dianggap sebagai sistem norma yang berlaku di Indonesia yang mengatur kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.
2.2. Pelaksanaan Hukum dan Peradilan di Indonesia.
Seperti yang telah kita paparkan pada bab pendahuluan dapat kita cermati bahwa sistem pelaksanaan hukum dan peradilan di Indonesia sampai
pada saat sekarang ini adalah terkesan carut-marut dan semakin amburadul. Berbagi contoh kasus pelanggaran hukum yang tidak jelas penyelesaiannya
menggambarkan kridebilitas sistem hukum dan peradilan di Indonnesia semaking memprihatinkan. Seperti yang di katakan oleh Ketua Mahkamah
Konstitusi Mahfud MD : Indonesia dalam Kondisi Bahaya Meski tampak
tenang, namun sebenarnya Indonesia dalam kondisi bahaya. Kondisi bahaya itu menurut Prof Dr Mahfud MD, Ketua Mahkamah Konstitusi MK, bukan
karena perang dari luar atau ancaman dari luar sebagaimana yang diatur dalam konstitusi, tetapi justru karena ancaman dari dalam sendiri.
”Saat ini proses penegakan hukum, penegakan keadilan dan kebenaran dan proses pembangunan demokrasi, macet karena saling sandera
menyandera,” kata Prof Dr Mahfud MD pada wartawan usai melantik Pengurus Ikatan Keluarga Alumni Universitas Islam Indonesia di Pyramid,
Sewon, Kabupaten Bantul, Sabtu 285. Mahfud menambahkan, sandera-menyandera itu sangat nyata. Ia
menyontohkan, jika si A melakukan korupsi besar, maka proses hukum akan sulit dilakukan karena si A sudah menyandera si B yang sebenarnya orang
yang harus menegakkan hukum. Ini bisa terjadi karena si B sudah disuap oleh si A.
Demikian pula ketika A meminta C untuk menyelesaikan, C juga tidak bisa karena juga menerima suap.
”Inilah yang terjadi dalam sistem pemerintahan di negara tercinta kita ini. Dulu kita punya kerajaan Majapahit, Demak dan Mataram, semua hancur
karena tidak bisa memujudkan keadilan dan kebenarannya,”paparnya. Menurutnya, dalam kondisi seperti ini, hampir-hampir tidak ada yang mampu
menggunting simpul sandera menyandera itu. Hal itu sangat mungkin terjadi karena ketika satu kasus terungkap, maka semua beramai-ramai
meributkannya. Dengan harapan agar kemudian mengambangkan kasus itu hingga tidak
pernah sampai selesai. ”Sampai saat ini mana kasus besar yang bisa sampai ke
ujungnya? Tidak ada, karena semua diselingkuhkan secara politik dan akhirnya macet karena tersandera,”katanya.
Selain itu Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia itu menambahkan, ada cara lain untuk menghilangkan kasus yang akan
terungkap. Caranya, katanya, dengan memunculkan kasus baru, sehingga kasus yang diributkan itu menjadi hilang. ”Demikian hingga akhirnya orang
melupakan,” tegasnya. Namun Mahfud enggan menyebutkan contoh kasus yang merupakan kondisi
saling menyandera itu. ”Tidak usahlah menyebut kasus konkret. Saya pikir kalian juga sudah tahu sendiri,”tambahnya.
2.3. Penyebab Kebobrokan Hukum di Indonesia