Persepsi perilaku masyarakat dalam pengelolaan ekosistem SUB Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul kasus di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM
PENGELOLAAN EKOSISTEM SUB DAERAH ALIRAN
SUNGAI (DAS) CIKUNDUL
(Kasus di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat)
ARI NURLIA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Persepsi dan
Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem Sub Daerah Aliran
Sungai (DAS) Cikundul (Kasus di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) adalah hasil karya saya sendiri dan belum
pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2006
Ari Nurlia
NRP E14102006
RINGKASAN
ARI NURLIA (E14102006). Persepsi dan Perilaku Masyarakat dalam
Pengelolaan Ekosistem Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul (Kasus di
Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat).
Dibawah bimbingan Dr. Ir. DIDIK SUHARJITO, MS.
Air seperti halnya udara telah dianggap oleh manusia sebagai barang yang
wajar, selalu ada dan tersedia setiap saat, oleh karenanya keadaan air tidak perlu
dirisaukan. Pendapat tersebut pada waktu kini tidak selalu benar bahkan dapat
menyesatkan. Pada saat terjadi kemarau panjang atau banjir manusia baru
menyadari betapa pentingnya peranan air sehingga berusaha untuk
mengendalikannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjamin
keberlangsungan tata air ialah dengan melakukan pengelolaan ekosistem DAS
secara benar.
Beberapa penelitian telah dilakukan berkenaan dengan DAS ini
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Kaswanto (2001), tentang pengelolaan
elemen air yang berkelanjutan dalam lansekap pedesaan di DAS Citarum tengah
Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat, penelitian oleh Chrisdian (2002), tentang
pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap karakteristik hidrologi di DAS
Way Besay di Lampung Barat, Propinsi Lampung, dan penelitian yang dilakukan
oleh Cahyadi (2002) tentang dampak penerapan silvikultur Tebang Pilih Tanam
Indonesia terhadap karakteristik hidrologi, laju erosi dan sedimentasi di Sub DAS
Keramu DAS Bait Propinsi Kalimantan Tengah. Namun penelitian-penelitian
tersebut hanya menjelaskan pengelolaan ekosistem DAS pada aspek pengelolaan
lahan, pengelolaan air, dan pengelolaan vegetasi saja sehingga diperlukan suatu
penelitian yang mengkaji aspek sosialnya.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai
pengelolaan DAS, menjelaskan perilaku masyarakat dalam pengelolaan ekosistem
DAS meliputi pola tanam, pemilihan jenis, dan teknik konservasi yang digunakan,
dan menganalisis pengorganisasian masyarakat dalam sistem pengelolaan DAS.
Penelitian dilakukan di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Data yang digunakan ada
dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara : (a) Pengamatan (observasi), (b) Wawancara terstruktur maupun
bebas (kuisioner), dan (c) Data sekunder yang mendukung penelitian.
Persepsi masyarakat mengenai Sub DAS Cikundul tergolong baik dimana
masyarakat menyadari akan kerusakan yang terjadi di Sub DAS Cikundul dan
mereka mempunyai pandangan yang positif untuk menanggulangi dan
memperbaiki keadaan tersebut yaitu dengan melakukan penghijauan pada lahanlahan yang kosong dan penanaman tanaman berkayu pada sela-sela tanaman
pertaniannya.
Pola tanam yang diterapkan oleh masyarakat Desa Sukaresmi adalah pola
tanam tumpang sari (60%), agroforestry (36,67%), dan monokultur pangan
(3,33%) dimana faktor waktu, ekonomi dan luas lahan adalah faktor utama dalam
menentukan pola tanam yang akan diterapkan. Sedangkan jenis tanaman yang
ditanam adalah tanaman semusim dan tanaman tahunan.
Teknik konservasi yang diterapkan di lahan yang diusahakan oleh
masyarakat adalah teknik konservasi tanah secara mekanis untuk pengendalian
erosi yaitu dengan pembuatan teras bangku. Selain itu dari observasi yang
dilakukan terdapat teknik konservasi lainnya diantaranya teknik konservasi secara
mekanis untuk pengendalian sedimentasi yaitu pengendali sisi jalan, pengendali
tebing terjal, pengaman tebing sungai, dan Dam pengendali.
Perilaku masyarakat dalam mengikuti keanggotaan suatu organisasi dan
peran serta masyarakat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan lingkungan masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari masih
sedikitnya masyarakat (26,67%) yang turut berpartisipasi dalam setiap kegiatan
dan pelatihan yang diadakan oleh pemerintah maupun swasta.
PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM
PENGELOLAAN EKOSISTEM SUB DAERAH ALIRAN
SUNGAI (DAS) CIKUNDUL
(Kasus di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat)
ARI NURLIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
Skripsi
Judul Penelitian
: Persepsi dan Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan
Ekosistem Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul,
(Kasus di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat).
Nama Mahasiswa
: Ari Nurlia
Nomor Pokok
: E14102006
Menyetujui :
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Didik Suharjito, MS
NIP :132 104 680
Mengetahui :
Dekan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS
NIP : 131 430 799
Tanggal Lulus : ......................
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 4
Januari 1984 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah
penulis bernama Muhamad Yusuf (Alm), sedangkan Ibu penulis
bernama Siti Sofiah.
Penulis memulai pendidikannya pada tahun 1989 di TK Semboja Sari
Bogor, Jawa Barat. Kemudian melanjutkan sekolahnya ke SDN Empang 2 Bogor
pada tahun 1990 dan berhasil menyelesaikan studi pada tahun 1996. Pada tahun
yang sama penulis melanjutkan studi ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) Negeri 2 Bogor. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan studi ke Sekolah
Menengah Umum di SMUN 5 Bogor dan berhasil menyelesaikan studinya pada
tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI) di Program
Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Sejak SD penulis gemar dan aktif dalam kegiatan ekstra sekolah. Pada
jenjang SLTP, Penulis aktif dalam berbagai kegiatan Organisasi Intra Sekolah
(OSIS), di jenjang SMU penulis juga aktif dalam berbagai organisasi di antaranya
Organisasi Intra Sekolah (OSIS), Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Kesenian
Degung, dan Koperasi Siswa.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam Forest Manajemen
Student Club (FMSC) dan menjabat sebagai Divisi Eksternal pada periode 20032004, dan menjabat sebagai Sekretaris Umum pada periode 2004-2005. Selain itu
penulis juga pernah aktif di Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) pada periode
2003-2004.
Diluar
kampus
penulis
pernah
mengikuti
kegiatan-kegiatan
kedaerahan diantaranya menjadi peserta Pelatihan Kepemimpinan Putra Sunda III
Gerakan Masyarakat Jawa Barat (GEMA JABAR) di Bandung, dan turut serta
dalam kegiatan Pagelaran Bersama III Forum Komunikasi Lingkung Seni
Masyarakat Sunda (Fokalismas) di Bogor.
Penulis pernah melaksanakan Praktek Pengenalan Umum Kehutanan di
Cilacap dan Baturraden, Kabupaten Banyumas serta Praktek Pengelolaan Hutan di
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur, BKPH Kebasen,
Banyumas, Jawa Tengah. Selanjutnya penulis melakukan Praktek Kerja Lapang
(PKL) di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Propinsi Sumatera Selatan selama
kurang lebih dua bulan.
Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan di
Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor,
penulis membuat skripsi dengan judul ”Persepsi dan Perilaku Masyarakat
dalam Pengelolaan Ekosistem Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul.
(Kasus di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa
Barat)” di bawah bimbingan Dr. Ir. Didik Suharjito, MS.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul
”Persepsi dan Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem Sub
Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul. (Kasus di Desa Sukaresmi,
Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)” ini dengan baik.
Dalam proses pembuatan skripsi ini, penulis sedikit banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ayah (Alm. Muh. Yusuf), Ibu (Siti Sofiah), Kakak (Yufi Sofianti) dan Adik
(Rizky Maulana) yang telah menjadi semangat penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
2. Bibi (Siti Sutinah) dan Om (Fajar Mulyadi) yang telah membantu penulis
dalam hal keuangan.
3. Dr. Ir. Didik Suharjito, MS, atas kesabarannya dalam membimbing dan
mengarahkan penulis selama proses penyelesaian skripsi.
4. Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc dan Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA selaku penguji
dari Departemen Hasil Hutan dan Departemen Konservasi Sumber Daya
Hutan atas kritik dan sarannya untuk menyempurnakan skripsi ini.
5. Seseorang yang spesial, Sutrisna (UNSIKA’02) yang telah memberikan kasih
sayang, dukungan dan semangatnya kepada penulis.
6. Saudara Jalaludin (UNWIM’00), dan keluarga Bpk. Apad yang telah
membantu penulis dalam penelitian.
7. Teman satu bimbingan (Cempaka, Fitria K, Lenita) dan sahabat-sahabatku
(Desi, Ida, Vivie, Beny) yang telah membantu penulis baik secara moril
maupun materil.
8. Anak-anak puri naon (Dodi, Getri, Ucup, Agung, Edwin) yang telah
membantu penulis membuat presentasi, Ikhsan BDH’39 atas pinjaman
laptopnya, Rusmianto TPG’39, Harlan Lansekap’39, dan Dani (NHI),semoga
persahabatan kita dapat tetap kokoh hingga akhir nanti.
9. Teman-teman MNH’39 serta pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, masukan, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk memperlancar dan memperoleh hasil penelitian yang sebaikbaiknya. Semoga skripsi ini dapat digunakan dan bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Agustus 2006
Ari Nurlia
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................. 2
Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Persepsi .............................................................................. 4
Persepsi Masyarakat Terhadap Lingkungan ........................................ 5
Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS) ............................................. 6
Manajemen Daerah Aliran Sungai (DAS) ........................................... 7
Organisasi............................................................................................. 10
Penguasaan Lahan ................................................................................ 11
METODOLOGI
Kerangka Pemikiran ............................................................................. 12
Definisi Operasional ............................................................................ 13
Waktu dan Tempat ............................................................................... 14
Alat dan Bahan ..................................................................................... 14
Sasaran Penelitian ................................................................................ 14
Metode Penelitian ................................................................................ 14
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Keadaan Umum Sub DAS Cikundul
Keadaan Bio-geofisik
Letak dan Luas ............................................................................... 16
Topografi ........................................................................................ 16
Geomorfologi ................................................................................. 17
Tanah .............................................................................................. 17
Iklim ............................................................................................... 17
Keadaan Sosial Ekonomi
Kependudukan ............................................................................... 18
Mata Pencaharian ........................................................................... 18
Keadaan Umum Desa Sukaresmi
Keadaan Bio-geofisik
Letak dan Luas ............................................................................... 19
Topografi dan Tipologi .................................................................. 20
Iklim ............................................................................................... 20
Keadaan Sosial Ekonomi
Kependudukan ............................................................................... 20
Mata Pencaharian ........................................................................... 24
Pemilikan Lahan ............................................................................ 24
Pendapatan Masyarakat.................................................................. 26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persepsi Masyarakat
Persepsi Masyarakat Terhadap Kualitas Sub DAS Cikundul ............... 28
Persepsi Masyarakat Terhadap Fungsi Sub DAS Cikundul................. 32
Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sub DAS Cikundul ........ 34
Persepsi Masyarakat Terhadap Peran Para Pihak dalam Pengelolaan
Sub DAS Cikundul .............................................................................. 36
Persepsi Masyarakat Terhadap Pengorganisasian Petani ..................... 38
Perilaku Masyarakat
Tindakan dalam Pengelolaan Sub DAS Cikundul ............................... 40
Tindakan Berorganisasi dalam Pengelolaan Sub DAS Cikundul ........ 51
Organisasi Masyarakat
Pengorganisasian dalam Pengelolaan Lingkungan Sub DAS
Cikundul .............................................................................................. 54
Faktor-faktor yang Melandasi Terbentuknya Organisasi ..................... 55
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .......................................................................................... 56
Saran..................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58
LAMPIRAN .................................................................................................... 60
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Distribusi Kelas Kemiringan Lahan Sub DAS Cikundul...................... 16
Tabel 2. Distribusi Mata Pencaharian Petani di Sub DAS Cikundul .................. 19
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ................................ 21
Tabel 4. Distribusi Mata Pencaharian Penduduk Desa Sukaresmi ..................... 24
Tabel 5. Distribusi Luas Lahan yang Dimiliki Petani ........................................ 25
Tabel 6. Persepsi Masyarakat Mengenai Pengelolaan DAS ............................... 29
Tabel 7. Persepsi Masyarakat Mengenai Manfaat Sub DAS Cikundul .............. 32
Tabel 8. Persepsi Masyarakat Mengenai Kegunaan Air Sungai ......................... 33
Tabel 9. Persepsi Masyarakat Mengenai Kerugian yang Timbul Akibat
Rusaknya Sub DAS Cikundul............................................................... 35
Tabel 10. Persepsi Masyarakat Mengenai Peran Masyarakat dan Pemerintah
dalam Mengelola Sub DAS Cikundul .................................................. 37
Tabel 11. Uji Chi-Square Hubungan Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi
DAS dengan Perilaku Mengelola DAS ............................................ ...41
Tabel 12. Pola tanam yang Diterapkan Masyarakat Desa Sukaresmi ................. 42
Tabel 13. Alasan Petani Memilih Pola Tanam.................................................... 44
Tabel 14. Persepsi Masyarakat Mengenai Kegiatan yang Ditangani
Kelompok Tani dan Keterlibatan Pemerintah..................................... 53
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram Pie Persentase Sebaran Umur Petani ............................... 21
Gambar 2. Diagram Pie Persentase Jumlah dan Komposisi Keluarga Petani.. 22
Gambar 3. Diagram Pie Persentase Tingkat Pendidikan Petani ...................... 23
Gambar 4. Diagram Pie Persentase Status Kepemilikan Lahan ...................... 26
Gambar 5. Diagram Pie Persentase Pendapatan Masyarakat ........................... 27
Gambar 6. Persepsi Masyarakat Mengenai Sub DAS Cikundul ...................... 30
Gambar 7. Persepsi Masyarakat
Mengenai Keikutsertaan Pemerintah
dalam Pengelolaan Ekosistem Sub DAS Cikundul ...................... 38
Gambar 8. Persepsi Masyarakat Mengenai Anggota Organisasi yang
Bergerak di Bidang Lingkungan .................................................. 40
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Peta Kecamatan Sukaresmi ........................................................... 61
Lampiran 2. Peta Desa Sukaresmi ..................................................................... 62
Lampiran 3. Transek Pada Salah Satu Dusun di Desa Sukaresmi ..................... 63
Lampiran 4. Struktur Organisasi Kelompok Tani Mekar Tani .......................... 64
Lampiran 5. Struktur Organisasi Kelompok Tani Wargi Resmi........................ 65
Lampiran 6. Foto-foto Hasil Penelitian .............................................................. 66
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air seperti halnya udara telah dianggap oleh manusia sebagai barang yang
wajar, selalu ada dan tersedia setiap saat, oleh karenanya keadaan air tidak perlu
dirisaukan. Pendapat tersebut pada waktu kini tidak selalu benar bahkan dapat
menyesatkan. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di tanah air kita menunjukkan
bahwa air dapat mempengaruhi bahkan menentukan nasib hidup manusia. Hanya
pada saat terjadi kemarau panjang atau banjir manusia baru menyadari betapa
pentingnya peranan air tersebut sehingga berusaha untuk mengendalikannya
(Manan, 1995). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjamin
keberlangsungan tata air ialah dengan melakukan pengelolaan ekosistem DAS
secara benar.
Masyarakat yang berdiam di daerah aliran sungai merupakan faktor
terpenting bagi berhasilnya suatu pengelolaan daerah aliran sungai yang baik dan
sehat karena masyarakat sebagai bagian dari ekosistem daerah aliran sungai akan
berusaha memanfaatkan semua sumberdaya alam yang terdapat di dalamnya.
Hasilnya tidak selalu positif dalam arti kata kelestarian, seringkali bersifat negatif,
yaitu pengurasan sumberdaya alam tanpa menghiraukan resiko terhadap
lingkungan. Hal ini tergantung dari bagaimana persepsi dan perilaku masyarakat
dalam pengelolaan ekosistem daerah aliran sungai.
Beberapa penelitian telah dilakukan berkenaan dengan DAS ini
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Kaswanto (2001) tentang pengelolaan
elemen air yang berkelanjutan dalam lansekap pedesaan di DAS Citarum tengah
Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat, penelitian oleh Chrisdian (2002) tentang
pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap karakteristik hidrologi di DAS
Way Besay di Lampung Barat, Propinsi Lampung, dan penelitian yang dilakukan
oleh Cahyadi (2002) tentang dampak penerapan silvikultur Tebang Pilih Tanam
Indonesia (TPTI) terhadap karakteristik hidrologi, laju erosi dan sedimentasi di
sub DAS Keramu DAS Bait Propinsi Kalimantan Tengah. Namun penelitianpenelitian tersebut hanya menjelaskan pengelolaan ekosistem DAS pada aspek
pengelolaan lahan, pengelolaan air, dan pengelolaan vegetasi saja. Sedangkan
2
menurut Dephut (2002) dalam Setiawan (2005) untuk mencapai tujuan akhir
pengelolaan DAS yaitu terwujudnya kondisi yang optimal dari sumberdaya tanah,
air dan vegetasi, maka kegiatan pengelolaan DAS meliputi empat upaya pokok
yaitu (a) pengelolaan lahan melalui upaya konservasi tanah dalam arti luas, (b)
pengelolaan air melalui pengembangan sumberdaya air, (c) pengendalian vegetasi
khususnya pengelolaan hutan yang memiliki fungsi perlindungan tanah dan air,
dan (d) Pembinaan kesadaran dan kemampuan manusia dalam penggunaan
sumberdaya alam secara bijaksana sehingga ikut berperan serta pada upaya
pengelolaan DAS.
Dikarenakan penelitian-penelitian sebelumnya belum cukup menjelaskan
pada aspek sosialnya maka diperlukan penelitian yang memfokuskan pada
persepsi dan perilaku masyarakat terutama masyarakat yang berdiam di sekitar
DAS karena masyarakat yang berdiam di daerah aliran sungai merupakan faktor
terpenting bagi berhasilnya suatu pengelolaan daerah aliran sungai yang baik dan
sehat
Perumusan Masalah
Pengelolaan ekosistem DAS sangat terkait dengan persepsi dan perilaku
masyarakat, karena keberlangsungan tata air yang menjadi tujuan dari pengelolaan
ekosistem DAS ditentukan oleh dukungan masyarakat. Persepsi masyarakat yang
baik akan menentukan pengelolaan ekosistem DAS yang baik pula, begitupun
sebaliknya. Oleh karena itu persepsi dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan
ekosistem DAS perlu digali untuk mengetahui sejauh mana masyarakat
mengetahui pengelolaan ekosistem DAS yang baik dan benar.
Aspek sosial yang akan dikaji dalam penelitian ini ialah mengenai persepsi
dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan ekosistem DAS meliputi jenis pohon
yang dipilih, pola tanam yang digunakan, teknik konservasi yang diterapkan, dan
mengetahui peran organisasi di dalam masyarakat yang menarik perhatian pada
pengelolaan ekosistem DAS demi terciptanya keselarasan dan kelestarian
ekosistem DAS.
3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah :
1. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap ekosistem DAS dan fungsinya.
2. Menjelaskan perilaku masyarakat dalam pengelolaan ekosistem DAS
meliputi pola tanam, jenis tanaman dan teknik konservasi yang digunakan.
3. Menganalisis pengorganisasian oleh masyarakat dalam sistem pengelolaan
DAS.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Sebagai penunjang pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang
berhubungan dengan aspek sosial dalam pengelolaan ekosistem DAS.
2. Sebagai sumbangan informasi dan pemikiran yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan dalam
pemberdayaan masyarakat dan tindakan yang dapat dilakukan untuk
memberikan dorongan kepada masyarakat agar memiliki perilaku yang
sejalan dengan eksistensi dan kelestarian ekosistem DAS.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses menerima informasi atas stimuli dari lingkungan
dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Menurut Leavitt (1978),
persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara
seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau
pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Surya (2004) mengatakan pengamatan atau perception merupakan salah
satu bentuk perilaku kognitif yaitu suatu proses mengenal lingkungan dengan
menggunakan alat indera. Proses pengamatan terjadi karena adanya rangsangan
dari lingkungan yang diterima oleh individu melalui alat indera. Rangsangan itu
kemudian diteruskan ke pusat kesadaran yaitu otak untuk diberi makna atau
tafsiran. Dengan demikian, proses pengamatan berlangsung dalam tiga tahapan
yaitu :
a. Penerimaan rangsangan oleh alat indra
b. Pengiriman informasi ke pusat kesadaran atau otak, dan
c. Pemberian tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
Persepsi
yang benar terhadap suatu objek diperlukan, sebab persepsi
merupakan dasar pembentukan sikap dan prilaku. Bahkan Harihanto (2001) secara
tegas mengatakan “tidak ada prilaku tertentu tanpa persepsi, perilaku adalah hasil
persepsi”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jika diinginkan agar
seseorang berprilaku tertentu terhadap lingkungan, harus dilakukan intervensi
untuk membentuk persepsi yang benar pada diri orang tersebut, terutama jika
persepsinya belum benar. Demikian pula persepsi masyarakat terhadap air sungai.
Perbedaan persepsi antar satu orang dengan orang lainnya menurut Fauzi
(2004) disebabkan oleh lima faktor yaitu, (1) Perhatian ; rangsangan yang ada di
sekitar kita tidak kita tangkap secara sekaligus tapi kita hanya memfokuskan pada
satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan yang lainnya
akan menyebabkan perbedaan persepsi. (2) Set ; adalah harapan seseorang akan
rangsangan yang akan timbul, misalnya seorang pelari siap digaris start terdapat
set akan terdengar pistol disaat dia harus berlari. (3) Kebutuhan ; kebutuhan-
5
kebutuhan sesaat maupun yang menetap akan mempengaruhi persepsi orang
tersebut. (4) Sistem nilai seperti adat istiadat, kepercayaan yang berlaku dalam
suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. (5) Ciri kepribadian,
misalnya ; watak, karakter, kebiasan, akan mempengaruhi persepsi. Sedangkan
manurut Muhadjir (1992), keragaman persepsi dipengaruhi oleh usia, rentang
perhatian orang, kebutuhan, dan juga pandangan hidup.
Persepsi Masyarakat Terhadap Lingkungan
Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan
tidak sama dengan habitat. Habitat adalah tempat dimana organisme atau
komunitas hidup. Lingkungan merupakan ruang tiga dimensi, dimana organisme
merupakan salah satu bagiannya. Lingkungan bersifat dinamis dalam arti berubahrubah setiap saat (Irwan, 1992).
Salah satu aspek penting dalam kebudayaan manusia yang berlaku
semenjak nenek moyang kita dahulu hingga kini adalah adanya kesadaran serta
penghayatan akan arti penting dan pengaruh alam sekeliling atas perikehidupan
manusia. R. Firth dkk (1960) dalam (Lamech & Hutomo,1995) menerangkan hal
itu sebagai berikut :
Keadaan alam sekeliling memang nyata memberikan batas-batas yang luas
bagi kemungkinan hidup manusia.
Tiap keadaan alam sekeliling yang mempunyai coraknya sendiri-sendiri,
sedikit banyak memaksa orang yang hidup di pangkuannya untuk menuruti
suatu cara hidup yang sesuai dengan keadaan.
Keadaan alam sekeliling bukan saja memberikan kemungkinan yang besar
bagi kemajuan, tetapi juga menyediakan bahan-bahan yang dapat memuaskan
kebutuhan hidup bagi manusia.
Keadaan alam sekeliling juga mempengaruhi keselarasan hidup budaya
manusia, seperti terlihat pada upacara-upacara yang berhubungan dengan
kepercayaan.
Kesadaran serta penghayatan akan arti penting lingkungan alam sekeliling
atas peri kehidupan manusia itu menempatkan manusia pada posisi aktif dan
6
berperan sebagai “ a geomorphologic agent” dalam hal ini manusia menduduki
bagian dunia yang tidak pasif, tetapi sebagai faktor aktif yang dapat membuat
perubahan-perubahan. Manusia tidak tunduk begitu saja dikuasai oleh kemauan
alam lingkungannya. Dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, ia
(manusia) berusaha untuk mencapai keserasian dan keselarasan hidup sesuai
dengan alam lingkungan hidupnya, baik lingkungan fisik maupun non fisik.
Manusia
masa
kini
dengan
kesadaran
yang
tinggi
akan
pentingnya
mempertahankan keseimbangan lingkungan hidupnya, berupaya untuk mengatur
pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang terdapat pada alam sekitarnya supaya
tidak menimbulkan bencana atau malapetaka. Dari pernyataan tersebut jelas
bahwa masyarakat kita mempersepsikan lingkungan bukan hanya sekedar sebagai
objek yang harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia (human
centris), melainkan ia juga harus dipelihara dan ditata demi kelestarian lingkungan
itu sendiri (eco centris) (Lamech & Hutomo,1995).
Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)
Sebuah sistem sungai yang bermula dari sumbernya (mata air) hingga
bermuara ke laut, merupakan kesatuan organik yang tidak dapat dipisahkan.
Setiap campur tangan dan tindakan manusia di bagian tertentu akan
mempengaruhi bagian sungai lainnya. Jadi sebuah DAS atau sub-DAS
(watershed, sub-watershed) dapat dipandang sebagai sebuah ekosistem, dimana
terdapat masukan berupa curah hujan dan keluaran berupa air sungai. Dalam
sebuah DAS terdapat berbagai macam penggunaan lahan misalnya hutan lindung,
hutan konservasi, hutan produksi, perkebunan, pertanian, lahan kering,
persawahan, perikanan, kolam dan tambak, areal pengembalaan, lapangan golf
dan sebagainya. Sebagai contoh ialah DAS Ciliwung yang berhulu di kawasan
Puncak, mengalir melewati kota Bogor, Depok, dan bermuara di teluk Jakarta
(Manan, 1995).
Menurut Manan (1995) Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan sebuah
kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan,
dan mengalirkan curah hujan yang jatuh di atasnya ke sungai utama yang
bermuara ke danau atau ke lautan. Pemisah topografi ialah punggung bukit, di
7
bawah tanah juga terdapat pemisah bawah tanah berupa batuan. Sebuah DAS
merupakan kumpulan dari banyak sub-DAS yang lebih kecil. Ukuran dan bentuk
DAS dengan sendirinya berbeda satu dengan lainnya. Contoh DAS antara lain :
Ciliwung, Citarum, Citanduy, Bengawan Solo, Kali Brantas, Wampu, Batang
Agam, Way Seputih, Jeneberang, Sadang, Riam Kanan dan lain-lain.
Mengacu kepada pengertian DAS dalam uraian di atas, maka di dalam
suatu DAS terdapat berbagai komponen sumberdaya, baik sumberdaya alam
(natural capital), yaitu udara (atmosphere), tanah dan batuan penyusunnya,
vegetasi, satwa, sumberdaya manusia (human kapital), pranata institusi formal
maupun informal (social capital), maupun sumberdaya buatan (man made capital)
yang satu sama lain saling berinteraksi. Komponen sumberdaya tersebut adalah
khas untuk suatu DAS sehingga menjadi karakteristik di DAS tersebut (Rusdiana
dkk, 2003).
Manajemen Daerah Aliran Sungai (DAS)
Manajemen Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan bagian dari
manajemen sumberdaya alam, yaitu pengurusan dan pengembangan dari semua
sumberdaya alam dari suatu negara dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan
masa kini dan masa depan penduduknya. Manajemen DAS ditujukan kepada
produksi dan perlindungan sumberdaya air, termasuk pengendalian erosi dan
banjir, serta pemeliharaan nilai-nilai estetika perairan (Manan, 1995).
Dalam Manan (1995) manajemen DAS (watershed management) ialah
sebuah istilah yang sering digunakan di kalangan kehutanan dan pengawetan
tanah. Secara umum, manajemen DAS berarti manajemen sumberdaya alam yang
dapat pulih (renewable), seperti air, tanah, dan vegetasi dalam DAS dengan tujuan
untuk memperbaiki, memelihara, dan melindungi keadaan DAS agar dapat
mengahasilkan hasil air (water yield) untuk kepentingan pertanian, kehutanan,
perkebunan, peternakan, perikanan, dan masyarakat yaitu air minum, industri,
irigasi, tenaga listrik, rekreasi dan sebagainya.
Pengelolaan DAS terpadu merupakan langkah nyata untuk melestarikan
sungai-sungai, dalam arti kata meningkatkan “water yield, water quality” dan
pengaturan waktu aliran (timing), sehingga perbedaan antara debit maksimum dan
8
debit minimum sungai tidak mencolok fluktuasinya. Dalam Pelita 5 (1989-1994),
di Indonesia telah ditetapkan sejumlah 39 DAS yang tersebar sebagai DAS
prioritas, artinya mendapatkan penanganan dan pengelolaan yang memperhatikan
keseimbangan pemanfaatan serta diprioritaskan rehabilitasinya (Manan, 1990)
dalam Manan (1995).
Dinyatakan pula oleh Rusdiana dkk (2003), bahwa kata kunci yang
menandai pengertian pengelolaan DAS terpadu adalah :
Pengelolaan sumberdaya alam
Pemenuhan kebutuhan manusia sekarang dan yang akan datang
Kelestarian dan keserasian ekosistem
Pengendalian hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dan manusia
Penyediaan air, pengendalian erosi, banjir dan sedimentasi
Mempertimbangkan faktor-faktor sosial, politik, ekonomi, lingkungan dan
institusi (kelembagaan)
Konsepsi manajemen DAS didukung oleh perkembangan antara lain
sebagai berikut :
1. Pengetahuan manusia yang terus bertambah tentang siklus hidrologi dan
peranannya.
2. Pertambahan penduduk yang pesat hingga mengakibatkan tekanan tehadap
kebutuhan tanah dan air.
3. Meningkatnya kebutuhan air,
disebabkan kemajuan teknologi dan
meningkatnya taraf hidup masyarakat.
4. Timbulnya masalah kekurangan air, banjir, erosi, pencemaran, dan lain-lain.
5. Para perencana mulai mengakui DAS sebagai unit terbaik untuk tujuan
manajemen sumberdaya alam.
Untuk tujuan pengelolaan tanah, air, dan udara, adalah tepat bila
menggunakan unit ekosistem DAS. Berdasarkan sistem tersebut kita dapat
mengidentifikasi dan memecahkan persoalan atas dasar unit DAS, misalnya dalam
pelaksanaan kegiatan program penyelamatan hutan, tanah dan air, yang lebih
dikenal dengan istilah reboisasi dan penghijauan.
Tujuan utama manajemen DAS ialah tercapainya suatu keadaan dalam
DAS yang memungkinkan terlaksananya keadaan tata air yang baik dalam hal ini
9
hasil air yang optimum, dipandang dari aspek kuantitas, kualitas, dan regimen
(timing). Agar dapat mengendalikan hasil air, perlu pula pengendalian aspekaspek tersebut.
Dalam Manan (1995) dikatakan Manajemen DAS lebih luas daripada
manajemen suatu hutan lindung (Manan, 1977). Karena DAS juga mencakup
kawasan diluar hutan seperti perkebunan, hutan milik, padang gembalaan,
pertanian, dan daerah pemukiman pedesaan. Menurut Kittredge (1948) dalam
Manan (1995), dalam pelaksanaannya manajemen DAS meliputi empat tahapan,
yaitu pengenalan, pemulihan (rehabilitasi), perlindungan dan perbaikan. Tentu
saja pentahapan tersebut disesuaikan dengan keadaan masing-masing DAS. Pada
daerah yang sudah kritis, dengan konsentrasi tanah gundul yang luas, akan lain
tindakan manajemen yang dilakukan dibandingkan dengan DAS yang berhutan
lebat tak terganggu. Pada yang pertama, perlu dilakukan pengenalan berupa survai
telaah keterlaksanaan untuk menentukan luas, lokasi, dan derajat kekritisan daerah
yang perlu dihijaukan untuk dilakukan tindakan pengawetan tanah. Sedangkan
pada
yang
terakhir
dilakukan
tahap
perbaikan,
meliputi
usaha-usaha
meningkatkan hasil air, misalnya dengan memperbesar infiltrasi air ke dalam
tanah dan mengurangi intersepsi dan evapotranspirasi. Tahap pengenalan dan
perlindungan tidak bertentangan dengan tujuan pemanfaatan lainnya, akan tetapi
tahap pemulihan dan perbaikan seringkali memerlukan perubahan atas praktek
kehutanan yang lazim berlaku.
Dalam Manan (1995) juga dikatakan bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS)
dengan penduduk yang padat tetapi melaksanakan usaha-usaha pengawetan tanah
dan air, akan merupakan suatu ekosistem yang lebih produktif dan mempunyai
daya dukung lingkungan tinggi, dibandingkan sebuah DAS yang luas,
berpenduduk jarang, tetapi mempraktekkan usaha perladangan berpindah di
daerah perbukitan, dan melahirkan padang alang-alang yang sangat luas dan tidak
produktif sehingga mempunyai daya dukung lingkungan yang rendah.
10
Organisasi
Schein (1982) dalam Muhammad (2004) mengatakan bahwa organisasi
adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai
beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki
otoritas dan tanggung jawab. Schein (1982) dalam Muhammad (2004) juga
mengatakan bahwa organisasi mempunyai karakteristik tertentu, yaitu mempunyai
struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian
lain dan
bergantung pada komunikasi manusia untuk mengkordinasikan aktivitas dalam
organisasi tersebut. Organisasi mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah
memenuhi kebutuhan pokok organisasi, mengembangkan tugas dan tanggung
jawab, memproduksi barang atau orang, mempengaruhi dan dipengaruhi orang
(Muhammad, 2004).
Menurut Eghter, Christina dan B Seliato (1999), organisasi masyarakat
tingkat desa ditinjau dengan pendekatan, dibedakan sebagai berikut:
a.
Berdasarkan asal dibentuknya
o Dibentuk berdasarkan kekuasaan atas desa (pemerintah pusat atau
daerah).
o Dibentuk melalui swadaya masyarakat dengan proses sejarah yang
menyertainya.
o Dibentuk atas dasar rumusan atau konsensus bersama antara pemerintah
(atas desa) dan masyarakat desa.
b.
Berdasarkan atas keformalannya
o Organisasi masyarakat berbentuk formal atau ada aturan tertulisnya
o Non formal atau tidak ada aturan tertulis
o Peralihan non formal ke formal
c.
Hubungan pengendalian dari atasan kepada bawahan
d.
Berdasarkan ukuran jumlah anggotanya
o Organisasi relatif besar, jumlah anggota ± 50 orang.
o Organisasi relatif kecil, jumlah anggota 5-12 orang.
o Berukuran sedang, jumlah anggota antara organisasi besar dan
organisasi kecil.
11
Penguasaan Lahan
Ditinjau dari sudut pandang pengelolaan dan penguasaannya, bagian lahan
di Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan Public land dan sebagian lainnya
merupakan private land. Dalam kenyataanya public land tersebut merupakan
kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi-konservasi yang dikuasai
oleh negara, sedangkan private land merupakan lahan usaha pertanian dan
pemukiman yag dikuasai dan dikelola oleh penduduk (Geo, 1997).
Bertambahnya jumlah penduduk, secara langsung atau tidak langsung akan
mengakibatkan meningkatnya tekanan penduduk terhadap lahan, dan hal ini pada
kenyataannya dapat menimbulkan berbagai masalah degradasi sumberdaya lahan
dan lingkungan hidup serta berbagai konsekuensi sosial ekonominya (Geo, 1997).
Menurut Singh (1997) munculnya masalah-masalah tersebut juga dapat
disebabkan terbatasnya pilihan sumber mata pencaharian di bagian hulu suatu
Daerah Aliran Sungai (DAS). Mustadjab (1986) menyatakan, cara-cara bertani
yang kurang baik di suatu daerah mengakibatkan besarnya tingkat erosi yang
terjadi sehingga tanah menjadi semakin miskin. Keadaan ini diperburuk dengan
sistem penguasan tanah yang sebagian besar petani penggarap di daerah itu adalah
bukan pemilik tanah.
Mustadjab (1986) mengatakan, tanah sebagai faktor produksi utama bagi
usaha-usaha pertanian, sangat menentukan tingkat hidup petani, karena
kesempatan kerja diluar pertanian masih sangat kurang. Tidak dikuasainya tanah
sebagai faktor produksi utama, dapat membawa banyak akibat negatif,
diantaranya:
•
Kurangnya rasa tanggung jawab atas usaha pengawetan tanah.
•
Kurang dapatnya petani menerapkan teknologi baru dalam usaha taninya.
•
Rendahnya produktivitas usaha tani
Suatu hubungan kerja terbangun pada petani yang menggarap lahan bukan
miliknya, yaitu hubungan kerja antara pemilik dan penggarap tanah. Sistim
hubungan kerja akan berpengaruh pada cara penggunaan tanah, tingkat
penggunaan teknologi baru, tingkat produktivitas usaha tani, tingkat pendapatan,
tingkat
efisiensi
usaha
tani
dan
sebagainya
(Mustadjab,
1986).
METODOLOGI
Kerangka Pemikiran
Wilayah DAS merupakan suatu kesatuan ekosistem dengan komponen
utama tanah, air, vegetasi dan manusia. Faktor ini berinteraksi dan manusia
berperan sebagai pengelola sumberdaya tanah, air, dan vegetasi. Hal ini
memperlihatkan di DAS terdapat ada dua sub-sistem, yaitu sub-sistem biofisik
dan sub-sistem sosial ekonomi. Sub-sistem bio-fisik terdiri dari iklim, tanah, air,
tumbuhan dan satwa. Pada sisi lain, manusia sebagai pengelola menbentuk subsistem sosial dengan komponen-komponen antara lain populasi, teknologi, dan
struktur sosial.
Manusia dalam hal ini masyarakat yang berdiam di DAS merupakan faktor
terpenting bagi berhasilnya suatu pengelolaan DAS yang baik dan sehat karena
masyarakat sebagai bagian dari ekosistem DAS akan berusaha memanfaatkan
semua sumberdaya alam yang terdapat di dalamnya. Hasilnya tidak selalu positif
dalam arti kata kelestarian, seringkali bersifat negatif, yaitu pengurasan
sumberdaya alam tanpa menghiraukan resiko terhadap lingkungan. Hal ini
tergantung dari bagaimana persepsi dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan
ekosistem DAS.
Oleh karena itu, persepsi dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan
ekosistem DAS akan menjadi suatu hal yang sangat penting dan perlu diketahui,
karena dengan mempelajari persepsi dan perilaku masyarakat kita dapat mengukur
sejauh mana masyarakat peduli terhadap pengelolaan ekosistem DAS dan akan
menentukan keberhasilan pengelolaan ekosistem DAS selanjutnya. Tindakan
mengelola ekosistem DAS yang benar oleh masyarakat akan berpengaruh besar
pada daerah aliran sungai dalam melaksanakan fungsinya.
Berdasarkan kerangka tersebut, peneliti berfikir perlu adanya penelitian
yang mempelajari persepsi dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan ekosistem
DAS dan demi tercapainya pengelolaan ekosistem DAS yang baik dan benar.
13
Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya kesalah pengertian terhadap variabel yang
akan dikaji dalam penelitian ini, variabel-variabel penelitian didefinisikan sebagai
berikut :
a. Persepsi, adalah penilaian informan terhadap pengertian, kualitas, dan
manfaat ekosistem DAS. Indikator yang di ukur adalah :
• Persepsi masyarakat terhadap kualitas Sub DAS Cikundul.
• Persepsi masyarakat terhadap fungsi Sub DAS Cikundul.
• Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan Sub DAS Cikundul.
• Persepsi masyarakat terhadap peran para pihak dalam pengelolaan Sub
DAS Cikundul.
• Persepsi masyarakat terhadap pengorganisasian petani
Pengukurannya adalah dengan mengelompokkan data yang didapat
menjadi beberapa kelompok. Persepsi bernilai baik jika bersifat positif,
dan bernilai buruk jika bersifat negatif.
b. Perilaku, adalah tindakan manusia yang didasari oleh persepsi dan faktor
lainnya. Perilaku masyarakat dapat dilihat dari tindakan yang dilakukan oleh
masyarakat berupa :
• Tindakan dalam pengelolaan Sub DAS Cikundul terutama dalam pola
tanam, penentuan jenis pohon yang ditanam, dan teknik konservasi.
• Tindakan berorganisasi dalam pengelolaan Sub DAS Cikundul.
c. Organisasi, adalah suatu sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Indikator yang diukur
adalah :
•
Pengorganisasian dalam pengelolaan ekosistem Sub DAS Cikundul.
•
Faktor-faktor yang melandasi terbentuknya organisasi.
d. Penguasaan lahan, adalah penguasaan oleh suatu rumah tangga atas lahan,
baik berupa hak milik, sakap dan sewa serta hak untuk menguasai sebagian
atau keseluruhan hasil yang diperoleh dari lahan tersebut. Aspek penguasaan
lahan perlu diketahui untuk menganalisis adanya hubungan penguasaan lahan
terhadap pola tanam dan penentuan jenis pohon tertentu yang ditanam.
14
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2006 bertempat di Desa
Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pemilihan
tempat dilakukan secara sengaja (purposive) karena memenuhi syarat untuk
dilakukan penelitian.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner yang
telah disiapkan sebelumnya disertai alat tulis menulis untuk wawancara di
lapangan serta kamera dan kalkulator untuk dokumentasi.
Sasaran Penelitian
Sasaran atau objek penelitian adalah masyarakat yang tinggal di dalam
daerah aliran sungai yang menggarap atau mengusahakan lahan, baik lahan milik
sendiri, sewa, bagi hasil, atau pinjam.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dan menggunakan
kuisioner sebagai alat pengumpul data. Informan yang dipilih berjumlah 30 orang
dan diambil secara acak. Data yang digunakan ada dua jenis, yaitu data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer
Data primer yang dikumpulkan meliputi
a.
Data karakteristik responden meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan,
pekerjaan, luas lahan, jumlah anggota keluarga, jarak tempat tinggal,
pendapatan, dan pengeluaran.
b.
Data persepsi masyarakat mengenai ekosistem DAS.
c.
Data kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam pengelolaan DAS.
d.
Data pengorganisasian masyarakat dalam pengelolaan ekosistem DAS.
15
2. Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi :
a.
Data tentang kondisi umum lokasi penelitian yang terdiri dari letak dan
luas lokasi penelitian, iklim, jenis tanah, topografi, dan kondisi sosial
masyarakat.
b.
Data-data lain yang berhubungan dengan penelitian untuk melengkapi data
yang sudah ada.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :
a.
Pengamatan (observasi), dilakukan dengan pengamatan kepada aktivitas
masyarakat dan kondisi ekosistem Sub DAS Cikundul.
b.
Wawancara (kuisioner) terstruktur maupun bebas
c.
Data sekunder yang mendukung penelitian.
Data hasil wawancara dan pengamatan lapang yang telah diperoleh,
disusun dan diolah serta ditransformasikan kedalam kerangka kesimpulan yang
menggambarkan kondisi lapangan. Penyajian data dilakukan dengan model
deskriptif yang dituangkan dalam bentuk teks narasi, tabel, bagan dan gambar jika
diperlukan.
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Keadaan Umum Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul
Keadaan Bio-geofisik
Letak dan Luas
Sub DAS Cikundul terletak pada 6º 40 LS-6º 48 LS dan 106º 57 BT-107º
22 BT, terdapat di dua kabupaten yaitu Kabupaten Cianjur dan Kabupaten
Purwakarta yang seluruhnya meliputi 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Pacet,
Kecamatan Sukaresmi, Kecamatan Cikalongkulon, Kecamatan Mande, dan
Kecamatan Maniis, dengan jumlah desa sebanyak 47 desa.
Berdasarkan pola RLKT DAS Citarum, maka luas Sub DAS Cikundul
adalah 26.662 ha, sedangkan yang akan disusun RTL-RLKTnya adalah seluas
26.321,94 ha.
Topografi
Keadaan
topografi
Sub
DAS
Cikundul
bervariasi
dari
datar,
bergelombang, berbukit, dan bergunung, dengan ketinggian di atas permukaan
laut antara 220 m di genangan waduk Cirata sampai 3.019 m di puncak gunung
pangrango.
Di Sub DAS Cikundul wilayah yang mempunyai kemiringan lereng dari
15 % sampai lebih dari 45 % seluas 9.849,62 ha atau 37,42 %. Wilayah ini secara
potensial merupakan sumber bahaya erosi. Pembagian berdasarkan kelas
kelerengan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Distribusi Kelas Kemiringan Lahan Sub DAS Cikundul
No
1.
2.
3.
4.
5.
Kemiringan (%)
0-8
8-15
15-25
25-45
> 45
Jumlah
Sumber : BPDAS Bogor
Kelas
Luas
Persentase (%)
I
II
III
IV
V
9.497,63
6.974,69
5.466,12
3.283,60
1.099,90
26.321,94
36,08
26,50
20,77
12,47
4,18
100.00
17
Geomorfologi
Geomorfologi adalah ilmu yang mendalami bentuk lahan yang membentuk
permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan laut dan menekankan
pada genesis dan perkembangannya serta konteks dan lingkungannya.
Geomorfologi dalam RTL-RLKT ini merupakan salah satu unsur utama
dalam pembentukkan satuan lahan (land unit). Di Sub DAS Cikundul,
geomorfologi pembentukannya sebagian besar merupakan sistem gunung api yang
berasal dari lava dan lahar yang berasal dari Gunung Gede. Sebagian merupakan
sistem perbukitan dan sebagian kecil sistem dataran.
Tanah
Jenis tanah di Sub DAS Cikundul didominasi oleh Latosol seluas 11.888,5
ha (45,33 %) yang terbagi dalam 6 Satuan Peta Tanah (SPT), Regosol (2 SPT)
seluas 6.418,75 ha (24,47 %), Kambisol (3 SPT) seluas 4.087,5 ha (15,59 %),
Mediteran (7 SPT) seluas 2.418,45 ha (9,46 %), Andosol (1 SPT) seluas 456,25 ha
(1,74 %).
Dalam kaitannya dengan tingkat bahaya erosi yang dipergunakan
(Tolerable Soil Loss) kedalaman tanah (solum tanah) menjadi satu hal yang
dipertimbangkan. Kedalaman tanah di Sub DAS Cikundul beragam dari yang
terdangkal yaitu kurang dari 30 cm sampai yang terdalam lebih dari 90 cm.
Iklim
Sub DAS Cikundul memiliki iklim tropis yang dipengaruhi angin muson,
yang dapat dibedakan antara musim penghujan dan musim kemarau. Musim hujan
terjadi pada bulan November hingga April, dan musim kemarau dari bulan Mei
hingga Oktober.
Faktor iklim yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses erosi adalah
curah hujan. Semakin tinggi intensitas hujan dan semakin lama hujan jatuh maka
erosi yang terjadi akan semakin besar apabila faktor-faktor lain yang
mempengaruhi proses terjadinya erosi tidak berbeda.
Curah hujan yang dicatat selama lima tahun dari Badan Meteorologi dan
Geofisika berkisar antara 1.657 mm sampai dengan 2.766 mm, jumlah hari hujan
18
di dalam satu tahun berkisar antara 104 hari hingga 180 hari. dengan rata-rata
bulan basah antara 7 hingga 10 bulan. Suhu rata-rata tahunan adalah 22º C hingga
24º C dengan tingkat kelembaban udara berkisara antara 68 % sampai dengan
83%.
Menurut pengolahan data curah hujan maka energi perusak oleh air hujan
yang dinyatakan dengan nilai erosivitas hujan di Sub DAS Cikundul berkisar
antara 1300 sampai dengan 3200. Tingginya erosivitas hujan ini menunjukkan
tingginya tingkat perusakan hujan terhadap partikel-partikel tanah sehingga erosi
air di wilayah ini semakin mudah terjadi.
Keadaan Sosial Ekonomi
Kependudukan
Menurut data statistik Kabupaten Cianjur dan Purwakarta, jumlah
penduduk di Sub DAS Cikundul pada tahun 1992 adalah 282.579 jiwa atau setara
dengan kepadatan geografis 748,29 jiwa/km2
dan kepadatan agraris 16,74
jiwa/ha. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap 1000 orang perempuan
(sex ratio) pada tahun 1992 adalah 984 sedangkan beban ketergantungan
penduduk yaitu perbandingan antara penduduk non produktif dengan penduduk
produktif mempunyai beban tanggungan 88,55 orang.
Mata Pencaharian
Penduduk Sub DAS Cikundul yang bermata pencaharian sebagai petani
pada tahun 1992 adalah sebanyak 60.767 orang atau 53,2 %. Secara terinci
distribusi mata pencaharian penduduk di Sub DAS Cikundul dapat dilihat pada
Tabel 2.
19
Tabel 2. Distribusi Mata Pen
PENGELOLAAN EKOSISTEM SUB DAERAH ALIRAN
SUNGAI (DAS) CIKUNDUL
(Kasus di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat)
ARI NURLIA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Persepsi dan
Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem Sub Daerah Aliran
Sungai (DAS) Cikundul (Kasus di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) adalah hasil karya saya sendiri dan belum
pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2006
Ari Nurlia
NRP E14102006
RINGKASAN
ARI NURLIA (E14102006). Persepsi dan Perilaku Masyarakat dalam
Pengelolaan Ekosistem Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul (Kasus di
Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat).
Dibawah bimbingan Dr. Ir. DIDIK SUHARJITO, MS.
Air seperti halnya udara telah dianggap oleh manusia sebagai barang yang
wajar, selalu ada dan tersedia setiap saat, oleh karenanya keadaan air tidak perlu
dirisaukan. Pendapat tersebut pada waktu kini tidak selalu benar bahkan dapat
menyesatkan. Pada saat terjadi kemarau panjang atau banjir manusia baru
menyadari betapa pentingnya peranan air sehingga berusaha untuk
mengendalikannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjamin
keberlangsungan tata air ialah dengan melakukan pengelolaan ekosistem DAS
secara benar.
Beberapa penelitian telah dilakukan berkenaan dengan DAS ini
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Kaswanto (2001), tentang pengelolaan
elemen air yang berkelanjutan dalam lansekap pedesaan di DAS Citarum tengah
Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat, penelitian oleh Chrisdian (2002), tentang
pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap karakteristik hidrologi di DAS
Way Besay di Lampung Barat, Propinsi Lampung, dan penelitian yang dilakukan
oleh Cahyadi (2002) tentang dampak penerapan silvikultur Tebang Pilih Tanam
Indonesia terhadap karakteristik hidrologi, laju erosi dan sedimentasi di Sub DAS
Keramu DAS Bait Propinsi Kalimantan Tengah. Namun penelitian-penelitian
tersebut hanya menjelaskan pengelolaan ekosistem DAS pada aspek pengelolaan
lahan, pengelolaan air, dan pengelolaan vegetasi saja sehingga diperlukan suatu
penelitian yang mengkaji aspek sosialnya.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai
pengelolaan DAS, menjelaskan perilaku masyarakat dalam pengelolaan ekosistem
DAS meliputi pola tanam, pemilihan jenis, dan teknik konservasi yang digunakan,
dan menganalisis pengorganisasian masyarakat dalam sistem pengelolaan DAS.
Penelitian dilakukan di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Data yang digunakan ada
dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara : (a) Pengamatan (observasi), (b) Wawancara terstruktur maupun
bebas (kuisioner), dan (c) Data sekunder yang mendukung penelitian.
Persepsi masyarakat mengenai Sub DAS Cikundul tergolong baik dimana
masyarakat menyadari akan kerusakan yang terjadi di Sub DAS Cikundul dan
mereka mempunyai pandangan yang positif untuk menanggulangi dan
memperbaiki keadaan tersebut yaitu dengan melakukan penghijauan pada lahanlahan yang kosong dan penanaman tanaman berkayu pada sela-sela tanaman
pertaniannya.
Pola tanam yang diterapkan oleh masyarakat Desa Sukaresmi adalah pola
tanam tumpang sari (60%), agroforestry (36,67%), dan monokultur pangan
(3,33%) dimana faktor waktu, ekonomi dan luas lahan adalah faktor utama dalam
menentukan pola tanam yang akan diterapkan. Sedangkan jenis tanaman yang
ditanam adalah tanaman semusim dan tanaman tahunan.
Teknik konservasi yang diterapkan di lahan yang diusahakan oleh
masyarakat adalah teknik konservasi tanah secara mekanis untuk pengendalian
erosi yaitu dengan pembuatan teras bangku. Selain itu dari observasi yang
dilakukan terdapat teknik konservasi lainnya diantaranya teknik konservasi secara
mekanis untuk pengendalian sedimentasi yaitu pengendali sisi jalan, pengendali
tebing terjal, pengaman tebing sungai, dan Dam pengendali.
Perilaku masyarakat dalam mengikuti keanggotaan suatu organisasi dan
peran serta masyarakat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan lingkungan masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari masih
sedikitnya masyarakat (26,67%) yang turut berpartisipasi dalam setiap kegiatan
dan pelatihan yang diadakan oleh pemerintah maupun swasta.
PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM
PENGELOLAAN EKOSISTEM SUB DAERAH ALIRAN
SUNGAI (DAS) CIKUNDUL
(Kasus di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat)
ARI NURLIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
Skripsi
Judul Penelitian
: Persepsi dan Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan
Ekosistem Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul,
(Kasus di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat).
Nama Mahasiswa
: Ari Nurlia
Nomor Pokok
: E14102006
Menyetujui :
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Didik Suharjito, MS
NIP :132 104 680
Mengetahui :
Dekan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS
NIP : 131 430 799
Tanggal Lulus : ......................
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 4
Januari 1984 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah
penulis bernama Muhamad Yusuf (Alm), sedangkan Ibu penulis
bernama Siti Sofiah.
Penulis memulai pendidikannya pada tahun 1989 di TK Semboja Sari
Bogor, Jawa Barat. Kemudian melanjutkan sekolahnya ke SDN Empang 2 Bogor
pada tahun 1990 dan berhasil menyelesaikan studi pada tahun 1996. Pada tahun
yang sama penulis melanjutkan studi ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) Negeri 2 Bogor. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan studi ke Sekolah
Menengah Umum di SMUN 5 Bogor dan berhasil menyelesaikan studinya pada
tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI) di Program
Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Sejak SD penulis gemar dan aktif dalam kegiatan ekstra sekolah. Pada
jenjang SLTP, Penulis aktif dalam berbagai kegiatan Organisasi Intra Sekolah
(OSIS), di jenjang SMU penulis juga aktif dalam berbagai organisasi di antaranya
Organisasi Intra Sekolah (OSIS), Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Kesenian
Degung, dan Koperasi Siswa.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam Forest Manajemen
Student Club (FMSC) dan menjabat sebagai Divisi Eksternal pada periode 20032004, dan menjabat sebagai Sekretaris Umum pada periode 2004-2005. Selain itu
penulis juga pernah aktif di Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) pada periode
2003-2004.
Diluar
kampus
penulis
pernah
mengikuti
kegiatan-kegiatan
kedaerahan diantaranya menjadi peserta Pelatihan Kepemimpinan Putra Sunda III
Gerakan Masyarakat Jawa Barat (GEMA JABAR) di Bandung, dan turut serta
dalam kegiatan Pagelaran Bersama III Forum Komunikasi Lingkung Seni
Masyarakat Sunda (Fokalismas) di Bogor.
Penulis pernah melaksanakan Praktek Pengenalan Umum Kehutanan di
Cilacap dan Baturraden, Kabupaten Banyumas serta Praktek Pengelolaan Hutan di
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur, BKPH Kebasen,
Banyumas, Jawa Tengah. Selanjutnya penulis melakukan Praktek Kerja Lapang
(PKL) di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Propinsi Sumatera Selatan selama
kurang lebih dua bulan.
Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan di
Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor,
penulis membuat skripsi dengan judul ”Persepsi dan Perilaku Masyarakat
dalam Pengelolaan Ekosistem Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul.
(Kasus di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa
Barat)” di bawah bimbingan Dr. Ir. Didik Suharjito, MS.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul
”Persepsi dan Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem Sub
Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul. (Kasus di Desa Sukaresmi,
Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)” ini dengan baik.
Dalam proses pembuatan skripsi ini, penulis sedikit banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ayah (Alm. Muh. Yusuf), Ibu (Siti Sofiah), Kakak (Yufi Sofianti) dan Adik
(Rizky Maulana) yang telah menjadi semangat penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
2. Bibi (Siti Sutinah) dan Om (Fajar Mulyadi) yang telah membantu penulis
dalam hal keuangan.
3. Dr. Ir. Didik Suharjito, MS, atas kesabarannya dalam membimbing dan
mengarahkan penulis selama proses penyelesaian skripsi.
4. Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc dan Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA selaku penguji
dari Departemen Hasil Hutan dan Departemen Konservasi Sumber Daya
Hutan atas kritik dan sarannya untuk menyempurnakan skripsi ini.
5. Seseorang yang spesial, Sutrisna (UNSIKA’02) yang telah memberikan kasih
sayang, dukungan dan semangatnya kepada penulis.
6. Saudara Jalaludin (UNWIM’00), dan keluarga Bpk. Apad yang telah
membantu penulis dalam penelitian.
7. Teman satu bimbingan (Cempaka, Fitria K, Lenita) dan sahabat-sahabatku
(Desi, Ida, Vivie, Beny) yang telah membantu penulis baik secara moril
maupun materil.
8. Anak-anak puri naon (Dodi, Getri, Ucup, Agung, Edwin) yang telah
membantu penulis membuat presentasi, Ikhsan BDH’39 atas pinjaman
laptopnya, Rusmianto TPG’39, Harlan Lansekap’39, dan Dani (NHI),semoga
persahabatan kita dapat tetap kokoh hingga akhir nanti.
9. Teman-teman MNH’39 serta pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, masukan, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk memperlancar dan memperoleh hasil penelitian yang sebaikbaiknya. Semoga skripsi ini dapat digunakan dan bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Agustus 2006
Ari Nurlia
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................. 2
Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Persepsi .............................................................................. 4
Persepsi Masyarakat Terhadap Lingkungan ........................................ 5
Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS) ............................................. 6
Manajemen Daerah Aliran Sungai (DAS) ........................................... 7
Organisasi............................................................................................. 10
Penguasaan Lahan ................................................................................ 11
METODOLOGI
Kerangka Pemikiran ............................................................................. 12
Definisi Operasional ............................................................................ 13
Waktu dan Tempat ............................................................................... 14
Alat dan Bahan ..................................................................................... 14
Sasaran Penelitian ................................................................................ 14
Metode Penelitian ................................................................................ 14
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Keadaan Umum Sub DAS Cikundul
Keadaan Bio-geofisik
Letak dan Luas ............................................................................... 16
Topografi ........................................................................................ 16
Geomorfologi ................................................................................. 17
Tanah .............................................................................................. 17
Iklim ............................................................................................... 17
Keadaan Sosial Ekonomi
Kependudukan ............................................................................... 18
Mata Pencaharian ........................................................................... 18
Keadaan Umum Desa Sukaresmi
Keadaan Bio-geofisik
Letak dan Luas ............................................................................... 19
Topografi dan Tipologi .................................................................. 20
Iklim ............................................................................................... 20
Keadaan Sosial Ekonomi
Kependudukan ............................................................................... 20
Mata Pencaharian ........................................................................... 24
Pemilikan Lahan ............................................................................ 24
Pendapatan Masyarakat.................................................................. 26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persepsi Masyarakat
Persepsi Masyarakat Terhadap Kualitas Sub DAS Cikundul ............... 28
Persepsi Masyarakat Terhadap Fungsi Sub DAS Cikundul................. 32
Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sub DAS Cikundul ........ 34
Persepsi Masyarakat Terhadap Peran Para Pihak dalam Pengelolaan
Sub DAS Cikundul .............................................................................. 36
Persepsi Masyarakat Terhadap Pengorganisasian Petani ..................... 38
Perilaku Masyarakat
Tindakan dalam Pengelolaan Sub DAS Cikundul ............................... 40
Tindakan Berorganisasi dalam Pengelolaan Sub DAS Cikundul ........ 51
Organisasi Masyarakat
Pengorganisasian dalam Pengelolaan Lingkungan Sub DAS
Cikundul .............................................................................................. 54
Faktor-faktor yang Melandasi Terbentuknya Organisasi ..................... 55
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .......................................................................................... 56
Saran..................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58
LAMPIRAN .................................................................................................... 60
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Distribusi Kelas Kemiringan Lahan Sub DAS Cikundul...................... 16
Tabel 2. Distribusi Mata Pencaharian Petani di Sub DAS Cikundul .................. 19
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ................................ 21
Tabel 4. Distribusi Mata Pencaharian Penduduk Desa Sukaresmi ..................... 24
Tabel 5. Distribusi Luas Lahan yang Dimiliki Petani ........................................ 25
Tabel 6. Persepsi Masyarakat Mengenai Pengelolaan DAS ............................... 29
Tabel 7. Persepsi Masyarakat Mengenai Manfaat Sub DAS Cikundul .............. 32
Tabel 8. Persepsi Masyarakat Mengenai Kegunaan Air Sungai ......................... 33
Tabel 9. Persepsi Masyarakat Mengenai Kerugian yang Timbul Akibat
Rusaknya Sub DAS Cikundul............................................................... 35
Tabel 10. Persepsi Masyarakat Mengenai Peran Masyarakat dan Pemerintah
dalam Mengelola Sub DAS Cikundul .................................................. 37
Tabel 11. Uji Chi-Square Hubungan Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi
DAS dengan Perilaku Mengelola DAS ............................................ ...41
Tabel 12. Pola tanam yang Diterapkan Masyarakat Desa Sukaresmi ................. 42
Tabel 13. Alasan Petani Memilih Pola Tanam.................................................... 44
Tabel 14. Persepsi Masyarakat Mengenai Kegiatan yang Ditangani
Kelompok Tani dan Keterlibatan Pemerintah..................................... 53
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram Pie Persentase Sebaran Umur Petani ............................... 21
Gambar 2. Diagram Pie Persentase Jumlah dan Komposisi Keluarga Petani.. 22
Gambar 3. Diagram Pie Persentase Tingkat Pendidikan Petani ...................... 23
Gambar 4. Diagram Pie Persentase Status Kepemilikan Lahan ...................... 26
Gambar 5. Diagram Pie Persentase Pendapatan Masyarakat ........................... 27
Gambar 6. Persepsi Masyarakat Mengenai Sub DAS Cikundul ...................... 30
Gambar 7. Persepsi Masyarakat
Mengenai Keikutsertaan Pemerintah
dalam Pengelolaan Ekosistem Sub DAS Cikundul ...................... 38
Gambar 8. Persepsi Masyarakat Mengenai Anggota Organisasi yang
Bergerak di Bidang Lingkungan .................................................. 40
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Peta Kecamatan Sukaresmi ........................................................... 61
Lampiran 2. Peta Desa Sukaresmi ..................................................................... 62
Lampiran 3. Transek Pada Salah Satu Dusun di Desa Sukaresmi ..................... 63
Lampiran 4. Struktur Organisasi Kelompok Tani Mekar Tani .......................... 64
Lampiran 5. Struktur Organisasi Kelompok Tani Wargi Resmi........................ 65
Lampiran 6. Foto-foto Hasil Penelitian .............................................................. 66
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air seperti halnya udara telah dianggap oleh manusia sebagai barang yang
wajar, selalu ada dan tersedia setiap saat, oleh karenanya keadaan air tidak perlu
dirisaukan. Pendapat tersebut pada waktu kini tidak selalu benar bahkan dapat
menyesatkan. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di tanah air kita menunjukkan
bahwa air dapat mempengaruhi bahkan menentukan nasib hidup manusia. Hanya
pada saat terjadi kemarau panjang atau banjir manusia baru menyadari betapa
pentingnya peranan air tersebut sehingga berusaha untuk mengendalikannya
(Manan, 1995). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjamin
keberlangsungan tata air ialah dengan melakukan pengelolaan ekosistem DAS
secara benar.
Masyarakat yang berdiam di daerah aliran sungai merupakan faktor
terpenting bagi berhasilnya suatu pengelolaan daerah aliran sungai yang baik dan
sehat karena masyarakat sebagai bagian dari ekosistem daerah aliran sungai akan
berusaha memanfaatkan semua sumberdaya alam yang terdapat di dalamnya.
Hasilnya tidak selalu positif dalam arti kata kelestarian, seringkali bersifat negatif,
yaitu pengurasan sumberdaya alam tanpa menghiraukan resiko terhadap
lingkungan. Hal ini tergantung dari bagaimana persepsi dan perilaku masyarakat
dalam pengelolaan ekosistem daerah aliran sungai.
Beberapa penelitian telah dilakukan berkenaan dengan DAS ini
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Kaswanto (2001) tentang pengelolaan
elemen air yang berkelanjutan dalam lansekap pedesaan di DAS Citarum tengah
Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat, penelitian oleh Chrisdian (2002) tentang
pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap karakteristik hidrologi di DAS
Way Besay di Lampung Barat, Propinsi Lampung, dan penelitian yang dilakukan
oleh Cahyadi (2002) tentang dampak penerapan silvikultur Tebang Pilih Tanam
Indonesia (TPTI) terhadap karakteristik hidrologi, laju erosi dan sedimentasi di
sub DAS Keramu DAS Bait Propinsi Kalimantan Tengah. Namun penelitianpenelitian tersebut hanya menjelaskan pengelolaan ekosistem DAS pada aspek
pengelolaan lahan, pengelolaan air, dan pengelolaan vegetasi saja. Sedangkan
2
menurut Dephut (2002) dalam Setiawan (2005) untuk mencapai tujuan akhir
pengelolaan DAS yaitu terwujudnya kondisi yang optimal dari sumberdaya tanah,
air dan vegetasi, maka kegiatan pengelolaan DAS meliputi empat upaya pokok
yaitu (a) pengelolaan lahan melalui upaya konservasi tanah dalam arti luas, (b)
pengelolaan air melalui pengembangan sumberdaya air, (c) pengendalian vegetasi
khususnya pengelolaan hutan yang memiliki fungsi perlindungan tanah dan air,
dan (d) Pembinaan kesadaran dan kemampuan manusia dalam penggunaan
sumberdaya alam secara bijaksana sehingga ikut berperan serta pada upaya
pengelolaan DAS.
Dikarenakan penelitian-penelitian sebelumnya belum cukup menjelaskan
pada aspek sosialnya maka diperlukan penelitian yang memfokuskan pada
persepsi dan perilaku masyarakat terutama masyarakat yang berdiam di sekitar
DAS karena masyarakat yang berdiam di daerah aliran sungai merupakan faktor
terpenting bagi berhasilnya suatu pengelolaan daerah aliran sungai yang baik dan
sehat
Perumusan Masalah
Pengelolaan ekosistem DAS sangat terkait dengan persepsi dan perilaku
masyarakat, karena keberlangsungan tata air yang menjadi tujuan dari pengelolaan
ekosistem DAS ditentukan oleh dukungan masyarakat. Persepsi masyarakat yang
baik akan menentukan pengelolaan ekosistem DAS yang baik pula, begitupun
sebaliknya. Oleh karena itu persepsi dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan
ekosistem DAS perlu digali untuk mengetahui sejauh mana masyarakat
mengetahui pengelolaan ekosistem DAS yang baik dan benar.
Aspek sosial yang akan dikaji dalam penelitian ini ialah mengenai persepsi
dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan ekosistem DAS meliputi jenis pohon
yang dipilih, pola tanam yang digunakan, teknik konservasi yang diterapkan, dan
mengetahui peran organisasi di dalam masyarakat yang menarik perhatian pada
pengelolaan ekosistem DAS demi terciptanya keselarasan dan kelestarian
ekosistem DAS.
3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah :
1. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap ekosistem DAS dan fungsinya.
2. Menjelaskan perilaku masyarakat dalam pengelolaan ekosistem DAS
meliputi pola tanam, jenis tanaman dan teknik konservasi yang digunakan.
3. Menganalisis pengorganisasian oleh masyarakat dalam sistem pengelolaan
DAS.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Sebagai penunjang pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang
berhubungan dengan aspek sosial dalam pengelolaan ekosistem DAS.
2. Sebagai sumbangan informasi dan pemikiran yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan dalam
pemberdayaan masyarakat dan tindakan yang dapat dilakukan untuk
memberikan dorongan kepada masyarakat agar memiliki perilaku yang
sejalan dengan eksistensi dan kelestarian ekosistem DAS.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses menerima informasi atas stimuli dari lingkungan
dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Menurut Leavitt (1978),
persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara
seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau
pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Surya (2004) mengatakan pengamatan atau perception merupakan salah
satu bentuk perilaku kognitif yaitu suatu proses mengenal lingkungan dengan
menggunakan alat indera. Proses pengamatan terjadi karena adanya rangsangan
dari lingkungan yang diterima oleh individu melalui alat indera. Rangsangan itu
kemudian diteruskan ke pusat kesadaran yaitu otak untuk diberi makna atau
tafsiran. Dengan demikian, proses pengamatan berlangsung dalam tiga tahapan
yaitu :
a. Penerimaan rangsangan oleh alat indra
b. Pengiriman informasi ke pusat kesadaran atau otak, dan
c. Pemberian tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
Persepsi
yang benar terhadap suatu objek diperlukan, sebab persepsi
merupakan dasar pembentukan sikap dan prilaku. Bahkan Harihanto (2001) secara
tegas mengatakan “tidak ada prilaku tertentu tanpa persepsi, perilaku adalah hasil
persepsi”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jika diinginkan agar
seseorang berprilaku tertentu terhadap lingkungan, harus dilakukan intervensi
untuk membentuk persepsi yang benar pada diri orang tersebut, terutama jika
persepsinya belum benar. Demikian pula persepsi masyarakat terhadap air sungai.
Perbedaan persepsi antar satu orang dengan orang lainnya menurut Fauzi
(2004) disebabkan oleh lima faktor yaitu, (1) Perhatian ; rangsangan yang ada di
sekitar kita tidak kita tangkap secara sekaligus tapi kita hanya memfokuskan pada
satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan yang lainnya
akan menyebabkan perbedaan persepsi. (2) Set ; adalah harapan seseorang akan
rangsangan yang akan timbul, misalnya seorang pelari siap digaris start terdapat
set akan terdengar pistol disaat dia harus berlari. (3) Kebutuhan ; kebutuhan-
5
kebutuhan sesaat maupun yang menetap akan mempengaruhi persepsi orang
tersebut. (4) Sistem nilai seperti adat istiadat, kepercayaan yang berlaku dalam
suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. (5) Ciri kepribadian,
misalnya ; watak, karakter, kebiasan, akan mempengaruhi persepsi. Sedangkan
manurut Muhadjir (1992), keragaman persepsi dipengaruhi oleh usia, rentang
perhatian orang, kebutuhan, dan juga pandangan hidup.
Persepsi Masyarakat Terhadap Lingkungan
Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan
tidak sama dengan habitat. Habitat adalah tempat dimana organisme atau
komunitas hidup. Lingkungan merupakan ruang tiga dimensi, dimana organisme
merupakan salah satu bagiannya. Lingkungan bersifat dinamis dalam arti berubahrubah setiap saat (Irwan, 1992).
Salah satu aspek penting dalam kebudayaan manusia yang berlaku
semenjak nenek moyang kita dahulu hingga kini adalah adanya kesadaran serta
penghayatan akan arti penting dan pengaruh alam sekeliling atas perikehidupan
manusia. R. Firth dkk (1960) dalam (Lamech & Hutomo,1995) menerangkan hal
itu sebagai berikut :
Keadaan alam sekeliling memang nyata memberikan batas-batas yang luas
bagi kemungkinan hidup manusia.
Tiap keadaan alam sekeliling yang mempunyai coraknya sendiri-sendiri,
sedikit banyak memaksa orang yang hidup di pangkuannya untuk menuruti
suatu cara hidup yang sesuai dengan keadaan.
Keadaan alam sekeliling bukan saja memberikan kemungkinan yang besar
bagi kemajuan, tetapi juga menyediakan bahan-bahan yang dapat memuaskan
kebutuhan hidup bagi manusia.
Keadaan alam sekeliling juga mempengaruhi keselarasan hidup budaya
manusia, seperti terlihat pada upacara-upacara yang berhubungan dengan
kepercayaan.
Kesadaran serta penghayatan akan arti penting lingkungan alam sekeliling
atas peri kehidupan manusia itu menempatkan manusia pada posisi aktif dan
6
berperan sebagai “ a geomorphologic agent” dalam hal ini manusia menduduki
bagian dunia yang tidak pasif, tetapi sebagai faktor aktif yang dapat membuat
perubahan-perubahan. Manusia tidak tunduk begitu saja dikuasai oleh kemauan
alam lingkungannya. Dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, ia
(manusia) berusaha untuk mencapai keserasian dan keselarasan hidup sesuai
dengan alam lingkungan hidupnya, baik lingkungan fisik maupun non fisik.
Manusia
masa
kini
dengan
kesadaran
yang
tinggi
akan
pentingnya
mempertahankan keseimbangan lingkungan hidupnya, berupaya untuk mengatur
pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang terdapat pada alam sekitarnya supaya
tidak menimbulkan bencana atau malapetaka. Dari pernyataan tersebut jelas
bahwa masyarakat kita mempersepsikan lingkungan bukan hanya sekedar sebagai
objek yang harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia (human
centris), melainkan ia juga harus dipelihara dan ditata demi kelestarian lingkungan
itu sendiri (eco centris) (Lamech & Hutomo,1995).
Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)
Sebuah sistem sungai yang bermula dari sumbernya (mata air) hingga
bermuara ke laut, merupakan kesatuan organik yang tidak dapat dipisahkan.
Setiap campur tangan dan tindakan manusia di bagian tertentu akan
mempengaruhi bagian sungai lainnya. Jadi sebuah DAS atau sub-DAS
(watershed, sub-watershed) dapat dipandang sebagai sebuah ekosistem, dimana
terdapat masukan berupa curah hujan dan keluaran berupa air sungai. Dalam
sebuah DAS terdapat berbagai macam penggunaan lahan misalnya hutan lindung,
hutan konservasi, hutan produksi, perkebunan, pertanian, lahan kering,
persawahan, perikanan, kolam dan tambak, areal pengembalaan, lapangan golf
dan sebagainya. Sebagai contoh ialah DAS Ciliwung yang berhulu di kawasan
Puncak, mengalir melewati kota Bogor, Depok, dan bermuara di teluk Jakarta
(Manan, 1995).
Menurut Manan (1995) Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan sebuah
kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan,
dan mengalirkan curah hujan yang jatuh di atasnya ke sungai utama yang
bermuara ke danau atau ke lautan. Pemisah topografi ialah punggung bukit, di
7
bawah tanah juga terdapat pemisah bawah tanah berupa batuan. Sebuah DAS
merupakan kumpulan dari banyak sub-DAS yang lebih kecil. Ukuran dan bentuk
DAS dengan sendirinya berbeda satu dengan lainnya. Contoh DAS antara lain :
Ciliwung, Citarum, Citanduy, Bengawan Solo, Kali Brantas, Wampu, Batang
Agam, Way Seputih, Jeneberang, Sadang, Riam Kanan dan lain-lain.
Mengacu kepada pengertian DAS dalam uraian di atas, maka di dalam
suatu DAS terdapat berbagai komponen sumberdaya, baik sumberdaya alam
(natural capital), yaitu udara (atmosphere), tanah dan batuan penyusunnya,
vegetasi, satwa, sumberdaya manusia (human kapital), pranata institusi formal
maupun informal (social capital), maupun sumberdaya buatan (man made capital)
yang satu sama lain saling berinteraksi. Komponen sumberdaya tersebut adalah
khas untuk suatu DAS sehingga menjadi karakteristik di DAS tersebut (Rusdiana
dkk, 2003).
Manajemen Daerah Aliran Sungai (DAS)
Manajemen Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan bagian dari
manajemen sumberdaya alam, yaitu pengurusan dan pengembangan dari semua
sumberdaya alam dari suatu negara dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan
masa kini dan masa depan penduduknya. Manajemen DAS ditujukan kepada
produksi dan perlindungan sumberdaya air, termasuk pengendalian erosi dan
banjir, serta pemeliharaan nilai-nilai estetika perairan (Manan, 1995).
Dalam Manan (1995) manajemen DAS (watershed management) ialah
sebuah istilah yang sering digunakan di kalangan kehutanan dan pengawetan
tanah. Secara umum, manajemen DAS berarti manajemen sumberdaya alam yang
dapat pulih (renewable), seperti air, tanah, dan vegetasi dalam DAS dengan tujuan
untuk memperbaiki, memelihara, dan melindungi keadaan DAS agar dapat
mengahasilkan hasil air (water yield) untuk kepentingan pertanian, kehutanan,
perkebunan, peternakan, perikanan, dan masyarakat yaitu air minum, industri,
irigasi, tenaga listrik, rekreasi dan sebagainya.
Pengelolaan DAS terpadu merupakan langkah nyata untuk melestarikan
sungai-sungai, dalam arti kata meningkatkan “water yield, water quality” dan
pengaturan waktu aliran (timing), sehingga perbedaan antara debit maksimum dan
8
debit minimum sungai tidak mencolok fluktuasinya. Dalam Pelita 5 (1989-1994),
di Indonesia telah ditetapkan sejumlah 39 DAS yang tersebar sebagai DAS
prioritas, artinya mendapatkan penanganan dan pengelolaan yang memperhatikan
keseimbangan pemanfaatan serta diprioritaskan rehabilitasinya (Manan, 1990)
dalam Manan (1995).
Dinyatakan pula oleh Rusdiana dkk (2003), bahwa kata kunci yang
menandai pengertian pengelolaan DAS terpadu adalah :
Pengelolaan sumberdaya alam
Pemenuhan kebutuhan manusia sekarang dan yang akan datang
Kelestarian dan keserasian ekosistem
Pengendalian hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dan manusia
Penyediaan air, pengendalian erosi, banjir dan sedimentasi
Mempertimbangkan faktor-faktor sosial, politik, ekonomi, lingkungan dan
institusi (kelembagaan)
Konsepsi manajemen DAS didukung oleh perkembangan antara lain
sebagai berikut :
1. Pengetahuan manusia yang terus bertambah tentang siklus hidrologi dan
peranannya.
2. Pertambahan penduduk yang pesat hingga mengakibatkan tekanan tehadap
kebutuhan tanah dan air.
3. Meningkatnya kebutuhan air,
disebabkan kemajuan teknologi dan
meningkatnya taraf hidup masyarakat.
4. Timbulnya masalah kekurangan air, banjir, erosi, pencemaran, dan lain-lain.
5. Para perencana mulai mengakui DAS sebagai unit terbaik untuk tujuan
manajemen sumberdaya alam.
Untuk tujuan pengelolaan tanah, air, dan udara, adalah tepat bila
menggunakan unit ekosistem DAS. Berdasarkan sistem tersebut kita dapat
mengidentifikasi dan memecahkan persoalan atas dasar unit DAS, misalnya dalam
pelaksanaan kegiatan program penyelamatan hutan, tanah dan air, yang lebih
dikenal dengan istilah reboisasi dan penghijauan.
Tujuan utama manajemen DAS ialah tercapainya suatu keadaan dalam
DAS yang memungkinkan terlaksananya keadaan tata air yang baik dalam hal ini
9
hasil air yang optimum, dipandang dari aspek kuantitas, kualitas, dan regimen
(timing). Agar dapat mengendalikan hasil air, perlu pula pengendalian aspekaspek tersebut.
Dalam Manan (1995) dikatakan Manajemen DAS lebih luas daripada
manajemen suatu hutan lindung (Manan, 1977). Karena DAS juga mencakup
kawasan diluar hutan seperti perkebunan, hutan milik, padang gembalaan,
pertanian, dan daerah pemukiman pedesaan. Menurut Kittredge (1948) dalam
Manan (1995), dalam pelaksanaannya manajemen DAS meliputi empat tahapan,
yaitu pengenalan, pemulihan (rehabilitasi), perlindungan dan perbaikan. Tentu
saja pentahapan tersebut disesuaikan dengan keadaan masing-masing DAS. Pada
daerah yang sudah kritis, dengan konsentrasi tanah gundul yang luas, akan lain
tindakan manajemen yang dilakukan dibandingkan dengan DAS yang berhutan
lebat tak terganggu. Pada yang pertama, perlu dilakukan pengenalan berupa survai
telaah keterlaksanaan untuk menentukan luas, lokasi, dan derajat kekritisan daerah
yang perlu dihijaukan untuk dilakukan tindakan pengawetan tanah. Sedangkan
pada
yang
terakhir
dilakukan
tahap
perbaikan,
meliputi
usaha-usaha
meningkatkan hasil air, misalnya dengan memperbesar infiltrasi air ke dalam
tanah dan mengurangi intersepsi dan evapotranspirasi. Tahap pengenalan dan
perlindungan tidak bertentangan dengan tujuan pemanfaatan lainnya, akan tetapi
tahap pemulihan dan perbaikan seringkali memerlukan perubahan atas praktek
kehutanan yang lazim berlaku.
Dalam Manan (1995) juga dikatakan bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS)
dengan penduduk yang padat tetapi melaksanakan usaha-usaha pengawetan tanah
dan air, akan merupakan suatu ekosistem yang lebih produktif dan mempunyai
daya dukung lingkungan tinggi, dibandingkan sebuah DAS yang luas,
berpenduduk jarang, tetapi mempraktekkan usaha perladangan berpindah di
daerah perbukitan, dan melahirkan padang alang-alang yang sangat luas dan tidak
produktif sehingga mempunyai daya dukung lingkungan yang rendah.
10
Organisasi
Schein (1982) dalam Muhammad (2004) mengatakan bahwa organisasi
adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai
beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki
otoritas dan tanggung jawab. Schein (1982) dalam Muhammad (2004) juga
mengatakan bahwa organisasi mempunyai karakteristik tertentu, yaitu mempunyai
struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian
lain dan
bergantung pada komunikasi manusia untuk mengkordinasikan aktivitas dalam
organisasi tersebut. Organisasi mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah
memenuhi kebutuhan pokok organisasi, mengembangkan tugas dan tanggung
jawab, memproduksi barang atau orang, mempengaruhi dan dipengaruhi orang
(Muhammad, 2004).
Menurut Eghter, Christina dan B Seliato (1999), organisasi masyarakat
tingkat desa ditinjau dengan pendekatan, dibedakan sebagai berikut:
a.
Berdasarkan asal dibentuknya
o Dibentuk berdasarkan kekuasaan atas desa (pemerintah pusat atau
daerah).
o Dibentuk melalui swadaya masyarakat dengan proses sejarah yang
menyertainya.
o Dibentuk atas dasar rumusan atau konsensus bersama antara pemerintah
(atas desa) dan masyarakat desa.
b.
Berdasarkan atas keformalannya
o Organisasi masyarakat berbentuk formal atau ada aturan tertulisnya
o Non formal atau tidak ada aturan tertulis
o Peralihan non formal ke formal
c.
Hubungan pengendalian dari atasan kepada bawahan
d.
Berdasarkan ukuran jumlah anggotanya
o Organisasi relatif besar, jumlah anggota ± 50 orang.
o Organisasi relatif kecil, jumlah anggota 5-12 orang.
o Berukuran sedang, jumlah anggota antara organisasi besar dan
organisasi kecil.
11
Penguasaan Lahan
Ditinjau dari sudut pandang pengelolaan dan penguasaannya, bagian lahan
di Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan Public land dan sebagian lainnya
merupakan private land. Dalam kenyataanya public land tersebut merupakan
kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi-konservasi yang dikuasai
oleh negara, sedangkan private land merupakan lahan usaha pertanian dan
pemukiman yag dikuasai dan dikelola oleh penduduk (Geo, 1997).
Bertambahnya jumlah penduduk, secara langsung atau tidak langsung akan
mengakibatkan meningkatnya tekanan penduduk terhadap lahan, dan hal ini pada
kenyataannya dapat menimbulkan berbagai masalah degradasi sumberdaya lahan
dan lingkungan hidup serta berbagai konsekuensi sosial ekonominya (Geo, 1997).
Menurut Singh (1997) munculnya masalah-masalah tersebut juga dapat
disebabkan terbatasnya pilihan sumber mata pencaharian di bagian hulu suatu
Daerah Aliran Sungai (DAS). Mustadjab (1986) menyatakan, cara-cara bertani
yang kurang baik di suatu daerah mengakibatkan besarnya tingkat erosi yang
terjadi sehingga tanah menjadi semakin miskin. Keadaan ini diperburuk dengan
sistem penguasan tanah yang sebagian besar petani penggarap di daerah itu adalah
bukan pemilik tanah.
Mustadjab (1986) mengatakan, tanah sebagai faktor produksi utama bagi
usaha-usaha pertanian, sangat menentukan tingkat hidup petani, karena
kesempatan kerja diluar pertanian masih sangat kurang. Tidak dikuasainya tanah
sebagai faktor produksi utama, dapat membawa banyak akibat negatif,
diantaranya:
•
Kurangnya rasa tanggung jawab atas usaha pengawetan tanah.
•
Kurang dapatnya petani menerapkan teknologi baru dalam usaha taninya.
•
Rendahnya produktivitas usaha tani
Suatu hubungan kerja terbangun pada petani yang menggarap lahan bukan
miliknya, yaitu hubungan kerja antara pemilik dan penggarap tanah. Sistim
hubungan kerja akan berpengaruh pada cara penggunaan tanah, tingkat
penggunaan teknologi baru, tingkat produktivitas usaha tani, tingkat pendapatan,
tingkat
efisiensi
usaha
tani
dan
sebagainya
(Mustadjab,
1986).
METODOLOGI
Kerangka Pemikiran
Wilayah DAS merupakan suatu kesatuan ekosistem dengan komponen
utama tanah, air, vegetasi dan manusia. Faktor ini berinteraksi dan manusia
berperan sebagai pengelola sumberdaya tanah, air, dan vegetasi. Hal ini
memperlihatkan di DAS terdapat ada dua sub-sistem, yaitu sub-sistem biofisik
dan sub-sistem sosial ekonomi. Sub-sistem bio-fisik terdiri dari iklim, tanah, air,
tumbuhan dan satwa. Pada sisi lain, manusia sebagai pengelola menbentuk subsistem sosial dengan komponen-komponen antara lain populasi, teknologi, dan
struktur sosial.
Manusia dalam hal ini masyarakat yang berdiam di DAS merupakan faktor
terpenting bagi berhasilnya suatu pengelolaan DAS yang baik dan sehat karena
masyarakat sebagai bagian dari ekosistem DAS akan berusaha memanfaatkan
semua sumberdaya alam yang terdapat di dalamnya. Hasilnya tidak selalu positif
dalam arti kata kelestarian, seringkali bersifat negatif, yaitu pengurasan
sumberdaya alam tanpa menghiraukan resiko terhadap lingkungan. Hal ini
tergantung dari bagaimana persepsi dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan
ekosistem DAS.
Oleh karena itu, persepsi dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan
ekosistem DAS akan menjadi suatu hal yang sangat penting dan perlu diketahui,
karena dengan mempelajari persepsi dan perilaku masyarakat kita dapat mengukur
sejauh mana masyarakat peduli terhadap pengelolaan ekosistem DAS dan akan
menentukan keberhasilan pengelolaan ekosistem DAS selanjutnya. Tindakan
mengelola ekosistem DAS yang benar oleh masyarakat akan berpengaruh besar
pada daerah aliran sungai dalam melaksanakan fungsinya.
Berdasarkan kerangka tersebut, peneliti berfikir perlu adanya penelitian
yang mempelajari persepsi dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan ekosistem
DAS dan demi tercapainya pengelolaan ekosistem DAS yang baik dan benar.
13
Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya kesalah pengertian terhadap variabel yang
akan dikaji dalam penelitian ini, variabel-variabel penelitian didefinisikan sebagai
berikut :
a. Persepsi, adalah penilaian informan terhadap pengertian, kualitas, dan
manfaat ekosistem DAS. Indikator yang di ukur adalah :
• Persepsi masyarakat terhadap kualitas Sub DAS Cikundul.
• Persepsi masyarakat terhadap fungsi Sub DAS Cikundul.
• Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan Sub DAS Cikundul.
• Persepsi masyarakat terhadap peran para pihak dalam pengelolaan Sub
DAS Cikundul.
• Persepsi masyarakat terhadap pengorganisasian petani
Pengukurannya adalah dengan mengelompokkan data yang didapat
menjadi beberapa kelompok. Persepsi bernilai baik jika bersifat positif,
dan bernilai buruk jika bersifat negatif.
b. Perilaku, adalah tindakan manusia yang didasari oleh persepsi dan faktor
lainnya. Perilaku masyarakat dapat dilihat dari tindakan yang dilakukan oleh
masyarakat berupa :
• Tindakan dalam pengelolaan Sub DAS Cikundul terutama dalam pola
tanam, penentuan jenis pohon yang ditanam, dan teknik konservasi.
• Tindakan berorganisasi dalam pengelolaan Sub DAS Cikundul.
c. Organisasi, adalah suatu sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Indikator yang diukur
adalah :
•
Pengorganisasian dalam pengelolaan ekosistem Sub DAS Cikundul.
•
Faktor-faktor yang melandasi terbentuknya organisasi.
d. Penguasaan lahan, adalah penguasaan oleh suatu rumah tangga atas lahan,
baik berupa hak milik, sakap dan sewa serta hak untuk menguasai sebagian
atau keseluruhan hasil yang diperoleh dari lahan tersebut. Aspek penguasaan
lahan perlu diketahui untuk menganalisis adanya hubungan penguasaan lahan
terhadap pola tanam dan penentuan jenis pohon tertentu yang ditanam.
14
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2006 bertempat di Desa
Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pemilihan
tempat dilakukan secara sengaja (purposive) karena memenuhi syarat untuk
dilakukan penelitian.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner yang
telah disiapkan sebelumnya disertai alat tulis menulis untuk wawancara di
lapangan serta kamera dan kalkulator untuk dokumentasi.
Sasaran Penelitian
Sasaran atau objek penelitian adalah masyarakat yang tinggal di dalam
daerah aliran sungai yang menggarap atau mengusahakan lahan, baik lahan milik
sendiri, sewa, bagi hasil, atau pinjam.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dan menggunakan
kuisioner sebagai alat pengumpul data. Informan yang dipilih berjumlah 30 orang
dan diambil secara acak. Data yang digunakan ada dua jenis, yaitu data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer
Data primer yang dikumpulkan meliputi
a.
Data karakteristik responden meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan,
pekerjaan, luas lahan, jumlah anggota keluarga, jarak tempat tinggal,
pendapatan, dan pengeluaran.
b.
Data persepsi masyarakat mengenai ekosistem DAS.
c.
Data kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam pengelolaan DAS.
d.
Data pengorganisasian masyarakat dalam pengelolaan ekosistem DAS.
15
2. Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi :
a.
Data tentang kondisi umum lokasi penelitian yang terdiri dari letak dan
luas lokasi penelitian, iklim, jenis tanah, topografi, dan kondisi sosial
masyarakat.
b.
Data-data lain yang berhubungan dengan penelitian untuk melengkapi data
yang sudah ada.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :
a.
Pengamatan (observasi), dilakukan dengan pengamatan kepada aktivitas
masyarakat dan kondisi ekosistem Sub DAS Cikundul.
b.
Wawancara (kuisioner) terstruktur maupun bebas
c.
Data sekunder yang mendukung penelitian.
Data hasil wawancara dan pengamatan lapang yang telah diperoleh,
disusun dan diolah serta ditransformasikan kedalam kerangka kesimpulan yang
menggambarkan kondisi lapangan. Penyajian data dilakukan dengan model
deskriptif yang dituangkan dalam bentuk teks narasi, tabel, bagan dan gambar jika
diperlukan.
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Keadaan Umum Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul
Keadaan Bio-geofisik
Letak dan Luas
Sub DAS Cikundul terletak pada 6º 40 LS-6º 48 LS dan 106º 57 BT-107º
22 BT, terdapat di dua kabupaten yaitu Kabupaten Cianjur dan Kabupaten
Purwakarta yang seluruhnya meliputi 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Pacet,
Kecamatan Sukaresmi, Kecamatan Cikalongkulon, Kecamatan Mande, dan
Kecamatan Maniis, dengan jumlah desa sebanyak 47 desa.
Berdasarkan pola RLKT DAS Citarum, maka luas Sub DAS Cikundul
adalah 26.662 ha, sedangkan yang akan disusun RTL-RLKTnya adalah seluas
26.321,94 ha.
Topografi
Keadaan
topografi
Sub
DAS
Cikundul
bervariasi
dari
datar,
bergelombang, berbukit, dan bergunung, dengan ketinggian di atas permukaan
laut antara 220 m di genangan waduk Cirata sampai 3.019 m di puncak gunung
pangrango.
Di Sub DAS Cikundul wilayah yang mempunyai kemiringan lereng dari
15 % sampai lebih dari 45 % seluas 9.849,62 ha atau 37,42 %. Wilayah ini secara
potensial merupakan sumber bahaya erosi. Pembagian berdasarkan kelas
kelerengan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Distribusi Kelas Kemiringan Lahan Sub DAS Cikundul
No
1.
2.
3.
4.
5.
Kemiringan (%)
0-8
8-15
15-25
25-45
> 45
Jumlah
Sumber : BPDAS Bogor
Kelas
Luas
Persentase (%)
I
II
III
IV
V
9.497,63
6.974,69
5.466,12
3.283,60
1.099,90
26.321,94
36,08
26,50
20,77
12,47
4,18
100.00
17
Geomorfologi
Geomorfologi adalah ilmu yang mendalami bentuk lahan yang membentuk
permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan laut dan menekankan
pada genesis dan perkembangannya serta konteks dan lingkungannya.
Geomorfologi dalam RTL-RLKT ini merupakan salah satu unsur utama
dalam pembentukkan satuan lahan (land unit). Di Sub DAS Cikundul,
geomorfologi pembentukannya sebagian besar merupakan sistem gunung api yang
berasal dari lava dan lahar yang berasal dari Gunung Gede. Sebagian merupakan
sistem perbukitan dan sebagian kecil sistem dataran.
Tanah
Jenis tanah di Sub DAS Cikundul didominasi oleh Latosol seluas 11.888,5
ha (45,33 %) yang terbagi dalam 6 Satuan Peta Tanah (SPT), Regosol (2 SPT)
seluas 6.418,75 ha (24,47 %), Kambisol (3 SPT) seluas 4.087,5 ha (15,59 %),
Mediteran (7 SPT) seluas 2.418,45 ha (9,46 %), Andosol (1 SPT) seluas 456,25 ha
(1,74 %).
Dalam kaitannya dengan tingkat bahaya erosi yang dipergunakan
(Tolerable Soil Loss) kedalaman tanah (solum tanah) menjadi satu hal yang
dipertimbangkan. Kedalaman tanah di Sub DAS Cikundul beragam dari yang
terdangkal yaitu kurang dari 30 cm sampai yang terdalam lebih dari 90 cm.
Iklim
Sub DAS Cikundul memiliki iklim tropis yang dipengaruhi angin muson,
yang dapat dibedakan antara musim penghujan dan musim kemarau. Musim hujan
terjadi pada bulan November hingga April, dan musim kemarau dari bulan Mei
hingga Oktober.
Faktor iklim yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses erosi adalah
curah hujan. Semakin tinggi intensitas hujan dan semakin lama hujan jatuh maka
erosi yang terjadi akan semakin besar apabila faktor-faktor lain yang
mempengaruhi proses terjadinya erosi tidak berbeda.
Curah hujan yang dicatat selama lima tahun dari Badan Meteorologi dan
Geofisika berkisar antara 1.657 mm sampai dengan 2.766 mm, jumlah hari hujan
18
di dalam satu tahun berkisar antara 104 hari hingga 180 hari. dengan rata-rata
bulan basah antara 7 hingga 10 bulan. Suhu rata-rata tahunan adalah 22º C hingga
24º C dengan tingkat kelembaban udara berkisara antara 68 % sampai dengan
83%.
Menurut pengolahan data curah hujan maka energi perusak oleh air hujan
yang dinyatakan dengan nilai erosivitas hujan di Sub DAS Cikundul berkisar
antara 1300 sampai dengan 3200. Tingginya erosivitas hujan ini menunjukkan
tingginya tingkat perusakan hujan terhadap partikel-partikel tanah sehingga erosi
air di wilayah ini semakin mudah terjadi.
Keadaan Sosial Ekonomi
Kependudukan
Menurut data statistik Kabupaten Cianjur dan Purwakarta, jumlah
penduduk di Sub DAS Cikundul pada tahun 1992 adalah 282.579 jiwa atau setara
dengan kepadatan geografis 748,29 jiwa/km2
dan kepadatan agraris 16,74
jiwa/ha. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap 1000 orang perempuan
(sex ratio) pada tahun 1992 adalah 984 sedangkan beban ketergantungan
penduduk yaitu perbandingan antara penduduk non produktif dengan penduduk
produktif mempunyai beban tanggungan 88,55 orang.
Mata Pencaharian
Penduduk Sub DAS Cikundul yang bermata pencaharian sebagai petani
pada tahun 1992 adalah sebanyak 60.767 orang atau 53,2 %. Secara terinci
distribusi mata pencaharian penduduk di Sub DAS Cikundul dapat dilihat pada
Tabel 2.
19
Tabel 2. Distribusi Mata Pen