Jenis dan Kualitas Nutrisi Pakan di Peternakan Rakyat Lembang Bandung Utara sebagai Dasar Penyusunan Formulasi Ransum

JENIS DAN KUALITAS NUTRISI PAKAN DI PETERNAKAN
RAKYAT LEMBANG BANDUNG UTARA SEBAGAI DASAR
PENYUSUNAN FORMULASI RANSUM

HARI HARTONO

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Jenis dan Kualitas
Nutrisi Pakan di Peternakan Rakyat Lembang Bandung Utara sebagai Dasar
Penyusunan Ransum adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Hari Hartono
NIM D24090131

4

ABSTRAK
HARI HARTONO. Jenis dan Kualitas Nutrisi Pakan di Peternakan Rakyat
Lembang Bandung Utara sebagai Dasar Penyusunan Formulasi Ransum.
Dibimbing oleh DESPAL dan LUKI ABDULLAH.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang jenis dan
kualitas bahan pakan hijauan dan konsentrat di peternakan rakyat KPSBU
Lembang pada musim kemarau dan penghujan. Informasi ini akan digunakan
sebagai dasar pertimbangan dalam pembuatan formulasi ransum sesuai dengan
kebutuhan ternak dan ketersediaan pakan. Identifikasi jenis dan kualitas nutrisi
dilakukan dengan survei (wawancara dan pengamatan lapang) dan diuji analisis

proksimat, mineral dan kecernaan in vitro. Dibandingkan Kualitas hijauan pada
musim kemarau dan musim hujan dengan menggunakan uji T. Jenis hijauan
digunakan di peternakan lembang adalah rumput gajah, rumput lapang, limbah
pertanian seperti jerami dan kol. Sedangkan jenis konsentrat yang digunakan
adalah konsentrat KPSBU, ampas tahu, ampas bir dan pollard. Kualitas nutrisi
pakan di musim hujan lebih baik daripada musim kemarau. Berdasarkan tabel
bahan makanan tersebut, diformulasikan ransum dengan komposisi rumput teki 12
%, rumput gajah taiwan 48%, onggok 5%, ampas Tahu PA 15% dan konsentrat
KPSBU 20% dengan kandungan nutrisi ransum bahan kering 33.37%, PK
14.89%, SK 24.89%, TDN 64.27%, Ca 0.20% dan P 0.21%.
Kata Kunci: formulasi pakan, hijauan, konsentrat, nutrisi pakan

ABSTRACT
HARI HARTONO. Type and Quality Nutrition of Feed in Lembang North
Bandung as a Basis For Preparation Feed Formulation. Supervised by DESPAL
and LUKI ABDULLAH.
This study aimed to obtain information about the type and quality of forage
and concentrate feed ingredients in Lembang KPSBU during dry and rainy
seasons. This information will be used as a basis for livestock rations formulation
according to need and availability of the feed. Identification the type and quality

of feed used was conducted through survey (interview and field observation)
while nutrient quality were measured using the proximate analysis, mineral and
digestibility in vitro. T-test was used to compare the quality of the forage in the
dry season and the rainy season. Type of forage used were napier grass, field
grass, agricultural waste such as straw and cabbage waste. While type of
concentrate used were KPSBU concentrate, tofu waste, brewery waste and
pollard. Nutrient quality of forage in the rainy season is better than the dry season.
Based on nutrient content and requierment ration have been formulated from 12%
teki grass, Taiwan grass 48%, 5% cassava pomace, PA Tofu waste 15% and 20%
concentrate KPSBU which contained 33.37% dry matter, 14.89% PK, 24.89%
SK, 64.27% TDN, 0.20% Ca and 0.21% P.
Keywords: concentrate, feed formulation, feed nutrition, forage,

JENIS DAN KUALITAS NUTRISI PAKAN DI PETERNAKAN
RAKYAT LEMBANG BANDUNG UTARA SEBAGAI DASAR
PENYUSUNAN FORMULASI RANSUM

HARI HARTONO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

6

Judul Skripsi : Jenis dan Kualitas Nutrisi Pakan di Peternakan Rakyat Lembang
Bandung Utara sebagai Dasar Penyusunan Formulasi Ransum
Nama
: Hari Hartono
NIM
: D24090131

Disetujui oleh


Dr Despal, SPt MscAgr
Pembimbing I

Prof Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi, MHK MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

)

8

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2012 ini ialah Jenis
dan Kualitas Nutrisi Pakan di Peternakan Rakyat Lembang Bandung Utara
sebagai Dasar Penyusunan Formulasi Ransum. Karya ilmiah ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Karya ilmiah dengan tema ini dipilih karena kandungan nutrisi pakan
khususnya pada sapi perah sangat penting untuk diperhatikan mengingat
pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas dan produktifitas susu. Penelitian ini
dilakukan untuk mengidentifikasi jenis dan kualitas pakan yang diberikan oleh
peternak di peternakan rakyat Lembang Bandung Utara serta menghasilkan tabel
kandungan nutrisi pakan agar peternak dapat memformulasikan pakan sesuai
dengan jenis pakan yang tersedia dengan memperhatikan kebutuhan nutrisi
ternaknya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa
mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi,
wawasan maupun sesuatu yang dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan dan semoga kekurangan yang terdapat pada tulisan ini dapat
diperbaiki dalam tulisan selanjutnya.


Bogor, Januari 2014

Hari Hartono

10

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR
............................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
METODOLOGI PENELITIAN............................................................................... 2
Bahan
2
Alat ....................................................................................................................... 2
Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................................ 2
Prosedur Penelitian ............................................................................................... 2
Survei lapang .................................................................................................. 2

Analisis laboratorium ...................................................................................... 3
Analisis proksimat ....................................................................................... 3
Analisis mineral ........................................................................................... 3
Analisis in vitro ............................................................................................ 3
Pengukuran gas ............................................................................................ 4
Penyusunan formulasi ransum ....................................................................... 5
Analisis data .................................................................................................... 5
Analisis deskriptif ....................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................ 5
Penggunaan Hijauan Pakan dan Konsentrat......................................................... 5
Kandungan Nutrien Pakan ................................................................................... 7
Kandungan proksimat pakan .......................................................................... 7
Kandungan mineral pakan ............................................................................. 9
Fermentabilitas dan kecernaan pakan .......................................................... 11
Partisi energi ................................................................................................ 12
Penyusunan Formulasi Ransum ......................................................................... 13
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 14
Simpulan............................................................................................................ 14
Saran .................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA

14
LAMPIRAN
16
RIWAYAT HIDUP
22
UCAPAN TERIMA KASIH
22

DAFTAR TABEL

1. Komposisi proksimat hijauan dan limbah pertanian musim kemarau
dan penghujan
2. Komposisi proksimat konsentrat
3. Kandungan mineral Ca dan P pakan
4. Kadar NH3 VFA dan persentase kecernaan
5. Partisi energi pakan
6. Formulasi pakan sapi perah

7
9

11
11
13
15

12

1
22

PENDAHULUAN
Sektor peternakan mempunyai peran besar dalam kegiatan perekonomian
pedesaan, dengan demikian perencanaan pembangunan sistem agribisnis peternakan
harus dimulai dari kejelasan identitas dan potensi lokal yang akan dikembangkan.
Pengembangan usaha ternak ruminansia perlu memperhatikan tiga komponen utama
yang saling terkait, yaitu tersedianya lahan, ternak, dan pakan (Soedarjat 2000).
Selama ini, peternak rakyat belum banyak yang memformulasikan ransum
yang diberikan kepada ternak sesuai dengan kebutuhannya. Patokan yang digunakan
peternak saat ini didasarkan pada respon sapi (asal kenyang), jumlah pemberian
hijauan 10% dari bobot badan dan pemberian konsentrat setengah dari jumlah

produksi susu harian. Menurut Soetarno dan Adriano (2002) menyatakan bahwa
pemberian hijauan sekitar 10% dari bobot badan sapi hanya mampu memenuhi
kebutuhan hidup pokok serta produksi susu sebanyak 3 sampai 4 liter per hari.
Makanan yang terlalu banyak konsentrat akan menyebabkan kadar lemak susu
rendah (Sudono 1999). Hal tersebut tidak mempertimbangkan jenis dan kualitas
hijauan konsentrat yang digunakan. Sebagian peternak juga belum
mempertimbangkan kondisi sapi dan tingkat produksinya, sehingga dikhawatirkan
akan menyebabkan pemborosan, baik pemborosan pakan karena pemberian yang
berlebih maupun pemborosan sapi yang rusak karena tidak berproduksi sebagaimana
mestinya atau tidak mencapai potensi maksimalnya. Menurut Lubis (1992)
pemberian pakan pada ternak sebaiknya diberikan dalam keadaan segar. Pemberian
pakan yang baik diberikan dengan perbandingan 60:40 (dalam bahan kering ransum).
Zat-zat pakan dalam ransum hendaknya tersedia dalam jumlah yang cukup dan
seimbang sebab keseimbangan zat-zat pakan dalam ransum sangat berpengaruh
terhadap daya cerna (Tillman et al. 1991).
Peternakan sapi perah rakyat anggota Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara
(KPSBU) Lembang merupakan peternakan sapi perah yang sudah turun temurun,
terletak di daerah pemukiman yang padat penduduk, daerah hortikultura dan wisata.
Salah satu permasalahan di KPSBU Lembang adalah masalah penyediaan dan
kualitas hijauan (Prabowo 2009). Hal ini sering terjadi terutama pada musim
kemarau, bahkan untuk beberapa daerah mengharuskan peternak membeli rumput
atau limbah pertanian seperti jerami. Ketersediaan rumput untuk pakan sapi di kawasan
peternakan Lembang kurang mencukupi untuk kebutuhan ternak. Biasanya peternak
memperoleh hijauan di sekitar pekarangan rumah atau membeli rumput untuk
mencukupi kebutuhan ternaknya tercukupi, namun karena lahan yang semakin sempit
peternak terpaksa mencari ke daerah yang lain seperti di Subang yang berjarak 60 km
dari Lembang (Prabowo 2009).
Populasi ternak sapi perah mengalami peningkatan sekitar 12% dari tahun
2007 sampai 2012, sedangkan laju peningkatan produksi susu tahun 2007 sampai
2011 adalah sekitar 13,5% (Dirjen Peternakan 2011). Namun, produksi susu tersebut
baru memenuhi sekitar 30% kebutuhan susu nasional, sisanya sebesar 70% masih
dipenuhi dengan impor. Rataan produksi peternakan sapi perah di indonesia sekitar 8
sampai 10 liter hari-1 ekor-1 (Subandriyo 2006). Hal ini salah satunya disebabkan
kualitas hijauan dan konsentrat pakan ternak lokal yang rendah untuk menunjang
kebutuhan nutrisi sapi perah dalam berproduksi susu yang tinggi. Untuk
mengoptimalkan fungsi hijauan dan konsentrat yang ada dalam mendukung produksi

2

sapi perah diperlukan informasi tentang pakan-pakan yang ada serta kandungan
nutrisinya agar dapat diformulasikan ransum yang sesuai dengan kebutuhan ternak.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh informasi tentang jenis
dan kualitas bahan pakan hijauan dan konsentrat di peternakan rakyat Koperasi
Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang pada musim kemarau dan
penghujan. Informasi ini akan digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
pembuatan formulasi ransum sesuai dengan kebutuhan ternak dan ketersediaan
pakan.

METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang akan digunakan adalah 113 ekor sapi perah milik 30 peternak.
Dari 30 orang peternak tersebut diamati sapi pada 30 kandang, sampel hijauan dan
konsentrat sebagai pakannya.
Alat
Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya kuisioner
untuk peternak, timbangan, botol sampel susu, plastik besar untuk sampel hijauan,
label, pita ukur, kecernaan, in vitro dan peralatan analisis proksimat dan in vitro.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu pengambilan data di lapang
selama 3 bulan dari Oktober sampai November 2012 dan Februari 2013 di
peternakan sapi perah rakyat KPSBU Lembang. Pengujian sampel selama 4 bulan
dari November sampai Desember 2012 dan April sampai Mei 2013 di Laboratorium
Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB, Laboratorium Biokimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) IPB, dan Laboratorium Konservasi
Satwa Langka dan Harapan Pusat Antar Universitas (PAU) IPB.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu survei lapang, analisis
laboratoium, dan penyusunan formulasi ransum.
Survei lapang
Tahap pertama ini menggunakan metode survei. Metode survei dilakukan
dengan cara mengambil informasi atau data dari sampel atas populasi untuk
mewakili seluruh populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan
data yang pokok. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan jumlah
peternak sebagai sampel sebanyak 30 peternak.
Penelitian menggunakan data primer. Data primer didapat dari semua
responden melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner, teknik observasi atau
dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk melihat fenomena yang

3
22
ada pada objek penelitian, dan pengukuran langsung di lapangan yang meliputi
lingkar dada, pengukuran jumlah pakan yang diberikan, pengukuran jumlah susu
yang dihasilkan serta pengamatan dan pencucian kotoran sapi. Tahap survei meliputi
persiapan kuisioner, serta survei dan wawancara.
Persiapan kuisioner. Kuisioner digunakan untuk mengumpulkan data.
Kuisioner disusun untuk mengetahui karakteristik peternak dan keterampilan teknis
peternak dalam mengelola usaha beternak sapi perah. Aspek teknis meliputi makanan
ternak yang diberikan, pengelolaan, manajemen sapi perah, serta pengukuran
produksi susu.
Survei dan wawancara. Sebelum penelitian dimulai, terlebih dahulu
dilakukan survei pendahuluan ke Peternakan Rakyat Lembang dengan melihat data
peternak untuk menentukan responden. Wawancara dilakukan terhadap 30 peternak
rakyat (memiliki populasi sapi kurang dari 20 ekor) yang sudah terpilih sebagai
responden dengan menggunakan kuisioner.
Analisis laboratorium
Tahap kedua yaitu analisis laboratorium yang meliputi :
Analisis proksimat (Metode AOAC 1988). Berdasarkan hasil analisis
deskriptif pada survei lapang akan diperoleh pakan yang paling sering dan banyak
digunakan oleh peternak Lembang. Sampel pakan yang ada dikoleksi untuk analisis
proksimat dan diperoleh hasil analisis kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, dan
serat kasar. Bahan kering (BK), bahan organik (BO), bahan organik tanpa nitrogen
(BOTN), karbohidrat, bahan energi tanpa nitrogen (Beta-N) dihitung dengan cara
pengurangan dari kandungan nutrien yang sudah dianalisis. Hasil total digestible
nutrien (TDN) hijauan, limbah pertanian, dan konsentrat didapatkan dengan cara
dihitung menggunakan rumus TDN seperti yang digunakan oleh Harris et al. (1980),
sedangkan untuk campuran konsentrat menggunakan rumus TDN seperti yang
digunakan oleh Wardeh (1981).
Analisis mineral Ca dan P. Analisis mineral yang dilakukan yaitu analisis
kalsium dan fosfor. Sebelum melakukan analisis kalsium dan fosfor, dilakukan
preparasi sampel (Reitz et al. 1987) terlebih dahulu. Analisis kalsium dilakukan
dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) sesuai dengan AOAC
(2003). Sedangkan analisis posfor dilakukan dengan Metode Taussky and Shorr
(1953) menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 660 nm.
Analisis in vitro, prosedur pengujian fermentasi In vitro dilakukan dengan
metode Tilley and Terry (1963).
Konsentrasi NH3 dan volatile fatty acid (VFA) diukur dengan menggunakan
metode Mikrodifusi Conway (Department of Dairy Science University of Wisconsin
1966). Konsentrasi NH3 dihitung berdasarkan rumus berikut :
[NH3] (mM) = (volume titrasi, (ml)) Normalitas H2SO4 x 1000
(bobot sampel, (g)) x bahan kering sampel, (%))
Sedangkan untuk menghitung konsentrasi VFA digunakan rumus berikut:
[VFA total] (mM) = (a-b) x N HCl x 1000/5

4

Keterangan:

a = volume titran blangko (ml)
b = volume titran sampel (ml)
Pengukuran KCBK dan KCBO dihitung berdasarkan rumus:
KCBK (%) = BK sampel (g) - (BK residu (g) - BK blanko (g)) x 100 %
BK sampel
KCBO (%) = BO sampel (g) - (BO residu (g) - BO blanko (g)) x 100 %
BO sampel

Pengukuran gas test (Close and Menke 1986). Sebelum melakukan
pengukuran gas test dilakukan terlebih dahulu pembuatan larutan media gas tes dan
persiapan sampel gas test. Sampel pakan yang digunakan untuk gas test sebanyak
0.23 gram dan dimasukkan kedalam syringe. Sebanyak 30 ml campuran cairan
rumen dan media (buffer) dimasukkan kedalam syringe menggunakan spoit. Udara
yang ada didalam syringe dikeluarkan dan klep syringe ditutup. Posisi piston pada
waktu sebelum inkubasi dicatat (Gb0). Syringe diinkubasi dalam waterbath selama
48 jam dan pencatatan posisi piston dilakukan pada jam ke 2, 4, 6, 8, 12, 24, dan 48.
Total produksi gas (misalnya pada jam ke-24) diukur dengan rumus :
Gb = ((Gb24-Gb0) - (Gb24 blanko-Gb0 blanko)*200*((FH+FC)/2)/BK bahan)
Perhitungan degradasi bahan organik dan analisis proksimat sesuai energi
metabolis dan net energi laktasi dari produksi gas in vitro dengan Formula Menkel
and Steingass (1983):
Untuk Hijauan dan Limbah Pertanian
OMD (%)
= 15.38 + 0.8453 Gb (ml) + 0.0595 XP (g kg-1) + 0.0675
XA (g kg-1)
-1
ME (MJ kg DM) = 2.00 + 0.1298 Gb (ml) + 0.0045 XP (g kg-1) + 0.0303
XL (g kg-1)
Nel (Mkal kg-1)
= 0.42 +0.0925 Gb (ml) +0.0033 XP (g kg-1) + 0.0176 XL
(g kg-1)
Untuk Konsentrat
OMD (%)

= 9.00 + 0.9991 Gb (ml) + 0.0595 XP (g kg-1) + 0.0181
XA (g kg-1)
ME (MJ kg-1 DM) = -2.30 + 0.1335 Gb (ml) + 0.0121 XP (g kg-1) + 0.0281
XL (g kg-1) + 0.0055 XX (g kg-1)
Nel (Mkal kg-1)
= -2.93 + 0.0949 Gb (ml) +0.0085 XP (g kg-1) + 0.0186
XL (g kg-1) + 0.0045 XX

Keterangan :
OMD = organic matter digested (bahan organik tercerna)
Gb
= Produksi gas dalam ml 200 mg-1 BK, 24 jam
XP
= crude protein (protein kasar)
ME = metabolizable energy (energi metabolis)
XA
= crude ash (abu)
XL
= crude lipid (lemak kasar)
XX
= non nitrogen energy matter (beta-N)
NEl = net energy for lactation

5
22

Penyusunan formulasi ransum
Berdasarkan informasi kandungan nutrisi yang diperoleh dari hasil analisis
proksimat, mineral dan in vitro, maka akan disusun tabel bahan makanan sebagai
data base pakan ternak perah. Dari tabel bahan makanan tersebut, maka
diformulasikan ransum sesuai dengan kebutuhan ternak dan ketersediaan pakan.
Analisis Data
Analisis deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan keadaan atau kondisi
peternakan di Peternakan Sapi Perah Lembang, Bandung Utara, mendeskripsikan
peubah yang diamati yaitu hasil analisis proksimat, dan in vitro dari hijauan pakan
dan konsentrat yang terdapat di daerah Lembang.
Uji T
Uji-T digunakan untuk membandingkan variabel antar musim. Persamaan uji T
adalah sebagai berikut :

keterangan :
t
: koefisien t-student
xi
: rata-rata kelompok ke-i
ni
: jumlah data kelompok sampel ke-i
s
: standar deviasi sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan Hijauan Pakan dan Konsentrat
Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun
tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang termasuk batang, ranting dan bunga
(Sugeng 1998). Menurut Lubis (1992) pemberian pakan pada ternak sebaiknya
diberikan dalam keadaan segar. Gambar 1 menunjukkan bahwa penggunaan hijauan
didominasi oleh rumput gajah yang digunakan seluruh peternak di Lembang baik
musim hujan maupun kemarau. Untuk beberapa peternak melakukan penambahan
jenis hijauan lain seperti rumput lapang, jerami, kembang kol, daun jagung dan daun
pisang tergantung ketersediaan hijauan tersebut. Penggunaan daun jagung dan daun
pisang hanya digunakan pada musim hujan saja oleh sebagian kecil peternak,
sedangkan untuk jerami padi hanya digunakan pada musim kemarau untuk
memenuhi kekurangan ketersediaan rumput gajah dan rumput lapang.

6

Gambar 1 Frekuensi penggunaan hijauan pada musim hujan dan kemarau
Hujan
Kemarau

Gambar 2 Frekuensi penggunaan konsentrat pada musim hujan dan kemarau
Hujan
Kemarau
Pakan penguat (konsentrat) adalah pakan yang mengandung serat kasar relatif
rendah dan mudah dicerna. Bahan pakan penguat ini meliputi bahan pakan yang
berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, dedak, katul, bungkil kelapa,
tetes, dan berbagai umbi. Fungsi pakan penguat adalah meningkatkan dan
memperkaya nilai gizi pada bahan pakan lain yang nilai gizinya rendah. (Sugeng,
1998). Menurut Darmono (1999) konsentrat adalah bahan pakan yang mengandung
serat kasar kurang dari 18%, berasal dari biji- bijian, hasil produk ikutan pertanian
atau dari pabrik dan umbi- umbian. Penggunaan konsentrat atau pakan penguat oleh
peternak di Lembang didominasi oleh onggok, konsentrat koperasi peternak sapi
(KPS), dan ampas tahu. Lebih dari 20 peternak menggunakan konsentrat KPS dan

7
22
onggok, sedangkan kurang dari 15 peternak menggunakan ampas tahu. Penggunaan
pakan penguat baik pada musim hujan maupun kemarau tidak mengalami perbedaan.
Kandungan Nutrien Pakan
Kandungan proksimat pakan
Tabel 1 menunjukkan perbandingan kandungan nutrisi hijauan dan limbah
pertanian pada musim hujan dan musim kemarau dengan Uji-T. Sedangkan untuk
pakan konsentrat tidak dilakukan perbandingan dengan Uji-T karena kualitas
nutrisinya tidak terlalu dipengaruhi oleh perbedaan musim. Kandungan nutrisi yang
dibandingkan yaitu kadar BK, Abu, PK, LK, SK, Beta-N dan TDN.
Tabel 1 Perbandingan kualitas nutrisi hijauan dan limbah pertanian pada musim
kemarau dan musim hujan
Kadar

BK

Abu

PK

LK

SK

Beta-N

TDN

Musim hujan

Pakan

Musim kemarau

Hijauan rumput

19.16

5.26

28.05

9.49

22.09

0.00

22.09

Uji-T
0.500
22.09

Limbah pertanian

28.41

8.49

34.41

22.41

20.76

20.99

35.60

5.92

Hijauan rumput

12.92

3.69

18.48

6.60

11.66

2.36

13.33

9.99

Limbah pertanian

17.35

3.24

19.64

15.07

12.81

0.73

13.33

12.30

Hijauan rumput

13.97

3.91

24.12

8.88

11.43

0.90

12.06

10.79

Limbah pertanian

9.58

5.24

13.29

5.88

20.11

11.39

28.17

12.06

Hijauan rumput

2.36

1.14

5.36

1.07

1.73

0.38

2.00

1.46

Limbah pertanian

1.83

0.73

2.34

1.31

1.96

0.06

2.00

1.92

Hijauan rumput

29.22

2.26

33.23

25.41

27.95

2.67

29.84

26.07

Limbah pertanian

27.43

7.42

32.68

22.19

18.87

10.18

26.07

11.67

Hijauan rumput

41.54

6.32

51.58

32.07

47.23

0.97

47.91

46.54

Limbah pertanian

43.80

4.68

47.11

40.49

46.25

0.42

46.54

45.95

Hijauan rumput

57.75

6.22

65.43

44.96

58.93

0.10

59.01

58.86

Limbah pertanian

49.80

11.00

57.57

42.02

60.29

1.82

61.58

59.01

sd

max

min

sd

max

min

0.401
0.688
0.808
0.955
0.131
0.533

Keterangan : BK : bahan kering, PK : protein kasar, LK : lemak kasar, SK : serat kasar, Beta-N :
bahan energi tanpa nitrogen, TDN : total digestible nutrien,
: rataan, sd : standar
deviasi

Rataan kadar BK hijauan pada musim hujan relatif lebih rendah dibanding
musim kemarau karena curah hujan yang lebih rendah di musim kemarau sehingga
BK lebih tinggi. Sedangkan rataan BK limbah pertanian menunjukkan musim hujan
lebih tinggi dibanding musim kemarau, hal ini dikarenakan perbedaan limbah yang
digunakan pada musim hujan dan musim kemarau seperti daun jagung lebih banyak
tersedia pada musim hujan dan pada musim kemarau lebih banyak kembang kol
terlepas dari ketersediaan jerami yang selalu ada baik kemarau maupun hujan.
Produksi bahan kering dari hijauan tiap unit tanah tergantung pada jenis tanaman
yang dipakai, jumlah radiasi sinar, tersedianya kelembaban tanah dan zat-zat
makanan untuk tanaman dan cara pengelolaan. Tersedianya air tanah tergantung pada
jumlah curah hujan, musim dan tipe tanah (Williamson and Payne 1993).

8

Kadar Abu hijauan dan limbah pertanian relatif lebih tinggi pada musim
hujan dibanding musim kemarau. Rumput blenung dan rumput gajah Desa Buka
Tanah memiliki kadar abu hijauan tertinggi sebesar 18.48% dan 18.22%, sedangkan
pada limbah pertanian jerami padi memiliki kadar abu tertinggi sebesar 13.33%.
Rataan kadar PK hijauan pada musim hujan lebih tinggi. Rumput teki tercatat
sebagai hijauan dengan kadar PK tertinggi sebesar 24.12%. Panjang hari dan
temperature juga memiliki pengaruh pada kualitas hijauan. Umumnya, hari yang
panjang dan temperature yang hangat akan memacu pertumbuhan tanaman dan
meningkatkan laju pembentukan serat oleh tanaman sehingga nilai nutrisinya
menjadi berkurang. Kandungan protein kasar pada tanaman yang rendah
menyebabkan rendahnya produksi sapi (Williamson and Payne 1993). Berbeda
dengan hijauan, kadar PK limbah pertanian justru lebih tinggi pada musim kemarau.
Hal dikarenakan limbah pertanian yang tersedia pada musim hujan terdiri dari daun
jagung dan jerami padi memiliki kandungan PK lebih rendah dibanding limbah
pertanian yang tersedia pada musim kemarau yakni kembang kol dan jerami padi.
Kadar lemak kasar hijauan lebih tinggi pada musim hujan sedangkan limbah
pertanian sebaliknya walaupun memiliki perbedaan yang kecil. Rumput lameta
merupakan hijauan dengan LK tertinggi sebesar 5.36% dan rumput gajah memiliki
LK terendah sebesar 1.07%, sedangkan daun jagung merupakan limbah pertanian
dengan LK tertinggi sebesar 2.34% dan jerami padi memiliki LK terendah sebesar
1.31%.
Bahan pakan dengan kadar serat kasar yang tinggi dalam ransum akan
menyebabkan ransum sulit dicerna, tetapi sebaliknya bila ransum mengandung serat
kasar yang terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan pencernaan. Kebutuhan
minimum serat kasar dalam ransum sapi perah untuk sapi dara dan sapi jantan
dewasa 15%, dari bahan kering, sedangkan untuk sapi betina yang sedang laktasi
kadar serat minimum dalam ransum 17% dari bahan kering. Bila kurang, maka kadar
lemak susu yang dihasilkan akan lebih rendah dari normal (Williamson and Payne
1993). Diantara kedua kelompok tersebut, baik hijauan maupun limbah pertanian
memiliki kadar SK yang lebih tinggi pada musim hujan dengan rumput gajah yang
memiliki kadar SK hijauan tertinggi 33.23% dan jerami padi yang memiliki kadar
SK limbah pertanian tertinggi sebesar 32.68%.
Rataan kadar Beta-N baik hijauan maupun limbah pertanian pada musim
kemarau relatif tinggi dibanding musim hujan. Rumput lampuyang merupakan
hijauan dengan Beta-N tertinggi yaitu 51.58% dan terendah yaitu rumput lameta
sebesar 32.07%, sedangkan daun jagung merupakan limbah pertanian dengan Beta-N
tertinggi 47.11% dan terendah yaitu jerami 40.49%.
Kadar TDN Hijauan dan limbah pertanian juga relatif lebih tinggi pada
musim kemarau dibanding musim hujan. Rumput teki merupakan hijauan dengan
TDN tertinggi sebesar 65.43% sedangkan Kol merupakan limbah pertanian dengan
TDN tertinggi sebesar 61.58%. Peningkatan kualitas ransum terutama kandungan
protein kasar (PK) dan total digestible nutrients (TDN) diperlukan pada saat laktasi.
Hal ini berkaitan dengan meningkatnya proses metabolisme tubuh untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokok dan produksi susunya (Siregar 1994).
Di bawah ini merupakan Tabel 2 yang menunjukkan rataan kandungan nutrisi
konsentrat yang digunakan oleh para peternak di Lembang dan hasil analisis
proksimat konsentrat tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok pakan yakni
konsentrat sumber energi yang terdiri dari onggok dan pollard, konsentrat sumber

9
22
protein yang terdiri dari ampas tahu dan ampas bir, serta kelompok konsentrat
formula seperti konsentrat KPSBU Lembang yang umum digunakan oleh sebagian
besar peternak di Lembang.
Tabel 2 Komposisi proksimat pakan konsentrat
Pakan

Nilai

Sumber energi

BK

Abu

PK

LK

SK

Beta-N

32.08

1.48

4.89

1.31

15.00

77.32

sd

26.89

1.04

5.91

1.82

3.94

5.31

max

86.59

3.55

16.83

5.01

17.92

81.95

min

15.74

0.70

1.64

0.34

7.28

67.34

12.47

3.54

20.95

6.92

21.30

47.30

4.86

0.53

3.18

0.41

5.54

4.32

max

18.09

4.02

24.56

7.16

26.69

50.46

min

9.60

2.97

18.55

6.44

15.63

42.37

93.93

8.75

13.07

6.86

10.80

60.52

93.93

8.75

13.07

6.86

10.80

60.52

Sumber protein
sd

Konsentrat formula
max

min
93.93
8.75
13.07
6.86
10.80
60.52
Keterangan : BK : bahan kering, PK : protein kasar, LK : lemak kasar, SK : serat kasar, Beta-N :
: rataan, sd : standar
bahan energi tanpa nitrogen, TDN : total digestible nutrien,
deviasi

Berdasarkan Tabel 2, konsentrat formula yaitu konsentrat KPSBU memiliki
rataan kadar BK tertinggi sebesar 93.93%. Hal ini dikarenakan konsentrat KPSBU
berasal dari satu pemasok yakni KPSBU itu sendiri sehingga kontrol kadar BK
terjaga. Rataan kadar abu tertinggi juga dimiliki oleh konsentrat formula yaitu
8.75%. Konsentrat sumber protein seperti ampas tahu dan ampas bir memiliki kadar
PK lebih tinggi dibanding kedua kelompok pakan lainnya yakni sebesar 20.95%,
ampas bir tercatat memiliki kadar PK tertinggi sebesar 24.56%. Begitu juga dengan
rataan kadar LK dan SK, konsentrat sumber protein memiliki kadar LK dan SK
tertinggi sebesar 6.92% LK dan 21.30% SK. Sedangkan untuk kadar Beta-N tertinggi
dimiliki oleh konsentrat sumber energi sebesar 77.32% dengan onggok tertinggi
kadar Beta-N sebesar 81.95%. Hal tersebut sesuai dengan pengelompokkannya.
Kandungan mineral pakan
Awal laktasi terjadi pengurasan mineral dari dalam tubuh, hal ini disebabkan
mineral diperlukan untuk sintesis air susu. Intensitas pengurasan akan semakin
berkurang dengan menurunnya produksi susu sehingga terdapat periode penimbunan
mineral dalam tubuh (Toharmat dan Sutardi 1985). Menurut McDowell (1992),
unsur mineral makro seperti Ca, P, Mg, Na dan K berperan penting dalam aktivitas
fisiologis dan metabolisme tubuh, sedangkan unsur mineral mikro seperti Fe, Cu, Zn,
Mn dan Co diperlukan dalam sistem enzim.
Berdasarkan Tabel 3, kelompok pakan yang memiliki kandungan mineral Ca
tertinggi yaitu konsentrat formula sebesar 0.616% dan terendah yaitu kelompok
pakan hijauan sebesar 0.097%. Hal ini menunjukkan pakan konsentrat KPS sudah
memenuhi kebutuhan sapi hampir semua umur ternak kecuali pada periode awal
laktasi yang memerlukan Ca 0.77%, namun hal itu dapat diatasi dengan penambahan
jenis pakan lain seperti konsentrat sumber protein ataupun mineral mix.

10

Tabel 3 Kandungan mineral Ca dan P pakan
Pakan

Nilai

Ca

P

0.10

0.25

sd

0.06

0.06

max
min

0.23
0.05

0.34
0.15

0.14

0.16

sd

0.12

0.08

max

0.23

0.22

min

0.06

0.11

0.18

0.22

sd

0.06

0.05

max

0.25

0.28

min

0.14

0.18

0.12

0.07

sd

0.07

0.11

max

0.24

0.29

min

0.05

0.01

0.62

0.19

0.62
0.62

0.19
0.19

Hijauan rumput

Limbah pertanian

Sumber protein

Sumber energi

Konsentrat formula
sd
max
min
Keterangan :

: rataan, sd : standar deviasi

Kelompok pakan hijauan memiliki rataan kandungan mineral P tertinggi sebesar
0.251%, kandungan tersebut hanya memenuhi ternak sapi perah pejantan dan untuk
induk periode kering. Oleh karena itu penambahan jenis pakan lain seperti konsentrat
dan limbah pertanian sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan mineral ternak.
Kandungan Ca pakan konsentrat formula sudah memenuhi kebutuhan nutrisi
sapi laktasi meskipun masih kurang untuk memenuhi kebutuhan ternak awal laktasi.
Namun, karena rendahnya Ca dalam hijuan dan limbah pertanian serta konsentrat
lain yang digunakan menyebabkan defisiensi Ca dapat terjadi pada semua golongan
ternak. Hal yang sama juga dapat terjadi pada mineral P.
Fermentabilitas dan kecernaan pakan
Kecernaan bahan organik merupakan faktor penting yang menentukan nilai
pakan. Perbedaan kecernaan dalam rumen dapat diakibatkan oleh perbedaan
kemampuan setiap jenis ternak ruminansia (Sutardi 1979). Tabel 4 dapat dilihat
bahwa rataan kadar NH3 tertinggi dimiliki oleh konsentrat formula yaitu sebesar
12.74 mM dan terendah dimiliki konsentrat sumber energi sebesar 4.16 mM. Namun
secara individu, sasawuhan merupakan hijauan yang memiliki kadar NH3 tertinggi
sebesar 16.98 mM dan kadar NH3 terendah dimiliki oleh konsentrat sumber enenrgi
yaitu onggok sebesar 2.74 mM. Arora (1995) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi ammonia antara lain adalah kelarutan bahan pakan, jumlah

11
22
protein dalam ransum, sumber nitrogen dalam ransum dan waktu setelah pemberian
pakan. Menurut Tillman et al. (1991), protein pakan yang masuk ke dalam rumen,
sebagian diuraikan oleh mikroba menjadi asam-asam amino dan kemudian
dideaminasi untuk membentuk asam-asam organik, ammonia, CO2 dan sebagian lagi
tidak mengalami degradasi.
Tabel 4 Kadar NH3 VFA dan persentase kecernaan
Pakan

Nilai

TDN (%)

NH3(mM)

VFA (mM)

%KCBK

%KCBO

57.75

10.32

102.18

41.43

43.71

6.22

3.53

41.93

7.17

16.96

max
min

65.43
44.96
53.72

16.99
5.53
12.42

164.91
22.32
87.69

58.23
31.18
36.54

94.40
27.46
36.65

sd

10.33

0.99

61.70

12.73

11.61

max

61.58

13.12

131.32

45.53

44.86

min

42.02

11.72

44.06

27.54

28.43

75.25

5.03

115.66

51.16

52.08

9.89

0.52

22.70

28.60

17.99

86.59
68.42
83.65

5.39
4.43
4.16

141.26
98.00
71.40

83.10
27.93
68.03

72.78
40.23
68.18

2.74

0.93

30.99

8.04

7.51

86.77
79.91
63.44

4.91
2.74
12.74

103.72
32.55
160.28

77.61
58.64
66.34

78.17
60.76
65.06

Hijauan rumput
sd

Limbah pertanian

Sumber protein
sd
max
min
Sumber energi
sd
max
min
Konsentrat formula

max
63.44
12.74
160.28
66.34
65.06
min
63.44
12.74
160.28
66.34
65.06
Keterangan : TDN : total digestible nutrien, VFA : volatile fatty acid, KCBK : kecernaan bahan
kering, KCBO : kecernaan bahan organik,
: rataan, sd : standar deviasi

Konsentrat formula juga memiliki rataan kadar volatile fatty acid (VFA)
tertinggi dibanding kelompok yang lain yakni sebesar 160.28 mM dan terendah
adalah kelompok konsentrat sumber energy sebesar 71.40 mM. Secara individu
dadap blending memiliki kadar VFA tertinggi sebesar 164.91 mM dan terendah ialah
rumput gajah Desa Pojok Tengah sebesar 22.32 mM. Menurut Williamson and Payne
(1993), VFA merupakan sumber energi utama bagi ternak ruminansia untuk
memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi
Rataan kadar KCBK dan KCBO tertinggi dimiliki oleh kelompok pakan
konsentrat sumber energi yaitu sebesar 68.03% KCBK dan 68.18% KCBO. Menurut
Anggorodi (1995) faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan kering adalah
suhu, laju perjalanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik dari pakan, dan pengaruh
dari perbandingan dengan zat lainnya dari bahan pakan tersebut. Ditambahkan
Tillman et al. (1998) yang menyatakan bahwa fakto-faktor yang mempengaruhi
kecernaan suatu bahan pakan adalah komposisi kimia bahan, penyiapan pakan
(pemotongan, penggilingan, pemasakan dan lain-lain), umur ternak dan jumlah
ransum.

12

Perbandingan fermentabilitas dengan kecernaan menunjukkan bahwa
konsentrat formula memiliki fermentabilitas yang tinggi dengan menyediakan NH3
dan VFA bagi pertumbuhan mikroba sehingga kecernaan meningkat. kelompok
pakan lain berada pada kondisi kurang sinkron antara fermentabilitas protein
membentuk NH3 dan fermentabilitas bahan organik membentuk VFA. Hal tersebut
menyebabkan produk fermentasi tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh
mikroba untuk pertumbuhan sehingga menyebabkan rendahnya kecernaan. Selain
kendala sinkronisasi rendahnya kecernaan mungkin juga disebabkan oleh tingginya
kadar serat kasar seperti pada rumput kadar serat kasar seperti pada rumput dan
limbah pertanian.
Partisi energi
Energi pakan yang dikonsumsi ternak dapat digunakan dalam tiga cara yaitu
menyediakan energi untuk aktivitas, dapat dikonversi menjadi panas, dan dapat
disimpan sebagai jaringan tubuh. Energi disimpan di dalam karbohidrat, lemak dan
protein dari bahan makanan.
Table 5 Partisi energi pakan
Pakan

Nilai

Gb
26.43

OMD
49.40

ME
6.82

Nel
6.85

sd

5.85

7.26

0.91

0.92

max
min

39.37
18.08
19.95

62.92
39.58
42.91

8.29
5.56
5.36

8.29
5.56
4.54

sd

3.43

8.24

0.50

1.58

max
min

22.37
17.52
48.18

48.74
37.08
59.77

5.72
5.01
9.81

5.65
3.42
8.84

Hijauan rumput

Limbah pertanian

Kosentrat sumber protein
sd

17.77

24.80

3.60

1.04

max
min

65.07
29.65
61.05

86.24
37.07
73.45

13.66
6.52
11.15

9.80
7.74
7.06

sd

15.60

16.40

2.35

1.64

max
min

74.89
35.46
43.78

86.46
45.57
78.75

12.94
7.16
12.82

8.22
4.27
9.29

Konsentrat sumber energi

Konsentrat formula

max
43.78
78.75
12.82
9.29
min
43.78
78.75
12.82
9.29
Keterangan : Gb : in vitro gas production, OMD : Organic Matter Digested, ME : Metabolizable
Energy, Nel : Net Energy for Lactation, : rataan, std : standar deviasi

Energi pakan yang dikonsumsi ternak dapat digunakan dalam tiga cara yaitu
menyediakan energi untuk aktivitas, dapat dikonversi menjadi panas, dan dapat
disimpan sebagai jaringan tubuh. Energi disimpan di dalam karbohidrat, lemak dan
protein dari bahan makananTabel 5 menunjukkan bahwa kelompok pakan yang
memiliki rataan produksi gas tertinggi yaitu konsentrat sumber energi sebesar 61.05
ml 200 mg-1 BK dan terendah yaitu limbah pertanian sebesar 19.95 ml 200 mg-1 BK.

13
22
Konsentrat formula memiliki kandungan bahan organik tercerna tertinggi
sebesar 78.75% dan terendah dengan 42.91% yaitu limbah pertanian. Secara
individu, kandungan organic matter digested (OMD) tertinggi terdapat pada onggok
Cisaroni yaitu sebesar 86.46% dan terendah ialah ampas tahu Cibogo dengan 37.07%
serta jerami padi sebesar 37.08%.
Kelompok pakan yang memiliki rataan energi metabolis tertinggi yaitu
kelompok pakan konsentrat formula sebesar 12.82 MJ kg-1 DM dan terendah yaitu
limbah pertanian sebesar 5.36 MJ kg-1 DM. Prediksi jumlah intake pakan yang
diperlukan untuk kebutuhan pemeliharaan sapi perah harus mempertimbangkan
kebutuhan energi untuk proses metabolisme, aktifitas dan regulasi temperatur.
Pengaruh lingkungan terhadap kebutuhan energi dihitung berdasarkan kehilangan
panas relative untuk produksi panas ternak, temperatur harian, isolasi internal dan
eksternal (kandang dan penggembalaan), kecepatan angin, warna dan ketebalan bulu,
dan kondisi fisiologi (NRC 2001).
Kebutuhan net energy for lactation (Nel) diartikan sebagai kandungan energi
dalam susu yang diproduksi. Konsentrasi Nel sama denganjumlah panas dari
pembakaran komponen susu (lemak, protein dan laktosa) suatu individu. Kebutuhan
Nel untuk sapi perah awal laktasi yaitu 1.67 MCal kg-1, untuk sapi bunting dan dalam
masa kering yaitu 1.25 MCal kg-1, untuk sapi dengan produksi susu 7 sampai 13 kg
per hari adalah 1.42 MCal kg-1 dan untuk sapi dengan produksi susu 13 sampai 20 kg
per hari yaitu 1.52 MCal kg-1 (NRC, 2001). Kelompok pakan yang memiliki rataan
Nel tertinggi adalah konsentrat formula sebesar 9.29 MCal kg-1 dan terendah ialah
limbah pertanian sebesar 4.54 MCal kg-1.
Penyusunan Formulasi Ransum
Berdasarkan Tabel bahan makanan beserta kandungan nutrisinya, maka untuk
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sapi perah dilakukan penyusunan formulasi
ransum.
Tabel 6 Formulasi Pakan Sapi Perah
Bahan Pakan

Penggunaan (%)

Rumput teki

15

Rumput gajah taiwan

35

Onggok pojok atas

15

Ampas bir pojok tas

15
20

Mako 100rb
Kandungan nutrien

Nutrien ransum (%)

Bahan kering (BK)

34.38

Protein kasar (PK)

14.95

Serat kasar (SK)

22.66

Total digestible nutrien (TDN)

69.25

Calcium

0.22

Phosphor

0.20

14

Sapi di peternakan rakyat Lembang memiliki rataan bobot badan 443.9 kg,
produksi susu 18.52 liter 4% fat correct milk (FCM). Komposisi nutrien ransum yang
didapat yaitu BK sebessar 34.38%, PK 14.95%, SK 22.66%, TDN 69.25%, Ca
0.22% dan P 0.20%. Berdasarkan komposisi nutrien terbsebut menunjukkan bahwa
formulasi ransum masih defisien Ca dan P, hal ini dapat dipenuhi dengan pemberian
mineral mix dalam jumlah secukupnya.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penggunaan hijauan pakan didominasi oleh rumput gajah dan rumput lapang
baik musim hujan maupun musim kemarau, sedangkan pakan konsentrat didominasi
oleh konsentrat formula dan ampas tahu. Kandungan nutrisi beragam antar
kelompok, kandungan mineral dan kecernaan tertinggi terdapat pada kelompok
konsentrat, sedangkan kandungan serat kasar tertinggi pada kelompok hijauan. Untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ternak sapi perah, dapat menggunakan formulasi
ransum dengan komposisi rumput teki 12%, rumput Gajah Taiwan 48%, onggok
pojok atas 5% dan Ampas Tahu Pojok Atas 15% dengan kandungan BK 33.37%, PK
14.89%, SK 24.89%, TDN 64.27%, Ca 0.20% dan 0.21% dengan penambahan
mineral mix secukupnya untuk mengantisipasi defisien mineral.
Saran
Perlu dilakukan uji coba ransum yang sudah diformulasikan terhadap ternak
sapi perah.

DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi HR. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Jakarta (ID): PT. Gramedia.
[AOAC] Associaton of Official Analitycal Chemist. 1988. Official Method
ofAnalysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Virginia
(USA): Association of Official Analytical Chemist.
[AOAC] Associaton of Official Analitycal Chemist. 2003. Official Method
ofAnalysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Virginia
(USA): Association of Official Analytical Chemist.
Arora SP. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Cetakan kedua. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Pr.
Close, W. Menke, K.H. 1986. Selected Topics in Animal Nutrition. DSE, Stuttgart
(DE).
Darmono. 1999. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Yogyakarta (ID): Kanisius.
[Dirjen Peternakan]. 20011. Statistik Peternakan 2006. Jakarta (ID) : Departemen
Pertanian.
Lubis DA. 1992. Ilmu Makanan Ternak. Jakarta (ID): PT Pembangunan.
Siregar SB. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

15
22
McDowell LR. 1992. Mineral in Animaland Human Nutrition. San Diego (US):
Academic Pr Inc.
Muhtarudin, Liman. 2006. Penentuan Tingkat Pemberian Mineral Organik untuk
Memperbaiki Bioproses Rumen pada Kambing Secara In Vitro. JIPI. 8 : 132140.
[NRC] National Research Council. 2001. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. 8th
Revised Ed. Washington (US): National Academy Pr.
Prabowo, W. H. 2009. Rumput untuk ternak saja harus beli. Artikel: Kompas
www.kompas.com [ 21 Juli 2009].
Reitz LL, Smith WH, Plumlee MP. 1987. Animal Science Department. West
Lafayette (USA): Purdue University .
Soedarjat S. 2000. Potensi dan prospek bahan pakan lokal dalam mengembangkan
industri peternakan di Indonesia. Bul Pel. Ed Tambahan: 11-15.
Soetarno T, Adiarto. 2002. Pengendalian mutu konsentrat sapi perah secara terpadu.
Seminar Pengawasan Mutu Ternak. [waktu tidak diketahui] Surabaya (ID):
Dinas Peternakan.
Subandriyo. 2006. Alternatif Pengembangan dan Pembibitan Sapi Perah
Menyongsong Revolusi Putih dan Ketersediaan Daging Sapi. Lokarkarya
Rusnas Sapi. Malang (ID) : Univertas Brawijaya.
Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor.
Sugeng YB. 1998. Beternak Sapi Potong. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Taussky HH, Shorr E. 1953. A micro colorimeter method for the determination og
inorganic phosphorus. J Biol Chem. 202:675-685.
Tilley JMA, Terry RA. 1963. A two stage technique for the in vitro digestion of
forage crop. J Brit Grassl Soc. 18 :104-111.
Tillman AD. Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Hartadidan H, Lebdosoekojo S.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Pr.
Toharmat T, Sutardi T. 1985. Kebutuhan mineral makro untuk produksi Susu pada
sapi perah laktasi Dihubungkan dengan kondisi faalnya. Karya Ilmiah. Bogor
(ID): Fakultas Peternakan, IPB Pr.
Wardeh MF. 1981. Models for Esmating Energy and Protein utilization for feeds
[disertasi]. Utah (USA): Utah State University.
Williamson G, Payne WJA. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.
Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Pr.

16

LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel bahan pakan
Jenis pakan
Hijauan
Lampuyang Pojok Atas
Hujan
Kemarau
Malela Pojok Atas
Hujan
Kemarau
Kakawatan Pojok Atas
Hujan
Lameta Pojok Atas
Hujan
Rumput teki
Hujan
Blenung
Hujan
Lamsani Cibogo
Hujan
Sasawuhan Cibogo
Hujan

BK

Abu (%)

LK (%)

PK (%)

SK (%)

Beta-N

TDN

Ca(%)

P (%)

90.91
92.60

6.60
13.33

2.09
2.00

12.72
12.06

27.02
26.07

51.58
46.54

64.81
59.01

0.227

0.221

90.73
90.79

10.10
9.99

1.72
1.46

8.88
10.79

28.60
29.84

50.70
47.91

58.62
58.86

0.057

0.289

87.13

10.77

2.01

14.05

30.02

43.15

59.08

0.077

0.183

91.55

18.03

5.36

16.57

27.96

32.07

44.96

0.083

0.148

89.43

9.10

2.01

24.12

32.46

32.30

65.43

0.111

0.228

80.29

18.48

3.33

9.49

29.94

38.76

47.02

0.203

0.251

89.57

11.26

2.05

14.67

29.43

42.58

59.24

0.115

0.236

90.14

15.36

3.63

15.58

29.49

35.94

51.67

0.088

0.325

Keterangan : BK : bahan kering, LK : lemak kasar, PK : protein kasar, SK : serat kasar, Beta-N : bahan energi tanpa nitrogen, TDN :
total digestible nutrien, Ca : kalsium, P : phosphor

17
22
Jenis pakan
RG Desa Buka Tanah
Hujan
RG taiwan Pojok Tengah
Hujan
RG Cisaroni
Hujan
RG Cibogo
Hujan
RG Pojok Tengah
Hujan
Limbah pertanian
Daun jagung
Kemarau
Jerami jajang
Jerami (Hujan)
Jerami (Kemarau)
Kol
Kemarau
Konsentrat sumber energi
Onggok cisaroni

BK

Abu (%)

LK (%)

PK (%)

SK (%)

Beta-N

TDN

Ca(%)

P (%)

89.70

18.22

1.07

11.63

33.23

35.85

62.07

0.064

0.338

82.94

12.82

1.30

13.54

30.75

41.60

60.18

0.059

0.238

93.86

11.47

1.95

11.46

29.45

45.66

57.92

0.053

0.320

92.60

13.33

2.00

12.06

26.07

46.54

59.01

0.054

0.260

92.92

12.41

2.12

16.78

25.41

43.28

60.73

0.070

0.228

91.27

15.07

2.34

13.29

22.19

47.11

57.57

0.227

0.221

91.73
94.89

19.64
13.33

1.31
2.00

5.88
12.06

32.68
26.07

40.49
46.54

42.02
59.01

0.061

0.107

89.22

12.30

1.92

28.17

11.67

45.95

61.58

91.03

1.43

0.80

4.01

17.92

75.84

79.91

0.094

0.031

86.59

3.55

5.01

16.83

7.28

67.34

81.01

0.045

0.293

Pollard

Keterangan : BK : bahan kering, LK : lemak kasar, PK : protein kasar, SK : serat kasar, Beta-N : bahan energi tanpa nitrogen, TDN :
total digestible nutrien, Ca : kalsium, P : phosphor, RG : rumput gajah.

18

Jenis pakan

BK

ABU (%)

LK (%)

PK (%)

SK (%)

Beta-N

TDN

Ca(%)

P (%)

93.76

1.01

0.60

1.97

16.83

79.59

84.63

0.243

0.011

94.10

0.97

0.34

1.64

16.39

80.67

86.77

0.114

0.009

93.43

0.70

0.59

2.20

14.56

81.95

86.05

0.125

0.014

93.84

1.25

0.50

2.69

17.02

78.55

83.54

0.161

0.183

94.71

3.61

7.15

24.56

15.63

49.06

86.59

0.152

0.277

94.67

4.02

7.16

19.75

26.69

42.37

68.42

0.254

0.184

93.91

2.97

6.44

18.55

21.57

50.46

70.74

0.138

0.198

93.93

8.75

6.86

13.07

10.80

60.52

63.44

0.616

0.192

Ongok Pojok Atas
Onggok Cibogo
Onggok Buka Tanah
Onggok Cisaroni
Konsentrat sumber protein
Ampas bir Pojok Atas
Ampas tahu Cisaroni
Ampas tahu Pojok Atas
Konsentrat formula KPSBU
Mako 100rb

Keterangan : BK : bahan kering, LK : lemak kasar, PK : protein kasar, SK : serat kasar, Beta-N : bahan energi tanpa nitrogen, TDN :
total digestible nutrien, Ca : kalsium, P : phosphor

19
22
Jenis pakan
%KCBK

%KCBO

NH3 (mM)

VFA
Total
(mM)

GB (ml
200 mg
BK-1)

OMD (%)

46.207

45.325

6.769

133.65

30.77

53.41

7.84

7.20

58.226

56.389

14.412

92.26

39.37

54.70

6.88

7.90

39.144

94.403

8.921

98.85

28.03

62.92

8.29

8.29

35.472

33.431

8.733

130.90

30.17

60.76

8.03

8.03

31.184

27.458

12.811

55.50

21.05

48.89

6.43

6.43

40.126

43.300

11.976

164.91

25.70

45.00

6.77

6.77

43.108

41.098

13.345

88.33

30.05

50.89

7.18

7.18

34.328

29.985

16.985

54.40

29.40

51.95

7.62

7.62

50.897

46.037

11.732

148.52

23.05

42.51

5.84

5.84

ME (MJ
Kg-1)

Nel (Mkal
kg-1)

Hijauan
lampuyang Pojok Atas
Malela Pojok Atas
Kakawatan Pojok Atas
Lameta Pojok Atas
Rumput teki
Blenung
Lamsani Cibogo
Sasawuhan Cibogo
RG Desa Buka Tanah
RG taiwan Pojok Tengah
26.60
94.40
46.80
6.46
40.492
37.445
5.553
6.46
Keterangan : KCBK : kecernaan bahan kering, KCBO : kecernaan bahan organik, NH3 : Ammonia, VFA : volatile fatty acid, GB : invitro gas
production, OMD : organic matter digested, ME : metabolizable energy, Nel : net energy for lactation, RG : rumput gajah.

20

Jenis pakan

%KCBK

%KCBO

NH3 (mM)

VFA
Total
(mM)

36.900

36.088

9.168

146.63

41.344

39.024

8.251

41.213

38.188

45.535

GB (ml
200 mg
BK-1)

OMD (%)

ME (MJ
Kg-1)

Nel (Mkal
kg-1)

22.73

42.73

6.06

6.06

97.60

18.54

39.58

5.56

5.56

5.528

22.32

18.08

42,.07

5.74

5.74

44.859

11.723

131.32

22.37

48.74

5.72

5.65

27.537

28.434

13.124

44.06

17.52

37.08

5.01

3.42

58.636

60.760

4.736

87.72

74.89

86.46

12.58

8.08

74.490

73.432

4.730

103.72

60.64

80.24

12.94

8.22

61.983

61.762

4.912

32.55

72.26

82.55