Persepsi dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan ekosistem sub daerah aliran sungai(DAS) Cikundul:kasus di Desa Cikanyere, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT
DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM
SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKUNDUL
(Kasus di Desa Cikanyere, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat)

CEMPAKA SARI PUSPITA DEWI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul
Persepsi dan Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem Sub Daerah
Aliran Sungai (DAS) Cikundul (Kasus di Desa Cikanyere, Kecamatan Sukaresmi,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah
diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2006

Cempaka Sari PD
NRP E14102008

PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT
DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM
SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKUNDUL
(Kasus di Desa Cikanyere, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat)

CEMPAKA SARI PUSPITA DEWI

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kehutanan pada

Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMAN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITIUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul Penelitian

: Persepsi dan Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan
Ekosistem Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul
(Kasus di Desa Cikanyere, Kecamatan Sukaresmi,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

Nama Mahasiswa

: Cempaka Sari Puspita Dewi

NRP


: E 14102008

Program Studi

: Manajemen Hutan

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi

Dr . Ir. Didik Suharjito, MS
NIP. 132 104 680

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, Ms
NIP. 131 430 799

Tanggal Lulus :


ABSTRAK

CEMPAKA SARI PUSPITA DEWI . Persepsi dan Perilaku Masyarakat dalam
Pengelolaan Ekosistem Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul (Kasus di
Desa Cikanyere, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat).
Dibimbing oleh DIDIK SUHARJITO.
Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan persepsi dan perilaku
masyarakat dalam pengelolaan ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Perilaku
dalam pengelolaan ekosistem DAS meliputi jenis pohon yang dipilih dan pola
tanam, serta perilaku berorganisasi dalam pengelolaan ekosistem DAS. Penelitian
ini dilaksanakan di Desa Cikanyere, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur,
Jawa Barat pada bulan Mei hingga Juni 2006.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Pengumpulan data primer
dilakukan dengan cara : (a) Pengamatan terhadap aktivitas masyarakat dan kondisi
ekosistem Daerah Aliran Sungai, (b) Wawancara dengan menggunakan kuesioner
terstruktur dan wawancara bebas terhadap informan. Data lain yang dikumpulkan
berupa, data sekunder yang diperlukan.
Persepsi masyarakat terhadap fungsi DAS adalah positif dalam
hubungannya dengan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Sebanyak
73,33% informan mengatakan bahwa kondisi DAS dalam keadaan baik dan 26,67

% DAS dalam kondisi agak rusak. Masyarakat beranggapan bahwa, apabila DAS
rusak akan menimbulkan kerugian, sehingga perlu menjaga kondisi DAS agar
tetap baik. Persepsi positif masyarakat, ternyata menentukan perilakunya.
Informan sebanyak 40% dari 73,33 % yang menyatakan DAS baik dan 16,67 %
dari yang menyatakan DAS agak rusak, telah turut serta dalam upaya pengelolaan
DAS seperti , program Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN) tahun
2004, pengelolaan pada lahan pertanian mereka dan penanaman pada lahan
pertanian. Upaya konservasi yang telah dilakukan berupa konservasi kimia
(93,33%) dan konservasi penanggulangan erosi dalam bentuk pembuatan teras
(6,67%). Masyarakat belum sepenuhnya memahami bahwa penerapan pola tanam
dan jenis tanaman tertentu mampu menjaga kondisi DAS agar tetap baik. Pola
tanam yang diterapkan berupa pola tanam campuran (100%). Jenis tanaman yang
paling banyak ditanam adalah palawija 98,33%.
Pengorganisasian masyarakat yang menangani pengelolaan DAS secara
khusus belum ada. Berbagai kegiatan maupun program pemerintah dilakukan
melalui kelompok tani, sehingga gerakan dan keberadaannya dapat dikatakan
bersifat multifungsi. Kelompok tani selalu memperoleh pembinan dari berbagai
pihak. Struktur organisasi masih sederhana, terdiri dari : ketua, sekretaris,
bendahara dan anggota.


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi dan
Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem Sub Daerah Aliran
Sungai (DAS) Cikundul, kasus di Desa Cikanyere Kecamatan Sukaresmi
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat”. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan selama dua bulan sejak bulan Mei hingga Juni 2006.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Didik Suharjito, MS
selaku dosen pembimbing serta aparat pemerintahan Desa Cikanyere, Kecamatan
Sukaresmi, Kabupaten Cianjur yang telah banyak membantu selama penelitian.
Ungkapan terima kasih disampaikan pula kepada Mama, papa dan adik-adik
tercinta (Cunda Dwi Sespandana dan Ceria Agnantria) atas segala kasih sayang,
semangat serta doa yang selalu dipanjatkan, teman-teman satu bimbingan (Ari
Nurlia, Lenita Oktavi P dan Fitria Kurniawan ), sahabat-sahabatku (Ida, silvia dan
Desi) teman-teman Manajemen Hutan 39, sahabat seperjuangan WISMA
PANINEUNGAN (Fety, Rosi, Warti, Nurfathanah, Dini dan Indri) , teman-teman
WISMA AZ-ZHUKHRUF, serta semua pihak yang telah membantu penulis
selama ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah memberikan
balasan atas segala kebaikan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat


Bogor, Juli 2006

Cempaka Sari PD

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 11 Mei 1984 dari ayah Agus
Rochyana dan ibu Na’atin. Penulis merupakan putri pertama dari tiga beraudara.
Tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negri 1 Sindang Indramayu dan pada
tahun yang sama, lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Penulis memilih
Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam Himpunan Profesi
Forest Management Study Club (FMSC), Departemen Manajemen Hutan,
Fakultas Kehutanan IPB. Diluar kampus, penulis aktif di Organisasi Mahasiswa
Daerah (OMDA) IKADA-BOGOR. Penulis pernah mejadi peserta Pelatihan
Kepemimpinan Putra Sunda III Gerakan Masyarakat Jawa Barat (GEMA JABAR)
di Bandung.
Penulis juga pernah melaksanakan praktek pengenalan hutan di Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur, Bagian Kesatuan Pemangkuan
Hutan (BKPH) Gunung Slamet serta praktek umum pengelolaan hutan bersama

mahasiswa Universitas Gajah Mada di Getas (KPH Ngawi) tahun 2005.
Selanjutnya penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama ± 2 bulan di
Desa Petir, Kecamatan Dramaga-Bogor.
Sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana kehutanan, penulis membuat
skripsi yang berjudul “Persepsi dan perilaku masyarakat dalam Pengelolaan
Ekosistem Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul, (kasus di Desa
Cikanyere Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)” di
bawah bimbingan Dr.Ir. Didik Suharjito, MS.

DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ...................................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................. 2

Tujuan Penelitian ................................................................................. 2
Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Persepsi ................................................................................... 4
Persepsi Masyarakat Terhadap Lingkungan ........................................ 4
Pengertian dan Pengelolaan DAS ........................................................ 6
Manajemen Daerah Aliran Sungai (DAS) ........................................... 7
Organisasi dan Penguasaan Lahan ...................................................... 8
METODOLOGI
Kerangka Pemikiran ............................................................................. 11
Definisi Operasional ............................................................................ 12
Waktu dan Tempat ............................................................................... 13
Alat dan Bahan ..................................................................................... 13
Sasaran Penelitian ................................................................................ 13
Metode Penelitian ................................................................................ 13
Metode Pengumpulan Data ..................................................... 14
Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................... 14
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak .................................................................................................... 15
Luas ...................................................................................................... 16

Topografi dan Iklim ............................................................................. 18

Keadaan Sosial Ekonomi ..................................................................... 19
Kependudukan .............................................................................. 19
Tingkat Pendidikan ....................................................................... 20
Mata Pencaharian .......................................................................... 22
Pemilikan Lahan ........................................................................... 27
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persepsi ................................................................................................ 28
Persepsi Masyarakat Mengenai Kualitas DAS ............................. 28
Persepsi Masyarakat Mengenai Fungsi DAS ................................ 36
Persepsi Masyarakat Mengenai Pengelolaan DAS ....................... 38
Persepsi Masyarakat Mengenai Peran Para Pihak Dalam
Pengelolaan DAS .......................................................................... 39
Persepsi Masyarakat Mengenai Pengorganisasian Petani ............. 40
Perilaku ................................................................................................ 42
Kegiatan dalam Pengelolaan DAS ................................................ 44
Kegiatan Berorganisasi dalam Pengelolaan
DAS ............................................................................................... 52
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ................................................................................... 54
Saran.............................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55
LAMPIRAN .................................................................................................... 57

DAFTAR TABEL
No

Halaman
Teks

1.

Wilayah Administrasi Desa di Sub DAS Cikundul .......................... 15

2.

Data Luas Wilayah Desa Cikanyere Menurut
Penggunaannya Tahun 2005 ............................................................. 17

3.

Distribusi Kelas Kemiringan Lahan Sub DAS Cikundul .................. 18

4.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ............................. 19

5.

Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 19

6.

Sebaran Umur Petani......................................................................... 20

7.

Data Tingkat Perkembangan Pendidikan
Masyarakat Desa Cikanyere.............................................................. 21

8.

Distribusi Mata Pencaharian Penduduk Desa Cikanyere .................. 23

9.

Pengeluaran Rumah Tangga Responden ........................................... 26

10. Luas Pemilikan Lahan Petani ............................................................ 27
11. Hubungan Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi DAS dengan
Perilaku Mengelola DAS .................................................................. 44

DAFTAR GAMBAR
No

Halaman
Teks

1.

Jumlah Tanggungan Petani ............................................................... 20

2.

Tingkat Pendidikan Petani ................................................................ 22

3.

Mata Pencaharian Utama .................................................................. 24

4.

Mata Pencaharian Sampingan ........................................................... 24

5.

Pendapatan Petani ............................................................................. 25

6.

Status Pemilikan Lahan Petani .......................................................... 27

7.

Klasifikasi Pengertian DAS .............................................................. 28

8.

Klasifikasi Persepsi Responden Mengenai Kondisi DAS ................. 31

9.

Pengelompokan Ada Tidaknya Kerugian yang Dirasakan jika DAS
Rusak ................................................................................................. 33

10. Klasifikasi Pengaruh Menurunya Kualitas Air dalam DAS ............. 35
11. Manfaat DAS Menurut Informan ...................................................... 36
12. Kepentingan Masyarakat Terhadap Sungai ...................................... 37
13. Penanaman dengan Cara Dihampar .................................................. 42
14. Pola Tanam Campuran dengan Jenis Tanaman Pokok Sesin............ 45
15. Pola Tanam Campuran dengan Jenis Tanaman Pokok Ubi .............. 46
16. Jenis Tanaman yang Ditanam ........................................................... 46
17. Penanaman dengan Cara Disaeur ...................................................... 48

DAFTAR LAMPIRAN
No

Halaman
Teks

1. Peta Kecamatan Sukaresmi .................................................................. 58
2. Peta Desa Cikanyere ............................................................................ 59
3. Luas Administrasi Pemerintahan Sub DAS Cikundul ......................... 60
4.

Foto-foto Penelitian............................................................................. 62

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai akan selalu berhubungan dengan tiga
unsur pokok, yaitu lahan, air sungai dan manajemen. Secara umum manajemen
Daerah Aliran Sungai, berarti manajemen sumberdaya alam yang dapat pulih
seperti air, tanah dan vegetasi dalam sebuah DAS dengan tujuan untuk
memperbaiki, memelihara dan melindungi keadaan DAS agar dapat menghasilkan
air. Banyaknya kondisi DAS yang kritis merupakan fakta bahwa pemanfaatan
lahan masih kurang bijaksana. Keberlangsungan suatu Daerah Aliran Sungai
sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia, dimana aktivitas tersebut sangat
dipengaruhi pula oleh perilaku (pengetahuan, keterampilan dan sikap mental).
Berbagai penelitian mengenai Daerah Aliran Sungai (DAS) telah banyak
dilakukan. Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Kaswanto (2001) mengenai
Pengelolaan Elemen Air yang Berkelanjutan dalam Lansekap Pedesaan di DAS
Citarum Tengah, Kabupaten Cianjur menunjukan bahwa, pengelolaan elemen air
berbeda untuk setiap zona disesuaikan dengan keberadaan sumber elemen air dan
struktur pekarangan lansekap pedesaan. Stabilitas pengelolaan elemen air yang
relatif lebih baik adalah dengan penggunaan input dari dalam zona tengah yang
optimal. Penelitian Laode Geo (1997) mengenai

Studi Investasi Konservasi,

Rehabilitasi dan Penatagunaan Lahan Kawasan Hulu DAS Cimanuk menunjukan
bahwa alokasi penggunaan lahan di kawasan hulu DAS saat ini ternyata belum
optimal. Apabila kondisi seperti ini dipertahankan terus, diperkirakan akan terjadi
gangguan-gangguan yang lebih serius baik terhadap kawasan hulu itu sendiri
maupun terhadap kawasan hilirnya. Upaya optimalisasi pengelolaan DAS belum
melibatkan berbagai pihak, dengan demikian sukses tidaknya pengelolaan DAS
lebih ditentukan oleh sejauh mana memberikan kontribusinya secara lebih adil.
Penelitian mengenai peran serta masyarakat dalam penghijauan di kawasan DAS
pernah dilakukan pula oleh Hernani Barnas (1998), bahwa peran serta masyarakat
dalam pencapaian tujuan penghijauan dipengaruhi oleh komponen berupa
motivasi masyarakat dan birokrasi penghijauan dan lingkungan hidup.

2

Berbagai penelitian yang telah ada, sejauh ini belum ada yang mengarah
pada penggalian persepsi dan perilaku suatu masyarakat sehingga mampu
mengelola ekosistem DAS. Belakangan ini banyak permasalahan penting yang
sangat perlu mendapat perhatian, yaitu terganggunya keseimbangan ekologi di
beberapa daerah aliran sungai. Dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) terdapat
berbagai macam penggunaan lahan oleh masyarakat, yaitu pemukiman, budi daya
pertanian, dan sebagainya. Pola penggunaan lahan tersebut telah menimbulkan
dampak negatif terhadap fungsi DAS. Dalam rangka mendukung penelitian
sebelumnya maka penelitian ini penting untuk mengetahui persepsi dan perilaku
masyarakat sehingga mereka mampu menjaga kondisi tanah, air dan vegetasi
sehingga kelestarian lingkungan daerah aliran sungai terwujud.

Perumusan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada bagaimana persepsi masyarakat dan
perilakunya dalam mengelola DAS. Permasalahan penelitian dapat dirumuskan
kedalam beberapa bentuk pertanyan pokok sebagai berikut :


Bagaimana persepsi dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (DAS) ?

• Bagaimana persepsi masyarakat mempengaruhi perilakunya?


Pola tanam dan jenis tanaman apa yang dipilih petani dalam upaya
pengelolaan DAS ?

• Bagaimana masyarakat melakukan pengorganisasian dalam pengelolaan DAS?

Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan persepsi masyarakat terhadap ekosistem DAS dan
fungsinya.
2. Menjelaskan perilaku masyarakat dalam pengelolaan ekosistem DAS
meliputi jenis dan pola tanam yang dipilih.
3. Menganalisis pengorganisasian masyarakat dalam pengelolaan ekosistem
DAS.

3

Manfaat Penelitian
Dapat memberikan informasi untuk pengembangan riset lanjutan bagi
lembaga riset dan dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah dalam
penetapan perencanaan dan kebijakan pengelolaan DAS.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Persepsi
Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang
melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt, 1978).
Persepsi sosial umumnya berkaitan dengan pengaruh faktor-faktor sosial budaya
terhadap struktur kognitif dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial (Saarinen,
1976 dalam Harihanto 2001). Demikian pula dengan Krench (1962) dalam
Harihanto (2001) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses kognitif yang
kompleks, yang menghasilkan gambaran tentang suatu kenyataan yang mungkin
sangat berbeda dengan kenyataan sesungguhnya.
Surya (2004) menyatakan bahwa, pengamatan terjadi karena adanya
rangsangan dari lingkungan, yang diterima oleh individu melalui alat indra.
Rangsangan itu kemudian diteruskan ke pusat kesadaran, yaitu otak untuk diberi
makna atau tafsiran. Dengan demikian, proses pengamatan berlangsung dalam
tiga tahapan, yatu :
a. Penerimaan rangsangan oleh alat indra.
b. Pengiriman informasi ke pusat kesadaran atau otak.
c. Pemberian tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
Batent (1997) dalam Harihanto (2001) menyatakan bahwa persepsi sebagai
penafsiran otak terhadap apa yang dirasakan seseorang. Dengan demikian persepsi
terhadap suatu stimulus memiliki peluang besar untuk sesuai dengan kenyataan
sesungguhnya. Jika ternyata persepsi seseorang tidak sesuai dengan kenyataan
sesungguhnya, informasi ini bisa digunakan untuk melakukan intervensi dalam
rangka membentuk persepsi yang benar.

Persepsi Masyarakat Terhadap Lingkungan
Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan
tidak sama dengan habitat. Habitat adalah tempat dimana organisme atau
komunitas hidup. Lingkungan merupakan ruang tiga dimensi, dimana organisme

5

merupakan salah satu bagiannya. Lingkungan bersifat dinamis dalam arti berubahrubah setiap saat (Irwan, 1992).
Salah satu aspek penting dalam kebudayaan manusia yang berlaku
semenjak nenek moyang kita dahulu hingga kini, adalah adanya kesadaran serta
penghayatan akan arti penting dan pengaruh alam sekeliling atas perikehidupan
manusia. R. Firth dkk (1960) dalam Lamech & Hutomo (1995) menerangkan hal
itu sebagai berikut :


Keadaan alam sekeliling memang nyata memberikan batas-batas yang luas
bagi kemungkinan hidup manusia.



Tiap keadaan alam sekeliling yang mempunyai coraknya sendiri-sendiri,
sedikit banyak memaksa orang yang hidup di pangkuannya untuk menuruti
suatu cara hidup yang sesuai dengan keadaan.



Keadaan alam sekeliling bukan saja memberikan kemungkinan yang besar
bagi kemajuan, tetapi juga menyediakan bahan-bahan yang dapat memuaskan
kebutuhan hidup bagi manusia.



Keadaan alam sekeliling juga mempengaruhi keselarasan hidup budaya
manusia, seperti terlihat pada upacara-upacara yang berhubungan dengan
kepercayaan.
Kesadaran serta penghayatan akan arti penting lingkungan alam sekeliling

atas peri kehidupan manusia, menempatkan manusia pada posisi aktif dan
berperan sebagai “ a geomorphologic agent”, dalam hal ini manusia menduduki
bagian dunia yang tidak pasif, tetapi sebagai faktor aktif yang dapat membuat
perubahan-perubahan. Manusia tidak tunduk begitu saja dikuasai oleh kemauan
alam lingkungannya. Dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, ia
(manusia) berusaha untuk mencapai keserasian dan keselarasan hidup sesuai
dengan alam lingkungan hidupnya, baik lingkungan fisik maupun non fisik.
Manusia

masa

kini

dengan

kesadaran

yang

tinggi

akan

pentingnya

mempertahankan keseimbangan lingkungan hidupnya, berupaya untuk mengatur
pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang terdapat pada alam sekitarnya supaya
tidak menimbulkan bencana atau malapetaka. Dari pernyataan tersebut jelas
bahwa masyarakat kita mempersepsikan lingkungan bukan hanya sekedar sebagai
objek yang harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia (human

6

centris), melainkan ia juga harus dipelihara dan ditata demi kelestarian lingkungan
itu sendiri (eco centris) (Lamech & Hutomo,1995).

Pengertian dan Pengelolaan Dearah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan sebuah kawasan yang dibatasi
oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah
hujan yang jatuh di atasnya ke sungai utama yang bermuara ke danau atau lautan
(Manan, 1995). Sebuah DAS merupakan kumpulan dari banyak sub DAS yang
lebih kecil. Ukuran dan bentuk DAS dengan sendirinya berbeda satu dengan yang
lainnya (Manan, 1995). Curah hujan sebagai input dan debit air di sungai sebagai
output, dengan semua sedimen yang dikandungnya (Manan, 1995). Mengacu
kepada pengertian DAS dalam uraian di atas, maka di dalam suatu DAS terdapat
berbagai komponen sumberdaya, baik sumberdaya alam (natural capital), yaitu
udara (atmosphere), tanah dan batuan penyusunnya, vegetasi, satwa, sumberdaya
manusia (human kapital),

pranata institusi formal maupun informal (social

capital), maupun sumberdaya buatan (Man made capital) yang satu sama lain
saling berinteraksi. Komponen sumberdaya tersebut adalah khas untuk suatu DAS
sehingga menjadi karakteristik di DAS tersebut (Rusdiana dkk, 2003).
Boehamer et al (1997) dalam Rusdiana dkk (2003), menyatakan bahwa
pengelolaan Daerah Aliran Sungai secara terpadu merupakan suatu proses
penyusunan dan penerapan suatu tindakan yang melibatkan sumberdaya alam dan
manusia di dalam DAS dengan pertimbangan faktor-faktor sosial, politik,
ekonomi, lingkungan dan institusi (kelembagaan) dalam pengelolaan DAS.
Dinyatakan pula oleh Rusdiana dkk (2003), bahwa kata kunci yang menandai
pengertian pengelolaan DAS terpadu adalah :


Pengelolaan sumberdaya alam



Pemenuhan kebutuhan manusia sekarang dan yang akan datang



Kelestarian dan keserasian ekosistem



Pengendalian hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dan manusia



Penyediaan air, pengendalian erosi, banjir dan sedimentasi



Mempertimbangkan faktor-faktor sosial, politik, ekonomi, lingkungan dan
institusi (kelembagaan)

7

Pengelolaan DAS pada dasarnya adalah pengelolaan sumberdaya alam
dan buatan yang terdapat di suatu DAS. Tujuan pengelolaan DAS yang dapat
dirumuskan dari pengertian pengelolaan DAS dan pengelolaan DAS terpadu
adalah terpeliharanya :
a. Kelestarian fungsi produksi
b. Kelestarian fungsi lingkungan
c. Kelestarian fungsi sosial-ekonomi (Rusdiana dkk, 2003).

Manajemen Daerah Aliran Sungai (DAS)
Manajemen DAS adalah manajemen sumber daya alam yang dapat pulih
(renewable), seperti air, tanah dan vegetasi dalam sebuah DAS dengan tujuan
untuk memperbaiki, memelihara dan melindungi keadaan DAS, agar dapat
menghasilkan

air

untuk

kepentingan

pertanian,

kehutanan,

perkebunan,

peternakan, perikanan dan masyarakat yaitu air minum, industri, irigasi, tenaga
listrik, rekreasi, dsb (Manan, 1995). Konsepsi manajemen DAS menurut Manan
(1995) didukung oleh perkembangan, antara lain:
1. Pengetahuan terus bertambah tentang siklus hidrologi dan peranannya.

2. Pertambahan penduduk yang pesat sehingga mengakibatkan tekanan terhadap
kebutuhan tanah dan air.

3. Meningkatnya kebutuhan air, disebabkan kemajuan teknologi dan
meningkatnya taraf hidup masyarakat.

4. Timbulnya masalah kekurangan air, banjir, erosi, pencemaran, dll.
5. Para perencana mulai mengakui DAS sebagai unit terbaik untuk tujuan
manajemen SDA.
Tujuan utama manajemen DAS adalah tercapainya suatu keadaan dalam DAS
yang memungkinkan terlaksananya keadaan tata air yang baik dalam hal ini hasil
air yang optimum dipandang dari aspek kuantitas, kualitas dan legimen (timing)
(Manan, 1995).
Menurut Manan (1995) pola tata guna lahan mempengaruhi perilaku
sebuah DAS, secara langsung maupun tidak langsung. Perladangan berpindah di
lereng bukit dan pengolahan tanah berupa tegalan tanpa usaha pengawetan tanah
seperti terasering, telah diketahui merupakan sumber-sumber kerusakan tanah

8

pada banyak DAS di Indonesia. Kittrelge (1948) dalam

Manan (1995)

pelaksanaan manajemen DAS meliputi 4 tahapan, yaitu pengenalan, pemulihan
(rehabilitasi), perlindungan dan perbaikan.
Sebuah sistem sungai yang bermula dari sumbernya (mata air) hingga
bermuara ke laut, merupakan kesatuan organik yang tidak dapat dipisahkan.
Setiap campur tangan dan tindakan manusia dari bagian tertentu akan
mempengaruhi bagian sungai lainnya. Jadi sebuah DAS atau Sub DAS
(watershed), dapat dipandang sebagai sebuah ekosistem, dimana terdapat
masukan berupa curah hujan dan keluaran berupa aliran air sungai. Dalam sebuah
DAS terdapat berbagai macam penggunaan lahan, misalnya hutan lindung, hutan
konservasi, hutan produksi, perkebunan, pertanian lahan kering, persawahan,
perikanan kolam dan tambak, areal penggembalaan, lapangan golf dan
sebagainya. Kebanyakan penduduk bermukim sepanjang sungai dan dalam suatu
DAS, serta berusaha memanfaatkan semua sumber daya alam yang terdapat
didalamnya. Dampaknya tidak selalu positif, bahkan banyak yang negatif dalam
arti pengurasan sumberdaya alam dan produksi limbah dan pencemaran sungai
(Manan, 1995).

Organisasi dan Penguasaan Lahan
Schein (1982) dalam Muhammad (2004) mengatakan bahwa organisasi
adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai
beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki
otoritas dan tanggung jawab. Schein (1982) dalam Muhammad (2004) juga
mengatakan bahwa organisasi mempunyai karakteristik tertentu, yaitu mempunyai
struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian

lain dan

bergantung pada komunikasi manusia untuk mengkordinasikan aktivitas dalam
organisasi tersebut. Organisasi mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah
memenuhi kebutuhan pokok organisasi, mengembangkan tugas dan tanggung
jawab, memproduksi barang atau orang, mempengaruhi dan dipengaruhi orang
(Muhammad, 2004).

9

Menurut Eghter dan Selato (1999), organisasi masyarakat tingkat desa
dapat dibedakan sebagai berikut:
a.

Berdasarkan asal dibentuknya
o Dibentuk berdasarkan kekuasaan atas desa (pemerintah pusat atau daerah).
o Dibentuk melalui swadaya masyarakat dengan proses sejarah yang
menyertainya.
o Dibentuk atas dasar rumusan atau konsensus bersama antara pemerintah
(atas desa) dan masyarakat desa.

b.

Berdasarkan atas keformalannya
o Organisasi masyarakat berbentuk formal atau ada aturan tertulisnya
o Non formal atau tidak ada aturan tertulis
o Peralihan non formal ke formal

c.

Hubungan pengendalian dari atasan kepada bawahan

d.

Berdasarkan ukuran jumlah anggotanya
o Organisasi relatif besar, jumlah anggota ± 50 orang.
o Organisasi relatif kecil, jumlah anggota 5-12 orang.
o Berukuran sedang, jumlah anggota antara organisasi besar dan organisasi
kecil.
Ditinjau dari sudut pandang pengelolaan dan penguasaannya, bagian lahan

di Daerah Aliran Sungai merupakan Public land dan sebagian lainnya merupakan
privat land. Dalam kenyataanya public land tersebut merupakan kawasan hutan
lindung dan kawasan hutan produksi-konservasi yang dikuasai oleh negara,
sedangkan privat land merupakan lahan usaha pertanian dan pemukiman yag
dikuasai dan dikelola oleh penduduk (Geo, 1997).
Bertambahnya jumlah penduduk, secara langsung atau tidak langsung akan
mengakibatkan meningkatnya tekanan penduduk terhadap lahan, dan hal ini pada
kenyataannya dapat menimbulkan berbagai masalah degradasi sumberdaya lahan
dan lingkungan hidup serta berbagai konsekwensi sosial-ekonominya (Geo,
1997). Menurut Singh (1997) munculnya masalah-masalah tersebut juga dapat
disebabkan terbatasnya pilihan sumber mata pencaharian di bagian hulu suatu
daerah Aliran Sungai. Mustadjab (1986) menyatakan, cara-cara bertani yang
kurang baik di suatu daerah mengakibatkan besarnya tingkat erosi yang terjadi,

10

sehingga tanah menjadi semakin miskin. Keadaan ini diperburuk dengan sistem
penguasan tanah yang sebagian besar petani penggarap di daerah itu adalah bukan
pemilik tanah (Mustadjab, 1986).
Tanah sebagai faktor produksi utama bagi usaha-usaha pertanian, sangat
menentukan tingkat hidup petani, karena kesempatan kerja diluar pertanian masih
sangat kurang (Mustadjab, 1986). Tidak dikuasainya tanah sebagai faktor
produksi utama, dapat membawa banyak akibat negatif, diantaranya:


Kurangnya rasa tanggung jawab atas usaha pengawetan tanah.



Kurang dapatnya petani menerapkan teknologi baru dalam usahataninya.



Rendahnya produktivitas usahatani (Mustadjab, 1986).
Suatu hubungan kerja terbangun pada petani yang menggarap lahan bukan

miliknya, yaitu hubungan kerja antara pemilik dan penggarap tanah. Sistim
hubungan kerja akan berpengaruh pada cara penggunaan tanah, tingkat
penggunaan teknologi baru, tingkat produktivitas usahatani, tingkat pendapatan,
tingkat efisiensi usaha tani dan sebagainya (Mustadjab, 1986).

11

METODOLOGI
Kerangka Pemikiran
Wilayah DAS merupakan suatu kesatuan ekosistem dengan komponen
utama tanah, air, vegetasi dan manusia. Faktor ini berinteraksi dan

manusia

berperan sebagai pengelola sumberdaya tanah, air dan vegetasi. Hal ini
memperlihatkan di DAS terdapat dua sub-sistem, yaitu sub-sistem bio-fisik dan
sub-sistem sosial-ekonomi. Sub-sistem bio-fisik terdiri dari iklim, tanah, air,
tumbuhan dan satwa. Pada sisi lain, manusia sebagai pengelola membentuk subsistem sosial dengan komponen-komponen antara lain penduduk, teknologi, dan
struktur sosial.
Sekelompok masyarakat yang hidup di sepanjang Daerah Aliran Sungai
(DAS) akan banyak berinteraksi dengan komponen-komponen disekelilingnya.
Interaksi yang terjadi akan berdampak, baik berdampak positif ataupun lebih
banyak dampak negatifnya. Sebagai contoh, penggunaan lahan yang mengabaikan
tingkat kemampuan atau kesuburan lahan akan menyebabkan lahan rusak. Kriteria
penggunaan lahan yang baik adalah alokasi yang sesuai dengan kemampuannya,
fluktuasi debit di sungai kecil, pengendalian erosi dan sedimentasi, produktivitas
lahan optimal dan lestari serta memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
Kesinambungan ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) berkaitan dengan
aktivitas masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh perilaku dalam pengelolaan
ekosistem DAS. Untuk menghindari kerusakan ekosistem DAS perlu adanya
suatu sistem pengelolaan yang bijaksana.
Persepsi masyarakat akan berpengaruh pada perilakunya dalam mengelola
DAS. Penting mengetahui persepsi mengenai pengertian, fungsi, kualitas dan
pengelolaan akan mempengaruhi perilaku pola tanam, jenis tanam, teknik
konservasi serta pengorganisasian dalam pengelolaan DAS. Berdasarkan persepsi
dan perilakunya tersebut dapat diketahui sejauh mana masyarakat perduli dan
mampu menjaga kondisi DAS dengan baik. Menurut Asngari (1984) dalam Dewi
(2002), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, berupa pengalaman masa lalu
dan karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lainlain).

12

Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya kesalah pengertian terhadap variabel yang
akan dikaji dalam penelitian ini, variabel-variabel penelitian didefinisikan sebagai
berikut :
1. Persepsi, adalah penilaian informan terhadap pengertian, kualitas, dan manfaat
ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Indikator yang di ukur adalah :
a. Persepsi masyarakat terhadap kualitas Daerah Aliran Sungai (DAS)
Cikundul.
b. Persepsi masyarakat terhadap fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS)
Cikundul.
c. Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Cikundul.
d. Persepsi masyarakat terhadap peran para pihak dalam pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (DAS) Cikundul.
e. Persepsi masyarakat terhadap pengorganisasian petani
Pengukurannya adalah dengan mengelompokkan data yang didapat
menjadi beberapa kelompok. Persepsi bernilai baik jika bersifat positif, dan
bernilai buruk jika bersifat negatif.
2. Perilaku, adalah tindakan manusia yang didasari oleh persepsi dan faktor
lainnya. Perilaku masyarakat dapat dilihat dari tindakan yang dilakukan oleh
masyarakat berupa :
a. Kegiatan dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul
terutama dalam pola tanam, penentuan jenis pohon yang ditanam, dan
teknik konservasi.
b. Kegiataan berorganisasi dalam pengelola Daerah Aliran Sungai (DAS)
Cikundul.
3. Organisasi, adalah suatu sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Indikator yang diukur
adalah :


Pengorganisasian dalam pengelolaan ekosistem Sub Daerah Aliran Sungai
(DAS) Cikundul.



Faktor-faktor yang melandasi terbentuknya organisasi.

13

4. Penguasaan lahan, adalah penguasaan oleh suatu rumah tangga atas lahan,
baik berupa hak milik, sakap dan sewa serta hak untuk menguasai sebagian
atau keseluruhan hasil yang diperoleh dari lahan tersebut.
Aspek penguasaan lahan perlu diketahui untuk menganalisis adanya
hubungan penguasaan lahan terhadap pola tanam dan penentuan jenis pohon
tertentu yang ditanam.

Waktu dan Tempat
Penelitian ini di laksanakan di Desa Cikanyere Kecamatan Sukaresmi
Kabupaten Cianjur. Penentuan tempat dilakukan secara purposive atau sengaja
dengan pertimbangan memenuhi syarat untuk menjaadi lokasi penelitian.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2006.

Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang
telah disiapkan sebelumnya disertai alat tulis menulis untuk wawancara di
lapangan dan kamera untuk keperluan dokumentasi.

Sasaran Penelitian
Sasaran atau objek penelitian adalah masyarakat yang tinggal di wilayah
Daerah Aliran Sungai yang menggarap atau mengusahakan lahan baik pada lahan
milik sendiri, sewa ataupun garapan.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.
Informan sebanyak 30 orang ditentukan secara acak (random). Data yang
digunakan ada dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer yang dikumpulkan meliputi
a. Data karakteristik responden meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan,
pekerjaan, luas kepemilikan lahan, jumlah anggota keluarga, pendapatan,
dan pengeluaran.

14

b. Data persepsi masyarakat mengenai pengelolaan ekosistem DAS.
c. Data tentang kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam pengelolaan
ekosistem DAS.
d. Data tentang organisasi masyarakat dalam pengelolaan Ekosistem DAS.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi :
a. Data tentang kondisi umum lokasi penelitian yang terdiri dari letak dan
luas lokasi penelitian, topografi, iklim,

dan keadaan sosial ekonomi

masyarakat.
b. Data-data lain yang berhubungan dengan penelitian untuk melengkapi data
yang sudah ada.

Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :
a. Pengamatan (observasi), dilakukan dengan pengamatan kepada aktivitas
masyarakat dan kondisi ekosistem Daerah aliran Sungai (DAS).
b. Wawancara menggunakan kuesioner terstruktur maupun wawancara
bebas.
c. Data sekunder yang relevan dengan penelitian.

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data hasil wawancara dan pengamatan lapang yang telah diperoleh,
diolah dan dianalisis dengan mengacu pada kerangka pemikiran. Analisis
deskriptif dituangkan dalam bentuk teks narasi, tabel, bagan dan gambar.

15

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak
Secara geografis Sub DAS Cikundul terletak pada 6040’ LS – 6048’ LS
dan 106057’ BT – 107o22’ BT, sedangkan ketinggian di atas permukaan laut yaitu
220 m di Genangan Waduk Cirata sampai dengan 3.019 m di Puncak Gunung
Pangrango. Sub Das Cikundul mencakup 2 kabupaten, yaitu Kabupaten Cianjur
dan Kabupaten Purwakarta. Secara terinci, administrasi desa yang termasuk
wilayah Sub DAS Cikundul disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Wilayah Administrasi Desa di Sub DAS Cikundul
Kabupaten / Kecamatan

Desa

1

2

CIANJUR
1. Pacet

Ciherang,
Cipendawa,
Sukatani,
Sindang Jaya, Cimacan, Ciloto,
Batulawang, Palasari, Sukanagalih,
Sindanglaya,
Cibodas,
Gadog
Cipanas.

2. Sukaresmi

Cikanyere, Kawungluwuk, Cibadak,
Ciwalen,
Kubang,
Sukamahi,
Cikancana, Sukaresmi.

3. Cikalong kulon

4. Mande

PURWAKARTA
1. Maniis

Sukamulya, Kamurang, Ciramagirang,
Cinangsi, Mentangsari, Sukagalih,
Mekargalih,
Warudoyong,
Lembahsari,
Gudang,
Neglasari,
Mekarjaya,
Padajaya,
Majalaya,
Cijagang.
Kutawaringin,
Ciandam.

Leuwikoja,

Jamali,

Ciramahilir, Tegal datar, Cijati, Pasir
jambu, Gunung karung, Citamiang,
Sinargalih.

Sumber : Data Rencana Teknik Lapang Sub DAS Cikundul 1993

16

Berdasarkan Tabel 1, Desa Cikanyere termasuk dalam wilayah Sub DAS
Cikundul. Desa Cikanyere berada pada ketinggian 700 m dari permukaan laut
dengan letak administratifnya sebagai berikut :


Sebelah Utara

: Desa Kawung Luwuk



Sebelah Timur

: Desa Sukaresmi



Sebelah Selatan

: Desa Pakuwon dan Desa Kutawaringin



Sebelah Barat

: Desa Cibodas Kecamatan Pacet

Desa Cikanyere terdiri dari empat dusun, delapan rukun warga dan 32
rukun tetangga. Dusun-dusun yang terdapat di desa ini diantaranya :
Dusun I

: Pakuwon

Dusun II

: Jukut siil

Dusun III

: Cipendawa

Dusun IV

: Simpang

Luas
Luas Sub DAS Cikundul adalah 26.662 ha, dengan Desa Cikanyere seluas
839.177 ha didalamnya. Tata guna lahan di Desa Cikanyere dapat dilihat pada
Tabel 2.

17

Tabel 2 Data Luas Wilayah Desa Cikanyere Menurut Penggunaannya Tahun
2006
No

Penggunaan

Luas (Ha)

1.

Pemukiman warga dan jalan

209,779

2.

Sawah irigasi setengah teknis

394,242

3.

Perkebunan/ladang

4.

Hutan

5.

Perkantoran

1,200

6.

Sekolah

2,250

7.

Tempat pemakaman umum

9,695

8.

Rekreasi dan olah raga :

14

a. Lapangan sepak bola

1,200

b. Lapangan olah raga lainnya

0,300

c. Taman rekreasi
9.

4,152

Kolam/empang

10. Rawa
11. Tanah darat dan kebun masyarakat
12. Tempat peribadatan
13. Real Estate

15,750
1,500
1,500
164,127
7,422
12

Sumber : Data Ekspos Desa Cikanyere 2006

Menurut tabel tata guna lahan, penggunaan terluas adalah untuk sawah
irigasi setengah teknis. Keadaan ini menjadikan Desa Cikanyere sebagai desa
konsumen beras dari luar. Tanah sawah maupun ladang dapat dimanfaatkan untuk
budi daya berbagai jenis tanaman. Jenis yang paling banyak dibudidayakan,
berupa sayur-mayur dan tanaman hias atau bunga potong yang hingga kini
menjadi komoditi unggulan.

18

Topografi dan Iklim
Kondisi topografi Sub DAS Cikundul bervariasi dari datar, bergelombang,
berbukit dan bergunung, dengan Desa Cikanyere di dalamnya bertopografi datar
dan sedikit berbukit. Berdasarkan pada tingkat kemiringan, wilayah Sub DAS
Cikundul dapat dibedakan menjadi beberapa kelas, seperti tampak pada Tabel 3.
Tabel 3 Distribusi Kelas Kemiringan Lahan Sub DAS Cikundul
No

Kemiringan (%)

Kelas

Luas (ha)

%

1.

0 – 8 (datar)

I

9. 497,63

36,08

2.

8 – 15 (landai)

II

6. 974,69

26,50

3.

15 – 25 (bergelombang)

III

5. 466,12

20,77

4.

25 – 45 (curam)

IV

3. 283,60

12,47

V

1. 099,90

4,18

26. 321,94

100,00

5.

> 45

(sangat curam)
Jumlah

Sumber : Data Rencana Teknik Lapang Sub DAS Cikundul 2003

Dengan demikian sebagian besar wilayah Sub DAS Cikundul tergolong kedalam
kelas kemiringan kurang dari 15 % atau datar.
Faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap proses erosi adalah curah
hujan. Semakin tinggi intensitas curah hujan dan semakin lama hujan jatuh, maka
erosi yang terjadi akan semakin besar. Curah hujan tahunan Sub DAS Cikundul
selama lima tahun (sumber Badan Meterologi dan Geofisika), berkisar antara
1.657 mm – 2.766 mm. Jumlah hari hujan dalam satu tahun berkisar antara 104
hari – 180 hari. Rata-rata bulan basah antara 7 – 10 bulan. Suhu rata-rata tahunan
adalah 220 C – 240 C dengan tingkat kelembaban udara berkisar antara 68 % - 83
%. Curah hujan tahunan Desa Cikanyere sekitar 3000 mm/bulan, dengan bulan
basah selama 6 bulan. Suhu udara harian rata-rata sebesar 240 C – 330 C.
Sub DAS Cikundul memiliki iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin
muson yang dapat dibedakan antara musim kemarau dan musim penghujan.
Musim hujan terjadi pada bulan November hingga April, sedangkan kemarau
terjadi darri bulan Mei hingga Oktober.

19

Keadaan Sosial Ekonomi
a.

Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Cikanyere pada tahun 2005 berjumlah 6. 078 jiwa

dan mengalami sedikit penambahan pada tahun 2006 menjadi 6.321 jiwa. Data
penduduk Desa Cikanyere berdasarkan kelompok umur dan berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Jumlah
No

Kelompok Umur

2005

2006

1.

0 – 12 bulan

105

162

2.

1–5

tahun

544

555

3.

5–7

tahun

316

329

4.

7 – 15 tahun

1343

1329

5.

15 – 56 tahun

3436

3608

6.

>56

334

339

tahun

Sumber : Data Ekspose Desa Cikanyere 2006

Tabel 5 Jumlah Penduduk Bedasarkan Jenis Kelamin
Jumlah
No
Indikator
1. Jumlah penduduk laki-laki

2005
3190

2006
3184

2.

Jumlah penduduk perempuan

2888

3137

Jumlah

6.078

6.321

Sumber : Data Ekspose Desa Cikanyere 2006

Menurut Badan Pusat Statistik (2003), penggolongan umur tenaga kerja
terdiri atas : usia non produktif (< 14 tahun), usia produktif (14 – 64 tahun) dan
usia non produktif (> 64 tahun). Penggolongan petani di Desa Cikanyere disajikan
pada Tabel 6.

20

Tabel 6 Sebaran Umur Petani
No

Umur

Frekwensi

persentase

1.

< 14 tahun

0

0%

2.

14-64 tahun

27

76,67 %

3.

> 64 tahun

3

23,33%

30

100 %

Jumlah
Sumber : Data Primer haasil Penelitian

Berdasarkan tabel 6, telihat bahwa proporsi petani berusia 14 – 64 tahun
menunjukan persentasi terbesar (73,33 %). Hal ini menandakan bahwa sebagian
besar petani berada pada golongan usia produktif.
Masing – masing petani memiliki tanggungan yang berbeda-beda dalam
rumah tangganya. Jumlah tanggungan petani rata-rata kurang dari 7 orang dengan
kisaran, kurang dari 5 orang sebanyak 13 orang (43,33%) dan kisaran 5-7 orang
sebanyak 13 orang (43,33%). Istri dan anak-anak mereka yang telah beranjak
dewasa umumnya turut membantu dalam mengelola usaha tani.

13%
44%
43%

Keluarga kecil ( 7 orang

Gambar 1. Jumlah Tanggungan Petani
b.

Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu syarat dalam upaya meningkatkan

sumberdaya manusia yang selanjutnya mempunyai peran penting dalam
pembangunan. Mengingat sangat pentingnya masalah pendidikan dari tahun ke
tahun, baik pemerintah maupun masyarakat Desa Cikanyere telah melakukan
upaya kearah peningkatan perkembangan pendidikan masyarakat.

21

Menurut hasil ekspos Desa Cikanyere tahun 2006, salah satu indikator
terjadinya peningkatan perkembangan pendidikan masyarakat yaitu menurunnya
jumlah penduduk buta huruf dan penduduk tidak tamat SD, serta meningkatnya
jumlah penduduk yang tamat sekolah di berbagai jenjang mulai dari SD sampai
tingkat perguruan tinggi sebagai mana terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Data Tingkat Perkembangan Pendidikan Masyarakat Desa Cikanyere
N
O
1

INDIKATOR
2

3

1

Pendidikan penduduk usia
15 tahun keatas

1.Jumlah penduduk buta
huruf
2.Jumlah penduduk yang
tidak tamat SD
3.Jumlah penduduk tamat
SD/sederajat
4.Jumlah penduduk tamat
SLTP/sederajat
5.Jumlah penduduk tamat
SLTA/sederajat
6.Jumlah penduduk tamat D1
7. Jumlah penduduk tamat D
2
8.Jumlah penduduk tamat D3
9.Jumlah penduduk tamat S1
10.Jumlah penduduk tamat S2
11.Jumlah penduduk tamat S3

2.

3.

Wajib belajar 9 tahun dan
angka putus sekolah

Prasarana pendidikan

SUB INDIKATOR

1.Jumlah penduduk usia 715 tahun yang tidak
sekolah
2. Jumlah penduduk usia 715 tahun yang masih
sekolah
3. Jumlah penduduk usia 715 tahun putus sekolah
1.
2.
3.
4.

SLTA / sederajat
SLTP / sedrajat
SD / sederajat
Jumlah
lembaga
pendidikan
agama/
pesantren
5. Lembaga
pendidikan
lain(kursus/sejenisnya)
6. Taman kanak-kanak

2005
4

JUMLAH
2006
5

-

-

47

47

2.146

2.249

1.717

1770

779
124

821
136

113
93
87
5
4

119
98
87
5
4

1.343

1.329

1.267

1.309

47

20

1
3

1
3

4

5

1

1

Sumber : Data Ekspos Desa Cikanyere 2006

Jumlah penduduk usia 7 – 15 tahun yang tidak sekolah sebanyak 1.343
orang pada tahun 2005 dan 1.329 orang pada tahun 2006, artinya terjadi
pengurangan angka penduduk tidak sekolah. Usia penduduk 7-15 tahun yang
masih bersekolah mengalami peningkatan pula pada tahun 2006, begitu pula
dengan angka putus sekolah yang mengalami pengurangan di tahun 2006.

22

Dapat dikatakan bahwa Desa Cikanyere mengupayakan peningkatan dan
perkembangan segi pendidikan.Tingkat pendidikan petani yang terpilih sebagai
informan dapat dilihat pada Gambar 2.

3.33%
3.33%

93%

Tidak tamat/tamat SD
SLTP
SLTA Perguruan Tinggi

Gambar 2. Tingkat Pendidikan Petani
Sebagian besar petani terpilih (93 %) pendidikannya hanya mencapai
tingkat sekolah dasar, baik tamat ataupun tidak tamat. Tingkat SLTP hanya
sebanyak 1 orang (3,33%) dan pada tingkat SLTA sebanyak 1 orang (3,33%).
Sedangkan tingkat pendidikan perguruan tinggi belum ada.
Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa tingkat pendidikan petani
terpilih di Desa Cikanyere tergolong rendah. Pada dasarnya salah satu tolok ukur
kualitas sumberdaya manusia adalah pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi
akan mendorong pola pikir dan kreatifitas yang mampu menangkap peluang atau
kesempatan untuk berusaha. Kondisi yang kurang menguntungkan bagi
pemasyarakatan suatu program di desa ini adalah rendahnya tingkat pendidikan.
c.

Mata Pencaharian
Mata pencaharian Penduduk Desa Cikanyere pada tahun 2005 terdiri dari,

sebanyak 350 orang (5,54 %) sebagai petani dan 175 orang (2,77 %) sebagai
buruh tani. Secara terinci distribusi mata pencaharian penduduk desa Cikanyere
dapat dilihat pada Tabel 8.

23

Tabel 8 Distribusi Mata Pencaharian Penduduk Desa Cikanyere
No

Mata Pencaharian

Jumlah Penduduk

Persentase (%)

1.

Buruh tani

175

2, 77

2.

Petani

350

5, 54

3.

Pedagang/wiraswasta/pengusaha

640

10, 12

4.

Pengrajin

496

7, 85

5.

PNS

45

0, 71

6.

TNI/POLRI

18

0, 28

7.

Pensiunan

15

0, 24

8.

Penjahit

8

0, 13

9.

Montir

2

0, 03

10. Opir

50

0, 79

11. Karyawan swasta

156

2, 47

12. Kontraktor

2

0, 03

13. Tukang kayu

25

0, 39

14. Tukang batu

8

0, 13

15. Guru swasta

12

0, 19

Sumber : Profil Desa dan Profil Kelurahan

Berdasarkan Tabel 8, diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar
penduduk (10,12%) bermatapencaharian sebagai pedagang/wiraswasta/pengusaha.
Menurut data ekspos desa, peningkatan pendapatan masyarakat terutama sektor
pertanian dan industri rumah tangga merupakan hasil adanya bantuan modal
Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Modal usaha tersebut merupakan program
bantuan dari Dewan Ketahanan Pangan Propinsi Jawa Barat.
Responden terpilih di Desa Cikanyere (93 %) bermata pencaharian utama
sebagai petani (lihat Gambar 3).

24

Petani

3.33%

Buruh tani

3.33%

93%

Wirasw asta

Gambar 3. Mata Pencaharian Utama
Beberapa responden memiliki pekerjaan sampingan, seperti beternak,
dagang, kuli, buruh tani, supir dan ada pula yang menjadikan bertani sebagai
pekerjaan sampingan (3 %) seperti tampak pada Gambar 4.

Ternak
Kuli

13%
3%

38%

Buruh tani
Dagang

23%
3%
3%

Supir

17%
Petani
Tidak punya kerja
sampingan

Gambar 4. Mata Pencaharian Sampingan
Penduduk yang tidak memiliki mata pencaharian sampingan sebesar 38%.
Mata pencaharian sampingan sebagian besar adalah sebagai buruh tani (23%),
lainnya berupa peternak (13%), sebagai kuli baik kuli bangunan atau sesuai