PERKEMBANGAN KANTOR BANK FUNGSI INTERMEDIASI Fungsi intermediasi perbankan di Gorontalo hingga triwulan III-2010

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 33 BAB 3 : P ERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo selama triwulan III-2010 menunjukkan perkembangan yang cukup baik, tercermin dari beberapa indikator seperti penghimpunan Dana Pihak Ketiga DPK, penyaluran kredi dan rasio kredit bermasalah NPLs. DPK yang berhasil dihimpun mengalami pertumbuhan, demikian pula dengan penyaluran kredit ke masyarakat. Pertumbuhan penyaluran kredit diikuti oleh risiko kredit yang relatif terkendali seperti tercermin dari indikator NPLs yang masih berada pada level aman dibawah 5. Hal yang masih perlu mendapat perhatian adalah potensi risiko likuiditas, mengingat rasio kredit terhadap dana pihak ketiga LDR menunjukkan angka yang masih berada pada level ‘kurang wajar’.

3.1 FUNGSI INTERMEDIASI Fungsi intermediasi perbankan di Gorontalo hingga triwulan III-2010

menunjukkan perkembangan yang cukup baik seperti tercermin dari indikator Loan to Deposit Ratio LDR, yakni sebesar 154,37. Jumlah penghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di, Gorontalo menunjukkan peningkatan yakni sebesar 10,47y.o.y, demikian pula dengan jumlah kredit yang disalurkan meningkat sebesar 29,49y.o.y

3.1.1 PERKEMBANGAN KANTOR BANK

Kegiatan perbankan di Provinsi Gorontalo saat ini dilayani oleh 9 Bank Umum Konvensional, 3 Bank Umum Syariah, 4 Bank Perkreditan Rakyat BPR. Jaringan kantor Bank Umum baik yang konvensional maupun syariah di Provinsi Gorontalo terdiri dari 14 kantor cabang, 26 kantor cabang pembantu, 12 kantor kas serta 22 kantor unit, sedangkan jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 3 kantor cabang dan 2 kantor kas. 3.1.2 PENYERAPAN DANA MASYARAKAT Pada posisi akhir triwulan III-2010 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp2,06 triliun, tumbuh sebesar 10,47 y.o.y lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,79 y.o.y. Tabungan sebagai komponen DPK dengan share sebesar 2,58 mengalami pertumbuhan sebesar 9,20 y.o.y lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,31 y.o.y. Giro dengan share terhadap DPK sebesar 19,98 mengalami pertumbuhan sebesar 38,86 y.o.y lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,79 y.o.y. Pertumbuhan giro yang cukup tinggi di satu pihak membantu likuiditas dana perbankan namun di lain pihak merefleksikan cukup tingginya dana pemerintah yang ada di perbankan akibat pengeluaran pemerintah yang belum PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 | BANK INDONESIA optimal. Sementara itu simpanan deposito mengalami kontraksi sebesar 1,94. Kontraksi pada perkembangan deposito tersebut sejalan dengan tren penurunan suku bunga deposito. Grafik 3.1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Grafik 3.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga Pada Bank Perkreditan Rakyat BPR, penghimpunan dana hingga triwulan III-2010 tercatat sebesar Rp.9,14 milliar, mengalami kontraksi sebesar -6,51 y.o.y lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan DPK tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan jumlah tabungan 22,16, yang diperkirakan karena adanya penarikan sebagian dana tabungan masyarakat yang ada di BPR untuk keperluan selama bulan Ramadhan dan Lebaran serta perpindahan dari tabungan ke deposito. Untuk deposito, mengalami ekspansi menjadi sebesar Rp5,41 miliiar atau tumbuh 8,54 y.o.y. Penyerapan dana masyarakat di Gorontalo secara umum masih relatif kecil, yang terefleksi dari angka LDR yang mencapai 154,29 Bank Umum dan 225,92 BPR. Untuk mendorong pertumbuhan dana pihak ketiga, maka pada 20 Februari 2010 lalu telah diluncurkan produk ” Tabunganku” dengan berbagai kemudahan antara lain pembebasan biaya administrasi tabungan dan setoran minimum yang rendah. Sejak produk tersebut dilaunching pada 20 Februari 2010 lalu, respon masyarakat terhadap produk tersebut cukup baik yang terlihat dari perkembangan jumlah rekening dan nominal “Tabunganku” yang menunjukkan peningkatan cukup baik. Jika pada awal diluncurkan Februari 2010, jumlah rekening “Tabunganku” adalah 1.836 rekening dengan nominal tabungan sebesar Rp57.420.000,00, maka pada bulan maret 2010 jumlahnya meningkat menjadi 2.430 rekening dengan nominal Rp608.064.639,25. Selanjutnya, pada triwulan III-2010, jumlah rekening tercatat 2.955 rekening dengan nominal Rp4.324.940.014,275. Beberapa fasilitas produk “Tabunganku” seperti tidak adanya biaya administrasi dan jumlah setoran minimum yang relatif kecil, menjadi faktor yang dipertimbangkan masyarakat dalam memanfaatkan produk ini. Untuk mendorong peningkatan produk ini, Bank Indonesia secara intensif 60.00 40.00 20.00 - 20.00 40.00 60.00 80.00 JU N JU L I A G T S E P O K T N O V D E S JA N F E B M A R A P R M E I JU N JU L I A G T S E P 2010 P e rt u m b u h a n y o y DPK Total Giro Deposito Tabungan 19.98 27.44 52.58 DPK BANK UMUM Giro Deposito Tabungan BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 35 melakukan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya ke sekolah-sekolah sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan minat masyarakat untuk menabung. 3.1.3 PENYALURAN KREDIT Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp3,18 triliun, tumbuh 29,49 y.o.y lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 31,99 y.o.y. Pertumbuhan kredit yang relatif tinggi antara lain didorong oleh perkembangan kredit investasi yang tercatat tumbuh sebesar 39,50 y.o.y lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 33,25 y.o.y. Meskipun pertumbuhan kredit investasi tercatat yang tertinggi pada triwulan laporan, namun pangsanya terhadap portofolio kredit masih sangat rendah yaitu hanya sebesar 6,39. Sementara itu, meskipun pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 36,84y.o.y tercatat lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 40,07y.o.y, namun kredit konsumsi masih mendominasi pangsa kredit terbesar di Gorontalo yaitu sebesar 61,56. Sementara itu, kredit modal kerja tercatat memiliki pangsa sebesar 32,05 terhadap total kredit dan memiliki pertumbuhan sebesar 15,87. Dari sisi risiko, portofolio kredit yang didominasi oleh kredit konsumtif merupakan hal yang baik karena kredit konsumsi memiliki exposure resiko yang relatif rendah. Namun, dari segi perannya terhadap perekonomian daerah, dominasi kredit konsumtif menunjukkan bahwa peran perbankan dalam menstimulus pertumbuhan ekonomi kurang optimal karena kredit konsumtif tidak memberikan efek multiplier yang tinggi bila dibandingkan kredit investasi atau modal kerja. Untuk BPR, jumlah kredit yang disalurkan hingga triwulan laporan tercatat sebesar Rp20,64 milliar atau tumbuh sebesar -0,44y.o.y, karena adanya penurunan pada kredit produktif investasi dan modal kerja masing-masing sebesar 14,44y.o.y dan 9,97y.o.y. Kredit konsumsi tercatat sebesar Rp.7,95 milliar atau tumbuh sebesar 20,22 y.o.y yang diperkirakan dipengaruhi oleh meningkatnya kegiatan konsumsi masyarakat. Berbeda dengan bank umum, pangsa kredit terbesar pada BPR disalurkan untuk kegiatan produktif yaitu modal kerja dengan pangsa sebesar 59,56 sedangkan untuk konsumsi hanya 38,50 dari total kredit. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 | BANK INDONESIA Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Grafik 3.4 Komposisi Kredit Penggunaan Dari sisi sektoral, kredit sektor produktif menunjukkan perlambatan selama triwulan III-2010. Sektor pertanian, pertambangan, dan industri mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu terkontraksi masing-masing sebesar -49,23 y.o.y, -26,38 y.o.y, dan 34,71. Kinerja kredit perdagangan masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 12,89 y.o.y namun relatif lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 14,99 y.o.y. Hal yang sama juga terjadi pada sektor konstruksi tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor lainnya yaitu 37,44 y.o.y meskipun masih lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 64,60 y.o.y. Meningkatnya realisasi proyek infrastruktur pada akhir tahun masih menjaga pertumbuhan kredit sektor konstruksi, karena sebagaimana diketahui bahwa pendanaan proyek-proyek infrastruktur umumnya memanfaatkan jasa kredit perbankan, antara lain untuk penyelesaian proyek pelabuhan dan jalan provinsi pada beberapa kabupaten. Untuk BPR, dari total kredit sebesar Rp.20,64 milliar, kredit terbesar disalurkan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran PHR yaitu sebesar Rp.9.43 milliar atau 45,69 dari total kredit. Penyaluran kredit BPR nampaknya disesuaikan dengan karakteristik wilayah Gorontalo yang umumnya didominasi oleh sektor PHR. Adapun kredit sektor pertanian dan industri hanya memiliki share yang terkecil yaitu masing-masing 1,46 dan 1,52 dari total kredit. Seperti halnya dengan kredit pada bank umum, kredit pada kedua sektor tersebut juga menunjukkan kontraksi masing-masing sebesar -26,65 dan 11,11 yang diperkirakan selain karena cukup tingginya angka NPLs kredit sektor pertanian misalnya tercatat 49,38, turut dipengaruhi oleh faktor cuaca yang mengganggu aktivitas ekonomi masyarakat di sektor tersebut. Data yang ada menunjukkan bahwa pada tahun 2009 pangsa kredit terhadap total PDRB Gorontalo adalah sebesar 8,20. Selanjutnya, hingga triwulan III-2010 pangsa kredit terhadap total PDRB mengalami peningkatan menjadi 9,94. Hal tersebut - 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 JU N JU L I A G T S E P O K T N O V D E S JA N F E B M A R A P R M E I JU N JU L I A G T S E P 2010 P e rt u m b u h a n y o y Kredit Total Investasi Modal Kerja Konsumsi 6.39 32.05 61.56 KREDIT BANK UMUM Investasi Modal Kerja Konsumsi BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 37 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 Pertanian Industri Konstruksi Perdagangan Angkutan SHARE SEKTORAL merefleksikan bahwa peran perbankan terhadap pembentukan PDRB di Gorontalo semakin meningkat, namun masih relatif kecil jika dibandingkan dengan daerah lain misalnya Sulawesi Selatan yang pada tahun 2009 pangsa kredit terhadap PDRB mencapai 35,75. Dengan kondisi tersebut maka peluang perbankan dalam meningkatkan pembiayaan di Gorontalo masih terbuka luas. Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral Grafik 3.6 Komposisi Kredit Sektoral Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat sebesar Rp2.70 triliun atau mengambil pangsa sebesar 84,95 dari total kredit di Gorontalo, yang merefleksikan bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan di Gorontalo merupakan skala menengah kebawah. Kredit UMKM tersebut tumbuh 77,67 y.o.y lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 76,67 y.o.y, yang tak lepas dari kinerja perbankan untuk terus menggali dan men-support potensi daerah dengan berbagai program kegiatannya. Untuk meningkatkan akses UMKM ke perbankan, sejak triwulan lalu telah dibentuk Financial Advisor FA yaitu merupakan forum individu profesional dari perbankan yang dikoordinir oleh Bank Indonesia untuk memberikan bantuan teknis kepada masyarakat dan pelaku UMKM secara langsung. Forum ini diharapkan efektif dalam menggali informasi dan mencari solusi untuk mendorong akses dunia usaha khususnya mikro dan kecil agar tidak hanya feasible namun juga bankable. 100.00 50.00 - 50.00 100.00 150.00 200.00 JU N JU L I A G T S E P O K T N O V D E S JA N F E B M A R A P R M E I JU N JU L I A G T S E P 2010 P e rt u m b u h a n y o y Pertanian Industri Konstruksi Perdagangan Angkutan PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 | BANK INDONESIA Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM

3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN