Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Pelestarian Daerah Aliran Sungai Bahorok (Studi Pada Mayarakat Sekitar Sungai Bahorok di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat)

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA PELESTARIAN DAERAH

ALIRAN SUNGAI

(Studi Pada Mayarakat Sekitar Sungai Bahorok di Desa Perkebunan Bukit

Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat)

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

SITI RUKMANA SIAGIAN

090901022

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ABSTRAK

Das merupakan suatu wilayah yang menjadi satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air dari curah hujan ke danau atau laut secara alami. Bagi masyarakat Bukit Lawang sungai bukan hanya sarana kebutuhan akan air, tetapi merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat, yaitu dijadikan objek wisata yang menarik pengunjung yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Banjir bandang yang terjadi pada tanggal 2 november 2003 yang melanda Bukit Lawang telah menghancurkan rumah, penginapan, kios, jembatan, mesjid, dan menghilangkan nyawa. Masyarakat harus bekerjasama dalam menjaga pelestarian daerah aliran sungai agar tergaganya kesinambungan antara alam dengan manusia. Dengan demikian dibutuhkan partisipasi dari masyarakat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam menjaga pelestarian DAS yang dilakukan oleh masyarakat lokal desa Perkebunan Bukit Lawang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan partisipasi yang dilakukan masyarakat dalam menjaga pelestarian DAS agar sungai tetap terjaga dan tetap dikunjungi wisatawan sehingga menghasilkan keuntungan ekonomi bagi masyarakat lokal. Masyarakat diharapkan tidak hanya memanfaatkan sungai, tetapi harus tetap menjaga sungai, agar tidak terjadi lagi bencana yang menghancurkan sarana prasarana yang mereka bangun di sekitar sungai yang dijadikan tempat penginapan ataupun kehilangan nyawa yang mereka sayangi dengan tetap menjaga kelestarian sungai, hutan dan membuang sampah rumah tangga ataupun yang dihasilkan pengunjung pada tempat yang telah disediakan.


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Pelestarian Daerah Aliran Sungai Bahorok”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Sosiologi Universitas Sumatera Utara. Secara ringkas skripsi ini mendeskripsikan dalam melihat bagaimana partisipasi masyarakat dalam menjaga pelestarian daerah aliran sungai Bahorok di Desa Perkebunan Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok , Kabupaten Langkat.

Penulis menyadari penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan kerjasama dari semua pihak baik dari dukungan moral maupun material. Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini terutama ucapan terima kasih yang terbesar kepada kedua orang tua tersayang yang telah melahirkan dan membesarkan serta mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran dalam mendidik penulis, tiada hentinya kasih sayang yang beliau curahkan hingga memberi dukungan dan semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Inilah persembahan yang dapat penulis berikan sebagai tanda ucapan terima kasih dan sebagai tanda bakti penulis kepada kedua orang tua. Terima kasih juga penulis ucapkan buat kakak penulis dan abang-abang penulis yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.

Dalam penelitian ini, penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi dan Drs. T. Ilham Saladin, M.Sp, selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Sismudjito, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran dalam membimbing penulis dari awal hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Henry Sitous, M.Si selaku ketua penguji dalam ujian skripsi saya, dan memberikan sumbangan pemikiran untuk perbaikan skripsi ini.

5. Terima kasih kepada para dosen Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, terutama untuk dosen di departemen Sosiologi yang perneh menjadi pengasuh pada saat proses perkuliahan di Departemen Sosiologi FISIP USU, yang telah membimbing, memberikan sumbangsih pemikiran dalam aspek Sosiologis, serta pengalaman penelitian dari proses pembuatan proposal penelitian lalu terjun langsung di lapangan dalam melihat realitas sosial, serta pengolahan data penelitian sejak awal perkuliahan hingga selesai kepada penulisan.

6. Terima kasih kepada seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Kak Fenny Khairifa, Sri, Bapak Abel Kaban dan Kak Betty yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.

7. Terima kasih kepada teman-teman Sosiologi angkatan 2009, terima kasih buat Shopia winda, Henny, Fitria, Lilis, Putri, May Hermawani, May Yuliarti, Corry, Edi, Dewi, Rani, Nasrul, Risman, Nova, Riya, Ridho dan teman-teman Sosiologi lainnya yang tidak bisa penulis sebutin satu persatu, yang sejak awal kuliah hingga saat ini sudah banyak memberikan kenangan-kenangan yang sangat indah.


(5)

8. Terima kasih juga kepada adik-adik penulis tersayang Hilda dan Zainal yang keduanya banyak menghibur penulis saat sedang stress dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Buat teman dekat penulis yang telah memberikan semangat dan sumbangan ide dalam memilih judul penelitian skripsi penulis.

10.Terima kasih buat keluarga yang ada di lokasi penelitian ini dilakukan, khususnya buat Bapak Kepala Desa, Ibu Kades, Ibu Lisa, Reza, Irgi, Kakek, Silvi dan seluruh keluarga lain yang berada di lokasi penelitian. Terima kasih juga buat adik penulis Hilda Bangun Rusdia Siagian yang telah bersedia mendampingi penulis dalam melakukan wawancara dengan informan penelitian. 11.Terakhir terima kasih buat seseorang yang jauh di mata tetapi selalu dekat di hati

penulis yang telah memberikan dukungan yang sangat berarti buat penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan , untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, harapan saya agar tulisan ini dapat berguna bagi pembacanya. Dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, Juni 2015 (Penulis)

SITI RUKMANA SIAGIAN NIM: 090901022


(6)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Defenisi Konsep ………..… 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1. Konsep Partisipasi Masyarakat ... 9

2.2. Kondisi Aliran Daerah Sungai Di Indonesia ... 13

2.3. Modal Sosial ... 14

2.4. Teori Interaksionisme Simbolik (Herbert Blumer)... 17

BAB III Metode Penelitian ... 19

3.1. Jenis Penelitian ... 19

3.2. Lokasi Penelitian ... 19

3.3. Unit Analisis dan Informan ... 20

3.3.1. Unit Analisis ... 20

3.3.2. Informan ... 20

3.3.2.1. Informan Kunci ... 20

3.3.2.2. Informan Tambahan ... 20

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 21

3.5. Interpretasi Data ... 23

3.6. Jadwal Kegiatan ... 24


(7)

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ... 26

4.1. Sejarah dan Dinamika Perkembangan Desa ... 26

4.2. Letak Geogarafis Desa Perkebunan Bukit Lawang ... 27

4.3. Gambaran Iklim Dan Curah Hujan……… ….. 29

4.4. Topografi ... 30

4.5. Kependudukan dan Sumber Daya Manusia Di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok ... 31

4.6. Sarana Dan Prasarana DI Desa Perkebunan Bukit Lawang ... 35

BAB V TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA ... 39

5.1. Karakteristik Informan ... 39

5.1.1. Profil Informan Kunci... 39

5.1.2. Profil Informan Tambahan ... 46

5.2. Penyajian Dan Interpretasi Data ... 49

5.2.1. Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa Perkebunan Bukit Lawang Dalam Pelestarian DAS ... 49

5.2.2. Kondisi DAS Di Desa Perkebunan Bukit Lawang ... 52

5.2.3. Modal Sosial Masyarakat Desa Perkebunan Bukit Lawang Dalam Pelestarian DAS ... 54

5.2.4. Partisipasi Menjaga Pelestarian DAS Oleh Masyarakat Lokal Dalam Perspektif Teori Interaksionisme Simbolik ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

6.1. Kesimpulan ... 59

6.2. Saran ... 60

Daftar Pustaka ... 65 Lampiran


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Kegiatan ... 24 Tabel 2 Luas Wilayah Desa/Kelurahan Perkebunan Bukit Lawang

Tahun 2014………. 29

Tabel 3 Distribusi Jumlah penduduk di Desa Perkebunan Bukit

Lawang……… 31 Tabel 4 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ...

Tahun 2014……… 32 Tabel 5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku………... 33 Tabel 6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan/Profesi………… 34


(9)

ABSTRAK

Das merupakan suatu wilayah yang menjadi satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air dari curah hujan ke danau atau laut secara alami. Bagi masyarakat Bukit Lawang sungai bukan hanya sarana kebutuhan akan air, tetapi merupakan salah satu sumber pendapatan masyarakat, yaitu dijadikan objek wisata yang menarik pengunjung yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Banjir bandang yang terjadi pada tanggal 2 november 2003 yang melanda Bukit Lawang telah menghancurkan rumah, penginapan, kios, jembatan, mesjid, dan menghilangkan nyawa. Masyarakat harus bekerjasama dalam menjaga pelestarian daerah aliran sungai agar tergaganya kesinambungan antara alam dengan manusia. Dengan demikian dibutuhkan partisipasi dari masyarakat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam menjaga pelestarian DAS yang dilakukan oleh masyarakat lokal desa Perkebunan Bukit Lawang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan partisipasi yang dilakukan masyarakat dalam menjaga pelestarian DAS agar sungai tetap terjaga dan tetap dikunjungi wisatawan sehingga menghasilkan keuntungan ekonomi bagi masyarakat lokal. Masyarakat diharapkan tidak hanya memanfaatkan sungai, tetapi harus tetap menjaga sungai, agar tidak terjadi lagi bencana yang menghancurkan sarana prasarana yang mereka bangun di sekitar sungai yang dijadikan tempat penginapan ataupun kehilangan nyawa yang mereka sayangi dengan tetap menjaga kelestarian sungai, hutan dan membuang sampah rumah tangga ataupun yang dihasilkan pengunjung pada tempat yang telah disediakan.


(10)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah Negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Indonesia terdiri dari 17.508 pulau, daratan seluas 1,9 juta km2, panjang garis pantai 80.791 km, laut seluas 3,1 juta km2, gunung api sebanyak 200 buah. Kondisi geografis ini menunjukkan bahwa perencanaan pembangunan memang cukup kompleks sehingga diperlukan sumber daya manusia yang handal. Dengan demikian, pembangunan akan memberikan manfaat bagi masyarakat dan kualitas lingkungan yang baik tetap terjaga. (dalam K.E.S Manik, 2003)

Sumber daya alam Indonesia bersifat terbatas sedangkan jumlah penduduk akan meningkat dari waktu ke waktu akibatnya membutuhkan sumber alam yang lebih banyak. Sumber daya alam terbagi atas, yang bisa diperbarui (renewable resource) dan yang tak bisa diperbarui (non-renewable resource). Secara umum penggunaan sumber daya alam secara bijaksana mencakup tiga kelompok yaitu : sumber daya tanah, sumber daya air, dan sumber daya udara.

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu aspek yang penting dalam pembangunan daerah. Partisipasi masyarakat dapat dijadikan indikator keberhasilan suatu pembangunan. Oleh sebab itu rasa kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sangat dibutuhkan sehingga masyarakat memiliki peran dalam kegiatan pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan dilakukan dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya.

Masyarakat memiliki hubungan yang saling bergantung dengan lingkungan dikarenakan aktivitas masyarakat mempengaruhi kondisi lingkungan yang hasilnya dapat berdampak positif maupun negatif. Dampak itu akan semakin besar dengan berkembangnya kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat di wilayah lingkungannya. Dalam hal ini yang dimaksud adalah sungai yang menjadi alat


(11)

pemenuhan kebutuhan masyarakat, baik kebutuhan akan air bersih maupun kebutuhan ekonomi yang menjadikan sungai sebagai objek wisata.

Barber (1997) menyatakan bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya serta berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami. DAS dapat dibagi kedalam tiga komponen yaitu: bagian hulu, tengah dan hilir. Kesatuan pengelolahan pengelolahan DAS menjadi hal penting untuk dilakukan sebagai upaya untuk mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia dan segala aktivitasnya dengan tujuan membina kelestarian serta meningkatkan kemanfaatan sumber daya alam bagi kesejahteraan manusia Barber (1997).

Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem. Dari kedua definisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa sumber daya alam pada daerah aliran sungai merupakan seluruh unsur lingkungan yang menyusun sistem daerah aliran sungai, baik hayati maupun nonhayati, termasuk produk yang dihasilkan oleh sistem DAS tersebut. Termasuk sumber daya alam DAS adalah tanah, air, hutan, kebun, hewan, dan komoditi lain dari suatu sistem DAS.

Usaha pelestarian Daerah Aliran Sungai (DAS) perlu dilakukan dengan komitmen bersama antara semua pejabat dari berbagai bidang kegiatan pertanian, baik bidang kehutanan, perternakan, tanaman pangan, perikanan, maupun pengairan dan lain-lain. Berbagai aktivitas yang bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perlu disesuaikan dalam membina aliran sungai untuk menyelamatkan hutan, tanah, dan air.


(12)

pengelolaan DAS. Meskipun demikian, peran masyarakat yang diamanatkan dalam peraturan tersebut masih pada tahap memberikan masukan dan aspirasi, saran dan pertimbangan, serta turut mengawasi pengelolaan DAS. Masyarakat belum dipandang sebagai subjek yang mampu mengelola sumber daya alam untuk mendukung pengelolaan DAS berkelanjutan dan tidak memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan peraturan diatas masyarakat memang tidak dapat mengambil keputusan dalam pengelolahan DAS, tetapi partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam memberikan aspirasi, saran dan pertimbangan dikarenakan masyarakat yang tinggal di sekitar daerah aliran sungai lebih tahu mengenai perkembangan DAS dan masyarakat sekitar DAS juga harus mempertimbangkan kegiatan sehari-hari yang mereka lakukan tidak berdampak negatif pada sungai.

Bukit lawang memiliki sungai yang sering disebut dengan sungai bahorok, sungai bahorok berada di hilir pintu gerbang masuk ke sistem Daerah Aliran luas hulunya. Di peta, sub-DAS Wompu tampak bagai akar-akar pohon menjalar cabangnya amat banyak. Jumlah anak sungai pada DAS Bohorok tergolong tinggi, mencapai 156 buah. Anak-anak sungai ini lahir dari puluhan mata air di pegunungan yang tingginya sekitar 2.000 meter. Air Sungai Bohorok merupakan sumber air bersih untuk berbagai keperluan. (Yuni ikawati dalam Uni sosial demokrat tentang Lingkungan Hidup. Diakses tanggal 23-11- 2014 hari senin pukul 18:47

http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=3155&coid=2&caid=40&gid=) Banjir bandang yang terjadi pada 2 november membuat masyarakat waspada pada proyek pembangunan penginapan maupun pemukiman yang berada di sekitar bantaran DAS, begitu juga masyarakat memastikan agar kawasan DAS bersih serta tetap waspada dengan penebangan hutan. Dalam hal ini diharapkan agar segala aktivitas yang dilakukan masyarakat maupun pemerintah dalam hal pelestarian DAS maupun dalam memenuhi kebutuhan hidup agar tidak berdampak buruk untuk kedepanya. Berdasarkan latar belakang diatas, masalah ini penting untuk diteliti karena menurut


(13)

penulis “Partisipasi Masyarakat dalam menjaga pelestarian sungai Bahorok di Bukit lawang adalah dasar agar terlakasananya pembangunan yang berkelanjutan dan masyarakat dapat menjaga sumber kehidupan mereka..

1.2.Rumusan Masalah

Sebuah penelitian harus memiliki batas-batas permasalahan yang harus diamati atau diteliti agar penelitian tersebut dapat terfokus dalam satu permasalahan dapat diselesaikan dan penelitian tidak lari dari jalur yang telah ditetapkan. Oleh karena itu berdasarkan uraian permasalahan yang telah dijelaskan dalam latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam menjaga pelestarian sungai Bahorok di Desa Bukit Lawang Kecamatan Bohorok Kabupaten Langkat.

1.3.Tujuan Penelitian

Setelah merumuskan masalah yang akan diteliti pada sebuah penelitian, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan penelitian yang sejalan dengan rumusan masalah penelitian. Adapun yang menjadi tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah diatas adalah untuk mengetahuai bagaimana partisipasi masyarakat dalam menjaga pelestarian sungai Bahorok di Desa Bukit Lawang Kecamatan Bohorok Kabupaten Langkat.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan sesuatu yang diharapkan ketika sebuah penelitian telah selesai dilaksanakan. Adapun manfaat penelitian dalam penelitian ini adalah: a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi peneliti lain sebagai bahan rujukan untuk perbandingan atas masalah yang sama terutama dalam bidang sosiologi lingkungan.

b. Manfaat Praktis


(14)

pertimbangan bagi pemerintah setempat dalam membuat peraturan mengenai lingkungan dan agar mensosialisasikan tersebut pada masyarakat agar masyarakat ikut berpartisipasi.

1.5. Defenisi Konsep

Konsep adalah suatu hasil pemaknaan di dalam intelektual manusia yang merujuk pada kenyataan nyata ke dalam empiris, dan bukan merupakan refleksi sempurna. Dalam sosiologis, konsep menegaskan dan menetapkan apa yang akan di observasi (Suyanto, 2005:49). Definisi konsep adalah rangkuman peneliti dalam menjelaskan peristiwa yang akan diteliti nantinya. Konsep yang digunakan sebagai konteks penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Partisipasi menurut Hoofsteede (1971) yang dikutip oleh Khairuddin (2000) berarti ”The taking part in one or more phases of the process” atau mengambil bagian dalam suatu tahap atau lebih dari suatu proses, dalam hal ini proses pembangunan. 2. Partisipasi masyarakat merupakan salah satu aspek yang penting dalam

pembangunan daerah. Partisipasi masyarakat dapat dijadikan indikator keberhasilan suatu pembangunan.

3. Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang hidup secara bersama-sama dalam waktu yang lama dan tinggal di wilayah tertentu, memiliki kebudayaan dan melakukan kegiatan dalam komunitas kelompok atau dalam kumpulan manusia tersebut.

4. Pelestarian adalah suatu proses pemeliharaan ekosistem, pengelolahan keanekaragaman biologis dan lingkungan.

5. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya serta berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami.


(15)

6. Modal sosial adalah sumber yang timbul karena adanya interaksi yang terjadi antara orang-orang dalam satu komunitas. Interaksi ini kemudian menjalin hubungan yang diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian yang akhirnnya menimbulkan ikatan emosional sshingga terjadinya kerja sama dalam masyarakat.


(16)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Konsep partisipasi masyarakat

Partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu “participation” yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Keith davis (1995) menjelaskan bahwa partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Berdasarkan defenisi tersebut dijelaskan bahwa keterlibatan mental dan emosi merupakan hal yang paling penting dalam partisipasi dan kemudian akan timbul rasa ikut bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan tersebut.

Verhangen dalam Mardikanto (2003) menyatakan bahwa partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian : kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat.

H.A.R.Tilaar, (2009: 287) mengungkapkan partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (bottom-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya. (dalam tulisan Rizuan ramadhan, 2013) dari penjelasan pengertian ini dijelaskan Partisipasi merupakan keterlibatan peran masyarakat dalam mendukung suatu pembanguanan, baik dalam perencanaan, pengawasan, pengambilan keputusan, serta pelaksanaan pembangunan. Masyarakat mempunyai hak untuk mengapresiasi pendapat mereka mengenai hal-hal yang menyangkut kepentingan masyarakat. Dalam partisipasi ini masyarakat dituntut agar masyarakat menunjukkan kepedulian mereka dalam memjaga lingkungan sekitar mereka yang menjadi sumber pemenuhan kebutuhan masyaakat dan matapencaharian masyarakat setempat.


(17)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan menjadi satu pengertian yang menjelaskan keiikutsertaan dan keterlibatan yang menjadi subjek pelaku yang beraktivitas adalah seseorang atau kelompok interaksi dan komunikasi yang timbul dari keterlibatan mental dan emosi terhadap suatu kondisi untuk mencapai suatu tujuan yang memerlukan kerjasama dan rasa tanggungjawab bersama.

Oleh sebab itu keikutsertaan maupun keterlibatan seseorang (individu) tersebut berhubungan dengan masyarakat, maka dapat dikatakan sebagai partisipasi masyarakat. Menurut Hetifah Sj.Soemanto (2005) partisipasi masyarakat merupakan proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, dan pemantauan kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka.

Conyers (1991) menjelaskan pentingnya partisipasi masyarakat adalah merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program serta proyek -proyek akan gagal.

Partisipasi diharapkan dapat memberikan hasil yang berguna bagi masyarakat yang ikut berpartisipasi yang memiliki tujuan yang ingin dicapai. Oleh sebab itu perlu diperhatikan sifat dan cirri-ciri partisipasi yaitu:

1. Partisipasi harus bersifat sukarela.

2. Berbagai issue dan masalah haruslah disajikan dan dibiarakan secara jelas dan objektif.

3. Kesempatan berpartisipasi haruslah mendapat keterangan/informasi yang jelas dan memadai tentang setiap segi dari program yang dilaksanakan. 4. Partisipasi masyarakat dalam rangka menentukan kepercayaan diri sendiri

haruslah menyangkut berbagai tingkatan dan berbagai sector, bersifat dewasa, penuh arti dan berkesinambungan (Sastropoetro, 1998).


(18)

R.Asisasmita (2006) mempaparkan bahwa keterlibatan anggota masyarakat dalam segala jenis aktivitas pelaksanaan perencanaan pembangunan dikerjakan dalam masyarakat lokal. Dengan kata lain partisipasi atau peran masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi, kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam program yang dilaksanakan. Bentuk partisipasi yang nyata yaitu:

 Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.

 Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.

 Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.

 Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkan.

 Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkan dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

Ada tiga alasan utama yang membuat partisipasi masyarakat menjadi sangat penting menurut Diana Conyers dalam Suparjan ( 2003: 53), yaitu:

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi kondisi, kebutuhan, dan sikap kebutuhan masyarakat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

2. Masyarakat akan lebih memperayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut.


(19)

3. Partisipasi menjadi urgen karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi jika masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat.

Menurut Sundariningrum dalam Sugiyah (2001: 38) , Partisipasi dapat dibagi menjadi dua berdasarkan cara keterlibatannya, yakni :

a. Partisipasi Langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

b. Partisipasi tidak langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya. (dalam tulisan Rizuan ramadhan, 2013 http://rizuan-ramadhan.blogspot.com/2013/12/pengertian-partisipasi.html)

Partisipasi masyarakat dapat dilihat berdasarkan indikator, menurut Marschall (2006) indikator tersebut sebagai berikut:

1. Adanya forum untuk menampung partisipasi masyarakat, 2. Kemampuan masyarakat terlibat dalam proses,

3. Adanya akses bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan. (http://perencanaankota.com /2011/11/indikator-alat-ukur-prinsip-partisipasi.html)

Berbeda dengan Marschall (2006), menurut Oakley (1991:9) partisipasi masyarakat dapat dilihat berdasarkan indikator, yaitu: 1. Adanya kontribusi,

2. Adanya pengorganisasian, 3. Peran masyarakat dan aksi masyarakat, 4. Motivasi masyarakat dan tanggung jawab masyarakat. (http://tesisdisertasi.com/2011/04/defenisi-konseptual-operasional-dimensi.html)


(20)

2.2.Kondisi Daerah aliran Sungai di Indonesia

Keberadaan DAS secara yuridis formal terdapat dalam peraturan No. 33 Tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan. Peraturan pemerintah ini DAS dibatasi sebagai suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa sehingga merupakan suatu kesatuan dengan anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsi untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya, penyimpanannya dan pengalirannya disusun dan ditata berdasarkan hukum alam sekelilingnya demi keseimbangan daerah tersebut.

Daerah aliran sungai memiliki batasan-batasan berdasarkan fungsinya, yaitu pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang dapat diindikasi dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air dan curah hujan. Kedua DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang dapat diindikasikan terkait dengan kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolahan sungai, waduk, dan danau. Ketiga DAS bagian hilir didasarkan fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi ini tidak jauh berbeda dengan fungsi yang kedua, tetapi bagian ini fungsinya terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolahan limbah.

DAS memiliki peran penting dalam pembangunan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Dalam pembangunan DAS dimanfaatkan untuk pembangunan PLTA, perikanan, perkebunan, serta untuk areal pertanian. Semua yang dilakukan bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat.


(21)

Pertumbuhan pembangunan dibidang pemukiman, pertanian, perkebunan, serta eksploitasi sumber daya alam berupa hutan menyebabkan penurunan kondisi hidrologis daerah aliran sungai tersebut. Oleh sebab itu diperlukan pertimbangan dalam pelestarian DAS yang memiliki fungsi pembangunan yang berkelanjutan.

2.3. Modal sosial

Menurut Franke (2005) modal sosial digunakan pada beragam kajian seperti: keluarga dan pemuda, sekolah dan pendidikan, kehidupan dalam komunitas, pekerjaan dan organisasi, demokrasi dan tata pemerintahan, permasalahan-permasalahan yang terkait dengan tindakan kolektif, kesehatan fisik dan mental, serta proteksi publik. Hasbullah (2006) menjelaskan bahwa modal sosial merupakan segala sesuatu

yang berkaitan dengan kerja sama dalam masyarakat atau bangsa untuk mencapai kapasitas hidup yang lebih baik, ditopang oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi unsure-unsur utamanya seperti trust (rasa saling percaya), aturan kolektif dalam suatu masyarakat atau bangsa dan sejenisnya.

Selanjutnya Putnam dan Fukuyama menjelaskan defenisi modal sosial yang sama pentingnya. Walaupun defenisinya berbeda tetapi memiliki keterkaitan yang erat yang menyangkut kepercayaan (trust). Putnam (2000) menjelaskan modal sosial sebagai penampilan organisasi sosial seperti jatingan-jaringan dan kepercayaan yang menfasilitasi adanya kordinasi dan kerjasama bagi keuntungan bersama. Menurut Fukuyama (1995), modal sosial adalah kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan dari sebuah komunitas.

Dari beberapa defenisi diatas dapat ditarik kesimpulanya bahwa modal sosial merupakan sumber yang timbul karena adanya interaksi yang terjadi antara orang-orang dalam satu komunitas. Interaksi ini melahirkan modal sosial yang kemudian menjalin hubungan yang diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian yang akhirnnya menimbulkan ikatan emosional sehingga terjadinya kerja sama dalam masyarakat. Kerja sama dipengaruhi oleh keinginan untuk mencapai suatu tujuan bersama dengan berbagi


(22)

Modal sosial tidak berbeda dengan modal finansial yaitu merupakan sumber yang digunakan dalam suatu kegiatan maupun suatu proses dalam mencapai suatu tujuan. Dalam pengukurannya modal sosial berbeda dengan modal finansial, karena modal sosial bersifat kumulatif dan bertambah dengan sendirinya. Pada dasarnya modal sosial tidak akan habis jika dimanfaatkan, sebaliknya apabila modal sosial tidak dimanfaat atau dipergunakan modal sosial akan habis.

Beberapa indikator kunci yang dapat dijadikan ukuran terhadap modal sosial antara lain (Suharto,2006):

a. Perasaan indentitas

b. Perasaan memiliki atau sebaliknya perasaan aliensi c. Sistem kepercayaan dan ideology

d. Nilai-nilai dan tujuan e. Ketakutan-ketakutan

f. Sikap terhadap anggota lain dalam masyarakat

g. Pesepsi mengenai akses terhadap pelayanan, sumber dan fasilitas (misalnya pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kesehatan, perumahan, transportasi dan jaminan sosial)

h. Opini terhadap kinerja pemerintah yang dilakukan terlebih dahulu

i. Keyakinan pada lembaga-lembaga masyarakat dan orang-orang pada umumnya

j. Tingkat kepercayaan

k. Harapan-harapan yang ingin dicapai dimasa depan

Dapat dikatakan bahwa modal sosial dilahirkan dari bawah (bottom up), tidak hirarkis dan berdasar ada interaksi yang saling menguntungkan. Oleh karena itu modal sosial dapat ditingkatkan atau dihancurkan oleh negara melalui kebijakan publik. (Rahmatullah,”Visi Pembangunan Nasional dan lunturnya” http//www.rahmatullah.net/2010/04/visi-pembangunan-nasional-dan-lunturnya.html


(23)

2.4. Teori Interaksionisme simbolik (Herbert Blumer)

Pokok-pokok pndekatan interasksi simbolik

“……. Masyarakat terdiri dari individu-individu yang memiliki kedirian mereka sendiri (yakni indikasi untuk diri mereka sendiri), tindakan individu itu merupakan suatu konstruksi dan bukan sesuatu yang lepas begitu saja, yakni kebenarannya dibangun oleh individu melalui catatan dan penafsiran situasi dimana dia bertindak, sehingga kelompok atau tindakan kolektif itu terdiri dari beberapa susunan tindakan individu yang disebabkan oleh penafsiran individu/ pertimbangan individu terhadap setiap tindakan yang lainnya”. (Irving Zetlinn, 1995:332)

Menurut Blumer (dalam Poloma, 2004:258) interaksionisme simbolis bertumpu pada tiga premis:

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka .

2. Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain. 3. Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial

berlangsung.

Makna-makna tersebut bearasal dari interaksi seseorang dengan orang lain terutama orang yang dianggap cukup berarti seperti yang dinyatakan Blumer (dalam Poloma,2004:259), bagi seseorang, makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang lain bertindak terhadapnya dalam kaitan dengan sesuatu itu. Tindakan-tindakan yang mereka lakukan akan melahirkan batasan sesuatu bagi orang lain.

Blumer menjelaskan (dalam Poloma, 2004:260) tindakan manusia bukan disebabkan oleh beberapa kekuatan luar (seperti yang dimaksudkan oleh kaum fungsional structural) tidak pula disebabkan oleh kekuatan dalam (seperti dinyatakan oleh kaum reduksionis-psikologis). Menyanggah individu bukan dikelilingi lingkungan objek-objek potensial yang mempermainkannya dan


(24)

membentuk perilakunya. Gambaran yang benar ialah dia membentuk objek -objek itu misalnya berpakaian atau mempersiapkan diri untuk karir professional individu sebenarnya sedang meranccang objek-objek yang berbeda, member arti, menilai kesesuaiannya dengan tindakan dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian tersebut. Inilah yang dimaksud dengan penafsiran dan bertindak berdasarkan symbol-simbol.


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya secara holistik dan dengan menggunakan pendekatan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Meleong, 2006:6). Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dapat dengan mudah untuk mendapat informasi dan data yang jelas serta terperinci mengenai partisipasi masyarakat dalam menjaga pelestarian sungai Bahorok di Desa Bukit Lawang Kecamatan Bohorok Kabupaten Langkat. 3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Prkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bohorok Kabupaten Langkat. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini adalah, karena sungai Bahorok yang terdapat di Bukit lawang merupakan sumber kehidupan masyarakat yang harus dijaga dan dipertahankan.

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1. Unit Analisis

Sasaran suatu penelitian tidak tergantung pada judul dan topik dari suatu penelitian, tetapi secara konkrit tergambarkan dalam rumusan masalah penelitian tersebut. Sedangkan informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin,


(26)

2007:76). Unit analisis pada penelitian ini adalah seluruh seluruh keluarga yang tinggal di bantaran sungai Bahorok.

3.3.2. Informan

Adapun yang menjadi informan yang merupakan sumber informasi bagi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.2.1. Informan Kunci

Informan kunci dalam penelitian ini adalah keluarga yang tinggal di bantaran di daerah aliran sungai di Desa Bukit Lawang Kecamatan Bohorok Kabupaten Langkat yang berjumlah 5 orang.

1.3.2.2. Informan Tambahan

Informan biasa atau informan tambahan dalam penelitian ini adalah lembaga dan kepala desa

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi penelitian, keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan. Dalam proses pengumpulan data, peneliti akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data agar mendapat kesesuaian dengan fokus dan kebutuhan peneliti dalam mengolah data dan informasi yang diperoleh nantinya. Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara baik secara partisipatif maupun dengan cara wawancara mendalam. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data-data primer tersebut dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu sebagai berikut:

1. Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca


(27)

indera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata serta dibantu dengan panca indera lainnya. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan (Bungin, 2007:115). Dengan observasi peneliti dapat melihat langsung bagaimana partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian sungai Bahorok di di Desa Bukit Lawang Kecamatan Bohorok Kabupaten Langkat.

2. Wawancara mendalam, secara umum wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai di lokasi penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara serta menggunakan alat bantu perekam jika memang dibutuhkan. Dalam hal ini peneliti nantinya akan mewawancarai informan yang menjadi subjek penelitian guna untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian sungai Bahorok agar tetap stabil dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

3. Dokumentasi, yaitu dilakukan dengan menggunakan kamera foto untuk mengabadikan hal-hal yang tidak terobservasi seperti aktifitas masyarakat nelayan ketika berada dilingkungannya dan sebagai penegas data yang diperoleh di lapangan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan agar diperoleh suatu landasan yang kuat untuk mendukung penelitian ini dari berbagai literatur seperti buku-buku, koran, majalah, internet serta dokumen lainnya yang dianggap relevan dan berhubungan dengan masalah yang diteliti


(28)

Dalam penelitian ini tentunya data sekunder tersebut yang berkaitan dengan bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam menjaga pelestarian sungai Bahorok.

3.5Interpretasi Data

Data yang dikerjakan semenjak peneliti mengumpulkan data dilakukan secara insentif setelah pengumpulan data selesai dilaksanakan. Merujuk pada (Moleong,2002), pengolahan data ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu pengamatan (observasi), wawancara yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan dokumen resmi, foto, dan sebagainya. Data tersebut dibaca, dipelajari dan ditelaah setelah itu maka langkah selanjutnya adalah melakukan reduksi data yang dilakukan dengan cara abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang terperinci, merujuk ke inti dengan menelaah pernyataan-pernyataan yang diperlukan sehingga tetap berada dalam fokus penelitian. Kemudian langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan-satuan dan kemudian dikategorisasikan. Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu dengan lainnya dan diinterpretasikan secara kualitatif. Proses analisis dalam penelitian ini telah dimulai sejak awal penulisan proposal, sehingga selesainya penelitian ini yang akan menjadi ciri khas dari analisis kualitatif.


(29)

3.6 Jadwal Kegiatan

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan

Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 Acc Judul Penelitian √

3 Penyusunan Proposal Penelitian √ √ √

4 Seminar Desain Penelitian √

5 Revisi Proposal Penelitian √

6 Penelitian Lapangan √ √ √

7 Pengumpulan Data dan Analisis Data √ √

8 Bimbingan √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √ √ √


(30)

3.7 Keterbatasan Penelitian

Dalam setiap penelitian akan selalu memiliki kendala atau hambatan. Baik itu keterbatasan yang muncul dari dalam dan dari luar diri peneliti itu sendiri. Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah. Terutama didalam melakukan wawancara mendalam kepada informan yang kurang pengetahuannya mengenai pelestarian DAS ini. Selain itu kendala lain adalah keterbatasan waktu saat melakukan wawancara dengan informan.

Terlepasnya dari permasalahan teknis penelitian dan kendala di lapangan peneliti menyadari keterbatasan peneliti mengenai metode menyebabkan lambatnya proses penelitian yang dilakukan, dan masih terdapat keterbatasan dalam hal kemampuan pengalaman melakukan penelitian ilmiah serta referensi buku atau jurnal yang sedikit dikuasai peneliti. Walaupun demikian peneliti berusaha untuk melaksanakan penelitian ini semaksimal mungkin agar data dan tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.


(31)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1 Sejarah Ringkas Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok

Desa Perkebunan Bukit Lawang terbentuk pada awal abad ke-19, pada saat itu perang Diponogoro pecah. Pemerintahan Belanda masih sangat berkuasa di Indonesia. Belanda membuka lahan-lahan perkebunan di Tanah air Indonesia dan menguasai semua areal pekebunan tersebut. Belanda mempekerjakan buruh kontrak yang didatangkan dari pulau Jawa dengan sistem kerja dan tanam paksa.

Kabupaten langkat pada saat itu merupakan kerajaan kesultanan langkat. Belanda memperluas daerah kekuasaannya di langkat dan membuka lahan perkebunan di kawasan perbukitan. Buruh kontrak yang dipekerjakan Belanda disebut dengan Werek. Werek akhirnya dikumpulkan dan dibawa kedaerah kawasan perbukitan yang ditutupi oleh hutan yang lebat untuk membuka lahan baru.

Perjalanan menuju perbukitan ditempuh melalui hutan lebat yang akhirnya sampai pada sebuah goa yang merupakan satu-satunya atau ‘Lawang’ yang diartikan dalam bahasa jawa merupakan pintu yang menembus kekawasan bawah bukit. Buruh kontrak dan orang belanda keluar dari goa tersebut dan melihat hamparan pohon-pohon yang membukit. Akhirnya para buruh dipekerjakan membuka lahan perkebunan, menetap di kawasan bukit tersebut dan membentuk desa yang disebut Bukit Lawang.

Pemerintahan Belanda menanam tembakau di perkebunan miliknya yang berkisar 1000 Ha. Perkebunan tembakau tersebut mengalami kerusakan menjelang panen yang disebabkan oleh angin Bahorok. Pemerintah belanda akhirnya mengalami kerugian yang besar dan berfikir kawasan ini kurang baik. Menurut tokoh masyarakat ini lah alasan pemerintah memberikan lahan perkebunan seluas 1000 Ha kepada masyarakat melalui perantara Sultan Langkat. Masyarakat menerima lahan tersebut dengan syarat dibuatkan sarana irigasi oleh Belanda.


(32)

Desa perkebunan Bukit Lawang mulai dikunjungi wisatawan setelah organisasi dari Swiss mendirikan pusat rehabilitas orang utan pada tahun 1973, kemudian banyak wisatawan luar maupun lokal yang datang ke Bukit Lawang yang meupakan tujuan wisata yang paling populer di Sumatera Utara pada saat itu. Tanggal 02 November 2003 terjadi banjir bandang yang melanda Bukit Lawang. Banjir bandang telah menghancurkan rumah, penginapan, kios, jembatan, mesjid dan menghilangkan banyak nyawa. Banjir meninggalkan trauma yang mendalam bagi penduduk Bukit Lawang. (dalam tulisan Iyonk Ahmad, 2013 http://melayu-langkat.blogspot.com/p/sejarah-bukit-lawang-secara-harfiah.html diakses tanggal 8 Juni 2015 pukul 21. 22 WIB)

4.2. Letak Geografis Desa Perkebunan Bukit Lawang

Luas wilayah Kabupaten Langkat adalah 6,263.29 km2 atau 626.329 Ha dengan ibu kota Kabupatennya adalah Stabat. Yang terdiri dari 23 Kecamatan, 277 desa atau dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Provinsi Nangro Aceh Darussalam (NAD).

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo.

3. Sebelah barat berbatasan dengan Provinsi NAD dan Tanah Alas.

4. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai. Kecamatan Bahorok adalah salah satu dari 23 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Langkat. Kecamatan Bahorok memiliki luas 884,79 km2 yang terdiri dari 19 desa dan 125 dusun.

Desa Perkebunan Bukit Lawang memiliki luas 1926,60 ha, disinilah terdapat sungai yang dijadikan objek wisata yang dimanfaatkan penduduk setempat. Desa Perkebunan Bukit Lawang ini memiliki jarak tempuh 11 Km dari ibukota kecamatan dan jarak ke ibukota kabupaten sejauh 88 Km. Dengan waktu tempuh menuju ibukota kecamatan yaitu 30 menit, sedangkan waktu tempuh ke ibukota kabupaten selama 6 jam apabila menggunakan kenderaan umum, dan waktu tempuh pusat fasilitas umum terdekat (ekonomi, kesehatan, dan pemerintahan) selama 10-15 menit.


(33)

Batas administrasi desa Perkebunan Bukit Lawang adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Air tenang Keamatan Sawit Seberang. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Bungara Kecamatan Bahorok. 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Timbang Lawan Kecamatan Bahorok. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan T.N.G.L Kecamatan Leuser.

Secara keseluruhan luas wilayah desa Perkebunan Bukit Lawang adalah 1926,60 ha yang terdiri 7 dusun. Gambaran luas daerah bukit lawang dapat dilihat dari tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Luas wilayah menurut Desa/Kelurahan Perkebunan Bukit Lawang tahun 2014

No. Dusun Luas (ha) 1. Pondok Bawah Bukit Lawang 10 ha 2. Pondok Atas Bukit Lawang 10 ha

3. n Pondok 6 5 ha

4. n Pondok 10 5 ha

5. G Gotong Royong 10 ha

6. m Kampong Seberang 5 ha

7. ru Perumahan Bukit Lawang 15 ha Jumlah 60 ha Sumber : Kepala Desa Perkebunan Bukit Lawang 2014


(34)

4.3. Gambaran iklim dan curah hujan

Data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa iklim yang terdapat di desa Perkebunan Bukit Lawang suhu udara rata-rata 23℃ dan jumlah musim hujan sepanjang tahun sebanyak lima bulan, dengan curah hujan rata-rata 4000-5400 mm/tahun.

4.4. Topografi

Topografi kawasan Kabupaten Langkat dapat digolongkan atas tiga bagian, yaitu:

a. Wilayah pesisir pantai dengan ketinggian 0-4 m di atas permukaan laut. b. Wilayah dataran rendah dengan ketinggian 4-30 m di atas permukaan laut. c. Wilayah dataran tinggi dengan ketinggian 30-1.200 m di atas permukaan laut.

Keadaan kelerengan didaerah ini didominasi kelerengan 0-2 % sebesar 59,40 % dari luas Kabupaten Langkat, kelerngan terkeil adalah 15-40 % sebesar 6,8 % dari luas lahan. Daerah ini dialiri 26 sungai besar dan kecil, melalui kecamatan dan desa-desa.

Topografi kawasan Bukit Lawang berbentuk landai dan perbukitan dengan kemiringan bervariasi 45-90 %. Bukit Lawang juga memiliki ekosistem dataran rendah dan bergelombang.

4.5. Kependudukan Dan Sumber Daya Manusia Di Desa Perkebunan Bukit

Lawang Kecamatan Bahorok

Jumlah penduduk desa Perkebunan Bukit Lawang tahun 2014 tercatat sekitar 2603 jiwa yang tersebar di 7 Dusun. Gambaran lebih jelas mengenai jumlah penduduk desa Perkebunan Bukit Lawang kecamatan Bahorok dapat dilihat dari tabel dibawah ini:


(35)

Tabel 3. Distribusi Jumlah penduduk di Desa Perkebunan Bukit Lawang.

No N Nama Dusun la Jumlah KK

l Jumlah i-l Laki -laki

ml Jumlah Perempuan

ml Jumlah w Jiwa 1 1 Dusun I Pondok Bawah

Bukit Lawang

77 1371 137 145 282

2 u Dusun II Pondok Atas it Bukit Lawang

96 189 189 183 372

3 un Pondok III Pondok Enak it Bukit Lawang

40 74 74 67 141

4 u Dusun IV Pondok 10 it Bukit Lawang

60 11 118 110 228

5 Dusun V Gotong Royong Bukit Lawang

97 148 154 302

6 s Dusun VI Kp.Seberang it Bukit Lawang

30 56 60 116

7 u Dusun VII Perumahan a Wisata Bukit Lawang

312 312 574 591 1165

Jumlah 7 (tujuh) Dusun 712 712 129 1296 1310 2603 Sumber Data: Kepala Desa Perkebunan Bukit Lawang

Pada Dusun II Pondok Atas memiliki jumlah penduduk yang tertinggi di desa Bukit Lawang yang berjumlah 372 jiwa, yang terdiri dari 96 KK dengan jumlah 189 laki-laki dan 183 perempuan.Berbeda dengan dusun VI Kampung Seberang Bukit Lawang memiliki jumlah penduduk yang terendah yang terdiri dari 30 KK dengan jumlah 56 laki-laki dan 60 orang perempuan.

Komposisi jumlah penduduk menurut kelompok umur Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini:

Tabel 4. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Perkebunan Bukit Lawang Tahun 2014


(36)

No. Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah Jiwa 1. 00 - 03 281 2. 04 - 07 188 3. 08 - 14 287 4. 15 - 18 161 5. 19 - 50 1288 6. 51 - 75 498 7. 55 - 75 338 Jumlah 2603

Sumber Data: Kepala Desa Perkebunan Bukit Lawang 2014

Warga masyarakat Desa Perkebunan Bukit Lawang mayoritasnya berusia produktif yaitu antara umur 19 - 50 tahun yang berjumlah 1288 jiwa, sedangkan kelompok umur yang paling sedikit adalah 04 - 07 tahun dengan jumlah 188 jiwa dari seluruh jumlah penduduk 2603 jiwa.

Komposisi masyarakat Desa Perkebunan Bukit Lawang berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat

o. No Suku Jumlah Jiwa

1.1 1 Jawa 2069

2. 2 Melayu 138 3.3 3 Karo 59 4. 4 Batak 223 5. 5 Padang 28 6. 6 Sunda 12 Jumlah 2603


(37)

Sumber Data: Kepala Desa Perkebunan Bukit Lawang 2014

Pada tabel 5 menunjukkan bahwa suku yang terdapat di desa perkebunan bukit lawang terdapat enam jenis suku yang dimiliki masyarakat desa tersebut yaitu : jawa, melayu, karo, batak, padang dan sunda. Warga masyarakat desa ini didominasi oleh suku jawa yaitu sebanyak 2069 jiwa sedangkan suku yang paling terkecil adalah suku sunda dengan jumlah 12 jiwa.

Komposisi penduduk Desa Perkebunan Bukit Lawang berdasarkan pekerjaan atau profesi dapat dilihat dalam Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan/Profesi di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat

No Pekerjaan / Profesi Jumlah (Jiwa) 1 Karyawan Perkebunan 265

2 Buruh Tani 155

3 Pedagang 86

4 Peternak 57

5 Guide 125

6 Wiraswasta 41

7 Pengrajin 2

8 TNI/POLRI 12

9 PNS 19

10 Dokter 2

11 Perawat 18

12 Lain-lain 1281

Jumlah 2603 Sumber data: Kepala Desa Perkebunan Bukit Lawang


(38)

Pada Tabel 6 diatas komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat bahwa mayoritas pekerjaan dari masyarakat di Desa Perkebunan Bukit Lawang adalah pekerjaaan yang tidak menetap atau pedagang yang berjualan di sekitar sungai yang menjadi objek wisata dan penghasilannya berubah-ubah tergantung dengan banyaknya pengunjung yang datang.

4.6. Sarana dan Prasarana di Desa Perkebunan Bukit Lawang

Secara umum sarana dan prasarana merupakan sebagai alat penunjang keberhasilan suatu proses yang dilakukan di dalam pelayanan public, karena jika kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan yang telah direncanakan. Untuk menunjang aktifitas masyarakat Desa Perkebunan Bukit Lawang memiliki beberapa sarana dan prasarana yang diharapkan mendukung beberapa aspek kehidupan masyarakat.

Adapun sarana penunjang kegiatan pemerintah di Desa perkebunan Bukit Lawang adalah:

a. Sarana Pemerintahan

Sarana pemerintah desa Perkebunan Bukit Lawang belum memadai dan belum layak. Hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya kantor kepala desa sebagai tempat untuk melayani masyarakat. Kepala desa melayani keperluan masyarakat di rumah kepala desa yang sekaligus menjadi kantor kepala desa,

b. Sarana Penddidikan

Sarana pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat yang berguna untuk menyejahterahkan kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dan dapat berfikir lebih maju dan terbuka. Pendidikan di Desa perkebunan Bukit Lawang belum memadai, sarana pendidikan yang tersedia hanya 4 (empat),yaitu: 1 unit PAUD, 1 unit TK, 1 unit SD, 1 unit madarasah, sedangkan tingkat SMP dan SMA berada di kecamatan Bahorok. Masyarakat yang ingin melanjutkan tingkat perguruan tinggi harus keluar dari kabupaten Langkat seperti di Binjai ataupun di Medan. Sebagian pemuda/i di Bukit Lawang ada yang sedang berkuliah maupun merencanakan masuk perguruan


(39)

tinggi di Medan bahkan di Pulau Jawa. Jarak ternyata tidak membatasi anak mereka dalam menuntut ilmu. Rasa ingin memperbaiki kehidupan menjadi lebih baik menjadi semangat mereka walaupun harus jauh dari orang tua mereka.

c. Sarana Ekonomi

Sarana ekonomi adalah sarana yang dijadikan penopang dari setiap keberlangsungan proses kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup baik dilakukan secara individu maupun kelompok. Keberadaan sarana ekonomi tentunya menjadi alat utama dari proses maupun keberlanjutan dari setiap elemen yang ada pada sebuah sistem. Kegiatan jual beli yang banyak terlihat di Desa Bukit Lawang yang dijadikan aktifitas ekonomi, seperti: membuka grosir, membuka warung makanan, menjual pakaian dan aksesoris yang menjadi simbol telah berkunjung ke Bukit Lawang.

d. Sarana Tempat ibadah

Sarana ibadah sangat penting bagi umat beragama dalam melakukan kegiatan agamanya. Desa perkebunan Bukit Lawang didominasi oleh masyarakat muslim sehingga memiliki 5 unit mesjid yang jaraknya berjauhan dan 1 unit musholla. Masyarakat yang beragama Kristen yang ingin melakukan kegiatan agama dapat dilakukan di Gereja GKBP yang berada di Gotong Royong dan merupakan satu -satunya di desa Bukit Lawang.

e. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan desa Perkebunan Bukit Lawang bisa dikatakan belum cukup memadai. Hal ini terlihat dengan masih minimnya sarana kesehatan yang tersedia. Desa ini memiliki 1 unit puskesmas dan 1 unit poliklinik.

f. Sarana Komunikasi

Sarana komunikasi yang dapat menjangkau jarak jauh maupun dekat dalam komunikasi di desa ini lebih banyak menggunakan telepon genggam atau handphone. Telepon genggam lebih praktis dan ekonomis menurut masyarakat dari pada harus menggunakan telepon rumah. Untuk mendapatkan sinyal yang kuat sebaiknya menggunakan provider


(40)

Telkomsel. Selain sarana telepon, masyarakat bukit lawang juga tersedia sarana komunikasi elektronik lainnya seperti televisi dan radio.

g. Sarana Transportasi

Desa perkebunan Bukit Lwang dapat dijangkau oleh kenderaan umum. Pengunjung dari Medan harus berhenti di terminal Pinang Baris dan kemudian dilanjutkan dengan menaiki bus PAM SEMESTA menuju Bukit Lawang kecamatan Bahorok. Perjalanan yang ditempuh cukup jauh dan memakan waktu yang cukup lama yang disebabkan oleh jalan yang rusak.

h. Sarana air bersih dan Listrik

Desa Perkebunan Bukit Lawang memiliki sarana air bersih yang memadai karena adanya sungai Bahorok yang dapat masyarakat manfaatkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Banyak masyarakat menggunakan pipa air yang digunakan untuk mengaliri air dari sungai kerumah masyarakat. Selain memanfaatkan air sungai ada juga masyarakat yang membuat sumur bor. Ada 315 sumur bor yang dimiliki masyarakat yang memilih menggunakan sumur bor dan 500 kepala keluarga yang lebih memilih memanfaatkan air sungai.


(41)

BAB V

TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA

5.1. Karakteristik Informan

Profil informan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci dan informan biasa dimana setiap informan mengetahui banyak hal yang ingin diungkapkan yang menyangkut penelitian ini.paa informan memiliki pengetahuan dan keterlibatan langsung dalam menjelaskan tentang bagaimana partisipasi masyarakat dalam menjaga pelestarian sungai Bahorok di Desa Bukit Lawang Kecamatan Bohorok Kabupaten Langkat.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil jumlah informan sebanyak 7 (tujuh) informan yang terdiri dari (lima) orang informan kunci dan 3 (tiga) orang informan tambahan. Informan kunci 5 (lima) orang tersebut terdiri dari keluarga yang tinggal di sekitar bantaran sungai Bahorok dan membuka usaha dalam mata pencahariannya. Sedangkan informan tambahan yang terdiri dari 2 (tiga) orang tersebut adalah terdiri dari seorang kepala desa dan satu orang anggota BLG.

5.1.1. Profil informan kunci ( beberapa keluarga yang berada di sekitar bantaran sungai Bahorok yang dijadikan objek wisata di desa Bukit Lawang)

5.1.1.1 Nama : Mama Tasya

Usia : 39 Tahun

Etnis : Karo

Agama : Muslim

Penghasilan / bulan : Rp.2.500.000;-

Jumlah tanggungan : 3 orang

Pendidikan Terakhir : SMA

Jabatan : Pemilik warung


(42)

setelah banjir bandang yang terjadi pada tanggal 2 november 2003. Mama tasya dan suaminya bekerja dengan membuka warung di rumah mereka yang berada di pinggir sungai Bahorok. Suami mama tasya bernama ardhi berumur 50 tahun dan memiliki sedikit kekurangan yaitu sedikit pincang sehingga hanya dapat membantu mama tasya berjualan di rumah mereka. Mama tasya memiliki 3 orang anak yang terdiri 2 orang anak perempuan dan 1 orang anak laki-laki. Pendidikan terakhir mama tasya adalah tamatan SMA sedangkan suaminya tamatan SMP. Mama tasya berasal dari luar desa Bukit Lawang dan menikah dengan suaminya yang merupakan penduduk setempat desa Bukit Lawang. Setelah banjir bandang masyarakat setempat yang dahulunya tinggal di pinggir sungai Bahorok yang rumah hancur dibawa banjir pindah ketempat yang sedikit jauh dari sungai. Setelah banjir bandang, sungai mulai diperbaiki dan masyarakat yang merantau ke Bukit Lawang membuat patok-patok untuk mendirikan rumah maupun tempat usaha mereka. Setelah banjir bandang banyak hal yang berubah, seperti sudah banyak pemukiman penduduk dan pelebaran sungai.

Mama tasya dan suami membuka usaha warung makanan yang menyedikan pop mie, mie goreng, mie rebus, nasi goreng, berbagai macam gorengan dan juga minuman. Keluarga ini menggantungkan hidupnya dari sungai yang dijadikan objek wisata dan wisata lainnya. Banyak atau sedikitnya pengunjung mempengaruhi penghasilan mereka. Para wisatawan yang datang banyak dari penduduk lokal, luar kota, dan warga negara asing. Harga yang ditawarkan berbeda antara pemebeli dari penduduk setempat dengan wisatawan. Mama tasya mengolah harga menjadi lebih tinggi ketika wisatwan yang membeli diwarung mereka, seperti mie kuah yang dijual kepada wisatawan dengan harga Rp. 12.000,- per porsi dan harga yang sebenarnya adalah Rp 10.000,- per porsi.

Peneliti mewawancarai mama tasya ketika beliau sedang menggoreng bakwan, mama tasya mengungkapkan begitu pentingnya sungai dalam memenuhi kebutuhan akan air dan menjadi tempat mata pencaharian mereka yang menghasilkan demi keberlangsungan hidup mereka. Partisipasi mama tasya dalam menjaga pelestarian sungai adalah dengan membuang sampah pada tempat yang telah diberikan oleh


(43)

mahasiswa dan sebuah lembaga yang disebut BLG atau (Bukit Lawang Green) dan tidak menebang pohon. Karena kurangnya pengetahuan dan sosialisasi mengenai bagaimana melakukan pelestarian sungai hanya dengan membuang sampah rumah tangga mereka pada tempatnya bukan di sungai, itu yang hanya partisipasi yang dilakukan mama tasya dalam menjaga sungainya.

5.1.1.2 Nama : Herman

Usia : 32 Tahun

Etnis : Karo

Agama : Muslim

Penghasilan / bulan : tidak tetap

Jumlah tanggungan : 3 orang

Pendidikan Terakhir : SD

Jabatan : Guide

Bapak herman adalah serang bapak yang berusia 32 tahun,merupakan kepala keluarga yang bekerja di sekitar sungai Bahrorok. Bapak Herman memiliki istri yang bernama yuni, dan memiliki 2 orang anak, yang mana 1 laki-laki dan 1 perempuan. Bapak Herman bekerja sebagai guide yang mencari wisatawan yang ingin mengunjungi berbagai objek wisata yang ada di Bukit Lawang, seperti melihat orang utan ataupun air terjun kelelawar.

Kebutuhan Bapak Herman tidak mencukupi hanya dengan mengandalkan wisatawan yang berkunjung karena tidak dapat diperkirakan banyak atau sedikit jumlah wisatawan yang memakai jasa bapak Herman sebagai guide. Oleh karena itu demi memenuhi kebutuhan keluarga, bapak Herman memiliki kerja sampingan yaitu memebersihkan sampah yang berada dipinggir sungai yang berasal dari sampah pengunjung. Pengguna jasa bapak herman adalah pemilik usaha warung yang berada dekat pinggir sungai. Mereka menyewa bapak herman karena banyak sampah yang mengapung tepat di depan warung mereka. Sampah dianggap merusak daya tarik


(44)

menyebabkan banyak sampah yang mengapung di pinggir sungai. Bapak herman diberi gaji Rp.300.00,- per bulan yang menjadi tambahan biaya yang tidak mencukupi.

Menurut bapak herman sampah-sampah yang ada disungai berasal dari sampah pengunjung bukan sampah rumah tangga penduduk lokal. Akhirnya penduduk yang memiliki usaha disekitar pinggiran pantai wajib memungut dan membersihkan sampah yang dibuang pengunjung ataupun dapat menyewa seseoang untuk membersihkannya seperti jasa yang ditawarkan oleh bapak herman.

5.1.1.3 Nama : Haryati

Usia : 39 Tahun

Etnis : Jawa

Agama : Muslim

Penghasilan / bulan :Rp2.000.000-Rp3.000.000,-

Jumlah tanggungan : 3 orang

Pendidikan Terakhir : SMA

Jabatan : Pemilik toko pakaian

Ibu Haryati bersama suami membangun lapak toko pakaian dan pondok -pondok di pinggiran sungai Bahorok. Ibu Haryati sehari-hari menjaga took pakaiannya sedangkan suaminya menjaga pondok-pondok untuk wisatawan. Suami ibu haryati bernama anwar. Dari hasil pernikahan mereka memiliki 3 orang anak yang terdiri 2 anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Anak pertama ibu haryati sedang berkuliah di jurusan pariwisata, anak keduanya sudah tamat jenjang SMA dan tidak melanjutkan kuliah karena memilih bekerja, sedangkan anak ke 3 ibu haryati masih duduk di kelas 6 SD.

Penghasilan ibu Haryati bergantung pada hari weekend yang digunakan sebagian besar wisatawan unruk berkunjung. Pada hari sabtu dan minggu yang menjadi penentu besar atau kecil pemasukan beliau. Ibu Haryati sudah mendirikan toko pakaian dan pondok-pondok sebelum banjir bandang. Setelah banjir bandang menghancurkan mata


(45)

pencaharian mereka, keluarga beliau kembali mencari lahan setelah semua pembanguan tebing sungai selesai.

Menurut ibu haryati lahan usaha yang dimilikinya bukan tanah ibu haryati melainkan milik PEMDA. Ibu haryati mendirikan tempat usahanya dengan syarat memungut sampah yang berada disekitar sungai yang dihasilkan pengunjung mereka. PEMDA tidak memungut biaya pada warga yang mendirikan usahanya di pinggir sungai, tetapi ada sebagian warga menjual lahan jualan mereka dengan sangat mahal. Ibu haryati mengatakan harga tanah disini mahal. Sejak banjir bandang terjadi, sungai diperbaiki dan ditinggikan atau dibuat tebing-tebing tinggi untuk menghindari bahaya banjir yang terjadi lagi. Pada saat itulah warga mencari patok-patok lahan untuk membuka usaha untuk dijadikan sebagai mata pencaharian mereka.

5.1.1.4 Nama : Bapak gusremi

Usia : 52 Tahun

Etnis : Padang

Agama : Muslim

Penghasilan / bulan :Rp1.500.000-Rp2.000.000,-

Jumlah tanggungan : 3 orang

Pendidikan Terakhir : SMA

Jabatan : Pemilik warung makanan

Bapak gusremi adalah warga yang terkena bencana banjir bandang pada tanggal 2 november 2003. Banjir bandang yang dialami keluarga bapak gusremi membuat mereka pindah sedikit menjauh dari pinggir sungai. Banjir bandang membuat kenangan yang mendalam bagi keluarga bapak gusremi. Bapak gusremi memiliki istri bernama lis dan memiliki 3 orang anak. Anak pertama bapak agus meninggal akibat bencana banjir bandang tersebut. Anak pertama bapak agus tidak dapat selamat karena kuatnya arus dengan disertai kayu-kayu yang ikut hanyut yang melukai para korban bencana banjir tersebut. Anak kedua bernama Reza yang pada saat ini akan menamatkan SMA nya dan


(46)

melanjutkan ke sekolah penerbangan sedangkan anak kedua bapak Agus bernama Irgi yang masih duduk di kelas 4 SD.

Bapak Gusremi adalah seorang pegawai dari perkebunan di Desa Perkebunan Bukit Lawang. Pada pagi hari bapak Agus bekerja sebagai pegawai perkebunan sedangkan pada malam hari beliau berjualan warung makanan di depan rumah mereka.

5.1.1.5 Nama : Hj. Bariah

Usia : 68 Tahun

Etnis : Jawa

Agama : Muslim

Penghasilan / bulan :Rp1.500.000-Rp2.000.000,-

Pendidikan Terakhir : SD

Jabatan : Pemilik warung pakaian

Ibu Hj Bariah sudah tinggal 50 tahun di desa Bukit Lawang. Ibu bariah memiliki 4 orang anak, diantaranya 2 anak perempuan dan 2 anak laki-laki . semua anak beliau sudah membangun keluraga masing-masing. 2 anak beliau tinggal di Bukit Lawang dan dua lagi tinggal Medan. Anak beliau yang tinggal di Bukit Lawang meneruskan usaha yang telah dibangun ibu Bariah yaitu toko pakaian dan warung makanan. Bukit Lawang adalah tempat wisata, oleh karena itu sebagian penduduknya yang berlokasi dekat dengan sungai adalah pedagang. Ibu bariah menjelaskan perubahan mengenai Bukit Lawang. Ibu bariah merasa Bukit Lawang sudah tidak alami lagi, dikarenakan banyaknya pemukiman penduduk. Pentingnya sungai sangat dimengerti ibu bariah, karena sungai sumber kehidupan mereka. Pengetahuan yang kurang dan sosialisai yang kurang menjadi penghambat mereka dalam berpartisipasi menjaga pelestarian daerah aliran sungai.

Partisipasi yang bisa dilakukan ibu bariah adalah menjaga kebersihan sungai agar tetap terjaga dan tidak membuang sampah apapun di sungai. Tempat sampah disediakan di setiap rumah, petugas kebersihan maupun anggota BLG akan mengambil sampah mereka dengan truk dan mengumpulkannya di suatu tempat.


(47)

5.1.2. Informan tambahan 5.1.2.1. Kepala Desa

Nama : Suratna

Usia : 54 Tahun

Etnis : Jawa

Jumlah tanggungan : 4 orang

Pendidikan Terakhir : SMP

Bapak Suratna merupakan kepala desa Bukit Lawang yang sudah menjabat selama 3 tahun. Bapak Suratna dikenal ramah dan mudah bergaul disemua kalangan. Bapak Suratna melayani kebututuhan masyarakat dalam tugasnya sebagai kepala desa dengan segenap hati. Rumah bapak Suratna dijadikan sebagai kantor yang mengurus segala keperluan yang dibutuhkan masyarakat. Menurut bapak suratna, masyarakat Bukit Lawang merupakan warga yang saling menghargai satu sama lain. Masyarakat jarang menimbulkan konflik dalam sehari-hari mereka. Masyarakat damai dalam menjalankan segala aktiitas termasuk dalam pekerjaan masing-masing.

Bapak Suratna menjelaskan bahwa sosialisasi mengenai bagaimana seharusnya menjaga pelestarian daerah aliran sungai kurang dimengerti oleh masyarakatnya dan begitu juga beliau. Bapak Suratna yang bisa lakukan demi menjaga pelestarian daerah aliran sungainya adalah memperingatkan warga masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungannya dan membuang sampah rumah tangga mereka pada tempat yang telah disediakan. Beliau juga mengingatkan agar warganya tidak penebang pohon secara illegal.

Pengetahuan yang kurang membuat bapak Suratna tidak dapat memberikan informasi kepada warganya, yang akhirnya diharapkan menimbulkan rasa kepedulian masyarakatnya untuk menjaga sungai mereka. Program-program menjaga lingkungan juga belum ada dimasukkan dalam masa jabatan bapak Suratna. Bapak Suratna berharap


(48)

lingkungan yang membantu masyarakat agar dapat terus menjaga kelestarian lingkungannya sehingga desa mereka tetap menjadi tempat wisata yang dikunjungi banyak wisatawan lokal maupun luar negeri yang memajukan pendapatan mereka. 5.1.2.2. Anggota lembaga BLG

Nama : Lisa

Usia : 44 Tahun

Etnis : Jawa

Pendidikan Terakhir : SMU

Ibu lisa sudah tinggal di Bukit Lawang sejak dari kecil, artinya ibu lisa sudah menetap selama 44 tahun di Bukit Lawang. Ibu lisa menikah dengan pegawai perkebunan. Suami ibu lisa bernama agus dan memiliki 3 orang anak, akan tetapi anak pertama mereka meninggal ketika bencana banjir bandang terjadi. Ibu lisa merasa trauma dengan bancana banjir yang beliau alami, tetapi dengan seiring waktu berlalu trauma pun hilang karena sungai sudah diperbarui paskah banjir. Pinggiran sungai sudah didirikan tebing-tebing tinggi dan diberi jarak sehingga tidak terlalu dekat dengan sungai.

Ibu lisa merupakan satu-satunya anggota wanita dalam lembaga BLG ini. Ketertarikan ibu lisa bermula dari bencana banjir yang beliau alami sehingga ibu lisa termotivasi melakukan kegiatan sosial dalam lembaga ini. Ibu lisa juga merasa bertanggung-jawab daerah aliran sungai bahorok karena sungai merupakan objek wisata yang dijadikan mata pencaharian mereka yang harus dijaga bukan hanya memanfaatkannya saja. Menurut ibu lisa banyak warga masyarakat yang belum sadar akan lingkungan mereka, yang mana mereka hanya memanfaatkan saja tetapi tidak menjaga dan mempertahankannya.

BLG sudah berdiri sejak tahun 2012, terbentuknya BLG berdasarkan kesadaran masyarakat dan belum ada tindakan pemerintah dalam mensosialisasikan peduli lingkungan. Salah satu kegiatan BLG adalah memungut sampah-sampah yang ada di


(49)

sungai dan mengangkut sampah rumah tangga yang berada ditempat sampah yang telah disediakan donator. Tujuan yang ingin dicapai BLG adalah menciptakan lingkungan yang bebas banjir dan bersih agar dapat mempertahankan pariwisata agar tetap berlangsung dengan baik sehingga masyarakat tetap bisa menjadikan sungai sebagai objek wisata yang menghasilkan bagi kehiddupan masyarakat Bukit Lawang.

5.2. Penyajian dan Interpretasi Data

5.2.1. Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa Perkebunan Bukit Lawang Dalam

Pelestarian DAS

Dalam pandangan sosiologi Ach.Wazir Ws. (1999) menyatakan bahwa partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar melalui interaksi sosial dalam situasi tertentu. Berdasarkan pandangan ini dijelaskan keterlibatan masyarakat secara individu atau kelompok yang dilakukan secara sadar yang dilakukan melalui interaksi sosial kepada pihak lain dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 27) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Masyarakat yang tinggal Desa Bukit lawang yang berada di sekitar pinggiran sungai berpartisipasi dengan menjaga sungai agar tidak dipenuhi sampah yaitu dengan mengumpul sampah rumah tangga ke dalam tong-tong yang telah disediakan. Masyarakat juga harus memungut sampah yang dihasilkan oleh pengunjung yang datang agar tidak terjadi penumpukan sampah disekitar pinggiran sungai yang akan merusak kelestarian sungai dan mempertahankan sungai agar tetap terjaga kebersihannya sehingga pengunjung merasa nyaman mandi di sungai yang menjadi tujuan wisata.


(50)

Sebagian masyarakat mendirikan rumah sekaligus warung untuk berjualan di pinggiran sungai. Pengetahuan masyarakat mengenai pelestarian sungai hanya sebatas dengan cara membuang sampah pada tempatnya. Seperti yang diungkapkan dalam wawancara salah satu informan yaitu mama tasya (pr,39 tahun) menjelaskan:

“partisipasi yang saya lakukan ya membuang sampah pada tempat yang disediakan, saya kurang paham tentang pelestarian sungai, yang saya liat kadang ada mahasiswa yang memungut sampah di sungai dan ada acara tanam pohon juga, kadang turis asing juga ada yang kayak gitu, tapi saya kurang tahu kegiatan itu dalam rangka apa”.

Dalam tulisan Euissunarti menurut Dusseldrop (1981), partisipasi dikelompokkan menurut beberapa aspek, salah satu aspeknya yaitu berdasarkan tingkat keterlibatan yang dibedakan lagi menjadi tiga, yaitu:

1. Partisipasi bebas yaitu partisipasi yang digunakan oleh seorang individu yang melibatkan dirinya sendiri secara sukarela dalam aktivitas partisipasi.

Berdasarkan pejelasan diatas kesimpulan yang saya ambil adalah sesorang individu yang melibatkan dirinya dalam partisipasi secara sukarela dapat dilihat dari salah satu informan yang bernama ibu Lisa (pr, 44 tahun) yang mengatakan alasannya dalam wawancara,yaitu:

“Partisipasi yang saya lakukan adalah dengan saya ikut bergabung dalam sebuah organisasi yang bernama BLG, saya secara sukarela mengikuti kegiatan peduli lingkungan yang dilakukan BLG, saya tergerak ikut berpartisipasi dikarenakan saya tidak ingin bencana banjir yang menimpa kami terjadi lagi, menurut saya siapa lagi yang peduli menjaga pelestarian sungai ini kalau bukan kita yang tinggal disini. Tetapi karena dibatasi waktu sebagai ibu rumah tangga dan berjualan, sebisa mungkin saya menyempatkan waktu dalam melakukan kegiatan yang dilakukan BLG, seperti secara rutin memungut sampah yang menumpuk di sungai yang diakibatkan oleh pengunjung”.

2. Partisipasi dipaksa dibedakan menjadi dua menurut sumbernya yaitu: pemakasaan melalui hukum dan pemaksaan sebagai akibat kondisi sosial ekonomi

3. Partisipasi biasa yaitu digambarkan sebagi keikutsertaan seseorang paling tidak dalam sebagian waktunya, untuk memilih pola partisipasinya, sehubungan


(1)

kayu secara illegal didalam hutan yang akhirnya menyebabkan longsor yang berakibat banjir karena penahan air adalah pohon yang telah ditebang.

2. Kepercayaan

Kepercayaan adalah aspek penting yang memiliki peran yang penting pula dalam membangun modal sosial. Kehidupan masyarakat tanpa konflik ada kehidupan yang dijalin dengan mementingkan kepentingan bersama melalaui sikap saling percaya dalam membangun kehidupan yang harmonis. Masyarakat harus peka terhadap masalah yang terjadi disekitarnya yang harus diselesaikan secara bersama-sama sehingga menghasilkan solusi yang terbaik bagi kepentingan bersama. Kepercayaan menimbulkan kewajiban sosial yang harus dilaksanakan masing-masing masyarakat yaitu bekerja sama dalam menghasilkan keuntungan dalam pekerjaan yang dijalani.

Masyarakat Bukit Lawang bersama-sama membangun rasa kepercayaan dengan seluruh anggota masyarakat yang kemudian membangun kepercayaan kepada wisatawan yang datang. Apabila kepercayaan sudah terjalin dengan pengunjung maka hal yang tidak mungkin pengunjung tidak datang kembali mengunjungi desa Bukit Lawang yang tujuan wisatanya sebagian besar adalah sungai.

3. Partisipasi jaringan

Jaringan sosial merupakan bagian dari dimensi sosial selain kepercayaan dan norma. Dalam jaringan sosial terdapat hubungan sosial yang mengikat dengan kepercayaan yang harus dijaga dengan norma yang tetap dipertahankan. Jaringan sosial terbentuk karena adanya rasa ingin tahu, saling member informasi, saling mengingatkan dan saling membantu dalam melakukan ataupun mengatasi sesuatu.

Selain alasan diatas, jaringan yang terbentuk di msayarakat desa Bukit Lawang adalah adanya hubungan kekerabatan yang dimiliki antara sesame pengelola wisata.


(2)

` 5.2.4. Partisipasi Menjaga Pelestarian DAS oleh Masyarakat Lokal dalam Perpektif Teori Interaksionisme Simbolik

Menurut Blumer (dalam Poloma, 2004:258) interaksionisme simbolis bertumpu pada tiga premis:

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka .

2. Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain. 3. Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial

berlangsung.

Makna-makna tersebut bearasal dari interaksi seseorang dengan orang lain terutama orang yang dianggap cukup berarti seperti yang dinyatakan Blumer (dalam Poloma,2004:259), bagi seseorang, makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang lain bertindak terhadapnya dalam kaitan dengan sesuatu itu.

Makna yang dipahami oleh individu dalam masyarakat menghasilkan tindakan dalam menjaga pelestarian daerah aliran sungai mereka. Masyarakat yang sebelumnya tidak peduli menjadi sedikit lebih peduli karena bencana banjir bandang yang pernah mereka .


(3)

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini maka kesimpulan dan saran dalam penelitian ini adalah : Program merupakan hal yang penting dalam membangkitkan partisipasi masyarakat. Apabila program mengenai lingkungan tidak ada yang dapat dijadikan acuan untuk mempertahankan dan membangun suatu daerah kearah yang lebih baik maka partisipasi masyarakatpun akan mati, sehingga kepedulian akan berkurang sedikit demi sedikit. Partisipasi masyarakat adalah partisipasi yang didasarkan kepedulian dan rasa indentitas yang sama yang ditimbulkan dari suatu kejadian yang menyebabkan trauma yang mendalam bagi masyarakat Bukit Lawang. Rasa indentitas yang sama inilah yang membentuk sebuah komunitas peduli lingkungan. Sebuah komunitas tidak dapat bertahan apabila tidak ada dukungan dari pemerintah agar komunitas tersebut dapat tetap berdiri.

Komunitas juga tidak berkembang dikarenakan hanya sebagian masyarakat yang merasa perlu untuk berkontribusi dengan ikut bergabung dalam komunitas ini sehingga tidak banyak tindakan yang dapat dilakukan. Sebagian masyarakat yang tinggal di Desa Bukit Lawang merupakan masyarakat pendatang yang mulai menetap setelah banjir bandang terjadi sehingga merasa kurang penting ikut bergabung dalam sebuah komunitas. Masyarakat pendatang hanya peduli dengan urusan mereka sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. Rasa kepedulian ini sebenarnya dapat timbul dengan adanya sosialisasi yang berkaitan dengan apa saja keuntungannya bagi masyarakat dengan menjaga lingkungan dan kerugian apa yang akan masyarakat dapatkan apabila tidak segera sadar untuk menjaga lingkungan. Kerugian ini memang tidak akan dirasakan segera, tetapi seiring berjalannya waktu kerugian akan dirasakan generasi penerus yang memiliki sungai yang telah rusak akibat tidak dijaga oleh generasi sebelumnya.


(4)

6.2. Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan penulis adalah:

Partisipasi dalam menjaga pelestarian DAS ini tidak hanya merupakan tanggung jawab masyarakat tetapi harusnya pemerintah harus ikut membantu dan mengarahkan masyarakat untuk memberi pengetahuan bagi masyarakat agar masyarakat mengerti dan sadar akan tanggung jawabnya terhadap lingkungannya.

Pemerintah pusat harusnya membuat program lingkungan yang kemudian disalurkan kepada pemerintah desa maupun komunitas lingkungan setempat sehingga program tersebut dapat dijalankan seluruh masyarakat yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam demi tetap dapat dimanfaatkan dalam pemenuhan masyarakat itu sendiri. Sebuah program agar mencapai tujuan yang diinginkan perlu adanya pengawasan agar program tersebut berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang diinginkan.

Sosialisasi menjaga pelestarian lingkungan baik menjaga pelestarian sungai diharapkan disalurkan tidak hanya ke pemerintah desa tetapi diharapkan didalam pendidikan sekolah harusnya mata pelajaran yang berwawasan lingkungan sehingga sejak dini generasi penerus sudah mengetahui dan menjalankan ilmu yang diberikan dari sosialisasi dini untuk menjaga alam agar tetap seimbang dan terus dapat memenuhi kebutuhan manusia.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Barber, C.V, et al.1997. Meluruskan Arah Pelesstarian Keanekaragaman Hayati dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Fukuyama, F. (1995). Trust : The Social Virtues and the Creation of Prosperty. London:

Hamidah Hamilton.

Khairuddin, 2000. Pembangunan Masyarakat., Tinjauan Aspek: Sosiologi, Ekonomi dan Perencanaan. Yogyakarta. Liberty.

Manik, K.E.S. 2003. Pengelolahan Lingkungan Hidup. Jakarta : Djambatan

Maleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Poloma, Margaret. 2004. Sosiologi Kotenporer. Jakarta: PT.Raja Grafindo.

Putnam, Robert. 2000. Bowling Alone: The collapse and Revival of Amerian Community. New York: Simon and Schuster.

Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Cetakan 38. Jakarta : PT. Grafindo Persada.

Sastropoetro, Santosa, 1986. Partisipasi, komunikasi,Persuasi dan Disiplin Dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni.

Suparlan, Persuadi. 1993. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Suparjan, Suyatno Hempri.2003. Pengembangan Masyarakat Dari Pembangunan Sampai Pemberdayaan.Yogyakarta:Adytia Media

Suyanto, Bagong dkk, 2005. Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan. Edisi 1. Jakarta : Perdana Media.

Sumber lain :

Peraturan pemerintah no 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolahan Lingkungan Hidup


(6)

https://fatmasari713.wordpress.com/2012/11/25/ilmu-dan-paradigma-ilmu-ilmu-sosial-talcott-parsons/ diakses pada tanggal 27 november 2014, pukul 12:00 WIB http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=3155&coid=2&caid=40&gid=)

Diakses tanggal 23-11- 2014 hari senin pukul 18:47 WIB

http://rizuan-ramadhan.blogspot.com/2013/12/pengertian-partisipasi.html Diakses tanggal 23-11- 2014 hari senin pukul 19.00 WIB

http://perenanaankota.com /2011/11/indikator-alat-ukur-prinsip-partisipasi.html Diakses tanggal 23-11- 2014 hari senin pukul 20.00 WIB

http://tesisdisertasi.com/2011/04/defenisi-konseptual-operasional-dimensi.html Diakses tanggal 23-11- 2014 hari senin pukul 21.00 WIB

http//www.rahmatullah.net/2010/04/visi-pembangunan-nasional-dan lunturnya.html (diakses pada kamis, 8 januari 2015, pukul 09.00 wib)

http://euissunarti.staff.ipb.ac.id/files/2012/03/Dr.-Euis-Sunarti-Partisipasi-Masyarakat-dalam-Pembangunan-Masyarakat.pdf ( diakses pada tanggal 11 januari 2015 hari minggu pukul 20.00 WIB)

http://eprints.undip.ac.id/39279/1/tesis_fransisca_CBNRM.pdf ( diakses pada tanggal 11 januari 2015 hari minggu pukul 21.00 WIB)

http://www.dephut.go.id/index.php/news/details/1574 (diakses pada tanggal 8 juni 2015 hari senin pukul 10.00 WIB).


Dokumen yang terkait

Bukit Lawang (Studi Deskriptif Mengenai Peran Masyarakat Terhadap Kelestarian Hutan Di Desa Perkebunan Bukit Lawang, Kec. Bahorok Kabupaten Langkat)

7 91 96

HUBUNGAN OBJEK WISATA BUKIT LAWANG DENGAN KEGIATAN USAHA MASYARAKAT (STUDI KASUS PADA MASYARAKAT BUKIT LAWANG KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT).

0 3 27

Kontribusi Wisata Perairan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara

1 2 16

Kontribusi Wisata Perairan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara

0 0 2

Kontribusi Wisata Perairan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara

0 0 6

Kontribusi Wisata Perairan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara

0 1 9

Pelatihan menjadi pemandu Wisata (Guide) Di desa Bukit lawang, Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat

1 6 60

Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Pelestarian Daerah Aliran Sungai Bahorok (Studi Pada Mayarakat Sekitar Sungai Bahorok di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat)

0 0 9

Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Pelestarian Daerah Aliran Sungai Bahorok (Studi Pada Mayarakat Sekitar Sungai Bahorok di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat)

1 1 6

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA PELESTARIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (Studi Pada Mayarakat Sekitar Sungai Bahorok di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat) Skripsi

0 1 8