Makanan Alami dan Perkembangan Anatomi Saluran Pencernaan Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland 1844) dari Muara Sungai Cimandiri Pelabuhan Ratu Jawa Barat

MAKANAN ALAMI DAN PERKEMBANGAN
ANATOMI SALURAN PENCERNAAN IKAN SIDAT
(Anguilla bicolor bicolor McClelland 1844) DARI MUARA
SUNGAI CIMANDIRI PELABUHAN RATU JAWA BARAT

SRI MURTINI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Makanan Alami dan
Perkembangan Anatomi Saluran Pencernaan Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor
McClelland 1844) dari Muara Sungai Cimandiri Pelabuhan Ratu Jawa Barat
adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun, di perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulisan ini telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka

di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2015

Sri Murtini
NRP C251120071

RINGKASAN
SRI MURTINI. Studi Makanan Alami dan Perkembangan Anatomi saluran
Pencernaan Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland 1844) dari Muara
Sungai Cimandiri Pelabuhan Ratu Jawa Barat. Dibimbing oleh RIDWAN
AFFANDI dan NURHIDAYAT.
Ikan sidat (Anguilla sp.) merupakan ikan katadromus yaitu ikan yang
selama masa pertumbuhannya berada di perairan tawar dan beruaya ke laut dalam
untuk melakukan pemijahan. Salah satu muara sungai di pantai selatan Jawa Barat
yang merupakan jalur ruaya anadromus ikan sidat adalah Muara Sungai
Cimandiri, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Salah satu permasalahan pada
pemeliharaan ikan sidat terutama pada pemeliharaan glass eel dan elver adalah

masih tingginya tingkat kematiannya. Penelitian mengenai jenis-jenis makanan
alami ikan sidat dari fase glass eel sampai dengan yellow eel belum banyak
dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan informasi makanan alami, untuk
menyediakan pakan yang tepat agar dapat mengurangi mortalitas pada stadia
glass eel dan elver dalam kegiatan budidaya pembesaran maka penelitian ini
penting untuk diketahui.
Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Oktober 2013 hingga Juli 2014
di Muara Sungai Cimandiri Pelabuhan Ratu, penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji makanan alami ikan sidat terkait dengan perkembangan anatomi saluran
pencernaannya, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk manajemen pakan,
serta menjadi informasi dasar untuk menentukan strategi pengelolaan habitat ikan
sidat di perairan, dan dapat menetapkan kebijakan untuk pelestarian ikan sidat
khususnya di Muara Sungai Cimandiri.
Hasil analisis makanan alami berdasarkan stadia hidup ikan sidat fase glass
eel, elver dan yellow eel, jenis makanan yang dikonsumsi merupakan kelompok
dari fitoplankton, zooplankton, dan nekton. Makanan dominan yang dikonsumsi
ikan sidat pada stadia glass eel (5-8 cm) adalah kelompok fitoplankton jenis
Chlorella sp. sebesar 72 %, pada stadia elver (10-14 cm) makanan alami yang
dominan adalah zooplankton jenis (Nauplius sp. 41%) sebesar 41%. Sedangkan
stadia yellow eel (15-20 cm) makanan yang banyak ditemukan dalam saluran

pencernaan ikan sidat kelompok nekton jenis crustacean 48%.
Karakteristik struktur makroskopis saluran pencernaan ikan sidat terdiri
dari esofagus, lambung, pilorik, dan usus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pertambahan panjang esofagus selama masa pertumbuhan relatif lambat.
Pertambahan panjang relatif dari lambung lebih cepat dari esofagus. pengukuran
panjang usus bertambah hampir dua kali lipat dari panjang esofagus dan
lambung. Secara mikroskopis dinding saluran pencernaan ikan sidat terdiri dari
tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis, dan tunika serosa. Disetiap
tunika terdapat beberapa jaringan dan kelenjar yang berperan dalam proses
kecernaan makanan didalam saluran pencernaan. Susunan jaringan semakin
sempurna sejalan dengan bertambahnya panjang tubuh dan fungsi dari saluran
pencernaan ikan sidat
Kata kunci : ikan sidat, makanan alami, saluran pencernaan,

SUMMARY
SRI MURTINI. Natural Food and Anatomical Development Study of Digestive
Tract of Eel (Anguilla bicolor bicolor McClelland 1844) in Cimandiri River
Estuary, Pelabuhan Ratu, West Java. Supervised by RIDWAN AFFANDI and
NURHIDAYAT.
The eel is katadromus fish that fish during infancy were in freshwater and

migratory into the deep sea to spawning. On of the estuary of the river on the
south coast of west java which in the path anadromus migration eel in Cimandiri
estuary, Pelabuhan Ratu, West Java. One of the problems in the maintenance of
eel mainly on maintenance and elver, glass eel is still high death rate. Research on
the type of natural food eel from glass eel phase to the yellow eel was not been
done. Therefore, natural food information is required, to provide proper feed in
order to reduce mortality in stadia glass eel and elver in cultivation enlargement,
this research is important to note.
Sampling was conducted in October 2013 to July 2014. This research aimed
to study the natural foods of Indonesian shortfin eel associated with the
development of its digestive tract, thus the result of this research can be used as a
basis for feed management, provide basic information to determine habitat
management strategies of Indonesian shortfin eel in the waterbody, thus a policy
for the preservation of Indonesian shortfin eel, particulartly in Cimandiri River
estuary, can be established.
Results of analysis of natural food based on life stage phase glass eel, elver,
and yellow eel, the type of food consumed is a group phytoplankton, zooplankton,
zooplankton, and nekton. The dominan food consumed at stadia glass eel (5-8 cm)
is a group of phytoplankton types Chlorella sp. by 72 % in stadia elver (10- 14
cm) natural food is the dominant zooplankton type (Nauplius sp. 41%) while the

yellow eel stage (15-20 cm) of food which are found in the digestive tract eel
nekton types of crustacean group 48%.
The characteristics of the makroscopis structure of the digestive tract eel
consist of the esophagus, stomach, pyloric, and intestine. result showed that the
lenghtof the esophagus during the relatively slow growth. Added relative length of
the stomach faster than the esophagus. Measuring the length of intestine increased
almost two fold from the length of the esophagus and stomach. Are microscopic
eel digestive tract wall consist of the tunica mucosa, tunica submucosa, tunica
muscularis, and the tunica serosa, each tunica there are several network and
glands that play are role in the process of digestion of food in the digestive tract.
The composition of the network improved as the increased length of the body and
the fuction of the digestive tract eels.

Keywords: Indonesian shortfin eel, natural food, digestive tract

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya, pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagaian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

STUDI MAKANAN ALAMI DAN PERKEMBANGAN
SALURAN PENCERNAAN IKAN SIDAT
(Anguilla bicolor bicolor McClelland 1844)
DARI MUARA SUNGAI CIMANDIRI
PELABUHAN RATU JAWA BARAT

SRI MURTINI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan

SEKOLAH PASCA SARJANA

ISTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Tatag Budiardi, MSi

Judul Tesis : Makanan Alami dan Perkembangan Anatomi Saluran Pencernaan
Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland 1844) dari Muara
Sungai Cimandiri Pelabuhan Ratu Jawa Barat
Nama
: Sri Murtini
NRP
: C251120071

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA
Ketua


Dr Drh Nurhidayat, MS, PAVet
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Perairan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian : 6 Februari 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT atas nikmat iman dan

ilmu, sehingga atas izinya penulis dapat menyelesaikan penelitian sejak Oktober
2013. Karya ilmiah ini merupakan pengembangan ilmu dari fisiologi hewan air
dengan judul Makanan Alami dan Perkembangan Anatomi Saluran Pencernaan
Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland 1844) dari Muara Sungai
Cimandiri Pelabuhan Ratu Jawa Barat.
Pelaksanaan penelitian dan karya ilmiah ini tak lepas dari bantuan dan
dukungan dari banyak pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA dan Dr Drh Nurhidayat, MS, PAVet
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukkan
kepada penulis dari tahap awal penelitian hingga tahap akhir penyelesaian
karya ilmiah ini.
2. Beni Putra STP selaku pemimpin dalam hidupku terimakasih atas cinta,
doa, dan motivasinya selama ini hingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini.
3. Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menyediakan fasilitas sehingga
penelitian ini dapat di selesaikan
4. Dr Ir Sigid Haryadi, MSc selaku ketua program studi SDP untuk tahun
studi 2014 – 2017 , yang telah membantu tahapan penyelesaian studi.
5. Dr Ir Tatag Budiardi, MSi selaku dosen penguji luar komisi pembimbing
pada ujian tesis yang telah banyak membantu dan memberikan masukan

dan saran dalam penyempurnaan karya ilmiah ini.
6. Bapak Misdi dan ibu Sunarti (Lubuk linggau) bapak Nurlis dan ibu Baidar
(Bukittinggi) selaku orang tua penulis terimakasih atas doa dan kasih
sayangnya.
7. Nadhira Fauzaturrahma Saifa dan Muhammad Umar Albakka Saifa
terimakasih ananda atas cinta, doa dan kesabarannya.
8. Seluruh keluarga besar di Lubuk Linggau, Pariaman, dan Bengkulu
terimakasih atas doanya sehingga tulisan ini dapat diselesaikan.
9. Seluruh staf Laboratorium Biomikro I MSP Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan dan staf Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya.
10. Seluruh rekan-rekan SDP 2012, 2013, dan teman-teman Puri Hapsara
terimakasih atas semangat persaudaraannya
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, Mei 2015

Sri Murtini

DAFTAR ISI


DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

2 METODE
Waktu dan Tempat

4

Stasiun Pengambilan Sampel

4

Teknik Pengambilan Sampel

4

Pengukuran Parameter Air

5

2.1 Studi Makanan Alami Ikan Sidat

5

2.2 Studi Anatomi Saluran Pencernaan

7

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
3.1. Parameter Fisika-kimia Muara Sungai Cimandiri
3.2. Studi Makanan Alami Ikan Sidat
3.3. Perkembangan Struktur Alat Pencernaan Ikan Sidat

8
9
12

Pembahasan
3.1. Kualitas Perairan Muara Sungai Cimandiri
3.2. Makanan Alami Ikan Sidat
3.3. Perkembangan Makroskopis dan Mikroskopis

21
22
23

4 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

26

Saran

26

DAFTAR PUSTAKA

26

LAMPIRAN

29

RIWAYAT HIDUP

39

DAFTAR TABEL
1 Parameter Fisika-kimia air di masing-masing stasiun
2 Ukuran makanan alami yang dikonsumsi oleh ikan sidat

8
11

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran

3

2 Lokasi penelitian di Muara Sungai Cimandiri

4

3 Morfologi tubuh ikan sidat

8

4 Distribusi ikan sidat berdasarkan stasiun pengamatan

9

5 Komposisi makanan alami Ikan Sidat

9

6 Komposisi makanan berdasarkan lokasi

10

7 Panjang usus relatif ikan sidat

11

8 Lebar bukaan mulut ikan sidat

12

9 Morfologi saluran pencernaan ikan sidat

12

10 Perbandingan Panjang Saluran Pencernaan

13

11 Gambaran mikroskopis esofagus ikan sidat

14

12 Gambaran mikroskopis lambung ikan sidat

16

13 Gambaran mikroanatomis PAS dan MT lambung

20

14 Gambaran mikroskopis pilorik

18

15 Gambaran mikroskopis usus

20

DAFTAR LAMPIRAN
1 Prosedur pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)

29

2 Prosedur pewarnaan Masson Trichome (MT)

30

3 Prosedur pewarnaan periodic acid Schiff (PAS)

31

4 Prosedur pewarnaan alcian blue (AB)

32

5 Stasiun pengambilan sampel

33

6 Alat tangkap ikan sidat

35

7 Jenis makanan alami ikan sidat

36

8 Kurva perhitungan hubungan panjang dan berat

37

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan sidat (Anguilla sp.) merupakan ikan katadromus yaitu ikan yang selama
masa pertumbuhannya berada di perairan tawar dan beruaya ke laut dalam untuk
melakukan pemijahan. Larvanya setelah mengalami metamorfosis dari fase
leptochepali berkembang menjadi glass eel, dengan morfologi tubuh berbentuk
batang yang transparan dan belum mengalami pigmentasi, akan beruaya
anadromus ke perairan tawar melalui muara sungai (Aoyama 2009; Aarestrup et
al 2010). Salah satu muara sungai di pantai selatan Jawa Barat yang merupakan
jalur ruaya anadromus ikan sidat adalah Muara Sungai Cimandiri, Pelabuhan
Ratu, Jawa Barat.
Muara Sungai Cimandiri memiliki potensi besar sebagai sumber ikan sidat.
Ikan sidat yang ditangkap di Muara Sungai Cimandiri didominasi oleh Anguilla
bicolor-bicolor (Chino dan Arai 2010). Jenis ikan sidat hasil penangkapan ini
dimanfaatkan sebagai sumber benih pada kegiatan budidaya pembesaran dan
untuk kegiatan restoking di perairan umum (Kearney 2011). Eksploitasi terjadi
karena ikan ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi (Chino dan Arai 2010).
Jika hal ini berlangsung terus menerus akan berakibat terhadap berkurangnya
populasi ikan sidat di perairan. Over fishing, perubahan iklim, hilangnya habitat,
serta parasit adalah penyebab berkurangnya populasi ikan di perairan (Aarestrup
et al. 2010). Genus Anguilla ini terdiri dari 18 spesies yang tersebar di dunia,
dengan siklus hidup terdiri atas beberapa fase, yaitu leptocephali, glass eel, elver,
yellow eel, dan silver eel. Ikan ini memiliki fase-fase perkembangan yang relatif
lama dibandingkan dengan jenis ikan lainnya (Aoyama 2009). Ikan sidat memiliki
struktur saluran pencernaan yang unik, yaitu lambung yang berukuran relatif
kecil, berbentuk kerucut dan berupa kantung buntu, bersama-sama dengan usus
membentuk seperti huruf Y (Tesch 1976). Di dalam ruang perut, lambung ikan
ini terletak sejajar dengan usus. Usus ikan sidat ini berukuran relatif pendek
dimulai dari pertautannya dengan lambung sampai rektum, sehingga berdasarkan
ukuran usus ini, ikan sidat digolongkan sebagai ikan karnivora, dibandingkan
dengan ikan herbivora yang memiliki ukuran saluran pencernaan yang lebih
panjang (Raji dan Norouzi 2010).
Salah satu permasalahan pada pemeliharaan ikan sidat terutama pada
pemeliharaan glass eel dan elver adalah masih tingginya tingkat kematiannya.
Mortalitas yang cukup tinggi selama pemeliharaan benih ini, disebabkan oleh
kualitas air yang tidak memadai, juga oleh jenis makanan yang diberikan kurang
tepat (kualitas, kuantitas). Tingkat kematian ini dapat dikurangi antara lain dengan
memberikan jenis makanan yang sesuai ukurannya agar mudah dikonsumsi.
Makanan alami ikan sidat dewasa (yellow eel dan silver eel) yang ditemukan
dalam saluran pencernaan terdiri atas udang karang, siput, cacing, dan ikan
(Machut 2006). Tetapi jenis makanan ikan sidat pada fase-fase sebelumnya (glass
eel dan yellow eel) belum banyak dikaji, Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian mengenai jenis-jenis makanan alami ikan sidat dari fase glass eel
sampai dengan yellow eel. Makanan pada masing-masing fase berkaitan erat
dengan perkembangan anatomi saluran pencernaannya terutama esofagus,
lambung, pilorik, dan usus. Perkembangan struktur saluran pencernaan pada ikan
teleostei memiliki peranan penting untuk mencerna makanan terkait dengan

2

tekstur makanannya (Murray et al. 1996). Sehubungan dengan pentingnya
informasi makanan alami, untuk menyediakan pakan yang tepat agar dapat
mengurangi mortalitas pada stadia glass eel dan elver dalam kegiatan budidaya
pembesaran maka penelitian ini penting untuk diketahui.

Perumusan Masalah
Muara Sungai Cimandiri merupakan salah satu daerah yang potensial untuk
penangkapan ikan sidat. Penangkapan ikan ini, telah menjadi mata pencaharian
bagi masyarakat setempat. Eksploitasi ikan yang berlangsung terus menerus dapat
mengganggu keseimbangan habitat ikan sidat, sehingga akan mengalami
penurunan jumlah ikan ini di perairan. Budidaya ini terhalang dengan tingginya
kematian ikan karena pemberian pakan yang tidak tepat. Oleh karena itu
diperlukan data tentang jenis makanan alami dan kaitannya dengan perkembangan
anatomi saluran pencernaan.
Habitat ikan sidat perlu dipertahankan dengan menjaga kualitas
lingkungannya agar tetap terjaga, baik dari kualitas perairan, maupun kelimpahan
plankton yang menjadi makanan bagi ikan sidat. Kondisi perairan dan kesuburan
sangat berpengaruh terhadap siklus rantai makanan (food chain) terutama bagi
organisme yang ada didalamnya, Sehingga diperlukan upaya pemeliharaan larva
dengan tujuan bisa menjadi sumber benih pada budidaya pembesaran, dan tidak
terputusnya ketersediaan benih dari alam, dengan pengelolaan seperti ini
diharapkan dapat menjaga kelestarian sumberdaya perairan. Kegiatan dari
penelitian tertuang dalam kerangka pemikiran (Gambar 1).

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji makanan alami ikan sidat pada
stadia glass eel, elver, dan yellow eel dan keterkaitannya dengan perkembangan
anatomi saluran pencernaan.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar untuk
manajemen pakan, dapat dijadikan dasar menentukan strategi pengelolaan habitat,
dan menetapkan strategi kebijakan pengelolaan ikan sidat di Muara Sungai
Cimandiri

3

Analisis isi lambung

Analisis struktur alat pencernaan

Informasi makanan alami ikan

Perkembangan struktur alat pencernaan

sidat

Informasi makanan alami dan struktur alat pepencernaan

Data makanan sesuai perkembangan alat pencernaan

Manajemen habitat

Ketersedian
makanan alami

Manajemen pemberian pakan pemeliharaan sidat

Sumber benih untuk
restoking

Pemacuan stok/ peningkatan
populasi sidat di alam

Sumber benih untuk
budidaya pembesaran

penghematan penggunaan
benih sidat

Efisiensi penggunaan benih pada
kegiatan budidaya ikan sidat

Kelestarian sumberdaya sidat

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

4

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember 2013.
Pengambilan sampel ikan dan pengukuran kualitas air dilakukan di Muara Sungai
Cimandiri, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Analisis makanan dilakukan di
Laboratorium Biologi Mikro, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan pembuatan preparat histologi
dilakukan di Laboratorium Anatomi Fisiologi dan Farmakologi Fakultas
Kedokteran hewan Institut Pertanian Bogor.
Stasiun Pengambilan Sampel
Penentuan stasiun untuk pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pada
penyebaran distribusi ikan sidat di Muara Sungai Cimandiri. Ada 3 stasiun yang
digunakan untuk mewakili kondisi perairan.Jarak antara masing masing stasiun
pengambilan sampel yaitu 1,5 km. Lokasi pengambilan sampel (Gambar 2) adalah
sebagai berikut :
Stasiun I

: Merupakan daerah yang dipengaruhi oleh adanya pasang surut air
laut
Stasiun II
: Merupakan daerah genangan (talanca) bersubstrat pasir dengan
arus lemah dan relatif dangkal
Stasiun III : Merupakan kawasan aliran Sungai Cimandiri dengan arus tenang

III
I

II

Gambar 2 Lokasi Penelitian di Muara Sungai Cimandiri

Teknik Pengambilan Sampel
Sampel yang diperoleh dari Muara Sungai Cimandiri untuk ikan pada stadia
glass eel menggunakan alat tangkap berupa jaring sirib (jaring anco) ukuran 1x1
m dengan ukuran mata jaring 0,05 – 0,10 mm, sedangkan ikan sidat ukuran elver
menggunakan bubu. Pengambilan sampel dilakukan secara sensus untuk semua

5

ukuran. Sampel ikan yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan stasiun. Ada dua
tahap yang dilakukan setelah ikan diperoleh dari setiap stasiun yaitu pengukuran
panjang berat dan pembedahan ikan, hal ini dilakukan agar lebih efektif dalam
menganalisis sampel dan data yang diperoleh lebih akurat.
Ikan diperoleh dari lapangan diukur panjangnya dengan menggunakan
penggaris yang dilapisi kertas milimeter yang telah dilaminating. pengukuran
panjang mulai dari mulut sampai ke sirip ekor. Berat ikan diukur dengan
menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram. Data yang diperoleh
untuk mengetahui hubungan panjang berat ikan sidat.
Pembedahan ikan dilakukan pada bagian abdomen tubuh ikan sidat untuk
melihat organ pencernaannya dengan menggunakan alat bedah, kemudian diambil
organ saluran alat pencernaan yang akan digunakan untuk menganalisis jenis
makanan alami dari ikan sidat. Setelah dikeluarkan dari dalam tubuh ikan, saluran
pencernaan usus dan lambung, diawetkan dalam kantung plastik dengan
menggunakan formalin 10 % dan diberi label tanggal, nomor sampel, dan stasiun.
2.1. Pengukuran Parameter Fisika-kimia Air
Pengukuran parameter lingkungan terkait dengan kualitas fisika-kimia air
dilakukan setiap bulan di tiga stasiun. Pengambilan dan pegamatan kualitas air
(Tabel 1) yaitu dengan mengukur parameter fisika (suhu, kedalaman, kekeruhan,
kecepatan arus) dan kimia (pH, DO, dan salinitas). Pengukuran parameter fisikakimia di stasiun pengamatan
Parameter
Fisika
Suhu
Kecerahan
Kedalaman
Kecepatan arus
Kekeruhan
Kimia
DO
Salinitas
pH

Satuan

Metode dan Alat

Lokasi

°C
cm
m
m/det
NTU

Termometer
Secchi disc
Tongkat berskala
Lagrangian
Turbidimeter

Insitu
Insitu
Insitu
Insitu
Exsitu

mg/L
ppt

DO meter
Refraktometer
pH meter

Insitu
exitu
insitu

2.2. Studi Makanan Alami Ikan Sidat
Pengukuran Panjang Usus
Saluran pencernaan ikan sidat yang akan diamati secara morfologi dan
anatomi mulai dari esofagus, lambung, pilorik dan usus. Pengukuran panjang usus
menggunakan penggaris dengan ketelitian 1 mm. Pengukuran panjang usus
bertujuan untuk mengetahui panjang total dari usus ikan sidat.
Pengukuran Berat Isi Lambung
Saluran pencernaan yang masih berisi ditimbang dengan menggunakan
sartorius dengan ketelitian 0.0001 gram. Kemudian isinya dikeluarkan, dipisahkan
dalam cawan petri kemudian saluran pencernaan yang kosong ditimbang kembali.
Selanjutnya untuk mendapatkan bobt isi lambung yaitu dengan pengurangan
lambung berisi dan lambung kosong.

6

Analisis Makanan Alami
Metode Analisis Isi Lambung
Sampel ikan yang diperoleh dari lapangan dianalisis menggunakan metode
frekuensi kejadian dan volumetrik (Index of Preponderance). Isi saluran
pencernaan dari ikan dikeringkan dengan tisu, lalu ditimbang terlebih dahulu berat
lambung berisi dan lambung kosongnya, kemudian dimasukkan kedalam cawan
petri, kemudian dicairkan dengan akuades, agar memudahkan dalam menganalisis
jenis makanannya. Sampel diambil dengan pipet tetes kemudian dianalisis di
bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10 diamati dengan lima lapang
pandang dari setiap tetesnya dengan menggunakan ulangan tiga tetes dari setiap
sampel. Identifikasi organisme makanan dilakukan dengan menggunakan buku
identifikasi organisme makanan yaitu Ilustration of freshwater plankton (Yamaji
1979) dan illustration of marine plankton (Mizuno 1979). Hasil yang diperoleh
dari analisis akan disajikan dalam bentuk diagram pie.

Analisis Data
Hubungan Panjang Berat
Untuk analisis hubungan panjang berat ikan menggunakan uji regresi
dengan rumus :
W = aLb
Keterangan : W = Berat tubuh ikan
L = Panjang ikan (mm) a dan b konstanta
Uji t dilakukan terhadap nilai b untuk mengetahui apakah b = 3 (isometrik)
atau b ≠ 3 (alometrik)

Panjang Usus Relatif
Keterangan

panjang usus relatif (%) =
PU = Panjang usus ikan (cm)
PT = Panjang total ikan (cm)

Lebar Bukaan Mulut
Lebar bukaan mulut (LBMr) =
Keterangan : LBMr = Lebar bukaan mulut (cm)
LM = Lebar mulut (cm)
TK = Tinggi kepala (cm)

7

Komposisi Makanan
Analisis makanan alami dalam lambung dilakukan dengan menggunakan
indeks bagian terbesar (index of preponderance) oleh Natarajan dan Jhingran
(1961) dalam Effendi (1979) yaitu
IP = ∑
x 100
Keterangan ;
IP = Index of Preponderance (%)
Vi = Persentasi volume satu macam makanan (%)
Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan (%)

2.3. Studi Perkembangan Anatomi Saluran Pencernaan
Studi perkembangan struktur alat pencernaan merupakan upaya untuk
mengkaji struktur jaringan dari saluran pencernaan ikan sidat kaitanya dengan
makanan alami, ini bertujuan untuk mengetahui fase perkembangan saluran
pencernaan ikan sidat dari alam.

Pengamatan Makro dan Mikroskopis Saluran Pencernaan
Penelitian ini menggunakan ikan sidat yang diperoleh dari hasil tangkapan
nelayan di Muara Sungai Cimandiri, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Ikan sidat yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 56 ekor, dibagi menjadi tujuh kelompok
berdasarkan panjang ikan sidat yaitu 6, 8, 10, 12, 14, 16, dan 20 cm, yang masingmasing kelompok berjumlah 8 ekor. Seluruh sampel ikan sidat dari masingmasing kelompok dibuka ruang perutnya, dan alat pencernaannya dikeluarkan
untuk diukur bagian-bagian dari saluran pencernaan. Selanjutnya, lima sampel
diawetkan dalam formalin 10% untuk pengamatan makroskopis, sedangkan tiga
sampel difiksasi dalam Neutral Buffered Formalin 10% untuk pengamatan
mikroskopis. Seluruh saluran pencernaan diukur dengan penggaris (ketelitian :
1 mm) meliputi panjang esofagus, lambung dan usus.
Pengamatan mikroskopis sampel diproses dengan metode Kiernan (1990).
Sampel yang sudah difiksasi, selanjutnya dilakukan dehidrasi dengan larutan
alkohol dengan kosentrasi bertingkat (70%, 80%, 90%, 95% dan absolut).
Clearing atau penjernihan jaringan dilakukan dengan merendam sampel di dalam
xylol, dan dilakukan infiltrasi di dalam paraffin cair, kemudian ditanam di dalam
blok paraffin. Sampel disayat dengan menggunakan mikrotom rotary dengan
ketebalan 5 µm. Selanjutnya, sayatan diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin
eosin (HE), untuk mengamati gambaran umum dari masing-masing bagian dari
saluran pencernaan meliputi tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis,
dan tunika serosa. Selain itu sayatan juga diwarnai dengan pewarnaan Periodic
Acid Schiff (PAS) untuk mengamati kandungan karbohidrat di dalam sel mukus
lambung, serta pewarnaan Masson trichrome (MT) untuk mengamati jaringan
ikat.

8

Analisis Data Struktur Perkembangan Alat Pencerrnaan
Pengamatan hasil pewarnaan dilakukan dengan mikroskop cahaya (Nikon® )
Eclipse E600, dan selanjutnya dilakukan pemotretan dengan alat mikro fotografi
digital Canon® EOS 700D). Data hasil pengamatan anatomi dan histologi dari
saluran pencernaan dianalisis secara deskriptif.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
3.1 Parameter Fisika-kimia Air di Muara Sungai Cimandiri
Hasil pengukuran kualitas air terkait dengan parameter fisika-kimia dari tiga
stasiun selama di lapangan disajikan pada (Tabel 1) di bawah ini.
Tabel 1 Parameter Fisika-kimia air di masing-masing stasiun
Parameter
Satuan
Stasiun
Stasiun
Stasiun
I
II
III
Fisika
Suhu
Kedalaman
Kekeruhan
Kecepatan Arus
Kimia
DO
Salinitas
pH

Referensi

C
m
NTU
m/s

27 – 28
3–4
12 – 41
0,95

26 – 27
1–3
12 – 48
0,12

27 – 28
2 – 2,5
12 – 14
0,07

26 – 32 1)

mg/L
ppt

5.21 – 6.42
15-17
6,5

5,11 – 6,31
0
6

5,13 – 6,11
0
6

5,8 – 7,8 3)
0 – 33 2)
6 – 8 4)

o

Keterangan 1)Andriana 2001 ,2)Sriati 1998,

3)

Widigyo 2001 4) Sriati 1998

Morfologi Ikan Sidat
Ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) memiliki bentuk tubuh seperti ular,
berwarna hitam di bagian dorsal, sedangkan di ventral berwarna putih keabuan.
Ikan ini dilengkapi dengan sirip pektoral, sirip dorsal, dan sirip kaudal yang
berfungsi menggerakkan dan menjaga keseimbangan tubuh. Sirip pektoral terletak
tepat di kaudal operkulum menyerupai daun telinga, sedangkan sirip dorsal dan
sirip kaudal menyatu di sepanjang dorsal tubuh, ekor, dan ventral tubuh. Garis
linea lateralis memanjang di lateral tubuh dari kaudal operkulum sampai ke ekor.
Hewan ini mempunyai bentuk mulut relatif runcing ke arah depan, dan sudut
mulutnya sejajar dengan bola mata (Gambar 3).
b

a
d

Gambar 3 Morfologi tubuh ikan sidat
a. Sirip pektoral; b.Sirip dorsal; c.Sirip kaudal ; d. Sirip anal Bar = 1 mm

c

9

Distribusi Ikan Sidat Berdasarkan Stasiun Pengamatan
Ikan sidat merupakan jenis ikan yang paling dominan ditangkap oleh
nelayan di Muara Sungai Cimandiri. Alat tangkap yang digunakan yaitu jaring
sirib (jaring anco) berukuran 1x1 m dengan ukuran mata jaring 0,05 – 0,10 mm
dan menggunakan bubu. Hasil penangkapan ikan berdasarkan stasiun pengamatan
selama tiga bulan pengambilan sampel, didapatkan ikan sebanyak 211 ekor
dengan ukuran yang bervariasi, stasiun I (73 ekor) stasiun II (70 ekor) dan stasiun
III (68 ekor).

Hasil Tangkapan

25
20
15

Oktober
10

November
Desember

5
0
st 1

st 2

st 3

Stasiun Pengamatan
Gambar 4 Distribusi ikan sidat berdasarkan stasiun pengamatan
3.2. Studi Makanan Alami Ikan Sidat
Makanan Alami Ikan Sidat Berdasarkan Stadia Hidup
Hasil analisis makanan alami berdasarkan stadia hidup ikan sidat fase glass
eel, elver dan yellow eel, jenis makanan yang dikonsumsi merupakan kelompok
dari fitoplankton, zooplankton, dan nekton (Gambar 5).

21%

4% 2%

1%
Chlorella sp.
72%

22%

2% 2%
Nauplius sp.
41%

Oschilatoria sp.
Conochilus sp.

33%

Chlorella sp.

Synedra sp.

A

Oscilatoria sp.

Navicula sp.

8%

6% 7%
48%
31%

Notholca sp.

B

Rhizoclonium sp.

Crustacea
Ikan kecil
Nauplius sp.

C

Ephemeroptera
Oscilatoria sp.

Gambar 5 Komposisi makanan alami berdasarkan stadia hidup. A : Makanan
alami glass eel, B: Makanan alami elver C: Makanan alami Yellow eel

10

Komposisi makanan yang dikonsumsi ikan sidat pada stadia glass eel (5-8
cm) kelompok fitoplankton jenis Chlorella sp. mendominasi sebesar 72 %, pada
stadia elver (10-14 cm) lebih dominan zooplankton jenis (Nauplius sp. 41%)
sebesar 41%, sedangkan pada stadia yellow eel (15-20 cm) banyak ditemukan
kelompok nekton jenis crustacean 48%.

Makanan Alami Ikan Sidat Berdasarkan Lokasi
Habitat Muara Sungai Cimandiri merupakan kawasan yang sangat
dipengaruhi oleh adanya pasang surut air laut, sehingga kelimpahan fitoplankton
yang masuk ke muara sungai sangat menguntungkan bagi kehidupan ikan sidat.
Stasiun I, II, dan III merupakan ekosistem sungai yang habitatnya masih
dikelilingi oleh tumbuhan air (Gambar 6).
100%

Rhizoclonium sp.

Makanan (%)

90%
80%

Synedra sp.

70%

Navicula sp.

60%

Insecta sp.

50%
40%

Nauplius sp.

30%

Rotifera sp.

20%

Notholca sp.

10%

Conochilus sp.

0%
ST 1

ST 2

Lokasi

ST 3

Oschilatoria sp.
Chlorella sp.

Gambar 6 Komposisi makanan ikan sidat berdasarkan lokasi

Hubungan Panjang dan Berat
Persamaan panjang total (L) dan berat (W) ikan sidat setiap bulan
pengamatan adalah pada bulan Oktober 3x10-4L3.675, November 6x10-4L3.251, dan
Desember 9x10-4L3.181, dengan nilai koefisien korelasi mendekati satu yaitu 0.97,
0.95, dan 0.92 ini artinya pertambahan panjang ikan akan diikuti dengan
pertambahan panjang bobot. Nilai b yang diperoleh dari hasil pengukuran
panjang bobot, nilai b>3 (P 5,0
mg/l dan memiliki peranan penting bagi kelangsungan hidup organisme
didalamnya (Swingle dalam Effendi 2003).
Muara sungai Cimandiri merupakan kawasan pasang surut air laut. Stasiun
I salinitas perairannya berkisar antara 15-17 %0 salinitas perairan dikategorikan
rendah, sedangkan stasiun II dan III tidak memiliki kadar salinitas. Pada musim
hujan bulan Oktober, November dan Desember debit air sungai meningkat dan
adanya pencampuran massa air yang didominasi oleh air tawar. Berdasarkan data
pengukuran kualitas air, kondisi perairan Muara Sungai Cimandiri masih sesuai
untuk pertumbuhan ikan sidat.

22

Makanan Alami Ikan Sidat
Ikan sidat bersifat nokturnal (mencari makan pada malam hari). Keberadaan
ikan sidat di perairan Muara Sungai Cimandiri banyak ditemukan pada stasiun I
dikarenakan stasiun ini merupakan daerah muara yang dipengaruhi oleh adanya
pasang surut, banyak mengandung unsur hara dan masukan bahan organik dan
anorganik dari laut dan daratan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Manengkey (2010) daerah muara sungai merupakan kawasan yang kaya unsur
hara karena menerima masukan bahan organik dan anorganik dari daratan seperti
limbah pertanian, limbah rumah tangga yang dibuang melalui sungai atau laut.
Sedangkan stasiun II dan III merupakan kawasan yang masih dikelilingi oleh
daratan dan adanya aktivitas pertanian.
Ikan sidat fase pertumbuhannya berkembang pesat setelah masuk ke
perairan tawar melalui muara sungai. Pola pertumbuhan ikan sidat di Muara
Sungai Cimandiri bersifat alometrik positif yaitu pertambahan berat lebih cepat
dari pertambahan panjang ikan. Faktor yang menyebabkan nilai b yaitu faktor
lingkungan, dan tahap perkembangan ikan. Kharat et al. (2008) menyatakan
faktor yang menyebabkan nilai b yaitu jumlah ikan, ukuran panjang ikan, kondisi
lingkungan, adanya parasit dan penyakit. Hubungan panjang dan berat ikan dapat
digunakan sebagai indeks pertumbuhan untuk mengetahui panjang dan berat ratarata ikan (Abowie dan Devies 2009). Genus Anguilla, perubahan morfologi
tubuhnya mulai berkembang setelah masuk ke perairan tawar (Miller 2009).
Makanan alami yang ada di perairan merupakan sumber energi bagi ikan sidat
untuk dapat mempertahankan hidupnya. Ikan sidat memakan apa saja yang
ditemukan di perairan, sesuai dengan fase hidupnya.
Jenis makanan yang paling dominan di dalam saluran pencernaan glass eel