Latar Belakang TUGAS KULIAH TENTANG PENGAMATAN PELAKSANAAN HUKUM DI INDONESIA

B A B I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berbagai masalah yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia mulai dari masalah kriminalitas, korupsi, kemiskinan, pengangguran, terorisme dan lain sebagainya, menimbulkan suatu ataupun banyak permasalahan yang terjadi di belahan bumi Indonesia saat sekarang, salah satunya adalah merosotnya nilai- nilai hukum yang terkesan semakin amburadul dan carut marut. Berbagai pelanggaran melawan hukum yang semestinya secara adil dan konsekwen bisa dan harus di tindak lanjuti sesuai dengan aturan hukum yang ada, ternyata hanya sebuah dilematis yang tanpa penyelesaian yang sesungguhnya. Dimanapun, lembaga peradilan diharapkan menjadi tempat bagi masyarakat mendapatkan keadilan dan menaruh harapan. Namun, realitanya jauh dari harapan. Justru, pengadilan dianggap sebagai tempat yang berperan penting menjauhkan masyarakat dari keadilan. Orang begitu sinis dan apatis terhadap lembaga peradilan. Harapan akan memperoleh kebenaran dan keadilan pun pupus ketika ditemukan adanya permainan sistematis yang diperankan oleh segerombolan orang yang bernama mafia peradilan. Contoh-contoh kasus pelaksanaan hukum di Indonesia yang terkesan amburadul adalah sebagai berikut : 1. Pengadilan perkara korupsi mantan Dirut Jamsostek Ahmad Djunaedi yang mengamuk dan berteriak telah memberikan uang Rp 600 juta kepada jaksa yang sebagiannya, yakni Rp 250 juta digunakan untuk memesan hakim adalah bukti bahwa keberadaan mafia peradilan bukanlah isapan jempol. Disinyalir, menurut hampir semua lapisan aparat penegak hukum terlibat mulai dari polisi, jaksa, hakim, panitera, hingga advokat mulai dari tingkat daerah sampai di Mahkamah Agung. 2. Kasus BLBI telah berjalan lebih kurang selama 10 tahun sejak krisis moneter tahun 19971998. Langkah penegakan hukum yang dilakukan mengakibatkan pengambil kebijakan pengucuran Bantuan Likuiditas Bank Indonesia BLBI dijatuhi hukuman. Sementara dua direksi lain di-SP3-kan surat perintah penghentian penyidikan Kejaksaan Agung Kejagung dan sejumlah penerima BLBI dihukum 3. Kasus Nenek Minah asal Banyumas yang divonis 1,5 bulan kurungan adalah salah satu contoh ketidakadilan hukum di Indonesia. Kasus ini berawal dari pencurian 3 buah kakao oleh Nenek Minah. Saya setuju apapun yang namanya tindakan mencuri adalah kesalahan. Namun demikian jangan lupa hukum juga mempunyai prinsip kemanusiaan. Masak nenek-nenek kayak begitu yang buta huruf dihukum hanya karena ketidaktahuan dan keawaman Nenek Minah tentang hukum. 4. Rekaman upaya kriminalisasi terhadap KPK yang diperdengarkan di Mahkamah Konstitusi MK makin menunjukkan potret penegakan hukum di Indonesia masih buram. Penegakan hukum di negeri yang berlandaskan hukum ini pun terancam. Ini menggambarkan potret buram hukum kita. Bukan tidak mungkin kasus-kasus lain pun juga banyak yang seperti itu. Kebetulan kasus ini saja yang baru terungkap, kata ahli hukum pidana UGM, Eddy OS Hiariej kepada detikcom, Rabu 4112009. Mafia-mafia peradilan yang selama ini didengungkan oleh para pegiat antikorupsi ini ternyata bukan isapan jempol belaka. Eddy menjelaskan, terungkapnya isi rekaman di MK kemarin semakin meneguhkan, bahwa mafia peradilan masih menjadi ancaman penegakan hukum. Bahwa yang kita dengungkan apa yang disebut mafia peradilan terbukuti, imbuhnya. Bagaimana menumpas mafia peradilan agar tidak terus membayang- bayangi dunia hukum kita? Eddy meminta agar setiap penyelesaian kasus haruslah dilakukan dengan transparan. Ini penting untuk kembali dilakukan oleh para penegak hukum agar kemungkinan-kemungkinan kecil untuk terjadinya penyelewengan hukum bisa dihindari. Pengungkapan kasus harus transparan. Bayangkan, seorang buronan dan DPO saja bisa melakukan pertemuan dengan Kabareskrim. Ini bisa terjadi karena pengungkapan kasus tidak transparan, kata pria yang mengajar hukum pidana di FH UGM ini. Apakah para petinggi Polri dan Kejaksaan harus diganti sebagai bentuk tanggung jawab atas kasus ini? Tidak serta merta kita harus menjustifikasi seperti itu. Kecuali kalau hasil rekaman tersebut telah diselidiki dan memang terbukti, Realita sistem hukum dan peradilan di negeri ini, nampaknya tergambarkan dalam penelitian yang dilakukan oleh The Asia Foundation AC Nielsen yang antara lain menyatakan: 49 sistem hukum tidak melindungi mereka the legal system does not protect them, 38 tidak ada persamaan dimuka hukum there is no such thing as equality before the law, 57 sistem hukum masih tetap korup the legal system is just as corrupt as it has always been problem. Sehubungan dengan itu maka penulis ingin sekali memberikan gambaran dan penilaian tentang pelaksanaan hukum di Indonesia tercinta ini, dengan harapan bahwa pelaksanaan hukum di negeri ini bisa sesuai dengan harapan kita semua.

1.2. Rumusan Masalah