Faktor Prenatal Faktor Natal Faktor Postnatal

Trixi Yesika : Perawatan Maloklusi Klas II Divisi 1 Dengan Pesawat Forsus Fatigue Resistant Device Ez Module, 2008. USU Repository © 2009 pengukuran anguler lebih besar dari 22 dan pengukuran linear 1-NA menunjukkan nilai yang lebih besar dari 4 mm. Selain itu, retroklinasi insisivus mandibula dilihat melalui sudut 1 - NB lebih kecil dari nilai rata-rata 25 serta pengukuran linier 1 - NB menunjukkan nilai lebih kecil dari 4 mm. Sudut interinsisal digunakan untuk melihat hubungan insisivus pertama maksila dan mandibula. Maloklusi Klas II divisi 1 memperlihatkan sudut yang lebih kecil dari 130 -131 . 7,9

2.2 Etiologi

Maloklusi Klas II disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor prenatal, natal, dan postnatal.

2.2.1 Faktor Prenatal

Salah satu faktor prenatal adalah genetik, yaitu ukuran, posisi dan hubungan rahang yang sebagian besar ditentukan oleh gen. Seorang anak akan memiliki gen kombinasi dari orangtuanya sehingga kelainan pada daerah dentofasial yang dimiliki oleh orangtua akan diturunkan pada anaknya. Selain itu, penggunaan obat dan paparan sinar radiasi pada masa kehamilan juga merupakan penyebab terjadinya perubahan perkembangan struktur dentofasial janin. Posisi janin dalam kandungan juga dapat mengubah pola struktur kraniofasial, sebagai contoh posisi tangan yang melintang di wajah bayi dalam kandungan dapat mempengaruhi perkembangan mandibula. 3,7 Trixi Yesika : Perawatan Maloklusi Klas II Divisi 1 Dengan Pesawat Forsus Fatigue Resistant Device Ez Module, 2008. USU Repository © 2009

2.2.2 Faktor Natal

Pada proses kelahiran, bayi dapat mengalami trauma pada wajah akibat pemakaian tang obstetri yang tidak tepat. Trauma yang mengenai daerah kondilus akan menyebabkan ankilosis atau fibrosis pada daerah temporo mandibular joint TMJ sehingga perkembangan mandibula menjadi terhambat. 3,27

2.2.3 Faktor Postnatal

Beberapa faktor postnatal dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada perkembangan struktur dentofasial. Trauma yang terjadi pada anak-anak karena jatuh atau terluka pada daerah dentofasial ketika belajar merangkak, berjalan atau bermain dapat mengakibatkan gangguan pada persendian mandibula sehingga pertumbuhan mandibula menjadi terhambat dan menghasilkan retrognasi mandibula, selain itu terapi radiasi jangka panjang juga dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan struktur dentofasial. Infeksi sendi polyarthritis dan peradangan telinga tengah otitis media pada masa anak-anak, bila tidak dirawat dengan tepat dapat menyebar ke TMJ dan menyebabkan terjadinya hambatan pertumbuhan mandibula yang berat. Kelainan fungsi juga diketahui dapat menyebabkan perubahan perkembangan struktur dentofasial sebagai contoh adanya kebiasaan buruk seperti bernafas dari mulut, penelanan yang abnormal, dan kebiasaan menghisap jari. Kebiasaan menghisap jari akan mempengaruhi hubungan lengkung gigi anteroposterior, pengaruh yang ditimbulkan tergantung pada cara menghisap, durasi, intensitas, dan lamanya kebiasaan buruk terjadi. 3,27

BAB 3 PESAWAT FORSUS

Perawatan maloklusi Klas II divisi 1 dapat dilakukan dengan menggunakan pesawat lepas dan cekat. Pesawat Forsus merupakan alat ortodonti cekat fungsional yang menggunakan bantuan kekuatan otot-otot di sekitar mulut. 3.1 Pengertian Pesawat Forsus merupakan alat ortodonti cekat fungsional yang dikembangkan oleh Bill Vogt pada tahun 2001. 5 Pesawat Forsus merupakan suatu alat cekat ortodonti yang berbentuk spring dan dipasang melekat pada molar maksila dan lengkung mandibula. 10 Alat ini terdiri dari spring bar yang berdiameter 0,5 x 3,0 mm dan terbuat dari bahan nikel 45 dan titanium 55 yang dilapisi dengan plastik transparan, 5 bekerja searah dengan jarum jam dan menggunakan kekuatan yang konsisten secara kontiniu untuk menggerakkan gigi-geligi pada posisi yang diinginkan. 11 Pada awal pemakaian, tekanan yang dihasilkan pesawat ini akan menyebabkan rasa yang tidak nyaman pada pasien, tetapi hal ini dapat diatasi dengan menggunakan obat-obatan seperti Advil dan Tylenol. 10