1
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Masalah keuangan yang dihadapi perusahaan, apabila dibiarkan berlarut-larut dapat mengakibatkan terjadinya kebangkrutan. Beberapa perusahaan yang mengalami
masalah keuangan mencoba mengatasi masalah tersebut dengan melakukan pinjaman dan penggabungan usaha, atau sebaliknya ada yang menutup usahanya. Perusahaan-
perusahaan yang telah go public namun delisting yang dinyatakan pailit oleh pemerintah dinilai sebagai perusahaan yang mengalami kegagalan usaha atau terkena
financial distress. Financial distress digambarkan oleh suatu kondisi perusahaan yang tidak dapat mengatasi kesulitan keuangan dan berdampak pada kegagalan
perusahaan Putra, 2002:1. Istilah umum untuk menggambarkan situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan, ketidakmampuan melunasi hutang, dan default.
Ketidakmampuan melunasi hutang menunjukkan kinerja negatif dan menunjukkan adanya masalah likuiditas.
Beberapa penelitian yang menjadi acuan dalam penelitian Atmini 2005:460 antara lain Platt dan Platt 2002, menyebutkan bahwa financial distress adalah tahap
penurunan kondisi keuangan yang dialami oleh perusahaan, yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Kondisi ini pada umumnya ditandai antara
lain dengan adanya penundaan pengiriman, kualitas produk menurun, dan penundaan pembayaran tagihan dari bank atau kreditur lainnya. Kinerja keuangan yang buruk
juga berkaitan dengan masalah-masalah internal perusahaan dan eksternal perusahaan. Bagi perusahaan yang telah go public, akan sangat merugikan investor
karena investasi yang akan dilakukan pada perusahaan tersebut menjadi tidak aman dan sangat berisiko. Apabila kondisi financial distress ini diketahui, diharapkan dapat
dilakukan tindakan untuk memperbaiki situasi tersebut sehingga perusahaan tidak akan masuk pada tahap kesulitan yang lebih berat seperti kebangkrutan atau likuidasi.
2
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan adalah dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan IAI, 2007:3 tujuan umum laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna laporan dalam pengambilan keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban stewardship
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat berguna, namun terdapat
keterbatasan karena rasio-rasio keuangan di dalamnya disusun dari data akuntansi yang dapat ditafsirkan dengan bermacam cara dan bahkan bias dimanipulasi Weston
dan Brigham, 1993:78 Sejauh ini laporan keuangan, khususnya neraca dan laporan laba rugi masih
diyakini sebagai alat yang andal bagi para pemakainya untuk mengurangi resiko ketidakpastian dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan penilaian
kinerja. Namun demikian, khusus laporan laba rugi sampai saat ini masih terdapat kontradiksi atas kesimpulan yang dihasilkan berkaitan dengan manfaat isi informasi
yang dikandungnya karena angka laba yang seringkali dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi yang digunakan perusahaan. Laba umumnya bersifat semu karena laba
didasarkan pada dua prinsip akuntansi, yaitu pengakuan pendapatan accrual basis dan prinsip penandingan matching concept, sehingga kurang mencerminkan kondisi
riil perusahaan Chrisnawati, 2007:1. Laba atau penghasilan bersih memiliki informasi yang penting bagi pihak
intern maupun ekstern untuk mengukur kinerja dari suatu perusahaan IAI, 2007:13. FASB dalam Statement of Financial Accounting Concept No.1 juga menegaskan
bahwa informasi laba selain penting untuk menilai kinerja manajemen, juga membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif, serta untuk menaksir
risiko investasi dan kredit. Selain laba, mereka juga menggunakan informasi arus kas sebagai ukuran kinerja perusahaan. Pada awalnya laporan keuangan hanya terdiri dari
neraca dan laporan laba rugi, sedangkan laporan arus kas mulai diwajibkan
3
pelaporannya mulai tahun 1987 melalui SFAS No.95. Di Indonesia, kewajiban untuk melaporkan arus kas dimulai pada tahun 1994 dengan adanya Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan PSAK No.2 yang menyatakan perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan menyajikan laporan tersebut sebagai bagian integral dari laporan
keuangan setiap periode penyajiannya. Manfaat laporan arus kas telah dibuktikan Bowen et al.1986 dalam
Chrisnawati, 2007:2. Hasil penelitiannya bahwa data arus kas mempunyai manfaat dalam beberapa konteks keputusan, seperti : 1 memprediksi kesulitan keuangan, 2
menilai risiko, ukuran, dan waktu keputusan pinjaman, 3 memprediksi peringkat rating kredit, dan 4 memberikan informasi tambahan pada pasar modal.
Penelitian ini merupakan replikasi yang dipadukan dari penelitian Atmini 2005 dan Widianingrum 2008 perbedaannya terletak pada sampel dan periode
penelitian. Atmini meneliti kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi kondisi financial distress perusahaan Textile Mill Products yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta periode 1999-2002, dan Widianingrum meneliti manfaat informasi laba dan arus kas untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2006. Dari penelitian di atas terdapat kesimpulan yang tidak konsisten, maka penelitian ini bermaksud untuk
meneliti dan menguji kembali variabel-variabel tersebut untuk memperoleh bukti empiris mengenai apakah laba atau arus kas yang lebih baik untuk memprediksi
kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009. Alasan pemilihan sampel dan periode penelitian ini
dikarenakan perusahaan manufaktur berperan penting dalam era globalisasi saat ini. Perusahaan ini mempunyai skala yang multinasional dalam perekonomian sehingga
dibutuhkan dan bertambah pesat di berbagai kota besar diseluruh dunia. Perusahaan ini mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan hasil produksinya
mempengaruhi pendapatan suatu negara. Pada periode tersebut terdapat beberapa fenomena ekonomi yang sangat berpengaruh dalam perekonomian Indonesia, seperti
kenaikan harga minyak dunia dan krisis ekonomi global, sehingga diharapkan
4
hasilnya dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya dan menguji konsistensi hasil penelitian sebelumnya.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut, selanjutnya dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : ”apakah informasi arus kas dan laba dapat
memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah informasi
arus kas dan laba dapat memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : a. Bagi investor dan calon investor
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi investor dan calon investor sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan
dalam berinvestasi. b. Bagi pengambil keputusan
Penelitian ini diharapkan dapat membantu menilai prestasi kerja perusahaan dan memberikan masukan sebagai alternatif pertimbangan yang dapat digunakan
untuk penetuan langkah atau strategi perusahaan selanjutnya. c. Bagi akademisi dan penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan, masukan, informasi, dan bahan kajian selanjutnya, serta mengundang pemikiran yang lebih luas untuk
menyempurnakan atau melengkapi penelitian ini, khususnya tentang prediksi financial distress suatu perusahaan.
5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori