6
jiwa. Pada tahun 2015 tercatat jumlah wisatawan terus meningkat menjadi 4.122.205 jiwa.
Meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara dapat dilihat pada gambar 1.2 dimana pada tahun 2012 mengalami pertumbuhan
yang cukup signifikan sebanyak 46,8 persen. Pada tahun 2013 jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara kembali mengalami pertumbuhan
sebanyak 20,24 persen. Sedangkan pada tahun 2014 dan 2015 jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara yang berkunjung terus mengalami
pertumbuhan dengan jumlah masing-masing sebesar 17,91 dan 23,19 persen. Dari data sumbangan sektor pariwisata terhadap PDRB dan jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara di atas dapat kita lihat bahwa sektor pariwisata terus mengalami pertumbuhan. Artinya hal ini
sejalan dengan
visi pembangunan
Kepariwisataan Daerah
yang menginginkan agar sektor pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat
menjadi sektor yang berdaya saing. Untuk itu, dalam upaya mewujudkan pariwisata yang berdaya saing, maka diperlukan pengetahuan atau telaah
lebih lanjut terkait bagaimana menyusun strategi untuk mencapai visi tersebut.
B. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah meliputi daya saing sektor pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta dengan provinsi se-Jawa-Bali
sebagai pembandingnya. Provinsi se-Jawa-Bali dipilih sebagai pembanding
7
karena dua dari lima pintu masuk utama bagi wisatawan mancanegara berada di Pulau Jawa dan Bali, yaitu Bandara Soekarno Hatta dan Bandara Ngurah
Rai dengan total kedatangan wisatawan mancanegara pada tahun 2015 sebanyak 6.305.000 kedatangan dari total 8.397.000 kedatangan di lima pintu
masuk utama wisatawan mancanegara ke Indonesia. Selanjutnya, mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan daya saing sektor pariwisata
Daerah Istimewa Yogyakarta serta strategi kebijakan yang perlu diambil oleh pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk meningkatkan daya saing
sektor pariwisatanya. Faktor-faktor yang digunakan untuk mengetahui tingkat daya saing sektor pariwisata adalah kondisi faktor, kondisi
permintaan, strategi daerah, serta industri pedukung terkait. Periode waktu yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini adalah tahun 2011-
2015, dan wilayah yang diteliti adalah kondisi pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana daya saing sektor pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta?
2. Apa saja yang menentukan daya saing sektor pariwisata Daerah
Istimewa Yogyakarta? 3.
Strategi kebijakan apa yang perlu diambil pemerintah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk meningkatkan daya saing sektor pariwisata
Daerah Istimewa Yogyakarta?
8
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui daya saing sektor pariwisata Daerah Istimewa
Yogyakarta. 2.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan daya saing sektor pariwisata kabupaten Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui strategi kebijakan yang perlu diambil pemerintah
Daerah Istimewa Yogyakarta untuk meningkatkan daya saing sektor pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Manfaat akademik a.
Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi yang memerlukan.
b. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktik
a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi para pembuat
kebijakan di pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam peranannya untuk mengembangkan sektor pariwisata Daerah
Istimewa Yogyakarta.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Definisi Pariwisata
Pariwisata menjadi kemudi penting dalam pembangunan ekonomi, baik bagi negara maju maupun negara berkembang. Bahkan pariwisata menjadi sektor
yang paling penting bagi beberapa negara karena sektor ini dapat menjadi mesin pencetak lapangan pekerjaan. Dalam pengembangannya, pariwisata dapat
melibatkan sejumlah efek positif, seperti konstruksi infrastruktur sosial dan peningkatan kualitas hidup.
Menurut Kementrian Kebudayaan Pariwisata dalam Utama 2000, pariwisata diselenggarakan dengan tujuan untuk menciptakan jasa pariwisata,
menyediakan daya tarik atau objek wisata, sarana dan usaha terkait di industri pariwisata. Dalam UU RI Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, dijelaskan
tentang penggolongan jenis usaha jasa pariwisata, yaitu: a Usaha Jasa Pariwisata
Usaha jasa pariwisata muncul karena adanya berbagai macam kebutuhan dan keperluan bagi para wisatawan untuk memperlancar perjalanan calon wisatawan.
Usaha jasa pariwisata terdiri dari; 1 jasa biro perjalanan wisata; 2 jasa agen
perjalanan wisata; 3 usaha jasa pramuwisata; 4 usaha jasa konvensi; 5 jasa impresariat; 6 jasa konsultasi pariwisata; 7 jasa informasi pariwisata.
b Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan menjadi tiga, yaitu; 1
pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam, yang merupakan usaha pemanfaatan SDA serta tata lingkungannya yang telah ditetapkan menjadi
sasaran wisata; 2 pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya, yang merupakan usaha seni yang telah ditetapkan menjadi sasaran wisata; 3
pengusahaan objek wisata dan daya tarik wisata minat khusus, yaitu usaha pemanfaatan sumber daya alam dan usaha seni untuk dijadikan sasaran
wisatawan dengan minat khusus. c Usaha Sarana Pariwisata
Usaha sarana parisiwisata dikelompokkan menjadi; 1 penyediaan akomodasi; 2 penyediaan makanan dan minuman; 3 penyediaan angkutan wisata; 4
penyediaan sarana wisata tirta; 5 penyediaan kawasan pariwisata.
2. Definisi Wisatawan
Wisatawan merupakan komponen dari kondisi permintaan demand di industri pariwisata. Menurut NESPARNAS 2014, definisi wisatawan jika
dilihat dari sisi permintaan terbagi menjadi tiga, yaitu:
1 Wisatawan nusantara Wisatawan nusantara merupakan penduduk asli Indonesia yang melakukan
perjalanan dalam negeri selama kurang dari 6 bulan dengan sifat perjalanannya merupakan bukan perjalanan yang rutin, perjalanan dilakukan secara sukarela
dan tujuan perjalanannya bukan untuk sekolah atau bekerja. 2 Wisatawan mancanegara inbound
Wisatawan mancanegara adalah orang yang melakukan kunjungan ke suatu negara di luar negara tempat tinggalnya karena ada beberapa alasan tanpa maksud
untuk mendapat penghasilan dari negara yang dikunjungi bukan maksud untuk mendapat pekerjaan. Wisatawan mancanegara terbagi atas dua golongan, yatu
wisatawan tourist dan pelancong excursionist. 3 Wisatawan Indonesia yang keluar negeri outbound
Wisatawan Indonesia yang keluar negeri adalah penduduk asli Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri dengan maksud untuk tidak bekerja dan
tinggal untuk tidak lebih dari 6 hari.
3. Teori Daya Saing
Daya saing dikaitkan dengan tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan atau disebut dengan produktivitas. Peningkatan
produktivitas dilihat dari peningkatan modal dan tenaga kerja, kualitas input, dan