah protein tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g)
Pp
= Jumlah protein yang dikonsumsi ikan (g)
Retensi Lemak (RL)
Retensi lemak dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh
Watanabe (1988), yaitu:
RL (%)

=

(Lt – L0)
Lp

x 100

Keterangan :
RL
= Retensi protein (%)
Lt
= Jumlah lemak tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g)
L0
= Jumlah lemak tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g)
Lp
= Jumlah lemak yang dikonsumsi ikan (g)
Retensi Energi (RE)
Retensi energi dihitung berdasarkan persamaan:
RE (%)

=

(Et – E0)
Ep

x 100

Keterangan :
RE
= Retensi energi (%)
Et
= Jumlah energi tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g)
E0
= Jumlah energi tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g)
Ep
= Jumlah energi yang dikonsumsi ikan (g)
Indeks Hepatosomatik (HSI)
Perhitungan nilai indeks hepatosomatik (HSI) dihitung berdasarkan
persamaan Garling dan Wilson (1997):
HSI

=

Bobot organ hati (g)*
Bobot tubuh ikan uji (g)*

Keterangan: * dalam bobot basah

x 100

8
Tingkat kelangsungan hidup (TKH)
Tingkat kelangsungan hidup (TKH) diperoleh berdasarkan persamaan
yang dikemukakan oleh Steffens (1989):
TKH

Keterangan:

=

Nt

x 100
No
TKH = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt
= Jumlah individu ikan akhir (ekor)
No
= Jumlah individu ikan awal (ekor)

Analisis Statistik
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Parameter yang dievaluasi
dengan analisis statistik adalah spesific growth rate, efisiensi pakan, retensi
protein, retensi lemak, retensi energi, indeks hepatosomatik, dan tingkat
kelangsungan hidup. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap setiap
parameter yang diuji maka digunakan analisis sidik ragam/uji F menggunakan
program komputer SAS 9.1.3 pada tingkat kepercayaan 95%. Apabila
berpengaruh nyata diuji lanjut menggunakan uji Duncan (Lampiran 6). Sedangkan
parameter kadar asam lemak tubuh diamati secara deskriptif.

3

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Bobot
rata-rata individu (g)

Selama penelitian, terjadi peningkatan bobot rata-rata ikan uji pada semua
perlakuan. Bobot rata-rata individu ikan sidat pada setiap perlakuan selama
percobaan disajikan pada Gambar 1 sedangkan biomassa setiap perlakuan
disajikan pada Lampiran 3.
18
16
14
12
10
8
6
4
2

Ikan A
Ikan B
Ikan C
Ikan D
0

10

20

30

40

Hari ke-

Gambar 1 Bobot rata-rata individu ikan sidat selama percobaan

9

Pada Gambar 1, tampak bahwa bobot rata-rata individu ikan pada setiap
perlakuan mengalami peningkatan dari 9,9±0,05 g menjadi 14,1-17,0 g. Bobot
rata-rata individu tertinggi dicapai pada perlakuan B yaitu sebesar 17,0±1,2 g,
sedangkan terendah pada perlakuan D yaitu sebesar 14,1±0,5 g.
Hasil analisis ragam dari kinerja pertumbuhan berupa spesific growth rate,
efisiensi pakan, retensi protein, retensi lemak, retensi energi, HSI serta tingkat
kelangsungan hidup disajikan pada Tabel 2. Perhitungan parameter kinerja
pertumbuhan disajikan pada Lampiran 5 sedangkan analisis statistika disajikan
pada Lampiran 6.
Tabel 2 Spesific growth rate (SGR), efisiensi pakan (EP), retensi protein (RP),
retensi lemak (RL), retensi energi (RE), indeks hepatosomatik (HSI), dan tingkat
kelangsungan hidup (TKH) ikan sidat selama percobaan
Parameter
SGR (%)
EP (%)
RP (%)
RL (%)
RE (%)
HSI (%)
TKH (%)

A (0)
1,29 ± 0,27a
46,76 ± 8,58a
19,67 ± 2,19a
52,49 ± 3,51a
19,26 ± 1,32a
1,72 ± 0,21b
100 ± 0 a

Perlakuan penambahan minyak ikan (%)
B (5)
C (10)
D (15)
a
ab
1,36 ± 0,18
1,14 ± 0,14
0,88 ± 0,08b
a
ab
48,53 ± 9,01
38,21 ± 4,56
30,18 ± 4,35b
a
b
20,24 ± 2,99
15,49 ± 1,66
14,57 ± 1,5b
b
c
41,80 ± 11,02
25,19 ± 0,90
16,77 ± 0,98c
a
b
20,20 ± 4,15
13,54 ± 1,69
12,38 ± 2,15b
a
b
2,72 ± 0,26
1,87 ± 0,14
1,74 ± 0,54b
100 ± 0 a
100 ± 0 a
100 ± 0 a

Keterangan : huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
(p>0,05).

Pada Tabel 2 tampak bahwa spesific growth rate, efisiensi pakan, retensi
protein, retensi lemak, retensi energi dan indeks hepatosomatik menunjukkan
adanya perbedaan yang nyata (p0,05). Nilai kinerja pertumbuhan
cenderung turun dengan semakin banyaknya minyak ikan yang ditambahkan
hingga batas 5%. Nilai spesific growth rate dan efisiensi pakan perlakuan A, B
dan C menunjukkan hasil yang tidak berbeda dan menurun pada perlakuan D.
Pada parameter retensi protein dan retensi energi pakan A dan B menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata dan menurun pada perlakuann C dan D. Pada
retensi lemak, perlakuan A menghasilkan nilai paling tinggi sedangkan HSI pada
perlakuan B menunjukkan nilai yang paling tinggi dibandingkan perlakuan
lainnya.
Penambahan minyak ikan pada pakan dapat meningkatkan komposisi
proksimat tubuh dibandingkan pada awal percobaan. Pengaruh pakan percobaan
terhadap proksimat tubuh ikan dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3
menunjukkan bahwa hasil analisis proksimat tubuh ikan sidat tidak bebeda nyata
(p>0,05) pada semua perlakuan. Akan tetapi hasil ini cenderung menurun pada
perlakuan D. Jika dibandingkan dengan awal percobaan menunjukkan bahwa
protein dan lemak tubuh ikan lebih tinggi setelah percobaan dari awal percobaan
yaitu dari 47,62% menjadi 52,18%-53,74% untuk protein dan 27,68% menjadi
31,31%-34,07% untuk lemak.

10
Tabel 3 Hasil anaslisis proksimat tubuh ikan sidat (% bobot kering)(1)
Perlakuan penambahan minyak ikan (%)
Proksimat
Awal
A (0)
B(5)
C (10)
Protein (%)
47,62
53,56
53,01
53,74
Lemak (%)
27,68
31,31
32,16
34,07
Abu (%)
6,20
5,97
5,68
6,53
Serat kasar (%)
0,53
2,69
1,50
2,00
BETN (%)
17,97
6,48
7,64
3,67

D (15)
52,18
31,59
5,99
1,12
9,11

Keterangan: (1) Kadar air; Awal (71,46%), A (72,04%), B (71,62%), C (72,63%), D (70,70%)

Penambahan minyak ikan pada pakan dapat menghasilkan komposisi asam
lemak tubuh yang berbeda. Untuk melihat pengaruh pakan percobaan terhadap
komposisi asam lemak tubuh ikan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Komposisi asam lemak tubuh ikan sidat pada akhir percobaan (%)
Asam Lemak
12:0
14:0
16:0
18:0
16:1n
18:1n-9
18:2n-6
18:3n-3
20:1n
20:4n-6
20:5n-3
22:1n-9
22:6n-3
Total Al* jenuh
Total Al* tidak jenuh
Rasio Al* tidak jenuh/jenuh
Al* n-3
Al* n-6
Rasio Al* n3/n6

Perlakuan penambahan minyak ikan (%)
A (0)
B (5)
C (10)
D (15)
0,09
0,10
0,07
0,07
2,56
2,58
2,60
2,94
15,32
14,25
12,72
11,82
2,77
2,51
2,22
2,04
3,14
3,60
3,13
3,19
20,87
20,13
16,99
14,84
6,98
7,25
5,72
5,38
0,64
0,69
0,53
0,52
0,81
0,79
0,61
0,56
0,84
0,94
0,76
0,80
1,36
1,87
1,66
1,26
0,04
0,05
0,03
0,04
5,00
5,63
4,32
4,32
20,74
19,44
17,61
16,87
39,68
40,95
33,75
30,91
1,91
2,11
1,92
1,83
7,00
8,19
6,51
6,10
7,82
8,19
6,48
6,18
0,90
1,00
1,00
0,99

Keterangan : Al* = Asam lemak

Pada Tabel 4 terlihat bahwa penambahan minyak ikan dengan kadar yang
berbeda akan menghasilkan komposisi asam lemak tubuh ikan yang bebeda.
Terjadi penurunan komposisi total asam lemak jenuh dan tidak jenuh pada
perlakuan C dan D. Komposisi total asam lemak tidak jenuh, asam lemak n-3 dan
n-6 tertinggi terdapat pada perlakuan B.

11
Pembahasan
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa bobot rata-rata ikan pada masingmasing perlakuan mengalami pertambahan selama percobaan. Hal ini
menunjukkan bahwa pakan yang telah diberikan selama percobaan telah melebihi
kebutuhan pokok ikan itu sendiri untuk pemeliharaan tubuhnya (maintenance)
sehingga selebihnya digunakan untuk pertumbuhan. Halver dan Hardy (2002)
mengemukakan bahwa kebutuhan energi untuk maintenance harus terpenuhi
dahulu sebelum terjadinya pertumbuhan.
Ikan membutuhkan energi untuk besar dalam memproduksi sel serta
menjaga fungsi sel. Ketersediaan total energi yang tepat pada pakan menyebabkan
protein dimanfaatkan dengan efisien untuk menyusun jaringan tubuh yang baru
sehingga menghasilkan pertumbuhan yang tinggi. Berdasarkan Tabel 2, pada
perlakuan A, B dan C yang mengandung energi dan rasio energi protein masingmasing sebesar 4451,39 kkal GE/kg, 10,22; 4802,04 kkal GE/kg; 11,10 dan
5143,55 kkal GE/kg, 11,89 (Tabel 1) menghasilkan laju pertumbuhan dan
efisiensi pakan yang relatif sama dan menurun pada perlakuan D yang
mengandung energi pakan dan rasio energi protein sebesar 5368,11 kkal GE/kg,
12,34. Hal ini sesuai dengan Lovell (1989) menyatakan bahwa pakan yang
megandung energi terlalu tinggi dapat membatasi jumlah pakan yang dikonsumsi
sehingga laju pertumbuhan menurun. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
ikan A. rostrata ukuran 8 g mencapai pertumbuhan optimal jika diberi pakan
dengan kandungan energi serta rasio energi protein masing-masing sebesar 5112
kkal/kg dan 10,75 (Tibbetts et al. 2000). Mahi (2000) menambahkan bahwa ikan
A. bicolor bicolor ukuran 0,45 g mencapai pertumbuhan optimal pada kandungan
energi dan rasio energi protein masing-masing sebesar 4022,5 kkal DE/kg dan 8,0.
Lemak dapat menyediakan energi pemeliharaan metabolisme, sehingga
sebagian besar protein dapat dimanfaatkan untuk mendukung pertumbuhan. Akan
tetapi tingginya kandungan lemak akibat penambahan minyak ikan menyebabkan
aktivitas enzim lipogenik menurun sehingga menghambat sintesis asam lemak.
Hal ini menyebabkan kemampuan ikan untuk mencerna dan mengasimilasi bahan
tersebut menurun (Sargent et al. 2002). Takeuchi dan Watanabe (1979)
menambahkan bahwa tingginya kandungan lemak akan mengganggu aktivitas
enzim-enzim pada membran sel, sehingga sintesis protein dan sel juga rendah
yang akhirnya berakibat pada rendahnya laju pertumbuhan, konversi pakan
meningkat, kandungan air dalam daging semakin tinggi, menurunnya kadar
protein dan lemak tubuh serta bobot hati ikan akan relatif turun. Hal ini terlihat
pada nilai retensi lemak dan HSI yang rendah pada perlakuan C dan D.
Penambahan minyak ikan pada pakan C dan D menghasilkan kadar lemak pakan
yang tinggi yaitu sebesar 18% dan 23%. Tingginya kandungan lemak pada
perlakuan C dan D menyebabkan laju pertumbuhan, efisiensi pakan, retensi
protein dan retensi energi menurun. Tingginya nilai HSI pada perlakuan B
menunjukkan bahwa ikan sidat mampu menyerap dan memetabolisme protein,
lemak dan karbohidrat lebih optimum. Peningkatan volume hati secara langsung
akan mendukung terjadinya peningkatan pertumbuhan ikan. Hati akan mengalami
pertumbuhan yang lebih cepat untuk mendukung pertumbuhan organ lain.
Sehingga laju pertumbuhan perlakuan B lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang
lainnya. Hasil ini berbeda pada ikan A. rostrata ukuran 8 g yang dapat

12
mengurangi penggunaan protein dan menghasilkan kinerja pertumbuhan yang
baik pada lemak sebesar 16% ( Tibbets et al., 2000). Begitu juga Watanabe (1980)
menambahkan bahwa kadar lemak 16% dapat mengurangi penggunaan protein
dari 52% menjadi 41% pada ikan A. japonica dan menghasilkan pertumbuhan
terbaik. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan yang berbeda..
Rendahnya nilai retensi protein dibandingkan retensi lemak membuktikan
bahwa ikan sidat tidak dapat memanfaatkan lemak sebagai protein sparing effect
dalam membentuk jaringan. Hal ini sesuai dengan Halver dan Hardy (2002) yang
menyatakan bahwa ikan lebih efisien menggunakan protein sebagai sumber energi
dibandingkan dengan lemak. Lemak cenderung disimpan dalam tubuh
dibandingkan dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan. Affandi
(2005) menambahkan bahwa ikan sidat merupakan ikan katadromus yang
menyimpan lemak hingga batas tertentu sebagai cadangan energi ketika beruaya.
Menurunnya kinerja pertumbuhan akibat dari tingginya kandungan lemak dan
energi pakan juga diamati pada jenis ikan lainnya seperti pada ikan nila sebesar
19,5% dan 5904 kkal/kg (Lopez et al. 2006); juvenil ikan Cobia (Rachycentron
canadum) sebesar 25% dan 5040 kkal/kg (Wang et al. 2005); ikan tigger puffer
(Takifugu rubripes) sebesar 21% dan 5472 kkal/kg (Kikuchi et al. 2009).
Penambahan kadar minyak ikan yang berbeda pada pakan menghasilkan
komposisi total asam lemak tubuh ikan yang bebeda. Hal ini dikarenakan minyak
ikan mengandung asam lemak esensial PUFA (n-3) termasuk HUFA yaitu EPA
dan DHA (Lampiran 4). Menurut Lim et al. (2011) menyatakan bahwa pemberian
pakan dengan kandungan lemak yang berbeda dapat mempengaruhi komposisi
asam lemak ikan nila. Secara umum komposisi total asam lemak tubuh ikan
didominasi oleh asam lemak jenuh palmitat (16:0) dan asam lemak oleat (n-9)
(Tabel 4). Kandungan asam lemak n-9 tubuh dipengaruhi oleh kandungan asam
lemak n-3 dalam pakan. Minyak ikan mengandung asam lemak n-3 yang tinggi.
Semakin banyaknya penambahan minyak ikan dalam pakan menyebabkan asam
lemak n-9 tubuh semakin menurun. Ini terlihat pada perlakuan A dan B yang
kadar penambahan minyak ikannya paling rendah mengandung asam lemak n-3
yang juga paling rendah mengakibatkan peningkatan asam lemak n-9 tubuh paling
tinggi. Sebaliknya pada perlakuan C dan D yang kadar penambahan minyak
ikannya paling tinggi menyebabkan kandungan asam lemak n-9 dalam tubuh
menjadi rendah. Hal ini sesuai dengan Greene dan Selivonchick (1990)
menyatakan bahwa ikan yang pakannya difisiensi akan asam lemak n-3 akan
mengalami peningkatan asam lemak n-9 dalam tubuhnya, tetapi sebaliknya bila
asam lemak n-3 tinggi dalam pakannya maka asam lemak n-9 dalam tubuh
menjadi rendah. Keberadaan asam lemak n-3 dan n-6 dalam tubuh ikan akan
menekan asam lemak n-9. Menurut Turchini et al. (2009) menyatakan bahwa
setiap seri asam lemak bersaing menggunakan sistem enzim yang sama untuk
bergabung membentuk trigliserida dan fospolipid, dan afinitasnya berkurang dari
seri asam lemak n-3 ke n-9.
Kadar asam lemak n-3 dan n-6 pada tubuh ikan dapat mempengaruhi sifat
fluiditas membran sel yang selanjutnya dapat menunjang metabolisme sel secara
keseluruhan, sehingga dapat mempengaruhi penyimpanan protein dan lemak pada
tubuh ikan. Selain itu, asam lemak n-3 dan n-6 juga dapat memperbaiki fungsi
membran (Bell et al. 1986). Selanjutnya fluiditas membran akan berpengaruh
terhadap aktivitas enzim yang terdapat pada membran, seperti Na+/K+ ATP-ase

13
(Hepher 1990). Bhagavan (1992) menyatakan bahwa asam lemak esesnsial
terutama kelompok PUFA dan HUFA mempunyai peranan yang penting untuk
proses metabolisme sel di dalam tubuh. Mayes et al. (1999) menyatakan bahwa
asam lemak esesnsial, terutama arakidonat (C20:4n-6) merupakan prekusor
prostaglanding PGF2α yang dapat mempengaruhi replikasi sel. Selain itu,
beberapa jenis prostaglandin lainnya mempunyai fungsi induksi dan pengaturan
transpor ion, terutama pada bagian insang yang berhubungan dengan proses
pengaturan mineral dan osmoregulasi. Adanya peranan asam lemak esensial
tersebut secara keseluruhan dapat meingkatkan metabolisme dalam sel, yang
secara tidak langsung akan menghasilkan penyimpanan protein tubuh yang lebih
tinggi sehingga dapat meningkatkan laju pertumbuhan harian.
Selanjutnya terjadi penurunan komposisi total asam lemak jenuh dan tidak
jenuh pada perlakuan C dan D (penambahan minyak ikan 10% dan 15%). Begitu
pula dengan pakan A yang juga mengandung komposisi total asam lemak yang
rendah. Komposisi total asam lemak tidak jenuh, asam lemak n-3 dan n-6 tertinggi
terdapat pada perlakuan B (penambahan minyak ikan 5%) yaitu masing-masing
sebesar 40,95%; 8,19%; dan 8,19%. Rendahnya komposisi asam lemak n-3 dan n6 pada perlakuan A disebabkan karena ikan kekurangan asam lemak esesnsial
sedangkan semakin menurunnya asam lemak n-3 dan n-6 pada perlakuan C dan D
disebabkan karena tingginya kandungan asam lemak n-3 dalam pakan akibat
semakin banyaknya minyak ikan yang ditambahkan. Hal ini membuktikan bahwa
ikan sidat membutuhkan asam lemak n-3 dalam jumlah terbatas. Menurut
Takeuchi et al. (1980) menyatakan bahwa ikan A. japonica membutuhkan asam
lemak linoleat dan linolenat masing-masing sebesar 0,5% sedangkan Kamil
(2000) menyatakan bahwa ikan A. bicolor bicolor ukuran 1,4 g membutuhkan
asam lemak linoleat dan linolenat masing-masing sebesar 0,7% dan 0,8-1,2% pada
kadar lemak 7%.
Berdasarkan Kikuchi et al. (2009), terjadi penurunan komposisi asam
lemak EPA dan DHA ikan tiger puffer (Takifugu rubripes) pada kadar lemak
pakan yang tinggi yaitu sebesar 21% dan 25%. Zhou et al. (2014) menambahkan
bahwa terjadi penurunan asam lemak berupa monounsaturated fatty acid (MUFA)
pada ikan Carassius auratus gibelio dengan meningkatnya kadar lemak pakan
sebesar 8%. Ikan air tawar membutuhkan asam lemak n-3 dan n-6. Asam lemak n3 dan n-6 diperlukan dalam proses biosintesis lemak sehingga apabila terjadi
kekurangan atau kelebihan pada salah satu asam lemak pada maka menghambat
laju biosintesis asam lemak yang lain sehingga akan mempengaruhi komposisi
asam lemak tubuh ikan. Menurut Connor et al. (1992), tingginya asam lemak n-6
dapat menghambat laju biosintesis DHA dari asam n-3 sehingga proses biosintesis
tersebut akan berjalan lambat dan kurang efisien. Sargent et al. (2002)
menambahkan bahwa komposisi asam lemak tubuh ikan dipengaruhi oleh
berbagai faktor metabolik antara lain β-oksidasi, aktivitas lipogenik seta aktivitas
desaturasi dan elongase asam lemak. Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor lingkungan dan usia atau ukuran ikan.
Kandungan asam lemak n-3 yang tinggi menyebabkan membran sel tidak
berfungsi dengan baik. Keadaan ini akan mengganggu aktivitas enzim-enzim pada
membran sel, sehingga sintesis protein dan sel juga rendah yang akhirnya
berakibat pada rendahnya laju pertumbuhan, konversi pakan meningkat,
kandungan air dalam daging semakin tinggi, menurunnya kadar protein pakan dan

14
lemak serta bobot hati ikan akan relatif turun (Takeuchi dan Watanabe 1979).
Sargent et al. (2002) menambahkan bahwa asam lemak tidak jenuh rentan
terhadap serangan oksigen dan radikal organik lainnya sehingga mudah
teroksidasi. Begitu pula jika kekurangan asam lemak n-3. Kelebihan dan
kekurangan asam lemak n-3 dapat mengurangi pertumbuhan dan efisiensi pakan.
Hal ini dikarenakan terjadi ketidakseimbangan rasio n-3 dan n-6 sehingga
menyebabkan terjadinya persaingan antara asam lemak n-3 dan n-6 dalam
memanfaatkan enzim desaturase dalam proses metabolisme lemak sehingga
menyebabkan pertumbuhan menurun. Hal ini dapat dilihat pada kinerja
pertumbuhan dimana pakan A yang yang tidak ditambahkan minyak ikan
menunjukkan kinerja pertumbuhan yang hampir sama dengan pakan C dan D
yang ditambahkan minyak ikan dalam jumlah yang banyak sehingga laju
pertumbuhan, efisiensi pakan serta retensi protein dan lemaknya menjadi rendah.
Ng et al. (2001) menyatakan bahwa penambahan minyak ikan sebesar 10% dalam
pakan dapat menurunkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan nila merah
hibrida. Begitu juga pada ikan Carassius auratus gibelio yang ditambahkan
minyak ikan dan minyak jagung masing-masing sebesar 5,2% (Zhou et al. 2014).

4 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa
penambahan minyak ikan dalam pakan ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dapat
dilakukan sampai dengan 5% (kadar lemak pakan 13%).

Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memaksimalkan
pertumbuhan dan komposisi asam lemak ikan sidat Anguilla bicolor bicolor
dengan penggunaan sumber lemak lain dalam pakan.

DAFTAR PUSTAKA

[AACC] American Association of Cereal Chemist. 1983. Approved Methods of
The American Association of Cereal Chemist. Ed ke-8. USA (US):
American Association of Cereal Chemist.
Affandi R. 2005. Strategi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Sidat Anguilla spp. di
Indonesia. Jurnal Iktiologi Indonesia. 5 (2):77-81.

15
Agradi E, Bonomi L, Rigamonti E, Ligouri M. 1995. The effect of dietary lipids
on tissue lipids and ammonia excretion in European eels (Anguilla
anguilla). Camp. Biochem. Physiol. 3(3): 445-451.
Arai S, Nose T, Hashimoto Y. 1971. A purified test diet for the eel, Anguila
javonica. Bull. Freshwater Fish. Res. Lab. Tokyo. 22(12): 161 -178.
Bell MV, Henderson RJ Sargent JR. 1986. The role of polyunsaturated fatty acids
in fish. Mini Review. Com. Biochem Physiology. (83B): 711-719.
Bhagavan NV. 1992. Medical Biochemistry. London (GB), Jones and Bartlett
publisher. 980 p.
Boyd CE. 1988. Water Quality in Warm Water Fish Ponds. Fourth Printing.
Alabama (US): Auburn University Agriculture Experiment Station.
359 p.
Connor WE, Neuringer M, Reisbick S. 1992. Essential fatty acids: the importance
of n-3 fatty acids in the retina and brain. Nutr. Rev 50: 21-29.
Degani G. 1986. Dietary effects of lipid source, lipid level and temperature on
growth of glass eel (Anguilla anguilla). Aquaculture. 56: 207-214.
Gallagher ML, Kane E. and Boringer R. (1984) Effect of size on composition of
the American eel, Anguilla rostrata. Comparative Biochemistry and
Physiology. (78A): 533-536.
Grene DHS, Selivonchick DP. 1990. Effect of dietary vegetables and marine lipid
on muscle lipid and hematology of rainbow trout (Onchorhynchus
mykiss). Aquaculture. 89: 165-182.
Hasbullah. 1996. Pengaruh tingkat salinitas (0, 3, 6, dan 9 ppt) dan suhu (23, 26,
28, dan 32oC) terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih
ikan sidat Anguilla bicolor pada masa pemeliharaan 0-2 minggu setelah
penangkapan dari alam [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hepher B. 1990. Nutrition of pond fishes. New York: Cambridge University
Press, Cambridge. 388 pp.
Huet M. 1975. Text book of fish culture. Breeding and cultivation of fish. England
(GB): Fishing News (Book) Ltd. p 201-333.
Kamil MT. 2000. Pengaruh Kadar Asam Lemak n-6 Yang Berbeda Pada Kadar
Asam Lemak n-3 Tetap Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan
Sidat (Anguilla bicolor bicolor). [Tesis]. Program Pascasarjana. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor
Kikuchi K, Furuta T, Iwata N, Onuki K, Noguchi T. 2009. Effect of dietary lipid
levels on the growth, feed utilization, body composition and blood
characteristics of tiger puffer Takifugu rubripes. Aquaculture (298):
111–117.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Statistik perikanan budidaya
kolam [Internet]. [diunduh 25 Maret 2014]. Tersedia pada
http://sidatik.kkp.go.id
Lim C, Yildirim AM, Klesius P. 2011. Lipid and fatty acid requirements of
tilapias. North American Journal of Aquaculture. 73: 188–193.
López LM, Torres AL, Duraz E, Drawbridge M, Bureau DP. 2006. Effects of
lipid on growth and feed utilization of white seabass (Atractoscion
nobilis) fingerlings. Aquaculture. (253): 557–563.
Lovell T. 1989. Nutrition and feeding of fish. Auburn University. An A VI Book.
New York (US): Publised by Van Nostrand Rei